RANGKUMAN BMC DALAM BAHASA INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
RANGKUMAN BMC DALAM BAHASA INDONESIA

Tuangkan Ide Bisnis mu di Business Model Canvas

BAB II BUSINESS CANVAS

BMC Summary and Simple Example for E2

PENGANTAR BISINIS INFORMATIKA. Komang Anom Budi Utama, SKom

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Refining Key Resources and Partnerships week 12 (11 Mei 2016):

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

a home base to excellence Mata Kuliah : Rancangan Bisnis (Kewirausahaan Lanjut) Kode : LSE 304 Review BMC Pertemuan - 1

ANALISA PENERAPAN BUSINESS MODEL CANVAS PADA TOKO MOI COLLECTION

BUSINESS MODEL CANVAS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 FINAL DESIGN OF BUSINESS MODEL

BAB V KESIMPULAN. V.1 Kesimpulan Model Bisnis Distro Dista. Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda

BAB I PENDAHULUAN. Republika.co.id, Jakarta)

BAB III DESAIN AKHIR

Menyusun Model Bisnis dengan Puzzle (1/2)

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN BISNIS PADA DEPOT DAHLIA MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS

BUSINESS MODEL CANVAS PADA UD SVASTIKA JAYA

DESKRIPSI MODEL BISNIS PADA PT JOYO BEKTI INDAH MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS

PERANCANGAN BUSINESS MODEL CANVAS EUNIQE PICNICROLL

FORMULASI MODEL BISNIS PADA TOKO SINAR BANGUNAN MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS

MENGENAL BUSSINESS MODEL CANVAS (BMC) DALAM DUNIA START UP

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan dan Kegunaan Penelitian 11

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BUSINESS MODEL CREATION

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS BUSINESS MODEL CANVAS PADA CV. TRIPUTRA PERKASA

PENGEMBANGAN MODEL BISNIS SANDIWARA STORE DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BUSINESS MODEL CANVAS

BAB 2 KERANGKA TEORI

BAB III BUSINESS MODEL CANVAS

Business Model Canvas (Kanvas Model Bisnis)

STRATEGIC PLANNING Strategic Planning Proses manajerial Growth Competitive Position Geographic Scope Objective lain

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB III BUSINESS MODEL CANVAS

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Indeks Beberapa Konsumsi Kelompok Barang/Jasa Triwulan III-2015 (BPS Jawa Barat, 2015)

BAB 2 DASAR TEORI Business Model Canvas. Bisnis model dideskripsikan sebagai alasan bagaimana sebuah organisasi

TUGAS UAS ANALISA TERHADAP PERUSAHAAN ONLINE STUDI KASUS AMAZON.COM, INC.

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode,

Road to PMW UB. Nadiyah Hirfiyana Rosita, MM.

PERANCANGAN BISNIS UNTUK CABANG BARU UD ANDY MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BUSINESS MODEL CANVAS

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS DENGAN PENDEKATAN BUSINESS MODEL CANVAS PADA UD. MOGA JAYA SURABAYA

ANALISIS BUSINESS MODEL CANVAS PADA CV. KAYU MURNI SURABAYA

BAB III BUSINESS MODEL

EVALUASI DAN PERANCANGAN MODEL BISNIS PADA KAISAR ORGANIZER DENGAN BUSINESS MODEL CANVAS

EVALUASI DAN PERANCANGAN MODEL BISNIS BERDASARKAN BUSINESS MODEL CANVAS

BUSINESS TECHNOLOGY INCUBATION CENTER

Modul Latihan Penyusunan Model Bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum Perusahaan

MODEL BISNIS PADA PT. INTEGRASI KREATIF SEMESTA (INCREASE), SURABAYA JAWA TIMUR MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan mereka. Ada beberapa cara untuk menjaga kesehatan salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Hongkong, dan Australia. Selama periode Januari-November 2012, data

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 FINAL DESIGN OF BUSINESS MODEL

DAFTAR ISI. Lembar Judul... i Lembar Pengesahan... ii. Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Daftar isi... v

MODEL BISNIS PADA CV FANG YANG WOOD MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS

MODEL BISNIS KOMUNITAS KREATIF DAGO POJOK

BAB III BUSINESS MODEL CANVAS

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

MODEL BISNIS PADA PERUSAHAAN X MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS

EVALUASI MODEL BISNIS PADA PERUSAHAAN X MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS

BAB II LANDASAN TEORI

MODEL BISNIS COLLEGES NEED MENGGUNAKAN PENDEKATAN BUSINESS MODEL CANVAS

ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS PADA PT.BONLI CIPTA SEJAHTERA DENGAN PENDEKATAN BUSINESS MODEL CANVAS

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Model bisnis E-commerce Produk Pertanian (Studi kasus pada PT. Limakilo Maju Bersama petani)

BAB 3 BUSINESS MODEL

BAB 3 FINAL DESIGN BUSINESS MODEL

FORMULASI BUSINESS MODEL CANVAS PADA SIFU PUDDING CREAM JAKARTA

Penerapan Bisnis Model Kanvas Dalam Penentuan Rencana Manajemen Usaha Jasa Pengiriman Dokumen Di Denpasar

AGORA Vol. 5, No. 3, (2017) 1

TELKOM UNIVERSITY FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS JURUSAN/PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI BISNIS RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

PERANCANGAN MODEL BISNIS ALAT PENGHASIL BIOGAS DENGAN PENDEKATAN BUSINESS MODEL CANVAS (BMC) (STUDI KASUS BIOGAS BERBAHAN BAKU LIMBAH MENDONG)

BAB III BUSINESS MODEL CANVAS

BAB II BISNIS MODEL KANVAS

BAB 1 LATAR BELAKANG

Key Ac;vi;es week 11 (4 Mei 2016): Champion s BMC Airplane Factory Simula;on

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi convenience store, serta banyaknya kompetitor membuat

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II VALUE PROPOSITION

DAFTAR ISI Bab I Pendahuluan. Bab II Landasan Teori...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek penelitian Sejarah Resto Rumah Soto Padang Gambar 1. 1 Logo Resto Rumah Soto Padang

Analisis Model Enterprise Architecture Pada Sebuah Stasiun Televisi

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi bisnis saat ini telah mendapat tantangan besar dari persainganusaha

APPLE SERVICE CENTER DI SURABAYA

BAB 2 LANDASAN TEORI

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 4533

Menurut Kurtz (2008,45), SWOT analisis adalah suatu alat perencanaan. strategik yang penting untuk membantu perencana untuk membandingkan kekuatan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Business Plan 1. Mengenal Bisnis Anda

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kebutuhan sandang. Kehidupan sehari hari manusia tidaklah pernah terlepas

BAB 2 VALUE PROPOSITION (DEVELOPMENT & JUSTIFICATION)

Transkripsi:

RANGKUMAN BMC DALAM BAHASA INDONESIA Sumber: Nuradhi, M. (2015), Kajian Business Model Canvas pada Biro Konsultan Arsitektur dan Desain Interior Hadiprana, Tesis Magister Manajemen Universitas Ciputra, Surabaya. Osterwalder, Alexander and Pigneur, Yves. (2010) Business Model GeneraVon. New Jersey: John Wiley and Sons Inc

Apa itu BMC BMC adalah business plan yang formatnya diinovasi menjadi hanya satu halaman yang dibagi menjadi 9 blok masing masing berisi 9 elemen esensial untuk merencanakan start-up maupun business development. Sembilan building blocks atau elemen dasar dalam mendesain bisnis model dan pengembangan bisnis ini meliputi: customer segments, value propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key partnerships dan cost structure. Berikut ini adalah penjelasan tentang masing-masing blok tersebut (Osterwalder dan Pigneur, 2010: 20-41).

Blok Customer Segments Customer segments adalah segmen dari customer yang dituju oleh suatu organisasi. Segmen yang dituju akan menjadi acuan desain dan pelaksanaan sebuah bisnis. Beberapa tipe Customer Segments adalah mass market dimana customers terdiri dari banyak orang dengan kebutuhan yang sama; niche market dimana customers terdiri dari sejumlah kecil orang dengan kebutuhan yang sangat spesifik; segmented dimana customers terbagi menjadi beberapa grup dengan kebutuhan yang sedikit berbeda satu sama lain; diversified dimana customers terdiri dari dua segmen atau lebih yang benar benar berbeda satu sama lain; dan multi-sided platforms dimana customers terdiri dari beberapa segmen yang berbeda tapi saling berkaitan satu dengan yang lain.

Blok Value Proposi>ons Value Propositions adalah solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan dan memenuhi kebutuhan dari customer yang dituju di blok Customer Segments. Value bisa berupa kebaruan (newness), perbaikan performa berkesinambungan (Performance), customization, reliabilitas (getting the job done), desain (design), brand status, harga (price), pengurangan biaya (cost reduction), pengurangan resiko (risk reduction), aksesibilitas (accessibility) dan kenyamanan/ penggunaan (Convenience/ Utility)

Blok Channels Channels adalah bagaimana sebuah perusahaan menyampaikan penawaran valuenya ke segmen yang dituju, dalam hal ini mencakup saluran komunikasi, saluran distribusi dan saluran penjualan. Dengan mengisi blok ini pengguna bisa merencanakan tipe dan tahapan saluran penyampaian yang digunakan. Tipe-tipe channel meliputi direct channels yang terdiri dari sales force, websales, social media dan penjual eceran. Type indirect channel meliputi toko/ gedung, website, marketing tools. Kepemilikan bisa sendiri atau berpartner. Sedangkan tahapan yang terjadi dalam proses menyampaikan dari awal hingga akhir adalah tahapan: awareness, evaluation, purchase, delivery dan after sales.

Blok Customer Rela>onships Customer relationships adalah cara perusahaan berinterkasi dengan segmen yang dituju. Beberapa tipe relationship yang disebut dalam buku ini adalah personal assistance, dedicated personal assistance, self service, automated service, communities dan co-creation dimana customer dilibatkan untuk inovasi performa layanan dan produk.

Blok Revenue Streams Revenue Streams adalah bagaimana sistem aliran pemasukan dan sistem penentuan harga dari semua kegiatan di blok Value Propositions dan Key Activities. Beberapa cara untuk menghasilkan aliran pemasukan bisa dengan penjualan penjualan produk atau jasa (Asset sale), biaya penggunaan (usage fee), biaya berlangganan (subscription fee), biaya sewa (rental fee) dan lisensi (license fee), biaya broker (brokerage fee), biaya iklan (advertising fee). Setelah menentukan cara, selanjutnya pebisnis menentukan pricing mechanism apakah menggunakan fixed menu pricing atau dynamic pricing untuk tiap-tiap cara tersebut.

Blok Key Ac>vi>es Key Activities adalah aktivitas utama untuk mengoperasikan bisnis. Aktivitas ini bisa berupa produksi barang(production) maupun jasa (problem solving) atau membuat dan melaksanakan aktivitas penghubung (platform/ network).

Blok Key Resources Key Resources mendeskripsikan sumber daya yang paling penting yang dibutuhkan sebuah perusahaan untuk bisa mengoperasikan semua bloknya. Sumber daya utama ini bisa berupa SD intelektual (Intellectual), SD fisik (physical), SD finansial (financial) dan SD manusia (Human).

Blok Key Partnership Key Partnership adalah partner utama dari luar organisasi yang sangat dibutuhkan untuk beroperasi. Motivasi yang mendasari untuk berpartner ada tiga yaitu untuk mengoptimalkan skala bisnis, mengurangi resiko dan ketidakpastian atau mengakuisisi aktifitas dan sumber daya tertentu yang dibutuhkan. Berdasarkan jenis motivasi, pebisnis bisa menentukan siapa yang tepat dijadikan partner dan peran apa yang akan dijalankan oleh partner tersebut. Type partnership dengan non kompetitor disebut strategic alliance, dengan kompetitor disebut co-opetition, dengan penyedia disebut buyer-supplier, menggabungkan dua perusahaan menjadi satu disebut joint-venture

Blok Cost Structure Cost Structure adalah blok yang mendeskripsikan semua pembiayaan operasional di tujuh blok lainnya. Dari deskripsi ini bisa diketahui blok mana yang paling mahal, mana yang paling murah dan mana yang bisa diefektifkan. Selanjutnya bisa diketahui model pembiayaan seperti apa yang tepat untuk digunakan dalam operasional, apakah itu costdriven, value-driven. Sedangkan komponen dalam pembiayaan meliputi: biaya tetap (fixed costs), biaya tidak tetap (variable costs)

Gambar Nine Building Blocks Dalam Template Business Model Canvas

Patra BMC (BMC PATTERN) Desainer dari Business Model Canvas memetakan ratusan strategi pengembangan bisnis dari hasil upload para pebisnis yang menggunakan BMC ke situs resmi businessmodelgeneration.org menjadi lima patra dalam pengembangan bisnis. Patra-patra itu meliputi: unbundled corporation, Long tail, multisided platform, free, open business modeling. Masing-masing patra dijelaskan dengan contoh nyata dari banyak perusahaan berskala global (Osterwalder dan Pigneur, 2010: 56-73). Berikut adalah penjelasan tentang masing masing patra BMC ini.

Unbundled corpora:on dipaparkan di Harvard Business Review oleh Hagel, John, Singer, Marc. March April 1999. Suatu model bisnis yang ketiga core business- nya: customer relationships, product innovations, infrastructure, yang masing-masing punya karakter ekonomi, kompetitor dan budaya imperatif yang berbeda akan tetapi disatukan di dalam sebuah perusahaan. Implementasi model ini dengan cara: outsourcing, atau membagi jadi divisi divisi dan masing masing divisi mempunyai desain BMC. Contohnya Apple Ipod dan Apple Application Store ITunes (Osterwalder dan Pigneur, 2010: 56-73). Untuk contoh di Indonesia, pola ini sering digunakan dalam Badan Usaha Milik Negara, contohnya PT. Telkom yang melakukan joint operation dengan swasta asing untuk infrastruktur dan customer relationship. Di sektor swasta, Grup Ciputra, dan Grup Lippo mempunyai patra yang hampir sama, melakukan unbundling dengan pembedaan divisi properti, edukasi dan manajemen properti, selain itu dua korporasi ini melakukan outsourcing jasa konsultan desain dan konstruksi untuk produksi properti mereka.

Long Tail Business Model yang dipaparkan oleh Anderson, Chris (2004) adalah patra yang kedua. Pola ini fokus pada penawaran banyak macam produk yang masing-masing hanya dijual dengan jumlah dan frekuensi terbatas, big revenue didapatkan dari penjumlahan semuanya, ketertarikan pembeli semata mata karena banyaknya pilihan (selling less of more). Lawan dari top 20% selling method atau best seller centric, pola ini lebih mengarah pada penjualan yang jarang tapi sekali terjual bisa mencakup semua pengeluaran. Menurut Anderson, Chris (2006), Long tail: Low inventory cost, strong platform. Contoh: Netflix dan Lulu (self publishing services), serta Lego User Generated Content (Osterwalder dan Pigneur, 2010: 65-74). Bisnis di Indonesia yang menggunakan model bisnis seperti ini contohnya adalah para penjual mobil bekas, kolektor batik langka, buku langka, lukisan, pemilik galeri seni dan toko kerajinan untuk high-end buyer.

Mul:sided Pla=orm dipaparkan oleh Eisenmann, Parker, Van Alstyne di Harvard Business Review, October 2006 dikutip oleh Osterwalder dan Pigneur, 2010 adalah patra yang ketiga. Pola ini punya dua group customer yang benar benar berbeda tapi saling membutuhkan, value dan revenue datang dari aktivitas menjadi fasilitator antara dua group ini. Contoh: Google, ebay, Microsoft Window, Finansial Times, Visa, Facebook, Apple, Wii. Kunci sukses adalah value propositions dan customer releationships harus didesain secara spesifik per group customer (Osterwalder dan Pigneur, 2010: 75-106). Di Indonesia, patra ini banyak digunakan pada bisnis perantara jual beli. Customer Segment yang dilayani oleh bisnis ini terbagi jadi penjual dan pembeli barang. Contohnya antara lain: toko emas, bayibekas.com, preloved branded bags, Sidharta Auctioneer for affordable art, tokobagus.com, blibli.com dan masih banyak lagi.

Free Business Model dipaparkan oleh Anderson, Chris (2008) dalam buku Free: The Future of a Radical Price. Patra ini adalah patra yang keempat yaitu sebuah model bisnis yang memungkinkan salah satu segmennya bisa menggunakan produk atau jasa dengan gratis. Segmen yang tidak dikenakan biaya ini dibiayai oleh segmen lain. Contohnya seperti Facebook, Google, Yahoo yang mendapatkan revenue dari pemasang iklan. Bisa juga dengan menawarkan layanan dasar gratis tapi apabila hendak meningkat ke premium maka ada beban biaya, contohnya seperti beberapa aplikasi Android seperti Skype, Linkedin, Kaskus, Dropbox dan lain-lain (Osterwalder dan Pigneur, 2010: 88-107). Dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia, contohnya adalah Kaskus, yang menyediakan layanan gratis untuk layanan dasar, sekaligus juga menyediakan yang berbayar berupa premium membership apabila membutuhkan layanan penuh. Contoh yang diluar bisnis online sering dijumpai pada bisnis hiburan, yang menggratiskan tiket masuk dan pertunjukan musik, revenue didapatkan dari penjualan makanan dan minuman.

Open Business Model dipaparkan oleh Chesbrough, Henry pada artikel The Era of Open Innovation. MIT Sloan Management Review (2003) no. 3, dikutip oleh Osterwalder dan Pigneur 2010 adalah patra yang kelima. Model bisnis ini dipicu oleh era open innovation, dimana sebuah perusahaan menghasilkan dan menangkap value dengan berkolaborasi dengan pihak luar. Dua patra kolaborasi yang terjadi adalah kolaborasi dari luar ke dalam dan kolaborasi dalam ke luar. Kolaborasi luar ke dalam adalah mengeksploitasi ide dan penemuan dari luar, sebaliknya kolaborasi dalam ke luar adalah menyediakan ide, teknologi atau penemuan untuk pihak luar melalui paten dan lisensi. Dua perusahaan besar yang kerap melakukan patra ini adalah Nestle dan Procter and Gamble (Osterwalder dan Pigneur, 2010: 108-117). Di Indonesia, untuk open innovation baru dilakukan oleh perusahaan asing yaitu Unilever yang membuka undangan untuk kegiatan co-creation pada website versi Indonesia. Sedangkan perusahaan Indonesia yang melakukan ini masih sangat jarang, diantaranya ada PT.ASA Forestry dan PT. ASA Timber Estate. Dua perusahaan ini melakukan open sourcing dengan pemilik modal perorangan, pemilik lahan budidaya kayu, komunitas petani penggarap dan lembaga desa untuk berkolaborasi mengelola hutan dan hasil hutan.

HAPPY READING