Hubungan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan Suhu dan Kelembapan dalam Kajian Iklim Mikro di Kota Malang

dokumen-dokumen yang mirip
ESTIMASI LUASAN RTH BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN TERHADAPSUHU UDARA MIKRODI IBUKOTA KABUPATENMADIUN (Studi Kasus Perkotaan Mejayan)

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

PENGARUH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) TERHADAP IKLIM MIKRO DI KOTA PASURUAN. Abstrak

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

PENGARUH KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU TERHADAP IKLIM MIKRO DI KOTA MAKASSAR

PERUBAHAN PENGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

I PENDAHULUAN. (Dipayana dkk, 2012; DNPI, 2009; Harvell dkk 2002; IPCC, 2007; Sudarmadji

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

STAF LAB. ILMU TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGKAT KENYAMANAN LINGKUNGAN KAWASAN HUTAN KOTA BERDASARKAN KARAKTERISTIK HUTAN KOTA DI KOTA KISARAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

Analisis Tingkat Kenyamanan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Taman Kota Tengah, Taman Rekreasi Damai dan Taman Smart Nursery di Kota Gorontalo

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Suhu Udara Perkotaan

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D

FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 19. Selisih Serapan dan Emisi Karbon Dioksida. (ton) ,19 52,56 64,59 85,95 101, , , ,53

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB IV ANALISA TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SUHU UDARA, SUHU TANAH Dan permukaan laut

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis

DAFTAR ISI... PARAKATA... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

Identifikasi Potensi UHI terhadap RTH dan Kenyamanan Thermal pada Taman Walikota di Kota Kendari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

ANALISIS HUBUNGAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN PERUBAHAN SUHU DI KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1

Kampus USU Medan Staf Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Jl. Raya Parapat km 10,5 Sibaganding-Parapat

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota dan Hutan Kota ( Permasalahan Lingkungan Kota

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

MODEL AMBANG BATAS FISIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS AREA WISATA. Abstrak

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Transkripsi:

Hubungan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan Suhu dan Kelembapan dalam Kajian Iklim Mikro di Kota Malang Heni Masruroh Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang E-mail: henimasruroh@rocketmail.com ABSTRAK: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peningkatan suhu di Kota Malang yang semakin hari semakin meningkat. Terjadinya peningkatan suhu ini salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggal di Kota Malang. Meningkatnya jumlah penduduk ini berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan hidup yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim mikro terutama peningkatan suhu dan penurunan kelembapan udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah terdapat hubungan kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap suhu dan kelembapan dalam kajian iklim mikro di Kota Malang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Berdasarkan hasil pengukuran suhu selama 2 hari diperoleh data bahwa suhu rata-rata di Kota Malang sebesar 27.9 0 C. Rata-rata suhu terendah berada di Taman Slamet yaitu sebesar 26.7 0 C sedangkan rata-rata suhu tertinggi berada di Lapangan Gajayana yaitu sebesar 28.7 0 C Analisis korelasi suhu menggunakan SPSS menunjukkan hasil yang signifikan. Berdasarkan hasil pengukuran kelembapan udara selama 2 hari diperoleh data bahwa kelembapan udara rata-rata di Kota Malang sebesar 45%. Kelembapan rata-rata terendah berada di Lapangan Rampal yaitu 41% sedangkan ratarata kelembapan tertinggi berada di Taman Slamet yaitu sebesar 55%. Analisis korelasi kelembapan menggunakan SPSS menunjukkan hasil yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) Perlunya pengelolahan RTH secara lebih serius untuk mengurangi peningkatan suhu udara di Kota Malang. (2) Pengelolahan RTH sebaiknya tidak hanya memperhatikan luasnya, tetapi yang terpenting memaksimalkan RTH yang tersedia dengan memperbanyak pohon, disertai tanaman perdu dan rumput, sehingga dapat mengurangi peningkatan suhu udara di Kota Malang. Kata Kunci: Suhu, Kelembapan, RTH Kota merupakan salah satu tempat yang dalam perkembangannya relatif lebih cepat daripada desa. Perkembangan ini didukung oleh beberapa faktor pendukung seperti penyediaan fasilitas umum, sarana dan prasarana yang lainnya. Dengan adanya beberapa faktor ini menjadikan wilayah perkotaan menjadi sangat padat penduduknya. Pertambahan ini tidak diimbangi dengan pertambahan fasilitas umum, sarana dan prasarana sehingga pada wilayah perkotaan muncul ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dengan fasilitas umum, sarana dan prasarana dan daya dukung lingkungan. Selain penyediaan fasilitas umum, sarana dan prasarana faktor pendukung lain yang menyebabkan padatnya penduduk di wilayah perkotaan merupakan pusat

barang dan jasa. Pada saat ini wilayah perkotaan menjadi wilayah tujuan dari pengembangan bisnis bagi pengusaha untuk mengembangkan bisnisnya. Salah satu bentuk dari pengembangan bisnis di wilayah perkotaan ini berupa pembangunanpembangunan ruko, pasar, mall, swalayan sehingga wilayah perkotaan dapat dikatakan sebagai mesin pertumbuhan bagi para pengusaha (Inoguchi, 2003:37). Kota Malang merupakan salah satu Kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Pada tahun 2011 perkembangan penduduk di Kota Malang mencapai 894.653 jiwa (BPS, 2012). Menurut Data Badan Pusat Statistik Kota Malang 2006-2012, menjelaskan bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk di Kota Malang semakin meningkat (Tabel 1.1). Peningkatan penduduk yang terjadi di Kota Malang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap keberadaan RTH di Kota Malang. Sebab, pertambahan penduduk akan berbanding lurus dengan kebutuhan tempat tinggal. Semakin banyak penduduk yang berada di suatu Kota maka kebutuhan lahan untuk tempat tinggal juga akan semakin meningkat. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Malang Tahun 2005 s/d 2011 TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 2005 394.713 391.996 786.709 2006 398.107 395.469 793.576 2007 402.367 399.598 801.965 2008 415.757 419.400 835.157 2009 428.301 430.936 859.273 2010 445.210 2011 447.617 Sumber: BPS Kota Malang 2006 s/d 2012 444.603 447.036 889.813 894.653 Dari hasil Tabel 1.1 menunjukkan bahwa semakin bertambahnya tahun perkembangan jumlah penduduk semakin padat. Pertambahan jumlah ini berdampak negatif pada penggunaan lahan yang berada di Kota Malang. Realitas yang terjadi saat ini di Kota Malang banyak bangunan baru di area kawasan Ruang Terbuka Hijau. Kawasan yang semestinya merupakan kawasan terbuka hijau pada saat ini telah dikonversi menjadi lahan terbangun. Berkaitan dengan berkurangnya RTH yang berada di Kota Malang akan berdampak pada kenaikan suhu di Kota Malang (Tabel 1.3). Keterkaitan antara RTH dengan kenaikan yaitu pada RTH akan tersedia banyak tumbuhan yang dapat menyerap karbondioksida (CO 2 ) (Anshori, 2008:14). Dengan memiliki Ruang

Terbuka Hijau (RTH) yang luas maka akan sangat berpengaruh positif terhadap kesejukan bagi suatu tempat. Tabel 1.3 Kondisi iklim Kota Malang DataSuhu Udara, Kelembapan Dan Intesitas Penyinaran Matahari Di Kota Malang. Unsur Klimatologi Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Satuan Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Temperatur Rata-rata 0 C 22,19 23,6 23,93 23,53 23,17 Temperatur Maksimum 0 C 31,5 30,3 29,2 29,8 30,3 Temperatur Minimum 0 C 18,4 17,6 19,8 17,0 16,7 Temperatur Maksimum 0 C 34 32,9 30,6 30,9 32,6 Absolut Temperatur Minimum Absolut 0 C 16 15,6 18 14,8 14,2 Lembab Nisbi Rata-rata % 74,92 75,33 81,5 76,42 73,93 Lembab Nisbi Maksimum % 99 100 99 100 98 Lembab Nisbi Minimum % 40 29 45 40 31 Radiasi Matahari Kal/cm 2 313,94 353,72 336,73 370,9 365,53 Sumber: Sumarmi (2012) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hubungan ruang terbuka hijau terhadap suhu di Kota Malang, (2) Hubungan ruang terbuka hijau terhadap kelembapan di Kota Malang. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini menggunakan metode survey. Teknik dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu dalam pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap memiliki keterkaitan dengan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dangan kata lain pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Subjek dalam penelitian ini yaitu kota Malang yang menggunakan teknik Purposive Sampling. Pada penelitian ini mengambil sampel 30 dengan rincian 4 berupa Lapangan, 4 Hutan dan 22 Taman. Pengambilan sampel paling banyak berupa Taman sebab dalam rincian RTH Kota Malang paling banyak berupa RTH Taman. Pengambilan sampel sebesar 30 ini didasarkan pada perbedaan kondisi karakteristik RTH yang diambil disetiap wilayah Kecamatan yang berada di Kota Malang. Analisis Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu: tabulasi, grafik, dan analisis statistik menggunakan SPSS 16. Untuk menganalisis kondisi RTH

menggunakan analisis luasan penutupan tajuk vegetasi dengan matode Braun- Blanquet. a. Perhitungan luasan penutup tajuk vegetasi. Kondisi RTH tidak terlepas dari luas penutupan tajuk vegetasi sehingga penelitian ini menggunakan perhitungan luas tanaman penutup permukaan yang terdapat di setiap titik pengukuran. Menurut Teori Braun-Blanque rumus yang digunakan untuk mengukur luas penutupan tajuk vegetasi yaitu: % penutupan tajuk = Jumla h luasan penutu p berupa kanopi jumla luasan keseluru han luasan yang diteliti Tabel 3.1 Kisaran Penutup Kanopi Braun-Blanquet Kelas Penutupan Kisaran Penutupan Kanopi (%) Rata-rata Kanopi 5 75-100 87.5 4 50-75 62.5 3 25-50 37.5 2 5-25 15.0 1 1-5 2.5 + <1 0.1 R <<1 * Keterangan: * Individu muncul hanya sekali, penutupan diabaikan HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Suhu di Kota Malang Berdasarkan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian pengukuran suhu udara yang dimulai mulai dari pukul 06.00-18.00, diketahui bahwa suhu udara maksimal terjadi pada pukul 14.00 dan minimum pada pukul 06.00. Suhu rata-rata pada pukul 14.00 sebesar 31.5 0 C. Sedangkan pada pukul 06.00 suhu rata-rata sebesar 21.4 0 C. Suhu maksimal pada pukul 14.00 dan suhu minimum terjadi pada pukul 06.00 sesuai dengan pendapat Sudjono dalam tauhid (2008) yang menyatakan bahwa suhu maksimal udara terjadi pada pukul 13.00-14.00 (jam lokal) dan mencapai titik maksimum pada pukul 05.00-06.00 (jam lokal). Kondisi kenaikan suhu yang dimulai dari pukul 12.00-14.00 kemudian mengalami penurunan hingga pukul 18.00 ini berkaitan radiasi matahari yang

dipancarkan ke permukaan bumi. Pada pukul 12.00-14.00 radiasi yang dipancarkan matahari mendekati garis tegak lurus dengan permukaan bumi. Menurut Tjasyono (2004) fenomena suhu yang sangat tinggi ketika tengah hari bersifat menyeluruh di seluruh permukaan bumi yang utamanya berada di sekitar khatulistiwa. Pada kawasan perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingan sub urban. Hal ini dikarenakan adanya geliat aktifitas kota dan beberapa sumber panas yang dapat memicu peningkatan suhu udara kota seperti mobilitas kendaraan, aktifitas industri, rumah tangga dan berbagai aktifitas yang melibatkan pembakaran bahan fosil. Kondisi suhu udara di Kota Malang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010 masing-masing memiliki suhu rata-rata sebesar 23.2 0 C, 23.6 0 C, 22.2 0 C dan 23.9 0 C (BPS, 2008-2010). Pada tahun 2011-2012 suhu maksimum yaitu 30.9 0 C dan 32.6 0 C (Sumarmi, 2012). Berdasarkan grafik suhu rata-rata harian di Kota Malang yang diukur selama 2 hari di 30 titik sampel pengamatan dengan pengukuran mulai pukul 06.00-18.00 dengan rentangan waktu pengukuran selama 2 jam sekali diperoleh suhu rata-rata di Kota Malang sebesar 27.9 0 C. Peningkatan suhu di Kota Malang yang setiap tahunnya tidak hanya disebabkan oleh mobilitas kendaraan dan adanya aktifitas lain yang melibatkan pembakaran fosil melainkan juga disebabkan oleh berkurangnya Ruang Terbuka Hijau di setiap tahunnya. Berdasarkan data penggunaan lahan tahun 2011 terjadi ketidakseimbangan lahan terbangun dan tidak terbangun. Untuk lahan yang terbangun sebesar 7.058.84 Ha sedangkan yang tidak terbangun 1.394.44 Ha (BPS, 2012). Pada tahun 2012 persentase RTH di Kota Malang hanya sebesar 18.14% dengan luas 1.752.15 Ha. Pada pengelolahan RTH Kota yang baik luas RTH minimal yaitu 30% dari luas kota keseluruhan. Rincian RTH kota Malang yang hanya mencapai 18.14% tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut yaitu Hutan Kota 0.35%, Taman 1.82%, Lapangan 0.61%, Makam 0.98%, Jalur Hijau Jalan 2.26%, Sempadam SUTT 0.26%, Sempadan Sungai 11.41% dan Sempadan Rel KA 0.45%. (DKP, 2012) Pada pengukuran yang dilakukan di 30 titik sampel pengamatan di Kota Malang dapat diketahui bahwa suhu terendah berada di Taman Slamet yaitu 26,7 0 C. Taman

Slamet memiliki jumlah tanaman sebanyak 15 pohon dengan 7 perdu dengan luas pengamatan seluas 100 M 2. Pada Taman Slamet penutup permukaan yang tertutup rumput di bawah kanopi pohon sebesar 80% sehingga dengan jumlah pohon dan perdu yang lebih banyak dan penutup permukaan tertutup rumput di bawah kanopi pohon seluas 80% dari 100 M 2 menyebabkan suhu di Taman Slamet paling rendah. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara Ruang Terbuka Hijau dengan suhu. Adanya hubungan Kondisi Ruang Terbuka Hijau yang baik yang berada di Taman Slamet dengan dengan penurunan suhu udara disekitar Ruang Terbuka Hijau dikarenakan adanya proses fisiologis tumbuhan yang berupa transpirasi. Menurut Lakitan (1997) meyatakan bahwa dengan adanya vegetasi yang banyak maka sistem tajuk vegetasi akan memacu untuk meningkatkan laju transpirasinya (terutama untuk menjaga stabilitas suhu tumbuhan). Pada proses tranpirasi ini tumbuhan akan menggunakan sebagian besar air yang berhasil diserap dari tanah. Setiap gram air yang diuapkan akan menggunakan energi sebesar 580 kalori. Karena besarnya energi yang digunakan untuk menguapkan air pada proses transpirasi ini, maka hanya sedikit panas yang tersisa yang akan dipancarkan ke udara sekitarnya. Hal inilah yang menyebabkan adanya pengaruh vegetasi terhadap suhu udara. Selain itu, jenis tanaman juga berpengaruh terhadap suhu. Pengaruh jenis tanaman terhadap suhu disebabkan karena setiap jenis tanaman mempunyai tingkatan yang berbeda-beda terhadap penyerapan CO 2. Jenis tanaman yang terletak di Taman Slamet termasuk dalam tingkatan jenis tanaman yang baik dalam penyerapan CO 2. Jenis tanaman di Taman Slamet antara lain beringin (Ficus Benjamina), mangga (mangifera indica), angsana (pterocarpus indicus). Selain mampu menyerap CO 2 yang baik tanaman tersebut mampu menghasilkan O 2 dan H 2 O dalam jumlah yang besar (Dephut, 2007) Adanya Ruang Terbuka Hijau juga erat kaitannya dengan banyaknya pohon yang rindang. Semakin banyak jumlah pohon yang rindang dalam suatu wilayah maka kualitas RTH nya akan baik (Prasetya, 2012). Dengan kondisi Ruang Terbuka Hijua yang baik maka suhu udara yang berada di tempat tersebut akan lebih terasa dingin. Hal ini dikarenakan tanaman mampu menyerap energi sinar matahari dan mampu

menyerap CO 2. Oleh karena, dengan jumlah tanaman yang banyak dan rindang mampu menyerap energi sinar matahari dan menyerap CO 2 maka suhu udara di Taman Slamet rendah. Suhu rata-rata tertinggi pada pengukuran yang dilakukan selama 2 hari yaitu berada di Lapangan Gajayana. Hal ini disebabkan di Lapangan Gajayana penutup lahan 100% berupa rumput sehingga tidak ada vegetasi yang berupa pohon yang dapat menyerap sinar matahari. Kondisi Ruang Terbuka Hijau yang kurang baik pada lokasi ini menyebabkan terjadinya peningkatan suhu. Pada siang hari di lokasi ini udara sangat tinggi sehingga udara panas dan pada malam hari suhu masih tetap tinggi. Penyebabnya dikarenakan pada kawasan ini tidak ada vegetasi yang dapat menyerap panas sehingga Lapangan Gajayana mengalami panas sepanjang hari. Dari hasil pengukuran suhu yang dimulai pukul 06.00-18.00 menunjukkan terjadi peningkatan suhu dan penurunan suhu. Terjadinya peningkatan suhu berada pada kisaran pukul 06.00-14.00 sedangkan penurunan suhu berada pada kisaran pukul 14.00-18.00. Peningkatan dan penurunan suhu yang terjadi pada pukul tersebut karena dipengaruhi oleh radiasi matahari yang dipancarkan ke permukaan bumi. Untuk mengetahui hubungan Ruang Terbuka Hijau dengan suhu udara di Kota Malang analisis data menggunakan SPSS 16. Pada analisis ini mengggunakan Sig. (2-tailed) adalah 0,000 dan acuan korelasi 0,01. Ho diterima jika signifikansi >0,01, dan Ho ditolak jika besarnya signifikansi <0,01. Dari hasil uji SPSS menunjukkan nilai signifikansi 0,000. Dengan demikian Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara variabel kondisi RTH dengan suhu udara di Kota Malang. 2. Kondisi Kelembapan Udara di Kota Malang Kondisi rata-rata kelembapan udara di Kota Malang pada pengukuran yang dilakukan selama 2 hari diketahui sebesar 47%. Berdasarkan grafik pengukuran ratarata kelembapan diperoleh data kelembapan tertinggi berada di Taman Slamet yaitu sebesar 55%. Kelembapan terendah yaitu berada di Lapangan rampal yaitu sebesar 41%. Perbedaan kelembapan tertinggi dengan terendah pada pengukuran rata-rata ini sebesar 14%. Taman Slamet memiliki kelembapan yang tinggi disebabkan pada lokasi ini memiliki kondisi RTH yang rapat. Dari 100 M 2 luas pengamatan jumlah

pohon dan perdu di lokasi ini masing-masing berjumlah 15 pohon dan 7 perdu, dan penutup permukaan tertutup rumput di bawah kanopi pohon sebesar 80%. Kondisi RTH pada Taman Slamet berbeda dengan di hutan Malabar. Pada luas pengamatan yang sama seluas 100 M 2 di hutan Malabar hanya terdapat 16 pohon dan 5 perdu. Selain itu, luas penutup permukaan di hutan Malabar yang tertutup rumput dibawah kanopi pohon hanya 75,4% sedangkan di Taman Slamet sebesar 80%. Perbedaan jumlah vegetasi dan penutup permukaan di bawah kanopi pohon ini yang menyebabkan kelembapan udara yang berada di Taman Slamet lebih tinggi daripada di Hutan Malabar. Hal ini terjadi karena dengan rapatnya jumlah pohon maka dapat menyerap radiasi matahari dan menghasilkan H 2 O. Dari hasil Peningkatan H 2 O dan penyerapan CO 2 ini yang mempengaruhi peningkatan kelembapan udara (Tauhid, 2008). Faktor lain yang menyebabkan di Taman Slamet memiliki kelembapan yang lebih tinggi dibandingan Hutan Malabar dikarenakan Hutan Malabar dipengaruhi oleh aktivitas kendaraan bermotor yang relatif ramai sehingga berpengaruh terhadap penurunan kelembapan udara di lokasi ini. Jenis tanaman yang berada di Taman Slamet seluas pengamatan yaitu beringin (Ficus Benjamina), mangga (mangifera indica), angsana (pterocarpus indicus) yang mana pohon ini dapat menyerap CO 2 lebih baik daripada jenis pohon yang berada di hutan malabar yaitu Jati (tectona Sp), belimbing dan flamboyant (delonix regia) (Dephut, 2007) Kelembapan terendah rata-rata yaitu berada di Lapangan rampal. Rendahnya kelembapan di Lapangan rampal disebabkan oleh kondisi RTH pada lokasi ini hanya berupa rumput seluas 100 M 2. Rumput merupakan struktur vegetasi yang biasa digunakan sebagai penutup permukaan tanah. Jika dibandingkan dengan struktur vegetasi yang lainnya, manfaat rumput sebagai pereduksi suhu termasuk dalam kategori yang paling kecil yang dapat mereduksi suhu. Oleh karena, rumput merupakan pereduksi suhu yang paling kecil maka hal ini berpengaruh terhadap kelembapan. Dengan kondisi RTH yang hanya berupa rumput dan dibandingkan dengan lokasi lain yang memiliki jumlah pohon dan perdu sekaligus penutup permukaan di bawah kanopi pohon Lapangan Rampal memiliki kelembapan yang

relatif lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. Perbedaan tingkat kelembapan antara Lapangan Rampal dengan Lapangan Gajayana yaitu disebabkan karena adanya pengaruh campur tangan manusia. Pada lokasi di Lapangan Gajayana pada siang hari dilakukan penyiraman di area Lapangan. Akibatnya tanah di Lapangan Gajayana akan lebih banyak menyerap air daripada di Lapangan Rampal Dari hasil pengukuran kelembapan yang dimulai pukul 06.00-18.00 menunjukkan terjadi peningkatan dan penurunan kelembapan. Terjadinya peningkatan kelembapan berada pada kisaran pukul 14.00-18.00 sedangkan penurunan kelembapan berada pada kisaran pukul 06.00-14.00. Peningkatan dan penurunan kelembapan yang terjadi pada pukul tersebut karena dipengaruhi oleh radiasi matahari yang dipancarkan ke permukaan bumi. Untuk mengetahui hubungan Ruang Terbuka Hijau dengan suhu udara di Kota Malang analisis data menggunakan SPSS 16. Pada analisis ini mengggunakan Sig. (2-tailed) adalah 0,000 dan acuan korelasi 0,01. Ho diterima jika signifikansi >0,01, dan Ho ditolak jika besarnya signifikansi <0,01. Dari hasil uji SPSS menunjukkan nilai signifikansi 0,000. Dengan demikian Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara variabel kondisi RTH dengan kelembapan udara di Kota Malang. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat hubungan antara kondisi RTH terhadap suhu udara di Kota Malang. Semakin rapat kondisi RTH maka semakin rendah suhu udara. Kondisi digambarkan dengan kerapatan vegetasi dan penutup kanopinya. Semakin rapat vegetasi dan semakin luas penutup kanopinya maka semakin rendah suhu udaranya. Rata-rata Suhu udara terendah pada 30 titik sampel pengukuran berada di Taman Slamet yaitu sebesar 26.7 0 C. sedangkan rata-rata suhu udara tertinggi berada di Lapangan Gajayana sebesar 28.7 0 C. 2. Terdapat hubungan antara kondisi RTH terhadap kelembapan udara di Kota Malang. Semakin rapat kondisi RTH maka semakin tinggi pula kelembapan udara

sehingga untuk menjaga agar kelembapan tetap baik maka harus menjaga kondisi RTH. Rata-rata kelembapan tertinggi pada 30 titik sampel pengukuran berada di Taman Slamet 55% sedangkan kelembapan terendah di Lapangan Rampal 41%. B. Saran Kondisi RTH sangat berpengaruh terhadap iklim mikro Kota Malang. Pengaruh iklim mikro yaitu dapat meningkatkan tingkat kenyamanan hidup di Kota Malang dan berpengaruh positif pula terhadap aktivitas masyarakat yang berada di Kota Malang. Adapun hal yang harus dilakukan agar kondisi RTH tetap baik dan iklim mikro bisa stabil hendaknya Pemerintah Kota Malang harus melakukan: 1. Perlunya pengelolahan RTH secara lebih serius untuk mengurangi peningkatan suhu udara di Kota Malang. 2. Pengelolahan RTH sebaiknya tidak hanya memperhatikan luasnnya, tetapi yang terpenting memaksimalkan RTH yang tersedia dengan memperbanyak pohon, disertai tanaman perdu dan rumput, sehingga dapat mengurangi peningkatan suhu udara di Kota Malang.. 3. Membuat peraturan yang tegas terhadap pengaturan RTH baik RTH public maupun private. DAFTAR RUJUKAN Anshory, Nasrudin. 2008. Kearifan Lingkungan Dalam Perspektif Budaya Jawa. Penerbit yayasan obor. Jakarta Azhima. 2001. Distribusi Cahaya di Hutan Muara Kuamang Jambi. Skripsi tidak DKP Kota Malang. 2013. Profil Bidang Pertamanan. DKP Kota Malang. 2013. Keputusan Walikota Malang Nomor 188.45/220/35.73.112/2013 Tentang Penetapan Hutan Kota. Dephut Departemen Kehutanan. 2007a. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. (Online), (www.dephut.go.id) Diakses 23 Agustus 2013 Fandeli, dkk. 2008. Audit Lingkungan. Yogyakarta: UGM Press

Faruq. 2011. Tingkat Kenyamanan Kawasan Permukiman Berdsarkan Kajian Iklim Mikro di Kecamatan Klojen. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Geografi UM Husein, dkk. 2010. Analysis of Environmental Quality and Comformity in the Urban Forest of Malang City Jurnal agritek Vol. 18 No. 2 April 2010 ISSN 0852-5426 Inoguchi, takashi. 2004. Kota dan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit LP3S Lakitan, B. 1997. Dasar-dasar Klimatologi, Raja Grafindo Persada: Jakarta Prasetyo. 2008. Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro di Kota Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Geografi UM Sarwono, Jonathan. 2009. Statistik Itu Mudah Panduan Lengkap Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta: Penerbit Andi Sumarmi. 2010. Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Pemukiman Melalui Pendidikan. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: FIS UM Sumarmi. 2012. Model Pengelolahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jalan Raya Untuk Mengurangi Suhu Udara dan Emisi CO 2 di Kota Malang. Penelitian tidak diterbitkan. Malang: Geografi UM Suyitno. 2006. Pertukaran Zat dan Proses Hilangnya Air. (Online),(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyitno- aloysius-drs-ms/pengayaan-materi-transpirasi-tumbuhan-bagi-siswa-sma- 8.pdf) Diakses 5 Juli 2013 Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung: ITB Utomo, Dwiyono Hari. 2009. Meteorologi Klimatologi Dalam Studi Geografi. Malang : UM Press Tauhid. 2008. Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon Terhadap Suhu Udara Pada Siang Hari di Perkotaan. Thesis tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro