IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

dokumen-dokumen yang mirip
4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data

4 METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan sesuatu melalui sebuah penelitian (Ulum dan Juanda, 2016).

III. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

Koppontren. Pengembangan Rami

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI KAJIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Regional 2.2 Teori Basis Ekonomi

Gambar 2 Tahapan Studi

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODE PENELITIAN. Mamuju, mengambil fokus peningkatan kualitas SDM. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah strategi bersaing PT. Bintang

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan data B. Metode Analisis

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

III METODE PENELITIAN

N = Ukuran populasi. IFE, EFE, SWOT dan QSP. Beberapa metode analisis yang digunakan dapat. a. Analisis Deskriptif. Keterangan : n = Jumlah sampel

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tepatnya di Jalan Raya Soekarno-Hatta Km 30, PO BOX 119 Ungaran, 50501

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

D. Bambang Setiono Adi, Alfan Jauhari. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

111. METODE KAJIAN. pusat aktivitas sosial ekonomi regional serta lokal yang sangat potensial dan

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

EVALUASI KINERJA PENYULUH DAN PENENTUAN PENGEMBANGAN STRATEGI KINERJA PENYULUH PERTANIAN ORGANIK ATAS DASAR FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL KOTA BATU

Transkripsi:

14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Berdasarkan Gulo (2002), metode survei adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan instrumen untuk meminta tanggapan dari responden tentang sampel. Pada dasarnya metode survei terdiri atas wawancara dan kuesioner. Wawancara biasanya dilakukan dalam hubungan langsung atau tatap muka antara pewawancara dan responden, mengajukan pertanyaan, meminta tanggapan dan melaporkan tanggapan itu secara tertulis. Instrumennya disebut schedule. Bentuk paling umum dari kuesioner adalah kuesioner tertulis yang dikirim langsung kepada responden. Di dalamnya terdapat pedoman untuk membimbing responden memberikan tanggapannya. Instrumennya disebut kuesioner. Adapun ciri-ciri dari metode survei adalah : (1) dipakai pada sampel yang mewakili populasi, khususnya probabilistic sampling; (2) tanggapan (respons) didapatkan langsung dari responden; (3) penggunaan survei melibatkan banyak responden, dan mencakup area yang lebih luas dibandingkan dengan metode lainnya; (4) survei dilaksanakan dalam situasi yang alamiah. 4.3 Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling atau pemilihan responden dengan sengaja dan dengan pertimbangan bahwa responden mampu berkomunikasi dengan baik dalam pengisian kuesioner. Responden berjumlah 12 orang, yang terdiri atas 6 orang nelayan yang merupakan nelayan pemilik sekaligus nelayan yang mengoperasikan alat tangkap, 3 orang Pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Sabang (Kepala Dinas, Kasubdin. Sumberdaya Laut dan Perikanan, dan Kasi. Sarana dan Prasarana Perikanan), dan 3 orang Pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota

15 Sabang (Kabid. Ekonomi, Kasubbid. Kelautan, Pertanian, dan Tanaman Pangan, dan Kasubbid Perindagkop dan Pertambangan). 4.4 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan jenisnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angkaangka dari hasil observasi. Data kualitatif adalah data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka-angka (Soeratno dan Arsyad 1993). Data kuantitatif yang dikumpulkan adalah data pendapatan wilayah (PDRB) Kota Sabang, data pendapatan wilayah (PDRB) provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan data perikanan tangkap. Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan responden di lapangan yang tidak berupa angka-angka. Dari segi perolehannya, data yang didapat dikategorikan sebagai non experimental data, atau data yang diperoleh dengan tidak melakukan percobaan. Berdasarkan sumbernya data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara di lapangan dengan responden, yang merupakan nelayan serta pihak instansi-instansi terkait dengan kegiatan perikanan tangkap yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Sabang dan BAPPEDA Kota Sabang. Data primer ini untuk memberikan kekuatan pada data sekunder yang telah ada dan digunakan untuk menentukan alternatif strategi pengembangan dari analisis SWOT. Data sekunder merupakan data time series tujuh tahun terakhir, yaitu dari tahun 2000-2006, yang merupakan data utama yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Sabang, Badan Pusat Statistik Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, serta lembaga lain yang terkait. 4.5 Metode Analisis Data Analisis data adalah proses-proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi dan keragaan pembangunan subsektor

16 perikanan tangkap di Kota Sabang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 4.5.1 Peranan subsektor perikanan tangkap Untuk mengetahui apakah subsektor perikanan tangkap merupakan sektor basis atau bukan dalam pembangunan wilayah, maka dapat digunakan analisis Location Quotient (LQ). Model matematikanya adalah sebagai berikut : LQ = Keterangan : LQ : Location Quotient Vi : Total pendapatan dan tenaga kerja subsektor perikanan tangkap di Kota Sabang Vt : Total pendapatan dan tenaga kerja seluruh sektor di Kota Sabang Pi : Total pendapatan dan tenaga kerja subsektor perikanan tangkap di Provinsi NAD Pt : Total pendapatan dan tenaga kerja seluruh sektor di Provinsi NAD Kriteria penentuan sektor basis : Jika LQ < 1, maka subsektor perikanan tangkap merupakan sektor non basis Jika LQ > 1, maka subsektor perikanan tangkap merupakan sektor basis. 4.5.2 Dampak subsektor perikanan tangkap Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan efek pengganda (Multilier Effect) pada perekonomian wilayah secara keseluruhan (Glasson J 1990). Multiplier effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan indikator pendapatan, dan dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : MSy Y Yb Keterangan : Msy : Koefisisen pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan Y : Perubahan pendapatan seluruh sektor Kota Sabang Y b : Perubahan pendapatan subsektor perikanan tangkap Kota Sabang Perhitungan Multiplier effect berdasarkan indikator tenaga kerja digunakan rumus : MSe E Ye

17 Keterangan : Mse : Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja E : Perubahan Angkatan Kerja Kota Sabang E b : Perubahan tenaga kerja subsektor perikanan tangkap Kota Sabang 4.5.3 Kebutuhan investasi dan tenaga kerja subsektor perikanan tangkap Untuk menghitung investasi yang dibutuhkan maka digunakan rumus : I = ICOR x ΔY Keterangan : I : Investasi yang dibutuhkan di subsektor perikanan tangkap pada tahun ke-i ICOR : Tingkat Efisiensi Penyerapan Investasi ΔY : Perubahan Output Subsektor Perikanan Tangkap Untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja maka digunakan rumus : TK = ILOR x ΔY Keterangan : TK : Tenaga Kerja yang dibutuhkan di subsektor perikanan tangkap pada tahun ke-i ILOR : Tingkat Efisiensi Penyerapan Tenaga Kerja ΔY : Perubahan Output Subsektor Perikanan Tangkap 4.5.4 Komoditas hasil tangkapan unggulan Untuk dapat menentukan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas pengembangan perikanan tangkap di Kota Sabang, dibuat matrik dari pendekatan Location Quotient (LQ) dengan menggunakan data produksi perikanan tangkap di Kota Sabang pada tahun 2002-2007. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas perikanan tangkap pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Model matematikanya adalah sebagai berikut (Hendayana R 2003) : Keterangan : qi / qt LQ Qi / Qt LQ : Location Quotient qi : produksi ikan jenis ke-i pada Kota Sabang qt : produksi total perikanan tangkap Kota Sabang Qi : produksi ikan jenis ke-i Provinsi NAD Qt : produksi total perikanan tangkap Provinsi NAD

18 Pendekatan adanya pemusatan produksi perikanan tangkap dengan LQ dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu masing-masing terdiri atas 3 kriteria. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ itu sendiri, yaitu terpusat (LQ > 1), mendekati terpusat (LQ = 0,80 sampai 0,99) dan tidak terpusat (LQ < 0,80). Masing-masing kriteria secara berurutan dibobot dengan nilai 3, 2, dan 1. Kelompok kedua dilihat dari nilai pertumbuhan LQ, yaitu nilai LQ yang mengalami pertumbuhan positif diberi bobot 3, nilai LQ yang mengalami pertumbuhan tetap diberi bobot 2, dan untuk nilai LQ yang mengalami pertumbuhan negatif diberi bobot 1. Kemudian dilakukan penentuan nilai range untuk pembagian kelas komoditas unggulan, kelas komoditas netral, dan kelas komoditas non-unggulan. Penentuan nilai range dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai bobot LQ tertinggi dengan nilai pertumbuhan LQ tertinggi, dan menjumlahkan nilai bobot LQ terendah dengan nilai pertumbuhan LQ terendah. Kemudian hasil penjumlahan tertinggi dikurangi hasil penjumlahan yang terendah, lalu dibagi tiga. Hasil pembagian merupakan nilai selang untuk penentuan kelas komoditas unggulan, kelas komoditas netral, dan kelas komoditas non-unggulan. 4.5.5 Analisis strategi pengembangan subsektor perikanan tangkap Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis subsektor perikanan tangkap adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi subsektor perikanan tangkap dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Menurut Rangkuti F (1997), matrik SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Rangkuti F (1997) mengemukakan bahwa matrik SWOT ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan astrategi, yaitu SO, ST, WO, WT.

19 1) Strategi SO (Strength-Opportunity) Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran suatu sektor, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2) Strategi ST (Strength-Threat) Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. 3) Strategi WO (Weakness-Opportunity) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4) Strategi WT (Weakness-Threat) Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Secara lengkap analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Matrik SWOT Internal Eksternal Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat) Sumber : Rangkuti F (1997) Kekuatan (Strength) Strategi SO Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menangkap kesempatan Strategi ST Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Kelemahan (Weakness) Strategi WO Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Dari Tabel 1 memperlihatkan bahwa masing-masing faktor internal dan eksternal dikaitkan, sehingga dapat mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh suatu perusahan dapat dipertemukan dengan kelemahan dan kekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategis, yaitu SO, ST, WO, WT. Diagram analisis

20 SWOT diperlihatkan pada Gambar 2. Dari Gambar 2, terlihat ada empat kuadran pada Diagram Analisis SWOT. BERBAGAI PELUANG Kuadran 3 Kuadran 1 Mendukung strategi Mendukung strategi turn around agresif KELEMAHAN INTERNAL KEKUATAN INTERNAL Kuadran 4 Kuadran 2 Mendukung strategi Mendukung strategi defensive diversifikasi BERBAGAI ANCAMAN Gambar 2 Diagram analisis SWOT (Rangkuti F 1997) Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Rrowth oriented strategy). : Dalam menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara stratifikasi diversifikasi (produk/pasar). : Perusahaaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

21 Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Untuk membuat analisis SWOT, dibutuhkan analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi suatu wilayah. Analisis lingkungan internal dan eksternal dilakukan dengan membuat matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation IFE) dan Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation EFE). Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), yaitu : a) Menyusun daftar faktor-faktor yang dianggap berpengaruh penting sebagai faktor internal dan eksternal dari subsektor perikanan tangkap Kota Sabang. Faktor- faktor strategis internal dan faktor-faktor strategis eksternal dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2 Faktor strategis internal Faktor Strategis Internal Kekuatan A. Memiliki potensi sumberdaya laut yang cukup besar B. Jumlah kesempatan kerja yang cukup besar di subsektor perikanan tangkap C. Keberadaan lembaga adat laut (Panglima Laot) D. Terdapatnya komoditas hasil tangkapan unggulan E. Daya beli masyarakat Kota Sabang yang tinggi F. Masih besarnya peluang terhadap pemanfaatan potensi sumberdaya laut G. Telah disusunnya perencanaan pembangunan subsektor kelautan dan perikanan yang tertuang dalam Rencana strategis Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang Tahun 2007-2012 Kelemahan H. Kontribusi perikanan tangkap relatif kecil terhadap PDRB Kota Sabang I. Tingkat produksi subsektor perikanan tangkap yang rendah J. Keterbatasan sarana dan prasarana K. Kualitas SDM yang rendah L. Konflik penggunaan ruang (wilayah) antar nelayan M. Hubungan Patro-Client yang erat dalam masyarakat nelayan N. Pelatihan/penyuluhan kepada nelayan yang masih rendah

22 Tabel 3 Faktor strategis eksternal Faktor Strategis Eksternal Peluang A. Hubungan kerjasama dengan negara lain B. Berada pada jalur perdagangan dunia C. Tingkat permintaan dari luar terhadap produk perikanan yang tinggi D. Komoditas perikanan tangkap memiliki prospek cerah untuk ekspor Ancaman E. Konflik penggunaan ruang (wilayah) antar sektor/subsektor F. Pencurian ikan dan sumberdaya laut lainnya oleh nelayan asing G. Harga suku cadang untuk unit penangkapan ikan yang cukup tinggi H. Persaingan pasar dengan daerah lain I. Pencemaran perairan laut b) Penilaian bobot setiap faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal dalam subsektor perikanan tangkap Kota Sabang. Pembobotan bertujuan untuk mengkuantifikasi faktor-faktor internal maupun faktor-faktor eksternal yang telah dianalisis. Rentang nilai bobot yang digunakan adalah satu sampai tiga. Aturan yang digunakan dalam pengisian kolom adalah : 1 = jika faktor horizontal kurang penting daripada faktor vertikal 2 = jika faktor horizontal sama penting penting daripada faktor vertikal 3 = jika faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear T dan Taylor J 1996). Keterangan : a i : Bobot variable ke-i Xi : Nilai variable ke-i i : A, B, C,. n n : Total nilai seluruh variabel a i n i 1 Xi Xi Penilaian bobot faktor strategis internal dan faktor strategis internal masing-masing dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

23 Tabel 4 Penilaian bobot faktor strategis internal Faktor Kekuatan Kelemahan Strategis Internal A B C D E F G H I J K L Kekuatan Indikator A Indikator B Indikator C Indikator D Indikator E Indikator F Kelemahan Indikator G Indikator H Indikator I Indikator J Indikator K Indikator L Total Total X A X B X C X D X E X F X G X H X I X J X K X L Σ Xi Bobot Tabel 5 Penilaian bobot faktor strategis eksternal Faktor Strategis Peluang Ancaman Total Bobot Eksternal A B C D E F G H I Peluang Indikator A Indikator B Indikator C Ancaman Indikator D Indikator E Indikator F Indikator G Indikator H Indikator I Total X A X B X C X D X E X F X G X H X I Σ Xi c) Selanjutnya adalah membuat matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE). Pemberian bobot pada setiap faktor dimulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot yang diberikan pada suatu faktor menunjukkan seberapa penting faktor tersebut untuk menunjang keberhasilan. Jumlah dari semua bobot harus sama

24 dengan 1,0. Pembobotan ditempatkan pada kolom kedua matriks. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. d) Penentuan peringkat terhadap variabel-variabel hasil analisis situasi dilakukan oleh responden, dengan skala sebagai berikut : Nilai untuk matriks IFE, skala peringkat yang digunakan yaitu : 1 = Sangat Lemah 3 = Sangat Kuat 2 = Lemah 4 = Kuat Nilai untuk matriks EFE, skala peringkat yang dibutuhkan yaitu : 1 = Sangat Lemah 3 = Sangat Kuat 2 = Lemah 4 = Kuat e) Tiap peringkat dikalikan masing-masing bobotnya untuk setiap variabel, sehingga dapat ditentukan nilai yang dibobot. f) Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan nilai bobot total bagi subsektor perikanan tangkap di Kota Sabang. g) Nilai bobot total berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5. Dibawah 2,5 menunjukkan posisi internal dan eksternalnya lemah, sedangkan nilai bobot total diatas 2,5 menunjukkan bahwa posisi internal dan eksternalnya berada pada tingkat yang kuat. Nilai bobot total yang berada pada nilai 2,5 menunjukkan situasi eksternal dan internalnya berada pada posisi rata-rata. Pemilihan alternatif strategi yang terbaik dilakukan dengan memberikan nilai dan rangking sesuai dengan tingkat kepentingannya. Pemberian nilai ini diberikan kepada setiap unsur SWOT dan pemberian rangking dilakukan dengan cara penjumlahan dari penilaian bobot setiap faktor strategis internal dan eksternal yang didapat dari jawaban para responden.

25 Tabel 6 Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) Faktor Strategis Internal Bobot Nilai Nilai yang Dibobot Kekuatan 1. Memiliki potensi sumberdaya laut yang cukup besar 2. Jumlah kesempatan kerja yang cukup besar di subsektor perikanan tangkap 3. Keberadaan lembaga adat laut (Panglima Laot) 4. Terdapatnya komoditas hasil tangkapan unggulan 5. Daya beli masyarakat Kota Sabang yang tinggi 6. Masih besarnya peluang terhadap pemanfaatan potensi sumberdaya laut 7. Telah disusunnya perencanaan pembangunan subsektor kelautan dan perikanan yang tertuang dalam Rencana strategis Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang Tahun 2007-2012 Kelemahan 8. Kontribusi perikanan tangkap relatif kecil terhadap PDRB Kota Sabang 9. Tingkat produksi subsektor perikanan tangkap yang rendah 10. Keterbatasan sarana dan prasarana 11. Kualitas SDM yang rendah 12. Konflik penggunaan ruang (wilayah) antar nelayan 13. Hubungan Patro-Client yang erat dalam masyarakat nelayan 14. Pelatihan/penyuluhan kepada nelayan yang masih rendah Total 1 -.

26 Tabel 7 Matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE) Faktor Strategis Eksternal Bobot Nilai Nilai yang dibobot Peluang 1. Hubungan kerjasama dengan negara lain 2. Berada pada jalur perdagangan dunia 3. Tingkat permintaan dari luar terhadap produk perikanan yang tinggi 4. Komoditas perikanan tangkap memiliki prospek cerah untuk ekspor Ancaman 5. Konflik penggunaan ruang (wilayah) antar sektor/subsektor 6. Pencurian ikan dan sumberdaya laut lainnya oleh nelayan asing 7. Harga suku cadang untuk unit penangkapan ikan yang cukup tinggi 8. Persaingan pasar dengan daerah lain 9. Pencemaran perairan laut Total 1 -. 4.6 Batasan Konsep dan Pengukuran Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan konsep yang penting antara lain : 1) Penelitian ini menganalisis subsektor perikanan tangkap; 2) Peranan subsektor perikanan tangkap dalam pembangunan adalah kedudukan subsektor perikanan tangkap dalam pembangunan wilayah yang diukur berdasarkan indikator pendapatan wilayah dan kesempatan kerja; 3) Sektor basis perikanan tangkap adalah perbandingan relatif kemampuan subsektor perikanan tangkap pada wilayah penelitian dibandingkan dengan wilayah administrasi di atasnya serta subsektor perikanan tangkap mampu memenuhi kebutuhan komoditas perikanan Kota Sabang dan mengekspor ke luar Kota Sabang; 4) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah pendapatan total suatu wilayah dari seluruh kegiatan perekonomian selama setahun. PDRB yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan; 5) Kesempatan kerja adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Kesempatan kerja subsektor perikanan tangkap adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja

27 pada subsektor perikanan tangkap. Kesempatan kerja dinyatakan dalam orang (jiwa); 6) Efek pengganda (pendapatan/tenaga kerja) adalah koefisisen yang menunjukkan kemampuan setiap peningkatan (pendapatan/tenaga kerja) dalam wilayah terhadap pertumbuhan (pendapatan/tenaga kerja) wilayah yang bersangkutan; 7) Faktor internal adalah kekuatan yang merupakan keunggulan yang dimilki oleh subsektor perikanan tangkap serta kelemahan yang merupakan keterbatasan atau kekurangan subsektor peikanan tangkap yang mempengaruhi kinerja pembangunan; 8) Faktor eksternal adalah peluang yang merupakan kesempatan yang dimiliki subsektor perikanan tangkap untuk dimanfaatkan dan ancaman yang merupakan hambatan yang berasal dari luar subsektor perikanan tangkap; 9) Strategi pengembangan adalah rencana atau siasat penngembangan secara bertahap dan teratur dari kondisi rill saat ini menuju sasaran yang diinginkan.