Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema
|
|
- Lanny Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Pada KEGIATAN PERLUASAN (PENCETAKAN) SAWAH DALAM PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN TAHUN ANGGARAN Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema Pendahuluan Sektor pertanian masih memiliki potensi untuk ditingkatkan apabila berhasil menangani kendala-kendala seperti produktivitas, efisiensi usaha, konversi lahan pertanian, keterbatasan sarana dan prasarana pertanian, serta terbatasnya kredit dan infrastruktur pertanian. Selain kendala-kendala tersebut, pembangunan di sektor pertanian juga rentan terhadap perubahan dan dampak-dampak lingkungan yang terjadi seperti hujan asam (acid deposition) akibat pencemaran udara dan penurunan kualitas tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Sasaran akhir dari revitalisasi pertanian adalah tingkat pertumbuhan sektor pertanian rata-rata 3.52% per tahun dalam periode 2004 sampai dengan 2009 dan meningkatnya pendapatan serta kesejahteraan petani. Kebijakan revitalisasi pertanian ditempuh dengan empat langkah pokok, yaitu a) peningkatan kemampuan petani dan penguatan lembaga pendukungnya; b) pengamanan ketahanan pangan; c) peningkatan produktivitas, produksi, daya saing, dan nilai tambah produk pertanian; serta d) pemanfaatan hutan untuk diversifikasi usaha dan mendukung produksi pangan dengan tetap memperhatikan kesetaraan gender dan kepentingan pembangunan berkelanjutan. Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian , menargetkan produksi padi meningkat dari juta ton pada tahun 2005, menjadi juta ton pada tahun 2009, atau rata-rata meningkat 3.51% per tahun. Salah satu misi Kementerian Pertanian adalah memfasilitasi terwujudnya ketahanan pangan melalui peningkatan produksi dan penganekaragaman konsumsi. Untuk itu, Kementerian Pertanian telah menetapkan tiga program utama, yaitu : 1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan, 2) Program Pengembangan Agribisnis, dan 3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. Program Peningkatan Ketahanan Pangan bertujuan untuk memfasilitasi terjaminnya masyarakat dalam memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat, dan halal. Program ini mempunyai sasaran sebagai berikut: 1) Ketersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah 1
2 tangga yang cukup, aman, dan halal; 2) Meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat; serta 3) Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan. Pelaksanaan Program Peningkatan Ketahanan Pangan ini dioperasionalkan dalam bentuk empat kegiatan pokok sebagai berikut: 1) Peningkatan mutu intensifikasi yang dilaksanakan dalam bentuk usaha peningkatan produktivitas melalui upaya penerapan teknologi tepat guna, peningkatan pengetahuan, dan keterampilan petani dalam rangka penerapan teknologi spesifik lokasi; 2) Pengamanan produksi yang ditempuh melalui penggunaan teknologi panen yang tepat, pengendalian organisme pengganggu tanaman, dan bantuan sarana produksi terutama benih pada petani yang lahannya mengalami puso; 3) Rehabilitasi/konservasi lahan dan air tanah dilaksanakan dalam bentuk upaya perbaikan kualitas lahan kritis/marginal, pembuatan terasering, serta embung dan rorak/jebakan air; dan 4) Peluasan areal tanam (ekstensifikasi) yang dilaksanakan dalam bentuk pengairan serta perluasan baku lahan (perluasan sawah) yang ditargetkan 50 Ribu Ha per tahun dan peningkatan indeks pertanaman melalui percepatan pengolahan tanah, penggarapan lahan tidur, dan terlantar. Dengan demikian kegiatan perluasan sawah merupakan salah satu kegiatan pokok yang dimaksudkan untuk menjamin tersedianya pangan yang cukup setiap saat, sehat, dan halal. Perluasan sawah adalah suatu usaha penambahan baku lahan sawah pada berbagai tipologi lahan yang belum diusahakan untuk pertanian dengan system sawah seperti lahan irigasi, pasang surut dan tadah hujan. Perluasan sawah ini merupakan salah satu kegiatan pembukaan sawah baru dari beberapa kegiatan perluasan areal yang dilaksanakan oleh Ditjen PLA. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Pasal 20 ayat (4), BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan. BPK belum pernah melakukan pemeriksaan kinerja atas Kegiatan Perluasan (Pencetakan) Sawah dalam Program Peningkatan Ketahanan Pangan pada Ditjen PLA, Dinas Pertanian Provinsi/ Kabupaten/ Kota di Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan sehingga tidak terdapat hasil pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya. Pemeriksaan atas Kegiatan Perluasan (Pencetakan) Sawah pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan merupakan pemeriksaan kinerja dengan tujuan untuk menilai apakah kegiatan pencetakan sawah telah efektif mencapai target yang ditetapkan. 2
3 Hasil Pemeriksaan Pendanaan untuk Program Ketahanan Pangan yang terkait dengan Kegiatan Perluasan sawah bersumber dari APBN Bagian Anggaran 18 melalui DIPA Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan Kementerian Pertanian. Melalui Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga Kementerian Pertanian, kegiatan perluasan sawah tahun 2007 dialokasikan pada MAK Belanja Modal kemudian sejak tahun 2008 dialokasikan pada MAK Belanja Sosial.Ditjen PLA telah mengalokasikan anggaran perluasan sawah yaitu pada a) tahun 2007 senilai Rp140,92 miliar yang tersebar di 25 Provinsi dan 104 kabupaten; b) tahun 2008 senilai Rp miliar yang tersebar di 27 provinsi dan 126 kabupaten; dan c) tahun 2009 senilai Rp miliar yang tersebar di 27 provinsi dan 140 kabupaten. Perincian anggaran dan realisasi kegiatan perluasan sawah tahun 2007 s.d 2009 dapat digambarkan seperti pada Tabel 1. Ditjen PLA menggunakan mekanisme Dana Dekonsenrasi dan Tugas Pembantuan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur bahwa urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 menjelaskan bahwa urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama, sedangkan urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan diantaranya pada bidang pertanian dan ketahanan pangan. Pembagian urusan pemerintahan tersebut berdasarkan tiga kriteria, yaitu a) eksternalitas, b) akuntabilitas, dan c) efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan. Pelaksanaan kegiatan perluasan sawah untuk periode tidak sepenuhnya mencapai target. Sesuai dengan RPJM Nasional Pemerintah menargetkan perluasan sawah sebesar 50 ribu Ha per tahun. Dari target per tahun sebesar 50 ribu Ha tersebut, pada tahun 2007 yang ditetapkan sebagai sasaran yang diajukan anggarannya adalah seluas 18,444 ha dan direalisasikan seluas 15,479.8 ha (83.93%), tahun 2008 seluas 31,911 ha direalisasikan seluas 17,427 ha (54.61%) dan tahun 2009 seluas 14,480 ha sampai dengan 3
4 Oktober 2009 telah direalisasikan seluas 6, ha (47.00%). Rincian target dan realisasinya dapat dilihat pada Tabel 2. BPK RI melakukan pemeriksaan atas Kegiatan Perluasan sawah pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan Tahun Anggaran 2007 s.d pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Alokasi anggaran, target, dan realisasi kegiatan Perluasan sawah yang dilaksanakan dilima kabupaten yang diperiksa di Provinsi Kalimantan Timur untuk tahun 2007 s.d dapat dilihat pada Tabel 3 dan alokasi anggaran, target dan realisasi kegiatan perluasan sawah yang dilaksanakan di lima kabupaten yang diperiksa di Provinsi Kalimantan Selatan untuk tahun 2007 s.d dapat dilihat pada Tabel 4. Pelaksanaan kegiatan konstruksi Perluasan sawah di Kalimantan Timur banyak dilakukan pada lahan rawa, bergambut tebal, mudah terbakar pada musim kemarau, dan mudah tergenang saat musim hujan, sehingga pelaksanaan kegiatan perluasan sawah sulit untuk dilakukan dan lambat atau tidak selesai. Pencairan dana dari KPPN ke Rekening Gapoktan dilakukan dengan menyertakan Rencana Usaha Kegiatan Kelompok Tani (RUKK) dan Surat Permohonan Pencairan dari Ketua Gapoktan dan pencairan dana dari rekening Gapoktan ke masing-masing petani dilakukan sesuai dengan prestasi pekerjaan dan rekomendasi PPK. Sarana dan prasarana pendukung berupa jalan dan irigasi membantu petani menjangkau lokasi dan memanfaatkan sawah yang dicetak untuk menanam padi sekaligus meningkatkan daya guna lahan. Untuk mendukung perluasan sawah di Kabupaten PPU, petani mendapatkan alokasi anggaran pengadaan saprotan yang bersumber dari APBN, dengan rincian Rp493 juta untuk tahun 2007, Rp287,5 juta untuk tahun 2008 dan sebagai paket kegiatan perluasan sawah (konstruksi dan saprotan) TA 2009 senilai Rp970 juta. Sedang untuk pengadaan saprotan di Kabupaten Paser dan Kutai Kertanegara dibiayai dengan menggunakan dana APBD. Untuk Kabupaten Kutai Timur, kegiatan perluasan sawah Tahun 2008 tidak disertai dengan bantuan saprotan sehingga hanya mengandalkan kesediaan dari petani. Sementara itu, sebagian lokasi kegiatan perluasan sawah di Provinsi Kalimantan Selatan banyak dilakukan di lahan rawa lebak yang selalu tergenang jika terjadi hujan sehingga menyulitkan pelaksanaan kegiatan perluasan sawah dan tidak dapat dimanfaatkan jika sudah selesai. Mengingat kondisi dan jenis lahan rawa lebak tersebut, pekerjaaan perluasan sawah hanya dapat dilakukan pada saat musim kemarau, bersamaan dengan musim tanam padi oleh para petani, sehingga sawah hasil cetak, baru dapat ditanami pada tahun berikutnya (T+1). Untuk Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada tahun
5 s.d memperoleh penghargaan dari Presiden atas tercapainya produksi hasil panen melebihi target. Hasil pemeriksaan BPK RI menyimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan perluasan sawah masih kurang efektif dalam mencapai target yang ditetapkan karena kelemahan kebijakan dan kelemahan dalam pelaksanaan kegiatan perluasan sawah, yang terbukti dari temuan signifikan, sebagai berikut : pertama pada aspek Kelemahan Kebijakan ditemukan : (1) Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Ditjen PLA belum mengatur tentang pertanggungjawaban dana bantuan sosial yang sampai akhir tahun anggaran kegiatan di lapangan belum diselesaikan, mengakibatkan ketidakpastian bagi Gabungan Kelompok Tani dan para petugas di lapangan dalam penyelesaian kegiatan pencetakan sawah dan pemanfaatan serta pembelanjaan dana tugas pembantuan untuk pencetakan sawah tidak terkontrol dan rawan penyimpangan; dan (2) Standarisasi proposal usulan kegiatan perluasan sawah belum ditetapkan oleh Ditjen PLA mengakibatkan perencanaan kegiatan perluasan sawah kurang memadai sehingga pelaksanaan kegiatan pencetakan sawah menghadapi banyak kendala yang menghambat pencapaian target yang telah ditetapkan. Kedua, pada Kelemahan Pelaksanaan Kegiatan Perluasan Sawah ditemukan : (1) Pengalokasian dana tugas pembantuan untuk perluasan sawah kurang memperhatikan pencapaian target kinerja pelaksanaan kegiatan perluasan sawah tahun sebelumnya, mengakibatkan pengalokasian anggaran tugas pembantuan untuk kegiatan perluasan sawah tidak sepenuhnya terserap yang lebih lanjut menghambat pencapaian target penambahan luas baku lahan. (2) Penunjukan lokasi perluasan sawah di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah tidak didukung dengan Surat Keputusan dari Bupati, berisiko terjadinya konflik status peruntukan atau penggunaan lahan yang telah dicetak, yang lebih lanjut dapat menghambat pencapaian target kegiatan perluasan sawah. (3) Pelaksanaan kegiatan Survei Investigasi dan Desain perluasan sawah oleh Dinas Pertanian Provinsi belum efektif untuk menentukan lokasi kegiatan pencetakan sawah, mengakibatkan terjadinya pemborosan keuangan negara atas pelaksanaan SID sebesar Rp juta. (4) Kegiatan perluasan sawah seluas 50 Ha di Desa Tanjung Aru Kabupaten Paser berada di kawasan Cagar Alam Teluk Apar tidak memperhatikan strategi mitigasi dampak perubahan iklim, mengakibatkan kerusakan lingkungan kawasan Cagar Alam Teluk Apar yang lebih lanjut dapat menimbulkan bencana alam di lingkungan sekitarnya. 5
6 (5) Kegiatan perluasan sawah seluas 405 Ha pada tiga kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur dan dua Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan tidak berhasil, mengakibatkan tujuan dan sasaran kegiatan pencetakan sawah untuk menambah luas baku lahan tidak tercapai dan memboroskan keuangan negara sebesar Rp2.39 milyar. (6) Pengadaan Sarana Produksi Pertanian (saprotan) untuk kegiatan perluasan areal sawah di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Balangan tidak efektif sehingga berpotensi terjadinya pemborosan keuangan negara sebesar Rp197.1 juta dan menurunnya daya tumbuh benih yang tidak segera dimanfaatkan. Ketiga, terdapat temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku, yaitu pembayaran kontrak pekerjaan pencetakan sawah seluas 500 Ha di Kabupaten Berau kepada PT TSR melebihi prestasi pekerjaan sehingga mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp1.02 milyar. Catatan Kritis dan Rekomendasi Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air (Ditjen PLA) Kementrian Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Timur dan Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan belum efektif dalam melaksanakan kegiatan pencetakan/perluasan areal persawahan dan masih perlu perbaikan. Ketidakefektifan kegiatan pencetakan areal persawahan tersebut terlihat dari adanya kelemahan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut: (1). Kelemahan dalam kebijakan dan perencanaan antara lain yaitu standarisasi proposal usulan kegiatan perluasan sawah belum ditetapkan oleh Ditjen PLA sehingga perencanaan kegiatan perluasan sawah kurang memadai; (2). Kelemahan pelaksanaan kegiatan pencetakan sawah antara lain kegiatan survai/investigasi dan desain belum efektif untuk menentukan lokasi kegiatan pencetakan sawah, kegiatan perluasan sawah di Desa Tanjung Aru Kabupaten Paser berada di kawasan Cagar Alam Teluk Apar tidak memperhatikan strategi mitigasi dampak perubahan iklim, dan kegiatan perluasan sawah pada tiga kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur dan dua kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan tidak berhasil; dan (3). Terdapat kelebihan pembayaran atas pekerjaan pencetakan sawah di Kabupaten Berau senilai Rp1,01 miliar. Permasalahan tersebut disebabkan oleh diantaranya : (1). Ditjen PLA belum menetapkan kebijakan tentang standarisasi proposal kegiatan pengelolaan lahan dan air pada masing-masing Kabupaten/ Kota maupun Provinsi sesuai dengan standar teknis yang dibutuhkan khususnya pada kegiatan pencetakan sawah; dan (2). Bupati dan pejabat terkait 6
7 tidak cermat dalam menentukan lokasi pencetakan sawah, pengawasan dan pengendalian oleh pejabat yang berwenang terhadap pelaksanaan cetak sawah termasuk survai/ investigasi dan desain masih lemah. Berdasarkan hal tersebut maka : pertama Kementrian Pertanian perlu menyusun standarisasi penyusunan proposal kegiatan PLA serta menetapkan kriteria baku pada penetapan kabupaten/kota penerima anggaran pencetakan sawah, dengan mempertimbangkan faktor teknis; dan Kedua, kementerian pertanian perlu berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri untuk: (1) meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan pencetakan sawah; (2) menghentikan kegiatan perluasan sawah yang berlokasi di kawasan Cagar Alam Teluk Apar dan memanfaatkan data dan informasi dari dinas dan atau badan terkait dalam menetapkan lokasi pencetakan sawah; dan (3) menegur pejabat terkait yang tidak mempedomani ketentuan dalam menetapkan lokasi kegiatan perluasan sawah. Tabel 1. Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan Perluasan sawah tahun Tahun Anggaran Realisasi Prosentase (Okt) Rp ,00 Rp ,00 Rp 113,571,000, ,332,302, ,859,754, ,873,494, % 81.82% 44.79% Tabel 2. Pencapaian target kinerja kegiatan perluasan sawah periode Tahun Sasaran Realisasi JML Provinsi JML Kabupaten an (ha) JML Provinsi JML Kabupaten an (ha) an (%) , ,8 83,93% , ,0 54,61% 2009(sd Oktober) , ,60 47,00% 7
8 Tabel Kabupaten Penajam Paser Utara dan Anggaran serta Realisasi Kegiatan Perluasan sawah Kabupaten Sampel di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2007 s.d. (dalam ribuan rupiah) Anggaran 2007 Realisasi 2007 Anggaran 2008 Realisasi 2008 Anggaran 2009 Realisasi 2009 Nilai* (Rp) Nilai* (Rp) Nilai* (Rp) Nilai* (Rp) Nilai* (Rp) Paser , Kutai Kartanegara ,00 Kutai Timur Berau Total , Nilai* (Rp) Tabel 4. dan Anggaran serta Realisasi Kegiatan Perluasan sawah Kabupaten Sampel di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2007 s.d (dalam ribuan rupiah) Kabupaten Anggaran 2007 Realisasi 2007 Anggaran 2008 Realisasi 2008 Anggaran 2009 Realisasi 2009 Nilai* (Rp) Nilai* (Rp) Nilai* (Rp) Nilai* (Rp) Nilai* (Rp) Nilai* (Rp) Hulu Sungai Utara Hulu Sungai Tengah Balangan Banjarbaru Kotabaru Total * Nilai Anggaran dan Realisasi Kegiatan dalam satuan ribuan rupiah 8
Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya
Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN
PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Kejadian El Nino Tahun 2015
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN
Lebih terperinciLKPJ- AMJ Bupati Berau BAB V halaman 403
B A B V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Sebagaimana diamanatkan dalam Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah bahwa yang dimaksudkan
Lebih terperinciCUPLIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
CUPLIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a bahwa
Lebih terperinciTEPRA KALIMANTAN TIMUR TIM EVALUASI DAN PENGAWASAN REALISASI ANGGARAN TIM EVALUASI DAN PENGAWASAN REALISASI ANGGARAN (TEPRA) SAMARINDA, JULI
TEPRA KALIMANTAN TIMUR TIM EVALUASI DAN PENGAWASAN REALISASI ANGGARAN TIM EVALUASI DAN PENGAWASAN REALISASI ANGGARAN (TEPRA) SAMARINDA, JULI 2016 1 PERKEMBANGAN ALOKASI DAN REALISASI APBN DI PROVINSI KALIMANTAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.
Lebih terperinciCatatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Terhadap Subsidi Pemerintah Pada PT Pertani (Persero)
Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Terhadap Subsidi Pemerintah Pada PT Pertani (Persero) Pendahuluan Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema Peningkatan produksi
Lebih terperinciKABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR
BERITA KABUPATEN CIANJUR DAERAH NOMOR 41 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI CIANJUR NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PENCETAKAN SAWAH BARU DI KABUPATEN CIANJUR BUPATI CIANJUR, Menimbang : a.
Lebih terperinciCAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) TRIWULAN III TAHUN 2016 DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1358, 2012 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dekonsentrasi. Tugas Pembantuan. Penyelenggaraan. Petunjuk Teknis. TA 2013. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip
KATA PENGANTAR Dalam rangka pencapaian sasaran swasembada pangan berkelanjutan, Pemerintah berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan seluruh sumber daya prasarana dan sarana pertanian guna peningkatan
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk
Lebih terperinciCAPAIAN INDIKATOR KINERJA (IKK)
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA (IKK) TRIWULAN II TAHUN 2016 DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii I. PENDAHULUAN...
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk memberikan pedoman
Lebih terperinciBAB IV TUGAS PEMBANTUAN
BAB IV TUGAS PEMBANTUAN Tugas Pembantuan merupakan penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan atau Desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang
Lebih terperinciBAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN 5.1. TUGAS PEMBANTUAN YANG DITERIMA 5.1.1. Dasar Hukum Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Tugas Pembantuan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 55,2012 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciCAPAIAN INDIKATOR KINERJA (IKK)
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA (IKK) TRIWULAN I TAHUN 2016 DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii I. PENDAHULUAN...
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi
PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA (LKJ)
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN
Lebih terperinciBAB IV TUGAS PEMBANTUAN
BAB IV TUGAS PEMBANTUAN Pelaksanaan tugas pembantuan adalah sebagai bentuk penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa untuk melaksanakan urusan pemerintahan dan pembangunan yang disertai dengan
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN
Lebih terperinci2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.
BAB XVII DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 334 Susunan organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lahan
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...
Lebih terperinciLaporan Kinerja 2014 KATA PENGATAR
KATA PENGATAR Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 setiap Unit Organisasi Eselon I pada Kementerian/Lembaga wajib menyusun Laporan Kinerja
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 441/Kpts/KU.510/12/2005 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 441/Kpts/KU.510/12/2005 TENTANG PENUGASAN KEPADA GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA DALAM PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB DANA TUGAS PEMBANTUAN DEPARTEMEN PERTANIAN TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa lahan pertanian pangan merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010-2035. Proyeksi jumlah penduduk ini berdasarkan perhitungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP
KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG PENUGASAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB DANA TUGAS PEMBANTUAN PROVINSI TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG PENUGASAN KEPADA BUPATI/WALIKOTA DALAM PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB DANA TUGAS PEMBANTUAN KABUPATEN/KOTA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENILAIAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PADA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBab V Analisis, Kesimpulan dan Saran
151 Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran V.1 Analisis V.1.1 Analisis Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Dalam analisis alih fungsi lahan sawah terhadap ketahanan pangan dibatasi pada tanaman pangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Upaya pembangunan perkebunan rakyat yang diselenggarakan melalui berbagai pola pengembangan telah mampu meningkatkan luas areal dan produksi perkebunan dan pendapatan nasional,
Lebih terperinciPembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 30 TAHUN 2012 Tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Ditjen PSP, Kementerian Pertanian BAB I Ketentuan
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciInsentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 2 TAHUN 2012 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Ditjen PSP, Kementerian Pertanian Ketentuan Umum Ruang Lingkup
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan pedoman
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS DESAIN OPTIMASI LAHAN RAWA TA 2018 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN
PEDOMAN TEKNIS DESAIN OPTIMASI LAHAN RAWA TA 2018 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN KATA PENGANTAR Pedoman Desain Optimasi Lahan Rawa dimaksudkan untuk memberikan acuan dan panduan bagi para
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN PRODUKSI BERAS NASIONAL DALAM MENGHADAPI KONDISI IKLIM EKSTRIM
INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN PRODUKSI BERAS NASIONAL DALAM MENGHADAPI KONDISI IKLIM EKSTRIM PRESIDEN, Dalam upaya mengamankan produksi gabah/beras nasional serta antisipasi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan pedoman
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan pedoman
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KRITERIA DAN SYARAT KAWASAN PERTANIAN DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN
Lebih terperinciB A B IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN
B A B IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang perimbangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah bahwa yang dimaksudkan dana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama
Lebih terperinciLKPJ- Bupati Berau Tahun 2014 Bab V halaman 286
B A B V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Sebagaimana diamanatkan dalam Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah bahwa yang dimaksudkan
Lebih terperinciTENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124 /PMK.02/2005 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006 Menimbang : a. bahwa sesuai dengan hasil
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sehubungan
Lebih terperinciBUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi perkebunan yang sebagian terbesar merupakan perkebunan rakyat, perjalanan sejarah pengembangannya antara usaha perkebunan rakyat dan perkebunan besar, berjalan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa
Lebih terperinciUMUM ASPEK AIR IRIGASI. Perluasanlahan sawah dan lahan kering, optimasi lahan, System of Rice Intensification (SRI) dan perbaikan kesuburan lahan
UMUM ASPEK AIR IRIGASI ASPEK PENGELOLAAN & PERLUASAN LAHAN ASPEK ALSINTAN ASPEK PUPUK& PESTISIDA ASPEK PEMBIAYAAN Penyediaandan pengembangan prasarana dan sarana pertanian mendukung peningkatan produksi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG KEPADA GUBERNUR DALAM PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB DANA DEKONSENTRASI DEPARTEMEN PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2008
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLUASAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN TA. 2016 KATA PENGANTAR Laporan kinerja Direktorat Perluasan dan Perlindungan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2014 KEMEN KKP. Dekonsentrasi. Kelautan dan Perikanan. Gubernur. Tugas Pembantuan. Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan luas lahan yang sangat luas dan keanekaragaman hayati yang sangat beragam, memungkinkan Indonesia menjadi negara agraris terbesar
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar
No.1639, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Sarana Promosi Produk Ekspor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/M-DAG/PER/10/2016 TENTANG SARANA PROMOSI PRODUK EKSPOR DENGAN
Lebih terperinciRUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015
RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPosisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014
Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1488, 2013 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dekosentrasi. Lingkungan Hidup. Penyelenggaraan. Petunjuk Teknis PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Industri Pengolahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian
LAKIP 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1344, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemerintahan. Pelimpahan. Penugasan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/KP.340/1/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/KP.340/1/2007 TENTANG PENUGASAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB DANA TUGAS PEMBANTUAN PROVINSI TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KERJASAMA DIREKTORAT JENDERAL DENGAN TNI-AD MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN (TMKP) TA. 2014
PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KERJASAMA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN DENGAN TNI-AD MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN (TMKP) TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciPRIORITAS 5 MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2011 WILAYAH MALUKU
PRIORITAS 5 MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2011 WILAYAH MALUKU DALAM JUTA RUPIAH NO. ARAH KEBIJAKAN STRATEGI PENGEMBANGAN FOKUS PRIORITAS KEMENTERIAN/LEMBAGA 1. Provinsi Maluku 1. Pengembangan sentra
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 440/Kpts/KU.510/12/2005 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 440/Kpts/KU.510/12/2005 TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG KEPADA GUBERNUR DALAM PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB DANA DEKONSENTRASI DEPARTEMEN PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2006
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa
Lebih terperinci2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.764, 2017 BNPP. Pelimpahan sebagian Urusan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA TA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
LAPORAN KINERJA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian IKHTISAR EKSEKUTIF Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban pelaksanaan
Lebih terperinciCatatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Terhadap Subsidi Pemerintah Pada PT Sang Hyang Seri (Persero)
Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Terhadap Subsidi Pemerintah Pada PT Sang Hyang Seri (Persero) Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema Pendahuluan Laju pertumbuhan produksi pangan
Lebih terperinci