Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016

93% 98% 97% 98% 98% 98% 98% Laporan Tahunan 2015 ii

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

LAPORAN KINERJA DITJEN TANAMAN PANGAN 2015

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun KATA PENGANTAR

BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2010 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2010

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)


KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013

Budidaya tanaman sehat. Banjir. Kekeringan. Pengamatan. Pelestarian musuh alami. Petani ahli

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

pengembangan PHT dan penggunaan program SIM OPT versi 2.1 yang telah disempurnakan, pemberdayaan THL Tenaga Bantu POPT-PHP, penyediaan dan

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

Laporan Kinerja 2014 KATA PENGATAR

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

Laporan Kinerja KATA PENGANTAR

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

RENCANA KINERJA TAHUNAN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TAHUN 2013

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan i

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT KEDELAI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang


KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 285/Kpts/OT.210/4/2002

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 393/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN MENTERI PERTANIAN,

INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

RKT-2014 Direktorat Perlindungan Perkebunan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) SEREALIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016

GUBERNUR LAMPUNG. GUBERl'fUR LAMPUl'fG,

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TAHUN 2018

Transkripsi:

Laporan Kinerja Tahun 2014 i

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pengamanan produksi tanaman pangan mencakup seluruh areal pertanaman. Operasional kegiatan diarahkan dalam rangka penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI. Indikator kinerja utama kegiatan perlindungan tanaman pangan sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 adalah jumlah maksimal luas areal tanaman pangan yang ditoleransi terserang OPT dan terkena DPI sebesar 5% dari luas areal tanam. 2. Target capaian pengamanan areal pertanaman dari serangan OPT dan DPI pada Tahun 2014 adalah sebesar 95% dari luas tanam. Realisasi capaian pengamanan areal pertanaman Tahun 2014 dinilai berhasil dengan kisaran capaian sebesar 97,51% sampai dengan 104,77%. Hal tersebut terlihat dari capaian padi dengan kategori berhasil dan komoditas lainnya (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar) dengan kategori sangat berhasil. 3. Areal tanam padi yang dapat diamankan dari serangan OPT dan DPI Tahun 2014 sebesar 92,63% dari target 95% (capaian kinerja sebesar 97,51% dengan kategori berhasil). Sedangkan untuk capaian kinerja pengamanan pada tanaman jagung sebesar 103,77% (sangat berhasil), kedelai sebesar 102,17% (sangat berhasil), kacang tanah sebesar 104,47% (sangat berhasil), kacang hijau sebesar 104,77% (sangat berhasil), ubi kayu sebesar 104,69% (sangat berhasil) dan ubi jalar sebesar 102,74% (sangat berhasil). 4. Upaya pengendalian serangan OPT utama dan penanganan DPI (banjir dan kekeringan) pada tanaman pangan Tahun 2014 dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat dari luas pengendalian Tahun 2014 pada komoditas padi seluas 1.315.308 ha, jagung seluas Laporan Kinerja Tahun 2014 i

30.659 ha, kedelai seluas 15.375 ha, kacang tanah seluas 2.981 ha, kacang hijau seluas 1.516 ha, ubi kayu seluas 3.162 ha, dan ubi jalar seluas 1.071 ha. 5. Total anggaran yang tertuang dalam DIPA penguatan perlindungan tanaman pangan dari serangan OPT dan DPI (Pusat dan Dekonsentrasi) Tahun 2014 sebesar Rp. 117.864.716.000,- (seratus tujuh belas milyar delapan ratus enam puluh empat juta tujuh ratus enam belas ribu rupiah). Sampai dengan akhir Desember 2014, realisasi anggaran mencapai Rp. 113.000.750.669,- (seratus tiga belas milyar tujuh ratus lima puluh ribu enam ratus enam puluh sembilan rupiah) atau 95,87% dari total anggaran. 6. Dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, berbagai permasalahan masih menjadi kendala antara lain: i) Tindakan pengendalian dini pada umumnya terlambat dilaksanakan karena belum optimalnya koordinasi tripartit yaitu antara Mantri Tani, POPT-PHP dan Penyuluh Lapangan. Disamping itu, kelembagaan perlindungan tanaman yang berwenang dalam melaksanakan pengendalian belum satu komando, serta belum optimalnya peran dan fungsi Brigade Proteksi Tanaman. Untuk itu, perlu advokasi kepada Gubernur, Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pemegang komando dalam pelaksanaan pengendalian OPT. ii) Terbatasnya sarana pengendalian OPT dan DPI menghambat kelancaran pelaksanaan tugas POPT-PHP sehingga peran daerah harus lebih ditingkatkan dalam pemenuhan sarana tersebut. iii) Terbatasnya jumlah POPT-PHP mengakibatkan kegiatan pengamatan dan pengendalian/penanggulangan OPT belum optimal, sehingga perlu penambahan petugas lapangan baik dari APBN maupun APBD. iv) perubahan iklim berdampak pada luas banjir dan kekeringan serta perkembangan OPT. Laporan Kinerja Tahun 2014 ii

KATA PENGANTAR Kinerja pemerintah harus dilaporkan setiap tahunnya sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan telah menyusun Laporan Kinerja Tahun 2014 yang didasarkan atas tugas pokok dan fungsi serta kewenangan sesuai dengan program dan rencana kinerja Tahun 2014. Laporan Kinerja ini merupakan evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan dan sasaran perlindungan tanaman pangan sesuai dengan Rencana Kinerja Tahun 2014. Sasaran strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yaitu mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI. Hasil evaluasi kinerja tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk lebih menyempurnakan program dan kegiatan pengamanan produksi tanaman pangan di masa mendatang. Jakarta, Januari 2015 Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Ir. Pending Dadih Permana, M.Ec.Dev NIP 196005081986031026 Laporan Kinerja Tahun 2014 iii

DAFTAR ISI Hal. RINGKASAN EKSEKUTIF... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan... 1 1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja... 2 1.4. Sumber Daya Manusia... 6 1.5. Dukungan Anggaran... 6 1.6. Permasalahan... 7 II. PERENCANAAN KINERJA... 9 2.1. Rencana Strategis Tahun 2010-2014... 9 2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014... 11 2.3. Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014... 12 III. AKUNTABILITAS KINERJA... 14 3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Kinerja... 14 3.2. Capaian Kinerja Organisasi Tahun 2014... 15 3.3. Evaluasi dan Analisis Kondisi Iklim di Indonesia... 16 3.4. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2014... 17 3.5. Pengukuran Kinerja Keuangan... 55 IV. PENUTUP... 58 LAMPIRAN... 59 Laporan Kinerja Tahun 2014 iv

DAFTAR TABEL Hal. 1. Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan... 7 2. Sasaran Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014... 12 3. Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014... 15 4. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan di Indonesia Tahun 2013 dan 2014... 18 5. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Padi Tahun 2013 dan 2014... 19 6. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2010-2014... 21 7. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Jagung Tahun 2013 dan 2014... 23 8. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun 2010-2014... 25 9. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kedelai Tahun 2013 dan 2014... 27 10. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2010-2014... 28 11. Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2013 dan 2014... 30 12. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2010-2014... 32 Laporan Kinerja Tahun 2014 v

13. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kacang Hijau Tahun 2013 dan 2014... 34 14. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun 2010-2014... 36 15. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Ubi Kayu Tahun 2013 dan 2014... 38 16. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2010-2014... 39 17. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Ubi Jalar Tahun 2013 dan 2014... 41 18. Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun 2010-2014... 42 19. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014... 44 20. Akuntabilitas Keuangan terhadap Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2014... 56 21. Realisasi Anggaran Program Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014... 57 Laporan Kinerja Tahun 2014 vi

DAFTAR GRAFIK Hal. 1. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2010-2014... 21 2. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun 2010-2014... 25 3. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2010-2014... 29 4. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacanag Tanah di Indonesia Tahun 2010-2014... 33 5. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun 2010-2014... 37 6. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2010-2014... 40 7. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun 2010-2014... 43 Laporan Kinerja Tahun 2014 vii

DAFTAR LAMPIRAN Hal. 1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan... 60 2. Penetapan Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014... 61 3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014... 63 4. Pengukuran Kinerja Tahun 2014... 64 5. Pengukuran Pencapaian Sasaran... 65 6. Rencana dan Realisasi SLPHT Tahun 2014... 66 7. Rencana dan Realisasi SLI Tahun 2014... 67 8. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2007-2011, Rerata 5 Tahun, Tahun 2014, & Tahun 2014... 68 9. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2010-2014... 69 10. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun 2010-2014... 70 11. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2010-2014... 71 12. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang tanah di Indonesia Tahun 2010-2014... 72 13. Luas serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun 2010-2014... 73 14. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2010-2014... 74 Laporan Kinerja Tahun 2014 viii

15. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun 2010-2014... 75 16. Luas Banjir pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2010-2014... 76 17. Luas Kekeringan Pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2010-2014... 77 18. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2010-2014... 78 19. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun 2010-2014... 79 20. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2010-2014... 80 21. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2010-2014... 81 22. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun 2010-2014... 82 23. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2010-2014... 83 24. Luas Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun 2010-2014... 84 25. Luas Pengendalian pada Tanaman Pangan di Indonesia Tahun 2013 & Tahun 2014... 85 Laporan Kinerja Tahun 2014 ix

I. P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Kementerian Pertanian bertekad mewujudkan swasembada beras dan jagung berkelanjutan serta swasembada kedelai Tahun 2014, oleh karena itu peningkatan produksi pangan perlu terus diupayakan. Strategi peningkatan produksi pangan telah ditetapkan melalui upaya peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, pengamanan produksi, pemberdayaan kelembagaan pertanian dan dukungan pembiayaan usahatani. Sasaran produksi tanaman pangan ditargetkan meningkat setiap tahun, sehingga tugas dan fungsi pengamanan produksi tanaman pangan ke depan akan semakin berat. Pengamanan produksi yang direfleksikan melalui program dan kegiatan perlindungan tanaman pangan merupakan bagian penting dan saling terkait antar subsistem hulu sampai hilir. Peran penting yang diemban Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan adalah menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas produksi tanaman pangan dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI). Upaya pengamanan produksi dari gangguan OPT dilaksanakan dengan menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), sedangkan penanganan DPI diupayakan melalui antisipasi dan mitigasi terhadap terjadinya banjir, kekeringan dan bencana alam lainnya. Oleh karena itu, peningkatan sumber daya manusia, inovasi dan diseminasi teknologi, penguatan kelembagaan, serta pembinaannya perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara terus menerus. 1.2. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Laporan Kinerja Tahun 2014 1

Pertanian, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan tanaman pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT; 2) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan data OPT, DPI, teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT; 3) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan data OPT, DPI, teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT; 4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data OPT, DPI, teknologi pengendalian OPT, dan pengelolaan PHT; dan 5) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan terdiri atas 4 (empat) Subdirektorat, yaitu: 1) Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan. 2) Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim. Laporan Kinerja Tahun 2014 2

3) Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan. 4) Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu. Dalam melaksanakan kegiatan perlindungan tanaman pangan, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan juga didukung oleh Subbagian Tata Usaha, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Adapun tugas masing-masing bagian organisasi adalah: 1) Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan. Laporan Kinerja Tahun 2014 3

2) Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang dampak perubahan iklim. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim. 3) Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; Laporan Kinerja Tahun 2014 4

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. 4) Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan. Laporan Kinerja Tahun 2014 5

5) Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 6) Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upaya meningkatkan kegiatan peramalan OPT dan pengembangannya serta memperoleh rujukan di bidang perlindungan tanaman, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan didukung oleh 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) yang berkedudukan di Jatisari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sementara itu, pelaksanaan pengujian mutu pestisida, pupuk, dan produk tanaman, didukung oleh Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) yang berkedudukan di Jakarta. Sedangkan pelaksanaan tugas dan fungsi perlindungan tanaman pangan di daerah dilaksanakan oleh UPTD-Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) atau Sub Dinas Pertanian yang menangani perlindungan tanaman pangan. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dapat dilihat pada Lampiran1. 1.4. Sumber Daya Manusia Pada Tahun 2014, jumlah sumber daya manusia lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebanyak 68 orang pegawai dan 10 orang Tenaga Harian Lepas. Secara rinci, keadaan pegawai di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dapat dilihat pada Tabel 1. Laporan Kinerja Tahun 2014 6

Tabel 1. Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. No. Unit Golongan IV III II I THL Jml 1 Direktur 1 - - - - 1 2 Sub Bagian Tata Usaha - 10 8-10 28 3 Subdit. Pengelolaan Data OPT 1 9 2 - - 12 4 Subdit. DPI 4 9 - - - 13 5 Subdit. Pengelolaan PHT 1 10 1 - - 12 6 Subdit. Teknologi Pengendalian OPT 1 10 1 - - 12 Jumlah 8 48 12-10 78 1.5. Dukungan Anggaran Jumlah anggaran untuk kegiatan Penguatan Sistem Perlindungan Tanaman dari Gangguan Serangan OPT dan DPI pada Tahun 2014 sebesar Rp 192.288.141.000,- (seratus sembilan puluh dua milyar dua ratus delapan puluh delapan juta seratus empat puluh satu ribu rupiah) dan dilakukan penghematan sehingga anggaran menjadi Rp 117.864.716.000 (seratus tujuh belas milyar delapan ratus enam puluh empat juta tujuh ratus enam belas ribu rupiah) yang terdiri dari anggaran: 1) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebesar Rp 11.534.911.000,- 2) Balai Pengujian Mutu Produk sebesar Rp 3.765.860.000,- dan 3) Dekonsentrasi sebesar Rp 102.563.945.000,-. 1.6. Permasalahan Dalam rangka mencapai tujuan mengamankan produksi, beberapa kendala yang dihadapi antara lain: 1. Perubahan iklim yang bersifat ekstrim. 2. Kurangnya Petugas Pengendali OPT-Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP). Laporan Kinerja Tahun 2014 7

3. Belum memadainya sarana kerja petugas POPT-PHP. 4. Penggunaan pestisida belum bijaksana. 5. Belum optimalnya kelembagaan perlindungan tanaman. Laporan Kinerja Tahun 2014 8

II. PERENCANAAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis Tahun 2010-2014 Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mengacu kepada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. Renstra Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan merupakan dokumen perencanaan yang berdasarkan pada visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, strategi, program dan kegiatan pembangunan perlindungan tanaman pangan selama periode Tahun 2010 2014. Renstra tersebut kemudian dijadikan sebagai acuan bagi unit kerja lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dalam membuat perencanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan secara menyeluruh, terintegrasi dan sinergis antar sektor dan subsektor. Berdasarkan dokumen renstra tersebut maka disusunlah Rencana Kerja Tahunan (RKT), Penetapan Kinerja (PK) Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dengan menentukan indikator kinerja sehingga akuntabilitas pelaksanaan kegiatan dapat dievaluasi. 2.1.1. Visi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai visi terwujudnya sistem pengamanan produksi dari gangguan OPT dan DPI melalui penerapan sistem Pengendalian Hama Terpadu dan penanganan Dampak Perubahan Iklim. 2.1.2. Misi Misi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ditetapkan sebagai berikut: a. Meningkatkan pengamatan dan sistem peringatan dini OPT dan DPI. Laporan Kinerja Tahun 2014 9

b. Meningkatkan gerakan pengendalian OPT dan penanganan DPI. c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlindungan tanaman. d. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan perlindungan tanaman. e. Meningkatkan penerapan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan sesuai prinsip PHT. f. Meningkatkan mutu dan daya saing produk tanaman pangan 2.1.3. Tujuan Sesuai dengan visi dan misi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, maka tujuan yang akan dicapai yaitu meningkatkan kinerja perlindungan tanaman pangan dalam pengamanan produksi dari gangguan OPT dan DPI untuk mendukung upaya pencapaian sasaran produksi tanaman pangan. 2.1.4. Sasaran Guna mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang ditetapkan adalah: a. Meningkatnya fungsi sistem pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT serta penanganan DPI; b. Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan perlindungan tanaman pangan; c. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlindungan tanaman dalam pemahaman dan penerapan sistem perlindungan tanaman pangan; d. Tersedianya informasi teknologi pengendalian OPT berwawasan PHT yang efektif dan efisien; e. Terlaksananya gerakan pengendalian OPT dan penanganan DPI secara terpadu dalam skala luas; Laporan Kinerja Tahun 2014 10

f. Terkendalinya luas serangan OPT dan gangguan DPI pada tanaman pangan; g. Meningkatnya mutu dan daya saing produk tanaman pangan 2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014 Sasaran strategis pembangunan tanaman pangan Tahun 2014 dalam rangka mewujudkan sasaran strategis tanaman pangan Tahun 2010-2014 adalah swasembada dan swasembada berkelanjutan. Sasaran strategis pembangunan tanaman pangan terutama lebih dititikberatkan pada peningkatan produksi komoditas pangan utama (padi, jagung dan kedelai) dalam rangka mewujudkan swasembada padi dan jagung berkelanjutan serta pencapaian swasembada kedelai pada Tahun 2014. Sementara itu, peningkatan produksi komoditas tanaman pangan lainnya yaitu kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar dalam rangka mendukung diversifikasi pangan dan mendorong berkembangnya usaha agribisnis di pedesaan, serta peningkatan manajemen pembangunan dan peran serta instansi, stakeholder terkait dan masyarakat. Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, pengamanan produksi dari gangguan OPT dan DPI merupakan sasaran strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Upaya pengamanan produksi adalah salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Upaya pengamanan luas areal tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI dilakukan dengan meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan serta sumber daya manusia perlindungan tanaman pangan baik di pusat maupun daerah. Hal tersebut diharapkan dapat mendukung pelaksanaan gerakan pengamatan dan pengendalian dini (SPOT-STOP) sehingga kehilangan hasil dapat ditekan. Laporan Kinerja Tahun 2014 11

Agar pelaksanaan kegiatan penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan suatu Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014. Dengan adanya RKT, diharapkan kegiatan perlindungan tanaman pangan dapat berjalan terarah dan tepat sasaran, dengan menyelaraskan kegiatan pusat dan daerah, sehingga tujuan pengamanan produksi dapat tercapai. Berdasarkan rencana strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menetapkan sasaran kinerja minimal 95% luas areal tanaman pangan dari serangan OPT dan DPI. 2.3. Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014 Pada Tahun 2014, upaya pengamanan produksi tanaman pangan dari gangguan OPT dan terkena DPI dilaksanakan dengan menetapkan target indikator guna mencapai sasaran strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebagai berikut: Tabel 2. Sasaran Kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI Luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: - Padi - Jagung - Kedelai - Kacang Tanah - Kacang Hijau - Ubi Jalar - Ubi Kayu 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% Laporan Kinerja Tahun 2014 12

Upaya pencapaian pengamanan produksi tanaman pangan dari serangan OPT, banjir dan kekeringan dilakukan melalui beberapa kegiatan penguatan perlindungan tanaman pangan baik di daerah maupun di pusat yaitu: I. Kegiatan Dekonsentrasi: 1. Pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT 2. Operasional Brigade Proteksi Tanaman 3. Bahan dan sarana pengendalian OPT dan DPI 4. Gerakan pengandalian OPT 5. Pemberdayaan Pos Pengembangan Agens Hayati 6. Surveilans 7. Bantuan transport petani pengamat 8. Sekolah Lapangan PHT 9. Sekolah Lapangan Iklim 10. Koordinasi penganggulangan OPT/DPI 11. BOP dan honor THL POPT 12. Operasional LPHP 13. Gerakan pengendalian bersama TNI 14. Pengadaan musuh alami (burung hantu) II. Kegiatan Pusat a. Rancangan pengembangan perlindungan tanaman pangan. b. Pedoman perlindungan tanaman pangan. c. Dokumen perlindungan tanaman pangan. d. Database perlindungan tanaman pangan. e. Bahan informasi perlindungan tanaman pangan. f. Visualisasi kegiatan perlindungan tanaman pangan. g. Rumusan paket teknologi pengendalian OPT berwawasan PHT. h. POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok tani berprestasi. i. Rapat koordinasi perlindungan tanaman pangan. j. Perangkat pengolah data dan komunikasi. k. Peralatan dan fasilitas kantor. l. Operasional Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman. Laporan Kinerja Tahun 2014 13

III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Keberhasilan pencapaian sasaran strategis instansi pemerintah diukur dengan penilaian capaian sasaran melalui metode scoring yang dibagi dalam kategori: 1. sangat berhasil = capaian realisasi >100% 2. berhasil = capaian realisasi 80 100% 3. cukup berhasil = capaian realisasi 60 79% 4. kurang berhasil = capaian realisasi <60% Pengukuran capaian sasaran kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan diperoleh dari realisasi luas serangan OPT dan terkena DPI pada tanaman pangan dibandingkan dengan luas areal tanaman pangan. Target sasaran kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 yaitu 95% areal tanaman pangan aman dari serangan OPT dan terkena DPI atau maksimal 5% dari luas areal tanaman pangan terserang OPT dan terkena DPI. Data luas serangan OPT dan DPI diperoleh dari hasil pengamatan Petugas POPT tingkat kecamatan dan dilaporkan ke Koordinator POPT di tingkat kabupaten/kota setiap dua minggu sekali. Setelah direkap kemudian Koordinator melaporkan ke Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) selanjutnya disampaikan ke Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) di tingkat provinsi. Rekap data serangan OPT, banjir dan kekeringan per kabupaten dilaporkan oleh BPTPH ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui Sistem Informasi Manajemen OPT, fax, email dan pos. Laporan Kinerja Tahun 2014 14

Evaluasi kinerja pelaksanaan kegiatan dan pencapaian sasaran perlindungan tanaman pangan Tahun 2014 dilaksanakan melalui Pengukuran Kinerja dan Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) dengan menetapkan indikator kinerja, rencana tingkat capaian, realisasi, dan persentase pencapaian indikator kinerja masing-masing kegiatan dan sasaran, seperti tersaji pada Lampiran 4 dan 5. 3.2 Capaian Kinerja Organisasi Tahun 2014 Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 telah ditetapkan target indikator sasaran strategis. Capaian indikator kinerja utama sasaran strategis tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Kategori Capaian 1 2 3 4 5 Mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI Luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: - Padi 95 % 92,63 % 97,51 berhasil - Jagung 95 % 98,58 % 103,77 sangat berhasil - Kedelai 95 % 97,06 % 102,17 sangat berhasil - Kacang Tanah 95 % 99,25 % 104,47 sangat berhasil - Kacang Hijau 95 % 99,53 % 104,77 sangat berhasil - Ubi Kayu 95 % 99,45 % 104,68 sangat berhasil - Ubi Jalar 95 % 97,60 % 102,74 sangat berhasil Laporan Kinerja Tahun 2014 15

3.3 Evaluasi dan Analisis Kondisi Iklim di Indonesia Sebagian besar wilayah Indonesia rentan terhadap perubahan iklim/cuaca. Kondisi iklim di Indonesia di pengaruhi oleh kondisi di equator pasifik tengah (fenomena El-Nino/La-Nina), kondisi wilayah barat Indonesia (Dipole Mode), dan fenomena regional serta kondisi suhu permukaan laut. Kondisi iklim terutama curah hujan sangat berpengaruh terhadap kegiatan budidaya tanaman pangan seperti penentuan waktu tanam, pola tanam, penggunaan teknologi yang tepat serta produksi tanaman pangan. Fenomena El - Nino dan La - Nina dapat mempengaruhi kondisi curah hujan. Curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia akan berada di bawah normal apabila dipengaruhi oleh fenomena El-Nino dan sebaliknya curah hujan akan berada di atas normal apabila di pengaruhi oleh fenomena La-Nina. Kondisi iklim Indonesia terutama curah hujan pada Tahun 2010 hingga 2014 intensitas CH bervariasi. Pada awal Tahun 2010, sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El-Nino Moderat hingga lemah, pada akhir Tahun 2010 hingga awal Tahun 2012 sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena La-Nina lemah hingga Moderat, sedangkan pada akhir Tahun 2012 sebagian besar wilayah Indonesia mengalami fenomena El-Nino lemah hingga normal. Pada Tahun 2013, sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena Normal hingga La-Nina lemah, sedangkan pada Tahun 2014 sebagian besar wilayah Indonesia berada pada kondisi Normal hingga El-Nino Moderat. Peningkatan dan penurunan intensitas curah hujan di beberapa wilayah pada Tahun 2010 s.d. 2014 menyebabkan atau diikuti adanya Laporan Kinerja Tahun 2014 16

peningkatan dan penurunan luas kerusakan akibat DPI (banjir dan kekeringan) dan serangan OPT di wilayah tertentu. Hal tersebut dapat dilihat dari luas kerusakan tanaman akibat DPI (banjir dan kekeringan) dan intensitas serangan OPT. 3.4 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2014 Komoditas tanaman pangan terdiri dari padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Pencapaian produksi tanaman pangan masih difokuskan pada komoditas utama yaitu padi, jagung, dan kedelai. Sementara pencapaian komoditas lainnya merupakan bagian dari upaya diversifikasi pangan di Indonesia. Indikator kinerja utama Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pada Tahun 2014 yaitu mengamankan 95% luas areal tanaman pangan dari serangan OPT dan dampak perubahan iklim berupa banjir dan kekeringan. Capaian kinerja Tahun 2014 yaitu 97,51 104,77% dengan kategori capaian berhasil - sangat berhasil. Secara rinci, data luas serangan OPT utama, banjir dan kekeringan dapat dilihat pada Tabel 4. Laporan Kinerja Tahun 2014 17

Tabel 4. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan No Komoditas Keterangan Kekeringan di Indonesia Tahun 2013 dan 2014 Tahun 2013 (Ha) OPT & DPI % OPT & DPI thd LT Tahun 2014 (Ha) OPT & DPI % OPT & DPI thd LT Selisih 2014 thd 2013 % Selisih thd 2013 Areal yang diamankan (%) Tingkat capaian kinerja (%) 1 Padi Terkena 969.393 6,97 999.724 7,37 30.331 3,13 92,63 97,51 Puso 96.754 0,70 178.892 1,32 82.138 84,89 98,68 103,88 Luas Tanam 13.907.248 13.569.481 2 Jagung Terkena 56.130 1,42 56.245 1,42 114 0,20 98,58 103,77 Puso 8.627 0,22 5.648 0,14 (2.979) (34,54) 99,86 105,11 Luas Tanam 3.939.471 3.960.885 3 Kedelai Terkena 13.570 2,31 17.937 2,94 4.367 32,18 97,06 102,17 Puso 1.801 0,31 2.454 0,40 654 36,29 99,60 104,84 Luas Tanam 587.485 610.359 4 Kc. Tanah Terkena 4.323 0,85 3.698 0,75 (625) (14,47) 99,25 104,47 Puso 134 0,03 58 0,01 (77) (57,01) 99,99 105,25 Luas Tanam 509.406 492.938 5 Kc. Hijau Terkena 1.796 0,98 996 0,47 (799) (44,51) 99,53 104,77 Puso 233 0,13 33 0,02 (200) (85,82) 99,98 105,25 Luas Tanam 183.378 211.768 6 Ubi Kayu Terkena 3.638 0,34 5.307 0,55 1.668 45,85 99,45 104,69 Puso 267 0,03 136 0,01 (131) (48,90) 99,99 105,25 Luas Tanam 1.067.321 968.856 7 Ubi Jalar Terkena 548 0,35 800 2,40 252 45,99 97,60 102,74 Puso 0 0,00 1 0,00 1 6.400,00 100,00 105,26 Luas Tanam 158.662 33.337 Total Terkena 1.049.399 5,69 1.084.707 5,98 35.308 3,36 94,02 98,97 Puso 107.816 0,58 187.222 1,03 79.406 73,65 98,97 104,18 Total Luas Tanam 18.434.204 18.140.725 (293.479) (1,59) Ket: LT=luas tanam; Luas Tanam 2014 berdasarkan data Pusdatin Laporan Kinerja Tahun 2014 18

3.4.1 Padi a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Padi dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman padi Tahun 2014 seluas 999.724 ha atau 7,37% dari luas tanam (13.569.481 ha) dan 178.892 ha diantaranya puso atau 1,32% dari luas tanam. Dengan demikian, luas areal pertanaman padi yang dapat diamankan dari terkena serangan OPT, banjir dan kekeringan pada Tahun 2014 seluas 92,63% dari luas tanam. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 97,51% dari target 95% dengan kategori berhasil. Tabel 5. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Padi Tahun 2013 dan 2014 OPT & DPI TAHUN 2014 TAHUN 2013 TERKENA PUSO TERKENA PUSO OPT (ha) 445.001 2.424 510.090 4.422 BANJIR (ha) 338.378 141.045 408.961 88.265 KEKERINGAN (ha) 216.345 35.423 50.342 4.067 Jumlah OPT & DPI (ha) 999.724 178.892 969.393 96.754 Luas Tanam (ha) 13.569.481 13.907.248 % OPT thd Luas Tanam (%) 3,28 0,02 3,67 0,03 % Banjir thd Luas Tanam (%) 2,49 1,04 2,94 0,63 % Kekeringan thd Luas Tanam (%) 1,59 0,26 0,36 0,03 % OPT & DPI thd Luas Tanam (%) 7,37 1,32 6,97 0,70 Areal Aman (%) 92,63 93,03 Capaian (%) 97,51 97,93 Apabila dibandingkan dengan Tahun 2013, areal tanaman yang terkena serangan OPT dan DPI Tahun 2014 lebih tinggi 30.331 ha (3,13%) dan luas puso lebih tinggi 82.138 ha (84,89 %). Luas serangan OPT dan banjir turun sedangkan luas kekeringan meningkat. Laporan Kinerja Tahun 2014 19

Serangan OPT Tahun 2014 lebih rendah 65.090 ha (12,76%) dan puso lebih rendah 1.997 ha (45,17 ha). Luas tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah (117.645 ha, puso: 1.014 ha), Jawa Barat (111.679 ha, tidak ada puso), Jawa Timur (57.838 ha, puso: 132 ha), Sulawesi Selatan (21.915 ha, puso: 46 ha) dan Lampung (15.963 ha, puso: 37 ha). Luas terkena banjir lebih rendah 70.583 ha (17,26%) tetapi luas puso lebih tinggi 52.779 ha (59,80%). Luas banjir tertinggi terjadi di Povinsi Jawa Barat (96.004 ha, puso: 51.647 ha), Jawa Tengah (60.514 ha, puso: 33.792 ha), Aceh (52.460 ha, puso: 23.210 ha), Sumatera Selatan (27.229 ha, puso: 4.558 ha) dan Banten (16.572 ha, puso: 5.789 ha). Luas terkena kekeringan meningkat 166.003 ha (329,75%) dan puso lebih tinggi 31.356 ha (770,97%). Luas terkena kekeringan terutama terjadi di Provinsi Aceh (65.934 ha, puso: 6.389 ha), Kalimantan Barat (19.975 ha, puso: 9.161 ha), Sulawesi Tenggara (18.769 ha, puso: 2.910 ha), Jawa Tengah (13.507 ha, puso: 3.455 ha) dan Jawa Barat (12.995 ha, puso: 1.770 ha). Namun demikian, luas puso Tahun 2014 tertinggi disebabkan oleh banjir seluas 141.045 ha. Puso akibat banjir terutama terjadi di Provinsi Jawa Barat (51.647 ha), Jawa Tengah (33.792 ha), Aceh (23.210 ha), Banten (5.789 ha) dan Jawa Timur (5.263 ha). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Padi Tahun 2010-2014 Upaya pengamanan produksi dari serangan OPT, banjir dan kekeringan terus dilaksanakan untuk menekan potensi kehilangan hasil. Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan berfluktuasi dari tahun ke tahun seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Laporan Kinerja Tahun 2014 20

(Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tabel 6. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2010-2014 TAHUN NO OPT/DPI 2010 2011 2012 2013 2014 TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT 682.683 10.166 712.642 40.526 461.821 2.225 510.090 4.422 445.001 2.424 2 LUAS BANJIR 307.810 93.929 169.464 29.383 177.861 40.866 408.961 88.265 338.378 141.045 3 LUAS KEKERINGAN 96.721 20.856 250.836 53.127 282.795 47.573 50.342 4.067 216.345 35.423 TOTAL OPT & DPI 1.087.214 124.951 1.132.942 123.036 922.477 90.665 969.393 96.754 999.724 178.892 LUAS TANAM 14.161.992 13.243.302 13.602.690 13.907.248 13.569.481 % OPT THD LUAS TANAM 4,82 0,07 5,38 0,31 3,40 0,02 3,67 0,03 3,28 0,02 % BANJIR THD LUAS TANAM 2,17 0,66 1,28 0,22 1,31 0,30 2,94 0,63 2,49 1,04 % KEKERINGAN THD LUAS TANAM 0,68 0,15 1,89 0,40 2,08 0,35 0,36 0,03 1,59 0,26 % OPT & DPI THD LUAS TANAM 7,68 0,88 8,55 0,93 6,78 0,67 6,97 0,70 7,37 1,32 Selama Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014, luas terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan terendah terjadi pada Tahun 2012 (922.477 ha) dan tertinggi tejadi pada Tahun 2011 (1.132.942 ha). Luas areal tanaman yang mengalami puso terendah terjadi pada Tahun 2012 (90.665 ha) dan tertinggi terjadi pada Tahun 2014 (178.892 ha). 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 2010 2011 2012 2013 2014 OPT (TERKENA) 682.683 712.642 461.821 510.090 445.001 OPT (PUSO) 10.166 40.526 2.225 4.422 2.424 BANJIR (TERKENA) 307.810 169.464 177.861 408.961 338.378 BANJIR (PUSO) 93.929 29.383 40.866 88.265 141.045 KEKERINGAN (TERKENA) 96.721 250.836 282.795 50.342 216.345 KEKERINGAN (PUSO) 20.856 53.127 47.573 4.067 35.423 Grafik 1. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2010-2014 Laporan Kinerja Tahun 2014 21

Luas serangan OPT tertinggi terjadi pada Tahun 2011 (712.642 ha) dan terendah terjadi pada Tahun 2014 (445.001 ha). Luas terkena banjir tertinggi terjadi pada Tahun 2013 (408.961 ha) dan terendah terjadi pada Tahun 2011 (169.464 ha). Sedangkan luas kekeringan tertinggi terjadi pada Tahun 2012 (282.795 ha) dan terendah terjadi pada Tahun 2013 (50.342 ha). Tingginya luas serangan OPT pada Tahun 2011 secara tidak langsung dipengaruhi oleh dampak perubahan iklim ekstrim yang terjadi pada Tahun 2010. Pada akhir Tahun 2010, kondisi iklim di sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena La- Nina (lemah-moderat). Fenomena ini mengakibatkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berada di atas normal, sehingga terjadi peningkatan luas banjir pada Tahun 2010. Salah satu upaya yang dilakukan dalam menangani kerusakan tanaman akibat banjir yaitu dengan melakukan penanaman kembali (replanting). Namun hal tersebut mengakibatkan mundurnya waktu tanam dengan dampak sumber makanan bagi OPT tersedia secara terus menerus sehingga serangannya meningkat. Selain waktu tanam yang mundur, dampak perubahan iklim juga menyebabkan petani menanam padi sepanjang tahun karena air masih tersedia. Hal ini mengakibatkan tidak adanya pergantian jenis tanaman sehingga siklus hidup OPT tidak dapat diputus. 3.4.2 Jagung a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Jagung dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman jagung Tahun 2014 sebesar 56.245 ha atau 1,42% dari luas tanam (3.960.885 ha) dan 5.648 ha diantaranya puso atau 0,14% dari luas Laporan Kinerja Tahun 2014 22

tanam. Dengan demikian, luas areal pertanaman jagung yang dapat diamankan dari serangan OPT utama dan DPI pada Tahun 2014 seluas 98,58% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 103,77% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 7. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Jagung Tahun 2013 dan 2014 OPT & DPI TAHUN 2014 TAHUN 2013 TERKENA PUSO TERKENA PUSO OPT (ha) 24.971 42 26.302 127 BANJIR (ha) 10.693 3.300 18.097 8.135 KEKERINGAN (ha) 20.581 2.306 11.731 365 Jumlah OPT & DPI (ha) 56.245 5.648 56.130 8.627 Luas Tanam (ha) % OPT thd Luas Tanam (%) 3.960.885 0,63 0,001 3.939.471 0,67 0,003 % Banjir thd Luas Tanam (%) 0,27 0,08 0,46 0,21 % Kekeringan thd Luas Tanam (%) 0,52 0,06 0,30 0,01 % OPT & DPI thd Luas Tanam (%) 1,42 0,14 1,42 0,22 Areal Aman (%) 98,58 98,58 Capaian (%) 103,77 103,76 Apabila dibandingkan dengan Tahun 2013, total luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih tinggi 115 ha (0,20%), tetapi luas pusonya lebih rendah 2.979 ha (34,54%). Luas serangan OPT dan banjir pada tanaman jagung Tahun 2014 turun, sedangkan luas kekeringan meningkat. Serangan OPT pada Tahun 2014 seluas 24.971 ha (42 ha diantaranya puso), lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (26.302 ha, puso: 127 ha). Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Jawa Tengah (4.303 ha, tidak ada puso), Jawa Timur (3.379 ha, puso: 13 ha), Sulawesi Barat (2.084 ha, tidak ada puso), Nusa Tenggara Timur (1.981 ha, puso: 28 ha) dan Gorontalo (1.842 ha, tidak ada puso). Laporan Kinerja Tahun 2014 23

Luas terkena banjir Tahun 2014 (10.693 ha, puso: 3.300 ha) lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (18.097 ha, puso: 8.135 ha). Luas banjir terutama terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan (4.735 ha, puso: 1.692 ha), Aceh (2.019 ha, puso: 518 ha), Nusa Tenggara Barat (1.160 ha, puso: 6 ha), Jawa tengah (1.057 ha, puso: 335 ha) dan Jawa Timur (530 ha, puso: 444 ha). Luas terkena kekeringan pada tanaman jagung Tahun 2014 (20.581 ha, puso: 2.306 ha) lebih tinggi dibandingkan Tahun 2013 (11.731 ha, puso: 365 ha). Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Gorontalo (5.602 ha, puso: 1.539 ha), Nusa Tenggara Timur (5.213 ha, puso: 45 ha), Sumatera Utara (2.762 ha, tidak ada puso), Jawa Tengah (1.987 ha, puso: 4) dan Aceh (1.232 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Jagung Tahun 2010-2014 Serangan OPT dan dampak perubahan iklim berupa banjir dan kekeringan merupakan salah satu faktor penghambat dalam upaya pencapaian produksi tanaman pangan. Selama Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014, perkembangan luas serangan OPT, banjir dan kekeringan setiap tahunnya berfluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Laporan Kinerja Tahun 2014 24

(Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tabel 8. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun 2010-2014 TAHUN NO OPT/DPI 2010 2011 2012 2013 2014 TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT 16.315 42 38.852 236 26.195 52 26.302 127 24.971 42 2 LUAS BANJIR 40.463 17.778 16.462 8.045 11.661 2.828 18.097 8.136 10.693 3.300 3 LUAS KEKERINGAN 82.875 20.724 22.644 1.441 21.686 1.508 11.731 365 20.581 2.306 4 TOTAL OPT & DPI 139.652 38.544 77.958 9.722 59.542 4.388 56.130 8.628 56.245 5.648 LUAS TANAM 4.189.048 4.253.714 3.994.370 3.939.471 3.960.885 % OPT THD LUAS TANAM 0,39 0,00 0,91 0,01 0,66 0,00 0,67 0,00 0,63 0,00 % BANJIR THD LUAS TANAM 0,97 0,42 0,39 0,19 0,29 0,07 0,46 0,21 0,27 0,08 % KEKERINGAN THD LUAS TANAM 1,98 0,49 0,53 0,03 0,54 0,04 0,30 0,01 0,52 0,06 % OPT & DPI THD LUAS TANAM 3,33 0,92 1,83 0,23 1,49 0,11 1,42 0,22 1,42 0,14 Capaian areal yang berhasil diamankan dari serangan OPT dan DPI Tahun 2010-2014 berkisar 98,68% - 96,67%. Serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun 2013 seluas 56.130 ha, sedangkan luas tertinggi terjadi pada Tahun 2010 seluas 139.652 ha. Luas puso tertinggi terjadi pada Tahun 2010 seluas 38.544 ha, sedangkan puso terendah terjadi pada Tahun 2012 seluas 4.388 ha. 90.000 80.000 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 2010 2011 2012 2013 2014 OPT (TERKENA) 16.315 38.852 26.195 26.302 24.971 OPT (PUSO) 42 236 52 127 42 BANJIR (TERKENA) 40.463 16.462 11.661 18.097 10.693 BANJIR (PUSO) 17.778 8.045 2.828 8.136 3.300 KEKERINGAN (TERKENA) 82.875 22.644 21.686 11.731 20.581 KEKERINGAN (PUSO) 20.724 1.441 1.508 365 2.306 Grafik 2. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Jagung di Indonesia Tahun 2010-2014 Laporan Kinerja Tahun 2014 25

Luas banjir dan kekeringan pada Tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan dengan luas serangan OPT. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan iklim yang dipengaruhi oleh fenomena El-Nino di awal tahun dan La-Nina di akhir tahun. Fenomena El-Nino di awal Tahun 2010 menyebabkan di sebagian besar wilayah Indonesia mengalami kondisi curah hujan di bawah normal sehingga terjadi kekeringan yang cukup tinggi. Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (36.279 ha (puso: 5.803 ha), Nusa Tenggara Barat (27.513 ha, puso: 9.710 ha) Sumatera Utara (10.681 ha, puso: 2.160 ha), Gorontalo (5.651 ha, puso: 2.521 ha) dan Sulawesi Selatan (1.476 ha, puso: 218 ha). Sedangkan di akhir Tahun 2010 dipengaruhi fenomena La-Nina yang menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia mengalami curah hujan di atas normal sehingga luas banjir tinggi. Banjir terutama terjadi di Provinsi Sumatera Utara (9.513 ha, puso: 2.025 ha), Jawa Timur (8.919 ha, puso: 4.823 ha), Jawa Tengah (7.546 ha, puso: 2.665 ha), Jambi (4.868 ha, puso: 3.787 ha) dan Sulawesi Selatan (4.112 ha, puso: 2.251 ha). 3.4.3 Kedelai a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kedelai dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman kedelai Tahun 2014 seluas 17.937 ha dan 2.454 ha diantaranya puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam (610.359 ha) maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT dan DPI sebesar 2,94% dan puso sebesar 0,40%. Dengan demikian, luas areal pertanaman kedelai yang dapat diamankan sebesar 97,06% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 102,17% dengan kategori sangat berhasil. Laporan Kinerja Tahun 2014 26

Tabel 9. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kedelai Tahun 2013 dan 2014 OPT & DPI TAHUN 2014 TAHUN 2013 TERKENA PUSO TERKENA PUSO OPT (ha) 9.444 29 8.336 1 BANJIR (ha) 3.523 2.031 5.112 1.790 KEKERINGAN (ha) 4.969 395 123 10 Jumlah OPT & DPI (ha) 17.937 2.454 13.570 1.801 Luas Tanam (ha) 610.359 587.485 % OPT thd Luas Tanam (%) 1,55 0,00 1,42 0,0002 % Banjir thd Luas Tanam (%) 0,58 0,33 0,87 0,30 % Kekeringan thd Luas Tanam (%) 0,81 0,06 0,02 0,002 % OPT & DPI thd Luas Tanam (%) 2,94 0,40 2,31 0,31 Areal Aman (%) 97,06 97,69 Capaian (%) 102,17 102,83 Total luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2013. Peningkatan terutama disebabkan oleh serangan OPT utama dan kekeringan, sedangkan luas banjir turun. Luas serangan OPT utama pada tanaman kedelai Tahun 2014 lebih tinggi 1.108 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013. Serangan terutama terjadi di Provinsi Aceh (3.534 ha, puso: 10 ha), Nusa Tenggara Barat (1.277 ha, puso: 10 ha), Jawa Tengah (961 ha, tidak ada puso), Jawa Barat (935 ha, tidak ada puso) dan Jawa Timur (846 ha). Luas banjir Tahun 2014 lebih rendah 1.589 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013. Banjir terutama terjadi di Provinsi Aceh (2.259 ha, puso: 1.164 ha), Jawa Tengah (406 ha, puso: 319 ha), Sumatera Utara (194 ha, puso: 140 ha), Sulawesi Selatan (179 ha, puso: 156 ha) dan Jambi (172 ha, puso: 89 ha). Luas kekeringan Tahun 2014 lebih tinggi 4.846 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013. Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (2.354 ha, puso: 29 ha), Aceh (832 ha, Laporan Kinerja Tahun 2014 27

puso: 55 ha), Jawa Tengah (432 ha, puso: 9 ha), Sulawesi Tenggara (306 ha, puso: 125 ha) dan Sumatera Selatan (270 ha, puso: 15 ha). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Kedelai Tahun 2010-2014 Salah satu faktor penghambat produksi tanaman pangan adalah OPT, banjir dan kekeringan. Perkembangan luas serangan OPT dan terkena DPI dari Tahun 2010 sampai 2014 mengalami fluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 10. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2010-2014 TAHUN NO OPT/DPI 2010 2011 2012 2013 2014 TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT 1.383 0 2.886 0 1.529 0 1.657 0 2.743 0 2 LUAS BANJIR 17.012 11.782 7.674 3.751 2.396 1.344 5.112 1.790 3.523 2.031 3 LUAS KEKERINGAN 5.014 643 2.229 154 1.546 130 123 10 4.969 395 4 TOTAL OPT & DPI 23.409 12.425 12.789 3.905 5.471 1.474 6.891 1.800 11.235 2.426 LUAS TANAM 719.564 645.173 613.825 587.485 610.359 % OPT THD LUAS TANAM 0,19 0,00 0,45 0,00 0,25 0,00 0,28 0,00 0,45 0,00 % BANJIR THD LUAS TANAM 2,36 1,64 1,19 0,58 0,39 0,22 0,87 0,30 0,58 0,33 % KEKERINGAN THD LUAS TANAM 0,70 0,09 0,35 0,02 0,25 0,02 0,02 0,00 0,81 0,06 % OPT & DPI THD LUAS TANAM 3,25 1,73 1,98 0,61 0,89 0,24 1,17 0,31 1,84 0,40 Target pengamanan produksi tanaman kedelai dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2010 sampai dengan 2014 berhasil dicapai. Areal pertanaman yang dapat diamankan tahun 2010-2014 yaitu 96,75% - 99,11% dengan tingkat capaian 101,84% - 104,33% (sangat berhasil). Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, luas serangan OPT dan DPI Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan 2010 dan 2011 namun lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2012 dan 2013. Laporan Kinerja Tahun 2014 28

(Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 2010 2011 2012 2013 2014 OPT (TERKENA) 1.383 2.886 1.529 1.657 2.743 OPT (PUSO) 0 0 0 0 0 BANJIR (TERKENA) 17.012 7.674 2.396 5.112 3.523 BANJIR (PUSO) 11.782 3.751 1.344 1.790 2.031 KEKERINGAN (TERKENA) 5.014 2.229 1.546 123 4.969 KEKERINGAN (PUSO) 643 154 130 10 395 Grafik 3. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kedelai di Indonesia Tahun 2010-2014 Luas terkena OPT dan DPI tertinggi terjadi pada Tahun 2010 terutama karena luas banjir yang tinggi yaitu 17.012 ha (11.782 ha diantaranya puso). Banjir terutama terjadi di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, D.I. Yogyakarta dan Jawa Barat. Sedangkan luas serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun 2012 seluas 5.471 ha dan 1.474 ha diantaranya puso. Banjir terutama terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah. Tahun 2010 merupakan tahun dengan luas serangan OPT dan terkena DPI yang paling tinggi. Pada tanaman kedelai, luas serangan OPT dari tahun ke tahun cukup rendah apabila dibandingkan dengan luas banjir dan kekeringan. Hal ini disebabkan perubahan iklim ekstrim sehingga luas pertanaman yang mengalami kerusakan pun lebih tinggi. Laporan Kinerja Tahun 2014 29

3.4.4 Kacang Tanah a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kacang Tanah dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal pertanaman kacang tanah Tahun 2014 seluas 3.698 ha dan 58 ha diantaranya puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam (492.938 ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama sebesar 0,75% dan puso sebesar 0,01%. Dengan demikian, luas areal pertanaman kacang tanah yang dapat diamankan sebesar 99,25% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 104,47% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 11. Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2013 dan 2014 OPT & DPI TAHUN 2014 TAHUN 2013 TERKENA PUSO TERKENA PUSO OPT (ha) 3.101 3 3.728 2 BANJIR (ha) 243 37 445 133 KEKERINGAN (ha) 353 18 151 0 Jumlah OPT & DPI (ha) 3.698 58 4.323 134 Luas Tanam (ha) 492.938 509.406 % OPT thd Luas Tanam (%) 0,63 0,001 0,73 0,0003 % Banjir thd Luas Tanam (%) 0,05 0,01 0,09 0,03 % Kekeringan thd Luas Tanam (%) 0,07 0,004 0,03 0,00 % OPT & DPI thd Luas Tanam (%) 0,75 0,01 0,85 0,03 Areal Aman (%) 99,25 99,15 Capaian (%) 104,47 104,37 Total luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2013. Pada Tahun 2014, luas serangan OPT dan banjir pada tanaman kacang tanah turun, sedangkan luas kekeringan meningkat. Rasio luas serangan OPT dan terkena DPI terhadap luas tanam Tahun 2014 (0,75%) lebih rendah daripada Tahun 2013 (0,85%). Laporan Kinerja Tahun 2014 30

Luas serangan OPT Tahun 2014 (3.101 ha, puso: 3 ha) lebih rendah 627 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (3.728 ha, puso: 2 ha), namun luas pusonya lebih tinggi 1 ha. Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Jawa Timur (715 ha, puso: 3 ha), Jawa Barat (577 ha, tidak ada puso), D.I. Yogyakarta (279 ha, tidak ada puso), Aceh (275 ha, tidak ada puso) dan Nusa Tenggara Barat (275 ha, tidak ada puso). Luas banjir Tahun 2014 (243 ha, puso: 37 ha) lebih rendah 202 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (445 ha, puso: 133 ha). Banjir terutama terjadi di Provinsi Aceh (66 ha, puso: 3 ha), Sumatera Utara (54 ha, puso: 12 ha), Jawa Tengah (43 ha, puso: 1 ha), Jambi (34 ha, puso: 13 ha) dan Jawa Timur (32 ha, tidak ada puso). Luas kekeringan Tahun 2014 (353 ha, puso: 18 ha) lebih tinggi 202 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (151 ha, tidak ada puso). Kekeringan terutama terjadi di Provinsi D.I. Yogyakarta (182 ha, puso: 11 ha), Bali (64 ha, puso: 5 ha), Jawa Timur (53 ha, tidak ada puso), Sumatera Utara (27 ha, tidak ada puso) dan Nusa Tenggara Barat (19 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2010-2014 Perkembangan luas serangan OPT dan terkena DPI mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Perbandingan luas serangan OPT, banjir dan kekeringan Tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Laporan Kinerja Tahun 2014 31

Tabel 12. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2010-2014 TAHUN NO OPT/DPI 2010 2011 2012 2013 2014 TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT 4.210 0 7.567 13 5.187 7 3.728 2 3.101 3 2 LUAS BANJIR 929 284 963 146 84 29 445 133 243 37 3 LUAS KEKERINGAN 2.703 1.164 222 29 161-151 - 353 18 4 TOTAL OPT & DPI 7.842 1.448 8.752 187 5.432 36 4.323 134 3.698 58 LUAS TANAM 593.241 553.048 548.024 509.406 492.938 % OPT THD LUAS TANAM 0,71 0,00 1,37 0,00 0,95 0,00 0,73 0,00 0,63 0,00 % BANJIR THD LUAS TANAM 0,16 0,05 0,17 0,03 0,02 0,01 0,09 0,03 0,05 0,01 % KEKERINGAN THD LUAS TANAM 0,46 0,20 0,04 0,01 0,03 0,00 0,03 0,00 0,07 0,00 % OPT & DPI THD LUAS TANAM 1,32 0,24 1,58 0,03 0,99 0,01 0,85 0,03 0,75 0,01 Target pengamanan produksi tanaman kacang tanah dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2010 sampai dengan 2014 berhasil dicapai. Areal pertanaman kacang tanah yang dapat diamankan Tahun 2010-2014 yaitu 98,42%-99,25% dengan tingkat capaian 103,60%-104,47% (sangat berhasil). Selama periode 2010-2014, luas serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun 2014. Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (3.101 ha, puso: 3 ha). Namun luas serangan OPT Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Luas serangan OPT dan DPI tertinggi terjadi pada Tahun 2011 (8.752 ha, puso: 187 ha). Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (7.567 ha, puso: 13 ha) dan banjir (963 ha, puso: 146 ha). Laporan Kinerja Tahun 2014 32

(Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 2010 2011 2012 2013 2014 OPT (TERKENA) 4.210 7.567 5.187 3.728 3.101 OPT (PUSO) 0 13 7 2 3 BANJIR (TERKENA) 929 963 84 445 243 BANJIR (PUSO) 284 146 29 133 37 KEKERINGAN (TERKENA) 2.703 222 161 151 353 KEKERINGAN (PUSO) 1.164 29 0 0 18 Grafik 4. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2010-2014 Luas serangan OPT setiap tahunnya relatif lebih tinggi apabila dibandingkan dengan banjir dan kekeringan, namun luas pusonya lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT pada tanaman kacang tanah lebih rendah apabila dibandingkan dengan banjir dan kekeringan. Serangan OPT tertinggi terjadi pada Tahun 2011, hal ini antara lain disebabkan oleh perubahan iklim pada akhir Tahun 2010 yang dipengaruhi oleh fenomena La-Nina dimana curah hujan berada di atas normal. Perubahan iklim ekstrim mengakibatkan perubahan iklim mikro (suhu, kelembaban) di sekitar tanaman. Hal ini secara tidak langsung turut mempengaruhi perkembangan OPT. Laporan Kinerja Tahun 2014 33

3.4.5 Kacang Hijau a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kacang Hijau dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman kacang hijau Tahun 2014 seluas 996 ha dan 33 ha diantaranya puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam (211.768 ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama sebesar 0,47% dan puso sebesar 0,02%. Dengan demikian, luas areal pertanaman kacang hijau yang dapat diamankan sebesar 99,53% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 104,77% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 13. Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Kacang Hijau Tahun 2013 dan 2014 OPT & DPI TAHUN 2014 TAHUN 2013 TERKENA PUSO TERKENA PUSO OPT (ha) 955 0 997 0 BANJIR (ha) 36 33 791 233 KEKERINGAN (ha) 6 0 8 0 Jumlah OPT & DPI (ha) 996 33 1.796 233 Luas Tanam (ha) 211.768 183.378 % OPT thd Luas Tanam (%) 0,45 0,00 0,54 0,00 % Banjir thd Luas Tanam (%) 0,02 0,02 0,43 0,13 % Kekeringan thd Luas Tanam (%) 0,003 0,00 0,00 0,00 % OPT & DPI thd Luas Tanam (%) 0,47 0,02 0,98 0,13 Areal Aman (%) 99,53 99,02 Capaian (%) 104,77 104,23 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada tanaman kacang hijau Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2013. Rasio luas serangan OPT dan terkena DPI terhadap luas tanam Tahun 2014 (0,47%) lebih rendah daripada Tahun 2013 (0,98%) dan areal yang berhasil diamankan pada Tahun 2014 (104,77%) lebih tinggi dibandingkan Tahun 2013 (104,23%). Laporan Kinerja Tahun 2014 34

Luas serangan OPT Tahun 2014 (955 ha, tidak ada puso) lebih rendah 42 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (997 ha, tidak ada puso). Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Jawa Tengah (384 ha, tidak ada puso), Sulawesi Selatan (123 ha, tidak ada puso), Jawa Timur (106 ha, tidak ada puso), Jawa Barat (101 ha, tidak ada puso) dan Nusa Tenggara Timur (83 ha, tidak ada puso). Luas banjir Tahun 2014 (36 ha, puso: 33 ha) lebih rendah 755 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (791 ha, puso: 233 ha). Banjir terutama terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan (32 ha, tidak ada puso), Riau (2 ha, tidak ada puso), Aceh (1 ha, tidak ada puso) dan Sumatera Utara (1 ha, tidak ada puso). Luas kekeringan Tahun 2014 (6 ha, tidak ada puso) lebih rendah 2 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (8 ha, tidak ada puso). Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Jawa Timur (5 ha, tidak ada puso) dan D.I. Yogyakarta (1 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Kacang Hijau Tahun 2010-2014 Salah satu faktor pembatas produksi tanaman pangan adalah OPT, banjir dan kekeringan. Perkembangan luas serangan OPT dan terkena DPI tahun 2010-2014 berfluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Laporan Kinerja Tahun 2014 35

Tabel 14. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun 2010-2014 TAHUN NO OPT/DPI 2010 2011 2012 2013 2014 TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT 555-2.312 2 1.077-997 - 955-2 LUAS BANJIR 19.908 11.335 1.636 1.037 121 39 791 233 36 33 3 LUAS KEKERINGAN 2.747 1.380 2.458 419 131 93 8-6 - 4 TOTAL OPT & DPI 23.210 12.715 6.406 1.458 1.329 132 1.796 233 996 33 LUAS TANAM 272.194 315.414 244.004 183.378 211.768 % OPT THD LUAS TANAM 0,20 0,00 0,73 0,00 0,44 0,00 0,54 0,00 0,45 0,00 % BANJIR THD LUAS TANAM 7,31 4,16 0,52 0,33 0,05 0,02 0,43 0,13 0,02 0,02 % KEKERINGAN THD LUAS TANAM 1,01 0,51 0,78 0,13 0,05 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 % OPT & DPI THD LUAS TANAM 8,53 4,67 2,03 0,46 0,54 0,05 0,98 0,13 0,47 0,02 Target pengamanan produksi tanaman kacang hijau dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2010 sampai dengan 2014 berhasil dicapai. Areal pertanaman yang dapat diamankan tahun 2010-2014 yaitu 91,47%- 99,53% dengan tingkat capaian 96,28% - 104,77% (berhasil-sangat berhasil). Luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Luas tertinggi terjadi pada Tahun 2010 sedangkan luas terendah terjadi pada Tahun 2014. Tingginya luas serangan OPT dan DPI pada Tahun 2010 terutama disebabkan oleh banjir (19.908 ha, puso: 11.335 ha) dan kekeringan (2.747 ha, puso: 1.380 ha puso). Laporan Kinerja Tahun 2014 36

(Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0 2010 2011 2012 2013 2014 OPT (TERKENA) 555 2.312 1.077 997 955 OPT (PUSO) 0 2 0 0 0 BANJIR (TERKENA) 19.908 1.636 121 791 36 BANJIR (PUSO) 11.335 1.037 39 233 33 KEKERINGAN (TERKENA) 2.747 2.458 131 8 6 KEKERINGAN (PUSO) 1.380 419 93 0 0 Grafik 5. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Kacang Hijau di Indonesia Tahun 2010-2014 Luas kekeringan dan banjir yang terjadi pada Tahun 2010 terutama disebabkan oleh kejadian perubahan iklim ekstrim. Pada awal tahun sebagian besar wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El- Nino dimana curah hujan berada di bawah normal sehingga luas kekeringan cukup tinggi. Sedangkan pada akhir tahun dipengaruhi oleh fenomena La-Nina dimana curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berada di atas normal sehingga luas banjirnya tinggi. 3.4.6 Ubi Kayu a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kacang Hijau dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal pertanaman ubi kayu Tahun 2014 seluas 5.307 ha dan 136 ha diantaranya puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam (968.856 ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama sebesar 0,55% dan Laporan Kinerja Tahun 2014 37

puso sebesar 0,01%. Dengan demikian, luas areal pertanaman ubi kayu yang dapat diamankan sebesar 99,45% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 104,69% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 15. Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Ubi Kayu Tahun 2013 dan 2014 OPT & DPI TAHUN 2014 TAHUN 2013 TERKENA PUSO TERKENA PUSO OPT (ha) 4.613 14 3.242 8 BANJIR (ha) 259 123 395 259 KEKERINGAN (ha) 434 0 1 0 Jumlah OPT & DPI (ha) 5.307 136 3.638 267 Luas Tanam (ha) 968.856 1.067.321 % OPT thd Luas Tanam (%) 0,48 0,001 0,30 0,001 % Banjir thd Luas Tanam (%) 0,03 0,01 0,04 0,02 % Kekeringan thd Luas Tanam (%) 0,04 0,00 0,00 0,00 % OPT & DPI thd Luas Tanam (%) 0,55 0,01 0,34 0,03 Areal Aman (%) 99,45 99,66 Capaian (%) 104,69 104,90 Apabila dibandingkan dengan Tahun 2013, luas serangan OPT dan kekeringan pada tanaman ubi kayu Tahun 2014 meningkat, sedangkan luas banjir turun. Rasio luas serangan OPT dan terkena DPI terhadap luas tanam Tahun 2014 (0,55%) lebih tinggi daripada Tahun 2013 (0,34%). Luas serangan OPT Tahun 2014 lebih tinggi 1.371 ha dibandingkan dengan Tahun 2013. Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Jawa Barat (976 ha, tidak ada puso), Nusa Tenggara Timur (751 ha, tidak ada puso), Sulawesi Tenggara (642 ha, tidak ada puso), Jawa Tengah (481 ha, tidak ada puso) dan Jawa Timur (299 ha, tidak ada puso). Luas banjir Tahun 2014 lebih rendah 136 ha dibandingkan Tahun 2013. Banjir terutama terjadi di Provinsi Lampung (117 ha, puso: 40 Laporan Kinerja Tahun 2014 38

ha), Riau (91 ha, puso: 62 ha), Sumatera Utara (18 ha, puso: 14 ha) dan Aceh (16 ha, puso: 2 ha). Luas kekeringan Tahun 2014 lebih tinggi 433 ha dibandingkan Tahun 2013. Kekeringan terutama terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (395 ha, tidak ada puso) dan Sumatera Utara (37 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Ubi Kayu Tahun 2010-2014 Serangan OPT utama dan dampak perubahan iklim berupa banjir dan kekeringan merupakan salah satu faktor yang berpotensi menyebabkan kehilangan hasil produksi. Perkembangan serangan OPT dan terkena DPI dari Tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 16. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2010-2014 TAHUN NO OPT/DPI 2010 2011 2012 2013 2014 TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT 1.967 2 4.958 12 2.740 16 3.242 8 4.613 14 2 LUAS BANJIR 303 43 175 90 204 13 395 259 259 123 3 LUAS KEKERINGAN 803 204 1.365-5 4 1-434 - 4 TOTAL OPT & DPI 3.072 248 6.498 102 2.948 33 3.638 267 5.307 136 LUAS TANAM 1.272.669 1.116.312 1.092.830 1.067.321 968.856 % OPT THD LUAS TANAM 0,15 0,00 0,44 0,00 0,25 0,00 0,30 0,00 0,48 0,00 % BANJIR THD LUAS TANAM 0,02 0,00 0,02 0,01 0,02 0,00 0,04 0,02 0,03 0,01 % KEKERINGAN THD LUAS TANAM 0,06 0,02 0,12 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,00 % OPT & DPI THD LUAS TANAM 0,24 0,02 0,58 0,01 0,27 0,00 0,34 0,03 0,55 0,01 Target mengamankan produksi akibat serangan OPT, banjir dan kekeringan Tahun 2010-2014 berhasil dicapai. Areal yang dapat diamankan dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2010-2014 Laporan Kinerja Tahun 2014 39

(Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan berkisar antara 99,42% - 99,76% dengan tingkat capaian 104,65%- 105,01% (sangat berhasil). Luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 namun lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2010, 2012, dan 2013. Total serangan OPT dan terkena DPI tertinggi terjadi pada Tahun 2011 (6.498 ha, puso: 102 ha). Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (4.958 ha, puso: 12 ha) dan kekeringan (1.365 ha, tidak ada puso). Luas serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun 2012 (2.948 ha, puso: 33 ha). Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (2.740 ha, puso: 16 ha). 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 2010 2011 2012 2013 2014 OPT (TERKENA) 1.967 4.958 2.740 3.242 4.613 OPT (PUSO) 2 12 16 8 14 BANJIR (TERKENA) 303 175 204 395 259 BANJIR (PUSO) 43 90 13 259 123 KEKERINGAN (TERKENA) 803 1.365 5 1 434 KEKERINGAN (PUSO) 204 0 4 0 0 Grafik 6. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Kayu di Indonesia Tahun 2010-2014 Secara keseluruhan, luas serangan OPT utama pada ubi kayu lebih tinggi dari banjir dan kekeringan namun luas pusonya lebih rendah. Oleh karena itu, potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT lebih rendah apabila dibandingkan dengan banjir dan kekeringan. Laporan Kinerja Tahun 2014 40

3.4.7 Ubi Jalar a. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Ubi Jalar dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2014 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman ubi jalar Tahun 2014 seluas 800 ha dan 1 ha diantaranya puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam (33.337 ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama sebesar 2,40%. Dengan demikian, luas areal pertanaman ubi jalar yang dapat diamankan sebesar 97,60% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2014 sebesar 102,74% dengan kategori sangat berhasil. Tabel 17. Perbandingan Luas OPT Utama dan DPI pada Tanaman Ubi Jalar Tahun 2013 dan 2014 OPT & DPI TAHUN 2014 TAHUN 2013 TERKENA PUSO TERKENA PUSO OPT (ha) 585 0 536 0 BANJIR (ha) 115 1 11 0 KEKERINGAN (ha) 101 0 2 0 Jumlah OPT & DPI (ha) 800 1 548 0 Luas Tanam (ha) 33.337 158.662 % OPT thd Luas Tanam (%) 1,76 0,0000 0,34 0,00 % Banjir thd Luas Tanam (%) 0,34 0,0019 0,01 0,00 % Kekeringan thd Luas Tanam (%) 0,30 0,0000 0,00 0,00 % OPT & DPI thd Luas Tanam (%) 2,40 0,0019 0,35 0,00 Areal Aman (%) 97,60 99,65 Capaian (%) 102,74 104,90 Apabila dibandingkan dengan Tahun 2013, luas serangan OPT dan terkena DPI pada tanaman ubi jalar Tahun 2014 meningkat. Rasio luas serangan OPT dan terkena DPI terhadap luas tanam Tahun 2014 (2,40%) lebih tinggi daripada Tahun 2013 (0,35%). Luas serangan OPT Tahun 2014 lebih tinggi 49 ha apabila dibandingkan dengan Tahun 2013. Serangan OPT terutama terjadi di Provinsi Sumatera Utara (115 ha, tidak ada puso), Sulawesi Laporan Kinerja Tahun 2014 41

Tenggara (108 ha, tidak ada puso), Jawa Tengah (83 ha, tidak ada puso), Sulawesi Utara (63 ha, tidak ada puso) dan Jawa Barat (50 ha, tidak ada puso). b. Perkembangan Serangan OPT Utama dan Terkena DPI pada Tanaman Ubi Jalar Tahun 2010-2014 Serangan OPT utama, banjir dan kekeringan merupakan salah satu faktor pembatas pencapaian produksi tanaman pangan. Perkembangan sernang OPT dan terkena DPI Tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 18. Luas Serangan OPT Utama, Banjir, dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun 2010-2014 TAHUN NO OPT/DPI 2010 2011 2012 2013 2014 TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO TERKENA PUSO 1 LUAS SERANGAN OPT 528 0 729 5 538 0 536 0 585-2 LUAS BANJIR 164 11 9 4 4 2 11-115 1 3 LUAS KEKERINGAN - - 1-1 - 2-101 - 4 TOTAL OPT & DPI 692 11 739 9 543 2 548 0 800 1 LUAS TANAM 184.607 176.372 184.210 158.662 33.337 % OPT THD LUAS TANAM 0,29 0,00 0,41 0,00 0,29 0,00 0,34 0,00 1,76 0,00 % BANJIR THD LUAS TANAM 0,09 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,34 0,00 % KEKERINGAN THD LUAS TANAM 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,30 0,00 % OPT & DPI THD LUAS TANAM 0,38 0,01 0,42 0,01 0,29 0,00 0,35 0,00 2,40 0,00 Target mengamankan produksi akibat serangan OPT, banjir dan kekeringan pada tanaman ubi jalar Tahun 2010-2014 berhasil dicapai. Areal yang dapat diamankan dari serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2010-2014 berkisar antara 97,60%-99,71% dengan tingkat capaian 102,74% - 104,96% (sangat berhasil). Luas serangan OPT dan terkena DPI Tahun 2014 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Luas tersebut terutama diakibatkan oleh serangan OPT (585 ha, tidak ada puso). Laporan Kinerja Tahun 2014 42

(Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Luas serangan OPT dan terkena DPI terendah terjadi pada Tahun 2012 (543 ha, puso: 2 ha). Luas tersebut terutama disebabkan oleh serangan OPT (538 ha, tidak ada puso). 800 700 600 500 400 300 200 100 0 2010 2011 2012 2013 2014 OPT (TERKENA) 528 729 538 536 585 OPT (PUSO) 0 5 0 0 0 BANJIR (TERKENA) 164 9 4 11 115 BANJIR (PUSO) 11 4 2 0 1 KEKERINGAN (TERKENA) 0 1 1 2 101 KEKERINGAN (PUSO) 0 0 0 0 0 Grafik 7. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Ubi Jalar di Indonesia Tahun 2010-2014 Luas serangan OPT pada tanaman ubi jalar setiap tahunnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan banjir dan kekeringan, namun luas pusonya lebih rendah. Beberapa faktor yang mempengaruhi serangan OPT antara lain varietas tanaman dan perubahan iklim. 3.5 Kegiatan Pendukung Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 Secara keseluruhan, capaian kinerja pengamanan produksi tanaman pangan dari potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT dan terkena DPI berhasil dilaksanakan dengan capaian 97,51 104,77% (berhasilsangat berhasil). Upaya tersebut dilaksanakan melalui berbagai kegiatan baik di pusat maupun di daerah, sebagai berikut: Laporan Kinerja Tahun 2014 43

Tabel 19. Rencana dan Realisasi Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 Fisik Kegiatan No. Kegiatan/Sub Kegiatan/Uraian/Indikator Output Target Realisasi Volume Satuan Volume % 1764 PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN 73.712 73.433 99,62 DARI GANGGUAN OPT DAN DPI Dana Dekonsentrasi 73.710-73.431 99,62 1 Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT (P3OPT) 32 Balai 32 100,00 2 Operasional Brigade Proteksi Tanaman (BPT) 78 unit 78 99,74 3 Bahan dan Sarana Pengendalian OPT 75 paket 62 82,67 4 Gerakan Pengendalian OPT dan DPI 106 kali 106 100,00 5 Pemberdayaan Pos Pengembangan Agen Hayati (PPAH) 243 unit 217 89,30 6 Surveilans OPT (Pengamatan OPT) 89 paket 73 82,02 7 Bantuan Transport Petani Pengamat (2.949 org x 10 bulan) 29.490 orang 29.335 99,48 8 Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) 954 Unit 910 95,39 - Persiapan+monev 951 949 99,79 - Padi 848 Unit 806 95,05 - Jagung 57 Unit 56 98,25 - Kedelai 49 Unit 48 97,96 9 Sekolah Lapangan Iklim (SLI) 107 Unit 103 96,26 10 Koordinasi penanggulangan OPT/DPI 12 paket 11 91,67 11 BOP dan THL POPT 42.412 OB 42.392 99,95 - PNS (2.556 orangx 12 bulan) 30.672 OB 30.660 99,96 - THL (1.174 orang x 10 bulan) 11.740 OB 11.732 99,93 12 Lab Pengamatan Hama Penyakit/Lab Agen Hayati (LPHP/LAH) 98 unit 98 100,00 13 Gerakan TNI 8 paket 8 100,00 14 Musuh Alami 6 paket 6 100,00 Pusat 2-2 100,00 1 Kegiatan Ditlind Pusat 1 paket 1 100,00 2 BPMPT 1 paket 1 100,00 Kegiatan pengamanan produksi dilaksanakan melalui dana Dekonsentrasi dan Pusat. Secara keseluruhan, realisasi fisik pelaksanaan kegiatan penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI sebesar 73.433 unit/paket/ob dari target 73.712 unit/paket/ob (99,62%). Dukungan kegiatan perlindungan tanaman pangan Tahun 2014 berhasil dilaksanakan dengan tingkat capaian 82,02%-100%. Keberhasilan pengamanan produksi tanaman pangan dilakukan melalui kegiatan: 1. Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT (P3OPT) Operasional pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT serta penanganan DPI dilaksanakan di daerah oleh Balai Proteksi Tanaman Laporan Kinerja Tahun 2014 44

Pangan. Kegiatan tersebut salah satunya bertujuan untuk memantau perkembangan luas serangan OPT dan DPI yang dilaksanakan oleh Petugas Pengendali OPT-Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP). Data luas serangan OPT/DPI serta pengendalian OPT hasil pantauan selanjutnya dilaporkan ke UPTD-BPTPH dan diteruskan ke pusat berupa laporan 2 (dua) mingguan. Selama Tahun 2014, laporan yang diterima sebanyak 717 (93,36%) dari 768 laporan. Sedangkan pada Tahun 2013, jumlah pelaporan OPT dan DPI sebanyak 768 laporan (100%) dari target 768 laporan. Data OPT dan DPI yang dikirim oleh daerah selanjutnya digunakan sebagai dasar analisis dan rekomendasi penanganan OPT dan DPI sehingga luas serangan OPT dan terkena DPI dapat ditekan seminimal mungkin. 2. Bahan dan Sarana pengendalian OPT Pengamanan produksi dari gangguan OPT dilaksanakan dengan menggunakan sistem PHT yaitu memprioritaskan teknologi ramah lingkungan, sedangkan penggunaan pestisida merupakan langkah terakhir dan digunakan secara bijaksana. Oleh karena itu, upaya mendukung pengendalian OPT dilakukan dengan menyiapkan bahan dan sarana pengendalian seperti alat handsprayer, mistblower, sarung tangan, dan agens hayati. Pada tahun 2014 sudah dilaksanakan pengadaan bahan dan sarana pengendalian sebanyak 90 paket. Selain itu, dalam rangka penerapan pengendalian OPT dengan sistem PHT, pada Tahun 2014 juga dilaksanakan kegiatan pemanfaatan musuh alami yaitu burung hantu (Tyto alba) di 5 provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur). 3. Surveilans OPT (Pengamatan OPT) Surveilans merupakan suatu proses pengamatan dalam rangka mengumpulkan dan mencatat data tentang dinamika populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor- faktor yang mempengaruhinya pada waktu dan tempat tertentu. Secara umum, metode pengamatan di lapangan dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu Pengamatan Keliling Laporan Kinerja Tahun 2014 45

(patroli) dan Pengamatan Tetap. Pengamatan keliling (patroli) merupakan kegiatan pengamatan bertujuan untuk mengetahui tanaman terserang dan terancam, luas pengendalian, bencana alam, serta mencari informasi tentang penggunaan, peredaran, dan penyimpanan bahan pengendali OPT. Data dan informasi tersebut digunakan untuk menentukan daerah yang dicurigai dan menitikberatkan pengamatan. Penentuan daerah yang dicurigai didasarkan pada kerentanan varietas yang ditanam terhadap OPT utama di daerah tersebut, stadia pertumbuhan tanaman dan jaraknya terhadap sumber serangan, sedangkan Pengamatan Tetap adalah pengamatan yang dilakukan secara berkala pada petak contoh tetap atau peralatan tertentu (perangkap lampu, penakar curah hujan, dan SMPK). Pelaksanaan kegiatan surveilans dilakukan di BPTPH dan LPHP/LAH sebanyak 2 kali per musim. Kemudian hasil pelaksanaan surveilans dilaporkan untuk dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan pengendalian. Surveilans dilakukan oleh petugas Pengendali Organisme pengganggu Tumbuhan - Pengamat Hama dan penyakit (POPT-PHP) di wilayah kerjanya (kecamatan), petugas teknis Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) di kabupaten yang dicakup dalam wilayah kerjanya (kabupaten) dan fungsional POPT tingkat provinsi, serta petugas lain yang terkait di bidang perlindungan tanaman. Agar kegiatan surveilans dapat dilaksanakan secara efektif, daerah produksi tanaman pangan dibagi menjadi wilayah-wilayah pengamatan hama dan penyakit yang berimpit dengan wilayah administrasi kecamatan atau kelipatannya. 4. Gerakan pengendalian OPT Dalam rangka mengamankan produksi tanaman pangan, tindakan pengendalian OPT harus dilaksanakan apabila populasi/intensitas serangan OPT di atas ambang kendali. Gerakan pengendalian OPT terdiri dari gerakan pengendalian reguler dan gerakan pengendalian bersama TNI. Pada Tahun 2014, gerakan pengendalian OPT telah dilaksanakan Laporan Kinerja Tahun 2014 46

sebanyak 100 kali (94,34% dari rencana 106 kali) dan 8 kali gerakan pengendalian OPT bersama TNI di 8 provinsi. Gerakan pengendalian pada suatu areal tanaman pangan dapat dilakukan lebih dari satu kali. Luas pengendalian OPT pada tanaman pangan Tahun 2014 pada tanaman padi seluas 1.315.308 ha, jagung seluas 30.659 ha, kedelai seluas 15.375 ha, kacang tanah seluas 2.981 ha, kacang hijau seluas 1.516 ha, ubi kayu seluas 3.162 ha dan ubi jalar seluas 1.071 ha. Data luas pengendalian OPT secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 25. 5. Penguatan kelembagaan a) Brigade Proteksi Tanaman Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan unit penanganan eksplosi serangan OPT yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Regu Pengendali Hama (RPH)/petani setempat. Pada awal terbentuknya, kedudukan BPT berada di bawah pengelolaan Dinas Pertanian Provinsi, seiring dengan berjalannya waktu keberadaan BPT pada beberapa provinsi telah diserahkan kepada UPTD BPTPH dan sampai saat ini telah terdapat 78 unit BPT yang tersebar di 32 provinsi kecuali Provinsi Kepulauan Riau. b) Pos Pengembangan Agens Hayati Pos Pengembangan Agens Hayati (PPAH) adalah salah satu wadah/kelembagaan perlindungan tanaman pangan bagi petani alumni SLPHT dan atau petani non alumni SLPHT yang mampu menyiapkan, memperbanyak, menerapkan dan menyebarluaskan agens hayati serta sarana produksi ramah lingkungan yang mendukung penerapan prinsip-prinsip PHT. PPAH memiliki peranan yang besar dalam pemasyarakatan penerapan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) antara lain : pemasyarakatan sarana produksi ramah lingkungan; melakukan studi sain petani; memelihara keseimbangan agroekosistem; serta mendekatkan sarana produksi ramah Laporan Kinerja Tahun 2014 47

lingkungan yang mendukung penerapan prinsip-prinsip PHT kepada masyarakat petani lainnya. Keberadaan PPAH dari tahun ke tahun bergerak dinamis ke arah pertumbuhan. Berdasarkan data 5 tahun terakhir yaitu jumlah PPAH Tahun 2010 sebanyak 704 unit, Tahun 2011 sebanyak 855 unit, Tahun 2012 sebanyak 1.005 unit, Tahun 2013 sebanyak 1009 unit, Tahun 2014 sebanyak 1.350 unit tersebar di 32 provinsi. Provinsi yang belum melaporkan keberadaan PPAH adalah Kep. Riau dan Kalimantan Utara karena baru terbentuk. Jenis AH dan Pestisida nabati yang telah dikembangkan oleh PPAH antara lain Beauvaria bassiana, Metarhizium sp, Verticillium sp, SI-NPV dan Corynebacterium sp (=Paenibacillus Polymyxa), Trichoderma sp, Trichogramma sp, Pseudomonas fluorescens, PGPR, MOL, serta pestisida nabati, Trichokompos, dll. c) Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit/Laboratorium Agens Hayati Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit/Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH) sebagai institusi terdepan perlindungan tanaman pangan mempunyai peran yang sangat penting dalam keberhasilan kegiatan pengamanan produksi. Sebagai pusat pengembangan teknologi perlindungan tanaman, kegiatan yang dilaksanakan meliputi kegiatan utama yaitu pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT/penanganan DPI serta kegiatan pendukung yang lebih menekankan pada permasalahan spesifik lokasi. Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit juga merupakan rujukan dalam pengembangan dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman pangan ramah lingkungan yang mendukung prinsip-prinsip PHT. Kegiatan LPHP dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan antara lain eksplorasi, perbanyakan, pengembangan, dan pemasyarakatan agens hayati/pestisida nabati. Beberapa agens Laporan Kinerja Tahun 2014 48

hayati dan pestida nabati yang telah dikembangkan hingga saat ini yaitu : Beauveria bassiana, Metarhizium sp, Verticillium sp, SI-NPV dan Paenibacillus polymyxa, Trichoderma sp, Trichogramma sp, Nomuraea, Pseudomonas fluorescens, PGPR, MOL, serta pestisida nabati, Trichokompos, dll. Keberadaan LPHP/LAH mengalami perubahan dalam 5 tahun terakhir yaitu pada Tahun 2010 s.d. 2012 sebanyak 95 unit, pada Tahun 2013 sebanyak 94 unit, dan pada Tahun 2014 sebanyak 98 unit. Pertumbuhan LPHP terbanyak di Provinsi Sulawesi Utara yaitu bertambah 3 unit yang merupakan pengadaan Tahun 2013, berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK). d) Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pengamat Hama dan Penyakit Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP) merupakan sumber daya manusia perlindungan tanaman yang diberi tugas dan tanggung jawab serta hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan pengelolaan OPT dan Dampak Perubahan Iklim di wilayah pengamatannya yaitu kecamatan. Ruang lingkup, tanggung jawab, dan wewenang POPT- PHP adalah melaporkan hasil pengamatan perkembangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI), memberikan rekomendasi pengendalian OPT dan penanganan DPI pada lingkup wilayah pengamatannya, membina kelompok tani/petani pengembang teknologi perlindungan tanaman pangan ramah lingkungan yang mendukung prinsip-prinsip PHT dan melakukan pengawasan peredaran dan penggunaan bahan pengendali OPT serta pupuk bersubsidi. Jumlah POPT PHP pada Tahun 2010 sebanyak 3.183 orang selama lima tahun terakhir berkurang sebanyak 795 orang dibandingkan Laporan Kinerja Tahun 2014 49

dengan Tahun 2014 sebanyak 2.388 orang. Berkurangnya jumlah POPT-PHP tersebut antara lain karena purna tugas, alih tugas, dan meninggal dunia. Jumlah kecamatan sebagai wilayah kerja POPT-PHP saat ini di seluruh Indonesia sebanyak 6.793. Dengan jumlah POPT-PHP saat ini, banyak POPT-PHP yang merangkap 2 3 kecamatan. Jumlah wilayah kerja yang ideal bagi POPT-PHP adalah 1 (satu) kecamatan. Kurang memadainya jumlah POPT-PHP dapat berdampak pada kurang akuratnya data dan informasi hasil pengamatan di lapangan, sehingga penanganan OPT dalam rangka pengamanan produksi kurang optimal. Salah satu upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga tersebut yaitu, sejak Tahun 2007 telah direkrut Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan- Pengamat Hama Penyakit (THL-TBPOPT-PHP) yang bertujuan untuk membantu POPT-PHP dalam menunjang kegiatan pengamanan produksi melalui kegiatan pengamatan OPT, DPI, serta pengawasan penggunaan pupuk bersubsidi dan bahan pengendali OPT. Pada Tahun 2007 telah dikontrak sebanyak 1.288 THL-TB-POPT-PHP yang tersebar di 32 provinsi, data terakhir Tahun 2014 sebanyak 1.164, terjadi pengurangan sebanyak 146 orang. Penyebab berkurangnya jumlah THL-TB POPT-PHP antara lain mengundurkan diri, meninggal dunia, dan lulus seleksi CPNS (Pusat maupun daerah), namun UPTD BPTPH belum mengganti dengan menseleksi tenaga baru e) Petani Pengamat Petani Pengamat adalah petani alumni SLPHT yang ditetapkan dengan ketetapan Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan bertugas membantu POPT-PHP/THL-TB POPT-PHP melakukan pengamatan agroekosistem (OPT, Musuh alami, DPI, dan faktor abiotik yang mempengaruhi perkembangan OPT/DPI) di wilayah pengamatan terdekat dengan tempat tinggal petani bersangkutan dan atau yang Laporan Kinerja Tahun 2014 50

disepakati dengan tempat tinggal petani bersangkutan dan atau yang disepakati dengan POPT-PHP terdekat. Jumlah petani pengamat tahun 2012 sebanyak 3.036 orang dan pada tahun 2014 sebanyak 2.949 orang. Pengurangan jumlah petani pengamat disesuaikan dengan prioritas kebijakan masing-masing daerah. Namun demikian Petani Pengamat swadaya (di luar kriteria di atas) diharapkan dapat diupayakan. 6. Pelaksanaan SLPHT Skala Luas Padi Peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani dalam mengelola pertanamannya menggunakan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) diantaranya dilaksanakan melalui kegiatan SLPHT. Pelaksanaan SLPHT diharapkan mampu mewujudkan kemandirian petani dalam mengambil keputusan di lahan usahataninya. SLPHT harus mempunyai dampak yang luas yaitu tidak hanya merubah paradigma pola pikir para petani alumni SLPHT saja, namun juga harus dapat membuat perubahan terhadap petani non SLPHT dan generasi petani selanjutnya untuk melaksanakan PHT. Saat ini, SLPHT telah cukup banyak dilaksanakan, namun belum memberikan hasil yang optimal. Hal ini disebabkan SLPHT yang dilaksanakan masih belum merata, dalam skala kecil, dan belum melibatkan kelompok-kelompok dalam satu hamparan. Oleh karena itu, pada Tahun 2014, dilaksanakan SLPHT Skala Luas yang merupakan suatu pendekatan SLPHT dalam skala yang lebih luas (satu hamparan) dengan melibatkan beberapa kelompok tani hamparan sehingga terjalin komunikasi dan koordinasi yang baik dalam pengelolaan OPT di lapangan. SLPHT Skala Luas ini dilaksanakan khusus untuk komoditas padi. Target SLPHT Skala Luas padi pada Tahun 2014 sebanyak 848 unit yang tersebar di 33 provinsi. Realisasi pelaksanaan SLPHT Skala Luas Padi sebanyak 806 unit atau 95,05% (berhasil) dengan peserta 20.150 orang petani dari target 21.200 orang petani. Laporan Kinerja Tahun 2014 51

Dampak dari pelaksanaan SLPHT antara lain meningkatnya kemampuan dan kemandirian 20.150 orang petani dalam penanganan OPT sesuai dengan prinsip PHT. Para petani alumni SLPHT tersebut diharapkan dapat secara konsisten dan berkelanjutan menerapkan PHT di lahan usahataninya, serta menyebarluaskan kepada petani sekitarnya, sehingga PHT akan semakin memasyarakat dan melembaga di tingkat petani. Beberapa unit SLPHT Skala Luas tidak dapat dilaksanakan di beberapa provinsi disebabkan hal-hal sebagai berikut: Riau, sebanyak 2 unit tidak dapat dilaksanakan karena penghematan anggaran di Tahun 2014 menyebabkan mundurnya pelaksanaan kegiatan SLPHT di calon lokasi SLPHT yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada saat dana kembali tersedia, calon lokasi tersebut mengalami kejadian dampak perubahan iklim (kekeringan). Sulawesi Selatan, dari alokasi 46 unit, terealisasi 7 unit, sedangkan 39 unit tidak dapat dilaksanakan sampai selesai karena penghematan anggaran. Papua, dari alokasi 13 unit, realisasi 10 unit, sedangkan 3 unit tidak dapat dilaksanakan karena waktunya sudah tidak memungkinkan yang sebelumnya dicadangkan untuk penghematan. Secara rinci realisasi pelaksanaan SLPHT dapat dilihat pada Lampiran 6. 7. Pelaksanaan SLI Padi Peningkatan kemampuan, keahlian dan pemberdayaan petani dalam memanfaatkan informasi prakiraan iklim dilaksanakan melalui kegiatan Sekolah Lapangan Iklim (SLI). Kegiatan ini terutama dilaksanakan di daerah yang sering mengalami dampak perubahan iklim (banjir dan kekeringan). SLI dimulai pada MT 2002/2003 di Kabupaten Indramayu sebagai Pilot Project melalui kerjasama antara Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Laporan Kinerja Tahun 2014 52

Kabupaten Indramayu, IPB dan Asian Disaster Preparedness Centre (ADPC). Secara nasional, SLI diselenggarakan sejak Tahun 2007 dengan pendanaan dari APBN yang tersebar di provinsi rawan banjir dan kekeringan. Kegiatan SLI Tahun 2014 awalnya dialokasikan sebanyak 120 unit di 30 provinsi (kecuali Provinsi Kep. Bangka Belitung, Kep. Riau dan DKI Jakarta). Terdapat 13 unit SLI yang mengalami penghematan yaitu di Provinsi Sumatera Selatan (2 unit), Bengkulu (2 unit), Nusa Tenggara Barat (2 unit), Sulawesi Selatan (6 unit) dan Sulawesi Tenggara (1 unit) sehingga SLI tahun 2014 menjadi 107 unit. Realisasi hingga Desember tahun 2014 sebanyak 103 unit (4 unit tidak dilaksanakan). Unit SLI yang tidak dilaksanakan yaitu : Papua (1 unit) dan Kalimantan Selatan (2 unit) tidak dapat dilaksanakan karena penghematan anggaran di Tahun 2014 menyebabkan mundurnya pelaksanaan kegiatan SLI di calon lokasi SLI yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada saat dana kembali tersedia, sudah tidak tersedia lahan pertanaman Kalimantan Selatan (1 unit) tidak dapat dilaksanakan karena calon lokasi mengalami kekeringan Secara rinci realisasi pelaksanaan SLI dapat dilihat pada Lampiran 7. Disamping kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di atas, dalam rangka pengamanan produksi, juga dilakukan berbagai upaya, sebagai berikut: 1) Mengirim surat kewaspadaan terhadap peningkatan serangan OPT dan langkah operasional penanganannya oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan kepada Gubernur dan Kepala Dinas Pertanian seluruh Provinsi. 2) Melakukan konsolidasi petugas lapang (POPT-PHP, Penyuluh Lapangan, Seksi Perlintan Kabupaten) dan petugas LPHP. Laporan Kinerja Tahun 2014 53

3) Membentuk POSKO pengendalian OPT di tiap kabupaten, kecamatan, dan desa. 4) Menurunkan tim pemantauan dan bimbingan pengendalian ke lapangan. 5) Koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait antara pusat provinsi kabupaten kecamatan desa. Sedangkan untuk penanganan DPI, disamping kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di atas, dilakukan juga berbagai upaya sebagai berikut: 1) Menyebarluaskan informasi prakiraan awal Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK) dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta upaya antisipasi terhadap banjir, kekeringan dan OPT. 2) Menurunkan tim pemantauan dan bimbingan penanganan DPI ke lapangan. 3) Mengkoordinasikan dengan instansi terkait dalam upaya penanganan banjir dan kekeringan serta pemberian bantuan sarana produksi berupa benih dan pupuk kepada petani yang pertanamannya mengalami puso untuk melakukan penanaman kembali. Penurunan luas serangan OPT utama tanaman pangan strategis (padi, jagung, dan kedelai) berhasil diwujudkan, namun masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut : 1) Koordinasi penanganan daerah sumber serangan OPT di beberapa provinsi belum berjalan dengan baik karena belum optimalnya koordinasi antara Mantri Tani, POPT-PHP, dan Penyuluh Lapangan dalam gerakan pengendalian OPT, jaringan kelembagaan belum optimal, prasarana pengendalian di daerah yang masih terbatas, dan belum optimalnya peran dan fungsi Brigade Proteksi Tanaman dalam penanganan eksplosi serangan OPT. Untuk itu, perlu adanya upaya advokasi kepada Gubernur, lembaga legislatif, Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pemegang komando dalam pelaksanaan pengendalian OPT. 2) Terbatasnya sarana kerja operasional petugas POPT-PHP sehingga menghambat kelancaran pelaksanaan tugasnya. Oleh karena itu, Laporan Kinerja Tahun 2014 54

kemandirian daerah perlu lebih ditingkatkan dalam pemenuhan sarana kerja lapangan petugas. 3) Terbatasnya jumlah petugas lapangan (POPT-PHP/THL-TB POPT-PHP) sehingga kegiatan pengamatan dan pengendalian OPT dan penanganan DPI belum optimal. 4) Pelaksanaan pengendalian OPT ramah lingkungan masih terbatas dan penggunaan pestisida belum menganut prinsip 6 tepat. 5) Adanya peralihan satker ke Dinas Pertanian menyebabkan prosedur menjadi lebih panjang sehingga pencairan dana untuk pelaksanaan kegiatan jadi terlambat. 3.6 PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN Pada Tahun 2014, pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan didukung dengan anggaran pembangunan, yang tertuang dalam program Ketahanan Pangan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja (Satker) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sedangkan untuk pelaksanaan program dan kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan di daerah didukung dengan anggaran yang tertuang dalam DIPA Dana Dekonsentrasi melalui Satker BPTPH. Total anggaran yang tertuang dalam DIPA penguatan perlindungan tanaman pangan dari serangan OPT dan DPI (Pusat dan Dekonsentrasi) Tahun 2014 sebesar Rp. 117.864.716.000,- (seratus tujuh belas milyar delapan ratus enam puluh empat juta tujuh ratus enam belas ribu rupiah). Sampai dengan akhir Desember 2014, realisasi anggaran berhasil mencapai Rp. 113.000.750.669,- (seratus tiga belas milyar tujuh ratus lima puluh ribu enam ratus enam puluh sembilan rupiah) atau 95,87% dari total anggaran. Laporan Kinerja Tahun 2014 55

Realisasi anggaran yang tertuang dalam DIPA dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh Satker Dinas Pertanian Tahun 2014 sebesar Rp 99.720.040.021,- ( sembilan puluh sembilan milyar tujuh ratus dua puluh juta empat empat puluh ribu dua puluh satu rupiah) atau 97,23% dari total anggaran Rp 102.563.945.000,- (seratus dua milyar lima ratus enam puluh tiga juta sembilan ratus empat puluh lima ribu rupiah). Sedangkan realisasi anggaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pada Tahun 2014 sebesar 9.932.912.788,- (sembilan milyar sembilan ratus tiga puluh dua juta sembilan ratus dua belas ribu tujuh ratus delapan puluh delapan rupiah) atau 86,11% dari total anggaran 11.534.911.000,- (sebelas milyar lima ratus tiga puluh empat juta sembilan ratus sebelas ribu rupiah) dan BPMPT sebesar Rp. 3.347.799.000,- (tiga milyar tiga ratus empat puluh tujuh juta tujuh ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) atau 88,90% dari target Rp. 3.765.860.000,- (tiga milyar tujuh ratus enam puluh lima juta delapan ratus enam puluh ribu rupiah). Tabel 20. Akuntabilitas Keuangan terhadap Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Pagu Realisasi % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI Luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: Penguatan Sistem Perlindungan TP dari Gangguan OPT dan DPI 117.864.716.000 113.000.750.669 95,87 - Padi 95 % 92,63 % 97,51 - Jagung 95 % 98,58 % 103,77 - Kedelai 95 % 97,06 % 102,17 - Kacang Tanah 95 % 99,25 % 104,47 - Kacang Hijau 95 % 99,53 % 104,77 - Ubi Kayu 95 % 99,45 % 104,68 - Ubi Jalar 95 % 97,60 % 102,74 Program Anggaran (Rp.) Laporan Kinerja Tahun 2014 56

Berdasarkan tabel di atas, akuntabilitas keuangan dinilai berhasil dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Perlindungan Tanaman Pangan. Hal ini ditunjukkan dengan realisasi keuangan sebesar 95,87% dengan capaian indikator kinerja sasaran 97,51% sampai dengan 104,77%. Tabel 21. Realisasi Anggaran Program Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 Realisasi Pagu Awal Pagu Revisi No. Kegiatan/Sub Kegiatan/Uraian/Indikator Output Anggaran % (Rp. 000,-) (Rp. 000,-) (Rp. 000,-) Volume Satuan Volume % (1) (2) (3) (4) (5) (6)=(5):(4) (7) (8) (9) (10)=(9):(7) I Dana Dekonsentrasi 107.279.770 102.563.945 99.720.040 73.710-73.431 99,62 1 Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT (P3OPT ) 21.389.488 20.049.225 18.740.838 93,47 32 Balai 32 100,00 2 Operasional Brigade Proteksi Tanaman (BPT ) 2.367.384 2.225.097 2.090.712 93,96 78 unit 78 99,74 3 Bahan dan Sarana Pengendalian OPT 796.000 636.267 614.553 96,59 75 paket 62 82,67 4 Gerakan Pengendalian OPT dan DPI 1.743.440 1.640.510 1.586.881 96,73 106 kali 106 100,00 5 Pemberdayaan Pos Pengembangan Agen Hayati (PPAH) 2.029.620 1.609.373 1.545.478 96,03 243 unit 217 89,30 6 Surveilans OPT (Pengamatan OPT ) 2.245.883 1.956.927 1.787.574 91,35 89 paket 73 82,02 7 Bantuan Transport Petani Pengamat (2.949 org x 10 bulan) 8.847.000 8.847.000 8.800.635 99,48 29.490 orang 29.335 99,48 8 Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT ) 22.328.067 20.724.907 20.464.439 98,74 954 Unit 910 95,39 - Persiapan+monev 1.466.487 1.442.332 1.418.221 98,33 951 949 99,79 - Padi 18.474.920 17.165.015 16.936.358 98,67 848 Unit 806 95,05 - Jagung 1.310.260 1.144.660 1.140.660 99,65 57 Unit 56 98,25 - Kedelai 1.076.400 972.900 969.200 99,62 49 Unit 48 97,96 9 Sekolah Lapangan Iklim (SLI) 2.744.984 2.473.665 2.372.241 95,90 107 Unit 103 96,26 10 Koordinasi penanggulangan OPT /DPI 1.069.976 1.003.825 832.811 82,96 12 paket 11 91,67 11 BOP dan THL POPT 35.425.500 35.410.500 35.365.971 99,87 42.412 OB 42.392 99,95 - PNS (2.556 orangx 12 bulan) 15.336.000 15.321.000 15.290.121 99,80 30.672 OB 30.660 99,96 - T HL (1.174 orang x 10 bulan) 20.089.500 20.089.500 20.075.850 99,93 11.740 OB 11.732 99,93 12 Lab Pengamatan Hama Penyakit/Lab Agen Hayati (LPHP/LAH) 4.092.428 4.000.450 3.632.641 90,81 98 unit 98 100,00 13 Gerakan TNI 1.000.000 990.000 921.000 93,03 8 paket 8 100,00 14 Musuh Alami 1.200.000 996.200 964.267 96,79 6 paket 6 100,00 II Pusat 85.008.371 15.300.771 13.280.711 86,80 2 paket 2 100,00 1 Kegiatan Ditlind Pusat 81.242.511 11.534.911 9.932.912 86,11 1 paket 1 100,00 2 BPMPT 3.765.860 3.765.860 3.347.799 88,90 1 paket 1 100,00 TOTAL Target 192.288.141 117.864.716 113.000.750 95,87 73.712 pkt/unit/ob /kali/balai Fisik Kegiatan Realisasi 73.433 99,62 Laporan Kinerja Tahun 2014 57

III. P E N U T U P Pencapaian sasaran mengamankan 95% luas areal tanaman pangan dengan menekan serangan OPT dan terkena DPI sehingga maksimal 5% dari luas tanam pada Tahun 2014 dinilai berhasil. Hal ini terlihat dari luas serangan OPT utama dan DPI (banjir dan kekeringan) pada tanaman pangan dengan capaian berhasil untuk komoditas padi dan sangat berhasil untuk komoditas jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Disamping pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, upaya pengamanan 95% luas areal tanaman pangan dengan menekan luas serangan OPT dan DPI Tahun 2014, juga dilakukan melalui berbagai kegiatan. Upaya tersebut meliputi penyebarluasan informasi prakiraan iklim dan serangan OPT ke daerah, konsolidasi petugas lapangan (POPT-PHP, Penyuluh Lapangan, dan petugas LPHP), dan pembentukan POSKO pengendalian OPT di berbagai tingkatan. Dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, berbagai permasalahan masih menjadi kendala antara lain belum optimalnya koordinasi antara Mantri Tani, POPT-PHP, dan Penyuluh Lapangan dalam penanganan OPT di daerah sumber serangan dan penanganan DPI di daerah rawan banjir dan kekeringan, terbatasnya jumlah dan kompetensi SDM perlindungan tanaman pangan, belum optimalnya fungsi kelembagaan perlindungan tanaman di daerah, belum optimalnya peran PPAH dalam pemanfaatan agens hayati, dan terbatasnya sarana kerja lapangan petugas POPT-PHP. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya peningkatan, koordinasi, advokasi, dan pendampingan serta pengawalan secara berkelanjutan. Laporan Kinerja Tahun 2014 58

LAMPIRAN Laporan Kinerja Tahun 2014 59

Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Berdasarkan Permentan No.61/Permentan/OT.140/10/2010 DIREKTUR PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN SUB BAGIAN TATA USAHA SUBDIT PENGELOLAAN DATA OPT SUBDIT DAMPAK PERUBAHAN IKLIM SUBDIT TEKNOLOGI PENGENDALIAN OPT SUBDIT PENGELOLAAN PHT SEKSI MONITORING DAN ANALISIS DATA SEKSI ADAPTASI SEKSI IDENTIFIKASI SEKSI PEMASYARAKATAN SEKSI EVALUASI DAN PELAPORAN SEKSI MITIGASI SEKSI VERIFIKASI SEKSI KELEMBAGAAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Laporan Kinerja Tahun 2014 60

Lampiran 2. PENETAPAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2014 Laporan Kinerja Tahun 2014 61

Laporan Kinerja Tahun 2014 62

Lampiran 3. RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 Unit Eselon II Tahun : 2014 : Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI 1 2 Luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: 3 - Padi 95 % - Jagung 95 % - Kedelai 95 % - Kacang Tanah 95 % - Kacang Hijau 95 % - Ubi Kayu 95 % - Ubi Jalar 95 % Laporan Kinerja Tahun 2014 63

Lampiran 4. PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2014 Unit Eselon II Tahun : 2014 : Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Pagu Realisasi % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI Luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: Penguatan Sistem Perlindungan TP dari Gangguan OPT dan DPI 117.864.716.000 113.000.750.669 95,87 - Padi 95 % 92,63 % 97,51 - Jagung 95 % 98,58 % 103,77 - Kedelai 95 % 97,06 % 102,17 - Kacang Tanah 95 % 99,25 % 104,47 - Kacang Hijau 95 % 99,53 % 104,77 - Ubi Kayu 95 % 99,45 % 104,68 - Ubi Jalar 95 % 97,60 % 102,74 Program Anggaran (Rp.) Laporan Kinerja Tahun 2014 64

Lampiran 5. PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN Unit Eselon II Tahun : 2014 : Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Rencana Persentase Tingkat Pencapaian Sasaran Strategis Indikator Kinerja Realisasi Keterangan Capaian Rencana (Target) Tingkat 1 3 4 5 6 Mengamankan produksi Luas areal tanaman pangan aman dari tanaman pangan dari serangan gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: OPT dan terkena DPI - Padi 95 % 92,63 % 97,51 % berhasil - Jagung 95 % 98,58 % 103,77 % sangat berhasil - Kedelai 95 % 97,06 % 102,17 % sangat berhasil - Kacang Tanah 95 % 99,25 % 104,47 % sangat berhasil - Kacang Hijau 95 % 99,53 % 104,77 % sangat berhasil - Ubi Kayu 95 % 99,45 % 104,68 % sangat berhasil - Ubi Jalar 95 % 97,60 % 102,74 % sangat berhasil Laporan Kinerja Tahun 2014 65

Lampiran 6. RENCANA DAN REALISASI SLPHT TAHUN 2014 No. Propinsi Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % 1 Pemerintah Aceh 41 41 100,00 3 3 100,00 6 6 100,00 50 50 100,0 2 Sumatera Utara 45 45 100,00 2 2 100,00 4 4 100,00 51 51 100,0 3 Sumatera Barat 28 28 100,00 3 3 100,00 - - - 31 31 100,0 4 R i a u 17 15 88,24 - - - - - 17 15 88,2 5 J a m b i 20 20 100,00 - - - - - - 20 20 100,0 6 Sumatera Selatan 47 47 100,00 2 2 100,00 - - - 49 49 100,0 7 Bengkulu 11 11 100,00 - - - - - 11 11 100,0 8 Lampung 29 29 100,00 2 2 100,00 1 1 100,00 32 32 100,0 9 Kep. Bangka Belitung 12 12 100,00 - - - - - - 12 12 100,0 10 Kep. Riau 1 1 100,00 - - - - - - 1 1 100,0 11 DKI Jakarta 2 2 100,00 - - - - - - 2 2 100,0 12 Jawa Barat 62 62 100,00 5 5 100,00 5 5 100,00 72 72 100,0 13 Jawa Tengah 63 63 100,00 3 3 100,00 5 5 100,00 71 71 100,0 14 DI. Yogyakarta 18 18 100,00 - - - 3 3 100,00 21 21 100,0 15 Jawa Timur 62 62 100,00 10 10 100,00 13 13 100,00 85 85 100,0 16 B a n t e n 34 34 100,00 2 2 100,00 1 1 100,00 37 37 100,0 17 B a l i 23 23 100,00 1 1 100,00 1 1 100,00 25 25 100,0 18 Nusa Tenggara Barat 26 26 100,00 2 2 100,00 2 2 100,00 30 30 100,0 19 Nusa Tenggara Timur 25 25 100,00 2 2 100,00 - - - 27 27 100,0 20 Kalimantan Barat 33 33 100,00 1 1 100,00 - - - 34 34 100,0 21 Kalimantan Tengah 16 16 100,00 1 1 100,00 - - - 17 17 100,0 22 Kalimantan Selatan 30 30 100,00 2 2 100,00 3 3 100,00 35 35 100,0 23 Kalimantan Timur 23 23 100,00 1 1 100,00 1 1 100,00 25 25 100,0 24 Sulawesi Utara 24 24 100,00 2 2 100,00 - - - 26 26 100,0 25 Sulawesi Tengah 30 30 100,00 1 1 100,00 - - - 31 31 100,0 26 Sulawesi Selatan ** 44 7 15,91 1 - - 1 - - 46 7 15,2 27 Sulawesi Tenggara 12 12 100,00 3 3 100,00 2 2 100,00 17 17 100,0 28 Gorontalo 12 12 100,00 4 4 100,00 - - - 16 16 100,0 29 Sulawesi Barat 26 26 100,00 2 2 100,00 1 1 100,00 29 29 100,0 30 Maluku 8 8 100,00 2 2 100,00 - - - 10 10 100,0 31 Maluku Utara 3 3 100,00 - - - - - - 3 3 100,0 32 Papua 13 10 76,92 - - - - - - 13 10 76,9 33 Papua Barat 8 8 100,00 - - - - - - 8 8 100,0 Jumlah (Unit) Ket: *) SLPHT Padi skala luas kecuali Provinsi Riau Jumlah (Unit) Padi * Jagung Kedelai Total 848 806 95,05 57 56 98,25 49 48 97,96 954 910 95,39 **) Realisasi Provinsi Suawesi Selatan terkena penghematan anggaran Laporan Kinerja Tahun 2014 66

Lampiran 7. RENCANA & REALISASI SLI TAHUN 2014 NO Propinsi Rencana Tahun 2014 (unit) Realisasi (unit) % Capaian 1 ACEH 5 5 100,0 2 SUMATERA UTARA 5 5 100,0 3 SUMATERA BARAT 5 5 100,0 4 RIAU 3 3 100,0 5 JAMBI 3 3 100,0 6 SUMSEL 1 1 100,0 7 BENGKULU 1 1 100,0 8 LAMPUNG 3 3 100,0 9 BANGKA BELITUNG 0 0 0,0 10 KEPULAUAN RIAU 0 0 0,0 1 DKI JAKARTA 0 0 0,0 2 JAWA BARAT 11 11 100,0 3 JAWA TENGAH 11 11 100,0 4 DI. YOGYAKARTA 4 4 100,0 5 JAWA TIMUR 5 5 100,0 6 BANTEN 7 7 100,0 1 BALI 2 2 100,0 2 NTB 3 3 100,0 3 NTT 4 4 100,0 1 KALIMANTAN BARAT 4 4 100,0 2 KALIMANTAN TENGAH 4 4 100,0 3 KALIMANTAN TIMUR 2 2 100,0 4 KALIMANTAN SELATAN 5 2 40,0 1 SULAWESI UTARA 2 2 100,0 2 SULAWESI TENGAH 3 3 100,0 3 SULAWESI SELATAN 3 3 100,0 4 SULAWESI TENGGARA 2 2 100,0 5 GORONTALO 4 4 100,0 6 SULAWESI BARAT 1 1 100,0 1 MALUKU 1 1 100,0 2 MALUKU UTARA 1 1 100,0 3 PAPUA 1 0 0,0 4 PAPUA BARAT 1 1 100,0 INDONESIA 107 103 96,3 Laporan Kinerja Tahun 2014 67

Lampiran 8. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN 2008-2012, RERATA 5 TAHUN, TAHUN 2013, DAN TAHUN 2014 No Tahun Komoditas Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu T P T P T P T P T P T P T P Ubi Jalar 1 2008 428.590 2.771 23.050 839 11.266 80 5.742 4 630 0 900 0 435 0 2 2009 448.206 3.143 14.623 13 4.903 11 3.435 2 555 0 1.053 4 356 0 3 2010 682.683 10.166 16.315 42 5.247 8 4.210 0 555 0 1.967 2 528 0 4 2011 712.642 40.526 38.852 236 9.956 0 7.567 13 2.312 2 4.958 12 729 5 5 2012 461.821 2.225 26.195 52 6.183 15 5.187 7 1.077 0 2.740 16 538 0 Rerata 546.788 11.766 23.807 236 7.511 23 5.228 5 1.026 0 2.324 7 517 1 6 2013 510.090 4.422 26.302 127 8.336 1 3.728 2 997 0 3.242 8 536 0 7 2014 445.001 2.424 24.971 42 9.444 29 3.101 3 955 0 4.613 14 585 0 Ket : T : Terkena, P : Puso Laporan Kinerja Tahun 2014 68

Lampiran 9. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 No Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh 28.228 10 37.994 198 22.693 1 14.416 14 3.124-2 Sumatera Utara 5.734 75 5.043 87 7.808 44 5.589 4 5.917 15 3 Sumatera Barat 3.293 134 2.078 154 2.621 178 2.490 35 2.682 107 4 Riau 1.987 20 2.234 2 2.097 34 2.333-1.426 4 5 Jambi 1.449 83 899 14 863 8 905 5 612 22 6 Sumatera Selatan 6.124 51 9.100 19 8.735 90 19.854 44 14.346 362 7 Bengkulu 1.554-1.960 88 2.188 1 2.986 8 3.166-8 Lampung 24.523 122 19.768 35 12.759 14 14.071 5 15.963 37 9 Kepulauan Bangka Belitung - - 19-719 - 5.439 1 1.419 10 10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - 11 DKI. Jakarta 1.030 15 233-329 - 408-45 - 12 Jawa Barat 196.055 1.569 137.742 7 105.967 7 102.286-111.679-13 Jawa Tengah 138.979 2.562 131.969 3.604 100.469 704 91.728 881 117.645 1.014 14 DI. Yogyakarta 7.312 1 15.535 2.570 9.815 62 12.589-5.344 9 15 Jawa Timur 94.121 1.088 203.258 31.543 65.551 253 93.867 3.052 57.838 132 16 Banten 24.855 357 24.048 871 11.902-17.854 72 12.717 284 17 Bali 6.970-9.545 152 4.519-5.042-3.285 1 18 Nusa Tenggara Barat 9.803 10 9.801 1 6.976-11.691 8 7.161-19 Nusa Tenggara Timur 11.914 5 8.022 18 10.739 158 11.673 12 4.974 70 20 Kalimantan Barat 4.671 31 4.913 119 2.856 20 4.485 61 2.370-21 Kalimantan Tengah 3.509 73 3.304 85 3.583 35 2.589 0 1.713 4 22 Kalimantan Selatan 1.090 8 891-1.103 4 1.021 1 3.708 1 23 Kalimantan Timur 3.957 2 2.474 7 884 15 3.733 16 5.670 89 24 Sulawesi Utara 2.442 44 2.324 10 3.148 9 3.075 38 2.322-25 Sulawesi Tengah 8.303 139 8.677 87 8.427 5 15.756-5.901-26 Sulawesi Selatan 59.105 3.262 40.872 461 22.335 72 25.651 10 21.915 46 27 Sulawesi Tenggara 18.207 388 16.943 121 22.731 480 20.008 131 19.062 120 28 Gorontalo 1.575-1.365 1 2.538-2.083-2.041-29 Sulawesi Barat 10.923 91 6.322 5 13.534-13.147 5 7.116 5 30 Maluku 2.266 17 1.743-992 - 901-460 - 31 Maluku Utara 781-844 32 962 30 629-1.016-32 Irian Jaya Barat 817-1.156 3 1.008-468 3 1.088 16 33 Papua 1.106 10 1.569 233 972 2 1.323 15 1.278 78 Ket : Jumlah 682.683 10.166 712.642 40.526 461.821 2.225 510.090 4.422 445.001 2.424 OPT Utama=penggerek batang, WBC, tikus, blas, BLB/kresek, tungro TAHUN Laporan Kinerja Tahun 2014 69

Lampiran 10. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN JAGUNG DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 TAHUN No Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh 812-939 3 608-701 - 1.037-2 Sumatera Utara 712-366 - 585-850 - 1.022-3 Sumatera Barat 71 0 75 2 54-108 0 45-4 R i a u 118-261 - 174-186 2 236-5 J a m b i 49 0 89 0 54 0 58 0 52-6 Sumatera Selatan 205-187 - 174-244 - 277-7 Bengkulu 76-60 - 67-135 - 18-8 Lampung 1.405-3.312 24 1.729-1.447 2 1.762-9 Kep. Bangka Belitung - - 0 - - - 42-17 - 10 Kep. Riau - - - - - - - - 10-11 DKI Jakarta 1 - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 2.869-3.305-3.589-1.322-1.462-13 Jawa Tengah 908 3 3.541 7 3.743 7 3.815 116 4.303-14 DI Yogyakarta 560 5 668-299 - 241-204 - 15 Jawa Timur 1.018 17 5.831 179 2.917 19 3.140 6 3.379 13 16 Banten 11-2 - - - - - - - 17 B a l i - - 6-2 - 10-1 - 18 Nusa Tenggara Barat 584-965 - 570-776 - 816-19 Nusa Tenggara Timur 1.094-942 - 667 27 1.322-1.981 28 20 Kalimantan Barat 368-587 1 241-465 - 148-21 Kalimantan Tengah 116-132 - 49-5 - - - 22 Kalimantan Selatan 27-4 - 34-5 - - - 23 Kalimantan Timur 9-212 - 121-414 1 224-24 Sulawesi Utara 820-1.361-1.404-1.261-972 - 25 Sulawesi Tengah 520-800 1 446-788 - 378-26 Sulawesi Selatan 1.392-9.558 9 2.915-2.577-1.146-27 Sulawesi Tenggara 729-1.351 10 775-1.040-870 1 28 Gorontalo 754 12 2.171-3.401-1.930-1.824-29 Sulawesi Barat 311 5 1.383-1.094-2.730-2.084-30 M a l u k u 337-70 - 76-84 - 114-31 Maluku Utara 113-216 - 9-61 0 140 0 32 Papua Barat 130-44 - 21-15 - 24-33 Papua 197-412 - 376-532 - 426 - Jumlah 16.315 42 38.852 236 26.195 52 26.302 127 24.971 42 Ket : OPT Utama=penggerek batang, penggerek tongkol, ulat grayak, lalat bibit, bulai, tikus Laporan Kinerja Tahun 2014 70

Lampiran 11. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN KEDELAI DI INDONESIA No TAHUN 2010-2014 Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh 1.774-1.758-1.408-911 - 3.534 10 2 Sumatera Utara 151-87 - 301-39 - 104-3 Sumatera Barat 20-2 - 2-5 - 0-4 R i a u 28-110 - 36-14 - 3-5 J a m b i 53-52 - 15-46 - 42-6 Sumatera Selatan 64-73 - 10-1 - 158-7 Bengkulu - - - - - - 2-1 - 8 Lampung 46-66 - 92-69 - 118-9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - 10 Kep. Riau - - - - - - - - - - 11 DKI Jakarta 150 - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 889-1.276-705 - 274-935 9 13 Jawa Tengah 388-1.179-1.296 15 623-961 - 14 DI Yogyakarta 148-631 - 213-110 - 121-15 Jawa Timur 118-2.297-462 - 647-846 - 16 Banten - - - - - - - - - - 17 B a l i 158-93 - 57-7 - 14-18 Nusa Tenggara Barat 757-831 - 762-1.845-1.277 10 19 Nusa Tenggara Timur 100-8 - 2-146 - 79-20 Kalimantan Barat - - 26-4 - 103-201 - 21 Kalimantan Tengah 2-7 - - - - - - - 22 Kalimantan Selatan - - 1 - - - - - - - 23 Kalimantan Timur 4-9 - 4-11 - 3-24 Sulawesi Utara 29-13 - 4-2 - 18-25 Sulawesi Tengah 60-213 - 130-2.510-144 - 26 Sulawesi Selatan 58-670 - 104-113 - 307-27 Sulawesi Tenggara 74 8 221-128 - 637-340 - 28 Gorontalo 17-3 - 14-1 - 7-29 Sulawesi Barat 3-12 - 101-10 - 42-30 M a l u k u 10-0 - - - 0 - - - 31 Maluku Utara 49-107 - 85-46 1 9-32 Papua Barat 31-100 - 128-1 - 78-33 Papua 68-113 - 121-165 - 103 - Ket : Provinsi 2010 2011 2012 Jumlah 5.247 8 9.956-6.183 15 8.336 1 9.444 29 OPT Utama: ulat grayak, penggulung daun, lalat kacang, penggerek polong, ulat jengkal, tikus TAHUN 2013 2014 Laporan Kinerja Tahun 2014 71

Lampiran 12. No LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN KACANG TANAH DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh 403 0 735 0 335 0 497-275 - 2 Sumatera Utara 77-70 - 80-97 - 133-3 Sumatera Barat 24-39 - 46-32 - 20-4 R i a u 54-100 - 64-66 1 65-5 J a m b i 50 0 26 0 19 0 28 0 5 0 6 Sumatera Selatan 63-72 - 34-12 - 44-7 Bengkulu 5-10 - 4-20 - 28-8 Lampung 38-8 - - - - - 6-9 Kep. Bangka Belitung - - 1 - - - 5-2 - 10 Kep. Riau - - - - - - - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 964-940 - 1.405-424 - 577-13 Jawa Tengah 332-433 12 306 7 108-223 - 14 DI Yogyakarta 490-476 - 426-254 - 279-15 Jawa Timur 889-2.867-1.427-1.176-715 3 16 Banten 94-78 - 4 - - - 1-17 B a l i - - 76-37 - 37-8 - 18 Nusa Tenggara Barat 208-487 - 373-209 - 275-19 Nusa Tenggara Timur 20-85 - 87-140 - 15-20 Kalimantan Barat - - 59-5 - 6 - - - 21 Kalimantan Tengah 3-10 - 3 - - - - - 22 Kalimantan Selatan 2-3 - 3 - - - - - 23 Kalimantan Timur - - 36-40 - 8-27 - 24 Sulawesi Utara 162-243 0 109-39 1 68-25 Sulawesi Tengah 99-105 - 18-121 - - - 26 Sulawesi Selatan 10-202 0 57-13 - 22-27 Sulawesi Tenggara 57-250 - 202-227 - 154-28 Gorontalo 35-4 - 14-98 - 81-29 Sulawesi Barat 8-64 - 56-76 - 22-30 M a l u k u 55-11 - 12-4 - 11-31 Maluku Utara 14-41 - - - - - 18-32 Papua Barat - - 2-4 - 1-2 - 33 Papua 53-36 - 20-30 - 25 - Ket : Provinsi Jumlah 4.210 0 7.567 13 5.187 7 3.728 2 3.101 3 OPT Utama: ulat grayak, pelipat daun, bercak daun coklat, babi hutan, tikus, karat daun TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 Laporan Kinerja Tahun 2014 72

Lampiran 13. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN KACANG HIJAU DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh 0 0 0 0 0 0 - - - - 2 Sumatera Utara 3-1 - 14 - - - 0-3 Sumatera Barat 0-2 - 2-1 - - - 4 R i a u 9-19 - 11-5 - 3-5 J a m b i 2-13 - 3-0 - 0-6 Sumatera Selatan 2-5 - 4-0 - 17-7 Bengkulu - - - - - - - - - - 8 Lampung - - - - - - - - - - 9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - 0-10 Kep. Riau - - - - - - - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 94-461 - 115-210 - 101-13 Jawa Tengah 170-543 - 742-238 - 384-14 DI Yogyakarta - - - - 2 - - - 1-15 Jawa Timur - - 167 2 40-56 - 106-16 Banten 3-1 - - - - - - - 17 B a l i - - - - - - - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 4-29 - 32-4 - 64-19 Nusa Tenggara Timur 173-11 - 16-4 - 83-20 Kalimantan Barat - - - - - - - - 4-21 Kalimantan Tengah - - - - - - - - - - 22 Kalimantan Selatan - - - - - - - - - - 23 Kalimantan Timur - - 1 - - - - - - - 24 Sulawesi Utara 88-26 - 14-12 - 11-25 Sulawesi Tengah - - - - - - 1 - - - 26 Sulawesi Selatan 8-935 - 19-388 - 123-27 Sulawesi Tenggara - - 41-24 - 59-19 - 28 Gorontalo - - - - 2 - - - - - 29 Sulawesi Barat - - 56-38 - 18-39 - 30 M a l u k u - - - - - - 2-1 - 31 Maluku Utara - - - - - - - - - - 32 Papua Barat - - 1 - - - - - 1-33 Papua - - - - - - - - - - Ket : Jumlah 555-2.312 2 1.077-997 - 955 - OPT Utama=penggerek polong, lalat kacang, ulat grayak, tikus TAHUN No Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 Laporan Kinerja Tahun 2014 73

Lampiran 14. No LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN UBI KAYU Provinsi DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 2010 2011 2012 Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh 200 0 201 2 165 14 158-130 - 2 Sumatera Utara 54 0 52,8 0 92,25 0 69-204 - 3 Sumatera Barat 1-7 - 13-5 - 0-4 Riau 148 0 393 1 182 0 182 6 289 1 5 Jambi 84 0 52 2 45 0 71 2 37 1 6 Sumatera Selatan 67-85 - 14-151 - 293 11 7 Bengkulu - - - - - - 7-1 - 8 Lampung 3-649 - - - - - - - 9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - - - 10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - 11 DKI. Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 474-1.307-406 - 481-976 - 13 Jawa Tengah - - 83-33 - 75-481 - 14 DI. Yogyakarta 173-86 - 46-30 - 6-15 Jawa Timur - - 272-53 - 180-299 - 16 Banten - - - - - - - - - - 17 Bali - - 3 - - - - - - - 18 Nusa Tenggara Barat - - - - - - - - - - 19 Nusa Tenggara Timur 264-86 1 210-49 - 751-20 Kalimantan Barat - - - - - - - - 2-21 Kalimantan Tengah 29-27 - 5 - - - - - 22 Kalimantan Selatan - - - - - - - - - - 23 Kalimantan Timur - - 96-77 - 281-230 2 24 Sulawesi Utara 127-292 - 196-227 - 202-25 Sulawesi Tengah 154-105 - 13 - - - - - 26 Sulawesi Selatan 25-53 - 18-33 - 3-27 Sulawesi Tenggara - - 732-701 - 603-642 - 28 Gorontalo - - 2-2 - - - - - 29 Sulawesi Barat 33 1 128 6 351 1 585-223 - 30 Maluku 80-171 - 116-48 - 50-31 Maluku Utara 51-63 - 1 - - - - - 32 Irian Jaya Barat - - 11 - - - 8 - - - 33 Papua 1-0 - - - - - 0 - Jumlah 1.967 2 4.958 12 2.740 16 3.242 8 4.819 14 Ket : OPT Utama=babi hutan, tungau merah, bercak daun coklat, tikus TAHUN 2013 2014 Laporan Kinerja Tahun 2014 74

Lampiran 15. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN UBI JALAR DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh 32-13 - - - 9-18 - 2 Sumatera Utara 71-50 - 57-37 - 115-3 Sumatera Barat 1-1 - - - - - - - 4 Riau 9-26 - 11-18 - 16-5 Jambi 3-18 0 8 0 44 0 17-6 Sumatera Selatan 4-0 - - - 4-26 - 7 Bengkulu - - - - - - - - - - 8 Lampung - - - - - - - - - - 9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - - - 10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - 11 DKI. Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 41-101 - 54-42 - 50-13 Jawa Tengah 2-2 - - - - - 83-14 DI. Yogyakarta - - - - - - - - - - 15 Jawa Timur - - 3-10 - 4-16 - 16 Banten - - - - - - - - - - 17 Bali - - - - - - - - - - 18 Nusa Tenggara Barat - - - - - - - - - - 19 Nusa Tenggara Timur 111-111 4 24-23 - 33-20 Kalimantan Barat - - - - - - - - - - 21 Kalimantan Tengah 2-9 - 1 - - - - - 22 Kalimantan Selatan - - - - - - - - - - 23 Kalimantan Timur - - 7-18 - 22-15 - 24 Sulawesi Utara 189-113 - 73-92 - 63-25 Sulawesi Tengah 16-30 - 3 - - - - - 26 Sulawesi Selatan 2-10 - - - - - - - 27 Sulawesi Tenggara - - 144-189 - 179-108 - 28 Gorontalo - - - - - - - - - - 29 Sulawesi Barat 3 0 30 2 34-34 - 24-30 Maluku 32-47 - 49-17 - 2-31 Maluku Utara 8-1 - - - - - - - 32 Irian Jaya Barat 3-11 - 7-6 - 22-33 Papua 0-4 - - - 6-0 - Ket : Jumlah 528 0 729 5 538 0 536 0 607 - OPT Utama=babi hutan, bercak daun coklat, hama boleng, tikus TAHUN No Provinsi 2010 2011 2012 2013 2013 Laporan Kinerja Tahun 2014 75

Lampiran 16. LUAS BANJIR PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN 2008-2012, RERATA 5 TAHUN, TAHUN 2013, DAN TAHUN 2014 Banjir No Tahun Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu T P T P T P T P T P T P T P 1 2008 333.246 95.691 44.442 13.983 7.429 2.520 1.106 327 1.040 382 450 318 22 8 2 2009 222.481 67.821 12.331 3.201 12.946 6.572 185 67 782 492 594 242 11 11 3 2010 307.810 93.929 40.463 17.778 17.012 11.782 929 284 19.908 11.335 303 43 164 11 4 2011 169.464 29.383 16.462 8.045 7.674 3.751 963 146 1.636 1.037 175 90 9 4 5 2012 177.861 40.866 11.661 2.828 2.396 1.344 84 29 121 39 204 13 4 2 Rerata 242.172 65.538 25.072 9.167 9.491 5.194 653 171 4.697 2.657 345 141 42 7 6 2013 408.961 88.265 18.097 8.136 5.112 1.790 445 133 791 233 395 259 11 0 7 2014 338.378 141.045 10.693 3.300 3.523 2.031 243 37 36 33 259 123 115 1 Ubi Jalar Laporan Kinerja Tahun 2014 76

Lampiran 17. LUAS KEKERINGAN PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN 2008-2012, RERATA 5 TAHUN, TAHUN 2013, DAN TAHUN 2014 No Tahun Banjir Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar T P T P T P T P T P T P T P 1 2008 319.522 103.762 55.348 3.066 6.296 666 966 1 3.049 215 0 0 0 0 2 2009 231.912 18.975 112.218 12.679 8.005 1.534 10.394 210 726 7 10 0 52 19 3 2010 96.721 20.856 82.875 20.724 5.014 643 2.703 1.164 2.747 1.380 803 204 0 0 4 2011 250.836 53.127 22.644 1.441 2.229 154 222 29 2.458 419 1.365 0 1 0 5 2012 282.795 47.573 21.686 1.508 1.546 130 161 0 131 93 5 4 1 0 Rerata 236.357 48.859 58.954 7.884 4.618 625 2.889 281 1.822 423 436 42 11 4 6 2013 50.342 4.067 11.731 365 123 10 151 0 8 0 1 0 2 0 7 2014 216.345 35.423 20.581 2.306 4.969 395 353 18 6 0 434 0 101 0 Laporan Kinerja Tahun 2014 77

Lampiran 18 LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN PADI DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 BANJIR KEKERINGAN No Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh 14.774 2.018 16.172 5.343 24.364 6.756 39.574 9.933 52.460 23.210 4.800 331 17.342 1.890 27.044 6.100 5.114 502 65.934 6.389 2 Sumatera Utara 5.478 1.117 8.638 618 10.396 1.330 18.581 3.879 9.987 1.165 6.382-1.458 122 6.631 395 4.550-12.878 282 3 Sumatera Barat 2.952 771 2.079 568 1.365 471 3.276 457 2.314 351 835 5 4.112 735 361 7 373 6 6.210 1.093 4 Riau 3.338 150 6.498 1.454 2.262 89 6.532 1.181 4.497 1.384 - - 4.932 1.579 1.046 659 702 83 4.633 19 5 Jambi 7.990 4.576 1.828 404 5.942 687 10.036 2.667 4.321 905 1.103 10 9.226 1.234 8.026 1.290 138-5.161 385 6 Sumatera Selatan 21.829 11.463 7.601 1.013 5.033 785 13.312 1.740 27.229 4.558 85 71 20.913 1.673 6.852 463 - - 701 15 7 Bengkulu 273-72 28 61 30 382 117 46 - - - 1.546 28 266 15 - - 10-8 Lampung 27.857 12.985 1.852 284 5.274 2.752 17.507 5.289 8.625 4.709 3 3 25.090 8.469 20.926 6.639 2.783 14 2.667 138 9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - 290 - - - - - - - - - 61-10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 11 DKI. Jakarta - - - - - - 121 77 263 140 178 - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 27.828 7.807 15.614 1.217 15.890 662 39.529 4.996 96.004 51.647 1.067-51.934 14.855 76.263 3.642 8.997 168 12.995 1.770 13 Jawa Tengah 42.625 9.684 27.250 7.505 12.791 1.527 43.789 13.310 60.514 33.792 1.956-10.296 811 45.777 11.595 3.145 224 13.507 3.455 14 DI. Yogyakarta 159 20 2.248 139 1.219 138 911 72 178 24 3.540 1.646 562 73 2.593 153 390 57 1.077 111 15 Jawa Timur 58.806 9.654 24.029 5.832 18.726 5.128 54.962 12.017 16.179 5.263 409-9.078 1.372 16.803 1.551 8.727 1.806 8.082 727 16 Banten 3.898 203 10.599 409 18.273 2.628 30.411 8.454 16.572 5.789 1.071-3.436 722 40.831 12.353 188 114 941 302 17 Bali 4-19 16 107 19 44 7 - - 362-111 - 664 160 182-1.720 67 18 Nusa Tenggara Barat 1.017 79 1.771 761 10.075 2.137 4.547 1.912 4.207 350 52.644 10.155 1.093 212 5.062 404 5.242 180 12.711 557 19 Nusa Tenggara Timur 146 37 1.060 480 634 9 1.026 676 37 24 5.496 4.590 315 289 54 36 799 4 5.840 822 20 Kalimantan Barat 3.302 57 11.443 813 2.293 1.154 15.056 317 202 98 903 32 2.544 12 129-1.830-19.975 9.161 21 Kalimantan Tengah 6.248 4.031 74 62 6.893 2.715 4.011 613 1.719 15 71 16 1.310 212 80-1.028 31 5.941 506 22 Kalimantan Selatan 20.842 4.892 8.149 907 6.554 1.558 17.629 2 10.049 1.722 65-5.180 305 5.018 162 5-2.403 598 23 Kalimantan Timur 2.931 671 1.694 277 1.205 388 2.123 502 1.750 659 - - 1.317 365 1.332 166 58-505 52 24 Sulawesi Utara - - 159 14 - - 127 27 384 29 - - - - - - - - - - 25 Sulawesi Tengah 857 122 1.104 33 877 314 123 16 4.871 215 3.002 168 - - - - 9-106 9 26 Sulawesi Selatan 47.239 18.930 18.733 815 23.912 8.258 66.410 19.029 15.066 4.925 271 66 - - 573 79 199 65 4.615 1.263 27 Sulawesi Tenggara 1.074 191 165 49 2.063 756 15.939 914 336 74 6.717 1.243 70.842 16.036 13.951 897 4.214 346 18.769 2.910 28 Gorontalo 5.109 3.775 613 342 393 198 2.284 12 244 - - - 6.687 1.501 1.701 536 712 119 5.716 3.099 29 Sulawesi Barat 563 105 - - 658 294 - - - - 5.650 2.520 - - 3-3 - 1.114 351 30 Maluku 671 592 - - 602 84 535 33 20-111 - 1.512 632 746 269 - - 99 10 31 Maluku Utara - - - - - - 37 18 16 - - - - - 64 4 - - 1.339 1.319 32 Irian Jaya Barat - - - - - - 1 - - - - - - - - - 1-549 15 33 Papua - - - - - - 149 - - - - - - - - - - - 91 - Jumlah 307.810 93.929 169.464 29.383 177.861 40.866 408.962 88.265 338.378 141.045 - - - - - - 953 349 - - Laporan Kinerja Tahun 2014 78

Lampiran 19 LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN JAGUNG DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 BANJIR KEKERINGAN Ha No Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh 1.019 45 998 44 354 246 913 175 2.019 518 - - 19 1 192 35 362-1.232-2 Sumatera Utara 9.513 2.025 2.173 1.443 1.373 1.087 521 78 393 92 10.681 2.160 2.286 12 88 5 2.095-2.762-3 Sumatera Barat 632 241 2.421 1.782 169 64 444 167 135 10 546 199 79 13 102 27 - - 66 16 4 R i a u 49 30 234 174 47 7 108 21 92 15 156 7 10 3 - - 26-2 - 5 J a m b i 4.868 3.787 286 73 46 25 100 49 150 74 - - 1-32 17 - - 38-6 Sumatera Selatan 173 58 3-38 - 152 25 208 34 - - 13 5 861 97 - - 2-7 Bengkulu 11 3 - - - - 5 - - - - - 758 346 - - - - - - 8 Lampung 2.031 990 50 50 1.277 65 388 51 26 5 360-6.571 273 4.820 511 364-160 6 9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 10 Kep. Riau - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 43-38 20 2 1 - - - - 63-247 2 8 - - - - - 13 Jawa Tengah 7.546 2.665 1.066 151 451 21 444 125 1.057 335 - - 6.715 213 10.037 119 5.865-1.987 4 14 DI Yogyakarta 268 182 6 6 - - - - - - - - 108 - - - 11-96 - 15 Jawa Timur 8.919 4.823 1.359 1.098 495 107 4.449 1.930 530 444 - - 3.527 385 1.014 107 1.170 212 694 369 16 Banten - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 17 B a l i - - 735 - - - - - - - - - 765-559 - - - 89 32 18 Nusa Tenggara Barat 236 132 - - 413 131 508 129 1.160 6 27.513 9.710 29-2.808 390 667 23 1.133 1 19 Nusa Tenggara Timur - - 63 62 1.665 39 1.525 1.326 94 45 36.279 5.803 34-140 - 1.148 130 5.213 45 20 Kalimantan Barat 20-3 - - - - - - - - - 20 - - - 8 - - - 21 Kalimantan Tengah 72 57 - - 13 12 4 4 - - - - 34-26 - - - 1-22 Kalimantan Selatan 104 3 41 5 38 3 517-45 11 1-549 - 54-6 - 56-23 Kalimantan Timur 61 11 - - - - - - - - 17-20 - 36 - - - 22 15 24 Sulawesi Utara - - - - - - 1 0 28 14 13 - - - - - 9-84 - 25 Sulawesi Tengah 97 - - - - - 23 3 21 7 99 99 - - - - - - 1.151 252 26 Sulawesi Selatan 4.112 2.251 5.719 2.279 5.234 977 7.094 3.682 4.735 1.692 1.476 218 811 188 897 200 - - 177 28 27 Sulawesi Tenggara 16 - - - 6 2 390 330 - - 14 7 1 - - - - - - - 28 Gorontalo 645 447 1.262 858 40 40 508 40 - - 5.651 2.521 43-13 - - - 5.602 1.539 29 Sulawesi Barat - - 5 - - - - - - - - - 5 - - - - - - - 30 M a l u k u 28 28 - - 3 2 - - - - 1 - - - 1 - - - - - 31 Maluku Utara - - - - - - 2 2 - - 5 - - - - - 2-13 - 32 Papua Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2-33 Papua - - - - - - 2 - - - - - - - - - - - - - Jumlah 40.463 17.778 16.462 8.045 11.661 2.828 18.097 8.136 10.693 3.300 82.875 20.724 22.644 1.441 21.686 1.508 11.731 365 20.581 2.306 Laporan Kinerja Tahun 2014 79

Lampiran 20 No Provinsi 2010 BANJIR 2011 2012 LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN KEDELAI DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 2013 2014 KEKERINGAN 2010 2011 2012 2013 2014 Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh 230 54 1.513 379 942 411 211 74 2.259 1.164 2-116 5 341 40 4-832 55 2 Sumatera Utara 87 44 5.025 3.001 47 12 736 282 194 140 38 - - - - - - - 87-3 Sumatera Barat - - 9 9 0 0 - - 3 0 - - - - - - - - - - 4 R i a u 35 15 223 159 10-425 386 109 27 - - - - 94-51 - 175 56 5 J a m b i 330 223 11 11 26 11 60 48 172 89 - - 15-25 2 - - 63 2 6 Sumatera Selatan - - - - - - 19 19 - - - - - - 74 - - - 270 15 7 Bengkulu - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 8 Lampung 15 3 - - - - - - 5 5 - - - - 46 - - - 165-9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 10 Kep. Riau - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 359 95 15 3 - - 226 30 - - - - 1.383 3 - - - - - - 13 Jawa Tengah 8.738 6.828 158 32 21 2 767 2 406 319 - - 150 10 299-37 10 432 9 14 DI Yogyakarta 649 557 - - - - 52 14 - - - - 91 11 8-25 - - - 15 Jawa Timur 4.715 3.303 271 15 - - 225 1 45 38 - - 88 28 129 - - - 60-16 Banten - - - - - - - - 21 8 - - - - - - - - 10 8 17 B a l i - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 1.341 474 60 60 96 93 781 685 - - 4.905 574 266 60 272 88 - - 2.354 29 19 Nusa Tenggara Timur - - 125 15 - - - - - - 68 68 - - - - - - - - 20 Kalimantan Barat - - - - - - - - - - - - 44 30 - - - - - - 21 Kalimantan Tengah 26 23 - - 30-40 10 - - - - 0 - - - - - 59 50 22 Kalimantan Selatan 12-1 1 2-14 - 59 46 - - 50 7 9-3 - 111 2 23 Kalimantan Timur - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 24 Sulawesi Utara - - - - - - - - 28 - - - - - - - - - 2-25 Sulawesi Tengah - - - - - - - - 40 35 - - - - - - - - 44 44 26 Sulawesi Selatan 172 85 238 41 1.207 815 1.542 226 179 156 - - 11-249 - - - - - 27 Sulawesi Tenggara 221 7 - - - - 12 12 5 5 - - 15 - - - - - 306 125 28 Gorontalo 5 3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 30 M a l u k u 66 66 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 31 Maluku Utara - - - - - - 2 2 - - - - - - - - 3 - - - 32 Papua Barat 11 2 26 26 15 - - - - - 1 1 - - - - - - - - 33 Papua - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jumlah 17.012 11.782 7.674 3.751 2.396 1.344 5.112 1.790 3.523 2.031 5.014 643 2.229 154 1.546 130 123 10 4.969 395 Ha Laporan Kinerja Tahun 2014 80

Lampiran 21 No Provinsi LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN KACANG TANAH DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 BANJIR 2010 2011 2012 2013 2014 KEKERINGAN 2010 2011 2012 2013 2014 Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh 54 0 85 35 0 0 158 29 66 3 - - - - 44-11 - - - 2 Sumatera Utara - - 9 1 27 2 2 2 54 12 - - - - - - - - 27-3 Sumatera Barat 12 5 81 65 4 4 59 4 4 2 1 - - - - - - - - - 4 R i a u 5 1 17 1 4 1 14 13 6 3 - - 10 - - - 63 - - - 5 J a m b i 5-1 - 29 8 5 1 34 13 - - - - - - - - - - 6 Sumatera Selatan - - - - - - - - 1 1 - - - - 15 - - - - - 7 Bengkulu 3 2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 8 Lampung 22 20 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 10 Kep. Riau - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 22 21 5 5 5 5 - - - - - - 9 - - - - - - - 13 Jawa Tengah 524 91 590 8 5 1 79 13 43 1 - - 14-87 - 13-1 - 14 DI Yogyakarta 54 38 3 3 - - 2 2 - - - - 35 - - - 42-182 11 15 Jawa Timur - - - - - - - - 32 - - - - - - - - - 53-16 Banten - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 17 B a l i - - - - - - - - - - - - - - - - - - 64 5 18 Nusa Tenggara Barat 182 86 35 17 7 7 7 5 - - 1.240 104 129 28 15-19 - 19-19 Nusa Tenggara Timur - - - - - - - - - - 1.462 1.060 - - - - - - - - 20 Kalimantan Barat - - 3 - - - - - - - - - 24 - - - - - - - 21 Kalimantan Tengah - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 22 Kalimantan Selatan 21-1 1 3-28 10 - - - - 1 1 - - 2-1 - 23 Kalimantan Timur - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3 2 24 Sulawesi Utara - - - - - - - - 5 3 - - - - - - - - - - 25 Sulawesi Tengah - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 26 Sulawesi Selatan - - 133 10 - - 32 - - - - - - - - - - - - - 27 Sulawesi Tenggara - - - - - - 50 50 - - - - - - - - - - - - 28 Gorontalo - - - - - - 5 - - - - - - - - - - - - - 29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 30 M a l u k u 25 20 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 31 Maluku Utara - - - - - - 4 4 - - - - - - - - 1-2 - 32 Papua Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 33 Papua - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jumlah 929 284 963 146 84 29 445 133 243 37 2.703 1.164 222 29 161-151 - 353 18 Ha Laporan Kinerja Tahun 2014 81

Lampiran 22 LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 BANJIR KEKERINGAN Ha No Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh 0 0 0 0 0 0 6 2 1 - - - - - 12 2 - - - - 2 Sumatera Utara 49 30 189 145 25-120 75 1-40 - 40 - - - - - - - 3 Sumatera Barat - - 5 5 - - - - - - - - - - - - - - - - 4 R i a u 3 1 7 7 5 3 2 2 2 1 - - 2 - - - - - - - 5 J a m b i - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - 6 Sumatera Selatan - - - - - - 16 10 - - - - - - - - - - - - 7 Bengkulu - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 8 Lampung - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 10 Kep. Riau - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 30 7 - - 22 - - - - - - - - - - - 4 - - - 13 Jawa Tengah 18.096 10.107 1-28 - 99 - - - - - 16-114 86 4 - - - 14 DI Yogyakarta - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1-15 Jawa Timur - - 55 51 - - - - - - - - - - - - - - 5-16 Banten - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 17 B a l i - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 11 - - - 3 1 - - - - 1.670 343 1.702 343 - - - - - - 19 Nusa Tenggara Timur 171 - - - 1-509 112 - - 1.037 1.037 698 76 - - - - - - 20 Kalimantan Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 21 Kalimantan Tengah - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 22 Kalimantan Selatan 13 5 - - 2-5 - - - - - - - - - - - - - 23 Kalimantan Timur - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 24 Sulawesi Utara - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 25 Sulawesi Tengah - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 26 Sulawesi Selatan 1.517 1.167 1.379 829 33 33 34 32 32 32 - - - - 5 5 - - - - 27 Sulawesi Tenggara - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 28 Gorontalo - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 30 M a l u k u 18 18 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 31 Maluku Utara - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 32 Papua Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 33 Papua - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jumlah 19.908 11.335 1.636 1.037 121 39 791 233 36 33 2.747 1.380 2.458 419 131 93 8-6 - Laporan Kinerja Tahun 2014 82

Lampiran 23 LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN UBI KAYU DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 BANJIR KEKERINGAN Ha No Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh 0 0 0 0 0 0 10-16 2 - - - - - - - - - - 2 Sumatera Utara 0 0 25 2 18 0 30 14 18 14 - - - - - - - - 37-3 Sumatera Barat 6 2 21 20 2 1 2 2 1 1 - - - - - - - - - - 4 Riau 129 11 46 44 12 6 24 11 91 62 - - - - - - - - - - 5 Jambi - - - - 5 1 39 3 3 1 - - - - - - - - - - 6 Sumatera Selatan - - - - - - - - 2 2 - - - - 2 2 - - - - 7 Bengkulu - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 8 Lampung 70 14 75 18 - - 2-117 40 - - - - - - - - - - 9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 11 DKI. Jakarta - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 13 Jawa Tengah - - - - - - 3-1 1 - - 1.107 - - - - - - - 14 DI. Yogyakarta - - - - - - - - - - 253-253 - - - - - - - 15 Jawa Timur - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 16 Banten - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 17 Bali - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 18 Nusa Tenggara Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 19 Nusa Tenggara Timur - - 2 2 159-275 219 6 1 543 204 - - - - - - 395-20 Kalimantan Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 21 Kalimantan Tengah 32 14 - - - - - - - - - - 5 - - - - - - - 22 Kalimantan Selatan - - - - - - - - 5 - - - - - - - - - - - 23 Kalimantan Timur 25 2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 24 Sulawesi Utara - - - - - - - - - - - - - - - - 1 - - - 25 Sulawesi Tengah - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 26 Sulawesi Selatan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 27 Sulawesi Tenggara - - 6 4 - - 10 10 - - - - - - - - - - - - 28 Gorontalo - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2-30 Maluku 41 - - - 8 5 - - - - 7 - - - 3 2 - - - - 31 Maluku Utara - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 32 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 33 Papua - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jumlah 303 43 175 90 204 13 395 259 259 123 803 204 1.365-5 4 1-434 - Laporan Kinerja Tahun 2014 83

Lampiran 24 LUAS BANJIR & KEKERINGAN PADA TANAMAN UBI JALAR DI INDONESIA TAHUN 2010-2014 BANJIR No Provinsi 2010 2011 2012 2013 2013 KEKERINGAN 2010 2011 2012 2013 2014 Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Pemerintah Aceh - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 Sumatera Utara - - - - - - - - - - - - - - - - - - 100-3 Sumatera Barat - - 2 - - - - - - - - - - - - - - - 1-4 Riau - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - 5 Jambi - - 4 3 - - - - 2 - - - - - - - - - - - 6 Sumatera Selatan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 7 Bengkulu - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 8 Lampung - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 9 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 11 DKI. Jakarta - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 135 - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - 13 Jawa Tengah - - - - - - - - 109 - - - - - - - - - - - 14 DI. Yogyakarta - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 15 Jawa Timur - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 16 Banten - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 17 Bali - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 18 Nusa Tenggara Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 19 Nusa Tenggara Timur 10 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 20 Kalimantan Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 21 Kalimantan Tengah - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 22 Kalimantan Selatan 9 1 3 1 1-11 - 3 - - - - - - - 2 - - - 23 Kalimantan Timur - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 24 Sulawesi Utara - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 25 Sulawesi Tengah - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 26 Sulawesi Selatan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 27 Sulawesi Tenggara - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 28 Gorontalo - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 29 Sulawesi Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 30 Maluku 10 10 - - 4 2 - - - - - - - - 1 - - - - - 31 Maluku Utara - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 32 Irian Jaya Barat - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 33 Papua - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jumlah 528 0 729 5 538 0 536 0 607 - - - 1-1 - 2-101 - Ha Laporan Kinerja Tahun 2014 84

Lampiran 25. LUAS PENGENDALIAN PADA TANAMAN PANGAN DI INDONESIA TAHUN 2013 DAN 2014 (ha) No. KOMODITAS 2013 2014 1 Padi 1.046.359 1.315.308 2 Jagung 21.370 30.659 3 Kedelai 3.881 15.375 4 Kacang Tanah 1.291 2.981 5 Kacang Hijau 366 1.516 6 Ubi Kayu 1.044 3.162 7 Ubi Jalar 227 1.071 Indonesia 1.074.538 1.370.073 Laporan Kinerja Tahun 2014 85

Laporan Kinerja Tahun 2014 1