BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. kontribusi temuan bagi teori dan praktek. Pada bab ini juga disampaikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2. Landasan Teori

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN. Dalam penelitian ini terdapat lima kesimpulan, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ringkas pengertian intensi adalah ubahan yang paling dekat dengan perilaku

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

KUESIONER PLANNED BEHAVIOR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara komprehensif norma-norma

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. library menggunakan faktor-faktor dalam Technology Acceptance Model 2 (TAM

ANALISIS PENERIMAAN NASABAH TERHADAP PRODUK BARU PERBANKAN PermataRancang Dana BANK PERMATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian

THEORY OF REASONED ACTION

BAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia, hal tersebut terlihat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih lengkap dan spesialisasi dokter juga lebih banyak. dipengaruhi berbagai macam komponen yang membentuk niat

BAB I PENDAHULUAN. niat berwirausaha.begitupun metodologi yang digunakan agar dapat mempelajari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB I PENDAHULUAN. manual (kertas). Pengumpulan data secara manual dapat mengurangi

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dari model The Theory of

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang kemudian diikuti oleh perkembangan bidang-bidang

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi tersebut seharusnya kongruen dengan nilai-nilai yang ada

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

6. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB V KESIMPULAN, TEMUAN, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN. melakukan analisa atas konstruk kualitas website, keamanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Skripsi merupakan karya tulis ilmiah dari hasil penelitian yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring

BAB V PENUTUP. yang terdiri dari dimensi pengetahuan lingkungan dan sikap terhadap

BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang saat ini semakin lama semakin ketat. Terdapat berbagai. konsumen untuk menggunakan suatu produk.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas kehidupan manusia dalam berbagai bidang (Sulistiyarini, 2013).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat

Pengkuran Perilaku berdasarkan Theory of Planned Behavior

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

terjadinya kegagalan dalam pelayanan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisa

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai pengaruh moderasi persepsi kenyamanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM

TINJAUAN PUSTAKA. dan mempertimbangkan akibat dari tindakan mereka. Ajzen. pertimbangan tersebut akan membentuk intensi untuk melakukan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. membeli (Rahmah, 2011). Dalam hal ini adalah perilaku membeli Samsung smart

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bastian (2007:11), pendidikan adalah kunci kemajuan semua bidang.

BAB III METODE PENELITIAN. langsung ke pengurus koperasi yang ada di Bandar lampung.kuesioner yang

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan perangkat lunak ilegal.

Bab 3. Metode Penelitian

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Ajzen (1991) mengatakan, untuk menjelaskan suatu perilaku manusia

PENGARUH SIKAP KONSUMEN DAN NORMA SUBYEKTIF TERHADAP MINAT BELI PRODUK SEPEDA MOTOR YAMAHA SCORPIO DI SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI BANDING MODEL PENELITIAN PRA PERILAKU DAN MODEL PASKA PERILAKU DENGAN APLIKASINYA DALAM PENELITIAN PERILAKU KONSUMEN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. baik negara maju maupun negara berkembang. Karena jika Wajib Pajak

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi memacu perubahan dalam bidang pemasaran, operasional,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Besar kecilnya pajak pada suatu negara sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang berkualitas merupakan informasi yang strategis untuk

STUDI MENGENAI INTENSI SAFETY RIDING BEHAVIOR PADA MAHASISWA MENGENDARA MOTOR DI UNIVERSITAS PADJADJARAN DESTYA FINIARTY ABSTRACT

Konsep Dasar Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science of methods). Dalam kontek penelitian, metodologi adalah totalitas cara untuk men

ASTIA CHOLIDA ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Asal usul TPB dapat ditelusuri kembali ke Theory of Reasoned Action

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF, DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT MEMBELI HANDPHONE MEREK NOKIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sikap Konsumen Terhadap Isu Lingkungan dan Produk Ramah Lingkungan. produk-produk ramah lingkungan (Joalis, 2011).

THEORY OF PLANNED BEHAVIOR: APLIKASI PADA PERUSAHAAN TELEPHONE SELULER. Sri Herlina Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Immanuel (UKRIM) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

Transkripsi:

302 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Pendahuluan Pada bab lima ini disampaikan simpulan hasil penelitian serta kontribusi temuan bagi teori dan praktek. Pada bab ini juga disampaikan keterbatasan penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. 5.2. Simpulan atas hipotesis-hipotesis penelitian Dengan didasarkan pada hasil analisis data, simpulan penelitian ini dibatasi oleh responden, produk yang digunakan, serta hanya di dalam lingkup perilaku penggunaan produk tersebut. Ada lima simpulan dapat disampaikan dari hasil penelitian ini yang berhubungan dengan bagaimana model TPB yang dikembangkan dapat menjelaskan hubungan niat dan perilaku penggunaan AAS di kalangan binaragawan Indonesia. Pertama, model TPB yang dikembangkan dalam memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku binaragawan Indonesia dalam menggunakan ulang AAS bisa diterima. Dapat dijelaskan lebih lanjut dari model tersebut bahwa perilaku penggunaan ulang AAS di kalangan binaragawan Indonesia dipengaruhi oleh niat untuk menggunakan ulang AAS. Selanjutnya, niat untuk menggunakan ulang AAS dipengaruhi oleh sikap binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS, norma subyektif binaragawan Indonesia mengenai penggunaan AAS, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan oleh binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS.

303 Adanya variabel perilaku masa lalu dalam model penelitian ini, mampu menjelaskan dan memprediksi sikap binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS, norma subyektif binaragawan Indonesia mengenai penggunaan AAS, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan oleh binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS, serta adanya variabel nilai yang dianut dalam model penelitian ini mampu menjelaskan dan memprediksi sikap binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS. Dengan demikian, hasil akhir pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.24 (Bab 4, hal. 257). Kedua, dengan menggunakan Tabel 4.24 (Bab 4, hal. 257) tersebut, maka penelitian ini mendukung bahwa sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan sebagai prediktor yang signifikan terhadap niat berperilaku ulang, serta niat berperilaku ulang merupakan prediktor yang signifikan terhadap perilaku ulang dalam kerangka model TPB. Hasil penelitian ini juga mendukung bahwa nilai yang dianut dan perilaku masa lalu sebagai prediktor yang signifikan terhadap sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan dalam model TPB. Selain itu, dengan dikombinasikannya variabel injunctive norms dan norma deskriptif ke dalam keyakinan normatif yang membentuk norma subyektif, maka norma subyektif mampu dalam menjelaskan dan memprediksi niat berperilaku. Ketiga, tidak terdukungnya Hipotesis 4 mengenai pengaruh kontrol keperilakuan yang dirasakan pada perilaku dalam model TPB dan Hipotesis 9 mengenai pengaruh sikap pada perilaku secara langsung, disebabkan oleh pembentuk konstruk sikap dan kontrol keperilakuan yang dirasakan serta

304 latar/setting dalam model penelitian ini. Dalam penelitian ini konstruk sikap dibentuk oleh behavioral belief dan outcome evaluation dan konstruk kontrol keperilakuan yang dirasakan juga dibentuk oleh belief control dan perceived power. Dengan demikian, secara teoritis keyakinan-keyakinan dasar yang menonjol dijadikan pertimbangan bagi individu untuk menampilkan perilaku atau tidak. Melalui keyakinan dasar yang menonjol, konsep sikap dan kontrol keperilakuan yang dirasakan dalam TPB sebagai konsep yang terinci dan eksplisit. Dengan kata lain, ketegasan konsep sikap dan kontrol keperilakuan yang dirasakan dalam model TPB mampu menjelaskan dan memprediksi tendensi seseorang dalam berperilaku, terutama dalam perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagaimana dalam penelitian ini. Keempat, tidak terdukungnya Hipotesis 11 dalam penelitian ini mengenai pengaruh norma subyektif pada sikap terhadap perilaku disebabkan oleh pembentuk konstruk sikap dan norma subyektif, metode pengumpulan data, dan latar penelitian, yang semuanya berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, norma subyektif tidak berpengaruh signifikan pada sikap terhadap perilaku dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara lain, pembentuk konstruk sikap dan konstruk norma subyektif yang mencakup behavioral belief dan normative belief, sehingga norma subyektif cenderung akan mempengaruhi niat berperilaku secara langsung tanpa harus dimediasi oleh sikap berperilaku.

305 Selanjutnya, sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh nilai yang dianut dan perilaku masa lalu. Sesuai dengan latar penelitian ini (perilaku pengunaan AAS), bahwa alasan utama binaragawan Indonesia untuk menggunakan ulang AAS, adalah sikap positip yang terbentuk terhadap penggunaan AAS dan diyakini mampu menghasilkan manfaat yang menunjang kinerjanya sebagai atlit binaraga. Di samping itu, sikap positip binaragawan Indonesia yang terbentuk terhadap penggunaan AAS diyakini lebih dipengaruhi oleh nilai achievement yang dianutnya. Kelima, penelitian ini mendukung konstruk sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan dibentuk oleh keyakinan-keyakinan dasar yang menonjol (salient model belief) dan mempertegas model TPB yang didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan secara sistematis menggunakan informasi-informasi yang mungkin baginya. Berdasarkan informasi tersebut, manusia memikirkan implikasi dari tindakannya sebelum memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu. Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan, terbukti merupakan variabel yang dibentuk oleh keyakinan dasar yang menonjol (salient modal belief). 5.3. Kontribusi penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat, antara lain dalam dunia praktek, dan pengembangan teori di

306 bidang pemasaran khususnya perilaku konsumen. Secara ringkas, kontribusi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kontribusi teoritis Kerlinger (1970) (lihat Cohen (2000, hal. 11) menyatakan teori merupakan penjelasan dan prediksi dari fenomena sosial yang diamati.menghubungkan subjek yang berkepentingan...dengan beberapa fenomena lainnya. Lebih lanjut, dia menyatakan juga bahwa teori merupakan seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang saling berhubungan satu sama lain serta menggambarkan terjadinya suatu fenomena sebagaimana mestinya. Penggambaran terjadinya fenomena tersebut dilakukan melalui penentuan hubungan antar variabel dengan tujuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (Kerlinger, 1970 (lihat Cohen (2000, hal. 11)). Proposisi-proposisi yang membentuk suatu teori mencakup beberapa konsep dalam bentuk hubungan sebab akibat (Kerlinger, 1970 (lihat Cohen (2000, hal. 11)). Lebih lanjut, di dalam teori juga terkandung konsep teoritis, sehingga teori juga berfungsi menggambarkan realitas dunia sebagaimana yang dapat diamati (Kerlinger, 1970 (lihat Cohen (2000, hal. 11)). Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah TPB. Menurut penelitian-penelitian sebelumnya, teori ini memiliki beberapa kekurangan, yaitu: (1) kurang melihat bahwa sikap mampu memprediksi perilaku secara langsung tanpa melalui niat sebagai dampak atas reaksi yang bersifat purposeful. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bagozzi et al.

307 (1989) bahwa sikap mempengaruhi perilaku secara langsung sebagai reaksi yang bersifat nonpurposeful atau tidak secara langsung melalui niat sebagai respon yang bertujuan (purposeful), (2) variabel sikap dalam TPB secara konsisten berhubungan dengan niat dalam berbagai penelitian empiris, sikap mampu memprediksi dengan baik niat untuk berperilaku di bawah kerangka TPB, sedangkan norma subyektif sering gagal dalam memprediksi niat dalam penelitian konsumen sebagaimana penelitian perilaku yang sering dilakukan pada umumnya (Thompson et al., 1994; Thompson dan Thompson, 1996; Bagozzi et al., 2000; Martinasek, 2001; Andrykowski et al., 2006; Zychowicz dan Pilska, 2006; Davies, 2008; Frishman, 2008; Jing, 2009), (3) TPB tidak memperhitungkan variabel lain yang menjadi faktor penentu niat berperilaku dan motivasi, seperti: ketakutan (fear), ancaman (threat), suasana hati (mood), atau perilaku masa lalu (past behavior) (Bentler dan Speckart, 1979; Eagly dan Chaiken, 1993, hal. 178; Conner dan Armitage, 1998; Bagozzi et al., 2000; Armitage dan Conner, 2001). Oleh karena itu, kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengurangi kekurangan penggunaan teori ini. Hal tersebut dilakukan dengan: (1) mengintegrasikan teori nilai (values theory) dengan TPB, maka nilai yang dianut mempengaruhi sikap binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS dan selanjutnya sikap binaragawan tersebut berpengaruh langsung pada perilakunya dalam menggunakan ulang AAS; (2) melakukan pengukuran norma subyektif secara multi item, yaitu

308 dengan mengkombinasikan injunctive norms dan norma deskriptif. Selama ini pengukuran norma subyektif yang dilakukan di penelitian-penelitian sebelumnya, hanya menggunakan item tunggal yang dalam hal ini hanya mencakup injunctive norms, sehingga konsistensi norma subyektif dalam memprediksi niat berperilaku cukup lemah dibanding sikap terhadap perilaku. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan mampu untuk mengungkap adanya peran norma subyektif binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS dalam memprediksi niatnya untuk menggunakan ulang AAS; (3) menambahkan dan menguji variabel perilaku masa lalu sebagai penentu sikap terhadap perilaku, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan. Selanjutnya, dengan adanya variabel perilaku masa lalu dalam model TPB, maka dalam penelitian ini diharapkan, bahwa: (1) sikap binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS, norma subyektif binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan binaragawan Indonesia dalam menggunakan AAS, memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjelaskan dan memprediksi niat dan perilakunya dalam menggunakan ulang AAS; (2) sikap binaragawan Indonesia terhadap penggunaan AAS berpengaruh langsung pada perilakunya dalam menggunakan ulang AAS. Penelitian ini menggunakan model TPB yang dikembangkan dalam memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku manusia yang terkait dengan kesehatan, dengan mengambil latar/setting binaragawan Indonesia

309 yang menggunakan AAS. Berhubungan dengan hasil penelitian, perilaku penggunaan ulang AAS oleh binaragawan Indonesia dipengaruhi oleh niat untuk menggunakan ulang AAS. Niat menggunakan ulang AAS dipengaruhi oleh sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan. Sesuai dengan kerangka model TPB yang digunakan sebagai dasar teori dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini secara garis besar menunjukkan bahwa model TPB mampu memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku manusia yang terkait dengan kesehatan (Conner dan Armitage, 1998; Armitage dan Conner, 1999; 2000). Sebagaimana penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan model TPB dalam memahami, menjelaskan, dan memprediksi berbagai domain perilaku. b. Kontribusi praktik Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi praktisi untuk menggunakan TPB dalam memahami hubungan sikap, norma subyektif, kontrol keperilakuan yang dirasakan, nilai yang dianut, dan perilaku masa lalu untuk memahami niat atau perilaku. Para peneliti seperti Warshaw (1980), Swan dan Martin (1994), serta Albarracin et al. (2001) menyatakan bahwa konstruk-konstruk yang teruji dapat digunakan dengan lebih yakin oleh para praktisi dalam memahami suatu fenomena. Fenomena penelitian ini adalah penggunaan AAS di kalangan binaragawan Indonesia. Tidak hanya itu, penelitian ini memberikan profil binaragawan Indonesia dan informasi mengenai sikap binaragawan Indonesia pada penggunaan AAS, referents (orang lain) yang mempengaruhi penggunaan AAS, dan kontrol pribadi

310 dalam penggunaan AAS. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah, karena AAS telah beredar luas bukan hanya di kalangan atlit binaraga dan atlit lainnya, tetapi juga di seluruh masyarakat Indonesia. Penggunaan AAS dapat berisiko pada kesehatan bahkan berdampak pada kematian para penggunanya. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia dapat mengurangi penyebaran AAS melalui program intervensi pada atlit binaraga Indonesia dan pemberian penyuluhan secara terus menerus di masyarakat luas mengenai bahaya penyebaran dan penggunaan AAS. 5.4. Keterbatasan penelitian Penelitian ini mempunyai 3 keterbatasan utama. Pertama, penelitian ini dilakukan dalam domain perilaku yang terkait dengan kesehatan dan hanya menggunakan satu produk, yaitu AAS. Dengan demikian, hasil penelitian ini tidak ditujukan untuk digeneralisasikan pada perilaku lainnya (misalnya perilaku yang tidak normal (typical behavior), seperti menggunakan narkoba dan mengonsumsi minuman keras), produk lainnya. Penggunaan satu perilaku (single act criterion) dan satu produk adalah cukup beralasan sebagaimana tujuan penelitian ini adalah mengungkap peran nilai yang dianut, perilaku masa lalu, sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan dalam menjelaskan dan memprediksi niat serta perilaku binaragawan Indonesia dalam menggunakan AAS. Tidak hanya itu, dengan menggunakan satu perilaku dan satu produk yang spesifik merupakan salah satu kriteria agar hubungan sikap dan perilaku dapat ditingkatkan (Fishbein dan Ajzen, 2010, hal. 44).

311 Keterbatasan kedua berkaitan dengan lingkup penelitian. Perbedaan karakteristik responden karena perbedaan karakteristik demografis, psikografis, dan perilaku serta perbedaan keyakinan responden terhadap produk AAS dan penggunaannya juga membatasi hasil penelitian ini untuk digeneralisasi pada pada perilaku lain yang juga menggunakan produk lainnya. Keterbatasan ketiga berkaitan dengan tenggang waktu pengukuran antara variabel niat berperilaku dengan perilaku yang tergolong singkat, yaitu 3 bulan. Fredricks dan Dossett (1983) menyatakan bahwa semakin lama tenggang waktu pengukuran antara variabel prediktor (niat berperilaku) dengan variabel criterion (perilaku) dalam model TPB, maka semakin besar kemungkinan sikap dapat mempengaruhi perilaku secara langsung. Menurut mereka hal ini karena niat berperilaku tidak stabil sepanjang waktu. 5.5. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya Penelitian ini memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Pertama, sebagaimana telah dikemukakan pada keterbatasan penelitian, penelitian ini hanya dilakukan pada perilaku yang terkait dengan kesehatan dan penggunaan satu produk, yaitu AAS. Penelitian selanjutnya sebaiknya mereplikasi penelitian ini pada perilaku lain yang terkait dengan kesehatan dan menggunakan produk lain dalam kategori produk yang terkait dengan kesehatan sebelum generalisasi penelitian yang lebih kokoh disampaikan. Selain itu penelitian selanjutnya juga sebaiknya mereplikasi penelitian ini pada perilaku yang tidak normal, misalnya perilaku yang mengonsumsi minuman keras dan narkoba. Demikian juga halnya dengan

312 responden atlit binaraga yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan responden yang bukan atlit binaraga sehingga hasil penelitian dapat digeneralisir. Kedua, penelitian ini hanya menggunakan binaragawan Indonesia pengguna AAS yang berada di kota Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Untuk bisa melakukan generalisasi hasil penelitian yang lebih baik, pada penelitian selanjutnya sebaiknya juga melibatkan binaragawan Indonesia pengguna AAS yang berada di wilayah Indonesia yang lain. Informan kunci sebaiknya juga bukan hanya atlet binaraga saja tetapi melibatkan dokter yang mendampingi atlet tersebut, para ahli kesehatan yang terkait dengan penggunaan AAS sehingga dapat mengonfirmasi isi. Ketiga, penelitian ini menggunakan tenggang waktu 3 bulan antara kuesioner tahap pertama (nilai, perilaku masa lalu, sikap, norma subyektif, kontrol keperilakuan yang dirasakan, dan niat) dan kuesioner tahap kedua (perilaku). Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat mencoba dengan mengaplikasikan tenggang waktu yang lebih lama (misalnya satu tahun) antara pengukuran niat berperilaku dan perilaku.