BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Normalitas Uji distribusi data normal dilakukan dengan one sample Kolmogorov- Smirnov Test. Keputusan: Jika Asymp. sig. < 0.05 maka model regresi tidak berdistribusi normal. Jika Asymp. Sig. > 0,05 maka model regresi berdistribusi normal. Dari perhitungan uji normalitas dengan bantuan perangkat lunak SPSS diketahui untuk variabel Kecerdasan emosional berdistribusi normal dengan Asymp. Sig. (0,077) > 0,05, dan untuk variabel Kinerja karyawan berdistribusi normal dengan Asymp. Sig. (0,069) > 0,05. Setelah dilakukan pengujian persyaratan analisis bahwa data tersebut diatas memenuhi syarat untuk dilanjutkan kepenelitian berikutnya. Selanjutnya data distribusi jawaban responden menurut variabel kecerdasan emosional dan variabel kinerja karyawan adalah sebagai berikut: 4.2. Analisis Variabel Kecerdasan Emosional (X) Proses analisis terhadap data responden pada variabel kecerdasan emosi diperoleh dari 25 item skala kecerdasan emosi yang valid. Setiap item memiliki rentang skor antara 1 sampai 5, sehingga skor total yang dimungkinkan adalah antara 25 hingga 125 dengan nilai rata-rata 75 dan standar deviasi 20. 46
47 Hasil penambahan dan pengurangan antara nilai rata-rata dengan standar deviasi akan menghasilkan kategori skor prokrastinasi yang berbeda. Untuk skor yang lebih besar dari hasil penambahan nilai rata-rata dengan standar deviasi akan dimasukan dalam kategori tinggi. Untuk skor yang lebih kecil dari hasil pengurangan nilai rata-rata dengan standar deviasi akan dimasukan dalam kategori rendah. Sedangkan untuk skor yang berada diantara kategori tinggi dan rendah akan dimasukan dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil kategorisasi, diketahui bahwa responden yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 28 orang (37,33%), kategori sedang sebanyak 45 orang (60%), dan kategori rendah sebanyak 2 orang (2,67%). Bila melihat hasil secara keseluruhan pada variabel kecerdasan emosi dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional karyawan PT Trafoindo Prima Perkasa sudah baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Analisa Variabel Kecerdasan Emosi Skor Kecerdasan Emosi Frekuensi Persentase > 95 Tinggi 28 37,33% 55 95 Sedang 45 60% < 55 Rendah 2 2,67% Total 75 100 4.3. Analisis Variabel Kinerja Karyawan (Y) Proses analisis terhadap data responden pada variabel kinerja karyawan diperoleh dari 15 item skala kinerja karyawan yang valid. Setiap item memiliki rentang skor antara 1 sampai 5, sehingga skor total yang dimungkinkan adalah
48 antara 15 hingga 75 dengan nilai rata-rata 45 dan standar deviasi 12. Kategorisasi skor kinerja karyawan dilakukan dengan cara yang sama seperti pada skor kecerdasan emosi. Berdasarkan hasil kategorisasi diketahui responden yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 20 orang (26,67%), kategori sedang sebanyak 53 orang (70,67%), dan kategori rendah sebanyak 2 orang (2,67%). Bila melihat hasil secara keseluruhan pada variabel kinerja karyawan dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja karyawan PT. Trafoindo Prima Perkasa sudah baik. Untuk lebih jelasnya adapat dilihat di tabel 4.2. Tabel 4.2 Analisa Variabel Kinerja Karyawan Skor Kecerdasan Emosi Frekuensi Persentase > 57 Tinggi 20 26,67% 33 57 Sedang 53 70,67% < 33 Rendah 1 2,67% Total 75 100. 4.4. Analisis Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Kinerja Karyawan 4.4.1. Analisis Korelasi Sederhana Dari hasil analisis korelasi sederhana menggunakan bantuan program SPSS v.17 yang berguna untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Kecerdasan emosional dengan Kinerja karyawan diketahui bahwa besar hubungan antara Kecerdasan emosional dengan Kinerja karyawan ialah 0,786. Artinya, hubungan kedua variabel tersebut kuat. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara Kecerdasan emosional dengan Kinerja karyawan searah. Artinya,
49 jika Kecerdasan emosional meningkat, maka Kinerja karyawan sudah pasti semakin meningkat. Hubungan antara Kecerdasan emosional dengan Kinerja karyawan signifikan jika dilihat dari angka probabilitas (sig) sebesar 0,000 yang mana angka tersebut lebih kecil dari 0,001. Jika angka probabilitas < dari 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. 4.4.2. Analisis Regresi Linear Sederhana Dari perhitungan regresi linear sederhana diperoleh nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,618. Hal ini memberi pengertian bahwa kinerja karyawan dipengaruhi sebesar 61,80%, oleh prokrastinasi akademis, sedangkan 38,20% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini. 4.4.3. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil pembahasan analisis deskriptif terhadap setiap variable penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa secara umum kondisi kecerdasan emosional dan kinerja karyawan di PT. Trafoindo Prima Perkasa dalam kondisi sudah baik. Terkait dengan kecerdasan emosional, hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum karyawan memiliki kecerdasan emosional sudah baik terutama dalam hal mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Sedangkan berkenaan dengan kinerja, kesimpulan tersebut memberikan gambaran bahwa karyawan pada umumnya memiliki kemampuan yang baik dalam
50 menjalankan tugasnya terutama dalam hal kecepatan, kualitas, layanan, nilai, keterampilan interpersonal, mental sukses, keterbukaan untuk berubah, kreativitas, keterampilan berkomunikasi, inisiatif, dan perencanaan organisasi. Selanjutnya, dari hasil analisis statistik, diketahui bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kinerja karyawan. Kecerdasan emosional memiliki hubungan dengan kategori cukup baik dengan kinerja, hal ini ditunjukan dengan hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar r = 0,786. Hasil analisis statistik ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional merupakan faktor yang memiliki peran signifikan dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan. Semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki semakin tinggi pula kinerjanya. Semakin baik kemampuan seseorang untuk tetap mampu berpikir realistis, logis, dan tidak mengedepankan reaksi emosi yang berlebihan ketika menghadapi suatu kesulitan maka akan semakin besar pula kesadarannya terhadap tugas dan tanggung jawab yang harus diselesaikan oleh individu tersebut. Hasil penelitian ini berarti relevan dengan konsep-konsep yang dijadikan acuan dalam kajian teoretis. Terkait dengan hubungan kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan, dapat dilihat dari Penelitian yang dilakukan oleh Yen, Tjahjoanggoro dan Atmadji (2003) tentang hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi kerja Multi Level Marketing, menghasilkan kesimpulan bahwa ada hubungan positif dan signifi kan antara kecerdasan emosional dan prestasi kerja Multi Level Marketing. Artinya, semakin tinggi kecerdasan emosional, maka semakin tinggi prestasi kerja distributor tersebut dan sebaliknya.
51 Kecermatan menggukur kondisi emosi diri sendiri maupun orang disekitarnya merupakan syarat penting agar kinerja karyawan dapat terlaksana dengan optimal. Pengelolaan perasaan-perasaan yang tepat dibutuhkan dalam mewujudkan situasi yang menyenangkan dalam melaksanakan interaksi edukatif. Proses pengelolaan perasaan tersebut harus dibangun dalam sebuah interaksi sosial agar tercipta suasana dan kondisi belajar yang kondusif. Suasana yang kondusif akan menciptakan sinergi antar karyawan, pimpinan dan lingkungan disekitarnya sehingga dengan pemanfaatan kompetensi yang efektif mampu menciptakan kinerja karyawan yang optimal. Kecerdasan emosi menentukan potensi mengarahkan karyawan untuk berperan sesuai tugas dan tanggung jawab dengan sepenuh hati. Kecerdasan emosi akan mengarahkan individu pada penyelesian masalah yang realistis, logis dan terukur dengan mempertimbangkan lingkungan sekitarnya sehingga individu akan tetap termotivasi. Keterampilan untuk mengontrol emosi agar menghasilkan sikap serta perilaku yang positif berkembang dengan baik sehingga mampu membina hubungan baik dengan seluruh karyawan. Apabila merujuk pada hasil regresi linear sederhana antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan, yaitu dengan koefisien determinasi sebesar 0,618, maka dapat diketahui bahwa kinerja karyawan dipengaruhi sebesar 61,80% oleh kecerdasan emosi, sedangkan 31,20% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Faktor lain dimaksud dapat berupa kemampuan atau skill aparatur, kepemimpinan, budaya organisasi, lingkungan kerja, karakteristik pekerjaan, supervisi, motivasi dan faktor-faktor lainnya.