BAB I PENDAHULUAN. Karena penyelesaian partikular tidak diketahui, maka diadakan subtitusi: = = +

dokumen-dokumen yang mirip
MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI LAPLACE. Kristo Dantes Lingga 1, Abil Mansyur 2.

Transformasi Laplace Peninjauan kembali variabel kompleks dan fungsi kompleks Variabel kompleks Fungsi Kompleks

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya

Prosedur tersebut bisa digambarkan sbb.:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR HOMOGEN DENGAN KOEFISIEN KONSTAN MENGGUNAKAN METODE ADAMS BASHFORTH MOULTON

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TRANSFORMASI LAPLACE

Persamaan Diferensial

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS MANDIRI KULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tahun Ajaran 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Model Matematika Fenomena Perubahan

JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MATERI 2 MATEMATIKA TEKNIK 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

Contoh klasik dari persamaan hiperbolik adalah persamaan gelombang yang dinyatakan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

ANALISIS METODE DEKOMPOSISI SUMUDU DAN MODIFIKASINYA DALAM MENENTUKAN PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR METODE NUMERIK. oleh. Tim Dosen Mata Kuliah Metode Numerik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MATERI 2 MATEMATIKA TEKNIK 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE DUA

BAB 1 PENDAHULUAN. perumusan persamaan integral tidak memerlukan syarat awal dan syarat batas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

METODE NUMERIK SEMESTER 3 2 JAM / 2 SKS. Metode Numerik 1


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Kebalikan Transformasi Laplace

integral = 2 . Setiap fungsi ini memiliki turunan ( ) = adalah ( ) = 6 2.

Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Unpatti, Poka-Ambon 2 ABSTRAK

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb

PROPOSAL TUGAS AKHIR PENGARUH JUMLAH SUKU FOURIER PADA PENDEKATAN POLAR UNTUK SISTEM GEOMETRI KARTESIAN OLEH : IRMA ISLAMIYAH

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB V PERSAMAAN LINEAR TINGKAT TINGGI (HIGHER ORDER LINEAR EQUATIONS) Persamaan linear tingkat tinggi menarik untuk dibahas dengan 2 alasan :

KAJIAN DISKRETISASI DENGAN METODE GALERKIN SEMI DISKRET TERHADAP EFISIENSI SOLUSI MODEL RAMBATAN PANAS TANPA SUKU KONVEKSI

Pertemuan Kesatu. Matematika III. Oleh Mohammad Edy Nurtamam, S.Pd., M.Si. Page 1.

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I PENDAHULUAN. pedoman untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari dan juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya model matematika sistem dinamik mengandung derivative biasa

I. PENDAHULUAN. kemajuan. Salah satunya adalah cabang ilmu matematika yang sampai saat ini

EFEK DISKRITASI METODE GALERKIN SEMI DISKRET TERHADAP AKURASI DARI SOLUSI MODEL RAMBATAN PANAS TANPA SUKU KONVEKSI

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL FUZZY ORDE SATU MENGGUNAKAN METODE ADAMS BASHFORTH MOULTON ORDE TIGA

BANK SOAL METODE KOMPUTASI

PERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

KATA PENGANTAR. FisikaKomputasi i -FST Undana

APLIKASI METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL PADA SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PENDAHULUAN

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I

Candi Gebang Permai Blok R/6 Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

PENERAPAN TRANSFORMASI LAPLACE DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR PADA RANGKAIAN SERI RLC SKRIPSI SITI FATIMAH AISYAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MATERI 4 MATEMATIKA TEKNIK 1 DERET FOURIER

STUDI PERPINDAHAN PANAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOORDINAT SEGITIGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE)

TINJAUAN KASUS PERSAMAAN GELOMBANG DIMENSI SATU DENGAN BERBAGAI NILAI AWAL DAN SYARAT BATAS

SILABUS PENGALAMAN BELAJAR ALOKASI WAKTU

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

Pendahuluan Metode Numerik Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor adalah alat tranportasi yang memiliki beberapa kelebihan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

III. BAHAN DAN METODE

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KALKULUS LANJUT A (S1 / TEKNIK INFORMATIKA ) KODE / SKS KD

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

SOLUSI PERSAMAAN LAPLACE MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICHOLSON SKRIPSI

PENERAPAN METODE ADAMS-BASHFORTH-MOULTON ORDE EMPAT UNTUK MENENTUKAN SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER HOMOGEN ORDE TIGA KOEFISIEN KONSTAN

Persamaan Diferensial Biasa: Suatu Pengantar

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Persamaan Diferensial

Transformasi Laplace

SILABUS MATAKULIAH. : Mahasiswa menyelesaikan permasalahan matematika yang bersifat numerik.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bakteri, sedangkan dalam bidang teknik yaitu pemodelan

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, APLIKASI TRANSFORMASI LAPLACE PADA RANGKAIAN LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Persamaan Diferensial Stokastik (PDS) telah memegang peranan yang

MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR. Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

Penentuan Distribusi Suhu pada Permukaan Geometri Tak Tentu Menggunakan Metode Random Walk Balduyanus Yosep Godja a), Andi Ihwan a)*, Apriansyah b)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU

ANALISIS SIMULASI GEJALA CHAOS PADA GERAK PENDULUM NONLINIER. Oleh: Supardi. Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

METODE BENTUK NORMAL PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN RAYLEIGH

UJI KESTABILAN ARUS LISTRIK PADA RANGKAIAN ARUS SEARAH DENGAN METODE TRANSFORMASI LAPLACE ROUTH-HURWITZ SKRIPSI CHANDRA L. P. SIMBOLON

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran matematika sebagai suatu ilmu pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari ilmu lainnya. Dalam ilmu fisika, industri, ekonomi, keuangan, teknik sipil peran matematika terlibat di dalamnya. Satu hal yang membuat ilmu matematika berperan di dalamnya adalah mengenai pemodelan matematika. Banyak fenonema di dunia nyata yang sangat kompleks sehingga dibutuhkan penyederhanaan dari masalah tersebut. Persamaan diferensial adalah salah satu ilmu matematika yang banyak digunakan untuk menjelaskan masalah masalah fisis. Masalah - masalah fisis tersebut dapat dimodelkan dalam bentuk persamaan diferensial. Jika model matematika berbentuk persamaan diferensial, maka masalahnya adalah bagaimana menentukan solusi (penyelesaian) persamaan diferensial itu. Misalnya untuk persamaan diferensial dengan koefisien konstan akan sangat mudah untuk menentukan solusinya, tetapi dalam penerapannya, ada persamaan diferensial yang memiliki koefisien berupa variabel. Sebagai contoh persamaan diferensial berikut ini: + (1 2 ) 2 0; (0) 1, (0) 2 (1) Penyelesaian persamaan diferensial di atas dengan menggunakan persamaan karakteristik adalah, sebagai berikut: Karena penyelesaian partikular tidak diketahui, maka diadakan subtitusi: + Dengan demikian persamaan (1) dapat ditulis kembali menjadi: + + (1 2 ) 2 0 1

2 + + 2 2 0 + + 2 2 0 (2) Selanjutnya dengan mensubstitusi:, ke persamaan (2) diperoleh: + + 2 2 0 + 2 + 2 0 + ( 2) + ( 2) 0 + ( 2)( + 1) 0 (3) Lebih lanjut mensubstitusi: + 1, + Ke dalam persamaan (3), diperoleh: + ( 2)( ) 0 + ( 2) 0 Persamaan diferensial di atas tidak dapat diselesaikan karena tidak memiliki faktor integrasi. Untuk menentukan solusi dari persamaan diferensial di atas (koefisien berupa variabel) dapat dilakukan dengan beberapa metode. Beberapa metode untuk menyelesaikan persamaan diferensial yang koefisiennya berupa variabel yaitu dengan metode analitik dan numerik. Salah satu metode analitik yang digunakan adalah dengan pemakaian transformasi Laplace sedangkan untuk metode numerik diantaranya adalah menggunakan metode Eurel, metode Runge- Kutta, dan metode Corrector. (Prayudi, 2006: 233) Suatu kelebihan metode transformasi Laplace adalah bahwa metode ini memungkinkan penggunaan teknik grafis untuk meramal kinerja sistem tanpa

3 menyelesaikan persamaan diferensial sistem. Kelebihan lain metode transformasi Laplace adalah diperolehnya secara serentak baik komponen transien maupun komponen keadaan tunak. (https://id.scribd.com/doc/186216197/transformasi-laplace) Adapun penyelesaian dari persamaan diferensial di atas dengan menggunakan Transformasi Laplace adalah: Dengan melakukan transformasi Laplace pada masing-masing bagian diperoleh: { } + {(1 2 ) } {2 } {0} { } + { } {2 } {2 } {0} { (0) (0)} + { (0)} 2 { (0)} 2 0 { 2} + { 1} 2 { 1} 2 0 2 + 1 + ( 1) + 2 + 2 0 ( + 2 ) 2 + 1 + 1 + 2 2 0{ + 2 } 0 + 0 + 0 Persamaan di atas merupakan persamaan diferensial tingkat satu derajat satu dengan variabel terpisah sehingga: + 0, dan selesaian dari persamaan diperoleh: 1 2

4 Lebih lanjut, dengan mentransformasi balik (invers) hasil dari selesaian persamaan di atas, diperoleh: Selesaian dari persamaan diferensial: + (1 2 ) 2 0; (0) 1, (0) 2 adalah:. Untuk proses penyelesaian persamaan diferensial yang koefisiennya berupa variabel menggunakan metode transformasi Laplace, perlu diketahui terlebih dahulu sifat-sifat dari transformasi Laplace, sifat-sifat inversnya dan beberapa fungsi yang terlibat dalam transformasi Laplace. Mengacu pada permasalahan di atas maka dalam penulisan ini akan dibahas solusi persamaan diferensial yang koefisiennya berupa variabel dengan menggunakan metode transformasi Laplace. Transformasi Laplace adalah operasi matematika yang dapat mentransformasikan persamaan diferensial yang koefisiennya berupa variabel menjadi persamaan diferensial biasa. Kemudian mentransformasikan balik untuk memperoleh penyelesaian dari persamaan diferensial parsial tersebut. Selain penggunaannya dalam menyelesaikan solusi dari persamaan diferensial yang koefisiennya berupa variabel, penggunaan metode transformasi Laplace juga dapat digunakan untuk memecahkan persamaan rangkaian listrik yang berbentuk persamaan diferensial. Keunggulan lain yang diperoleh dari pemakaian transformasi Laplace dalam menyelesaiakan solusi dari persamaan diferensial adalah metode transformasi Laplace dapat dengan singkat menentukan solusi dari persamaan diferensial sehingga lebih mempersingkat pengerjaan dalam menentukan solusi dari persamaan diferensial tersebut.

5 Sudirham (2012:85) mengemukakan bahwa: Untuk mencari solusi dari persamaan rangkaian harus mencari terlebih dahulu persamaan rangkaian di kawasan t sebelum perhitunganperhitungan di kawasan s dilakukan. Dengan menggunakan transformasi Laplace pada rangkaian ini, maka perhitungan langsung bekerja di kawasan s, artinya persamaan rangkaian langsung dicari di kawasan s tanpa mencari persamaan rangkaian di kawasan t lebih dahulu. Sebagaimana telah diketahui, elemen dalam analisis rangkaian listrik adalah model dari piranti yang dinyatakan dengan karakteristik i-v-nya. Jika analisis dilakukan di kawasan s dimana v(t) dan i(t) ditransformasikan menjadi V(s) dan I(s), maka pernyataan elemenpun harus dinyatakan di kawasan s. Mengacu pada deskripsi di atas maka dalam penulisan ini akan dibahas solusi/penyelesaian persamaan diferensial yang dengan menggunakan metode transformasi Laplace dan penggunaan transformasi Laplace untuk mencari solusi dari suatu persamaan rangkaian listrik LED seri. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang timbul adalah Bagaimana penyelesaian persamaan diferensial dalam kasus rangkaian listrik LED seri menggunakan metode transformasi Laplace untuk mendapatkan solusi secara singkat dari persamaan diferensial? 1.3 Batasan Permasalahan Untuk membatasi ruang lingkup penulisan skripsi ini, diberikan batasanbatasan, yaitu menyelesaikan masalah dalam menentukan solusi persamaan diferensial pada kasus rangkaian listrik LED seri menggunakan metode transformasi Laplace. 1.4 Tujuan Penelitian Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menyelesaikan persamaan diferensial dalam rangkaian listrik LED seri dengan mengunakan transformasi Laplace.

6 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian di atas diperoleh manfaat, yaitu sebagai bahan rujukan dan membantu mahasiswa dalam memahami selesaian persamaan diferensial dengan menggunakan metode transformasi Laplace khususnya dalam kasus rangkaian listrik LED seri agar lebih mempersingkat solusi yang dihasilkan dari persamaan diferensial apabila diselesaikan menggunakan metode transformasi Laplace.