b) Sebaliknya : interaksi kalor antara sistem dan lingkungan yang harus berlangsung kuasistatik dan disertai kenaikan suhu,

dokumen-dokumen yang mirip
2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

BAB 1 RANGKAIAN TRANSIENT

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1

PENENTUAN UKURAN SAMPEL UNTUK SURVEY PILKADA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BAYES

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

TEORI KESALAHAN (GALAT)

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

BAB III MODEL LINEAR TERGENERALISASI. Perkembangan pemodelan stokastik, terutama model linier, dapat dikatakan

SEGMENTASI CITRA MEDIS DENGAN ALGORITMA DETEKSI TEPI KONTUR BERBASIS PELACAKAN TARGET SECARA DINAMIS

V. DISTRIBUSI PERJALANAN

Review Thermodinamika

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi)

BAB 2 LANDASAN TEORI

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

Misalkan S himpunan bilangan kompleks. Fungsi kompleks f pada S adalah aturan yang

Solusi Termodinamika Bab VIII

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING (FLP) UNTUK OPTIMASI HASIL PERENCANAAN PRODUKSI

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Deret Taylor & Diferensial Numerik. Matematika Industri II

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 3. Penyusunan Algoritma

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK

KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Apabila dua variabel X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variabel X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk mempekirakan / menaksir Y.

2. TINJAUAN PUSTAKA. 18 Universitas Indonesia. Penggunaan non linier..., Arief Suwandi, FT UI, 2009

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF PADA DAERAH BERSHADOWING

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

BAB II LANDASAN TEORI

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian

CONTOH SOAL #: PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA. dx dengan nilai awal: y = 1 pada x = 0. Penyelesaian: KASUS: INITIAL VALUE PROBLEM (IVP)

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

Fisika Dasar I (FI-321)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI)

VLE dari Korelasi nilai K

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Energiada adadi disekitar sekitarkita

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER. gelombang de Broglie dalam kedaan tertentu alih alih sebagai suatu kuantitas yang

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

V ANALISIS VARIABEL MODERASI DAN MEDIASI

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

Entropi 91. Perhatikan diagram kerja P-V. setiap titik pada diagram menggambarkan keadaan seimbang, sistem tertentu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Analisis Rantai Markov

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk

Solusi Ujian 2 EL2005 Elektronika Sabtu, 3 Mei

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012


Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

UNSUR-UNSUR CUACA DAN IKLlM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK

PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Transkripsi:

I. KALOR DAN HKM KE-1 1.1 Kalor Dketahu ua sstem paa suhu berbea. Apabla kontakkan satu engan yang lan melalu nng atermk, ketahu bahwa suhu keua sstem akan berubah seemkan rupa sehngga akhrnya menja sama. Gambar Aa sesuatu yang berpnah ar sstem yang lebh panas ke sstem yang lebh ngn, yang menyebabkan pemerataan suhu terrsebut. Dens Besaran yang berpnah paa kontak termal antara ua sstem berlanan suhu, sebut kalor (Lambang Q) Dar percobaan-percobaan (Rumor, Joule, Mayer ll) kemuan ketahu bahwa kalor tak lan aalah energ, sepert halnya usaha. Maka bersatuan Joule. Dahulu kalor ber satuan kalor engan nla 1 kal 4, J. 1. erpnahan kalor Dalam bab 4 telah terangkan bahwa sstem apat bernteraks engan lngkungannya melaluusaha an/atau pertukaran kalor. elah terangkan pula bagamana proses mengaakan usaha luar apat berjalan secara kuastatk. Sekarang : Bagamanakah membayangkan pertukaran kalor secara kuasstatk? Sebelum pertanyaan n jawab perlu tekankan bahwa nteraks termal apat serta kenakan suhu, namun apat juga berlangsung paa suhu tetap (Isotermal). Agar pertukaran kalor apat berlangsung secara kuasstatk perlukan reservoar kalor (RK) Dens Reservoar kalor aalah sstem yang seemkan sehngga (besarnya) sehngga suhunya maupun koornat lannya tak berubah meskpun sstem menerma atau melepaskan sejumlah kalor. Contoh : Samuera, atmoser, lngkungan an bena-bena lan berukuran besar banng ukuran sstem. a) enyerapan kalor/oleh sstem tanpa serta tanpa serta kenakan suhu apat berlangsung antara sstem an 1 RK saja, asal tak menyebabkan gejolak-gejolak alam sstem. b) Sebalknya : nteraks kalor antara sstem an lngkungan yang harus berlangsung kuasstatk an serta kenakan suhu,

memerlukan terseanya tak berhngga banyaknya RK yang masng-masng berbea suhu sekt. Sstem harus kontakkan secara termal engan ke-n RK secara berturut-turut. 1.3 erumusan hukum ke-1 Kerja aabatk (Wa) an energ alam () roses aabatk berart proses yang berlangsung tanpa aanya pertukaran kalor antara sstem an lngkungannya. In tercapa engan mengsolaskan sstem ar lngkungannya (selubung engan nng aabatk) Dbawah n tunjukkan tga cara mana kta apat melakukan usaha paa sstem secara aabatk (an kuasstatk). Cara-cara mengaakan usaha aabatk tak terbatas paa ketga contoh atas : aa banyak cara lag. Namun semua ekspermen yang pernah lakukan hngga kn menunjukkan : Kalau keaaan sstem ubah ar keaaan menja keaaan engan melakukan usaha paanya, maka usaha yang perlukan ternyata tak bergantung paa cara yang gunakan, selama cara tersebut aabtk kuasstatk. saha emkan hanya tentukan oleh keaaan akhr an keaaan awal. Dengan kata lan : Wa ak bergantung paa jalan ntegras yang tempuh, ja selalu member hasl yang sama. Secara matematk n berart : aanya suatu besaran ss yang merupakan ungs ar koornat sstem. Fugs n sebut ungs keaaan, an W a aalah sama engan perubahan besaran ss tersebut. Fungs keaaan n ber nama : energ alam sstem berlambang. apatlah kta tuls : Wa ( ) Atau Wa 0 embcaraan - ana alam rumus atas aalah sesua konvens tana yang berlaku untuk W (bab I), sebab : Apabla Wa post (Artnya : sahay lakukan paa sstem), maka energ alam nak. Seyogyanyalah emkan karena kanungan energ sstem memang bertambah. - Rumus (5.1) aalah perumusan hukum ke-1 yntuk proses-proses aabtk. Catatan : Apa sebenarnya energ alam tu?

Energ alam sstem tak lan alaah jumlah energ yang mlk partkel-partkel sstem. Kalau ε aalah energ yang mlk partkel sstem, maka energ alam seluruh sstem aalah : N 1 ε, engan N aalah jumlah partkel alam sstem. ε apat terr atas energ knetk, energ rotas, vbras, magnetk ll. Sepert telah katakan atas energ alam aalah ungs keaaan, ja apat lhat sebaga ungs ua varabel (atau koornat) sstem, yang mana saja. Msalnya, untuk sstem hrostatk, apatlah : 1 (,), hngga 1 atau (,), hngga 3 (,), hngga 3 Ketga n bersat eksak, maka an 0 erumusan hukum ke-1 secara umum aa asarnya perubahan energ alam sstem apat ukur menurut rumus (5-1) atas, yakn engan mengukur saha yang lakukan secara aabatk. etap alam praktek taklah emkan caranya. ukur paa proses nonaabatk. Sstem ber kesempatan bernteraks termal engan lngkungannya. Jelaslah bahwa untuk mencapa yang sama, perlukan jumlah usaha yang berbea. Wnon a Wa Maka : Wnon a 0 Dengan berkr sejenak, maka ruas kanan taklah lan arpaa kalor yang terlbat alam proses non-aabatk tersebut, maka peroleh persamaan Wn.a Q embcaraan : - Konvens tana untuk Q mengkut konvens tana untuk W. kalau sstem ber/menyerap kalor, sebagan energ n apat gunakan untuk menakkan energ alam sstem ( post), an ssanya untuk melakukan usaha luar (W negat). Maka ar rumus (5.3) peroleh Q post. Ja Q htung postp kalau sstem menyerap kalor - Rumus (5.3) aalah perumusan hukum ke-1 secara umum. Kalau perhatkan benar, maka a aalah suatu pernyataan kekealnya energ alam suatu proses termonamka. Karena merupakan hukum kekekalan energ, maka a harus berlakuk untuk proses apa saja; kuasstatk maupun non-kuasstatk, sotermal,m sobark an sebaganya.

Aapun bentuk erensalnya aalah : Q W - Rumus untuk proses kuasstatk, W -, maka Q Dar bentuk (5-4) apat lhat bahwa Q aalah suatu erensal yang tak eksak; ja tak menggambarkan perubahan nnt suatu ungs Q (sebaga ungs koornat), melankan Q tak lan alaah kalor alam jumlah yang sangat kecl. - Rumumus (5-1), (5-3), (5-4) an (5-5) aalah berbaga perumusan hukum ke-1 untuk sstem hrostatk. ntuk krstal paramagnetk hukum ke-1 aalah : Q - B r.m r 1.4 Kapastas kalor Apabla suatu sstem menyerap kalor an karenanya mengalam kenakan suhu, katakan bahwa sstem tersebut memlk kapastas kalor, lambang C. Dens Kalor yang serap Q 1 ( ) ( JK ) C sstem Kenakan suhu yang tmbul Q Q C( Sstem) L Im 0 C 1 1 C 1 1 c( Spesk) ( JK )( kg ) an C( molar) ( JK mol ) M n ntuk suatu sstem hrostatk sepert gas kenal ua macam kapastas kalor, yakn (Kapasstas kalor paa tetap) an Cp (Kapastas kalor paa tetap) keua kapastas kalor merupakan ungs ar koornat, namun alam soal serng anggap tetapan. Hubungan antara keua kapastas kalor terungkap sebaga berkut : Q aalah hukum ke-1 untuk proses kuasstatk nnt. Apabla kanan-kr bag peroleh : Q ; Apabla perubahan suh n berlangsung paa tetap (erhatkan bahwa n berart berlangsungnya suatu proses) Q 0, maka peroleh ; Q (, ) Nyata ar ungkapan n bahwa aalah ungs ar an. ngkapan untuk Cp peroleh sebaga berkut : Anggaplah (,) skan ke alam hukum ke-1, maka peroleh :

Q ; bag kanan kr engan, maka Q. Kalau pemanasan berlangsung paa tekanan tetap, maka Q, tetap ruas kr Cp, maka Cp, yang mana umumnya merupakan ungs ar an. atau ( ) Cp (Rumus n pentng). Contoh Dar suatu sstem ketahu ab/ C an b. Car Jawab Karena keua erensal parsal yang berpasangan ketahu, maka ungsnya apat tentukan asal syarat Euler penuh (Memang penuh sn). ( ) 1 b b b C b a b Kesmpulan : C a C a maka 3 C a b