BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas monsoon, sebagai akibat dari peredaran semu matahari yang bergerak secara musiman dengan arah utara-selatan melintasi garis khatulistiwa. Pengaruh terbesar dari aktifitas monsoon terhadap pola iklim Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Banjar / kota Banjarbaru adalah daerah ini memiliki dua musim yang selalu berulang secara periodik dalam satu tahun yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dari pola distribusi curah hujan bulanan, terlihat bahwa periode musim hujan terjadi antara Bulan Oktober sampai dengan Bulan April. Sedangkan periode musim kemarau berlangsung selama Bulan Mei sampai dengan Bulan September dengan puncak minimum terjadi antara Bulan Agustus dan September. Sejak beberapa tahun terakhir selama siklus ke dua musim tersebut berlangsung selalu diikuti oleh berbagai macam dampak yang dianggap kurang bersahabat dengan aktifitas kehidupan manusia, seperti kekeringan, kebakaran hutan/ lahansampai dengan banjir dan sebagainya yang selalu diikuti oleh kerugian-kerugian materi. Walaupun aktifitas manusia dalam memenuhi tuntutan hidupnya dengan mengeksplorasi sumber daya alam yang ada turut berperan dalam mempercepat proses perubahan iklim itu sendiri. Sebagai salah satu dampak dari terjadinya pemanasan global sebagai akibat dari mulai berkurangnya lapisan ozon ( O 3 ) dan dampak rumah kaca atau green house effect, menyebabkan mulai berubahnya kondisi iklim global termasuk juga wilayah Kalimantan Selatan yang terpantau dari peramatan suhu udara di Stasiun Klimatologi Banjarrbaru sejak beberapa tahun terakhir. B. Tujuan Tentang isu yang semakin berkembang mengenai pemanasan global, analisis data suhu udara maksimum dan minimum bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana iklim di kalimantan Selatan khususnya wilayah Banjarbaru dan sekitarnya turut terpengaruh perubahan tersebut. Seberapa besar terjadinya perubahan anomali dari 1

2 suhu udara maksimum dan minimum serta pengaruhnya terhadap perubahan amplitudo suhu harian di Banjarbaru. C. Ruang Lingkup Analisa data suhu udara maksimum dan minimum absolut menggunakan data hasil peramatan di Stasiun Klimatologi Banjarbaru dalam periode tahun 19 sampai dengan Bulan Juni 20. analisa kecenderungan perubahan dari setiap variabel data menggunakan analisa grafik sedangkan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari masing-masing variabel tersebut terhadap amplitudo suhu harian digunakan persamaan korelasi. 2

3 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengaruh Radiasi Matahari Terhadap Permukaan Bumi Panjang gelombang semakin pendek bila suhu permukaan benda yang memancarkan radiasi semakin tinggi. Matahari dengan suhu permukaannya sebesar 6.0 K, radiasinya mempunyai kisaran panjang gelombang antara m. Sebagai perbandingan, permukaan bumi yang bersuhu 3 K (atau 27 C) memancarkan radiasi dengan kisaran panjang gelombang m dengan pancaran energi terkuat pada panjang gelombang 10 m. Karena panjang gelombang radiasi matahari relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan benda-benda alam lainnya, maka radiasi matahari disebut dengan radiasi gelombang pendek, sebaliknya radiasi bumi dan benda lainnya disebut radiasi gelombang panjang. Akibat yang ditimbulkan dengan adanya radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi, sebagian besar tergantung dari bentuk dan macam permukaanbumi yang menerima radiasi tersebut, tentu saja selain itu juga tinggi rendahnya suhu suatu tempat di permukaan bumi dalam posisinya terhadap matahari tergantung kepada : 1. Intensitas penyinaran radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi, yang dipengaruhi oleh besar-kecilnya sudut datang sinar matahari terhadap permukaan bumi tersebut, dan 2. Lamanya penyinaran matahari berlangsung, yaitu dipengaruhi oleh panjang siang dan malam yang ditentukan oleh garis lintang tempat tersebut di permukaan bumi Tidak seluruhnya radiasi matahari dapat sampai dan diserap oleh permukaan bumi, kurang lebih hanya 43%. Karena pada waktu memasuki atmosfer bumi radiasi matahari tersebut terhalang dengan adanya proses penyerapan (absorption), pemantulan (Reflection), dan pemancaran (Scattering). Radiasi ultra violet hampir seluruhnya diserap oleh lapisan Ozone pada bagian atas stratosfer dan hanya satusatunya gas yang dapat menyerap radiasi terlihat atau cahaya tampak adalah uap air. Pada saat kondisi cuaca berawan, sebagian besar radiasi matahari ini dipantulkan kembali oleh puncak-puncak awan dan partikel-partikel lainnya yang terdapat di dalam atmosfer, dan hanya sebagian yang berhasil mencapai permukaan bumi, baik 3

4 secara langsung (direct radiotian) maupun tidak langsung (sky radiation). Jumlah kedua radiasi matahari tersebut (direct radiotian + sky radiation) disebut radiasi global (global radiation). Akibat yang ditimbulkan dengan adanya radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi, maka sebagian dari radiasi tersebut akan dipantulkan kembali ke angkasa dan sebagian lainnya akan diserap karena hal tersebut tergantung pada bentuk dan macam permukaan bumi yang menerima radiasi matahari. Dan perbandingan antara jumlah radiasi yang dipantulkan dengan jumlah radiasi yang diserap disebut Albedo. Penyebab terjadinya kenaikkan suhu permukaan bumi yang telah menyerap radiasi matahari tersebut tergantung kepada : 1. Jarak atau kedalaman kemana panas harus menembus. 2. Panas jenis dari zat permukaan yang ada. 3. Albedo dari zat permukaan yang ada, dan 4. Ada atau tidaknya penggunaan panas untuk keperluan lain, selain untuk menaikkan suhu benda. Misalnya perbedaan kenaikkan panas permukaan daratan dengan permukaan laut, setelah sama-sama mendapatkan radiasi matahari, maka daratan akan lebih cepat menjadi panas dari pada lautan karena disebabkan oleh : Pada Permukaan Laut Albedo-nya lebih besar, sehingga lebih sedikit radiasi matahari yang diserap. Radiasi matahari menyerap lebih dalam/tebal, karena air lebih transparan. Panas jenis air lebih besar, sehingga untuk menaikkan panas 1 C setiap gram air memerlukan panas yang lebih banyak. Energi panas yang diserap sebagian dirubah dalam bentuk panas laten pada proses penguapan. Pada Permukaan Daratan Albedo-nya lebih kecil, sehinga banyak radiasi yang diserap. Radiasi yang terserap jaraknya lebih pendek, karena permukaan darata tidak transparan. Panas jenis daratan lebih kecil, sehingga untuk menaikkan panas 1 C setiap gram daratan hanya memerlukan panas yang lebih sedikit. Energi panas yang diserap semua digunakan untuk menaikkan suhu. 4

5 B. Suhu Udara Permukaan Suhu udara permukaan merupakan suhu udara pada ketinggian 1,25 sampai dengan 2,0 meter di atas permukaan bumi. Selama sehari semalam (12 jam) maupun 1 tahun (12 bulan) suhu udara permukaan selalu mengalami variasi suhu udara atau mengalami perubahan atau perbedaan selama periode waktu tertentu. Fluktuasi suhu udara harian disebut dengan variasi suhu harian, demikian pula dengan variasi suhu mingguan, bulanan, atau tahunan. Pada periode waktu harian, suhu udara tertinggi atau maksimum biasa terjadi setelah beberapa saat setelah matahari melewati titik kulminasinya sedangkan suhu udara terendah atau minimum biasa terjadi setelah beberapa saat setelah matahari terbit. Nilai perbedaan antara suhu udara maksimum dan suhu udara minimum selama satu hari (24 jam) disebut dengan amplitudo suhu harian. 5

6 BAB III ANALISA DATA A. Data Historis Dari data historis suhu udara maksimum dan minimum periode tahun 19 sampai dengan Bulan Juni 20 yang ada, maka masing-masing ditampilkan dalam bentuk grafik anomali atau simpangan terhadap rata-ratanya selama kurun waktu tersebut, sebagai berikut : Grafik 1. Grafik Anomali Suhu Udara Maksimum dan Minimum Bulanan Grafik Anomali Suhu Bulan Januari Grafik Anomali Suhu Bulan April - - Grafik Anomali Suhu Bulan Februari Grafik Anomali Suhu Bulan Mei - - Grafik Anomali Suhu Bulan Maret Grafik Anomali Suhu Bulan Juni - - 6

7 Grafik Anomali Suhu Bulan Juli Grafik Anomali Suhu Bulan Oktober - - Grafik Anomali Suhu Bulan Agustus Grafik Anomali Suhu Bulan Nopember - - Grafik Anomali Suhu Bulan September Grafik Anomali Suhu Bulan Desember - - B. Data Rata-Rata Bergerak Dari grafik di atas tampak bahwa baik anomali suhu udara maksimum maupun minimum sama-sama menunjukan pola positif atau kenaikan suhu udara terhadap rata-ratanya menjelang 5 sampai dengan 10 tahun terakhir. Oleh karena itu untuk dapat lebih jelas melihat perubahan itu maka disajikan juga analisa grafik anomali suhu udara maksimum dan minimum bulanan untuk dalam bentuk rata-rata bergerak periode 5 dan 10 tahunan seperti di bawah ini : 7

8 Grafik 2. Grafik Anomali Suhu Udara Bulanan MV 5 tahunan Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suihu Udara Bulan Januari Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Mei Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Februari Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Juni Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Maret Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Juli Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan April Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Agustus

9 Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan September Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Nopember Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Oktober Anomali Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Bulan Desember Selanjutnya grafik anomali suhu udara maksimum dan minimum bulanan untuk dalam bentuk rata-rata bergerak 10 tahunan seperti di bawah ini : Grafik 3. Grafik Anomali Suhu Udara Bulanan MV 10 tahunan Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suihu Udara Bulan Januari Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Maret Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Februari Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan April

10 Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Mei Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan September Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Juni Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Oktober Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Juli Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Nopember Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Agustus Anomali Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Bulan Desember

11 C. Amplitudo Suhu harian Dari masing-masing analisa grafik suhu udara maksimum dan minimum di atas, maka selanjutnya dapat dilihat pola perbandingan kedua variabel tersebut dalam analisa amplitudio suhu harian dalam bentuk rata-rata bergerak periode 5 dan 10 tahunan seperti di bawah ini : Grafik 4. Grafik Anomali Amplitudo Suhu Udara Bulanan MV 5-10 tahunan Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Januari Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan April Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Februari Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Mei Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Maret Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Juni 11

12 Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Juli Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian BulanOktober Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Agustus Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Nopember Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan September Anomali Rata-Rata Bergerak Amplitudo Suhu Harian Bulan Desember D. Hubungan Antara Suhu Maksimum-Minimum Dengan Amplitudo Suhu Harian Nilai dari fluktuasi harian suhu maksimum maupun minimum dapat berpengaruh lamngsung terhadap nilai amplitudo suhu harian. Seberapa besar pengaruh suhu maksimum maupun minimum terhadap amplitudo suhu harian dapat ditentukan melalui persamaan korelasi, dimana pada dua data suhu maksimum dan suhu minimum masing-masing digunakan sebagai input atau variabel bebas (X) sedangkan amplitudo suhu harian sebagai variabel terikat (Y). Adapun persamaan korelasi adalah sebabai berikut : r = n XY - X Y [n X 2 ( X) 2 ] 1/2. [n Y 2 ( Y) 2 ] 1/2 12

13 Dimana r adalah nilai hubungan/ korelasi antara variabel X dan Y dan memiliki nilai yang bervariasi -1 melalui 0 hingga +1. Bila r = 0 atau memdekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali. Sedangkan bila r = +1 atau mendekati 1 maka korelasi dikatakan positif atau berbanding lurus, sedangkan bila r = -1 maka korelasi dikatakan negatif atau berbanding terbalik. Dengan menggunakan persamaan tersebut diatas, maka didapatkan harga korelasi hubungan antara suhu udara maksimum terhadap nilai amplitudo suhu harian sebesar 0,, sedangkan hubungan harga korelasi hubungan antara suhu udara minimum terhadap nilai amplitudo suhu harian sebesar -4. Masing-masing kedua korelasi tersebut ditampilkan dalam grafik di bawah ini : Grafik 5. Grafik Hubungan Suhu Amplitudo Suhu Udara Grafik Hubungan Suhu Maksimum - Amplitudo Harian Grafik Hubungan Suhu Minimum - Amplitudo Harian 16,0 16,0 14,0 R 2 = ,0 R 2 = 0,85 12,0 12, ,0 8,0 6,0 6,0 4,0 4,0 2,0 2, ,0 3 33,0 3 34,0 34,5 35, ,0 2 23,0 2 24,0 13

14 BAB IV PEMBAHASAN A. Data Historis Dari data historis suhu udara maksimum dan minimum periode tahun 19 sampai dengan Bulan Juni 20, dari masing-masing data tercatat beberapa kejadian ekstrim yaitu suhu maksimum dan minimum absolut sebagai berikut : Tabel 1. Kejadian Suhu Udara Absolut Suhu Udara Maksimum Suhu Udara Minimum Waktu Kejadian Suhu Terbaca Waktu Kejadian Suhu Terbaca 16 Januari 19 36,4 ºC 19 Januari 13 19,7 ºC Februari 19 36,0 ºC 07 Februari 15 19,4 ºC 20 Maret 20 36,4 ºC 29 Maret 14 19,3 ºC 25 April 23 36,6 ºC 08 April 12 20,6 ºC 24 Mei 19 36,3 ºC 24 Mei 20 17,9 ºC 28 Juni 25 37,3 ºC 28 Juni 15 17,9 ºC 16 Juli 19 36,5 ºC 27 Juli 14 15,6 ºC 16 Agustus 19 40,6 ºC 25 Agustus 12 16,7 ºC 29 September 20 38,0 ºC 13 September 11 16,2 ºC 10 Oktober 20 38,2 ºC Oktober 19 15,8 ºC 12 Nopember 20 39,9 ºC 24 Nopember 23 19,0 ºC Desember 19 38,2 ºC 19 Desember18 20,6 ºC Dari tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa harga absolut yang pernah terjadi pada suhu maksimum adalah sebesar 40,6 ºC yang terjadi pada tanggal 16 Agustus 19 dan suhu minimum sabesar 15,6 ºC yang terjadi pada tanggal 27 Juli 14. Sedangkan kejadian amplitudo harian suhu udara tertinggi dan terendah yang pernah terjadi adalah sebagai berikut : Tabel 2. Kejadian Amplitudo Suhu Udara Harian Tertinggi Terendah Waktu Kejadian Amplitudo Waktu Kejadian Amplitudo 19 Januari 13 13,7 ºC 08 Januari 19 1,6 ºC 07 Februari 15 14,5 ºC Februari 19 0,6 ºC 20 Maret 20 13,4 ºC Maret 12 1,6 ºC 25 April 23 14,8 ºC 24 April 23 2,0 ºC 24 Mei 20 17,1 ºC 13 Mei 25 2,0 ºC 28 Juni 25 15,9 ºC 13 Juni 22 1,3 ºC 10 Juli 19 17,7 ºC Juli 14 2,3 ºC 16 Agustus 19 21,3 ºC Agustus 19 2,2 ºC 13 September 11 19,0 ºC 12 September 18 3,9 ºC 10 Oktober 19 18,5 ºC 30 Oktober 19 2,4 ºC 14

15 15 Nopember 12 17,7 ºC 12 Nopember 14 2,8 ºC Desember 19 15,1 ºC 14 Desember 23 2,0 ºC Sama seperti halnya kejadian suhu maksimum dan minimum absolut yang pernah terjadi, maka kejadian absolut dari amplitudo suhu harian maksimum terjadi pada tanggal 16 Agustus 19 sebesar 21,3 ºC dan minimum terjadi pada tanggal 1 Februari 19 sebesar 0,6 ºC. Dari catatan kejadian yang ada, maka dapat dilihat bahwa baik kejadian absolut maksimum dan minimum nilai suhu udara maupun amplitudo suhu harian semuanya terjadi pada tahun 19 dimana bersamaan dengan terjadinya fenomena El~Nino yang cukup kuat berlangsung. Dari hasil analisa data pada Grafik 1. Grafik Anomali Suhu Udara Maksimum dan Minimum Bulanan, terlihat bahwa baik suhu udara maksimum maupun minimum mulai menunjukan polayang beriringan dan berada di sekitar harga normalnya, namun sejak tahun 19 sampai dengan tahun 20 pola kedua grafik tersebut menunjukkan pola peningkatan secara berkala khususnya untuk suhu udara maksimum yang di mulai dari Bulan September sampai dengan Nopember. Hal ini memberikan gambaran bahwa selama periode musim kemarau berlangsung khususnya pada puncak musim tersebut pada Bulan Agustus sampai dengan Oktober telah terjadi kenaikan suhu udara maksimum yang cukup jelas. Sedangkan untuk suhu minimum terjadi kenaikan yang hampir merata untuk setiap bulannya, hal tersebut di gambarkan pada grafik di bawah ini : Grafik 6. Perbandingan Rata-Rata Suhu Udara Periode Tahun dan Tahun Perbandingan Rata-Rata Suhu Udara Maksimum Perbandinga Rata-Rata Suhu Udara Minimum 36,0 26,0 34,0 24,0 32,0 22,0 3 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES 2 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

16 B. Data Rata-Rata Bergerak 1. Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan a. Suhu udara maksimum Dari hasil analisa data pada Grafik 2. Grafik Anomali Suhu Udara Bulanan MV 5 tahunan, dapat diketahui bahwa Suhu udara maksimum khusus pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Juli mulai mengalami kenaikan atau anomali positif sejak memasuki periode tahun 19 dan 19-19, sedangkan pada Bulan Agustus dan Bulan September kecenderungan kenaikan terjadi pada periode tahun 1920, sedangkan pada Bulan Oktober sampai dengan Bulan Desember sebaliknya mengalami penurunan pada periode tahun 19 dan seterusnya. b. Suhu udara minimum Dari hasil analisa pada grafik yang sama di atas, pola suhu udara minimum dengan menggunakan perhitungan rata-rata bergerak 5 tahunan ini menunjukan bahwa seperti halnya suhu udara maksimum, pola suhu udara minimum mulai menunjukan peningkatan secara hampir merata pada setiap bulannya sejak periode tahun dan 19. Grafik dibawah ini memberikan gambaran tentang perbandingan rata-rata bergerak 5 tahunan pada periode dan 1920 Grafik 7. Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Udara Periode Tahun dan Tahun 1920 Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Maksimum Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Minimum 0 0 0,25 0, ,25-0,40 0 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES -0 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

17 2. Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan a. Suhu udara maksimum Dari hasil analisa data pada Grafik 3. Grafik Anomali Suhu Udara Bulanan MV 10 tahunan, dapat diketahui bahwa Suhu udara maksimum khusus pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Agustus mulai mengalami kenaikan atau anomali positif sejak memasuki periode tahun 19-19, sedangkan pada Bulan September sampai dengan Bulan Desember kecenderungan kenaikan terjadi terjadi lebih cepat, yaitu pada periode tahun b. Suhu udara minimum Dari hasil analisa pada grafik yang sama di atas, pola suhu udara minimum dengan menggunakan perhitungan rata-rata bergerak 10 tahunan ini menunjukan bahwa seperti halnya suhu udara maksimum, yaitu pola suhu udara minimum pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Agustus, Nopember dan Desember mulai mengalami kenaikan atau anomali positif sejak memasuki periode tahun 18-19, sedangkan untuk Bulan September dan Oktober kenaikan suhu udara baru sejak tahun 10 dan meningkat drastis sampai dengan tahun 25. Grafik dibawah ini memberikan gambaran tentang perbandingan rata-rata bergerak 10 tahunan pada periode dan 1920 Grafik 8. Perbandingan Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Udara Periode Tahun dan Tahun 1920 Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Maksimum Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Minimum 0,25 0, ,25-0,4 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES - JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

18 C. Amplitudo Suhu Harian Berdasarkan hasil analisa pada Grafik 4. Grafik Anomali Amplitudo Suhu Udara Bulanan MV 5-10 tahunan, maka dapat terlihat bahwa secara umum baik dengan menggunakan perhitungan rata-rata bergerak 5 tahunan maupun 10 tahunan amplitudo suhu harian di Banjarbaru setiap bulannya pada periode 20 tahun pertama atau selama periode tahun berada diatas harga normalnya atau memiliki nilai anomali positif, sedsangkan pada periode 10 tahun terakhir atau selama periode tahun 19 sampai dengan tahun 20 (Bulan Juni) mengalami penurunan terutama pada Bulan Oktober sampai dengan Bulan Desember. Grafik dibawah ini memberikan gambaran tentang perbandingan rata-rata bergerak 5 dan 10 tahunan Amplutudo Suhu Harian pada periode dan 1920 Grafik 9. Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 dan 10 Tahunan Amplitudo Suhu Udara Harian Periode Tahun dan Tahun 1920 Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 5 Tahunan Suhu Maksimum Grafik Perbandingan Rata-Rata Bergerak 10 Tahunan Suhu Minimum 0,75 0,75 0,25 0,25-0,25-0,25-0,75 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES -0,75 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

19 BAB V KESIMPULAN Dari hasil analisa data dan pembahasannya mengenai suhu udara maksimum dan minimum serta amplitudo suhu udara harian di Stasiun Klimatolohi Banjarbaru, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : A. Sepanjang periode sejak tahun 19 sampai denga Bulan Juni 25 baik suhu udara maksimum dan minimum mengalami kecenderungan untuk meningkat terutama sejak 10 tahun terakhir sejak terjadinya fenomena El~Nino pada tahun 19, hal ini dapat disebabkan oleh adanya dampak pemanasan global yang juga dirasakan diseluruh dunia maupun dalam skala lokal yang diakibatkan oleh adanya eksploitasi suber daya alam di wilayah Kalimantan Selatan seperti penabangan hutan maupun kegiatan pertambangan batu bara. B. Berbeda dengan gambaran yang diberikan oleh data suhu udara, amplitudo suhu harian sejak 10 tahun teakhir mengalami kecenderungan menurunan. Bila amplitudo suhu harian merupakan nilai perbedaan yang diberikan antara suhu maksimum dan suhu minimum, maka variasi nilai dari amplitudo suhu harian berbading lurus dengan suhu udara maksimum dan berbanding terbalik dengan suhu udara minimum. C. Hubungan antara suhu udara maksimum dengan amplitudo suhu harian memiliki korelasi sebesar 0, dan sedangkan antara suhu udara minimum dengan amplitudo suhu harian memiliki korelasi sebesar -4. Artinya bahwa baik suhu udara maksimum maupun minimum sama-sama memiliki pengaruh yang hampir sama terhadap harga amplitudo suhu harian, namun bila dihubungan dengan data yang adaakan tampak bahwa terjadinya penurunan suhu udara minimum lebih berpengaruh terhadap perubahan yang dialami oleh amplitudo suhu udara harian. Hal tersebut dapat disebabkan oleh lebih tingginya suhu tanah akibat diterimanya radiasi matahari dibandingkan dengan suhu udara permukaan, yang dalam kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya pengembunan (frosty). 19

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB I PENDAHULUAN Pengaruh pemanasan global yang sering didengungkan tidak dapat dihindari dari wilayah Kalimantan Selatan khususnya daerah Banjarbaru. Sebagai stasiun klimatologi maka kegiatan observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya jumlah curah hujan di bawah normal pada suatu periode atau biasa disebut dengan kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama yang selanjutnya mulai

Lebih terperinci

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE KARAKTERISTIK RATA-RATA SUHU MAKSIMUM DAN SUHU MINIMUM STASIUN METEOROLOGI NABIRE TAHUN 2006 2015 OLEH : 1. EUSEBIO ANDRONIKOS SAMPE, S.Tr 2. RIFKI ADIGUNA SUTOWO, S.Tr

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT Ida sartika Nuraini 1), Nurdeka Hidayanto 2), Wandayantolis 3) Stasiun Klimatologi Kelas II Mempawah Kalimantan Barat sartikanuraini@gmail.com, nurdeka.hidayanto@gmail.com,

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT 1.PANCARAN RADIASI SURYA Meskipun hanya sebagian kecil dari radiasi yang dipancarkan

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas Pemanasan Bumi Meteorologi Suhu dan Perpindahan Panas Suhu merupakan besaran rata- rata energi kine4k yang dimiliki seluruh molekul dan atom- atom di udara. Udara yang dipanaskan akan memiliki energi kine4k

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2016 i KATA PENGANTAR Penyajian prakiraan musim kemarau 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diterbitkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat disamping publikasi

Lebih terperinci

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Agroklimat Wilayah Penelitian Dari hasil analisis tanah yang dilakukan pada awal penelitian menunjukan bahwa tanah pada lokasi penelitian kekurangan unsur hara

Lebih terperinci

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR Gerakan Bumi Rotasi, perputaran bumi pada porosnya Menghasilkan perubahan waktu, siang dan malam Revolusi, gerakan bumi mengelilingi matahari Kecepatan 18,5 mil/dt Waktu:

Lebih terperinci

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Oleh : Imam Hambali Pusat Kajian Kemitraan & Pelayanan Jasa Transportasi Kementerian Perhubungan Pada awal Februari 2007 yang lalu Intergovernmental Panel on Climate

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Lapang Paremeter suhu yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu lingkungan, kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Udara & Atmosfir. Angga Yuhistira

Udara & Atmosfir. Angga Yuhistira Udara & Atmosfir Angga Yuhistira Udara Manusia dapat bertahan sampai satu hari tanpa air di daerah gurun yang paling panas, tetapi tanpa udara manusia hanya bertahan beberapa menit saja. Betapa pentingnya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ). KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari yang sampai di bumi merupakan sumber utama energi yang menimbulkan segala macam kegiatan atmosfer seperti hujan, angin, siklon tropis, musim panas, musim

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II) HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST. MT 5. Penyebaran Suhu Menurut Ruang dan Waktu A. Penyebaran Suhu Vertikal Pada lapisan troposfer,

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG 1. TINJAUAN UMUM 1.1.

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Data Siklon Tropis Data kejadian siklon tropis pada penelitian ini termasuk depresi tropis, badai tropis dan siklon tropis. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect) PEMANASAN GLOBAL Efek Rumah Kaca (Green House Effect) EFEK RUMAH KACA Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah

Lebih terperinci

ATMOSFER BUMI A BAB. Komposisi Atmosfer Bumi

ATMOSFER BUMI A BAB. Komposisi Atmosfer Bumi BAB 1 ATMOSFER BUMI A tmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni. Dengan keberadaan atmosfer, suhu Bumi tidak turun secara drastis di malam hari dan tidak memanas dengan cepat di siang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1 BAB I PENDAHULUAN Klimatologi berasal dari bahasa Yunani di mana klima dan logos. Klima berarti kemiringan (slope) yang diarahkan ke lintang tempat, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi definisi klimatologi

Lebih terperinci

Atmosfer Bumi. Meteorologi. Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita. Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni.

Atmosfer Bumi. Meteorologi. Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita. Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni. Atmosfer Bumi Meteorologi Pendahuluan Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni. Dengan keberadaan atmosfer, suhu Bumi tidak turun secara

Lebih terperinci

Oleh: Ikhsan Dwi Affandi

Oleh: Ikhsan Dwi Affandi ANALISA PERUBAHAN NILAI MUKA AIR LAUT (SEA LEVEL RISE) TERKAIT DENGAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING) ( Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ) Oleh: Ikhsan Dwi Affandi 35 08 100 060

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB PNDAHULUAN A. Latar Belakang Belum adanya tehnik baku yang digunakan disamping ketiadaan stasiun referensi yang ditentukan sebagai acuan untuk menguji homogenitas data iklim di ndonesia merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan pembangunan yang begitu pesat terkadang cenderung menimbulkan masalah baru di suatu wilayah bila dalam perencanaannya kurang/tidak memperhitungkan keadaan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Press Release BMKG Jakarta, 12 Oktober 2010 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 2 BMKG A F R I C A A S I A 3 Proses EL NINO, DIPOLE MODE 2 1 1963 1972 1982 1997 1 2 3 EL NINO / LA NINA SUHU PERAIRAN

Lebih terperinci

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor. Jika plot peluang dan plot kuantil-kuantil membentuk garis lurus atau linier maka dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi asumsi (Mallor et al. 2009). Tingkat Pengembalian Dalam praktik, besaran atau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BALAI BESAR METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH IV MAKASSAR STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I MAROS JL. DR. RATULANGI No. 75A Telp. (0411) 372366 Fax. (0411)

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp. (021) 7353018, Fax: (021) 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KUAT MEDAN PADA PENERIMAAN RADIO AM

BAB IV ANALISIS KUAT MEDAN PADA PENERIMAAN RADIO AM BAB IV ANALISIS KUAT MEDAN PADA PENERIMAAN RADIO AM 4.1 ANALISIS PERHITUNGAN KUAT MEDAN PADA PROPAGASI GROUND WAVE Langkah yang pertama kali dilakukan dalam analisis ini ialah mencari nilai s 1 dan s 2

Lebih terperinci

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,

Lebih terperinci

ATMOSFER I. A. Pengertian, Kandungan Gas, Fungsi, dan Manfaat Penyelidikan Atmosfer 1. Pengertian Atmosfer. Tabel Kandungan Gas dalam Atmosfer

ATMOSFER I. A. Pengertian, Kandungan Gas, Fungsi, dan Manfaat Penyelidikan Atmosfer 1. Pengertian Atmosfer. Tabel Kandungan Gas dalam Atmosfer KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian dan kandungan gas atmosfer. 2. Memahami fungsi

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.3 1. Perhatikan peristiwa berikut! 1) Kapur barus pewangi pakaian didalam lemari makin lama makin kecil. 2) Timbulnya butir-butir air

Lebih terperinci

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA) Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA I. PENDAHULUAN Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Pengertian 2 Global warming atau pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global permukaan bumi telah 0,74 ± 0,18 C (1,33 ±

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1. argon. oksigen. nitrogen. hidrogen

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1. argon. oksigen. nitrogen. hidrogen 1. Komposisi gas terbesar di atmosfer adalah gas. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1 argon oksigen nitrogen hidrogen karbon dioksida Komposisi gas-gas di udara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini. KATA PENGANTAR Penyajian Prakiraan Musim Hujan 2016/2017 di Provinsi Sumatera Selatan ditujukan untuk memberi informasi kepada masyarakat, disamping publikasi buletin agrometeorologi, analisis dan prakiraan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) 1. Pengertian Atmosfer Planet bumi dapat dibagi menjadi 4 bagian : (lithosfer) Bagian padat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bumi merupakan satu-satunya tempat tinggal bagi makhluk hidup. Pelestarian lingkungan dilapisan bumi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Suhu

Lebih terperinci

Kita awali fenomena geosfer dari yang pertama: Atmosfer

Kita awali fenomena geosfer dari yang pertama: Atmosfer Geosfer merupakan satu istilah yang tidak pernah lepas dari ilmu geografi, karena pada dasarnya geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya gejala-gejala maupun fenomena geosfer berdasarkan

Lebih terperinci

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG OUTLINE I. GEMPABUMI TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI (25 - oktober 2010); Komponen Tsunami Warning System (TWS) : Komponen Structure : oleh

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Unsur-unsur Iklim 1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran - 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Puncak Atmosfer ( 100 km ) Tekanan Udara

Lebih terperinci

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali. 4.5. Iklim 4.5.1. Tipe Iklim Indonesia merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Iklim tropis tersebut bersifat panas dan menyebabkan munculnya dua musim, yaitu musim

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012 KATA PENGANTAR i Analisis Hujan Bulan Agustus 2012, Prakiraan Hujan Bulan November, Desember 2012, dan Januari 2013 Kalimantan Timur disusun berdasarkan hasil pantauan kondisi fisis atmosfer dan data yang

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi). 1. Klasifikasi Iklim MOHR (1933) Klasifikasi iklim di Indonesia yang didasrakan curah hujan agaknya di ajukan oleh Mohr pada tahun 1933. Klasifikasi iklim ini didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan

Lebih terperinci

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu Arif Ismul Hadi, Suwarsono dan Herliana Abstrak: Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran siklus bulanan dan tahunan curah hujan maksimum

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 Nop-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Curah Hujan DAS Brantas Data curah hujan di DAS Brantas merupakan data curah hujan harian, dimana curah hujan harian berasal dari stasiun-stasiun curah hujan yang ada

Lebih terperinci

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Propinsi Banten dan DKI Jakarta BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI RADIASI MATAHARI NAMA NPM JURUSAN DISUSUN OLEH : Novicia Dewi Maharani : E1D009067 : Agribisnis LABORATORIUM AGROKLIMAT UNIVERSITAS BENGKULU 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur http://lasiana.ntt.bmkg.go.id/publikasi/prakiraanmusim-ntt/ Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun

Lebih terperinci

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS SEMESTER II-2016 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko Daftar Isi Daftar Isi... 1 KETERANGAN... 2 I.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS Juni 2016 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko Daftar Isi Daftar Isi... 1 KETERANGAN... 2 I. Total Simpanan...

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT Nohanamian Tambun 3306 100 018 Latar Belakang Pembangunan yang semakin berkembang

Lebih terperinci

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika () setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal

Lebih terperinci

Jaman dahulu Sekarang

Jaman dahulu Sekarang PENGANTAR Meteorologi meteoros: benda yang ada di dalam udara logos: ilmu/kajian ilmu yang mempelajari proses fisis dan gejala cuaca yang terjadi di lapisan atmosfer (troposfer) Klimatologi klima: kemiringan

Lebih terperinci

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I Hidrometeorologi Pertemuan ke I Pengertian Pengertian HIDROMETEOROLOGI Adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur unsur meteorologi dengan siklus hidrologi, tekanannya pada hubungan timbal balik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012 I. TOTAL SIMPANAN NASABAH PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012 Total pada bulan April 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp14,48 Triliun dibandingkan dengan total pada bulan Maret 2012 sehingga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG KATA PENGANTAR Stasiun Klimatologi Semarang setiap tahun menerbitkan buku Prakiraan Musim Hujan dan Prakiraan Musim Kemarau daerah Propinsi Jawa Tengah. Buku Prakiraan Musim Hujan diterbitkan setiap bulan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3 1. Perhatikan pernyataan berikut! SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3 1. Angin laut terjadi pada siang hari, karena udara di darat lebih panas daripada di laut. 2. Sinar

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Semenjak manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah kita

Lebih terperinci

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun Cacth (ton) 46 4 HASIL 4.1 Hasil Tangkapan (Catch) Ikan Lemuru Jumlah dan nilai produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru yang didaratkan di PPP Muncar dari tahun 24 28 dapat dilihat pada Gambar 4 dan

Lebih terperinci

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS SEMESTER I-2017 Group Penanganan Premi Penjaminan Daftar Isi Daftar Isi... 1 Daftar Tabel dan Gambar...2 Keterangan... 3 I. Jumlah BPR dan BPRS... 4 II. Total

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016 B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

Gambar 1. Peta Prakiraan Cuaca Hujan Mei 2018 (Sumber : Stasiun Klimatologi Karangploso Malang)

Gambar 1. Peta Prakiraan Cuaca Hujan Mei 2018 (Sumber : Stasiun Klimatologi Karangploso Malang) PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN MEI 2018 Pada bulan Mei 2018, sebagian wilayah di Jawa Timur mulai memasuki masa peralihan dari musim penghujan menuju kemusim kemarau. Namun sebagian kecil wilayah Jawa Timur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki nilai WWZ yang sama pada tahun yang dan periode yang sama pula. Hubungan keterpengaruhan juga teridentifikasi jika pada saat nilai WWZ bintik matahari maksimum, didapatkan nilai WWZ parameter

Lebih terperinci

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V Pangkat/Gol. : Perguruan Tinggi : Universitas Ahmad Dahlan Jabatan Fungsional : Bulan : Januari 2014 No. HARI TANGGAL DATANG PULANG. DATANG PULANG 1 Rabu 01-Jan-14 Libur Libur Libur 2 Kamis 02-Jan-14 1.

Lebih terperinci

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN BAB 3 14 Variasi Suhu Udara Harian Pemanasan Siang Hari Pemanasan permukaan bumi pada pagi hari secara konduksi juga memanaskan udara di atasnya. Semakin siang, terjadi perbedaan suhu yang besar antara

Lebih terperinci

Oleh : Irman Sonjaya, Ah.MG

Oleh : Irman Sonjaya, Ah.MG Oleh : Irman Sonjaya, Ah.MG KONSEP DASAR Cuaca adalah kondisi dinamis atmosfer dalam skala ruang, waktu yang sempit. Iklim merupakan rata-rata kumpulan kondisi cuaca pada skala ruang/ tempat yang lebih

Lebih terperinci

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Variasi Suhu Udara Harian Bagaimana Suhu Lingkungan Diatur? Data Suhu Udara Suhu Udara dan Rasa Nyaman Pengukuran Suhu Udara Variasi Suhu Udara

Lebih terperinci