BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X 1 (Skor Tes Awal) Dalam penelitian ini, yang menjadi variable X 1 adalah skor data yang di jaring sebelum pelaksanan eksperimen pada pada kelompok siswa putri kelas VIII SMP N 3 Gorontalo yang telah ditetapkan sebagai sampel. Dari data yang telah diperoleh menunjukkan skor tertinggi 252 dan skor terrendah 153. Setelah dilakukan analisis diperoleh skor rata-rata 189,05 ; standar deviasi 20,62; median 185,9 dan modus 181,3. Distribusi data variable X 1 dapat dilihat pada table berikut: Tabel 4.1 Distribusi data variable X 1 No Skor Frekuensi 1 153-172 4 2 173-192 9 3 193-212 5 4 213-232 1 5 233-252 1 Jumlah 20 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata berada pada kelas ke dua, sekaligus sebagai kelas yang memiliki frekuensi tertinggi. Hal ini berarti pada umumnya responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini memperoleh skor setara dengan rata-rata, dalam arti bahwa
Frekuensi lebih banyak siswa yang menjadi sampel memiliki kemampuan dalam melakukan lompat jauh setara dengan skor rata-rata yang dicapai sebelum eksperimen. Hal ini dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut: 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 153-172 173-192 193-212 213-232 233-252 skor Gambar 1 : Histogram data variabel X 1 2. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X 2 (Skor Tes Akhir) Dalam penelitian ini, yang menjadi variable X 2 adalah skor data yang dijaring setelah pelaksanaan eksperimen pada kelompok siswa yang telah ditetapkan sebagai sampel. Dari data yang diperoleh menunjukan skor tertinggi 385 dan skor terendah 310. Setelah dilakukan analisis diperoleh skor rata-rata 340,8; standar deviasi 17,84; median 174,7dan modus 190,5. Distribusi data variable X 2 dapat dilihat pada table berikut:
Frekuensi Tabel 4.2 Distribusi data variable X 2 No. Skor Frekuensi 1 310-324 1 2 325-339 8 3 340-354 9 4 355-369 0 5 370-385 2 Jumlah 20 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata berada pada kelas ke tiga, sedang modus berada pada kelas ke tiga. Hal ini berarti bahwa lebih banyak responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini memperoleh skor di bawah rata-rata, dalam arti bahwa pada umumny asiswa yang menjadi sampel memiliki kemampuan dalam melakukan lompat jauh di bawah skor rata-rata yang dicapai setelah pelaksanaan eksperimen. 10 8 6 4 2 0 310-324 325-339 340-354 355-369 370-385 Skor Gambar 2 : Histogram data variabel X 2
4.2 Pengujian Persyaratan Analisis Penilaian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan latihan kecepatan lari 50 meter dalam melakukan lompat jauh gaya menggantung. Karena itu pengujian persyaratan analisis yang dilakukan adalah uji homogenitas varians populasi terhadap skor yang dicapai sebelum eksperimen (X 1 ) dan sesudah eksperimen (X 2 ). Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh harga x 2 hitung sebesar 0,437. Sedang dari daftar distribusi chi-kuadrat diperoleh x 2 daftar sebesar 6,63. Ternyata harga x 2 hitung lebih kecil dari x 2 daftar (0,437< 6,63), sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil penelitian memiliki varians populasi yang homogen. 4.3 Pengujian Hipotesis Berdasarkan data hasil penelitian yang memiliki varians populasi homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata melalui uji dua pihak dengan menggunakan uji-t. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh harga t hitung sebesar -24,907. Sedang dari daftar distribusi t diperoleh t daftar sebesar 2,45. Ternyata harga t hitung telah berada diluar daerah penerimaan H o, sehingga dapat disimpulkan bahwa H o ditolak dan dapat menerima H 1. Dengan memperhatikan hasil analisis data tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penulis yang berbunyi: Ada pengaruh latihan kecepatan lari 50 meter terhadap kemampuan lompat jauh gaya menggantung pada cabang olahraga atletik siswa putri kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo, dapat diterima untuk jelasnya, hal ini dapat digambarkan dalam kurva sebagai berikut:
Penerimaan H 1 H 0 H 1-24,907-2,45 0 2,45 4.4 Pembahasan Lompat jauh merupakan salah satu nomor dari cabang atletik dan mudah juga untuk dilaksanakan dilingkungan sekolah, demikian halnya pada jenjang SMP, lompat jauh telah menjadi bagian dari materi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Cabang atletik ini sangat menarik dan mudah untuk dilaksanakan, karena dapat dilakukan dimana saja dengan tidak membutuhkan lapangan yang luas, cabang atletik ini juga dapat diarahkan pad pengembangan kemampuan dasar bagi siswa yang mempunyai minat dan bakat dalam lompat jauh. Namun untuk kemampuan siswa dalam cabang atletik lompat jauh sangat dibutuhkan proses penyajian yang kontinu dan terprogram. Dengan latihan yang tepat dapat memberikan dampak yang positif terhadap kemampuan siswa. Bentuk latihan yang dapat dilakukan antara lain melalui latihan daya ledak otot tungkai. Dalam penelitian ini, penulis melakukan eksperimen dengan menggukan latihan kecepatan lari 50 meter terhadap kemampuan lompat jauh gaya menggantung pada siswa putri kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur dan memperoleh gambaran tentang perubahan/peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan lompat jauh gaya menggantung. Berdasarkan hasil eksperimen, menunjukan adanya peningkatan jarak lompatan siswa secara sigifikasi setelah melakukan beberapa jenis latihan dalam melakukan lompat jauh. Bentuk
latihan dalam meningkatkan jauhnya jarak lompatan siswa pada nomor lompat jauh, antara lari. Jenis latihan ini dapat memberikan efek pada kemampuan lompat jauh, yang pada akhirnya akan mempengaruhi jarak lompatan. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mengalami dan menemukan beberapa kendala antara lain kurang disiplinnya siswa dalam melakukan latihan, keterbatasan fasilitas, keterbatasan waktu pelaksanaan latihan dimana dalam mengikuti latihan siswa sangat tergantung pada waktu lowong yang tersisa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga sulit mengumpulkan siswa yang menjadi sampel dalam setiap kali pengambilan data enelitian. Waktu pelaksanaan latihan kecepatan lari 50 meter ini yaitu selama tiga kali seminggu dengan interval waktu 90 menit selama dua bulan. Penulis berasumsi bahwa penetapan lama waktu latihan sangat berpengaruh terhadap hasil latihan. Hal ini yang menyebabkan peneliti mengambil waktu latihan yang sedang, sebab waktu latihan yang terlalu lama akan memberikan kesan dan tanggapan yang kurang baik bagi atlit. Harsono (1988: 122) mengatakan apabila waktu latihan berlangsung lama dan terlalu melelahkan, maka bahayanya adalah bahwa atlit akan memandang setiap latihan sebagai penyiksaan. Oleh karena itu, waktu latihan sangat penting untuk diperhatikan guna mendapatkan hasil yang optimal. Berdasarkan pembahasan, analisis data penelitian yang telah dilakukan diperoleh harga t hitung sebesar -24,907. Sedang dari daftar distribusi t diperoleh t daftar sebesar 2,45. Ternyata harga t hitung lebih besar dari t daftar atau harga t hitung telah berada diluar daerah penerimaan H 0, sehingga dapat disimulkanbahwa H 0 ditolak dan dapat menerima H 1 serta kajian teori yang relevan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan kecepatan lari 50 meter dapat mempengaruhi jarak lompatan, sehingga hipotesis penulis berbunyi: Ada pengaruh latihan kecepatan lari 50 meter terhadap kemampuan lompat jauh gaya menggantung, diterima.