BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Deskripsi hasil belajar siswa dalam penelitian ini dipaparkan dalam bentuk mean (X), median (Me), modus (Mo), standar deviasi (ST), distribusi frekuensi, dan diagram batang. Rekapitulasi data hasil penelitian disajikan pada table 4.1 dan hasil perhitungan disajikan pada lampiran 10. Secara umum data hasil belajar matematika dapat disajikan pada table 4.1. Tabel 4.1 Deskripsi Data Penelitian Sumber data N Skor Min Skor Max Mean Median (Me) Modus (Mo) Sd. Deviasi Post Test E ,28 49,43 48,83 13,74 K ,49 44,25 53,87 16,65 Selengkapnya uraian deskripsi data hasil belajar matematika disajikan sebagai berikut: a. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Penemuan Terbimbing Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing berjumlah 23 orang. Data hasil belajar yang diperoleh adalah data hasil belajar dari instrument tes essay yang berjumlah 4 butir dan telah di uji kevalidan dan reliabilitasnya dengan rentangan skor Skor minimum yang diperoleh kelompok ini adalah 36 dan skor maksimum 24

2 25 adalah 95. Dari skor maximum dan minimum diperoleh rentang sebesar 59, kemudian denggan menggunakan aturan Sturges diperoleh Banyak Kelas (BK) yaitu 6 dan Panjang Kelas (PK) yaitu 10. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut ini. Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing No. Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi (%) X i f i.x i f i.x i Jumlah Dari data diatas pada tabel 4.2 diperoleh nilai rata-rata atau mean (Y) skor hasil belajar matematika sebesar 55.28, median (Me) atau nilai tengah sebesar , modus (Mo) sebesar 48.33, dan standar deviasi (Sd. Dev) sebesar 13,77. Sehingga berdasarkan kurva normal nilai median berada diantara nilai rata-rata dan modus hal ini artinya hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan metode penemuan terbimbing cenderung biasa. Untuk lebih jelasnya sebaran data berdasarkan distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan pada histogram berikut. Sebaran data pada Tabel Distribusi Frekuensi di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang di bawah ini :

3 FREKUENSI 26 Diagram Batang skor hasil belajar siswa (postest) yang menggunakan metode penemuan terbimbing Kelas Interval b. Deskripsi Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Metode Ekspositori Hasil belajar siswa yang menggunakan metode ekspositori merupakan hasil belajar siswa yang bersumber dari pembelajaran kelas kontrol. Kelas kontrol merupakan kelas pembanding kelas eksperimen yang berjumlah siswa 23 orang. Skor minimum yang diperoleh adalah 20, skor maksimum adalah 84. Dari skor maximum dan minimum diperoleh rentang sebesar 64, kemudian dengan menggunakan aturan Sturges diperoleh Banyak Kelas (BK) yaitu 6 dan Panjang Kelas (PK) yaitu 11. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut ini.

4 27 Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Metode Ekspositori No. Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi (%) X i f i. X i f i. X i Jumlah Dari data diatas pada tabel 4.3 diperoleh nilai rata-rata atau mean (Y) skor hasil belajar matematika sebesar 46.52, median (Me) atau nilai tengah sebesar 47.92, modus (Mo) sebesar , dan standar deviasi (Sd. Dev) sebesar Sehingga berdasarkan kurva normal nilai median berada diantara nilai rata-rata dan modus hal ini artinya hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan metode ekspositori cenderung biasa. Sebaran data yang terdapat pada dafrar distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan pada diagram batang.

5 Frekuensii 28 Diagram Batang hasil belajar siswa (Postest) yang menggunakan metode ekspositori Pengujian Prasyarat Analisis a. Pengujian Normalitas Data Pengujian normalitas data sebagaimana diungkapkan diatas bahwa syarat dari penggunaan uji-t adalah data yang yang menjadi sampel harus berdistribusi normal. Dalam hal ini hasil belajar/kemampuan siswa harus berdistribusi normal dan jika tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesis menggunakan uji statistic nonparametris. Pengujian normalitas data ini menggunakan uji liliefors pada taraf nyata α = 0,05. Pengujian ini dilakukan terhadap dua sampel ditinjau dari hasil belajarnya yaitu : Kelas Interval 1. Pengujian Normalitas Data Kelas Eksperimen Pengujian normalitas data kelas eksperimen bergantung pada hasil belajar (lampiran) yang diperoleh dan berdasarkan perhitungan pada (lampiran) diperoleh nilai Lo sebesar 0,1209. Untuk taraf nyata α = 0,05 dan n = 23,

6 29 diperoleh nilai L tabel sebesar 0,173. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis H 0 diterima sebab L hitung < L tabel. Hal ini berarti sampel tersebut berdistribusi normal. 2. Pengujian Data Kelas Kontrol Sebagaimana pengujian normalitas data kelas eksperimen, pengujian normalitas data kelas kontrol juga bergantung pada hasil belajar (lampiran) kelompok ini dan berdasarkan hasil perhitungan pada (lampiran) diperoleh nilai L o sebesar 0,1478. Untuk taraf nyata α = 0,05 dan n = 23 diperoleh nilai L tabel sebesar 0,173. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis H 0 diterima sebab L 0 < L tabel. Hal ini berarti sampel tersebut berdistribusi normal. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data L tabel Data/Sumber L 0 0,05 Kesimpulan Kelas Eksperimen 0,1209 0,173 Normal Kelas Kontrol 0,1478 0,173 Normal Berdasarkan hasil pengujian data dari kedua kelas diperoleh hasil bahwa data kedua kelas berdistribusi normal, sehingganya untuk pengujian hipotesisnya digunakan uji statistik parametrik. b. Pengujian Homogenitas Varians Data Pengujian homogenitas varians data dalam penelitian ini diujikan setelah kedua sampel diberikan perlakuan. Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi apakah kedua sampel yang dipilih penulis memiliki kemampuan yang

7 30 sama sehingga tidak ada faktor lain yang mempengaruhi selain dari metode pembelajaran. Pengujian homogenitas varians ini diujikan penulis menggunakan rumus Uji F yaitu dengan membagi varians data terbesar dengan varians kelompok data terkecil. Hipotesis yang diujikan adalah: H 0 : Varians data berasal dari populasi yang homogen H 1 : Varians data berasal dari populasi yang tidak homogen Kriteria pengujian adalah terima H 0 jika F hitung < F α (V 1 V 2 ) dan tolak H 0 jika F hitung > F α (V 1 V 2 ) dengan F α (V 1 V 2 ) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang α = 0,05 sedangkan V 1 dan V 2 merupakan derajat kebebasan masing-masing. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran diperoleh nilai varians terbesar s 2 = 298,41 dan varians terkecil s 2 = 217,68. Dengan demikian nilai F hitung = 1,11 sedangkan nilai F tabel adalah 1,37. Maka dapat disimpulkan bahwa varians data berasal dari populasi yang homogen. Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Varians Data/Sumber F hitung F tabel Kesimpulan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1,17 2,07 Homogen c. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis menggunakan uji statistik parametrik dalam hal ini dipilih uji t. Dari perhitungan pada lampiran diperoleh nilai t hitung sebesar 1,918. Dari tabel daftar distribusi t diperoleh t (0,975)(44) = 1,684. Dengan membandingkan

8 31 harga t hitung dan t tabel maka diperoleh t hitung > t tabel. Artinya t hitung berada di daerah penolakan H 0. Dengan demikian H 1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode penemuan terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode ekspositori. Kurva Penerimaan dan Penolakan H o Daerah Penerimaan H 0 1,684 Daerah Penolakan H 0 1,918 α = 0,05 Dari hasil di atas diperoleh bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima, sehingga dapat disimpulkan hasil belajar siswa yang belajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode ekspositori. B. Pembahasan Penelitian ini bertolak dari upaya untuk melihat pengaruh metode penemuan terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi bidang ruang. Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang berpusat

9 32 pada siswa yang secara bebas membuat dugaan, mencoba, mencari dan menemukan, menyusun rumus serta membuktikan benar tidak dugaannya dengan bimbingan dari guru. Seperti yang telah dikemukakan pada bab 1, bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu apakah ada perbedaan kemampuan hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan metode penemuan terbimbing dan metode ekspositori di kelas XI SMK Gotong Royong.. Sehingganya tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode penemuan terbimbing lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode ekspositori, pada pokok bahasan bangun ruang. Berdasarkan analisis inferensial diperoleh bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan metode ekspositori pada materi bangun ruang, yakni hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode penemuan terbimbing lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ekspositori. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan statistik uji parametrik uji t (uji kesamaan dua rata-rata) dengan α = 0,05, dk = n 1 + n 2 2;dk = 44 dan kriteria pengujian terima H o jika t hitung < t tabel dalam hal yang lain H o ditolak, dari hasil pengujian terhadap hipotesis penelitian memberikan hasil bahwa H o ditolak dan H 1 diterima, hal ini mengindikasikan bahwa hasil belajar siswa pada kelas ekperimen lebih tinggi dari hasil belajar siswa pada kelas kontrol atau pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing lebih efektif

10 33 meningkatkan hasil belajar siswa dari pada metode ekspositori. Pernyataan diatas mengindikasikan bahwa metode penemuan terbimbing mampu meningkatkan kemampuan berpikir pada siswa. Semakin mandiri siswa dalam menemukan suatu masalah dalam matematika maka semakin meningkat kemampuan berpikirnya. Masalah-masalah tersebut akan lebih mudah dipahami siswa sehingga hasil belajar mereka akan meningkat. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Borthick dan Jones (dalam Effendi: 5) mengemukakan bahwa metode penemuan menjelaskan tentang siswa belajar untuk mengenal suatu masalah, karakteristik dari solusi, mencari informasi yang relevan, membangun stategi untuk mencari solusi, dan melaksanakan strategi yang dipilih. Dengan kata lain, metode penemuan juga membiasakan siswa dalam memecahkan masalah. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah, diharapkan kemampuan dalam menyelesaikan berbagai masalah akan meningkat. Namun, harus diakui bahwa dalam penelitian ini ada beberapa kendala yang dihadapi dalam menerapkan metode penemuan terbimbing, diantaranya adalah faktor kebiasaan siswa, siswa belum terbiasa melakukan kegiatan secara berkelompok yang megakibatkan tidak terjalinnya komunikasi yang baik antar siswa. Kendala lainnya yaitu siswa belum terbiasa melakukan kegiatan menemukan sehingga beberapa langkah dalam LKS sedikit sulit ditafsirkan siswa. Selain itu kegiatan menemukan yang diberikan membutuhkan pengetahuanpengetahuan sebelumnya sehingga ada beberapa siswa yang memiliki keterbatasan dalam mengingat pelajaran sebelumnya harus membutuhkan banyak waktu.

11 34 Untuk mengantisipsi hal ini langkah yang dilakukan guru yaitu mengelompokkan siswa secara heterogen, sehingga jika ada siswa yang belum mengerti maka siswa lain dalam kelompoknya dapat membantu menjelaskannya. Selain itu guru senantiasa memimbing diskusi dalam kelompok.

12