PERANCANGAN DOKUMEN MUTU ISO 9001: 2008 DI PT X

dokumen-dokumen yang mirip
Perancangan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 untuk Supporting Department di PT. X

Perancangan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 : Studi Kasus

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ISO 1001 By: Ryan Torinaga

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

Analisis Sistem Manajemen Mutu dalam Upaya Mempertahankan ISO 9001 : 2000 (Studi Kasus PT. Mertex Indonesia-Mojokerto) Abstrak

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

DOKUMENTASI ITU MUDAH?

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001

PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA DEPARTEMEN PERBENGKELAN DI PERUSAHAAN KERTAS

Sistem manajemen mutu Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

ANALISIS PENERAPAN ISO TS DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

UNDERSTANDING SNI ISO 9001:2008 REQUIREMENTS. Syamsir Abduh

BAB II KERANGKA TEORI Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: Pengertian Mutu

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori

Sistem manajemen mutu Persyaratan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000

Sistem Manajemen Mutu Sarana Pelayanan Kesehatan

ANALISIS GAP AUDIT INTERNAL UNTUK MELIHAT KESIAPAN CV. BINA RAKSA DALAM MENERAPKAN ISO 9001:2000

Perancangan dan Penerapan ISO 9001:2008 di PT. Teno Tract Indonesia

Tugas dan Tanggung Jawab. a. Menetapkan tujuan,visi,dan misi perusahaan. b. Menetapkan kebijakan mutu dan tujuan mutu perusahaan.

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum PT. Garudafood Putra Putri Jaya Gresik

Analisis Hasil Audit Implementasi ISO 9001:2008 di Sebuah Perusahaan Pengecoran Aluminium

BAB I PENDAHULUAN. namun juga karena kualitas yang lebih baik (Gisella H.G Bella, 2010)

Lanjutan ISO Konsistensi Mutu. 6. Aspek Legal. 7. Peningkatan Produktivitas. 8. Meningkatkan unjuk kerja keuangan. 9.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERSYARATAN ISO 9001:2008 (KLAUSUL 7 8)

AUDIT INTERNAL SNI ISO 9001:2015. Oleh: Ade Khaerudin Taufiq & Sik Sumaedi

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

PERSYARATAN ISO 9001:2008 (KLAUSUL 4 6)

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

PT. GLOBAL MITRA PROTEKSINDO

UNSUR KEGIATAN PENGEVALUASIAN PENGELOLAAN LABORATORIUM BESERTA JENIS PEKERJAANYA

PEDOMAN MUTU TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN

ANALISIS DAN DESAIN SISTEM INFORMASI INVENTORY DI ASTI OFFSET

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem

Manual Prosedur Audit Internal

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

BAB 3 TINJAUAN SISTEM INFORMASI YANG BERJALAN

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengawasan Kualitas(Quality Control) Pada Produk Manufaktur

USULAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU BERDASARKAN KLAUSUL-KLAUSUL ISO 9001:2008 *

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

MIA APRIANTHY ( )

Manual Prosedur Pelaksanaan Audit Internal

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU

SISTEM MANAJEMEN MUTU

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kepemimpinan & Komitmen

PENDEKATAN SISTIM MANAJEMEN MUTU BAGI ORGANISASI

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

MANUAL PROSEDUR AUDIT INTERNAL PROGRAM STUDI PERPAJAKAN JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI ISO/TS 16949:2009

Pendokumentasian Departemen Maintenance dan Departemen Warehouse & PPIC di PT Charoen Pokphand Indonesia Feed Processing Balaraja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Manual Prosedur Audit Keuangan

MANUAL PROSEDUR AUDIT INTERNAL

Standard Operating Procedure AUDIT INTERNAL MUTU (AIM)

Training and consulting services. Pendahuluan Quality Systems: s Strategy for the future ISO 9001:2015

ISO 9001 : Pengendalian Kualitas

MANUAL PROSEDUR AUDIT INTERNAL

PEDOMAN MANAJEMEN MUTU UPT PUSKESMAS II NEGARA No Kode : Terbitan : No Revisi : Tgl Mulai Berlaku : Halaman :

KOMITMEN DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN K3 PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ,

Perancangan Modul Verifikasi dan Metode Pemeriksaan Peralatan Produksi Sigaret Kretek Tangan di PT X

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 5 PENUTUP. Mutu ISO 9001:2008 pada PT Metabisulphite Nusantara. maka dapat diambil

BAB III OBJEK PENELITIAN

PROSEDUR KERJA PENGENDALIAN DOKUMEN

PENGALAMAN KONSULTAN MANAJEMEN MUTU DALAM MENINGKATKAN MUTU SARANA PELAYANAN KESEHATAN

12/10/2008. Sachbudi Abbas Ras Model ISO 9001:2008. Hak Cipta pada Sachbudi Abbas Ras

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kata Kunci : SOP (Standard Operating Procedure), ISO 9001:2008, BPI (Business Process Improvement)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Implementasi kebijakan mutu di SMKTI Bandar Lampung dilaksanakan

Manual Prosedur Audit Internal

MEMAHAMI PERSYARATAN ISO 9001:2008 By: Erfi Ilyas

Manual Prosedur Audit Internal

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI PERUSAHAAN KONSTRUKSI

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGENALAN ISO DAN PENGHARGAAN MUTU. Bahan Ajar Materi ke-3

Transkripsi:

PERANCANGAN DOKUMEN MUTU ISO 9001: 2008 DI PT X Jessica 1, I Nyoman Sutapa 2 Abstract: In this paper, we diagnosis the quality management system of ISO 9001: 2008 s clauses, particulary on PPIC and Production Department. We analyze the differences between the number of clauses which are not yet adopted before and after design the quality dokumen for the implementation of quality management system ISO 9001: 2008. The number of clauses after design the quality document which are not yet adopted decrease, i.e. 0% of quality management system s clause, 24% of management responsibility s clause, 3% of product realization s clause, and 46% of measurement, analysis and improvement s clause. Keywords: Quality management system, standard operating procedure, work instruction, PVC pipe company. Pendahuluan PT X merupakan perusahaan yang memproduksi pipa PVC. Perusahaan ini terletak di Sidoarjo dan berdiri pada tanggal 31 Agustus 2013. Saat ini perusahaan belum mengadopsi secara keseluruhan persyaratan klausal-klausal sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008, khususnya di Departemen PPIC dan Produksi. Berdasarkan tinjauan awal, sebanyak 85% pada klausal sistem manajemen mutu, 72% pada klausal tanggung jawab manajemen, 31% pada klausal realisasi produk, dan 79% pada klausal pengukuran, analisis dan perbaikan belum teradopsi. Visi dari PT X adalah menjadi perusahaan yang aktif dalam memasok produk pipa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau sesuai dengan keinginan pasar. Visi tersebut mendorong perusahaan untuk selalu berupaya meningkatkan kualitas produk dan diimbangi dengan peningkatan efisiensi dalam perusahaan. Perusahaan mengharapkan adanya suatu sistem manajemen yang dapat dikomunikasikan, didokumentasikan, dan digunakan pada seluruh bagian dalam perusahaan, sehingga perancangan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 dapat menjadi salah satu sistem yang dapat membantu perusahaan untuk dapat memberikan hasil produk yang terbaik dengan sistem manajemen yang berkualitas dan perbaikan yang berkelanjutan. 1,2,3 Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Industri, Universitas Kristen Petra. Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236. Email: jheje_jazz@yahoo.com, mantapa@petra.ac.id Metode Penelitian Mutu menurut ISO 9000: 2000 merupakan derajat/ tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan/keinginan (Suardi [2]). Manajemen merupakan proses sistematis untuk mencapai tujuan melalui fungsi perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan, dan tindak lanjut. Berdasarkan definisi mutu dan manajemen, maka dapat didefinisikan kembali bahwa manajemen mutu merupakan upaya sistematis melalui fungsi perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan atau tindak lanjut terhadap semua unsur organisasi, baik internal maupun eksternal yang tercakup dalam dimensi material, metode, mesin, dana, manusia, lingkungan dan informasi untuk merealisasikan komitmen, kebijakan, dan sasaran mutu yang telah ditetapkan dalam rangka memberikan kepuasan kepada pelanggan untuk masa sekarang maupun di masa depan (Susilo [3]). Prinsip manajemen mutu terdiri dari delapan bagian yang dapat diidentifikasi dan digunakan oleh top management untuk memimpin suatu perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Delapan prinsip manajemen mutu menurut Cianfran, Tsiakals, & West [1] terdiri dari fokus pada pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan personel, pendekatan proses, pendekatan sistem kepada manajemen, peningkatan berkesinambungan (continual improvement), pembuatan keputusan berdasarkan fakta, dan hubungan saling menguntungkan dengan pemasok. Model sistem manajemen mutu ditunjukkan pada Gambar 1. Pelanggan memainkan peran yang berarti dalam menetapkan persyaratan sebagai masukan. Pemantauan kepuasan pelanggan menghendaki penilaian informasi yang berkaitan dengan persepsi pelanggan mengenai pemenuhan persyaratan pe- 1

langgan. Penyusunan menggunakan prinsip PDCA (Plan-Do-Check-Action) dan dipakai pada semua proses. 2008. Proses analisa kepuasan, efektivitas, dan efisiensi penerapan sistem manajemen, proses, dan produk dilakukan sebagai tindak lanjut pengukuran kepuasan pelanggan. Hasil analisa data harus ditindaklanjuti untuk menghasilkan suatu program peningkatan. Terakhir, sistem manajemen mutu yang mengacu pada pasal empat persyaratan klausul sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008. Program peningkatan akan menuntut arahan dan tersedianya sumber daya. Hal tersebut berarti dibutuhkannya kembali komitmen dari pimpinan puncak untuk menjalankannya. Proses perbaikan berkesinambungan dapat terus berlanjut tanpa berhenti dengan tujuan akhir untuk mendapatkan keuntungan bagi perusahaan. Gambar 1. Model Proses ISO 9001: 2008 Model dari proses ISO 9001: 2008 terdiri dari lima bagian utama yang menjabarkan sistem manajemen dalam perusahaan. Pertama, tanggung jawab manajemen yan mengacu pada pasal lima persyaratan klausul sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008. Tanggung jawab manajemen berkaitan dengan visi dan misi perusahaan dari pimpinan puncak yang dijabarkan kembali dalam kebijakan dan sasaran mutu. Perusahaan tergantung pada pelanggan sehingga perusahaan harus mengetahui keinginan dari pelanggan. Pimpinan puncak juga harus mengetahui hal tersebut dan menginformasikan ke seluruh bagian dari perusahaan (digambarkan dengan garis dua arah putus-putus). Kedua, manajemen sumber daya yang mengacu pada pasal enam persyaratan klausul sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008. Visi dan misi memerlukan tersedianya sumber daya untuk dapat merealisasikan persyaratan dan harapan pelanggan sehingga perlu dipastikan adanya komitmen pimpinan puncak untuk menyediakan sumber daya. Ketiga, realisasi produk yang mengacu pada pasal enam persyaratan klausul sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008. Sumber daya harus dikelola untuk menghasilkan produk/jasa yang sesuai dengan persyaratan pelanggan. Produk yang dihasilkan akan diterima oleh pelanggan dan dalam fase ini akan didapatkannya informasi mengenai kepuasan pelanggan. Keempat, analisis, pengukuran, dan peningkatan yang mengacu pada pasal enam persyaratan klausul sistem manajemen mutu ISO 9001: Pelaksanaan proses secara konsisten merupakan kunci untuk peningkatan terus menerus yang efektif agar dapat selalu memberikan produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dalam pasar global. Penyusunan sistem manajemen mutu terdiri dari beberapa langkah. Urutan yang diberikan disesuaikan dengan kondisi perusahaan karena urutan yang diberikan hanya suatu petunjuk yang dapat dilakukan bersamaan atau tidak berurutan. Langkah-langkah penyusunan sistem manajemen mutu adalah sebagai berikut: 1. Memutuskan untuk mengadopsi suatu standar sistem manajemen mutu yang akan diterapkan yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. 2. Menetapkan suatu komitmen pada top management agar sikap dan perilaku manajemen secara konsisten untuk menerapkan prosedur-prosedur kerja. 3. Menetapkan kelompok kerja yang terdiri dari manajer-manajer senior. 4. Menugaskan wakil manajemen untuk mendefinisikan wewenang dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa persyaratan-persyaratan standar dari sistem manajemen mutu diterapkan dan dipelihara. 5. Menetapkan tujuan-tujuan kualitas dan implementasi sistem. Pihak manajemen harus efektif dalam penetapan sasaran dan tujuan, komunikasi, koordinasi, perencanaan, dan pemantauan agar implementasi sistem manajemen mutu dapat tercapai secara maksimal. 6. Meninjau ulang sistem manajemen mutu yang sekarang. Peninjauan ulang dilakukan dengan cara membandingkan sistem yang sekarang dengan persyaratan standar sistem mutu. 2

7. Mendefinisikan struktur organisasi dan tanggung jawab. Perusahaan melakukan evaluasi dan meninjau ulang struktur manajemen maupun personel dalam perusahaan. 8. Menciptakan kesadaran kualitas pada semua tingkat dalam organisasi, misalnya dalam bentuk pelatihan. 9. Mengembangkan peninjauan ulang dari sistem manajemen mutu dalam pedoman mutu. 10. Menyepakati bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh prosedur-prosedur. 11. Mendokumentasikan aktivitas terperinci dalam prosedur operasional atau prosedur terperinci. 12. Memperkenalkan dokumentasi (distribusi dokumen, memastikan pihak manajemen berkomitmen dalam menerapkan prosedur-prosedur yang telah dibuat, dan jika perlu diberikan pelatihan). 13. Menetapkan partisipasi karyawan dan pelatihan dalam sistem (tiap pihak harus sadar mengenai pentingnya sistem manajemen mutu). 14. Meninjau ulang dan melakukan audit sistem manajemen mutu. Proses peninjauan ulang dilakukan untuk menjamin kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan standar dari sistem manajemen mutu. Hasil dan Pembahasan Tinjauan Awal Dokumen Mutu Tinjauan dokumen mutu perusahaan dibuat berdasarkan kondisi nyata perusahaan sebelum dan sesudah dilakukannya perancangan dokumen mutu untuk penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008. Kondisi awal perusahaan dibandingkan dengan klausul-klausul persyaratan sistem manajemen mutu. Hasil tinjauan awal dokumen mutu perusahaan yang dikaitkan dengan Departemen PPIC dan Produksi. Berdasarkan tinjauan awal yang dilakukan, terdapat 85% pada klausal sistem manajemen mutu, 72% pada klausal tanggung jawab manajemen, 31% pada klausal realisasi produk, dan 79% pada klausal pengukuran, analisis dan perbaikan belum diadopsi sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008. Tinjauan awal dokumen mutu perusahaan menunjukkan bahwa persentase ketidaksesuaian paling besar terdapat pada klausul empat, lalu terbesar kedua yaitu pasal delapan. Klausul empat memiliki persentase ketidaksesuaian paling tinggi karena perusahaan pada awalnya belum memiliki dan menerapkan sistem manajemen mutu secara keseluruhan. Klausul delapan memiliki persentase ketidaksesuaian tertinggi kedua karena proses pengukuran, analisis, dan perbaikan yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu belum terlaksana, termasuk pemantauan dan pengukuran audit internal, pemantauan, pengukuran proses, dan pengukuran produk. Ruang Lingkup Perusahaan dalam Perancangan Dokumen Mutu Ruang lingkup perusahaan dalam perancangan dokumen mutu sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 mencakup keseluruhan departemen di dalam perusahaan, yaitu Departemen Production Planning and Inventory Control (PPIC), Departemen Produksi, Departemen Sales and Marketing, Departemen Finance, Departemen Purchasing, dan Departemen Maintenance. Pasal-pasal pada klausul ISO 9001:2008 semua diterapkan kecuali klausul pada pasal 7.5.4 karena tidak ada milik pelanggan yang dikerjakan dalam perusahaan. Kebijakan Mutu Kebijakan mutu ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan yang terdapat pada visi dan misi perusahaan. Tujuan adanya kebijakan mutu adalah agar perusahaan memiliki komitmen mengenai sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 karena kebijakan mutu membutuhkan komitmen perusahaan dalam memenuhi persyaratan dan keefektivan peningkatan sistem manajemen mutu. Kebijakan mutu perusahaan yang ditetapkan perusahaan yaitu kualitas adalah prioritas utama kami. Sasaran Mutu Perusahaan Perusahaan menetapkan sasaran mutu dari masing-masing departemen untuk mendukung visi dan misi perusahaan. Sasaran mutu untuk Departemen PPIC yaitu persentase kesesuaian realisasi hasil produksi dengan perencanaan produksi dengan target lebih dari 95%. Rekaman untuk data tersebut didapatkan dari laporan Departemen Produksi yang dievaluasi sebanyak satu kali dalam satu bulan. Sasaran mutu untuk Departemen Produksi mencakup tiga sasaran mutu. Sasaran mutu yang pertama yaitu persentase jumlah reject barang jadi di bawah 2.5%. Rekaman untuk data tersebut didapatkan dari form bukti reject barang yang dievaluasi sebanyak satu kali dalam satu bulan. Sasaran mutu yang kedua yaitu persentase 3

pengembalian retur barang dari pelanggan kurang dari 1%. Rekaman untuk data tersebut didapatkan dari form bukti terima retur barang yang dievaluasi sebanyak satu kali dalam satu bulan. Sasaran mutu yang ketiga yaitu persentase ketidaksesuaian catatan dalam pembukuan dengan stock opname kurang dari 1%. Rekaman untuk data tersebut didapatkan dari form stock opname barang yang dievaluasi sebanyak satu kali dalam satu minggu. Quality Plan Perusahaan Perusahaan menetapkan quality plan untuk menjaga terjaganya kualitas produk secara konsisten sehingga kepuasan pelanggan dapat terpenuhi. Proses pertama yaitu proses kedatangan material dan/atau spare-part yang berhubungan dengan kualitas hasil produk dalam bentuk material yang dikirimkan oleh supplier. Pemeriksaan berkaitan dengan surat jalan, jenis material dan/atau spare-part, dan berat material yang harus sesuai dengan pemesanan pembelian, lalu tekstur material harus kering (tidak terkena air) dan tidak menggumpal. Proses tersebut dilakukan pada setiap kedatangan barang oleh operator sub-departemen Administrasi Material and Spare-Part Warehouse. Konfirmasi kepada supplier akan dilakukan apabila hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan standar penerimaan. Proses kedua merupakan proses formulasi dimana operator sub-departemen Formulasi harus meninjau dua hal yang penting, diantaranya jenis material per batch dan berat komposisi per material yang harus disesuaikan dengan surat perintah timbang. Penambahan atau pengurangan komposisi material akan dilakukan apabila terdapat ketidaksesuaian antara hal yang diperiksa dengan standar penerimaan. Proses ketiga merupakan proses mixer dimana operator sub-departemen Mixer harus meninjau tiga hal penting, diantaranya urutan jenis material, jumlah formula dan material yang dimasukkan ke dalam mesin harus sesuai dengan surat perintah mixer, lalu berat compound yang ditimbang memiliki berat 25 kg per sak. Penambahan atau pengurangan komposisi compound akan dilakukan apabila terdapat ketidaksesuaian antara hal yang diperiksa dengan standar penerimaan. Apabila terdapat sisa compound yang kurang dari 25 kg selama proses mixer, maka sisa compound tersebut tetap dimasukkan ke dalam mesin mixer dengan menambah komposisi jumlah formula dan material yang disesuaikan dengan sisa compound. Proses keempat merupakan proses extruder dimana operator sub-departemen Extruder harus meninjau hasil pipa yang dibuat, diantaranya kesempurnaan lingkaran pipa, ratanya ketebalan sisi pipa, panjang pipa, sablon garis, printing merk, ratanya potongan pipa, berat pipa, dan kondisi pipa bila disam-bungkan dengan fitting. Peninjauan tersebut dilakukan secara konsisten setiap 60 menit sekali, kecuali bagian sablon garis dan printing merk yang harus ditinjau setiap pipa keluar dari mesin. Reject produk akan dilakukan apabila hal yang diperiksa tidak sesuai dengan standar penerimaan. Proses kelima merupakan pembentukan kepala pipa melalui proses moff. Operator sub-departemen moff harus memastikan bahwa kepala pipa yang dihasilkan rapi, tidak bengkok, tidak retak, tidak bergelombang, dan dapat dimasukkan pipa lain (assemble) dengan ukuran pipa yang sama. Pemanasan ulang pada kepala pipa sebanyak satu kali akan dilakukan apabila hasil moff tidak sesuai dengan standar penerimaan, tetapi produk dikatakan reject apabila kepala pipa tetap tidak dapat diperbaiki. Pemeriksaan dilakukan dengan cara pemeriksaan 100% pada sepuluh pipa pertama yang dihasilkan, lalu apabila semua pipa sesuai dengan kualitas, pemeriksaan dilakukan 60 menit sekali. Proses keenam merupakan proses crusher dimana bagian yang ditinjau adalah setiap sak hasil crusher harus kering (tidak terkena air). Pemeriksaan dilakukan oleh operator sub- Departemen Mixer dan apabila hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan standar penerimaan, maka hasil crusher harus dijemur di dalam gudang dengan wadah. Proses ketujuh merupakan proses powdering. Proses ini memiliki tiga bagian yang harus ditinjau, yaitu hasil powdering kering (tidak terkena air), tekstur material berbentuk powder, dan berat material 25 kg per sak pada setiap sak hasil powdering. Hasil powdering merupakan compound BB Metro yang akan digunakan untuk proses mixer. Pemeriksaan dilakukan oleh operator sub- Departemen Mixer. Hasil powdering harus dijemur di dalam gudang dengan wadah apabila hasil powdering tidak kering (terkena air). Proses powdering ulang akan dilakukan apabila tektur material tidak berbentuk powder. Penambahan/pengurangan komposisi hasil powdering akan dilakukan apabila berat material dalam satu sak kurang dari 25 kg. 4

Proses kedelapan merupakan proses terakhir sebelum pelanggan menerima produk dari perusahaan, yaitu pengiriman barang jadi. Hal yang ditinjau dari proses ini yaitu kualitas pipa yang akan dikirimkan tidak bengkok atau retak dan semua pipa yang akan dikirimkan harus diperiksa. Apabila terdapat pipa yang tidak sesuai dengan standar penerimaan, maka reject produk akan dilakukan. Standard Operating Procedure (SOP) SOP dirancang dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di perusahaan dan bekerjasama dengan pihak manajemen. Kerjasama dengan pihak manajemen sangat diperlukan karena pihak manajemen merupakan pihak yang mengetahui proses-proses yang terdapat dalam perusahaan, baik itu proses dalam perencanaan produksi maupun dalam proses produksi. SOP yang dirancang untuk masing-masing departemen terdiri dari beberapa SOP. Kode SOP dibuat sesuai dengan format yang telah dibuat, yaitu SOP-(nama departemen)-(nomor SOP). Kode nama departemen dituliskan sebanyak tiga digit dan kode nomor SOP dituliskan sebanyak dua digit. Hasil SOP sudah mendapatkan validasi dari pihak perusahaan. Terdapat lima SOP wajib, satu SOP Departemen PPIC, dan delapan SOP Produksi. SOP wajib terdiri dari SOP Tindakan Korektif dan Preventif, SOP Pengendalian Rekaman, SOP Pengendalian Dokumen, SOP Audit Internal, dan SOP Pengendalian Produk Tidak Sesuai. SOP Departemen PPIC terdiri dari SOP Perencanaan Produksi. SOP Departemen Produksi terdiri dari SOP Penerimaan Barang, SOP Proses Produksi, SOP Pembuatan Contoh Produk, SOP Pengiriman Barang Jadi, SOP Pengeluaran Barang, SOP Stock Opname, SOP Desain dan Pengembangan, dan SOP Permintaan Barang. Pembuatan Work Instruction (WI) Departemen Produksi memiliki dua belas WI yang dibuat berdasarkan masing-masing proses produksi. Kode WI disesuaikan dengan SOP yang dibuat, yaitu WI-(urutan nomor WI)- (nama departemen)-(nomor SOP yang menjadi acuan WI). Kode urutan nomor WI dan nomor SOP yang menjadi acuan WI dituliskan sebanyak dua digit. WI yang dibuat sudah divalidasi oleh pihak perusahaan dan dibandingkan ketepatannya dengan proses yang berlangsung pada kondisi nyata perusahaan. WI yang telah dibuat terdiri dari WI Operasional Proses Mixer, WI Start-up Mesin Extruder, WI Changeover Moulding Extruder, WI Printing, WI Sablon, WI Operasional Proses Moff Kecil (mesin 1 2), WI Operasional Proses Moff Besar (mesin 3 4), WI Changeover Moulding Moff Kecil, WI Changeover Moulding Moff Besar, WI Operasional Proses Crusher (Mesin 1), WI Operasional Proses Crusher (Mesin 2), dan WI Operasional Proses Powdering. Tinjuan Baru Dokumen Mutu Perusahaan Tinjauan dokumen mutu perusahaan dilakukan kembali setelah dilakukannya perancangan pedoman mutu, SOP, WI, dan dokumen pendukung untuk penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008. Hasil yang didapatkan dengan perancangan dokumen mutu menghasilkan perubahan yang signifikan. Persentase ketidaksesuaian yang menghasilkan perubahan tertinggi yaitu pada pasal empat dari 85% menjadi 0%. Pasal lainnya yaitu pasal lima dari 69% menjadi 24%, pasal tujuh dari 31% menjadi 3%. dan pasal delapan dari 79% menjadi 46%. Penurunan persentase ketidaksesuaian pada pasal empat terjadi karena adanya perancangan dokumen mutu yang terdiri dari pedoman mutu, SOP, WI, dan dokumen pendukung. Terdapat pula business process, SOP untuk masingmasing departemen dalam perusahaan, pedoman mutu, SOP Pengendalian Dokumen (SOP- MAR-03), dan SOP Pengendalian Rekaman (SOP-MAR-02). Penurunan persentase ketidaksesuaian yang cukup tinggi terdapat pada pasal lima, walaupun masih terdapat beberapa bagian yang masih belum sesuai karena belum diterapkannya sistem manajemen mutu secara keseluruhan. Bagian pertama yaitu belum adanya pihak yang ditunjuk sebagai wakil manajemen (klausul 5.2). Bagian kedua yaitu peninjauan sistem manajemen mutu untuk memastikan kesinambungan kesesuaian, kecukupan, dan efektivitas sistem manajemen mutu (klausul 5.6.1). Bagian ketiga yaitu periode peninjauan telah direncanakan dan ditetapkan (klausal 5.6.1). Bagian keempat yaitu masukan untuk tinjauan manajemen berkaitan dengan hasil audit dan perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu (klausal 5.6.2). Bagian kelima yaitu peningkatan efektivitas sistem manajemen mutu dan prosesnya (klausal 5.6.3). Pasal enam yang berhubungan dengan Departemen Produksi dan Departemen PPIC hanya klausul 6.3 dan 6.4 yang berkaitan dengan prasarana dan lingkungan kerja. Perusahaan telah menentukan, menyediakan prasarana dari segi fasilitas, ruang kerja, gedung, peralatan proses, dan pelayanan pendukung. Perusahaan 5

juga telah menetapkan lingkungan kerja yang sesuai untuk proses operasional perusahaan, termasuk menetapkan dan mengelola lingkungan kerja yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian persyaratan produk. Pasal tujuh mengalami penurunan persentase ketidaksesuaian. Persyaratan pada pasal tujuh terpenuhi yang pertama karena adanya sasaran mutu perusahaan (klausul 7.1). Kedua, susunan verifikasi serta metode pelepasan produk dalam informasi pembelian secara tertulis pada SOP Penerimaan Barang (SOP-PRO-01) (klausul 7.4.2). Ketiga, telah adanya instruksi kerja dan ketersediaan penggunaan peralatan pemantauan dan pengukuran (klausul 7.5.1). Keempat, validasi proses produksi dan penyediaan jasa mengenai pemantauan dan pengukuran, kemampuan proses dalam mencapai hasil yang direncanakan, penggunaan metode dan prosedur tertentu, validasi ulang, dan preservasi produk dapat dikontrol dengan adanya SOP dan WI Departemen Produksi (klausul 7.5.2). Persyaratan untuk rekaman (klausul 7.5.2) terpenuhi dengan adanya rekaman di masingmasing prosedur. Perbandingan tinjauan awal dan tinjauan setelah dilakukan perancangan pedoman mutu, SOP, WI, dan dokumen pendukung ditunjukkan pada Gambar 2. PPIC, dan tiga belas prosedur pada Departemen Produksi. Prosedur wajib terdiri dari SOP Tindakan Korektif dan Preventif, SOP Pengendalian Rekaman, SOP Pengendalian Dokumen, SOP Audit Internal, dan SOP Pengendalian Produk Tidak Sesuai. Prosedur pada Departemen PPIC dan Departemen Produksi terdiri dari SOP Perencanaan Produksi, SOP Formulasi, SOP Mixer, SOP Extruder, SOP Moff, SOP Crusher, SOP Pembuatan Contoh Produk, SOP Permintaan Compound, SOP Pembuatan Contoh Produk, SOP Pengiriman Barang Jadi, SOP Pengeluaran Barang, SOP Stock Opname, SOP Desain dan Pengembangan, dan SOP Permintaan Barang. Terdapat juga dua belas work instruction sebagai pendukung prosedur yang telah dirancang, pedoman mutu, dan beberapa dokumen pendukung. Daftar Pustaka 1. Cianfran, C. A., Tsiakals, J. J., & West, J. E. (2009). ISO 9001: 2008 Explained 3rd Edition. United States: William A. Troy. 2. Suardi, R. (2003). Sistem Manajemen Mutu ISO 9000: 2000. Jakarta: PPM. 3. Susilo, W. (2003). Audit Mutu Internal. PT. Vorqistatama Binamega. Gambar 2. Perbandingan Tinjauan Awal dan Tinjauan Baru Dokumen Mutu Perusahaan Simpulan PT X merupakan perusahaan yang selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas produk dan meningkatkan kualitas sistem manajemen dalam perusahaan. Perancangan dokumen mutu menghasilkan sembilan belas prosedur untuk mendukung peningkatan kualitas sistem manajemen dalam perusahaan, khususnya terhadap Departemen Produksi dan Departemen PPIC. Sembilan belas prosedur terdiri dari enam prosedur wajib, satu prosedur pada Departemen 6