BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990). Kualitas lingkungan hidup di perkotaan semakin lama menunjukkan kecenderungan menurun. Perkembangan kota membutuhkan transportasi yang cenderung naik karena jumlah kendaraan dari tahun ketahun meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai dengan volume kendaraan. Transportasi sangat penting dan sangat dibutuhkan manusia, tetapi disisi lain juga menimbulkan dampak yang tidak kecil terhadap lingkungan hidup dan dapat mengakibatkan kota menjadi tercemar dan kotor (Nursadatono, 2005). Pencemaran akan terjadi apabila dalam lingkungan hidup manusia (baik lingkungan fisik, biologi dan lingkungan sosialnya) terdapat suatu bahan pencemar dalam konsentrasi sedemikian besar, yang dihasilkan oleh proses aktivitas manusia sendiri yang akhirnya merugikan manusia juga (Amsyari, 1982). Salah satu bentuk pencemaran yang terjadi akibat adanya pembangunan fisik kota adalah pencemaran udara. Pada saat terjadi kerusakan hutan akibat kebakaran serta pembakaran energi fosil menyebabkan pelepasan karbon ke atmosfer. Emisi karbon berikut dengan emisi polutan yang ada di atmosfer ini dapat diserap oleh tumbuh-tumbuhan melalui proses fotosintesis dan diubah menjadi materi organik seperti penyusun 1

2 2 biomassa pohon. Melalui proses ini, hutan dapat menstabilkan kadar karbon di atmosfer selama beberapa decade sesuai dengan daur hidup pohon-pohon penyusun hutan tersebut. Kapasitas penyerapannya sangat dipengaruhi oleh daur (umur) tumbuhan, tipe hutan, jenis, dan tingkat pertumbuhan tanaman serta kualitas tapak (Dahlan, 2004). Kontribusi pohon sebagai penyerap polutan menyebabkan banyak pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) terutama di daerah perkotaan yang tingkat pencemarannya tergolong tinggi. Dibutuhkan sejumlah RTH, minimal 10% dari luas kota untuk mengimbangi pencemaran yang ada (Fandeli, 2007 dalam Widyatami, 2008). Salah satu komponen yang penting dalam konsep tata ruang adalah menetapkan dan mengaktifkan jalur hijau dan hutan kota, naik yang akan direncanakan maupun yang sudah ada namun kurang berfungsi. Selain itu jenis pohon yang ditanam perlu menjadi pertimbangan dan dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan tanaman tersebut dapat menanggulangi masalah lingkungan yang muncul di tempat itu dengan baik pula. Untuk mendapatkan hasil pertumbuhan tanaman serta manfaat hutan kota yang maksimal, beberapa informasi yang perlu diperhatikan dan dikumpulkan antara lain; persyaratan edafis yaitu Ph, tekstur, struktur, altitude, salinitas dan lain-lain; persyaratan meteorologis yaitu suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan radiasi matahari; persyaratan silvikultur yaitu kemudahan dalam hal penyediaan benih dan bibit serta kemudahan dalam tingkat pemeliharaan (Anonim, 2009).

3 3 Sepeda motor merupakan jenis kendaraan yang mendominasi lalu lintas wilayah perkotaan Yogyakarta. Persentasi pertumbuhan sepeda motor mencapai 8.25% pertahunnya, jauh lebih tinggi dibandingkan kota-kota serupa di Indonesia yang rata-rata 3% hingga 5% (Sudrajad, 2005). Berbagai upaya yang saat ini sedang digencarkan oleh pemerintah adalah penghijauan di berbagai lokasi untuk menurunkan tingginya laju pemanasan global. Namun semakin bertambah pesatnya angka urbanisasi maupun jumlah kelahiran, secara tidak langsung memicu munculnya konversi lahan Ruang Terbuka Hijau terutama didaerah perkotaan. Akan tetapi semakin meluasnya lahan terbangun berarti semakin menyempitnya RTH di kota. Menurut Fandeli (2004), sejalan dengan proses konversi RTH menjadi fasilitas bangunan, pencemaran di kota pun mulai terjadi. Meningkatnya pembangunan berbagai kegiatan seperti pembangunan jalan, kegiatan transportasi, industri, pemukiman dan kegiatan lainnya, sering mengakibatkan menurunnya mutu lingkungan hidup. Hal ini mengakibatkan kota menjadi tercermar, kotor dan sakit. Pada keadaan seperti ini jelas bahwa kualitas hidup sangat jelek padahal semakin tingginya tingkat pendidikan warga kota, semakin tinggi pula tuntutan terhadap kualitas hidup. Kondisi kualitas lingkungan yang baik dari suatu kota dapat dicerminkan dengan adanya RTH yang cukup, khususnya hutan kota.

4 4 1.2 Perumusan Masalah Banyaknya akses jalan yang terdiri dari berbagai jalan yang ada di Kota Yogyakarta berfungsi untuk memudahkan aksesibilitas penduduk untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti pergi ke kantor, sekolah, pasar, pusat perbelanjaan dan lain sebagainya. Disisi lain, banyaknya jalan yang semakin hari semakin padat dengan kendaraan bermotor, hal ini akan berakibat pada pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu adanya pohon perindang jalan tentunya menjadi pilihan yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini. Beranjak dari hal tersebut diatas, maka dibutuhkan informasi mengenai kepadatan lalu lintas daerah penelitian yaitu Ruang Terbuka Hijau di beberapa Ruas Jalan Kota Yogyakarta. Berdasarkan penelitian yang sudah ada diketahui bahwa organ-organ pohon seperti akar, batang, ranting, serta daun merupakan tempat penyimpanan karbon dalam bentuk bahan organik. Dalam penelitian ini yang diambil adalah diameter batang pada beberapa pohon sebagai sampel, oleh karena itu perlu diteliti kandungan karbon pada beberapa pohon di wilayah Ruang Terbuka Hijau sehingga dapat ditaksir kemampuannya dalam menyerap polutan hasil dari transportasi terutama dalam menyerap kandungan polutan Sulfur Dioksida/SO 2 -nya. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui jenis-jenis tanaman penyusun tiga Jalur Hijau di Kota Yogyakarta.

5 5 2. Mengetahui tingkat kesesuaian jenis vegetasi pohon sebagai pohon perindang jalan di tiga Jalur Hijau Kota Yogyakarta. 3. Mengetahui kemampuan serapan polutan gas SO₂ dari pohon-pohon dominan penyusun tiga Jalur Hijau di Kota Yogyakarta. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak seperti instansi terkait, masyarakat maupun bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu instansi terkait dalam menerapkan kebijakan yang terkait dengan pemilihan jenis pohon perindang jalan yang tepat dan efektif dalam menyerap polutan dengan tidak mengesampingkan fungsi lain seperti fungsi estetika, perindang jalan, penyerap timbal dan lain sebagainya. Sedangkan bagi masyarakat diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pentingnya pohon perindang jalan terutama dalam penyerapan karbon yang merupakan hasil dari aktivitas mereka sehari-hari seperti menggunakan kendaraan bermotor. Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan adalah dapat memberikan informasi mengenai data kandungan SO₂ pada masing-masing organ tanaman (batang, cabang dan daun) pada beberapa pohon di wilayah Ruang Terbuka Hijau Kota Yogyakarta, klasifikasi jenis-jenis pohon berdasarkan jumlah serapan karbonnya serta diharapkan dapat menjadi acuan dan landasan pemikiran dalam menyusun kebijakan-kebijakan di sektor kehutanan terutama yang berkaitan dengan masalah lingkungan.