Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013"

Transkripsi

1 Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013 Oleh: Nur Widiawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) jenis konjungsi yang digunakan dalam wacana berita pada majalah Panjebar Semangat edisi Januari-Desember 2013, (2) makna dan bentuk konjungsi yang digunakan dalam wacana berita pada majalah Panjebar Semangat edisi Januari-Desember Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini wacana berita (rubrik sariwarta) di majalah Panjebar Semangat edisi Januari-Desember Objek penelitian ini konjungsi yang terdapat dalam wacana berita (rubrik sariwarta). Instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri dilengkapi dengan instrumen pendukung seperti kertas pencatat data (tabel), alat tulis dan buku yang relevan. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi metode, sumber, pengamat, dan teori. Teknik pengumpulan data yang digunakan teknik simak, catat dan pustaka. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data deskriptif. Teknik penyajian data menggunakan metode penyajian informal. Hasil penelitian ini yaitu: (1) jenis konjungsi yang digunakan dalam wacana berita di majalah Panjebar Semangat meliputi 2 jenis konjungsi yaitu: (a) konjungsi intrakalimat: konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif, (b) konjungsi antarkalimat. (2) makna dan bentuk konjungsi yang digunakan dalam wacana berita di majalah Panjebar Semangat yaitu (a) penjumlahan: lan (dan), sarta (serta); (b) pengarep-arep (harapan): supaya (supaya); (c) pemilihan: utawa (atau); (d) kosok balen (kebalikannya): nanging (tetapi), ewasemana (meskipun demikian); (e) titi mangsa (waktu): nalika (ketika), wiwit (mulai), sawise (sesudah), sadurunge (sebelum); (f) sebab dan akibat: awit (karena), jalaran (karena), merga (sebab), sebab (sebab); (g) janggelaning tindak (syarat): menawa (jika), yen (jika), upama (umpama); (h) kesimpulan: mula (maka); (i) sebab: sebab (sebab); (j) waktu: sadurunge (sebelumnya), sawise (sesudahnya); (k) menegaskan: apamaneh (apalagi). Kata kunci: wacana berita, kohesi, konjungsi Pendahuluan Sepanjang hidup manusia hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Secara garis besar sarana komunikasi verbal dibedakan menjadi dua macam, yaitu sarana komunikasi berupa bahasa lisan dan sarana komunikasi berupa bahasa tulis. Dengan demikian wacana atau tuturan pun dibagi menjadi dua macam yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Wacana sebagai dasar dalam pemahaman teks sangat diperlukan oleh masyarakat bahasa dalam komunikasi dengan informasi yang utuh. Wacana baik lisan maupun tulis memerlukan kohesi dan koherensi, kohesi diperlukan untuk menata pikiran, bentuk kata, serta kalimat yang tepat dan baik. Kesinambungan satu kalimat dengan kalimat lain, satu paragraf dengan paragraf lain, Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 124

2 dan satu bab dengan bab yang lain perlu diperhatikan agar semua dapat dipahami dengan jelas. Kohesi, sebagai jenis formal bahasa dalam wacana organisasi sintaktik, merupakan wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Untuk memperoleh wacana yang baik dan utuh, maka kalimat-kalimatnya harus kohesif. Kohesi wacana terbagi ke dalam dua jenis yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Salah satu piranti kohesi gramatikal yang lazim digunakan dalam wacana adalah konjungsi. Chaer (2009: 81) mendefinisikan konjungsi adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat, bisa juga antara paragraf dengan paragraf. Salah satu bentuk wacana tulis yang berasal dari media, seperti surat kabar ataupun majalah dapat dikaji, baik dari segi gramatikalnya maupun dari segi konteksnya. Salah satu bentuk wacana yang berasal dari media massa adalah berita. Berita merupakan laporan tentang suatu kejadian yang baru atau keterangan yang terbaru tentang peristiwa. Berita ada yang disampaikan secara lisan dan tulisan. Berita sebagai wacana tulis mempunyai keterkaitan rangkaian antarkalimat secara gramatikal, salah satu jenis kohesi gramatikal yaitu konjungsi (kata penghubung). Berita sebagai wacana tulis terdapat pada media massa salah satunya adalah majalah Panjebar Semangat dalam rubrik Sariwarta. Berdasarkan uraian di atas dapat dijadikan latar belakang pemilihan judul Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember Penelitian skripsi ini difokuskan pada jenis konjungsi, makna konjungsi, dan bentuk konjungsi. Konjungsi atau kata penghubung pada rubrik Sariwarta ini patut diteliti karena pada rubrik Sariwarta banyak ditemukan variasi penggunaan jenis konjungsi, makna dan bentuk konjungsi. Kata hubung/ konjungsi digunakan dalam berbahasa sebagai penyambung kata, frasa, klausa, dan kalimat untuk memperlancar komunikasi. Tanpa konjungsi, komunikasi akan terputusputus dan tidak mengalir dengan lancar sehingga dapat menimbulkan hambatanhambatan dalam berkomunikasi. Berdasarkan latar belakang itulah perlu dilakukan penelitan tentang konjungsi wacana berita pada majalah Panjebar Semangat. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 125

3 Metode Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena apa adanya dengan menggunakan kata-kata tanpa adanya prosedur statistika yang dilakukan oleh peneliti dengan pengumpulan data secara ilmiah atau alamiah. Subjek penelitian ini diperoleh dari wacana berita (rubrik sariwarta) di majalah Panjebar Semangat edisi Januari-Desember Objek penelitian ini adalah konjungsi (kata penghubung) yang terdapat dalam wacana berita (rubrik sariwarta). Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak, catat, dan pustaka. Instrumen utama adalah peneliti serta instrumen penunjang lainnya seperti adanya kertas pencatat data (berupa tabel), alat tulis dan buku-buku yang relevan yang ada hubungannya dengan analisis konjungsi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data deskriptif. Selanjutnya teknik penyajian hasil analisis data menggunakan teknik informal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata yang biasa (Sudaryanto 1993:145). Hasil Penelitian 1. Jenis konjungsi atau kata penghubung yang terdapat dalam wacana berita (rubrik sariwarta) pada majalah Panjebar Semangat edisi Januari-Desember 2013 mencakup dua jenis konjungsi yaitu sebagai berikut. a. Konjungsi Intrakalimat Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang berada di dalam sebuah kalimat dengan fungsi sebagai penghubung konstituen di dalam kalimat yang bersangkutan. Berdasarkan perilaku sintaksis dan keintian konstituen yang dihubungkan, konjungsi intrakalimat dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif, contoh pembahasannya sebagai berikut. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 126

4 1) Konjungsi Koordinatif lan Guru honorer cacah 10 ing kecamatan Wotan Ulumado, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur mandheg mulang lan milih dadi tenaga kerja wanita illegal menyang Malaysia. (Panjebar Semangat No 6-9 Februari 2013) Guru honorer jumlah 10 di kecamatan Wotan Ulumado, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur berhenti mengajar dan memilih menjadi tenaga kerja wanita illegal ke Malaysia. (Panjebar Semangat No 6-9 Februari 2013) Dari kutipan kalimat wacana berita di atas menunjukkan bahwa kata lan dan yang terletak di antara dua buah klausa tersebut memiliki fungsi sebagai penanda hubung atau konjungsi koordinatif. Kalimat di atas terdiri dari dua klausa yang mempunyai status sintaksis yang sama/ sederajat. 2) Konjungsi Koordinatif sarta Nuh ngajap muatan lokal kasebut diisi nganggo piwulang-piwulang tata karma sarta unggah-ungguh kang jumbuh klawan kearifan lokal ing sabensaben dhaerah. (Panjebar Semangat No Januari 2013) Nuh menyarankan muatan lokal tersebut menggunakan pelajaran-pelajaran tata krama serta unggah-ungguh yang tumbuh dengan kearifan lokal di setiapsetiap dhaerah. (Panjebar Semangat No 3-6 Januari 2013) Dari kutipan kalimat wacana berita di atas menunjukkan bahwa kata lan dan yang terletak di antara dua buah klausa tersebut memiliki fungsi sebagai penanda hubung atau konjungsi koordinatif. Kalimat di atas terdiri dari dua klausa yang mempunyai status sintaksis yang sama/ sederajat. 3) Konjungsi Koordinatif utawa Sipat rahasia naskah unas mau beda karo ijazah utawa materei sing nganti kapan wae tetep rahasia. (Panjebar Semangat No Mei) Sifat rahasia naskah unas tadi beda dengan ijazah atau materei yang sampai kapan saja tetap rahasia. (Panjebar Semangat No Mei) Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 127

5 Dari kutipan kalimat wacana berita di atas menunjukkan bahwa kata lan dan yang terletak di antara dua buah klausa tersebut memiliki fungsi sebagai penanda hubung atau konjungsi koordinatif. Kalimat di atas terdiri dari dua klausa yang mempunyai status sintaksis yang sama/ sederajat. 4) Konjungsi Subordinatif supaya Mula Mansyur ngajap marang pengelola perguruan tinggi mligine swasta supaya enggal ngurus akreditasi yen ora kepengin kampuse dianggep bermasalah (Panjebar Semangat No Oktober 2013) Maka Mansyur mengajak kepada pengelola perguruan tinggi khususnya swasta supaya cepat mengurus akreditasi jika tidak ingin kampusnya dianggap bermasalah. (Panjebar Semangat No Oktober 2013) Dari kutipan kalimat wacana berita di atas menunjukkan bahwa kata supaya supaya yang terletak di antara dua buah klausa tersebut memiliki fungsi sebagai penanda hubung atau konjungsi subordinatif. Kalimat di atas terdiri dari dua klausa yang tidak memiliki status sintaksis yang sama atau tidak sederajat. 5) Konjungsi Subordinatif nalika Cipratan komisi Rp 1,5 miliar marang petinggi kepulisian iku kaucapake dening direktur CMMA nalika disidhang ana pengadilan Tindak Pidana Korupsi. (Panjebar Semangat No Juli 2013) Cipratan komisi Rp 1,5 miliar kepada petinggi kepolisian itu diucapkan oleh direktur CMMA ketika disidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi. (Panjebar Semangat No Juli 2013) Dari kutipan kalimat wacana berita di atas menunjukkan bahwa kata nalika ketika yang terletak di antara dua buah klausa tersebut memiliki fungsi sebagai penanda hubung atau konjungsi subordinatif. Kalimat di atas terdiri dari dua klausa yang tidak memiliki status sintaksis yang sama atau tidak sederajat. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 128

6 6) Konjungsi Subordinatif awit Atut dikritik awit mbudidaya mbangun politik dinasti ing Banten. (Panjebar Semangat No Desember 2013) Atut dikritik karena membudibayakan membangun politik dinasti di Banten. (Panjebar Semangat No Desember 2013) Dari kutipan kalimat wacana berita di atas menunjukkan bahwa kata awit karena yang terletak di antara dua buah klausa tersebut memiliki fungsi sebagai penanda hubung atau konjungsi subordinatif. Kalimat di atas terdiri dari dua klausa yang tidak memiliki status sintaksis yang sama atau tidak sederajat. b. Konjungsi Antarkalimat Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang berfungsi menghubungkan sebuah kalimat dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungsi antarkalimat selalu mengawali sebuah kalimat dengan huruf awal ditulis dengan huruf kapital. 1) Konjungsi Antarkalimat mula Nanging wiwit Agustus 2014 aturan iku bakal disuwak. Mula Mansyur ngajap marang pengelola perguruan tinggi mligine swasta supaya enggal ngurus akreditasi yen ora kepengin kampuse dianggep bermasalah (Panjebar Semangat No Oktober 2013) Tetapi mulai Agustus 2014 peraturan itu akan dihilangkan. Maka Mansyur mengajak kepada pengelola perguruan tinggi khususnya swasta supaya cepat mengurus akreditasi jika tidak ingin kampusnya dianggap bermasalah (Panjebar Semangat No Oktober 2013) Dari kutipan kalimat di atas menunjukkan bahwa dua kalimat yang dirangkaikan oleh penanda hubung Mula Maka. Kata Mula Maka yang terletak di antara dua buah kalimat di atas memiliki fungsi sebagai penanda kohesi perangkaian (konjungsi). Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 129

7 2) Konjungsi Antarkalimat sebab Tumrap kampus lan prodi sing wis entuk akreditasi uga ora teges bisa lehaleha. Sebab ana aturan yen saben taun akreditasi mau kudu dianyari. (Panjebar Semangat No Oktober 2013). Kepada kampus dan prodi yang sudah mendapat akreditasi juga ora tegas santai-santai. Sebab ada aturan jika setiap tahun akreditasi tadi harus diperbarui. (Panjebar Semangat No Oktober 2013) Dari kutipan kalimat di atas menunjukkan bahwa dua kalimat yang dirangkaikan oleh penanda hubung Sebab Sebab. Kata Sebab Sebab yang terletak di antara dua buah kalimat di atas memiliki fungsi sebagai penanda kohesi perangkaian (konjungsi). 2. Makna dan bentuk konjungsi yang terdapat dalam wacana berita (rubrik sariwarta) pada majalah Panjebar Semangat edisi Januari-Desember 2013 sebagai berikut. a. Konjungsi Intrakalimat (Konjungsi Koordinatif dan Konjungsi Subordinatif) Konjungsi koordinatif ini mempunyai makna dan bentuk berbeda-beda antara lain: (a) mengumpulkan kesamaan pendapat kalimat yang satu dengan kalimat yang lain jadi bentuknya seperti halnya dua kalimat digabungkan menjadi satu (penambahan/ penjumlahan): lan (dan), sarta (serta); (b) kata hubung yang menyatakan pemilihan: utawa (atau); (c) kata hubung yang menyatakan kosok balen (kebalikannya): nanging (tetapi). Konjungsi subordinatif ini mempunyai makna dan bentuk yang berbeda-beda antara lain: (a) kata hubung yang menyatakan pengarep-arep (harapan): supaya (supaya); (b) kata hubung yang menyatakan kosok balen (kebalikannya): ewasemana (meskipun demikian); (c) kata hubung yang menyatakan titi mangsa (waktu): nalika (ketika), wiwit (mulai), sadurunge (sebelum), sawise (sesudah); (d) kata hubung yang menyatakan sebab dan akibat: awit (karena), jalaran (karena), merga (sebab), sebab (sebab); (e) kata hubung yang Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 130

8 menyatakan janggelaning tindak (syarat): menawa (jika), yen (jika), upama (umpama), contoh pembahasannya sebagai berikut. 1) Kata hubung yang menyatakan pemilihan (utawa) Ana sing lumantar layanan perbankan utawa layanan non-perbankan. (Panjebar Semangat No Agustus 2013) Ada yang melalui layanan non-perbankan atau layanan non-perbankan (Panjebar Semangat No Agustus 2013) Hubungan antara layanan perbankan utawa layanan non-perbankan pada kalimat di atas termasuk penanda hubung makna pemilihan yaitu hubungan makna yang menyatakan bahwa hanya salah satu dari yang tersebut pada klausa-klausa yang menyatakan kenyataan. 2) Kata hubung yang menyatakan kosok balen (kebalikannya) Guru-guru mau cuwa awit najan wis nem taun mulang nanging ora tau entuk honor. (Panjebar Semangat No. 6-9 Februari 2013) Guru-guru tadi kecewa karena walaupun sudah enam tahun mengajar tetapi tidak pernah mendapatkan honor. (Panjebar Semangat No 6-9 Februari 2013) Kata hubung nanging pada kalimat di atas termasuk penanda hubung makna pertentangan yaitu hubungan makna yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa yang satu berlawanan atau berbeda dengan apa yang dinyatakan dalam klausa lainnya. 3) Kata hubung yang menyatakan pengarep-arep (harapan) Mula Mansyur ngajap marang pengelola perguruan tinggi mligine swasta supaya enggal ngurus akreditasi yen ora kepengin kampuse dianggep bermasalah (Panjebar Semangat No Oktober 2013) Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 131

9 Maka Mansyur mengajak kepada pengelola perguruan tinggi khususnya swasta supaya cepat mengurus akreditasi jika tidak ingin kampusnya dianggap bermasalah (Panjebar Semangat No Oktober 2013) Kata supaya pada kalimat di atas merupakan bentuk konjungsi subordinatif yang digunakan untuk menyatakan makna tujuan atau sesuatu yang diharapkan, ialah dengan terlaksananya atau dikerjakannya apa yang tersebut pada klausa inti diharapkan akan terlaksana atau dikerjakan pula apa yang tersebut pada klausa bawahan. 4) Kata hubung yang menyatakan titi mangsa (waktu) Ibas rumangsa dipitenah awit nalika aweh pasekan jroning sidhang ana Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Yulianis nyebut yen Sekjen Partai Demokrat iku kecipratan dhuwit US$ 200 ewu. (Panjebar Semangat No 14-6 April 2013) Ibas merasa difitnah karena ketika memberi sogokan dalam siding di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Yulianis menyebut jika Sekjen Partai Demokrat itu diberi uang US$ 200 ribu. (Panjebar Semangat No 14-6 April 2013) Kata nalika pada kalimat di atas merupakan bentuk konjungsi subordinatif yang digunakan untuk menghubungkan menyatakan waktu kejadian, peristiwa atau tindakan, apa yang dinyatakan dalam dua klausa tersebut di atas terjadi bersama-sama pada satu waktu. 5) Kata hubung yang menyatakan syarat (janggelaning tindak) "Masyarakat ing dhaerah kasebut nguwatirake nasibe basa lokal yen pamarentah sida nyuwak piwulang basa dhaerah saka sekolah. (Panjebar Semangat No Januari 2013) Masyarakat di daerah tersebut mengkhawatirkan nasib bahasa lokal jika pemerintah jadi menghilangkan bahasa daerah dari sekolah. (Panjebar Semangat No Januari 2013) Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 132

10 Kata yen pada kalimat di atas merupakan bentuk konjungsi subordinatif yang digunakan apabila klausa bawahan menyatakan syarat bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausa inti. Kata hubung yen pada kalimat di atas termasuk penanda hubung makna syarat yaitu konjungsi yang menghubungkan menyatakan makna syarat untuk suatu keadaan atau peristiwa pada sebuah klausa/ kalimat. b. Konjungsi Antarkalimat Konjungsi antarkalimat ini mempunyai makna dan bentuk yang berbeda-beda antara lain: (a) kata hubung yang menyatakan kesimpulan: mula (maka); (b) kata hubung yang menyatakan sebab: sebab (Sebab); (c) kata hubung yang menyatakan waktu: sadurunge (sebelumnya), sawise (sesudahnya); (d) kata hubung yang menyatakan menegaskan/ menguatkan: apamaneh (apalagi), contoh pembahasannya sebagai berikut. 1) Kata hubung antarkalimat yang menyatakan kesimpulan Nanging wiwit Agustus 2014 aturan iku bakal disuwak. Mula Mansyur ngajap marang pengelola perguruan tinggi mligine swasta supaya enggal ngurus akreditasi yen ora kepengin kampuse dianggep bermasalah (Panjebar Semangat No Oktober 2013) Tetapi mulai Agustus 2014 peraturan iku bakal dihilangkan. Maka Mansyur mengajak kepada pengelola perguruan tinggi khususnya swasta supaya cepat mengurus akreditasi jika tidak ingin kampusnya dianggap bermasalah (Panjebar Semangat No Oktober 2013) Kedua kalimat di atas tersebut dihubungkan dengan kata penghubung Mula. Kata Mula pada kalimat di atas merupakan bentuk konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan. Kata Mula digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 133

11 2) Kata hubung antarkalimat yang menyatakan sebab Tumrap kampus lan prodi sing wis entuk akreditasi uga ora teges bisa leha-leha. Sebab ana aturan yen saben taun akreditasi mau kudu dianyari. (Panjebar Semangat No Oktober 2013). Kepada kampus dan prodi yang sudah mendapat akreditasi juga tidak langsung santai-santai. Sebab ada aturan jika setiap tahun akreditasi tadi harus diperbarui. (Panjebar Semangat No Oktober 2013) Kata Sebab pada kalimat di atas merupakan bentuk konjungsi antarkalimat yang menyatakan Sebab atau alasan. Kata Sebab digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. 3) Kata hubung antarkalimat yang menyatakan menguatkan/ menegaskan Narapidana cacah ewon (saka kapasitas LP 500an) wiwit ongkrep. Apamaneh salah sijine sipir gawe dhak-dhakan perkara kanthi mala narapidana sing dianggep emoh tertib. (Panjebar Semangat No Juli 2013) Narapidana berjumlah ribuan (dari kapasitas LP 500) mulai kacau. Apalagi salah satu sipir membuat peraturan perkara dengan mala narapidana yang dianggap tidak mau tertib. (Panjebar Semangat No Juli 2013) Kata Apamaneh pada kalimat di atas merupakan bentuk konjungsi antarkalimat yang menyatakan menegaskan atau menguatkan. Kata Apamaneh digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan terhadap Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013 diperoleh simpulan sebagai berikut: jenis konjungsi dalam wacana berita (rubrik sariwarta) meliputi: (a) konjungsi intrakalimat yang terbagi menjadi dua yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif, (b) Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 134

12 konjungsi antarkalimat. Makna dan bentuk konjungsi yang terdapat dalam wacana berita (rubrik sariwarta) meliputi: (1) konjungsi intrakalimat (konjungsi koordinatif dan subordinatif), konjungsi koordinatif ini mempunyai makna dan bentuk berbeda-beda antara lain: (a) mengumpulkan kesamaan pendapat kalimat yang satu dengan kalimat yang lain jadi bentuknya seperti halnya dua kalimat digabungkan menjadi satu (penambahan/ penjumlahan): lan (dan), sarta (serta); (b) kata hubung yang menyatakan pemilihan: utawa (atau); (c) kata hubung yang menyatakan kosok balen (kebalikannya): nanging (tetapi). Konjungsi subordinatif ini mempunyai makna dan bentuk yang berbeda-beda antara lain: (a) kata hubung yang menyatakan pengareparep (harapan): supaya (supaya); (b) kata hubung yang menyatakan kosok balen (kebalikannya): ewasemana (meskipun demikian); (c) kata hubung yang menyatakan titi mangsa (waktu): nalika (ketika), wiwit (mulai), sadurunge (sebelum), sawise (sesudah); (d) kata hubung yang menyatakan sebab dan akibat: awit (karena), jalaran (karena), merga (sebab), sebab (sebab); (e) kata hubung yang menyatakan janggelaning tindak (syarat): menawa (jika), yen (jika), upama (umpama). (2) Konjungsi antarkalimat ini mempunyai makna dan bentuk yang berbeda-beda antara lain: (a) kata hubung yang menyatakan kesimpulan: mula (maka); (b) kata hubung yang menyatakan sebab: sebab (sebab); (c) kata hubung yang menyatakan waktu: sadurunge (sebelumnya), sawise (sesudahnya); (d) kata hubung yang menyatakan menegaskan/ menguatkan: apamaneh (apalagi). Daftar Pustaka Chaer, Abdul Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta. Purwadi, dkk Tata Bahasa Jawa. Yogyakarta: Pura Pustaka. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisa Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sukmadinata, Nana Syaodih Metode Penelitiam Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 135

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Oleh: Feni Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa fenia228@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013 ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

ASPEK KONJUNGSI DALAM CERITA BERSAMBUNG (CERBUNG) BASKARA MUNCAR PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT

ASPEK KONJUNGSI DALAM CERITA BERSAMBUNG (CERBUNG) BASKARA MUNCAR PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT ASPEK KONJUNGSI DALAM CERITA BERSAMBUNG (CERBUNG) BASKARA MUNCAR PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Anik Tantining NIM : 2102407173 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Astuti Kurnia Salmi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa astuti.kurniasalmi@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari manusia dan selalu diperlukan dalam setiap kegiatan. Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahasa berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA Oleh: Anggit Hajar Maha Putra program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anggitzhajar@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pendidikan merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan baik

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.) Pada Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn

Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn Oleh: Rina Suryaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Rinasuryaningsih22@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh. Nama. : Elok Wahyuni. : Bahasa dan Sastra Jawa NIM. Program. Jurusan FAKULTAS

SKRIPSI. oleh. Nama. : Elok Wahyuni. : Bahasa dan Sastra Jawa NIM. Program. Jurusan FAKULTAS PEROLEHAN BAHASAA JAWA ANAK PLAYGROUP AULIYAA KENDAL USIA 3-4 TAHUN SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama NIM : Elok Wahyuni : 2102407065 Program studi :Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

Analisis Semantik Geguritan dalam Majalah Panjebar Semangat Periode Januari-Juli 2013 Edisi 1-30

Analisis Semantik Geguritan dalam Majalah Panjebar Semangat Periode Januari-Juli 2013 Edisi 1-30 Analisis Semantik Geguritan dalam Majalah Panjebar Semangat Periode Januari-Juli 2013 Edisi 1-30 Oleh: CandraDwi Pravitasari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa candra_dwipravitasari@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Edi Subroto (1992:7) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

Lebih terperinci

PRATIWI AMALLIYAH A

PRATIWI AMALLIYAH A KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA i ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Nila Haryu Kurniawati NIM : 2102407144 Prodi : Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian akan dibahas enam hal yaitu jenis penelitian, data dan sumber data, populasi, sampel, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Oleh: Alip Rahman Sulistio Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa aliprahman16@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan

Lebih terperinci

SINESTESIA PADA TUTURAN MAHASISWA PBSJ FBS UNNES SKRIPSI

SINESTESIA PADA TUTURAN MAHASISWA PBSJ FBS UNNES SKRIPSI SINESTESIA PADA TUTURAN MAHASISWA PBSJ FBS UNNES SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Suciati Duwi Sartika NIM : 2102407125 Prodi Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam linguistik, satuan bahasa yang terlengkap dan utuh disebut dengan wacana. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks

Lebih terperinci

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen Oleh: Siyam Thohiroh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa siyam_thohiroh@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana komunikasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan masyarakat. Adanya suatu bahasa sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting oleh masyarakat. Surat kabar dikatakan sebagai sebuah simbol bagi peradaban masyarakat

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

Bentuk dan Makna Verba Denominal Bahasa Jawa dalam Rubrik Sariwarta pada Panjebar Semangat Edisi Juli-Desember Tahun 2014

Bentuk dan Makna Verba Denominal Bahasa Jawa dalam Rubrik Sariwarta pada Panjebar Semangat Edisi Juli-Desember Tahun 2014 Bentuk dan Makna Verba Denominal Bahasa Jawa dalam Rubrik Sariwarta pada Panjebar Semangat Edisi Juli-Desember Tahun 2014 Oleh: Menik Marisawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa menik_marisawati@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Oleh: Yuliana Wardani program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa y.adinda@ymail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu berinteraksi antarsesama. Untuk menjalankan komunikasi itu diperlukan bahasa karena bahasa adalah alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki kedudukan sebagai penunjang aktualisasi pesan, ide, gagasan, nilai, dan tingkah laku manusia, baik dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA KOLOM PAK RIKAN DI KORAN MINGGUAN DIVA

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA KOLOM PAK RIKAN DI KORAN MINGGUAN DIVA TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA KOLOM PAK RIKAN DI KORAN MINGGUAN DIVA SKRIPSI disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Ikasari Indah Hibridani NIM : 2102406042 Prodi : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

KAJIAN NILAI PENDIDIKAN MORAL PADA KUMPULAN GEGURITAN MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT TERBITAN TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG

KAJIAN NILAI PENDIDIKAN MORAL PADA KUMPULAN GEGURITAN MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT TERBITAN TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG KAJIAN NILAI PENDIDIKAN MORAL PADA KUMPULAN GEGURITAN MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT TERBITAN TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG Oleh: Ade Irma progran studi pendidikan bahasa dan sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa dalam ragam tulis tidak semudah yang dibayangkan karena dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan dan dirasakan dituangkan

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Riyana Widya Hapsari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail: Riyana.hapsari197@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data penelitianya (Arikonto, 2013: 203). Metode yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data penelitianya (Arikonto, 2013: 203). Metode yang digunakan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitianya (Arikonto, 2013: 203). Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO

ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO Oleh : Feni Andriyani pendidikan bahasa dan sastra jawa Vithut_weslep05@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012

KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012 KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Oktorita Kissanti Rahayu

Oktorita Kissanti Rahayu PEMAKAIAN KONJUNGSI PADA BAHASA PERCAKAPAN ANAK USIA 7-9 TAHUN DI DESA PABELAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap komunitas masyarakat selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Siti Sumarni (Sitisumarni27@gmail.com) Drs. Sanggup

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009 PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

Konjungsi dalam Novel Daradasih Karya Sudibjo Z. Hadisutjipto

Konjungsi dalam Novel Daradasih Karya Sudibjo Z. Hadisutjipto Konjungsi dalam Novel Daradasih Karya Sudibjo Z. Hadisutjipto Oleh: Eti Purwasih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Etipurwasih767@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya ilmiah merupakan salah satu bentuk wacana tulis yang dilakukan berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang dihasilkan oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan ekspresi bahasa. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat dikatakan menulis jika tidak

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo

Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo Oleh: Mahasih Hesti Rochayati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa mahesti0509@gmail.com

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS

CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Oleh Finna Dwi Estianingrum 2102407038 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Winiar Faizah Aruum 2102406672 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung Ngonceki Impen pada Majalah Panjebar Semangat Edisi Maret Agustus 2014

Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung Ngonceki Impen pada Majalah Panjebar Semangat Edisi Maret Agustus 2014 Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung Ngonceki Impen pada Majalah Panjebar Semangat Edisi Maret Agustus 2014 Oleh: Siti Mudrikah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa sitimudrikah645@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD Oleh: Joni Fajar Arif Prasetyo program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam sebuah penelitian yang bersifat ilmiah, diperlukan sebuah metode tertentu untuk memudahkan penulis. Metode tersebut harus tepat dan sesuai dengan objek

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DIKSI DALAM NOVEL CLEMANG-CLEMONG KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Ria Hutaminingtyas NIM : 2102405609 Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Jurusan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PAMERAN BUKU MURAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 TANGGAL 27 NOVEMBER 2014

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PAMERAN BUKU MURAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 TANGGAL 27 NOVEMBER 2014 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PAMERAN BUKU MURAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 TANGGAL 27 NOVEMBER 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam

Lebih terperinci

Analisis Onomatope Dalam Roman Dhahuru Ing Loji Kepencil Karya Suparto Brata

Analisis Onomatope Dalam Roman Dhahuru Ing Loji Kepencil Karya Suparto Brata Analisis Onomatope Dalam Roman Dhahuru Ing Loji Kepencil Karya Suparto Brata Oleh: Ervina Novitasari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa ervinan08@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN DAN PERGESERAN BAHASA JAWA DALAM PERCAKAPAN MEDIA SOSIAL JEJARING FACEBOOK

PEMERTAHANAN DAN PERGESERAN BAHASA JAWA DALAM PERCAKAPAN MEDIA SOSIAL JEJARING FACEBOOK PEMERTAHANAN DAN PERGESERAN BAHASA JAWA DALAM PERCAKAPAN MEDIA SOSIAL JEJARING FACEBOOK Oleh: Nita Sulistya Wati program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa niech_chan@yahoo.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

ASPEK GRAMATIKAL KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINAIF DALAM KARANGAN ARGUMENTATIF SISWA X TKJB SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ASPEK GRAMATIKAL KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINAIF DALAM KARANGAN ARGUMENTATIF SISWA X TKJB SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ASPEK GRAMATIKAL KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINAIF DALAM KARANGAN ARGUMENTATIF SISWA X TKJB SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar S1 Pendidikan

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Menulis Karangan Narasi Ragam Krama pada Siswa Kelas XI SMA Islam Sudirman Kaliangkrik Kabupaten Magelang

Analisis Kesalahan Menulis Karangan Narasi Ragam Krama pada Siswa Kelas XI SMA Islam Sudirman Kaliangkrik Kabupaten Magelang Analisis Kesalahan Menulis Karangan Narasi Ragam Krama pada Siswa Kelas XI SMA Islam Sudirman Kaliangkrik Kabupaten Magelang Oleh: Amelinda Putri Widya Sony Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA WACANA PUISI JAWA DALAM KOLOM GEGURITAN HARIAN SOLOPOS EDISI PEBRUARI-MARET 2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pandidikan

Lebih terperinci

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG Oleh : Siti Masitoh program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa cungkringaja83@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA BUKU TEKS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA BUKU TEKS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA BUKU TEKS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK Oleh: Hikmahtul Ngulumiyah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008

PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008 PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

Nilai Moral dalam Kumpulan Cerkak Usada Kang Pungkasan karya Sukardo Hadisukarno

Nilai Moral dalam Kumpulan Cerkak Usada Kang Pungkasan karya Sukardo Hadisukarno Nilai Moral dalam Kumpulan Cerkak Usada Kang Pungkasan karya Sukardo Hadisukarno Oleh: Riyana Palupi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Riana_palupi11@yahoo.com Abstrak: Tujuan yang ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu terbentuk keterkaitan: satu (unit) pengalaman (experimental meaning dan

BAB I PENDAHULUAN. itu terbentuk keterkaitan: satu (unit) pengalaman (experimental meaning dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memerlukan bahasa dalam berinteraksi. Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan, sebagai alat menyampaikan pikiran, gagasan, konsep ataupun perasaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN SISWA KELAS XI KEPERAWATAN 2 SMK N 1 BANYUDONO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN SISWA KELAS XI KEPERAWATAN 2 SMK N 1 BANYUDONO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN SISWA KELAS XI KEPERAWATAN 2 SMK N 1 BANYUDONO BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP oleh: Eliza Ratna Asih Wulandari Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI  SKRIPSI 0 ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI HTTP://WWW.E-SMARTSCHOOL.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

Oleh : Wahyu Sriastuti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Oleh : Wahyu Sriastuti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa ANALISIS CAMPUR KODE BAHASA JAWA RAGAM KRAMA TOKOH HANDOKO DALAM NOVEL KUNARPA TAN BISA KANDHA KARYA SUPARTO BRATA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BERBICARA KELAS XII DI SMA Oleh : Wahyu Sriastuti

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL AHZAB

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL AHZAB ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL AHZAB NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR

STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR Usulan Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan Oleh: KARTIKA WAHYUNINGTYAS A310

Lebih terperinci

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo Oleh: Rinda Aprilia Eka Wati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Rindaapriliaekawati@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM WACANA BERITA DI MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT

KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM WACANA BERITA DI MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM WACANA BERITA DI MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT SKRIPSI untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Oleh: Hany Uswatun Nisa 2102407001 Pend. Bahasa dan Sastra Jawa FAKULTAS

Lebih terperinci