BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB II LANDASAN TEORI

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

3 BAB III LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8

BAB 2 LANDASAN TEORI

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

BAB II LANDASAN TEORI. melaksanakan kegiatan utama suatu perusahaan.

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEMPE \MENGGUNAKAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING

BAB II LANDASAN TEORI

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB 2 Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

BAB V ANALISA HASIL. Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. oleh manusia yang terdiri dari komponen komponen dalam organisasi untuk. menyampaikan suatu tujuan, yaitu menyajikan informasi.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II LANDASAN TEORI. yang ada pada perusahaan ini. Pembahasan pada bagian ini dimulai dari landasan

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berdiri. Kelangsungan proses bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

Ekonomi & Bisnis Manajemen

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PT. Tarumatex. Kemudian yang menjadi variabel dependen atau variable terikat

Material Requirements Planning (MRP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi...

BAB 2 LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE)

Jurnal Distribution Requirement Planning (DRP)

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL OLEH WAHYU PURWANTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA HASIL. dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP.

ANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN DENGAN KRITERIA MINIMASI BIAYA PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. FAJAR UTAMA FURNISHING BEKASI

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Penerapan MRP Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Latif Di Kediri

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal,

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Yayah Sopiyah 1 Didiek Pramono 2. Abstrak. Kata kunci : Material, Persediaan, Teknik Lot Sizing, Biaya Persediaan Minimum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM)

Transkripsi:

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders, kemudian diajukan untuk analisis lanjutan berkenaan dengan persediaan kapasitas - Gasperz (2005),. Sistem MRP mengkoordinasikan pemasaran, manufacturing, pembelian, rekayasa melalui pengapdosian rencana produksi serta melalui penggunaan satu database terintegrasi guna merencanakan dan memperbaharui aktivitas dalam sistem industri modern secara keseluruhan. Salah satu mengapa MRP digunakan secara cepat dan meluas sebagai teknik manajemen produksi, yaitu karena MRP menggunakan kemampuan komputer untuk menyimpan dan mengelola data yang berguna dalam menjalankan kegiatan perusahaan. MRP dapat mengkoordinasikan kegiatan dari berbagai fungsi dalam perusahaan manufaktur, seperti teknik, produksi dan pengadaan. Oleh karena itu, hal yang menarik dari MRP tidak hanya fungsinya sebagai penunjang dalam pengambilan keputusan, melainkan keseluruhan peranannya dalam 10

11 kegiatan perusahaan. MRP sangat bermanfaatbagi perencanaan kebutuhan material untuk komponen lain (dependent demmand). MRP memberikan peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan dengan lebih baik, karena ada keterpaduan dalam kegiatan yang didasarkan pada jadwal induk. Moto MRP adalah memperoleh material yang tepat, dari sumber yang tepat, untuk penempatan yang tepat, dan waktu yang tepat (Gasperz, 2005). 2.1.1. Tujuan Material Requirement Planning (MRP) Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan antara lain untuk meminimalkan persediaan dengan menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan Jadwal Induk Produksi (JIP). Dengan menggunakan komponen ini, pengadaan (pembelian) atas komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman, MRP mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktuknya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun pengadaan atau pembelian komponen, sehingga memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana produksi. Meningkatkan efisiensi MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan Jadwal Induk

12 Produksi (JIP). Dengan demikian terapat beberapa hal yang merupakan tujuan MRP (Material Requirement Planning) (Thesis UPI, 2012), yaitu sebagai berikut : 1. Meminimalkan persediaan MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan jadwal indung produksi. 2. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman MRP mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya. 3. Jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dapat dilakukan secara lebih nyata. 4. MRP mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan Jadwal Induk Produksi. Agar MRP dapat dibuat dengan baik, MRP memerlukan beberapa input utama yang harus terpenuhi. Input utama itu merupakan komponen dasar MRP yang terdiri dari (Thesis UPI, 2012) : 4.1. Master Production (MPS) Merupakan suatu pernyataan definitif tentang produk akhir (end item) apa yang direncanakan

13 perusahaan untuk diproduksi, beberapa kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu kapan dibutuhkan, dan bilaman produk itu akan diproduksi. MPS disusun berkaitan dengan pemasaran, rencana distribusi, perencanaan produksi, dan perencanaan kapasitas. 4.2. Bill of Material (BOM) Meliputi daftar barang atau material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran dan pembuatan produk akhir. BOM (Bill of Material) dibuat untuk menentukan barang mana yang harus dibeli dan barang mana yang harus dibuat. 4.3. Struktur Produk Merupakan gambaran tentang langkah-langkah atau proses pembuatan produk, mulai dari bahan baku hingga produk akhir. 4.4. Catatan Persediaan Sistem MRP harus memiliki dan menjaga suatu data persediaan yang up to date untuk setiap komponen barang. Data ini harus menyediakan informasi yang akurat tentang ketersediaan komponen dan seluruh transaksi persediaan, baik yang sudah terjadi maupun yang sedang direncanakan.

14 4.5. Lead Time Yaitu waktu yang diperlukan untuk mendapatkan (yaitu, membeli, memproduksi atau merakit) sebuah jenis barang. Lead Time untuk sebuah barang yang diproduksi terdiri atas permindahan, setup (dimulainya sebuah produksi), dan perakitan atau waktu pelaksanaan untuk setiap komponen. Sistem MRP harus memiliki dan menjaga suatu data persediaan yang up to date untuk setiap komponen barang. Data ini harus menyediakan informasi yang akurat tentang ketersediaan komponen dan seluruh transaksi persediaan, baik yang sudah terjadi maupun yang sedang direncanakan. Pada dasarnya sistem MRP menghasilkan tiga jenis keluaran (output), dimana biasanya keluaran atau hasil dari sistem MRP ini berupa laporan-laporan. Laporan ini biasanya berfungsi untuk memberikan informasi, laporan-laporan tersebut, yaitu (Gasperz, 2005) : 1. MRP Primary Report Merupakan laporan utama MRP yang sering disebut secara singkat sebagai laporan MRP. 2. MRP Action Report Sering disebut juga MRP Exception Report yang memberikan informasi kepada perencana tentang komponen yang perlu mendapat perhatian segera, dan merekomendasikan tindakan-tindakan yang perlu diambil.

15 3. MRP Pegging Report Untuk memudahkan menelusuri sumber dari kebutuhan kotor untuk suatu komponen. Menggunakan Pegging Report, perencana menentukan kebutuhan-kebutuhan yang diakibatkan oleh adanya pesanan. 2.1.2. Empat Langkah Utama Sistem Material Requirement Planning (MRP) Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah ini harus ditetapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap komponen. Prosedur ini dapat dilakukan seara manual bila jumlah komponen yang terlibat dalam produksi relatif sedikit. Suatu program diperlukan bila jumlah komponen sangat banyak. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut (Baroto, 2002). 1. Netting Merupakan suatu proses perhitungan kebutuhan bersih yang biasanya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan persediaan di tangan dan yang sedang diproses (dipesan). 2. Lotting Merupakan suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk setiap komponen secara individual berdasaran pada hasil perhitungan kebutuhan bersih yang telah dilakukan. Beberapa teknik diarahkan untuk menyeimbangkan ongkos set up dan ongkos simpan. Ada juga

16 teknik yang sederhana yang memakai jumlah pemesanan tetap atau periode pemesanan tetap. 3. Off Setting Merupakan salah satu langkah pada MRP untuk menentukan saat yang tepat untuk rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan didapat dengan cara menggabugkan saat awal tersedianya lot size yang diinginkan dengan besarnya waktu ancang. Waktu ancang ini sama dengan besarnya waktu saat barang mulai dipesan atau diproduksi sampai barang tersebut siap untuk dipakai. 4. Explosion Yaitu proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat yang lebih bawah didasarkan atas rencana pesanan. Dalam proses explosion ini, data mengenai struktur produk sangat memegang peranan, karena tas dasar struktur produk inilah proses explosion akan berjalan dan dapat menentukan ke arah komponen mana yang harus di-explosion. 2.1.3. Beberapa Istilah Yang Digunakan Material Requirement Planning (MRP) Sebelum memasuki lebih lanjut mengenai perencanaan kebutuhan material, terlebih dahulu menjelaskan tentang pengertian dari tabel untuk perhitungan MRP. Berikut ini dijelaskan tentang istilah-istilah yang biasa digunakan, yaitu : (Gasperz, 2005)

17 1. Gross Requirement (GR, kebutuhan kasar) Adalah total dari semua kebutuhan, termasuk kebutuhan yang diantisipasi untuk periode waktu. Berdasarkan pengertian tersebut, gross requirement merupakan bagian dari keseluruhan jumlah komponen yang diperlukan pada suatu periode. 2. Schedule Receipts (SR, penerimaan yang dijadwalkan) Merupakan jumlah komponen yang akan diterima pada suatu periode tertentu berdasarkan pesanan yang dibuat. 3. Begin Inventory (BI, inventori awal) Merupakan jumlah inventori di awal periode. 4. Net Requirement (NR, kebutuhan bersih) Merupakan jumlah aktual yang diinginkan untuk diterima atau diproduksi dalam periode bersangkutan. 5. Planned Order Receipt (PORt, penerimaan pemesanan yang direncanakan) Adalah jumlah komponen yang diterima atau diproduksi oleh perusahaan manufaktur pada periode waktu akhir. 6. Planned Ending Inventory (PEI, rencana persediaan akhir periode) Merupakan suatu perencanaan terhadap persediaan pada akhir periode.

18 7. Planned Order Releases (PORel, pelepasan pemesanan yang direncanakan) Adalah jumlah komponen yang direncanakan untuk dipesan agar memenuhi perencanaan pada masa yang akan datang atau order produksi yang dapat dilepas untuk dimanufaktur. 8. Lead Time Adalah waktu tenggang yang diperlukan untuk memesan (membuat) suatu barang sejak saat pesanan (pembuatan) dilakukan sampai barang itu diterima (selesai dibuat). 9. Lot Size (ukuran lot) Merupakan kuantitas pesanan dari komponen yang memberitahukan MRP berapa banyak kuantitas yang dipesan, serta lot sizing apa yang dipakai. 10. Safety Stock (stok pengaman) Merupakan stok pengaman yang ditetapkan oleh perencana MRP untuk mengatasi fluktuasi dalam permintaan (demmand) dan penawaran MRP untuk mempertahankan tingkat stok pada semua periode waktu.

19 2.1.3.1 FORMAT PENYUSUNAN TABEL (MRP) Menurut Hartini (2006) format MRP yaitu : PERIODE 1 2 3 4 GR OH NR PORec PORel Keterangan : GR : Gross Requirement (kebutuhan kotor). Adalah keseluruhan jumlah item (komponen) yang diperlukan pada satu periode. OH : On Hand (persediaan di tangan). Adalah jumlah persediaan akhir suatu periode dengan memperhitungka jumlah persediaan yang ada ditambah dengan jumlah item yang akan diterima. NR : Net Requirement (kebutuhan bersih). Adalah jumlah kebutuhan bersih dari suatu item yang diperlukan agar dapat memenuhi kebutuhan kasar pada suatu periode yang akan datang. PORec : Plant Order Receipts (rencana penerimaan pesanan). Adalah jumlah item yang akan masuk sesuai dengan pemesanan.

20 PORel : Planned Order Release (rencana pemesanan). Adalah jumlah item yang direncanakan untuk dipesan agar memenuhi perencanaan masa datang. 2.1.4. Teknik / Metode Lotting Ukuran lot merupakan suatu proses menentukan ukuran atau jumlah pemesanan, dimana pemesanan ini sudah harus tersedia di awal periode produksi. Ukuran jumlah barang yang dipesan (lot size) akan berhubungan dengan biaya pemesanan (set up) ataupun biaya penyimpanan barang. Semakin rendah ukuran lot, berarti semakin sering melakukan pemesanan barang, akan menurunkan biaya penyimpanan, tetapi menambah biaya pemesanan. Sebaliknya, semakin tinggi ukuran lot akan mengurangi frekuensi pemesanan, tetapi mengakibatkan meningkatnya biaya penyimpanan. Mencari ukuran lot yang tepat yang dapat meinimalkan biaya total persediaan terdapat beberapa metode dalam menentukan ukuran lot (lot size), antara lain : 1. Lot for Lot (LFL) Teknik penerapan ukuran lot dengan metode ini dilakukan atas dasar pesanan diskrit, disamping itu teknik ini merupakan cara yang paling sederhana dari semua teknik ukuran lot yang ada. Metode Lot for Lot atau teknik penetapan ukuran lot dilakukan atas dasar pesanan diskrit, selain itu metode persediaan minimal berdasarkan pada ide menyediakan

21 persediaan (memproduksi) sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan seminimal mungkin. Jika pesanan dapat dilakukan dalam jumlah beberapa saja, pesanan sesuai dengan jumlah yang sesungguhnya diperlukan (Lot for Lot) menghasilkan tidak adanya persediaan. Metode ini mengandung resiko yang tinggi. Apabila terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang, mengakibatkan terhentinya produksi jika persediaan itu berupa bahan baku atau tidak terpenuhinya permintaan pelanggan apabila persediaan itu berupa barang jadi. Namun, bagi perusahaan tertentu seperti yang menjual barang-barang yang tidak tahan lama (perishble products), metode ini merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik (Baroto, 2002). 2. Economic Order Quantity (EOQ) Teknik ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat kontinyu terhadap pola permintaan yang stabil. Pendekatan menggunakan konsep minimasi ongkos simpan dan ongkos pesan. Ukuran lot tetap berdasarkan hitungan minimasi tersebut. 3. Period Order Quantity (POQ) Pendekatan ini menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada metode pesanan ekonomis

22 maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval periode pemesanannya adalah 1 tahun. 4. Fixed Order Quantity (FOQ) Pemesanan dengan jumlah tetap dapat ditentukan dengan memakai intuisi atau memakai faktor-faktor empiric atau berdasarkan pengalaman pemakai. 5. Part Periode Balance Merupakan sebuah pendekatan yang lebih dinamis untuk menyeimbangkan biaya setup dan penyimpanan. PPB mencoba menyeimbangkan biaya setup dan penyimpanan untuk permintaan yang diketahui. 2.2. Peramalan / Forecasting Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu model matematis (Jay Heizer, Barry Render 2005) : Jenis-jenis Peramalan : 1. Rata-rata bergerak (moving average) 2. Penghalusan Eksponensial (exponential smoothing) 3. Rata-rata bergerak (moving average) 4. Penghalusan Eksponential dengan Penyesuan Tren 5. Proyeksi Tren (trend projection)

23 6. Siklus (Cyclic) Peramalan sendiri terdiri dari tujuh langkah dasar. Tupperware Corporation, yang merupakan fokus Profil Perusahaan Globlal digunakan sebagai contoh setiap langkah (Jay Heizer, Barry Render 2005). 1. Menetapkan tujuan peramalan 2. Memilih unsur apa yang akan diramal 3. Menentukan horizon waktu peramalan 4. Memilih tipe model peramalan 5. Mengumpulkan data yang akan diperlukan untuk melakukan peramalan 6. Membuat peramalan 7. Memvalidasi dan menetapkan hasil peramalan 2.2.1 Menghitung Kesalahan Peramalan Keakuratan keseluruhan dari setiap model peramalan dapat dijelaskan dengan membandingkan nilai yang diramal dengan nilai aktual atau nilai yang sedang diamati. Jika F t melambangkan peramalan pada periode t, dan A t melambangkan permintaaan aktual pada periode t, maka kesalahan peramalan adalah (Jay Heizer, Barry Render 2005): Kesalahan peramalan = Permintaan aktual Nilai peramalan = A t - F t a. Mean Absolute Deviation (MAD)

24 Ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model adalah MAD. Nilai dihitung dengan mengambil jumlah nlai absolut dari tiap kesalahan peramalam dibagi dengan jumlah periode data (n) : b. Mean Squared Error (MSE) Merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati. Rumusnya adalah :