302 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Pendahuluan Pada bab lima ini disampaikan simpulan hasil penelitian serta kontribusi temuan bagi teori dan praktek. Pada bab ini juga disampaikan keterbatasan penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. 5.2. Simpulan atas hipotesis-hipotesis penelitian Dengan didasarkan pada hasil analisis data, simpulan penelitian ini dibatasi oleh responden, produk yang digunakan, serta hanya di dalam lingkup perilaku penggunaan produk tersebut. Ada lima simpulan dapat disampaikan dari hasil penelitian ini yang berhubungan dengan bagaimana model TPB yang dikembangkan dapat menjelaskan hubungan niat dan perilaku penggunaan AAS di kalangan binaragawan Indonesia. Pertama, model TPB yang dikembangkan dalam memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku binaragawan Indonesia dalam menggunakan ulang AAS bisa diterima. Dapat dijelaskan lebih lanjut dari model tersebut bahwa perilaku penggunaan ulang AAS di kalangan binaragawan Indonesia dipengaruhi oleh niat untuk menggunakan ulang AAS. Selanjutnya, niat untuk menggunakan ulang AAS dipengaruhi oleh sikap binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS, norma subyektif binaragawan Indonesia mengenai penggunaan AAS, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan oleh binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS.
303 Adanya variabel perilaku masa lalu dalam model penelitian ini, mampu menjelaskan dan memprediksi sikap binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS, norma subyektif binaragawan Indonesia mengenai penggunaan AAS, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan oleh binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS, serta adanya variabel nilai yang dianut dalam model penelitian ini mampu menjelaskan dan memprediksi sikap binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS. Dengan demikian, hasil akhir pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.24 (Bab 4, hal. 257). Kedua, dengan menggunakan Tabel 4.24 (Bab 4, hal. 257) tersebut, maka penelitian ini mendukung bahwa sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan sebagai prediktor yang signifikan terhadap niat berperilaku ulang, serta niat berperilaku ulang merupakan prediktor yang signifikan terhadap perilaku ulang dalam kerangka model TPB. Hasil penelitian ini juga mendukung bahwa nilai yang dianut dan perilaku masa lalu sebagai prediktor yang signifikan terhadap sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan dalam model TPB. Selain itu, dengan dikombinasikannya variabel injunctive norms dan norma deskriptif ke dalam keyakinan normatif yang membentuk norma subyektif, maka norma subyektif mampu dalam menjelaskan dan memprediksi niat berperilaku. Ketiga, tidak terdukungnya Hipotesis 4 mengenai pengaruh kontrol keperilakuan yang dirasakan pada perilaku dalam model TPB dan Hipotesis 9 mengenai pengaruh sikap pada perilaku secara langsung, disebabkan oleh pembentuk konstruk sikap dan kontrol keperilakuan yang dirasakan serta
304 latar/setting dalam model penelitian ini. Dalam penelitian ini konstruk sikap dibentuk oleh behavioral belief dan outcome evaluation dan konstruk kontrol keperilakuan yang dirasakan juga dibentuk oleh belief control dan perceived power. Dengan demikian, secara teoritis keyakinan-keyakinan dasar yang menonjol dijadikan pertimbangan bagi individu untuk menampilkan perilaku atau tidak. Melalui keyakinan dasar yang menonjol, konsep sikap dan kontrol keperilakuan yang dirasakan dalam TPB sebagai konsep yang terinci dan eksplisit. Dengan kata lain, ketegasan konsep sikap dan kontrol keperilakuan yang dirasakan dalam model TPB mampu menjelaskan dan memprediksi tendensi seseorang dalam berperilaku, terutama dalam perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagaimana dalam penelitian ini. Keempat, tidak terdukungnya Hipotesis 11 dalam penelitian ini mengenai pengaruh norma subyektif pada sikap terhadap perilaku disebabkan oleh pembentuk konstruk sikap dan norma subyektif, metode pengumpulan data, dan latar penelitian, yang semuanya berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, norma subyektif tidak berpengaruh signifikan pada sikap terhadap perilaku dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara lain, pembentuk konstruk sikap dan konstruk norma subyektif yang mencakup behavioral belief dan normative belief, sehingga norma subyektif cenderung akan mempengaruhi niat berperilaku secara langsung tanpa harus dimediasi oleh sikap berperilaku.
305 Selanjutnya, sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh nilai yang dianut dan perilaku masa lalu. Sesuai dengan latar penelitian ini (perilaku pengunaan AAS), bahwa alasan utama binaragawan Indonesia untuk menggunakan ulang AAS, adalah sikap positip yang terbentuk terhadap penggunaan AAS dan diyakini mampu menghasilkan manfaat yang menunjang kinerjanya sebagai atlit binaraga. Di samping itu, sikap positip binaragawan Indonesia yang terbentuk terhadap penggunaan AAS diyakini lebih dipengaruhi oleh nilai achievement yang dianutnya. Kelima, penelitian ini mendukung konstruk sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan dibentuk oleh keyakinan-keyakinan dasar yang menonjol (salient model belief) dan mempertegas model TPB yang didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan secara sistematis menggunakan informasi-informasi yang mungkin baginya. Berdasarkan informasi tersebut, manusia memikirkan implikasi dari tindakannya sebelum memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu. Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan, terbukti merupakan variabel yang dibentuk oleh keyakinan dasar yang menonjol (salient modal belief). 5.3. Kontribusi penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat, antara lain dalam dunia praktek, dan pengembangan teori di
306 bidang pemasaran khususnya perilaku konsumen. Secara ringkas, kontribusi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kontribusi teoritis Kerlinger (1970) (lihat Cohen (2000, hal. 11) menyatakan teori merupakan penjelasan dan prediksi dari fenomena sosial yang diamati.menghubungkan subjek yang berkepentingan...dengan beberapa fenomena lainnya. Lebih lanjut, dia menyatakan juga bahwa teori merupakan seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang saling berhubungan satu sama lain serta menggambarkan terjadinya suatu fenomena sebagaimana mestinya. Penggambaran terjadinya fenomena tersebut dilakukan melalui penentuan hubungan antar variabel dengan tujuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (Kerlinger, 1970 (lihat Cohen (2000, hal. 11)). Proposisi-proposisi yang membentuk suatu teori mencakup beberapa konsep dalam bentuk hubungan sebab akibat (Kerlinger, 1970 (lihat Cohen (2000, hal. 11)). Lebih lanjut, di dalam teori juga terkandung konsep teoritis, sehingga teori juga berfungsi menggambarkan realitas dunia sebagaimana yang dapat diamati (Kerlinger, 1970 (lihat Cohen (2000, hal. 11)). Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah TPB. Menurut penelitian-penelitian sebelumnya, teori ini memiliki beberapa kekurangan, yaitu: (1) kurang melihat bahwa sikap mampu memprediksi perilaku secara langsung tanpa melalui niat sebagai dampak atas reaksi yang bersifat purposeful. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bagozzi et al.
307 (1989) bahwa sikap mempengaruhi perilaku secara langsung sebagai reaksi yang bersifat nonpurposeful atau tidak secara langsung melalui niat sebagai respon yang bertujuan (purposeful), (2) variabel sikap dalam TPB secara konsisten berhubungan dengan niat dalam berbagai penelitian empiris, sikap mampu memprediksi dengan baik niat untuk berperilaku di bawah kerangka TPB, sedangkan norma subyektif sering gagal dalam memprediksi niat dalam penelitian konsumen sebagaimana penelitian perilaku yang sering dilakukan pada umumnya (Thompson et al., 1994; Thompson dan Thompson, 1996; Bagozzi et al., 2000; Martinasek, 2001; Andrykowski et al., 2006; Zychowicz dan Pilska, 2006; Davies, 2008; Frishman, 2008; Jing, 2009), (3) TPB tidak memperhitungkan variabel lain yang menjadi faktor penentu niat berperilaku dan motivasi, seperti: ketakutan (fear), ancaman (threat), suasana hati (mood), atau perilaku masa lalu (past behavior) (Bentler dan Speckart, 1979; Eagly dan Chaiken, 1993, hal. 178; Conner dan Armitage, 1998; Bagozzi et al., 2000; Armitage dan Conner, 2001). Oleh karena itu, kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengurangi kekurangan penggunaan teori ini. Hal tersebut dilakukan dengan: (1) mengintegrasikan teori nilai (values theory) dengan TPB, maka nilai yang dianut mempengaruhi sikap binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS dan selanjutnya sikap binaragawan tersebut berpengaruh langsung pada perilakunya dalam menggunakan ulang AAS; (2) melakukan pengukuran norma subyektif secara multi item, yaitu
308 dengan mengkombinasikan injunctive norms dan norma deskriptif. Selama ini pengukuran norma subyektif yang dilakukan di penelitian-penelitian sebelumnya, hanya menggunakan item tunggal yang dalam hal ini hanya mencakup injunctive norms, sehingga konsistensi norma subyektif dalam memprediksi niat berperilaku cukup lemah dibanding sikap terhadap perilaku. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan mampu untuk mengungkap adanya peran norma subyektif binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS dalam memprediksi niatnya untuk menggunakan ulang AAS; (3) menambahkan dan menguji variabel perilaku masa lalu sebagai penentu sikap terhadap perilaku, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan. Selanjutnya, dengan adanya variabel perilaku masa lalu dalam model TPB, maka dalam penelitian ini diharapkan, bahwa: (1) sikap binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS, norma subyektif binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan binaragawan Indonesia dalam menggunakan AAS, memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjelaskan dan memprediksi niat dan perilakunya dalam menggunakan ulang AAS; (2) sikap binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS berpengaruh langsung pada perilakunya dalam menggunakan ulang AAS. Penelitian ini menggunakan model TPB yang dikembangkan dalam memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku manusia yang terkait dengan kesehatan, dengan mengambil latar/setting binaragawan Indonesia
309 yang menggunakan AAS. Berhubungan dengan hasil penelitian, perilaku penggunaan ulang AAS oleh binaragawan Indonesia dipengaruhi oleh niat untuk menggunakan ulang AAS. Niat menggunakan ulang AAS dipengaruhi oleh sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan. Sesuai dengan kerangka model TPB yang digunakan sebagai dasar teori dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini secara garis besar menunjukkan bahwa model TPB mampu memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku manusia yang terkait dengan kesehatan (Conner dan Armitage, 1998; Armitage dan Conner, 1999; 2000). Sebagaimana penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan model TPB dalam memahami, menjelaskan, dan memprediksi berbagai domain perilaku. b. Kontribusi praktik Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi praktisi untuk menggunakan TPB dalam memahami hubungan sikap, norma subyektif, kontrol keperilakuan yang dirasakan, nilai yang dianut, dan perilaku masa lalu untuk memahami niat atau perilaku. Para peneliti seperti Warshaw (1980), Swan dan Martin (1994), serta Albarracin et al. (2001) menyatakan bahwa konstruk-konstruk yang teruji dapat digunakan dengan lebih yakin oleh para praktisi dalam memahami suatu fenomena. Fenomena penelitian ini adalah penggunaan AAS di kalangan binaragawan Indonesia. Tidak hanya itu, penelitian ini memberikan profil binaragawan Indonesia dan informasi mengenai sikap binaragawan Indonesia pada penggunaan AAS, referents (orang lain) yang mempengaruhi penggunaan AAS, dan kontrol pribadi
310 dalam penggunaan AAS. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah, karena AAS telah beredar luas bukan hanya di kalangan atlit binaraga dan atlit lainnya, tetapi juga di seluruh masyarakat Indonesia. Penggunaan AAS dapat berisiko pada kesehatan bahkan berdampak pada kematian para penggunanya. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia dapat mengurangi penyebaran AAS melalui program intervensi pada atlit binaraga Indonesia dan pemberian penyuluhan secara terus menerus di masyarakat luas mengenai bahaya penyebaran dan penggunaan AAS. 5.4. Keterbatasan penelitian Penelitian ini mempunyai 3 keterbatasan utama. Pertama, penelitian ini dilakukan dalam domain perilaku yang terkait dengan kesehatan dan hanya menggunakan satu produk, yaitu AAS. Dengan demikian, hasil penelitian ini tidak ditujukan untuk digeneralisasikan pada perilaku lainnya (misalnya perilaku yang tidak normal (typical behavior), seperti menggunakan narkoba dan mengonsumsi minuman keras), produk lainnya. Penggunaan satu perilaku (single act criterion) dan satu produk adalah cukup beralasan sebagaimana tujuan penelitian ini adalah mengungkap peran nilai yang dianut, perilaku masa lalu, sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan dalam menjelaskan dan memprediksi niat serta perilaku binaragawan Indonesia dalam menggunakan AAS. Tidak hanya itu, dengan menggunakan satu perilaku dan satu produk yang spesifik merupakan salah satu kriteria agar hubungan sikap dan perilaku dapat ditingkatkan (Fishbein dan Ajzen, 2010, hal. 44).
311 Keterbatasan kedua berkaitan dengan lingkup penelitian. Perbedaan karakteristik responden karena perbedaan karakteristik demografis, psikografis, dan perilaku serta perbedaan keyakinan responden terhadap produk AAS dan penggunaannya juga membatasi hasil penelitian ini untuk digeneralisasi pada pada perilaku lain yang juga menggunakan produk lainnya. Keterbatasan ketiga berkaitan dengan tenggang waktu pengukuran antara variabel niat berperilaku dengan perilaku yang tergolong singkat, yaitu 3 bulan. Fredricks dan Dossett (1983) menyatakan bahwa semakin lama tenggang waktu pengukuran antara variabel prediktor (niat berperilaku) dengan variabel criterion (perilaku) dalam model TPB, maka semakin besar kemungkinan sikap dapat mempengaruhi perilaku secara langsung. Menurut mereka hal ini karena niat berperilaku tidak stabil sepanjang waktu. 5.5. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya Penelitian ini memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Pertama, sebagaimana telah dikemukakan pada keterbatasan penelitian, penelitian ini hanya dilakukan pada perilaku yang terkait dengan kesehatan dan penggunaan satu produk, yaitu AAS. Penelitian selanjutnya sebaiknya mereplikasi penelitian ini pada perilaku lain yang terkait dengan kesehatan dan menggunakan produk lain dalam kategori produk yang terkait dengan kesehatan sebelum generalisasi penelitian yang lebih kokoh disampaikan. Selain itu penelitian selanjutnya juga sebaiknya mereplikasi penelitian ini pada perilaku yang tidak normal, misalnya perilaku yang mengonsumsi minuman keras dan narkoba. Demikian juga halnya dengan
312 responden atlit binaraga yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan responden yang bukan atlit binaraga sehingga hasil penelitian dapat digeneralisir. Kedua, penelitian ini hanya menggunakan binaragawan Indonesia pengguna AAS yang berada di kota Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Untuk bisa melakukan generalisasi hasil penelitian yang lebih baik, pada penelitian selanjutnya sebaiknya juga melibatkan binaragawan Indonesia pengguna AAS yang berada di wilayah Indonesia yang lain. Informan kunci sebaiknya juga bukan hanya atlet binaraga saja tetapi melibatkan dokter yang mendampingi atlet tersebut, para ahli kesehatan yang terkait dengan penggunaan AAS sehingga dapat mengonfirmasi isi. Ketiga, penelitian ini menggunakan tenggang waktu 3 bulan antara kuesioner tahap pertama (nilai, perilaku masa lalu, sikap, norma subyektif, kontrol keperilakuan yang dirasakan, dan niat) dan kuesioner tahap kedua (perilaku). Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat mencoba dengan mengaplikasikan tenggang waktu yang lebih lama (misalnya satu tahun) antara pengukuran niat berperilaku dan perilaku.