DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DEPOK TAHUN 2015

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2014

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

KATA PENGANTAR. Semarang, Juni Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA SEMARANG TAHUN 2015

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

TABEL PROFIL KESEHATAN PROVINSI NTB TAHUN 2014

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN ANGKA/NILAI L P L + P Satuan A. GAMBARAN UMUM 2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

Petunjuk Teknis. Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2014

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA

PROFIL DINAS KESEHATAN

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

DINAS KESEHATAN KAB. MAMUJU TENGAH TAHUN 2017

Ruteng, April Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai. dr. Yulianus Weng, M.Kes Pembina Tkt. I NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

DINAS KESEHATAN KOTA SAMARINDA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

Profil Kesehatan Provinsi NTB

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

DAFTAR TABEL. Judul Tabel

P R O F I L K E S E H A T A N T A H U N

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT. DINAS KESEHATAN Jl. Perintis Kemerdekaan No.65 A Padang- Sumatera Barat Telpon : , Fax

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN TAHUN 2013

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK

PROFIL KESEHATAN TAHUN 2014

PROFIL DINAS KESEHATAN

Transkripsi:

Dinas Kesehatan TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id e-mail : mi_jateng@yahoo.co.id; mibangkes@dinkesjatengprov.go.id @dinkesjateng

DAFTAR LAMPIRAN PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014 TABEL 1 TABEL 2 TABEL 3 TABEL 4 TABEL 5 TABEL 6 TABEL 7 TABEL 8 TABEL 9 TABEL 10 TABEL 11 TABEL 12 TABEL 13 RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN/KOTA. JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR DAN KABUPATEN/KOTA KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTAKEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT JENIS KELAMIN PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS KELAMIN KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA TABEL 14 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA TABEL 15 TABEL 16 TABEL 17 TABEL 18 TABEL 19 KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KABUPATEN/KOTA JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI xii

TABEL 20 TABEL 21 (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA TABEL 22 KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA TABEL 23 TABEL 24 PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK 18 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA TABEL 25 PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA TABEL 26 TABEL 27 CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE) MENURUT KABUPATEN/KOTA JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) TABEL 28 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG DITANGANI < 24 JAM TABEL 29 TABEL 30 TABEL 31 TABEL 33 TABEL 34 TABEL 35 TABEL 36 TABEL 37 TABEL 38 TABEL 39 TABEL 40 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS MENURUT KABUPATEN/KOTA PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KABUPATEN/KOTA PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT KABUPATEN/KOTA JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI DAN KABUPATEN/KOTA PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI DAN KABUPATEN/KOTA JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KABUPATEN/KOTA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN xiii

TABEL 41 TABEL 42 TABEL 43 TABEL 44 TABEL 45 TABEL 46 DAN KABUPATEN/KOTA CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KABUPATEN/KOTA CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCGPADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB3/DPT-HB-Hib3, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN KABUPATEN/KOTA JUMLAH ANAK 0 23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA TABEL 47 JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA TABEL 48 TABEL 49 CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA TABEL 50 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT KABUPATEN/KOTA TABEL 51 TABEL 52 TABEL 53 TABEL 54 TABEL 55 TABEL 56 TABEL 57 TABEL 58 TABEL 59 TABEL 60 TABEL 61 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUAPTEN/KOTA CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BERPHBS) MENURUT KABUPATEN/KOTA PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KABUPATEN/KOTA PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KABUPATEN/KOTA PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN DAN KABUPATEN/KOTA xiv

TABEL 62 TABEL 63 TABEL 64 TABEL 65 TABEL 66 TABEL 67 DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KABUPATEN/KOTA TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN TABEL 68 PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I TABEL 69 TABEL 71 TABEL 72 TABEL 73 TABEL 74 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KABUPATEN/KOTA JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DI FASILITAS KESEHATAN TABEL 75 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN TABEL 76 TABEL 77 TABEL 78 TABEL 79 TABEL 80 TABEL 81 TABEL 82 TABEL 83 JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN JUMLAH TENAGA NON KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PERSENTASE DESA/KELURAHAN DENGAN GARAM BERYODIUM BAIK JUMLAH KASUS BARU PENYAKIT TIDAK MENULAR MENURUT KABUPATEN/KOTA xv

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014 NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 32.544 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 8578 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 16.627.023 16.895.640 33.522.663 Jiwa Tabel 2 4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 3,7 Jiwa Tabel 1 5 Kepadatan Penduduk /Km 2 1030,1 Jiwa/Km 2 Tabel 1 6 Rasio Beban Tanggungan 48,4 per 100 penduduk produktif Tabel 2 7 Rasio Jenis Kelamin 98,4 Tabel 2 8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 94,39 89,04 91,66 % Tabel 3 9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi a. SMP/ MTs 2.411.115,38 2.316.211,70 4.727.327,08 % Tabel 3 b. SMA/ SMK/ MA 2.581.311,76 2.058.570,00 4.639.881,76 % Tabel 3 c. Sekolah menengah kejuruan 702.985,05 713.962,32 1.416.947,37 % Tabel 3 d. Diploma I/Diploma II 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3 e. Akademi/Diploma III 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3 f. Universitas/Diploma IV 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3 g. S2/S3 (Master/Doktor) 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3 B. DERAJAT KESEHATAN B.1 Angka Kematian 10 Jumlah Lahir Hidup 281.541 280.303 561.844 Tabel 4 11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 6 5 6 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 4 12 Jumlah Kematian Neonatal 2.247 1.976 4.223 neonatal Tabel 5 13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) 8 7 8 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5 14 Jumlah Bayi Mati 2.987 2.679 5.666 bayi Tabel 5 15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 11 10 10 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5 16 Jumlah Balita Mati 3.394 3.092 6.486 Balita Tabel 5 17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 12 11 12 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5 18 Kematian Ibu Jumlah Kematian Ibu 711 Ibu Tabel 6 Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 127 per 100.000 Kelahiran Hidup Tabel 6

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran B.2 Angka Kesakitan 19 Tuberkulosis Jumlah kasus baru TB BTA+ 10.518 8.253 18.771 Kasus Tabel 7 Proporsi kasus baru TB BTA+ 56,03 43,97 % Tabel 7 CNR kasus baru BTA+ 63,26 48,85 55,99 per 100.000 penduduk Tabel 7 Jumlah seluruh kasus TB 16.812 13.025 29.837 Kasus Tabel 7 CNR seluruh kasus TB 101,11 77,09 89,01 per 100.000 penduduk Tabel 7 Kasus TB anak 0-14 tahun 6,63 % Tabel 7 Persentase BTA+ terhadap suspek 13,92 11,44 12,71 % Tabel 8 Angka kesembuhan BTA+ 78,90 85,56 81,84 % Tabel 9 Angka pengobatan lengkap BTA+ 7,75 8,43 8,05 % Tabel 9 Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+ 86,66 93,99 89,89 % Tabel 9 Angka kematian selama pengobatan 1,23 0,86 1,04 per 100.000 penduduk Tabel 9 20 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani 27,06 25,18 26,11 % Tabel 10 21 Jumlah Kasus HIV 702 697 1.399 Kasus Tabel 11 22 Jumlah Kasus AIDS 664 417 1.081 Kasus Tabel 11 23 Jumlah Kematian karena AIDS 93 70 163 Jiwa Tabel 11 24 Jumlah Kasus Syphilis 411 496 907 Kasus Tabel 11 25 Donor darah diskrining positif HIV 0,18 0,18 0,18 % Tabel 12 26 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 0,00 0,00 0,00 % Tabel 13 27 Kusta Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) 1168 677 1845 Kasus Tabel 14 Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 7,02 4,01 5,50 per 100.000 penduduk Tabel 14 Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 6,23 % Tabel 15 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 12,41 % Tabel 15 Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 0,68 per 100.000 penduduk Tabel 15 Angka Prevalensi Kusta 0,81 0,46 0,63 per 10.000 Penduduk Tabel 16 Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) 92,54 94,55 93,44 % Tabel 17 Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 92,04 88,35 90,51 % Tabel 17 28 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi AFP Rate (non polio) < 15 th 2,29 per 100.000 penduduk <15 tahun Tabel 18 Jumlah Kasus Difteri 1 2 3 Kasus Tabel 19 Case Fatality Rate Difteri 0 % Tabel 19 Jumlah Kasus Pertusis 0 0 0 Kasus Tabel 19 Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) 0 0 0 Kasus Tabel 19 Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) 0 % Tabel 19 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 2 0 2 Kasus Tabel 19

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum 50 % Tabel 19 Jumlah Kasus Campak 130 178 308 Kasus Tabel 20 Case Fatality Rate Campak 0 % Tabel 20 Jumlah Kasus Polio 106 91 197 Kasus Tabel 20 Jumlah Kasus Hepatitis B 13 53 66 Kasus Tabel 20 29 Incidence Rate DBD 37,49 35,01 36,24 per 100.000 penduduk Tabel 21 30 Case Fatality Rate DBD 1,49 1,98 1,73 % Tabel 21 31 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) 0,07 0,04 0,05 per 1.000 penduduk berisiko Tabel 22 32 Case Fatality Rate Malaria 0,00 0,31 0,11 % Tabel 22 33 Angka Kesakitan Filariasis 2 2 2 per 100.000 penduduk Tabel 23 34 Persentase Hipertensi/tekanan darah tinggi 5,25 5,94 5,63 % Tabel 24 35 Persentase obesitas 0,07 20,72 20,26 % Tabel 25 36 Persentase IVA positif pada perempuan usia 30-50 tahun 3,68 % Tabel 26 37 % tumor/benjolan payudara pada perempuan 30-50 tahun 1,08 % Tabel 26 38 Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam 99,43 % Tabel 28 C. UPAYA KESEHATAN C.1 Pelayanan Kesehatan 39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 100 % Tabel 29 40 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 93,11 % Tabel 29 41 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 99,17 % Tabel 29 42 Pelayanan Ibu Nifas 95,16 % Tabel 29 43 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 98,55 % Tabel 29 44 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 64,36 % Tabel 30 45 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 92,52 % Tabel 32 46 Penanganan komplikasi kebidanan 105,38 % Tabel 33 47 Penanganan komplikasi Neonatal 84,07 82,57 83,32 % Tabel 33 48 Peserta KB Baru 13,85 % Tabel 36 49 Peserta KB Aktif 78,56 % Tabel 36 50 Bayi baru lahir ditimbang 100 97 98 % Tabel 37 51 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 3,87 3,92 3,90 % Tabel 37 52 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 98,36 98,78 98,57 % Tabel 38 53 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 96,64 97,04 96,84 % Tabel 38 54 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 60,68 60,64 60,66 % Tabel 39 55 Pelayanan kesehatan bayi 96,13 96,55 96,34 % Tabel 40 56 Desa/Kelurahan UCI 99,69 % Tabel 41 57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 99,18 97,11 98,15 % Tabel 43

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran 58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi 94,29 92,54 93,42 % Tabel 43 59 Bayi Mendapat Vitamin A 99,87 99,88 99,87 % Tabel 44 60 Anak Balita Mendapat Vitamin A 98,36 98,36 98,36 % Tabel 44 61 Baduta ditimbang 84,07 84,16 84,12 % Tabel 45 62 Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) 0,88 1,07 0,98 % Tabel 45 63 Pelayanan kesehatan anak balita 86,77 87,12 86,95 % Tabel 46 64 Balita ditimbang (D/S) 80,39 80,41 80,40 % Tabel 47 65 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 1,02 1,03 1,02 % Tabel 47 66 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100,00 100,00 100,00 % Tabel 48 67 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 87,55 87,38 87,37 % Tabel 49 68 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 0,96 Tabel 50 69 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal 68,97 sekolah Tabel 51 70 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 77,68 sekolah Tabel 51 71 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 43,84 44,48 44,15 % Tabel 51 72 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 58,82 62,80 60,81 % Tabel 51 73 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan mulut 58,82 62,80 60,81 % Tabel 51 74 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 50,65 56,38 53,70 % Tabel 52 C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Persentase 75 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 59,23 59,52 59,38 % Tabel 53 76 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan - - - % Tabel 54 77 Cakupan Kunjungan Rawat Inap - - - % Tabel 54 78 Angka kematian kasar/gross Death Rate (GDR) di RS 35,71 25,09 30,77 per 100.000 pasien keluar Tabel 55 79 Angka kematian murni/nett Death Rate (NDR) di RS 17,96 15,68 17,75 per 100.000 pasien keluar Tabel 55 80 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 48,62 % Tabel 56 81 Bed Turn Over (BTO) di RS 45,58 Kali Tabel 56 82 Turn of Interval (TOI) di RS 4,11 Hari Tabel 56 83 Average Length of Stay (ALOS) di RS 2,51 Hari Tabel 56 C.3 Perilaku Hidup Masyarakat 87 Rumah Tangga ber-phbs 71,46 % Tabel 57

ANGKA/NILAI NO INDIKATOR No. Lampiran L P L + P Satuan C.4 Keadaan Lingkungan 88 Persentase rumah sehat 73,97 % Tabel 58 89 Penduduk yang memiliki akses air minum yang layak 77,00 % Tabel 59 90 Penyelenggara air minum memenuhi syarat kesehatan 78,84 % Tabel 60 91 Penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) 70,02 % Tabel 61 92 Desa STBM 5,26 % Tabel 62 93 Tempat-tempat umum memenuhi syarat 77,90 % Tabel 63 TPM memenuhi syarat higiene sanitasi 56,44 % Tabel 64 TPM tidak memenuhi syarat dibina 66,53 % Tabel 65 TPM memenuhi syarat diuji petik 17,70 % Tabel 65 D. SUMBERDAYA KESEHATAN D.1 Sarana Kesehatan 94 Jumlah Rumah Sakit Umum 214,00 RS Tabel 67 95 Jumlah Rumah Sakit Khusus 70,00 RS Tabel 67 96 Jumlah Puskesmas Rawat Inap 318,00 Tabel 67 97 Jumlah Puskesmas non-rawat Inap 557,00 Tabel 67 Jumlah Puskesmas Keliling 960,00 Tabel 67 Jumlah Puskesmas pembantu 1.561,00 Tabel 67 98 Jumlah Apotek 2.620,00 Tabel 67 99 RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 100,00 % Tabel 68 100 Jumlah Posyandu 48.477,00 Posyandu Tabel 69 101 Posyandu Aktif 60,54 % Tabel 69 102 Rasio posyandu per 100 balita 1,75 per 100 balita Tabel 69 103 UKBM Poskesdes 5.703,00 Poskesdes Tabel 70 Polindes 25,00 Polindes Tabel 70 Posbindu 590,00 Posbindu Tabel 70 104 Jumlah Desa Siaga 8.577,00 Desa Tabel 71 105 Persentase Desa Siaga 99,99 % Tabel 71 D.2 Tenaga Kesehatan 106 Jumlah Dokter Spesialis 2.026,00 680,00 2.706,00 Orang Tabel 72

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran 107 Jumlah Dokter Umum 1.827,00 2.361,00 4.188,00 Orang Tabel 72 108 Rasio Dokter (spesialis+umum) 20,57 per 100.000 penduduk Tabel 72 109 Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis 263,00 808,00 1.071,00 Orang Tabel 72 110 Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi Spesialis) 3,19 per 100.000 penduduk 111 Jumlah Bidan 16.284,00 Orang Tabel 73 112 Rasio Bidan per 100.000 penduduk 96,38 per 100.000 penduduk Tabel 73 113 Jumlah Perawat 9.398,00 19.085,00 28.483,00 Orang Tabel 73 114 Rasio Perawat per 100.000 penduduk 84,97 per 100.000 penduduk Tabel 73 115 Jumlah Perawat Gigi 205,00 839,00 1.044,00 Orang Tabel 73 116 Jumlah Tenaga Kefarmasian 1.024,00 4.958,00 5.982,00 Orang Tabel 74 117 Jumlah Tenaga Kesehatan kesehatan 268,00 452,00 720,00 Orang Tabel 75 118 Jumlah Tenaga Sanitasi 515,00 727,00 1.242,00 Orang Tabel 76 119 Jumlah Tenaga Gizi 288,00 1.284,00 1.572,00 Orang Tabel 77 D.3 Pembiayaan Kesehatan 120 Total Anggaran Kesehatan 6.704.305.096.712,00 Rp Tabel 81 121 APBD Kesehatan terhadap APBD Kab/Kota 6,20 % Tabel 81 122 Anggaran Kesehatan Perkapita 199.993,21 Rp Tabel 81

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sesuai Rencana Strategis Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018, maka pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan cara: 1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkeadilan, 2) Mewujudkan sumber daya manusia yang berdaya saing, 3) Mewujudkan peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan dalam pembangunan kesehatan, 4) Melaksanakan pelayanan administrasi internal dan pelayanan publik yang bermutu. Pelaksanaan pelayanan publik yang bermutu diantaranya adalah pelayanan informasi yang meliputi pelayanan kehumasan dan informasi publik. Dalam rangka meningkatkan pelayanan informasi publik di bidang kesehatan, dibutuhkan adanya manajemen dan pengelolaan data dan informasi yang baik, akurat, lengkap, dan tepat waktu. Peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan semakin dibutuhkan dalam manajemen kesehatan oleh berbagai pihak. Masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah, terutama terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka. Kepedulian masyarakat akan informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi pembangunan kesehatan itu sendiri. Untuk itu pengelola program harus bisa menyediakan dan memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan dikemas secara baik, sederhana, informatif, dan tepat waktu. Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi informatif, untuk dipakai sebagai alat tolok ukur kemajuan pembangunan kesehatan sekaligus juga sebagai bahan evaluasi program-program kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah adalah gambaran situasi kesehatan yang memuat berbagai data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama satu tahun yang memuat data derajat kesehatan, sumber daya kesehatan, dan capaian indikator hasil pembangunan kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 1

B. SISTEMATIKA PENYAJIAN Sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisi penjelasan tentang maksud, tujuan dan sistematika penyajiannya. BAB II : GAMBARAN UMUM Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Jawa Tengah. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku, dan lingkungan. BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN Berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat. BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota. BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. BAB VI : KESIMPULAN Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di tahun yang bersangkutan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 2

LAMPIRAN Pada lampiran ini berisi tabel resume/angka pencapaian kabupaten/kota dan 81 tabel data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 3

BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK A. KEADAAN GEOGRAFI Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak cukup strategis karena berada diantara dua provinsi besar, yaitu bagian barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat, bagian timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur. Sedangkan bagian utara berbatasan dengan Laut Jawa dan bagian selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya antara 5 40 ' - 8 30 ' lintang selatan dan antara 108 30 ' - 111 30 ' bujur timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah sebesar 32.544,12 km², secara administratif terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota, yang tersebar menjadi 573 kecamatan dan 8.576 desa/kelurahan. Wilayah terluas adalah Kabupaten Cilacap dengan luas 2.138,51 km², atau sekitar 6,57% dari luas total Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Kota Magelang merupakan wilayah yang luasnya paling kecil yaitu seluas 18,12 km². Secara topografi, wilayah Provinsi Jawa Tengah terdiri dari wilayah daratan yang dibagi menjadi 4 (empat) kriteria : a. Ketinggian antara 0 100 m dari permukaan air laut, seluas 53,3%, yang daerahnya berada di sepanjang pantai utara dan pantai selatan. b. Ketinggian antara 100 500 m dari permukaan air laut seluas 27,4%. c. Ketinggian antara 500 1.000 m dari permukaan air laut seluas 14,7%. d. Ketinggian diatas 1.000 m dari permukaan air laut seluas 4,6%. B. KEADAAN PENDUDUK 1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 (angka proyeksi) sebesar 33.522.663 jiwa, dengan luas wilayah sebesar 32.544,12 kilometer persegi (km²), rata-rata kepadatan penduduk sebesar 1.030 jiwa untuk setiap km². Wilayah terpadat adalah Kota Surakarta, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 11.584 jiwa per km². Wilayah terlapang adalah Kabupaten Blora, dengan tingkat Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 4

kepadatan penduduk sekitar 472 jiwa per km², dengan demikian persebaran penduduk di Jawa Tengah belum merata. Jumlah rumah tangga sebanyak 9.009.084, maka rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah 3,72 jiwa untuk setiap rumah tangga. Penduduk terbanyak di Kabupaten Brebes 1.773.379 jiwa (5,29%) dan paling sedikit di Kota Magelang 120.373 jiwa (0,36%). Data mengenai kependudukan dapat dilihat pada lampiran Tabel 1. 2. Rasio Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasarkan penghitungan angka proyeksi penduduk tahun 2014 berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, didapatkan angka proyeksi jumlah penduduk laki-laki di Jawa Tengah 16.627.023 jiwa (49,60%) dan jumlah penduduk perempuan di Jawa Tengah 16.895.640 jiwa (50,40%). Sehingga didapatkan rasio jenis kelamin sebesar 98,42 per 100 penduduk perempuan, berarti setiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 98 penduduk laki-laki. Data mengenai rasio jenis kelamin (sex ratio) dapat dilihat pada lampiran Tabel 2. 3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Komposisi penduduk Provinsi Jawa Tengah menurut kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki maupun perempuan mempunyai proporsi terbesar pada kelompok umur 15 64 tahun. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran Tabel 2. Perbandingan komposisi proporsi penduduk menurut usia produktif dari tahun 2009 sampai tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Persentase Kelompok Usia Produktif di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 2014 Kelompok Usia (Tahun) TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 0-14 26,32 % 26,30 % 25,37 % 25,30 24,97 15 64 66,53 % 66,53 % 67,24 % 67,23 67,39 65 + 7,05 % 7,18 % 7,40 % 7,47 7,63 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 5

Pada tabel 2.1. dapat dilihat bahwa proporsi penduduk tahun 2014 bila dibandingkan dengan tahun 2013, kelompok usia produktif (15-64 tahun) mengalami peningkatan 0,16%, kelompok usia belum produktif (0-14 tahun) mengalami penurunan 0,33%, sedangkan kelompok usia (65 tahun +) mengalami peningkatan 0,16%. Hal ini berarti bahwa angka beban tanggungan relatif sama dengan tahun 2013. C. KEADAAN EKONOMI 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Kondisi ekonomi global yang memasuki tren perlambatan beberapa tahun ini memberi dampak terhadap perekonomian di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Hal ini tercermin pada perekonomian nasional tumbuh sebesar 5,78 persen pada tahun 2013, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2012 sebesar 6,26 persen. Pertumbuhan ekonomi yang melambat ini antara lain disebabkan harga beberapa komoditas di pasar internasional yang terkoreksi, rendahnya peningkatan permintaan ekspor dan masih tingginya harga minyak dunia. Sejalan dengan perekonomian nasional, perekonomian Jawa Tengah juga mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sebesar 5,81 persen, lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2012 sebesar 6,34 persen. Sedangkan laju inflasi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 7,98 persen, lebih tinggi dibanding tahun 2012 sebesar 4,24 persen. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2013 secara agregat cukup dinamis yaitu mencapai 5,81 persen. Grafik 2.2 menunjukkan bahwa selama periode 2010 2013, ekonomi Jawa Tengah setiap tahun tumbuh di atas 5 persen. PDRB per kapita dapat dijadikan salah satu indikator guna melihat keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah. Perkembangan PDRB Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 6

per kapita Jawa Tengah atas dasar harga berlaku dan konstan menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Jawa Tengah sebesar 18,75 juta rupiah atau naik sebesar 11,19 persen dari tahun 2012. Kondisi yang sama pada PDRB per kapita atas dasar harga konstan juga mengalami kenaikan meskipun kenaikannya tidak sebesar harga berlaku. Produk Domestik Regional Bruto per kapita di Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku sebesar 556,48 triliun rupiah dan atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar 210,85 triliun rupiah. Tabel 2.2 PDRB per Kapita Jawa Tengah Tahun 2010 2013 (Rupiah) Tahun PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku PDRB per Kapita atas dasar harga konstan 2010 13.705.689 5.763.579 2011 15.240.878 6.058.600 2012 16.863.808 6.389.598 2013 18.751.323 6.706.882 Sumber : PDRB Jawa Tengah Tahun 2014 2. Angka Beban Tanggungan Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk umur produktif (umur 15 64 tahun). Secara kasar perbandingan angka beban tanggungan menunjukkan dinamika beban tanggungan umur produktif terhadap umur nonproduktif. Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 7

Tabel 2.3 Angka Beban Tanggungan Jawa Tengah Tahun 2014 Usia Laki-laki Perempuan Laki-laki & perempuan 0 14 tahun 4.293.952 4.077.645 8.371.597 15 64 tahun 11.197.186 11.395.738 22.592.924 65 tahun ke atas 1.135.885 1.422.257 2.558.142 Jumlah 16.627.023 16.895.640 33.522.663 Angka beban tanggungan 48,5 48,3 48,4 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 Pada Tabel 2.3, Angka Beban Tanggungan penduduk Jawa Tengah pada tahun 2014 sebesar 48,4. Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Indonesia yang produktif, di samping menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 48,4 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Apabila dibandingkan antar jenis kelamin, maka Angka Beban Tanggungan laki-laki sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan. Pada tahun 2014, angka beban tanggungan laki-laki sebesar 48,5, yang berarti bahwa 100 orang penduduk laki-laki yang produktif, di samping menanggung dirinya sendiri, akan menanggung beban 48,5 penduduk laki-laki yang belum/sudah tidak produktif lagi. D. KEADAAN PENDIDIKAN Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya. Dibandingkan dengan tahun 2011, pada tahun 2012 secara umum telah terjadi peningkatan di bidang pendidikan. Peningkatan terjadi pada tingkat pendidikan SD dan SMP. Hal ini wajar terjadi mengingat semakin digalakkannya program sekolah gratis bagi jenjang SD dan SMP dan program-program pendidikan lainnya. Berikut ini disajikan tabel persentase jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 8

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Usia 15 tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013 Tahun Blm/Tdk Pernah Sekolah Tdk punya Ijazah SD/MI SD/MI SMP SMU/SMK DIPL/AK/ PT Total 2009 8,42 22,16 32,50 17,22 15,21 4,48 100,00 2010 8,13 18,91 34,55 18,11 10,48 4,93 100,00 2011 6,95 20,68 32,59 18,92 16,00 4,85 100,00 2012 6,32 25,16 33,95 19,71 11,19 3,67 100,00 2013 7,74 17,15 32,25 18,79 18,44 5,63 100,00 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 Peningkatan tersebut berimbas pada kemampuan baca tulis penduduk yang tercermin dari angka melek huruf. Persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya pada tahun 2013 sebesar 92,62%, sedangkan yang buta huruf sebesar 7,38%. Bila dilihat dari jenis kelaminnya, maka penduduk laki-laki lebih banyak yang melek huruf dibandingkan dengan penduduk perempuan, angka melek penduduk laki-laki sebesar 92,62% dan perempuan sebesar 89,27%. Data mengenai angka melek huruf dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Usia 15 tahun ke Atas yang Melek Huruf Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Jenis Kelamin Kelompok Umur 10-14 15-24 25-44 45 + 10 + Laki-laki 99,39 99,67 99,04 89,37 96,06 Perempuan 99,39 99,79 98,10 70,64 89,27 L + P 99,39 99,73 98,56 92,62 92,62 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 E. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting dalam mendukung percepatan pertumbuhan dan perluasan pembangunan ekonomi daerah. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia di suatu daerah, semakin produktif angkatan kerja, dan semakin tinggi peluang melahirkan inovasi yang menjadi kunci pertumbuhan secara berkelanjutan. Kualitas sumber daya manusia di Jawa tengah yang ditunjukkan melalui nilai IPM relatif meningkat tahun 2013 dibandingkan tahun 2008 namun masih jauh di bawah IPM nasional sebesar 73,81. IPM Jawa Tengah berada pada peringkat 16 secara nasional dengan nilai IPM sebesar 74,05 pada tahun 2013. Pada indikator usia harapan hidup, terjadi Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 9

sedikit perbaikan dari 71,1 tahun pada tahun 2008 menjadi 71,97 tahun pada tahun 2013. Rata- rata lama sekolah di Jawa Tengah meningkat dari 6,86 tahun pada 2008 menjadi 7,43 tahun pada 2013. Sementara itu pada indikator angka melek huruf, capaian di Jawa Tengah pada tahun 2008 dan 2013 meningkat dari 89,24 menjadi 91,71 persen, lebih rendah dari capaian nasional 94,14 persen. Rendahnya kualitas sumber daya manusia di Jawa Tengah juga terlihat lebih jelas dari struktur angkatan kerja berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Proporsi angkatan kerja dengan ijasah minimal SMA (SMU, SMK, Diploma, Universitas) meningkat dari sekitar 25,95 persen pada tahun 2008 menjadi 27,11 persen pada tahun 2014. Perbaikan struktur angkatan kerja ini perlu terus didorong untuk mendukung transformasi ekonomi daerah berbasis agroindustri. Demikian gambaran umum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 secara ringkas dengan penyajian tentang kependudukan, perekonomian dan pendidikan. Faktor perekonomian dan pendidikan secara bersama-sama dengan kesehatan digunakan untuk menentukan Indeks Pembangunan Manusia. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 10

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. A. ANGKA KEMATIAN 1. Angka Kematian Neonatal per 1.000 Kelahiran Hidup Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan jumlah kematian bayi umur kurang dari 28 hari (0-28 hari) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKN menggambarkan tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk antenatal care, pertolongan persalinan, dan postnatal ibu hamil. Semakin tinggi angka kematian neonatal, berarti semakin rendah tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak. Angka kematian neonatal di Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 7,52/1.000 kelahiran hidup. Angka kematian neonatal tertinggi di Kabupaten Grobogan sebesar 14,00/1.000 kelahiran hidup, dan yang terendah di Kota Surakarta sebesar 3,17/1.000 kelahiran hidup. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.1. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 11

3.17 4.55 4.76 5.38 5.58 5.77 5.88 5.91 5.95 6.45 6.46 6.84 7.27 7.31 7.32 7.49 7.50 7.58 7.64 7.91 7.93 7.96 8.06 7.52 7.99 8.15 8.16 8.77 8.91 9.78 9.96 10.87 11.99 12.44 13.54 14.00 Gambar 3.1 Angka Kematian Neonatal Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2014 2. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah. AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 10,08/1.000 kelahiran hidup, terjadi sedikit penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 10,41/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 sudah melampaui target. Gambaran AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2014 dapat dilihat pada gambar 3.2. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 12

3.78 6.63 6.86 7.01 7.25 7.55 7.78 7.98 8.55 8.97 8.97 9.34 9.46 9.55 9.63 9.77 9.87 10.12 10.14 10.25 10.40 10.43 11.05 10.08 10.93 11.15 11.40 12.57 12.60 12.62 13.89 14.40 14.70 15.35 16.84 17.82 Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 2014 11 10.8 10.6 10.4 10.2 10 9.8 9.6 2010 2011 2012 2013 2014 AKB 10.62 10.34 10.75 10.41 10.08 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2014 Angka kematian bayi terendah adalah Kota Surakarta sebesar 3,78/1.000 kelahiran hidup dan tertinggi adalah Kabupaten Grobogan sebesar 17,82/1.000 kelahiran hidup. Gambar 3.3 Angka Kematian Bayi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2014 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 13

3. Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 Kelahiran Hidup Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita 0 5 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan. AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 11,54/1.000 kelahiran hidup, menurun dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 11,80/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yaitu 23/1.000 kelahiran hidup, AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 sudah melampaui target. Dibawah ini grafik AKABA di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010-2014. Gambar 3.4 Angka Kematian Balita di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 2014 12.1 12 11.9 11.8 11.7 11.6 11.5 11.4 11.3 11.2 2010 2011 2012 2013 2014 AKABA 12.02 11.5 11.85 11.8 11.54 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2014 AKABA tertinggi di Kabupaten Blora sebesar 19,73/1.000 kelahiran hidup, sedangkan terendah di Kota Surakarta sebesar 4,09/1.000 kelahiran hidup. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.5. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 14

4.09 7.72 7.93 8.32 8.56 8.77 9.00 9.06 9.33 10.19 10.23 10.40 10.76 10.76 10.77 10.90 11.09 11.30 11.80 11.82 11.98 12.46 12.87 11.54 12.46 13.36 13.88 13.90 15.15 15.76 16.06 16.18 16.67 16.97 19.53 19.73 Gambar 3.5 Angka Kematian Balita Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2014 4. Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan sampai dengah paska persalinan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula. Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 15

dari kriteria 4 terlalu, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 126,55/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2013 sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup, hal ini berarti terjadi peningkatan permasalahan kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah. Gambar 3.6 di bawah ini menunjukkan tren AKI di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Gambar 3.6 Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 2014 140 120 100 80 60 40 20 0 2010 2011 2012 2013 2014 AKI 104.97 116.01 116.34 118.62 126.55 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2014 Jumlah kasus kematian maternal terbanyak adalah di Kabupaten Brebes sebanyak 73 kasus kematian. Sedangkan kabupaten/kota dengan jumlah kasus kematian maternal paling sedikit adalah Kota Magelang dan Kota Salatiga dengan 2 kematian. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 16

Kota Magelang Kota Salatiga Kab.Purworejo Kota Pekalongan Kota Tegal Kota Surakarta Kab.Wonogiri Kab.Wonosobo Kab.Kebumen Kab.Blora Kab.Sukoharjo Kab.Sragen Kab.Purbalingga Kab.Magelang Kab.Boyolali Kab.Rembang Kab.Temanggung Kab.Karanganyar Kab.Pati Kab.Demak Kab.Jepara Kab.Kendal Kab.Banjarnegara Kab.Klaten Kab.Semarang Kab.Batang Kab.Kudus Kab.Banyumas Kota Semarang Kab.Cilacap Kab.Pekalongan Kab.Pemalang Kab.Grobogan Kab.Tegal Kab.Brebes 2 2 5 6 6 7 10 11 12 12 13 13 14 14 14 14 14 17 17 17 19 19 20 20 20 23 26 33 33 36 39 40 43 47 73 Gambar 3.7 Jumlah Kasus Kematian Ibu Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2014 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2014 Sebesar 57,95% kematian maternal terjadi pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar 27,00% dan pada waktu persalinan sebesar 15,05%. Sementara berdasarkan kelompok umur, kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia produktif (20-34 tahun) sebesar 62,02%, kemudian pada kelompok umur >35 tahun sebesar 30,52% dan pada kelompok umur <20 tahun sebesar 7,45%. Sedangkan untuk penyebab kematian dapat dilihat di gambar 3.8. Gambar 3.8 Penyebab Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Lain-lain 42.33% Perdarahan 22.93% Gangguan sistem peredaran darah 4.64% Infeksi 3.66% Hipertensi 26.44% Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2014 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 17

B. ANGKA KESAKITAN 1. Case Notification Rate (CNR) Kasus Baru BTA+ Berdasarkan data dari kabupaten/kota, proporsi kasus baru Tuberkulosis Paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA Positif) di antara seluruh kasus Tuberkulosis Paru yang tercatat di Jawa Tengah, sebesar 61,09%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penemuan kasus baru Tuberkulosis Paru di kab/kota adalah kasus baru Tuberkulosis Paru BTA positif daripada kasus baru TB BTA Negatif dengan Rontgen Positif. Data ini juga menunjukkan prioritas penemuan kasus tuberkulosis yang menular di antara pasien Tuberkulosis yang diobati sudah baik. Berdasarkan lampiran tabel 7 menunjukkan bahwa angka penemuan kasus baru Tuberkulosis Paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA Positif) yang tercatat (Case Notification Rate/CNR BTA Positif) tahun 2014 di Jawa Tengah sebesar 55,99 per 100.000 penduduk. Kemudian, berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa proporsi kasus baru TB Paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA Positif) di antara seluruh kasus terduga (suspek) TB yang diperiksa dahaknya di Jawa Tengah, sebesar 12,71%. Hal ini menunjukkan bahwa penjaringan kasus terduga (suspek) TB di Jawa Tengah sudah baik, karena proporsi kasus baru TB Paru BTA Positif antara 10 15%. 2. Case Notification Rate (CNR) Seluruh Kasus TB CNR untuk semua kasus sebesar 89,01 per 100.000 penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa penemuan kasus Tuberkulosis di Jawa Tengah mengalami penurunan dibanding dengan tahun 2013 sebesar 114 per 100.000 penduduk. Adapun gambaran angka penemuan kasus Tuberkulosis menurut kab/kota tahun 2014 dapat dilihat pada gambar 3.9. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 18

20 61 145 140 126 123 121 120 109 102 95 92 91 82 81 79 77 67 66 63 58 57 56 51 45 41 39 36 36 43 62 218 203 291 515 Gambar 3.9 Angka Penemuan Kasus Tuberkulosis Menurut Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 600 500 400 300 200 100 0 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2014 Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa angka penemuan kasus Tuberkulosis yang tercatat (Case Notification Rate/CNR) paling tinggi adalah Kota Magelang, yaitu sebesar 515 per 100.000 penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja Kota Magelang sudah baik dalam penemuan kasus Tuberkulosis pada tahun 2014. 3. Proporsi Kasus TB Anak 0 14 Tahun Proporsi kasus TB anak di antara kasus baru Tuberkulosis Paru yang tercatat sebesar 6,63%. Hal ini menunjukkan bahwa penularan kasus Tuberkulosis Paru BTA Positif kepada anak cukup besar. Ada sebanyak 1.386 anak yang tertular Tuberkulosis Paru BTA Positif dewasa yang berhasil ditemukan dan diobati. Adapun rasio antara kasus Tuberkulosis Anak dan Tuberkulosis Paru BTA Positif Dewasa adalah 1 banding 12. 4. Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA + Angka kesembuhan tuberculosis (Cure Rate) di Jawa Tengah hanya sebesar 81,84%. Hal ini menunjukkan angka kesembuhan Tuberkulosis Jawa Tengah belum memenuhi target minimal sebesar 85%. Sedangkan angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis (Succes Rate) Jawa Tengah sebesar 89,89%. Ini menunjukkan bahwa angka keberhasilan pengobatan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 19

tuberkulosis sudah baik, karena mendekati target rencana strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, yaitu 90%. 5. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita tahun 2014 sebanyak 71.451 kasus (26,11%) meningkat dibanding tahun 2013 (25,85%). Angka ini masih sangat jauh dari target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 (100%). Berikut ini ditampilkan persentase penemuan Pneumonia balita Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2014. Gambar 3.10 Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia Pada Balita di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 2014 45 40 35 30 25 20 2010 2011 2012 2013 2014 Pneumonia Balita 40.63 25.5 24.74 25.85 26.11 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2014 Pada tingkat kabupaten/kota, ada satu kota yang mempunyai persentase cakupan tertinggi yaitu Kabupaten Pekalongan (95,9%), sementara kabupaten dengan persentase cakupan terendah adalah Kabupaten Sragen (0,2%). 6. Jumlah Kasus HIV HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 20

ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counselling, and Testing (VCT), sero survey dan Survei Terpadu Biologis dan perilaku (STBP). Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan tahun 2014 sebanyak 1.399 kasus lebih banyak dibanding tahun 2013 (1.219 kasus), sebagian besar didapat dari hasil VCT di rumah sakit. Berdasarkan kelompok umur kasus HIV terbanyak adalah pada umur 25-49 tahun 1.000 (71,4 %), berikutnya umur 20-24 tahun sebanyak 198 kasus (14,15 %), dan umur 4 tahun sebanyak 45 kasus (3,22%). Berdasarkan jenis kelamin maka pada laki-laki lebih tinggi 702 kasus (50,18%) dari perempuan 697 kasus (49,82%). Gambar 3.11 Jumlah Kasus HIV di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 1500 1000 500 0 2010 2011 2012 2013 2014 Kasus HIV 373 755 607 1219 1399 Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2014 Gambar 3.11 menunjukkan kecenderungan (tren) kasus HIV mengalami peningkatan setiap tahun. 7. Jumlah Kasus AIDS Kasus Aquiared Immuno Devisiency Syndrome (AIDS) sebanyak 1.081 kasus, lebih banyak dibanding tahun 2013 (1.063 kasus). Dari 1.081 kasus AIDS yang dilaporkan, kelompok umur terbanyak berturut-turut sebagai berikut : umur 25-49 tahun sebanyak 790 kasus (73,09%), kemudian umur 50 tahun sebanyak 131 kasus ( 12,12%) dan umur 20-24 tahun sebanyak 94 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 21