BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PROSES KERJA DAN MATERIAL

M A K A L A H Operation Process Chart Of Banquet Chair Disusun Oleh :...(...) Muhammad Faisol Bahri ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

CONTOH OPC DAN FPC. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) TUGAS PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI AYU DINI R

MODUL 4 PERENCANAAN PROSES

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

PETA-PETA KERJA. Kata kunci : Peta-Peta Kerja, Proses Operasi, Kotak Kado

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

PERANCANGAN PROSES 81

PETA PETA KERJA. Nurjannah

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Proces Design. Bentuk Mutu. Volume Type. Bentuk. Volume. Bahan. Mutu. Type. Bahan. Plant. Plant

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

BAB VI LINE BALANCING

SISTEM PRODUKSI PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT. Disusun Guna Menunjang Praktikum Sistem

PETA KERJA UNTUK ANALISA KERJA KESELURUHAN

BAB II LANDASAN TEORI. Toyota Production System atau yang biasa disingkat menjadi TPS. TPS adalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisa Tata Letak Pabrik dan Perhitungan Waktu Baku Pabrik Helmet

BAB VI LINE BALANCING

BAB 2 LANDASAN TEORI

practicum apk industrial engineering 2012

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA

TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

Systematic Layout Planning

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING

BAB 4 PEMBAHASAN MASALAH DAN ANALISA

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN KERJA PETA-PETA KERJA

Modul III: Analisis Sistem Manufaktur

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB II LANDASAN TEORI

Program Studi Teknik Industri Page 1 Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN

Bagian Assembly Chart

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PROSES PRODUKSI KEPALA KEMUDI DAN KINERJA OPERATOR PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR RANGKA SEPEDA MOTOR

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 6 USULAN DAN ANALISIS

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan

BAB VII SIMULASI CONVEYOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan secara terus-menerus

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

BAB III LANDASAN TEORI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN ACARA II PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

MODUL PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA TIM PENYUSUN: ASISTEN LABORATORIUM

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN PRODUKSI F I T H R O T I N M A U L I D I Y A H A L F A I D A H

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PRODUKSI SEPATU MILITER DI PT. MARINO PELITA INDONESIA

Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA

BAB 2 LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada

PERANCANGAN STANDARD OPERATING PROSEDURES (SOP) KEGIATAN GENERAL CLEANING DAN SET UP MESIN PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT.

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama dalam menghadapi perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang. Para

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan Materi #6

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PEMBUATAN ROUTING SHEET DAN MULTIPLE PRODUCT PROCESS CHART ASISTEN PRAKTIKUM PLO 2015

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

II-13 BAB II OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM 2.1 Landasan Teori Peta proses operasi adalah peta kerja yang yang mencoba menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut menjadi elemen-elemen operasi secara detail. Tahapan proses operasi kerja harus diuraikan secara logis dan sistematis. Keseluruhan operasi kerja dapat digambarkan dari awal (raw material) sampai menjadi produk akhir (finished goods product), sehingga analisis perbaikan dari masing-masing operasi kerja secara individual maupun urutan-urutannya secara keseluruhan akan dapat dilakukan. Peta operasi ini umumnya digunakan untuk menganalisis operasi-operasi kerja yang memakan waktu beberapa menit per siklus kerjanya (Sritomo, 1992). Peta proses operasi memiliki beberapa kegunanaan dan informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi. Kegunaan peta proses operasi adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 1979): a. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya. b. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan menghitung efisiensi di tiap operasi/pemeriksaan). c. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik. d. Sebagai alat untuk menentukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai. e. Sebagai alat untuk latihan kerja. f. Dan lain-lain. II-1

II-2 Peta-peta kerja yang biasa digunakan pada perusahaan dikembangkan oleh Gilberth yang dibuat untuk membuat suatu peta kerja. Adapun lambang-lambang yang umum digunakan adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 1979). OPERASI Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat baik fisik maupun kimiawi. Kegiatan operasi ini juga menggambarkan kegiatan mengambil informasi maupun memberikan informasi pada suatu keadaan. PEMERIKSAAN Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini digunakan jika melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek atau membandingkan obyek tertentu dengan suatu standar. TRANSPORTASI Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja, dan perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi. Suatu pergerakan yang merupakan bagian dari operasi atau disebabkan oleh pekerja pada tempat bekerja sewaktu operasi atau pemeriksaan berlangsung bukanlah merupakan transportasi. MENUNGGU Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja, dan perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar). Kejadian ini menunjukan bahwa suatu objek

II-3 ditinggalkan untuk sementara tanpa pencatatan sampai diperlukan kembali. PENYIMPANAN Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan pada jangka waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut diambil kembali, biasanya memerlukan prosedur perizinan tertentu. Lambang ini digunakan untuk menyatakan suatu obyek yang mengalami penyimpanan permanen. AKTIVITAS GABUNGAN Lambang yang satu ini menunjukkan sebuah aktivitas gabungan. Kegiatan yang terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan kebersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja. Assembling Proces Chart (APC) merupakan peta yang menggambarkan langkah-langkah proses perakitan yang akan dialami komponen berikut pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi selesai. APC atau disebut juga sebagai peta proses perakitan memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah menentukan kebutuhan operator, mengetahui kebutuhan tiap komponen, alat untuk menentukan tata letak fasilitas, alat untuk menentukan perbaikan cara kerja, dan alat untuk latihan kerja (Scribd, 2012). Menurut Gaspersz (2004), struktur produk atau BOM didefinisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufakturing. Struktur produk adalah suatu susunan hirarki dari komponen-komponen pembentuk suatu produk akhir. Biasanya produk akhir ditempatkan di level 0, komponen pembentuk berikutnya adalah

II-4 ditempatkan di level 1, dan seterusnya. Pada umumnya produk akhir disebut juga induk atau parent dan komponen pembentuknya disebut juga anak atau child. Terdapat dua teknik yang digunakan p a d a struktur produk, yaitu seperti yang dijelaskan di bawah ini (thesis.binus.ac.id, 2012): 1. Explosion, yaitu suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah. 2. Implosion, yaitu suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari komponen sampai induk atau level atas. Struktur produk akan menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam komponen-komponen fabrikasi kemudian komponen-komponen itu bergabung secara bersama untuk membuat sub assemblies, kemudian sub assemblies bergabung bersama membuat assemblies dan seterusnya sampai produk akhir. Manfaat struktur produk adalah sebagai berikut (thesis: binus, 2012). 1. Mengetahui berapa jumlah item penyusunan suatu produk akhir. 2. Memberikan rincian mengenai komponen apa saja yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk. Bill of Material (BOM) merupakan rangkaian struktur semua komponen yang digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai dengan master production scheduling. Bill Of Material (BOM) adalah daftar (list) dari material atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur, dan dibuat produk akhir. Ada beberapa format dari Bill of Material (BOM), yaitu (thesis: binus, 2012):

II-5 1. Single-Level BOM, merupakan BOM yang menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level komponenkomponen pembentuknya. 2. Multi-Level BOM, merupakan BOM yang menggambarkan struktur produk lengkap dari level 0 sampai level paling bawah. 3. Indented BOM, adalah BOM yang dilengkapi dengan informasi level setiap komponen. 4. Summarized BOM, merupakan BOM yang dilengkapi dengan jumlah total tiap komponen yang dibutuhkan 2.2 Pembahasan Pembahasan ini berisi suatu pengolahan data tentang OPC, APC, struktur produk, dan BOM. Akan tetapi sebelum melakukan proses pengolahan data tersebut harus terlebih dahulu melakukan pembuatan produk lemari tas. Pembuatan lemari tas ini bertujuan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data yang diperlukan pada modul OPC, APC, struktur produk, dan BOM. Pembuatan lemari tas memerlukan beberapa kebutuhan seperti bahan-bahan dan peralatan. Kebutuhan tersebut dapat diketahui pada tabel 2.1, tabel 2.2, tabel 2.3, tabel 2.4 tentang komponen utama beserta perhitungan harga per komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan lemari tas. Tabel 2.1 Komponen Utama No. Komp. Nama Komponen Komp. Assy Tipe Ukuran Pakai (cm) (pxlxt) Ukuran Terima (cm) (pxlxt) Berat/ komp. (kg) Harga/ unit (Rp) 002 Bawah 1 kayu 44,8 x 52 x 1,5 120 x 52 x 1,5 2,4 11200 003 samping 2 kayu 37,5 x 52 x 1,5 120 x 52 x 1,5 2,2 9375

II-6 Tabel 2.1 Komponen Utama (Lanjutan) No. Komp. Nama Komponen Komp. Assy Tipe Ukuran Pakai (cm) (pxlxt) Ukuran Terima (cm) (pxlxt) Berat/ komp. (kg) Harga/ unit (Rp) 004 Tengah 1 kayu 52 x 42 x 1,5 79 x 65 x 1,5 1,8 8506 005 Atas 1 kayu 44,8 x 52 x 1,5 120 x 52 x 1,5 1,8 11200 006 belakang 1 kayu 45 x 40 x 1,5 55 x 40x 1,5 1,2 12273 007 Pintu bawah 1 kayu 44,8 x 20 x 1,5 120 x 52 x 1,5 0,9 4308 008 Pintu atas 1 kayu 44,8 x 20 x 1,5 79 x 65 x 1,5 0,8 3490 Ukuran Pakai Harga per komponen = Harga Beli Ukuran Diterima Harga Komponen papan bawah = Harga Komponen papan tengah = Harga komponen papan belakang = 44,8 x 52 x 1,5 120 x 52 x 1,5 = Rp 11200 52 x 42 x 1,5 79 x 65 x 1,5 = Rp 8506 45 x 40 x 1,5 55 x 40 x 1,5 = Rp 12273 Rp 30000 Rp 20000 Rp 15000 No Komp. Nama Komponen Tabel 2.2 Komponen Tambahan Vol. Assy Tipe Ukuran Kemasan (cm) Ukuran tersedia Berat/komp Harga/unit (kg) (Rp) 009 Sekrup 3 cm 28/36 Besi 100 36 0,56 300 010 Sekrup 2 cm 20/20 Besi 100 20 0,5 200 011 Engsel sendok 4/4 Besi 12 4 1 6000 012 Handle pintu 2/2 Besi 20 2 0,7 5000

II-7 Tabel 2.3 Data-Data Komponen (Utama dan Tambahan) No.Komp. Nama Komponen Simbol Kuantitas 001 Lemari Tas LT 1 002 Bawah PH 1 003 Samping PS 2 004 Tengah PT 1 005 Atas PA 1 006 Belakang PG 1 007 Pintu Bawah PPB 1 008 Pintu Atas PPA 1 009 Sekrup 3 cm SK 3 28 010 Sekrup 2 cm SK 2 20 011 Engsel Pintu EP 4 012 Handle Pintu HND 2 Tabel 2.4 Data Pencatatan Waktu Perakitan (Menit) No Nama Komponen Perakitan (Menit) Kuantitas Rata-rata I II III 1 Komp. PH dan komp. PS (Assy. 1) 5,48 5,23 5,25 1 5,32 2 Komp. PT dan Assy. 1 (Assy. 2) 6,30 6,10 6,00 1 6,13 3 Komp. PA dan Assy. 2 (Assy. 3) 7,10 6,10 6,06 1 6,42 4 Komp. PG dan Assy. 3 (Assy. 4) 2,40 2,33 2,30 1 2,34 5 Komp. PPB dan Assy. 4 (Assy. 5) 2,50 2,02 2,05 1 2,19 6 Komp. PPA dan Assy. 5 3,00 2,10 2,01 1 2,37 Total 26,78 23,88 23,67 6 24,76 Berdasarkan dari data tabel 2.4 yaitu, data pencatatan waktu perakitan maka dapat diketahui waktu siklus, waktu normal, serta waktu baku dari proses perakitan komponen lemari tas. Waktu siklus merupakan waktu penyelesaiaan satu satuan

II-8 produksi mulai dari bahan baku atau mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. Waktu normal merupakan waktu penyelesaiaan suatu pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam kondisi wajar dan kemampuan rata-rata. Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan sewajarnya oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaan yang dikerjakan dalam sistem kerja yang terbaik pada saat itu. Waktu Siklus (Ws) Ws Perakitan 1 = 5,48 + 6,30 + 7,10 + 2,40 + 2,50 + 3,00 = 26,78 menit Ws Perakitan 2 = 23,88 menit Ws perakitan 3 = 23,67 menit Sehingga, Ws = 26,78+23,88+23,67 3 = 24,7 menit Waktu Normal Wn = Ws p Wn = 24,7 1 = 24,7 menit Kelonggaran pada perakitan lemari tas, yaitu untuk kebutuhan pribadi (tenaga yang cukup besar yang dikeluarkan pada proses perakitan, gerakan yang terbatas, dan sikap badan yang berdiri tegak saat perakitan) sebesar 13%. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique ialah 1% dan kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan yang harus diberikan untuk operator ialah 1%. Maka kelonggaran total yang harus diberikan bagi operator adalah (13 + 1 + 1)% = 15%.

II-9 Waktu Baku (Wb) Wb = Wn (1 + l) Wb = 24, 7 (1 + 0,15 ) = 28,4 menit Scrap merupakan sebuah sisa bahan baku berupa serbuk yang dilakukan ketika melakukan proses produksi. Scrap tersebut dapat diketahui berdasarkan perhitungan dimana sesuai dengan komponen yang dibuat. Perhitungan scrap dilakukan untuk mengetahui bahwa proses yang dilakukan agar pembuatan masing-masing komponen lemari tas tidak terbuang berlebihan, sehingga kerugian akan didapat. Nama Komp. Bawah Samping Tengah Atas Belakang Pintu Bawah Pintu Atas Tabel 2.5 Perhitungan Scrap Operasi Sebelum Proses Setelah Proses (Ukuran Dipakai) %Scrap (Ukuran Diterima) Mengukur 50 x 52 x 1,5 50 x 52 x 1,5 0 Memotong 50 x 52 x 1,5 44,9 x 52 x 1,5 0,2 Meratakan 44,9 x 52 x 1,5 44,8 x 52 x 1,5 0,2 Melubangi 44,8 x 52 x 1,5 (44,8 x 52 x 1,5) (0,3768 x 8) 0,086 Mengukur 37,7 x 52 x 1,5 37,7 x 52 x 1,5 0 Memotong 37,7 x 52 x 1,5 37,6 x 52 x 1,5 0,2 Meratakan 37,6 x 52 x 1,5 37,5 x 52 x 1,5 0,2 Melubangi 37,5 x 52 x 1,5 (37,5 x 52 x 1,5) (0,3768 x 8) 0,103 Mengukur 52,2 x 42 x 1,5 52,2 x 42 x 1,5 0 Memotong 52,2 x 42 x 1,5 52,1 x 42 x 1,5 0,2 Meratakan 52,1 x 42 x 1,5 52 x 42 x 1,5 0,2 Melubangi 52 x 42 x 1,5 (52 x 42 x 1,5) (0,3768 x 8) 0,092 Mengukur 50 x 52 x 1,5 50 x 52 x 1,5 0 Memotong 50 x 52 x 1,5 44,9 x 52 x 1,5 0,2 Meratakan 44,9 x 52 x 1,5 44,8 x 52 x 1,5 0,2 Melubangi 44,8 x 52 x 1,5 (44,8 x 52 x 1,5) (0,3768 x 8) 0,086 Mengukur 45,2 x 40 x 1,5 45,2 x 40 x 1,5 0 Memotong 45,2 x 40 x 1,5 45,1 x 40 x 1,5 0,2 Meratakan 45,1 x 40 x 1,5 45 x 40 x 1,5 0,2 Melubangi 45 x 40 x 1,5 (45 x 40 x 1,5) (0,3768 x4) 0,056 Mengukur 45 x 20 x 1,5 45 x 20 x 1,5 0 Memotong 45 x 20 x 1,5 44,9 x 20 x 1,5 0,2 Meratakan 44,9 x 20 x 1,5 44,8 x 20 x 1,5 0,2 Melubangi 44,8 x 20 x 1,5 (44,8 x 20 x 1,5) (0,1413 x10) 0,052 Mengukur 45 x 20 x 1,5 45 x 20 x 1,5 0 Memotong 45 x 20 x 1,5 44,9 x 20 x 1,5 0,2 Meratakan 44,9 x 20 x 1,5 44,8 x 20 x 1,5 0,2 Melubangi 44,8 x 20 x 1,5 (44,8 x 20 x 1,5) (0,1413 x10) 0,052

II-10 Contoh perhitungan scrap pada komponen papan bawah: % scrap hasil memotong = 1- = 1- % scrap hasil meratakan = 1- ukuran dipakai 100% ukuran diterima 44,9 52 1,5 50 52 1,5 44,8 52 1,5 44,9 52 1,5 100% = 0,2 % % scrap pada hasil melubangi dengan mesin bor, yaitu 100% = 0,2 % Volume lubang sekrup 3 cm = 1 4 π d2 t = 1 3,14 4 0,42 3 = 0,3768 Apabila jumlah lubang yang dibuat 8 buah yaitu 0,3768 8 = 3,0144 Sehingga % scrap = 1- = 1- ukuran diterima-volume scrap ukuran diterima 100% (,, ), 100% = 0,086%,, Peta kerja merupakan alat sistematis dan jelas yang menggambarkan seluruh kegiatan proses operasi dari pembuatan sebuah produk. Peta kerja memiliki beberapa macam seperti peta proses operasi dan peta proses perakitan. Peta proses operasi merupakan peta yang menggambarkan proses operasi secara keseluruhan baik dari proses pembuatan sampai dengan proses perakitan. Namun untuk peta proses perakitan merupakan peta yang menggambarkan kegiatan atau aktivitas proses perakitan dari komponen satu dengan komponen lainnya sampai menjadi komponen yang utuh atau produk jadi. Peta proses operasi dan peta proses perakitan dalam pembuatan lemari tas dapat dilihat pada gambar 2.1 dan 2.2.

II-11 II-11 Gambar 2.1 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)

II-12 II-12 Gambar 2.2 Peta Proses Perakitan (Assembly Procces Chart)

II-13 Explotion merupakan BOM dengan urutan dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah. Pembuatan lemari tas dibuat explotion dengan tujuan menunjukkan komponen-komponen yang membentuk suatu induk dari level paling atas sampai level terbawah. Struktur produk explotion dapat dilihat pada gambar 2.3. Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 Level 6 Gambar 2.3 Struktur Produk Explotion

II-14 Proses pembuatan struktur produk explotion tersebut telah dilakukan, maka selanjutnya ialah membuat BOM (Bill of Material). BOM ini dibuat dengan tujuan mengetahui komponenkomponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufakturing yang dibutuhkan dalam pembuatan produk lemari tas serta mengetahui urutan level yang telah dijelaskan pada struktur produk explotion. BOM explotion dapat dilihat pada tabel 2.6. Struktur produk lemari tas tidak hanya dibuat dalam bentuk explotion, tetapi terdapat dalam bentuk metode implotion. Struktur produk implotion dapat dilihat pada gambar 2.4. Proses pembuatan struktur produk implotion telah dilakukan maka selanjutnya membuat BOM (Bill of Material). Tabel BOM (Bill of Material) implotion dapat dilihat pada tabel 2.7. Tabel 2.6 Bill of Material (BOM) Explotion No. Level Kode Deskripsi Kuantitas 1 0 LT Lemari Tas 1 2 1 PPA Pintu Atas 1 3 2 PPB Pintu Bawah 1 4 3 PG Belakang 1 5 4 PA Atas 1 6 5 PT Tengah 1 7 6 PSA Samping 2 8 6 PH Bawah 1 9 1, 2 EP Engsel Pintu 4 10 1, 2 HND Handle Pintu 2 11 3, 4,5,6 SK3 Sekrup 3 cm 28 12 1, 2 SK2 Sekrup 2 cm 20

II-15 Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 Level 6 Gambar 2.4 Struktur Produk Implotion Tabel 2.7 Bill of Material (BOM) Implotion No. Level Kode Deskripsi Kuantitas 1 0 PH Bawah 1 2 0 PSA Samping 2 3 1 PT Tengah 1 4 2 PA Atas 1

II-16 Tabel 2.7 Bill of Material (BOM) Implotion (Lanjutan) No. Level Kode Deskripsi Kuantitas 5 3 PG Belakang 1 6 4 PPB Pintu Bawah 1 7 5 PPA Pintu Atas 1 8 6 LT Lemari Tas 1 9 4, 5 EP Engsel 4 10 4, 5 HND Handle 2 11 0, 1, 2, 3 SK3 Sekrup 3 cm 28 12 4, 5 SK2 Sekrup 2 cm 20 Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data pada OPC, APC, struktur produk, dan BOM maka dapat diketahui suatu proses dan sistem produksi lemari tas. Proses pembuatan tersebut berupa pengukuran, pemotongan, pemerataan, dan pengeboran. Pembuatan lemari tas terdiri dari beberapa komponen yang dibutuhkan untuk bisa menjadikan suatu produk yang utuh, maka pada proses pengerjaan ini dibuatlah suatu peta OPC dan APC. Peta OPC ini berisi seluruh operasi dari bahan mentah sampai produk jadi, sedangkan untuk peta APC ini hanya berupa serangkaian suatu aktivitas perakitan. Perakitan ini dimana mengabungkan komponen satu dengan komponen yang lain seperti assembly komponen satu dengan komponen dua maka akan terbentuk perakitan 1, selanjutnya dilakukan perakitan kembali dengan komponen 3, dan seterusnya sampai menjadi produk lemari tas. Struktur produk atau BOM menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam komponen-komponen dari lemari tas kemudian komponen-komponen itu digabung menjadi satu.

II-17 2.3 Analisis OPC, APC, Struktur Produk, dan BOM Komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan lemari tas terdiri dari delapan komponen, akan tetapi terdapat beberapa komponen yang sama seperti komponen papan atas dan bawah serta papan samping. Berdasarkan jenis operasi yang dilakukan dalam pembuatan lemari tas ini, yaitu pengukuran, pemotongan, perataan, pengeboran sampai dengan perakitan produk. Waktu yang didapat 165,25 menit, dimana waktu tersebut didapat berdasarkan proses keseluruhan dari peta proses operasi. Perakitan dalam APC, yaitu terdiri dari 6 dimana terdiri dari komponen, papan bawah, papan atas, papan samping ada 2, papan tengah, pintu atas, dan pintu bawah. Waktu yang didapat dalam APC, yaitu untuk waktu siklus 5,32 menit, 6,13 menit, 6,42 menit, 2,34 menit, 2,19 menit, dan 2,37 menit. Proses perakitan lemari tas ini diawali dengan menyiapkan komponen-komponen yang telah dibentuk, yaitu papan bawah, dua buah papan samping, papan tengah, papan atas, papan belakang, pintu bawah, dan pintu atas, serta beberapa peralatan yang digunakan. Perakitan diawali dengan merakit papan bawah dan dua buah papan samping menjadi satu. Kemudian papan tengah dirakit dengan hasil rakitan sebelumnya yang kemudian diikuti dengan komponen papan atas dan papan belakang secara berurutan. Pemasangan pintu bawah membutuhkan dua buah engsel sendok dan sebuah handle. Perakitan pintu atas juga membutuhkan dua buah engsel sendok dan sebuah handle. Struktur produk explotion dan implotion tersebut terdiri dari 6 level. Namun struktur produk explotion ini hanya berupa perakitan struktur produk dari level 0 sampai produk jadi sedangkan implotion ini merupakan pelepasan komponen dimana dari produk jadi sampai menjadi level 0. Struktur produk explotion

II-18 dalam BOM ini berguna untuk mengetahui daftar produk yang digunakan dalam perakitan dimana berupa level yang ditentukan explotion serta dijelaskan pada gambar 2.3, sedangkan struktur produk implotion ini merupakan daftar pelepasan komponen dimana telah dijelaskan pada gambar 2.4. Perbedaan untuk keduanya, yaitu dapat dilihat pada tabel 2.6 dan tabel 2.7, karena dengan tabel itu dapat diketahui secara keseluruhan ketika melakukan proses perakitan atau pelepasan berdasarkan level struktur produk. Waktu siklus perakitan lemari tas, yaitu 24,7 menit yang merupakan waktu penyelesaian perakitan lemari tas yang didapatkan dari rata-rata tiga kali perakitan. Waktu normal perakitan lemari tas, yaitu 24,7 menit yang merupakan waktu penyelesaian perakitan lemari tas yang ditambahkan penyesuaian guna menormalkan waktu kerja yang diperoleh. Waktu baku pada perakitan lemari tas, yaitu 28,4 menit yang merupakan waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menghasilkan satu buah produk lemari tas. Waktu baku didapatkan dengan menambahkan waktu kelonggaran bagi operator. Kelonggaran pada perakitan lemari tas, yaitu untuk kebutuhan pribadi (tenaga yang cukup besar yang dikeluarkan pada proses perakitan, gerakan yang terbatas, dan sikap badan yang berdiri tegak saat perakitan) sebesar 13%. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique ialah 1% dan kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan yang harus diberikan untuk operator ialah 1%. Maka kelonggaran total yang harus diberikan bagi operator adalah (13 + 1 + 1)% = 15% Kendala pada pengukuran yaitu terjadi pembuangan scrap saat melakukan proses pemotongan dan penghalusan, sehingga pada perhitungannya didapat bahwa scrap yang terbuang ialah

II-19 0,2%. Perakitan produk lemari tas berdasarkan struktur produk explotion dan implotion dibagi menjadi 6 level dan dapat dilihat pada gambar 2.3 dan gambar 2.4.