UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF"

Transkripsi

1

2

3 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF

4 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF ISBN: No. Publikasi: No. Katalog: Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman: xv + 94 halaman Naskah: Subdirektorat Statistik Upah dan Pendapatan Penyunting/Editor: Subdirektorat Statistik Upah dan Pendapatan Gambar Kulit: Badan Ekonomi Kreatif Gambar: Subdirektorat Statistik Upah dan Pendapatan Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik Dicetak oleh: CV. Nario Sari Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik

5 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF iii KATA PENGANTAR Ekonomi kreatif (ekraf) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan teknologi diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional kedepan. Ekonomi kreatif menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku Statistik Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama antara BPS dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) tahun Buku ini menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif yang merupakan bagian dari Big Data ekonomi kreatif. Gambaran tentang potensi dan pengembangan bidang ekonomi kreatif ini dituangkan dalam 7 (tujuh) jenis output yang meliputi: Profil Usaha/Perusahaan 16 Subsektor Ekraf Berdasarkan Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi Kreatif ; Klasifikasi Jabatan Ekraf dalam KBJI 2014; Laporan PDB Ekonomi Kreatif Tahun ; Laporan Penyusunan PDRB Ekraf 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha; Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif dan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif ; serta Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai basis pengambilan keputusan dan monitoring perkembangan dan kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia usaha di bidang ekraf. Akhirnya ucapan syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih serta penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerjasama dan bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 (tujuh) kegiatan utama yang menjadi cakupan dalam kerjasama BPS-Bekraf. Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di Indonesia maupun dunia internasional. Semoga Allah SWT meridhai upaya penerbitan buku ini. Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Pusat Statistik, Dr. Suhariyanto

6

7 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF v KATA PENGANTAR Ekonomi kreatif merupakan sektor yang menitikberatkan penciptaan nilai ekonomi melalui proses kreatif dari seorang individu, sebagaimana Diktum Pertama Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Hal ini membuat individu kreatif menjadi salah satu pihak yang berhak mendapat apresiasi yang setimpal dari nilai tambah yang tercipta. Sementara itu, ekonomi kreatif baru beberapa tahun terakhir memasuki masa pengembangan tidak terkecuali pada bidang pengupahan sektor ekonomi kreatif. Upah sektor ekonomi kreatif pada dasarnya mencerminkan apresiasi yang ideal terhadap tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif. Sementara itu, penentuan upah erat kaitannya dengan kemampuan khusus yang dibutuhkan pada setiap 16 subsektor ekonomi kreatif. Di sisi lain, sistem pengupahan tenaga kerja ekonomi kreatif masih terklasifikasikan dalam sektor di luar ekonomi kreatif. Seperti profesi arsitek dan desainer dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45 Tahun 2007 yang secara tidak langsung masuk dalam komponen biaya manajemen konstruksi. Dengan demikian, saat ini belum ada kebijakan khusus dalam pengupahan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif. Pengembangan kebijakan pengupahan di sektor ekonomi kreatif dapat dimulai dengan penyusunan statistik upah tenaga kerja yang komprehensif. Bagi pemerintah, penyusunan statistik upah akan bermanfaat dalam penyesuaian imbal hasil yang ideal untuk pelaku ekonomi kreatif seperti melalui penetapan Standar Biaya Masukan (SBM). Sementara itu untuk masyarakat, data ini akan memberikan pemahaman mengenai kondisi pengupahan sektor ekonomi kreatif di Indonesia. Mengingat pentingnya data upah tenaga kerja sektor ekonomi kreatif, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) menyusun Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif Data ini berisi rata-rata upah yang diterima oleh pelaku ekonomi kreatif dalam sebulan. Lebih jauh lagi, data rata-rata upah pelaku ekonomi kreatif ditampilkan berdasarkan profil demografi pelaku. Data upah tenaga kerja ini akan mendukung perumusan di bidang pengupahan tenaga kerja ekonomi kreatif, sebuah kebijakan yang harapannya dapat menjadi insentif pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Akhir kata, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPS dan pihakpihak yang terkait atas partisipasinya dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan dan memberikan pemahaman mengenai ekonomi kreatif ke seluruh masyarakat Indonesia. Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf

8 vi UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF PENYUSUN Naskah Penanggung Jawab Umum Penanggung Jawab Teknis Editor Penulis Naskah Pengolah Data Subdirektorat Statistik Upah dan Pendapatan Nurma Midayanti, S.Si, M.Env.Sc Dendi Romadhon, S.Si, MSE Diah Ikawati, MAPS Tri Windiarto, S.Si, M.Si Riyadi Solih, S.ST, M.Si Al Huda Yusuf, S.ST, M.Si Siti Latifah, S.ST, MA Anita Rahmawatiningsih, S.ST Lukmi Ana Purbasari, SST Heykal, S.ST Diyah Priyatni Idhawati, SE Agus Saryanto

9 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF vii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL ix DAFTAR GRAFIK xi RINGKASAN EKSEKUTIF xiii BAB 1 PENDAHULUAN 1 1. Latar Belakang 3 2. Tujuan 4 3. Sumber Data 4 4. Sistematika Penyajian 4 BAB 2 PEMAHAMAN TENTANG EKONOMI KREATIF 5 1. Sejarah Ekonomi Kreatif 7 2. Konsep dan Definisi Ekonomi Kreatif 9 3. Tata Cara Penghitungan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif Tahun BAB 3 PERKEMBANGAN UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif Tahun Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/Karyawan/ Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif Tahun Perbandingan Rata-rata Upah/Gaji Sebuan: Upah Sektor Ekonomi Kreatif, Upah Seluruh Sektor, dan Rata-rata UMP 21

10 viii UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF BAB 4 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF MENURUT BEBERAPA KARAKTERISTIK Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Umur Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Jenis Kelamin Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Pendidikan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Jenis Pekerjaan Utama Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Jenis Pekerja White/Blue Collar 37 DAFTAR PUSTAKA 39 LAMPIRAN 43

11 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF ix DAFTAR TABEL Tabel 3. 1 Jumlah Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor, Tabel 4. 1 Persentase Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur, Tabel 4. 2 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur, Tabel 4. 3 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Jenis Kelamin, Tabel 4. 4 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Pendidikan, Tabel 4. 5 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Jenis Pekerjaan Utama,

12

13 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF xi DAFTAR GRAFIK Grafik 3. 1 Perkembangan Jumlah Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif, (juta orang) 17 Grafik 3. 2 Persentase Buruh/Karyawan/Pegawai berdasarkan Subsektor Ekonomi Kreatif, Grafik 3. 3 Rata-rata Upah Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif, Grafik 3. 4 Rata-rata Upah Gaji Sebulan yang diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif, Grafik 3. 5 Rata-rata Upah per Bulan Sektor Ekonomi Kreatif, Seluruh Sektor, dan Rata-rata UMP, Grafik 3. 6 Rata-rata Upah per Bulan Subsektor Ekonomi Kreatif, Seluruh Sektor, dan Rata-rata UMP Indonesia, Grafik 4. 1 Jumlah Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur, Grafik 4. 2 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur, Grafik 4. 3 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Jenis Kelamin, Grafik 4. 4 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Pendidikan, Grafik 4. 5 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Jenis Pekerjaan White/ Blue Collar,

14

15 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF xiii Pergeseran ekonomi mengantarkan peradaban manusia ke era baru, yaitu ekonomi kreatif Buruh yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif cenderung meningkat dari tahun RINGKASAN EKSEKUTIF Dewasa ini, pergeseran ekonomi mengantarkan peradaban manusia ke era yang baru, yaitu era ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif pada dasarnya merupakan wujud dari upaya pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas dalam suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan, yang dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh perancangan aktivitas ekonomi kreatif. Dalam Rencana Strategis Badan Ekonomi Kreatif , yang dimaksud dengan (1) Kreativitas adalah kapasitas atau daya upaya untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang unik dan baru serta menciptakan solusi dari suatu masalah atau melakukan sesuatu yang berbeda; (2) Ekonomi Kreatif adalah penciptaan nilai tambah yang berbasis kreativitas; (3) Usaha Ekonomi Kreatif adalah entitas usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang mentransformasikan dan memanfaatkan kreativitas untuk menghasilkan barang dan jasa serta yang diakui memiliki hak kekayaan intelektual baik terdaftar maupun melekat. Urgensi ekonomi kreatif, antara lain: mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan karena ide dan kreativitas merupakan sumber daya yang senantiasa dapat diperbaharui; mengangkat citra dan identitas Bangsa Indonesia melalui karya dan produk, serta orang kreatif yang mendapatkan pengakuan di dunia internasional dan juga menjadi media diplomasi budaya lintas negara; dan melestarikan sumber daya alam dan budaya Indonesia, karena ekonomi kreatif merupakan sektor yang dapat menciptakan produk dan karya dengan nilai tambah yang tinggi dengan sumber daya yang terbatas. Ekonomi kreatif memiliki 16 subsektor. Dari 16 subsektor ekonomi kreatif yang ada, dikelompokkan lagi menjadi 14 subsektor, yaitu: (1) Arsitektur; (2) Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk; (3) Film, Animasi, Video; (4) Fotografi; (5) Kriya; (6) Kuliner; (7) Musik; (8) Fashion; (9) Aplikasi dan Game Developer; (10) Penerbitan; (11) Periklanan; (12) TV/Radio; (13) Seni Pertunjukan; dan (14) Seni Rupa. Subsektor Desain Interior, Subsektor Desain Komunikasi Visual, dan Subsektor Desain Produk jumlah tenaga kerjanya relatif sedikit. Oleh karena itu, ketiga subsektor tersebut digabung menjadi Subsektor Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk. Berdasarkan hasil Sakernas tahun , jumlah buruh/ karyawan/pegawai yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi

16 xiv UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF kreatif cenderung meningkat dari tahun ke tahun, kecuali dari tahun 2012 ke tahun Buruh/karyawan/pegawai di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2012 sebanyak 6,64 juta orang turun menjadi 6,54 juta orang pada tahun Setelah itu, meningkat secara perlahan dari 6,54 juta orang pada tahun 2013 hingga mencapai 7,05 juta orang pada tahun Pada periode , subsektor Fashion selalu menjadi sektor yang paling banyak menyerap buruh di sektor ekonomi kreatif. Misalnya pada tahun 2016, subsektor Fashion paling banyak menyerap buruh/karyawan/ pegawai, yaitu sekitar 2,44 juta orang atau sebesar 34,60 persen dari seluruh buruh/karyawan/pegawai yang lapangan pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif. Subsektor yang cukup besar berikutnya yaitu Kuliner dan Kriya, masing-masing menyerap sekitar 2,06 juta dan 1,79 juta orang atau sebesar 29,17 persen dan 25,36 persen. Selain tiga subsektor tersebut, gabungan subsektor ekonomi kreatif lainnya hanya menyerap sekitar 10,87 persen. Subsektor yang paling sedikit dalam penyerapan buruh di sektor ekonomi kreatif tahun 2016 yaitu Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk, yang hanya menyerap 0,29 persen saja buruh ekonomi kreatif. Secara umum, rata-rata upah/gaji buruh/karyawan/pegawai ekonomi keatif mengalami kenaikan pada periode Subsektor ekonomi kreatif yang upahnya relatif tinggi selama periode terdapat di subsektor: Arsitektur; Periklanan; serta Aplikasi dan Game Developer. Pada Tahun 2016, rata-rata upah tertinggi terdapat pada subsektor Arsitektur, yaitu sebesar 5,33 juta rupiah per bulan. Subsektor yang upahnya relatif rendah pada tahun 2016 yaitu subsektor Fotografi; Seni Pertunjukan; dan Kuliner. Rata-rata upah/gaji tiga subsektor tersebut di bawah 2 juta rupiah. Subsektor yang memiliki ratarata upah/gaji paling rendah pada tahun 2016 yaitu Subsektor Fotografi, yaitu sebesar 1,48 juta rupiah per bulan. Jika dilihat berdasarkan umur, terlihat bahwa pada tahun rata-rata upah/gaji terendah sektor ekonomi kreatif diterima oleh buruh muda yang berumur tahun, yaitu 986 ribu rupiah pada tahun 2015 dan 1,23 juta rupiah pada tahun Upah tertinggi tahun 2015 diterima oleh kelompok umur yang berbeda dengan tahun Pada tahun 2015, rata-rata upah tertinggi diterima buruh berumur tahun, yaitu sebesar 1,91 juta rupiah. Sedangkan pada tahun 2016, rata-rata upah tertinggi diterima buruh yang berumur tahun, yaitu sebesar 2,95 juta rupiah. Mincer (1974) menggambarkan hubungan umur dan upah berlaku grafik U terbalik. Upah akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan pada umur tertentu mencapai puncak dan kembali menurun. Dengan kata lain, antara umur dan upah berlaku hubungan kuadratik (Willis, 1986). Buruh di sektor ekonomi kreatif tahun 2015 menerima upah tertinggi pada kelompok umur tahun, sedangkan tahun 2016 upah tertinggi sektor kreatif diterima oleh buruh yang berumur tahun. Selama periode , rata-rata upah/gaji laki-laki selalu lebih tinggi daripada perempuan. Pada tahun 2016 upah buruh laki-laki di Fashion; kuliner; dan kriya merupakan subsektor paling banyak menyerap buruh/ karyawan/ pegawai Rata-rata upah tertinggi terdapat pada subsektor arsitektur

17 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF xv Rata-rata upah/gaji laki-laki lebih tinggi daripada perempuan Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi upahnya Jenis pekerjaan white collar memiliki upah lebih tinggi daripada blue collar sektor ekonomi kreatif mencapai 2,28 juta rupiah, lebih tinggi daripada upah buruh perempuan yang hanya mencapai 1,82 juta rupiah. Menurut Anker (1998), kesenjangan penghasilan antar gender terjadi di seluruh negara. Rendahnya penghasilan perempuan dibandingkan laki-laki terjadi di seluruh wilayah di dunia, dan perbedaan penghasilan tersebut terjadi pada semua pola penghasilan, baik harian, mingguan, maupun bulanan, dan terjadi di seluruh sektor non pertanian secara terpisah. Sebagian besar ahli berpendapat bahwa besarnya produktivitas pekerja dipengaruhi oleh modal manusia seperti pendidikan, pengalaman, kesehatan, keahlian, keterampilan, dan pelatihan kerja (Schultz, 1961; Becker, 1975; Mincer, 1974; Willis, 1986). Becker (1975) dengan Teori Human Capital mengemukakan bahwa perbedaan dalam pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman kerja akan mempengaruhi tingkat upah. Dengan kata lain, tingkat upah yang diterima ditentukan oleh adanya investasi modal manusia di dalam dirinya. Hasil Sakernas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi rata-rata upahnya. Jenis pekerjaan memiliki pengaruh terhadap tinggi rendahnya upah/gaji yang diterima. Dari hasil Sakernas diketahui bahwa jenis pekerjaan di sektor ekonomi kreatif yang memiliki upah paling tinggi terdapat pada Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan. Sebalik nya, jenis pekerjaan yang memiliki upah terendah selama berubah-ubah, antara lain: Tenaga Usaha Penjualan; Tenaga Usaha Jasa; serta Tenaga Produksi Operator Alat Angkutan dan Pekerja Kasar. Jenis pekerjaan juga dapat dikategorikan menjadi white collar dan blue collar. Penentuan seseorang bekerja sebagai white collar atau blue collar dilihat berdasarkan kategori pada jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan white collar terdiri dari kategori: 1). Tenaga profesional, teknisi, dan tenaga lain yang berhubungan dengan itu; 2). Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan; dan 3). Pejabat pelaksana, tenaga tata usaha, dan tenaga yang berhubungan dengan itu. Sedangkan yang termasuk jenis pekerjaan blue collar meliputi golongan 4). Tenaga usaha penjualan; 5) Tenaga usaha jasa; 7/8/9) Tenaga produksi, operator alat-alat angkutan, pekerja kasar; dan X/00) Lainnya. Rata-rata upah/gaji buruh/karyawan/pegawai selama periode cenderung mengalami kenaikan untuk semua jenis pekerjaan white collar atau blue collar, kecuali pada tahun Pada tahun 2014, buruh di sektor ekonomi kreatif yang jenis pekerjannya white collar mengalami penurunan rata-rata upah dari 2,61 juta rupiah pada tahun 2013 menjadi 2,41 juta rupiah pada tahun Selama periode , rata-rata upah white collar selalu lebih tinggi dibandingkan dengan blue collar. Pada tahun 2011, rata-rata upah buruh di sektor ekonomi kreatif yang jenis pekerjaannya white collar sebesar 2,10 juta rupiah per bulan, sedangkan rata-rata upah upah buruh yang jenis pekerjaannya blue collar hanya 990 ribu rupiah per bulan. Kondisi terakhir tahun 2016 menunjukkan pola yang sama, dimana rata-rata upah buruh dengan jenis pekerjaan white collar lebih tinggi daripada blue collar, yaitu 3,12 juta rupiah berbanding 1,92 juta rupiah per bulan.

18

19 1 PENDAHULUAN

20

21 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Orientasi ekonomi telah mengalami berbagai pergeseran, berawal dari era ekonomi pertanian, lalu era industrialisasi, dan sekarang Pergerseran beralih ke era ekonomi informasi yang diikuti dengan banyaknya ekonomi penemuan baru di bidang teknologi informasi komunikasi dan mengantarkan globalisasi ekonomi. Terjadinya pergeseran ekonomi tersebut peradaban manusia mengantarkan peradaban manusia ke era yang baru, yaitu era ke era baru, yaitu ekonomi kreatif. Menurut Diktum Pertama Instruksi Presiden ekonomi kreatif No. 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif: Kegiatan ekonomi berdasarkan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Ekonomi kreatif pada dasarnya merupakan wujud dari upaya pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas dalam suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan, yang dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh perancangan aktivitas ekonomi kreatif. Di sisi lain, tingkat upah merupakan salah satu aspek yang penting dari suatu pekerjaan. Dengan upah yang diperoleh, seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi perusahaan, tingkat upah yang sesuai dapat membantu meningkatkan produktivitas perusahaan. Dalam skala yang lebih luas, upah buruh dapat menggerakkan perekonomian suatu negara. Mengingat pentingnya data dan Informasi upah buruh tersebut, maka dalam Rancangan Aktivitas Ekonomi Kreatif Tahun 2017, yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), salah satunya bertujuan untuk memperoleh data upah di sektor ekonomi kreatif tahun Agar kegiatan perancangan aktivitas ekonomi kreatif di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan cermat, maka diperlukan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif

22 4 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Tujuan Tujuan penyusunan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif ini untuk melihat perkembangan upah di sektor ekonomi kreatif pada tahun , dan mengetahui karakteristik tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, baik dari sisi demografi maupun karakteristik pekerjaannya pada tahun Sumber Data Data yang disajikan pada Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif ini menggunakan data Survei Angkat-an Kerja Nasional (Sakernas) tahun , dengan 16 subsektor ekonomi kreatif yang dibentuk dari 223 kode Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Sistematika Penyajian Laporan ini disajikan dalam lima bab, dengan sistematika penyajian sebagai berikut: BAB I BAB II PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, tujuan, sumber data, dan sistematika penyajian. PEMAHAMAN TENTANG EKONOMI KREATIF, meliputi sejarah ekonomi kreatif (perkembangan kelembagaan Badan Ekonomi Kreatif), konsep dan definisi ekonomi kreatif, serta tata cara penghitungan upah tenaga kerja ekonomi kreatif. BAB III PERKEMBANGAN UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF , meliputi perkembangan buruh/karyawan/pegawai yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif dan upah yang diterima buruh/karyawan/ pegawai yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif tahun BAB IV UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF MENURUT BEBERAPA KARAKTERISTIK , meliputi rata-rata upah yang diterima buruh/karyawan/pegawai yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan utama, dan jenis pekerjaan white/ blue collar. LAMPIRAN

23 2 PEMAHAMAN TENTANG EKONOMI KREATIF

24

25 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF PEMAHAMAN TENTANG EKONOMI KREATIF Ekonomi kreatif berawal dari gagasan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono tentang pentingnya kreativitas dan inovasi 1. Sejarah Ekonomi Kreatif Pengembangan ekonomi kreatif berawal dari gagasan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang pentingnya kreativitas dan inovasi dalam pembangunan, khususnya dalam mengembangkan industri kerajinan dan kreativitas untuk mencapai ekonomi yang berdaya saing. Hal ini disampaikan dalam pidato pembukaan beliau dalam pembukaan International Handicraft (INACRAFT) tahun 2005 di Jakarta. Berawal dari gagasan tersebut, Kementerian Perdagangan kemudian membentuk Indonesia Design Power dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan desain dan penciptaan merek. Melalui Trade Expo yang diselenggarakan secara rutin per tahun, Kementerian Perdagangan mulai memberikan zona khusus dalam pameran-pameran yang diselenggarakan kepada pelaku dan industri kreatif. Untuk mendorong pengembangan ekonomi kreatif ini, pemerintah menyelenggarakan pameran khusus bagi ekonomi kreatif pada tahun 2007 disebut sebagai Pekan Produk Budaya Indonesia (PPBI), kemudian diubah menjadi Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) pada tahun Melalui ajang PPKI ini, pemerintah kembali memperkuat tujuan dari kegiatan ini dengan menunjukkan daya saing Indonesia yang kuat melalui ekonomi kreatif. Pengembangan ekonomi kreatif yang lebih terstruktur dimulai pada tahun 2007 saat Kementerian Perdagangan di masa kepemimpinan Ibu Mari Elka Pangestu melakukan pemetaan potensi dan membuat rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia. Pada tahun 2009, Kementerian Perdagangan menyusun rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia hingga tahun 2025, serta rencana pengembangan ekonomi kreatif dan 14 subsektor ekonomi kreatif untuk periode Pengembangan ekonomi kreatif pun

26 8 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF semakin diperkuat melalui peraturan pemerintah, dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Dengan keluarnya Instruksi Presiden ini, maka pengembangan ekonomi kreatif menjadi program nasional dan menjadi sektor yang mendapatkan perhatian dalam pembangunan nasional, serta secara kelembagaan, pengembangan ekonomi kreatif bersifat lintas kementerian dan mendapat dukungan penuh dari presiden. Gagasan mengenai ekonomi kreatif ini terus bergulir dan penguatan kelembagaan pengembangan ekonomi kreatif terus dilakukan oleh pemerintah hingga pada tanggal 21 Desember Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011, pemerintah secara resmi membentuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diperkuat dengan dua Direktorat Jenderal yang secara langsung bertanggung jawab terhadap pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia, yaitu: Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dan Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Terbentuknya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara fundamental telah mengubah tatanan pemerintahan dan prioritas pembangunan di masa yang akan datang. Dengan terbentuknya kementerian tersebut, ekonomi kreatif secara khusus diatur oleh satu kementerian tersendiri, sehingga terdapat kebutuhan yang mendesak untuk melakukan perubahan pada Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif yang telah disusun oleh Kementerian Perdagangan pada tahun 2009 lalu dalam konteks kelembagaan. Sebagai langkah awal pengembangan ekonomi kreatif di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, maka disusun Rencana Strategis Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nasional yang merupakan dasar pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan ekonomi kreatif hingga 2014 dengan fokus utama pada upayaupaya peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia kreatif, penguatan kelembagaan, dan akses pasar bagi karya kreatif lokal. Dengan masuknya ekonomi kreatif ke dalam agenda pembangunan nasional, maka dibutuhkan dokumen-dokumen yang dapat menjadi rujukan para pemangku kepentingan untuk memahami dan mengembangkan industri kreatif sebagai motor penggerak ekonomi kreatif sehingga dapat tercipta kolaborasi serta sinergi yang positif dalam pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pemangku kepentingan untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Beberapa dokumen cetak biru pun telah diluncurkan pemerintah yaitu Cetak Biru Pelestarian dan Pengembangan Batik Nasional , sebuah dokumen perencanaan pelestarian dan pengembangan batik secara komprehensif dan holistik, oleh Kementerian Perdagangan pada tahun 2011 dan Cetak Biru Pengembangan Mode Indonesia 2025 yang disusun oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Industri, dan Kementerian Perdagangan bersamasama dengan intelektual, bisnis, komunitas, dan asosiasi pada Tahun 2011 pemerintah membentuk kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif Dibutuhkan dokumen rujukan untuk memahami dan mengembangkan industri kreatif

27 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Pada tahun 2012 dilakukan revitalisasi penyelenggaraan kegiatan akbar PPKI Tahun 2015 dibentuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Cetak biru batik mempunyai visi pengembangan untuk Menjadikan batik sebagai tradisi yang hidup di masyarakat Indonesia dan penggerak ekonomi kerakyatan yang berwawasan lingkungan, sedangkan cetak biru mode menyatakan visi pengembangan Indonesia sebagai salah satu pusat mode dunia dengan mengoptimalkan kekuatan lokal yang fokus kepada konsep Ready to Wear Craft Fashion. Untuk memberikan gambaran terkini mengenai perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia, pada tahun 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan BPS menerbitkan Laporan Penguatan Data dan Informasi Ekonomi Kreatif. Terdapat beberapa pencapaian dalam pengembangan ekonomi kreatif sejak diluncurkannya Inpres No. 6 Tahun 2009, yaitu dalam hal penyerapan tenaga kerja, ekonomi kreatif telah menyerap lebih dari 10 persen angkatan kerja di Indonesia. Dalam hal kontribusi ekonomi, ekonomi kreatif telah menyumbang 7 persen dari pendapatan domestik bruto Indonesia. Dari segi ekspor, ekonomi kreatif juga telah menyumbang sekitar 6 persen dari total ekspor Indonesia. Namun, perlu diakui masih banyak pula tantangan yang harus diselesaikan, disamping masih banyaknya peluang dan potensi yang belum dikembangkan secara optimal. Pada tahun 2012 dilakukan revitalisasi terhadap penyelenggaraan kegiatan akbar PPKI. Sejak saat itu, penyelenggaraan PPKI memiliki visi Unleashing Indonesia s Full Creative Power yang bertujuan untuk menempatkan negara Indonesia sebagai negara yang memiliki soft power yang kuat di dunia. Pada tahun ini pula pemerintah meluncurkan maskot ekonomi kreatif yang bernama OK (Orang Kreatif) yang merupakan kekuatan utama dari ekonomi kreatif Indonesia. Inisiatif-inisiatif pengembangan subsektor ekonomi kreatif terus terjadi, yang kemudian pada tahun 2014, tepatnya tanggal 17 Januari 2014 telah dibentuk Badan Perfilman Indonesia (BPI) berdasarkan hasil musyawarah besar yang dihadiri oleh 40 organisasi perfilman Indonesia. Pendirian BPI mengacu pada Pasal Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman, yang merupakan wadah bagi organisasi dan asosiasi profesi perfilman Indonesia yang saat ini telah memiliki anggota sebanyak 39 organisasi perfilman yang berkembang di Indonesia. Dengan adanya BPI, diharapkan terjadi koordinasi dan sinergi antar pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengembangkan industri perfilman Indonesia. Pada tahun 2015, upaya pengembangan ekonomi kreatif semakin terealisasi dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 mengenai pembentukan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015 mengenai Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 mengenai Bekraf. 2. Konsep dan Definisi Ekonomi Kreatif Dalam Rencana Strategis Badan Ekonomi Kreatif , yang dimaksud dengan (1) Kreativitas adalah kapasitas atau daya upaya

28 10 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang unik dan baru serta menciptakan solusi dari suatu masalah atau melakukan sesuatu yang berbeda; (2) Ekonomi Kreatif adalah penciptaan nilai tambah yang berbasis kreativitas; (3) Usaha Ekonomi Kreatif adalah entitas usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang mentransformasikan dan memanfaatkan kreativitas untuk menghasilkan barang dan jasa serta yang diakui memiliki hak kekayaan intelektual baik terdaftar maupun melekat. Sedangkan ekonomi kreatif menurut Diktum Pertama Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif: Kegiatan ekonomi berdasarkan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Urgensi ekonomi kreatif, antara lain: mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan karena ide dan kreativitas adalah sumber daya yang senantiasa dapat diperbaharui; mengangkat citra dan identitas Bangsa Indonesia melalui karya dan produk, serta orang kreatif yang mendapatkan pengakuan di dunia internasional dan juga menjadi media diplomasi budaya lintas negara; dan melestarikan sumber daya alam dan budaya Indonesia, karena ekonomi kreatif merupakan sektor yang dapat menciptakan produk dan karya dengan nilai tambah yang tinggi dengan sumber daya yang terbatas. Jenis-jenis Subsektor Ekonomi Kreatif: 1. Arsitektur Wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah lingkungan binaan dan ruang, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia sehingga dapat menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang. 2. Desain Interior Desain interior adalah kegiatan yang memecahkan masalah fungsi dan kualitas interior; menyediakan layanan terkait ruang interior untuk meningkatkan kualitas hidup; dan memenuhi aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan publik. 3. Desain Komunikasi Visual Seni menyampaikan pesan (arts of commmunication) dengan menggunakan bahasa rupa (visual language) yang disampaikan melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan, memengaruhi hingga mengubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Dalam hal ini, bahasa rupa yang dipakai berbentuk grafis, tanda, simbol, ilustrasi grafik/foto, tipografi/huruf dan sebagainya. 4. Desain Produk Desain produk salah satu unsur memajukan industri agar hasil industri produk tersebut dapat diterima oleh masyarakat, karena produk yang mereka dapatkan mempunyai kualitas baik, harga terjangkau, desain yang menarik, mendapatkan jaminan dan sebagainya. Industrial Design Society of America (IDSA) Urgensi ekonomi kreatif antara lain mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

29 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF mendefinisikan desain produk sebagai layanan profesional yang menciptakan dan mengembangkan konsep dan spesifikasi yang mengoptimalkan fungsi, nilai, dan penampilan suatu produk dan sistem untuk keuntungan pengguna maupun pabrik. 5. Film, Animasi, dan Video Film Karya seni grafik bergerak yang memuat berbagai ide atau gagasan dalam bentuk audiovisual, serta dalam proses pembuatannya menggunakan kaidah-kaidah sinematografi. Animasi Tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa. Video Sebuah aktivitas kreatif, berupa eksplorasi dan inovasi dalam cara merekam (capture) atau membuat grafik bergerak, yang ditampilkan melalui media presentasi, yang mampu memberikan karya grafik bergerak alternatif yang berdaya saing, dan memberikan nilai tambah budaya, sosial, dan ekonomi. 6. Fotografi Sebuah industri yang mendorong penggunaan kreativitas individu dalam memproduksi citra dari suatu objek foto dengan menggunakan perangkat fotografi, termasuk di dalamnya media perekam cahaya, media penyimpan berkas, serta media yang menampilkan informasi untuk menciptakan kesejahteraan dan juga kesempatan kerja. 7. Kriya Bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga tematik produknya. 8. Kuliner Kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/ atau kearifan lokal; sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen. 9. Musik Segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik. 10. Fashion Suatu gaya hidup dalam berpenampilan yang mencerminkan identitas diri atau kelompok.

30 12 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Aplikasi dan Game Developer Suatu media atau aktivitas yang memungkinkan tindakan bermain berumpan balik dan memiliki karakteristik setidaknya berupa tujuan (objective) dan aturan (rules). 12. Penerbitan Suatu usaha atau kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, grafik, dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media elektronik, ataupun media daring untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial, ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi. 13. Periklanan Bentuk komunikasi melalui media tentang produk dan/atau merek kepada khalayak sasarannya agar memberikan tanggapan sesuai tujuan pemrakarsa. 14. Televisi dan Radio Televisi Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan grafik yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Radio Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. 15. Seni Pertunjukan Cabang kesenian yang melibatkan perancang, pekerja teknis, dan penampil (performers), yang mengolah, mewujudkan dan menyampaikan suatu gagasan kepada penonton (audiences); baik dalam bentuk lisan, musik, tata rupa, ekspresi dan gerakan tubuh, atau tarian; yang terjadi secara langsung (live) di dalam ruang dan waktu yang sama, di sini dan kini (hic et nunc). 16. Seni Rupa Penciptaan karya dan saling berbagi pengetahuan yang merupakan manifestasi intelektual dan keahlian kreatif, yang mendorong terjadinya perkembangan budaya dan perkembangan industri dengan nilai ekonomi untuk keberlanjutan ekosistemnya. 3. Tata Cara Penghitungan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif Tahun Perbedaan antara Sakernas KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia) Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang menjadi dasar pengelompokkan Subsektor Ekonomi Kreatif yaitu KBLI

31 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Dasar pengelompokkan subsektor ekonomi kreatif menggunakan KBLI 2015 Sakernas menggunakan metode yang berbeda dengan Sakernas , yang digunakan sejak Sakernas Sakernas menggunakan KBLI Untuk menghitung banyaknya orang yang bekerja disektor ekonomi kreatif selama periode , maka KBLI 2009 harus disesuaikan (bridging) dengan KBLI Selama proses bridging terdapat beberapa kode dari KBLI 2009 yang tidak terdistribusi ke satu kode ataupun sebaliknya sehingga harus dilakukan pemecahan secara manual. Proses ini tentu saja memberikan akibat tidak langsung terhadap besaran angka tenaga kerja sektor ekonomi kreatif Metodologi Sakernas merupakan survei yang dirancang khusus untuk mengumpulkan data yang dapat menggambarkan keadaan umum ketenagakerjaan pada periode pencacahan. Mulai tahun 2011 sampai 2014 Sakernas dilaksanakan secara triwulanan, yakni triwulan I bulan Februari, triwulan II bulan Mei, triwulan III bulan Agustus (estimasi kabupaten/kota), dan triwulan IV bulan November. Mulai tahun 2015, Sakernas kembali dilaksanakan secara semesteran yaitu pada bulan Februari (Semester I) dengan besar sampel sebanyak rumah tangga untuk mendapatkan estimasi hingga tingkat provinsi. Sementara itu, Sakernas Agustus (Semester II) dengan besar sampel sebanyak rumah tangga dirancang untuk mendapatkan estimasi ketenagakerjaan nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Sakernas dan Sakernas menggunakan metodologi yang berbeda. 3. Penimbang Sakernas menggunakan Three stage sampling (panel rumah tangga). Kerangka sampel tahap I yang digunakan yaitu daftar wilayah pencacahan (wilcah) SP2010. Kerangka sampel tahap II yaitu daftar blok sensus pada setiap wilcah terpilih. Sedangkan kerangka sampel tahap III yaitu daftar rumah tangga biasa. Sampel Blok Sensus (BS) yang digunakan dibagi dalam 7 paket. Sakernas menggunakan Two stage-one phase stratified sampling (Panel Blok Sensus). Kerangka sampel tahap I yang digunakan yaitu daftar wilayah pencacahan (wilcah) SP2010. Kerangka sampel tahap II yaitu daftar blok sensus pada setiap wilcah terpilih. Sampel Blok Sensus (BS) yang digunakan dibagi dalam 7 paket. Sakernas sudah menggunakan strata lapangan usaha dalam pengambilan sampel. Berikut ini penjelasan mengenai penimbang yang digunakan pada Sakernas. Sakernas menggunakan ratio estimate dalam menentukan penimbang awal. Sedangkan Sakernas menggunakan direct estimate. Pada tahun 2014 dilakukan koreksi untuk penimbang semua survei di BPS (termasuk Sakernas) dengan menggunakan penimbang dari hasil proyeksi penduduk tahun

32 14 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Namun, data yang di-backcasting baru dilakukan sampai tahun Tahun 2010 kebawah belum bisa di-backcasting disebabkan data penimbang jumlah penduduk sampai karakteristik yang lebih detil belum tersedia. Metode Penghitungan Upah Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif Penghitungan upah tenaga kerja pada sektor ekonomi kreatif menggunakan data Sakernas Dalam publikasi ini, upah tenaga kerja yang dimaksud hanya rata-rata upah/gaji tenaga kerja dengan status pekerjaan utama sebagai buruh/karyawan/ pegawai di sektor ekonomi kreatif. Buruh/karyawan/pegawai adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/ kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan/ pegawai, tetapi sebagai pekerja bebas. Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika memiliki 1 (satu) majikan yang sama dalam sebulan terakhir. Khusus pada sektor konstruksi batasannya tiga bulan. Apabila majikannya instansi/ lembaga, boleh lebih dari satu (BPS, 2016 c). Sektor ekonomi kreatif terdiri dari 16 subsektor yang dibentuk dari 223 kode KBLI Pada penyusunan publikasi ini, Subsektor Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dikelompokkan menjadi satu, yaitu Subsektor Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk. Penggabungan dikarenakan jumlah tenaga kerja ketiganya relatif sedikit. Upah/gaji bersih selama sebulan adalah imbalan yang diterima selama sebulan yang lalu dari pekerjaan utama oleh buruh/ karyawan/pegawai, baik berupa uang ataupun barang yang dibayarkan oleh perusahaan/kantor/majikan setelah dikurangi dengan iuran wajib (Askes, Taspen, Taperum, Astek, pajak penghasilan, dan lain sebagainya) (BPS, 2016 c). Referensi waktu yang digunakan untuk menghitung upah/gaji yaitu sebulan yang lalu. Upah tenaga kerja yang dimaksud hanya rata-rata upah/gaji tenaga kerja dengan status pekerjaan utama sebagai buruh/ karyawan/pegawai di sektor ekonomi kreatif Referensi waktu untuk menghitung upah/gaji yaitu sebulan yang lalu

33 3 PERKEMBANGAN UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF

34

35 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF PERKEMBANGAN UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Buruh yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif cenderung meningkat dari tahun Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif Tahun Berdasarkan hasil Sakernas tahun , tenaga kerja yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif yang berstatus buruh/karyawan/pegawai cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali pada periode Buruh/karyawan/ pegawai yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2012 sebanyak 6,64 juta orang turun menjadi 6,54 juta orang pada tahun Setelah itu, perlahan terus meningkat dari 6,54 juta orang pada tahun 2013 hingga mencapai 7,05 juta orang pada tahun Grafik 3.1 Perkembangan Jumlah Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif, (juta orang) Sumber: BPS RI, Sakernas

36 18 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Jika kita amati pertumbuhan buruh/karyawan/pegawai yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif dari tahun ke tahun, maka terlihat dalam periode jumlah buruh di sektor ekonomi kreatif cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,54 persen per tahun. Tabel 3.1 Jumlah Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor, Subsektor Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas Dari 16 subsektor ekonomi kreatif dikelompokkan lagi menjadi 14 subsektor yang didasarkan atas jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja pada Subsektor Desain Interior, Subsektor Desain Komunikasi Visual, dan Subsektor Desain Produk relatif sedikit, sehingga ketiga subsektor tersebut digabung menjadi satu, yaitu Subsektor Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk. Pembahasan selanjutnya terfokus pada 14 subsektor ekonomi kreatif, yaitu: (1) Arsitektur; (2) Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk; (3) Film, Animasi, Video; (4) Fotografi; (5) Kriya; (6) Kuliner; (7) Musik; (8) Fashion; (9) Aplikasi dan Game Developer; (10) Penerbitan; (11) Periklanan; (12) TV/Radio; (13) Seni Pertunjukan; dan (14) Seni Rupa. Tabel 3.1 menyajikan informasi banyaknya buruh/ karyawan/pegawai yang pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif tahun Dari Tabel 3.1 terlihat bahwa subsektor ekonomi kreatif yang paling dominan dalam penyerapan buruh/karyawan/pegawai selama tahun yaitu subsektor fashion, kuliner, dan kriya. Jumlah buruh/ karyawan/pegawai untuk ketiga subsektor tersebut masing-masing di atas satu juta orang. Berbeda dengan ketiga subsektor tersebut, untuk subsektor ekonomi kreatif lainnya relatif kecil, yaitu di bawah 400 ribu orang selama periode

37 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lebih dari sepertiga buruh/ karyawan/ pegawai ekonomi kreatif bekerja di subsektor fashion Pada tahun 2016, subsektor fashion paling banyak menyerap buruh/karyawan/pegawai, yaitu sekitar 2,44 juta orang atau sebesar 34,60 persen. Subsektor yang cukup besar berikutnya yaitu kuliner dan kriya, masing-masing menyerap sekitar 2,06 juta dan 1,79 juta orang atau sebesar 29,17 persen dan 25,36 persen. Selain tiga subsektor tersebut, gabungan subsektor ekonomi kreatif lainnya hanya menyerap sekitar 10,87 persen. Subsektor Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk menyerap buruh/ karyawan/pegawai paling sedikit, yaitu hanya sekitar 0,29 persen. Grafik 3.2 Persentase Buruh/Karyawan/Pegawai berdasarkan Subsektor Ekonomi Kreatif, 2016 Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk; 0,29 Musik; 0,38 Film, Animasi, Video; 0,38 Aplikasi dan Game Developer; 0,40 Periklanan; 0,43 Seni Rupa; 0,44 Arsitektur; 0,55 Fotografi; 0,56 TV/Radio; 0,98 Seni Pertunjukan; 1,57 Penerbitan; 4,87 Fashion; 34,60 Kriya; 25,36 Kuliner; 29,17 Sumber: BPS RI, Sakernas Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/Karyawan/ Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif Tahun Berdasarkan hasil Sakernas tahun , diketahui bahwa rata-rata upah buruh/karyawan/pegawai di sektor ekonomi kreatif cenderung naik dari tahun ke tahun, kecuali dari tahun 2013 ke tahun 2014 (Grafik 3.3). Tahun 2016, rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif sudah mencapai 2,06 juta rupiah, atau hampir dua kali lipat dibandingkan tahun Pada tahun 2011, rata-rata upah/gaji di sektor ekonomi kreatif sebesar 1,13 juta rupiah, kemudian bergerak naik di tahun 2012 sampai Rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2013 sebesar 1,51 juta rupiah, kemudian turun menjadi 1,49 juta rupiah pada tahun Setelah itu, meningkat menjadi 1,59 juta rupiah pada tahun 2015 dan 2,06 juta rupiah pada tahun 2016.

38 20 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Grafik 3.3 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif, Sumber: BPS RI, Sakernas Dari Grafik 3.4 terlihat bahwa secara umum, upah di subsektor ekonomi kreatif mengalami kenaikan tahun Meskipun demikian, masih dijumpai penurunan upah tahun pada 5 subsektor, yaitu: Aplikasi dan Game Developer; Desain; Seni Rupa; Seni Pertunjukan; dan Fotografi. Selama periode , Subsektor Arsitektur; Periklanan; serta Aplikasi dan Game Developer rata-rata upahnya relatif tinggi. Pada Tahun 2016, rata-rata upah tertinggi terdapat pada Subsektor Arsitektur, yaitu sebesar 5,33 juta rupiah per bulan. Tertinggi berikutnya pada tahun 2016 yaitu upah di Subsektor Periklanan, rata-rata upahnya 5,12 juta rupiah per bulan. Pada tahun 2016, Subsektor Fotografi; Seni Pertunjukan; dan Kuliner rata-rata upahnya relatif rendah, yaitu di bawah 2 juta rupiah. Subsektor Fotografi memiliki rata-rata upah paling rendah pada tahun 2016, yaitu sebesar 1,48 juta rupiah per bulan. Sedangkan untuk Subsektor Seni Pertunjukan dan Subsektor Kuliner, masing-masing upahnya 1,66 juta rupiah dan 1,79 juta rupiah per bulan. Informasi mengenai rata-rata upah/gaji masing-masing subsektor selama periode selengkapnya disajikan dalam Lampiran 1. Subsektor arstektur paling tinggi ratarata upahnya Tahun 2016, subsektor fotografi; seni pertunjukan; dan kuliner memiliki rata-rata upah/gaji di bawah 2 juta rupiah

39 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Grafik 3.4 Rata-rata Upah Gaji Sebulan yang diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif, Arsitektur Periklanan Aplikasi dan Game Developer TV/Radio Musik Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Penerbitan Film, Animasi, Video Seni Rupa Fashion Total Kriya Kuliner Seni Pertunjukan Fotografi Sumber: BPS RI, Sakernas Selama , rata-rata upah sektor ekonomi kreatif lebih kecil daripada rata-rata upah seluruh sektor 3. Perbandingan Rata-rata Upah/Gaji Sebulan: Upah Sektor Ekonomi Kreatif, Upah Seluruh Sektor, dan Rata-rata UMP Grafik 3.5 menyajikan perbandingan rata-rata upah sektor ekonomi kreatif, upah seluruh sektor, dan rata-rata Upah Minimum Provinsi (UMP) Indonesia pada periode Jika dibandingkan dengan rata-rata upah gabungan seluruh sektor (sektor ekonomi kreatif dan bukan ekonomi kreatif), maka terlihat bahwa rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif lebih rendah dibandingkan ratarata upah seluruh sektor selama periode Sedangkan jika dibandingkan dengan rata-rata UMP Indonesia, rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif lebih tinggi dari rata-rata UMP Indonesia, kecuali pada tahun 2014 dan Pada tahun 2014, rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif mengalami sedikit penurunan dari tahun 2013.

40 22 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Grafik 3.5 Rata-rata Upah per Bulan Sektor Ekonomi Kreatif, Seluruh Sektor, dan Rata-rata UMP, Sektor Ekraf Seluruh Sektor Rata-rata UMP Indonesia Sumber: BPS RI, Sakernas Dengan adanya unsur kreatif di dalam sektor ekonomi kreatif diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Namun, mengacu kepada data Sakernas menunjukkan bahwa rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif lebih rendah daripada rata-rata upah seluruh sektor. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih dalam lagi mengenai upah di masing-masing subsektor ekonomi kreatif. Dengan demikian, akan diketahui buruh pada subsektor apa saja yang upahnya sudah tinggi dan subsektor apa saja yang upahnya masih relatif rendah. Rata-rata upah per subsektor ekonomi kreatif bisa dibandingkan dengan rata-rata upah seluruh sektor (sektor ekonomi kreatif dan bukan ekonomi kreatif). Rata-rata upah seluruh sektor tahun 2016 sebesar 2,55 juta rupiah. Berdasarkan Grafik 3.6, diketahui bahwa pada tahun 2016 subsektor ekonomi kreatif yang rata-rata upahnya di atas rata-rata upah seluruh sektor yaitu subsektor Arsitektur; Periklanan; Aplikasi dan Game Developer; TV/Radio; Musik; Desain; dan Penerbitan. Upah tertinggi terdapat pada subsektor Arsitektur, yaitu 5,33 juta rupiah. Subsektor ekonomi kreatif yang rata-rata upahnya di bawah rata-rata upah seluruh sektor antara lain: Film, Animasi, Video; Seni Rupa; Fashion; Kriya; Kuliner; Seni Pertunjukan; dan Fotografi. Tahun 2016, upah terendah ada di subsektor Fotografi, yaitu 1,48 juta rupiah. Upah di masing-masing subsektor ekonomi kreatif juga bisa dibandingkan dengan rata-rata UMP Indonesia tahun Pada Tahun 2016, rata-rata UMP Indonesia sekitar 2 juta rupiah. Subsektor ekonomi kreatif yang rata-rata upahnya di atas ratarata UMP Indonesia antara lain subsektor Arsitektur; Periklanan; Aplikasi dan Game Developer; TV/Radio; Musik; Desain; Penerbitan; Film, Animasi, Video; Seni Rupa; Fashion; dan Kriya. Sebaliknya, subsektor ekonomi kreatif yang rata-rata upahnya di bawah ratarata UMP Indonesia antara lain: Kuliner; Seni Pertunjukan; dan Fotografi. Subsektor fashion; kuliner; kriya menyerap buruh paling banyak, tetapi rata-rata upahnya di bawah rata-rata upah seluruh sektor Subsektor kuliner; seni pertunjukan; dan fotografi ratarata upahnya di bawah rata-rata UMP Indonesia

41 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Subsektor yang memiliki rata-rata upah relatif rendah perlu mendapat perhatian. Upaya peningkatan kreativitas pada subsektor tersebut diharapkan bisa meningkatkan upahnya. Apalagi, beberapa subsektor yang upahnya relatif rendah memiliki jumlah buruh/karyawan/pegawai yang relatif besar, seperti subsektor Fashion; Kriya; dan Kuliner. Grafik 3.6 Rata-rata Upah per Bulan Subsektor Ekonomi Kreatif, Seluruh Sektor, dan Rata-rata UMP Indonesia, Fotografi Seni Pertunjukan Kuliner Kriya Fashion Seni Rupa Film, Animasi, Video Penerbitan Desain *) Musik TV/Radio Aplikasi dan Game Developer Periklanan Arsitektur Subsektor Ekraf Seluruh Sektor Rata-rata UMP Indonesia Sumber: BPS RI, Sakernas 2016 *) Mencakup Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk

42

43 4 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF MENURUT BEBERAPA KARAKTERISTIK

44

45 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Beberapa Karakteristik Satu dari lima buruh di sektor ekonomi kreatif berumur tahun 1. Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Umur Umur merupakan salah satu karakteristik demografi dan ketenagakerjaan. Umur berpengaruh terhadap sikap seseorang di dalam pekerjaan. Tenaga kerja berumur muda biasanya baru mulai bekerja dan belum banyak memiliki pengalaman. Semakin bertambah umur seseorang, maka semakin bertambah pengalaman kerjanya. Akan tetapi, ada titik tertentu dimana semakin bertambah umur, maka produktivitas kerjanya semakin menurun. Kelompok Umur Tabel 4.1 Persentase Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur, Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Total Sumber: BPS RI, Sakernas

46 28 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Berdasarkan Sakernas , distribusi buruh berdasarkan kelompok umur di sektor ekonomi kreatif memiliki pola yang hampir sama. Persentase buruh di sektor ekonomi kreatif yang berumur tahun berkisar antara 7 sampai 12 persen selama periode Pada kelompok paling muda ini, umumnya buruh baru masuk ke dunia kerja setelah selesai menempuh pendidikan tingkat menengah. Pada Grafik 4.1 terlihat buruh di sektor ekonomi kreatif didominasi oleh mereka yang berumur muda, yaitu kelompok umur tahun dan tahun, yaitu berkisar antara 17 sampai 23 persen. Setelah umur 25 tahun, semakin tua umurnya, maka semakin berkurang buruh yang bekerja di sektor ekonomi kreatif. Grafik 4.1 Jumlah Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur, Sumber: BPS RI, Sakernas Pada Lampiran 2, jumlah buruh/karyawan/pegawai yang lapangan pekerjaan utamanya di sektor ekonomi kreatif tahun 2016 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015, yaitu sebanyak 6,93 juta orang pada tahun 2015 menjadi 7,05 juta orang pada tahun Pada tahun 2016, buruh di sektor ekonomi kreatif yang berumur tahun sebanyak 627 ribu orang, meningkat dibandingkan tahun 2015 yang jumlahnya sebanyak 550 ribu orang. Pada tahun buruh di sektor ekonomi kreatif paling banyak berumur tahun, yaitu sebanyak 1,50 juta orang pada tahun 2015 dan 1,61 juta orang pada tahun Buruh di sektor ekonomi kreatif yang lanjut usia atau berumur 60 tahun ke atas jumlahnya paling sedikit, yaitu 107 ribu orang pada tahun 2015 dan 102 ribu orang pada tahun Jumlah buruh di sektor ekonomi kreatif semakin menurun pada kelompok umur 24 tahun ke atas

47 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Tabel 4.2 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur, Kelompok Umur Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Total Sumber: BPS RI, Sakernas Tahun 2016, upah tertinggi di sektor ekonomi kreatif diterima oleh buruh berusia tahun Tabel 4.2 menunjukkan bahwa buruh muda berusia tahun di sektor ekonomi kreatif memperoleh upah paling rendah selama periode tahun Hal ini dimungkinkan karena mereka baru masuk ke dunia kerja dan belum memiliki pengalaman kerja. Pada usia tersebut kemungkinan baru menamatkan pendidikan menengah, baik SMP maupun SMA. Pada periode , rata-rata upah/gaji tertinggi menurut kelompok umur mayoritas berada pada kelompok umur tahun, kecuali pada tahun 2014 dan 2015 upah tertinggi ada pada kelompok umur tahun. Grafik 4.2 menjelaskan bahwa pada tahun upah terendah sektor ekonomi kreatif diterima oleh buruh muda yang berumur tahun, yaitu 986 ribu rupiah pada tahun 2015 dan 1,23 juta rupiah pada tahun Upah tertinggi tahun 2015 diterima oleh kelompok umur yang berbeda dengan tahun Pada tahun 2015, rata-rata upah tertinggi diterima buruh berumur tahun, yaitu sebesar 1,91 juta rupiah. Sedangkan pada tahun 2016, rata-rata upah tertinggi diterima buruh yang berumur tahun, yaitu sebesar 2,95 juta rupiah. Dalam fungsi upah, Mincer (1974) menggambarkan hubungan umur dan upah berlaku grafik U terbalik. Upah akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan pada umur tertentu mencapai puncak dan kembali menurun. Dengan kata lain, antara umur dan upah berlaku hubungan kuadratik (Willis, 1986). Berdasarkan Grafik 4.2, dapat dilihat bahwa buruh di sektor ekonomi kreatif tahun 2015 menerima upah tertinggi pada kelompok umur tahun, sedangkan tahun 2016 upah tertinggi sektor kreatif diterima oleh buruh yang berumur tahun.

48 30 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Grafik 4.2 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/ Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur, Sumber: BPS RI, Sakernas Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Jenis Kelamin Selain umur, jenis kelamin merupakan salah satu karakteristik demografi. Jenis kelamin juga berpengaruh pada upah yang akan diterima pekerja. Masyarakat Indonesia, sebagaimana di negara berkembang lainnya, mengenal budaya pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan secara sosial, baik dalam masyarakat maupun dalam keluarga. Lakilaki memikul peran sebagai pencari nafkah utama atau bread winner (Handayani, 2006) sehingga laki-laki cenderung mendapatkan upah yang lebih tinggi. Berdasarkan Sakernas , rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif memiliki perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dimana rata-rata upah laki-laki selalu lebih tinggi daripada perempuan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.3. Pada tahun 2016 upah buruh laki-laki mencapai 2,28 juta rupiah, lebih tinggi daripada upah buruh perempuan yang hanya mencapai 1,82 juta rupiah. Rata-rata upah laki-laki lebih tinggi daripada perempuan selama periode

49 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Tabel 4.3 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/ Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Jenis Kelamin, Jenis Kelamin Sumber: BPS RI, Sakernas Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Perbedaan upah antara laki-laki dan perempuan ini sejalan dengan penelitian Anker (1998). Menurut Anker (1998), kesenjangan penghasilan antar gender terjadi di seluruh negara. Dengan menggunakan data International Labor Organization (ILO) tahun 1990, Anker (1998) menemukan bahwa rendahnya penghasilan perempuan dibandingkan laki-laki terjadi di seluruh wilayah di dunia, dan perbedaan penghasilan tersebut terjadi pada semua pola penghasilan, baik harian, mingguan, maupun bulanan, dan terjadi di seluruh sektor non pertanian secara terpisah. Pembagian kerja antar jenis kelamin terjadi antara lain karena laki-laki cenderung bekerja pada sektor yang lebih berisiko atau memerlukan kekuatan fisik. Akibatnya, upah yang diterima laki-laki lebih tinggi daripada upah perempuan. Perbedaan upah juga diakibatkan preferensi pemberi kerja yang ingin memaksimalkan keuntungan, cenderung melihat lakilaki lebih produktif dibandingkan perempuan. Anker (1998) juga melihat perbedaan upah antara laki-laki dan perempuan diakibatkan kapasitas modal manusia yang berbeda. Jika dilihat dari tren upah di sektor ekonomi kreatif selama tahun , pada Grafik 4.3 terlihat bahwa secara umum rata-rata Rata-rata upah upah buruh di sektor ekonomi kreatif cenderung naik, kecuali tahun buruh ekonomi 2014 yang sedikit menurun dari tahun Baik laki-laki maupun kreatif cenderung perempuan, memiliki tren yang sama selama tahun Di meningkat dari tahun 2014, rata-rata upah laki-laki mengalami penurunan sekitar tahun , 30 ribu rupiah dari tahun Hal yang sama juga terjadi pada baik laki-laki maupun buruh perempuan, dimana rata-rata upah buruh perempuan tahun perempuan 2014 mengalami penurunan sekitar 10 ribu rupiah dibandingkan tahun Rata-rata upah laki-laki dan perempuan meningkat hampir 100 persen dalam lima tahun terakhir, dimana rata-rata upah lakilaki dan perempuan telah mencapai masing-masing 2,28 dan 1,82 juta rupiah pada tahun 2016.

50 32 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Grafik 4.3 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Jenis Kelamin, Sumber: BPS RI, Sakernas Laki-laki Perempuan 3. Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Pendidikan Sebagian besar ahli berpendapat bahwa besarnya produktivitas pekerja dipengaruhi oleh modal manusia seperti pendidikan, pengalaman, kesehatan, keahlian, keterampilan, dan pelatihan kerja (Schultz, 1961; Becker, 1975; Mincer, 1974; Willis, 1986). Teori modal manusia merupakan suatu pandangan yang menganggap manusia sebagai modal sebagaimana bentuk modal tradisional lainnya (teknologi, mesin, tanah, uang, dan sebagainya) yang sangat berperan dalam faktor produksi untuk mendapatkan keuntungan ataupun meningkatkan upah pekerja itu sendiri. Becker (1975) dengan Teori Human Capital mengemukakan bahwa perbedaan dalam pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman kerja akan memengaruhi tingkat upah. Dengan Pendidikan, kata lain, tingkat upah yang diterima ditentukan oleh adanya pelatihan, investasi modal manusia di dalam dirinya. Selanjutnya Becker keterampilan, dan menyatakan bahwa tingkat upah dari tenaga kerja yang dibayar pengalaman kerja berdasarkan produktivitas marginalnya tenaga kerja dapat mempengaruhi ditingkatkan melalui investasi dalam sumber daya manusia. Teori tingkat upah modal manusia itu sendiri menekankan pentingnya tiga hal utama dalam meningkatkan keuntungan di masa datang, yakni investasi modal manusia itu sendiri, pelatihan (on the job training), dan migrasi (Schultz, 1961; Becker, 1975). Investasi secara umum dapat dikatakan sebagai pengorbanan pada masa sekarang untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang (Schultz,1961; Becker, 1975). Melalui investasi modal manusia, seseorang dapat memperluas alternatif dalam menentukan pilihan profesi, pekerjaan, dan upah yang lebih tinggi. Investasi modal manusia dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun nonformal, kesehatan,

51 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF gizi, serta migrasi (Todaro dan Smith, 2006) maupun pelatihan kerja, perawatan medis, konsumsi vitamin yang baik, dan lain sebagainya (Becker, 1975). Sebagai salah satu investasi sumber daya manusia, pendidikan memerlukan biaya untuk mendapatkan keuntungan pada masa yang akan datang (present value), baik biaya langsung maupun tak langsung (Todaro dan Smith, 2006; Handayani, 2006). Biaya langsung meliputi uang sekolah atau biaya lain yang khususnya terkait dengan pendidikan seperti buku-buku. Biaya tidak langsung dapat berupa upah yang dikorbankan karena siswa tidak dapat bekerja selama masa bersekolah (forgone earning). Pendidikan merupakan akumulasi keterampilan dan keahlian secara umum maupun keahlian secara khusus dan spesifik. Di samping itu, pendidikan merupakan suatu sinyal dari produktivitas yang tinggi sehingga mereka yang berpendidikan tinggi mendapatkan upah yang lebih tinggi (Todaro dan Smith, 2006). Tingkat pendidikan pada Sakernas merujuk pada tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Tingkat pendidikan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 8, yaitu: tidak/belum pernah sekolah; tidak/belum tamat SD; SD/sederajat; SMP/sederajat; SMA/MA/sederajat; SMK; Diploma (DI, DII, DIII); dan Universitas (S1, S2, S3). Tabel 4.4 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/ Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Pendidikan, Pendidikan Sumber: BPS RI, Sakernas Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tidak/belum pernah sekolah Tidak/belum tamat SD SD/sederajat SMP/sederajat SMA/MA/sederajat SMK Diploma (DI, DII, DIII) Universitas (S1, S2, S3) Total Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa secara umum rata-rata upah di sektor ekonomi kreatif cenderung naik dari tahun , kecuali pada tahun Upah di sektor ekonomi kreatif tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013, yaitu dari 1,51 juta rupiah menjadi 1,49 juta rupiah per bulan. Penurunan ini juga terjadi hampir di semua tingkat pendidikan buruh, kecuali pada buruh yang pendidikannya SMP dan SMK. Buruh di sektor ekonomi kreatif yang berpendidikan

52 34 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF SMP tahun 2014 rata-rata upahnya mengalami kenaikan sekitar 5 ribu rupiah dibandingkan tahun Begitu juga untuk buruh yang berpendidikan SMK, rata-rata upahnya tahun 2014 naik sekitar 27 ribu rupiah dibandingkan tahun Selama tahun , rata-rata upah buruh di sektor ekonomi kreatif berdasarkan pendidikan memiliki pola yang sama. Kondisi dua tahun terahir, yaitu polanya juga tidak mengalami perubahan yang berarti. Pada tahun 2015, rata-rata upah buruh yang tidak/belum pernah sekolah hanya sebesar 709 ribu rupiah per bulan. Buruh yang pendidikannya tamat SD memiliki rata-rata upah 969 ribu rupiah per bulan. Buruh yang menamatkan pendidikan SMA dan SMK memiliki rata-rata upah sekitar dua kali lipat dari buruh yang hanya tamat SD. Pada Tahun 2015 Buruh yang menamatkan pendidikan sampai jenjang universitas memperoleh ratarata upah paling tinggi, yaitu sebesar 4,20 juta rupiah per bulan. Pada periode , rata-rata upah buruh di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2016 secara umum lebih tinggi dibandingkan tahun 2015, kecuali untuk buruh dengan tingkat pendidikan diploma (DI/DII/DIII). Buruh di sektor ekonomi kreatif yang pendidikannya diploma rata-rata upahnya pada tahun 2016 sebesar 2,87 juta rupiah per bulan, turun dibandingkan dengan rata-rata upah tahun 2015 yang mencapai 2,99 juta rupiah per bulan. Tahun 2016, upah buruh di sektor ekonomi kreatif yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 980 ribu rupiah, sedangkan buruh yang pendidikannya tamat SD rata-rata upahnya 1,43 juta rupiah per bulan. Buruh yang tingkat pendidikannya paling tinggi atau tamat universitas, memiliki rata-rata upah 4,99 juta rupiah per bulan, atau sekitar lima kali lipat dibandingkan buruh yang tidak/belum pernah sekolah. Dari data Sakernas , terlihat bahwa pendidikan mempunyai korelasi positif terhadap upah/gaji seseorang. Pendidikan yang tinggi pada sektor ekonomi kreatif mampu meningkatkan kesejahteraan buruh dari sudut pandang upahnya. Pendidikan yang tinggi berkorelasi dengan jenis keterampilan yang dikuasai oleh seseorang. Semakin tinggi tingkat keterampilan akan memberikan upah lebih tinggi dibanding mereka yang tidak punya keterampilan khusus. Jacobsen (1994) menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara pendidikan dan penghasilan bukan dilihat dari produktivitas, melainkan dari sinyal yang diberikan oleh pendidikan kepada majikan atau pengusaha yang dikenal sebagai sheepskin effect yang artinya ada informasi asimetris yang menyebabkan pengusaha meyakini bahwa semakin tinggi pendidikan seorang pekerja, semakin baik pekerja tersebut. Buruh yang tidak/ belum pernah sekolah memiliki upah paling rendah Tahun , buruh yang tamat pendidikan universitas (S1/S2/ S3) memiliki upah paling tinggi

53 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Grafik 4.4 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/ Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Pendidikan, Universitas (S1, S2, S3) Diploma (DI, DII, DIII) SMK SMA/MA/sederajat SMP/sederajat SD/sederajat Tidak/belum tamat SD Tidak/belum pernah sekolah Sumber: BPS RI, Sakernas Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi upahnya Dari Grafik 4.4 dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi rata-rata upahnya. Hal ini bersesuaian dengan teori modal manusia yang memberikan pemahaman bahwa pada dasarnya modal manusia melalui investasi pada pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja yang lebih besar dapat meningkatkan penghasilan pekerja melalui peningkatan produktivitas. 4. Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Jenis Pekerjaan Utama Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang yang sedang bekerja atau yang sementara tidak bekerja (BPS, 2016 a). Jenis pekerjaan pada publikasi ini didasarkan atas Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) 2002 yang mengacu kepada International Standard Classification of Occupations (ISCO) 1988, dengan uraian jenis pekerjaan lebih rinci. Dalam penyajian ini klasifikasi tersebut dikonversikan ke Klasifikasi Jenis Pekerjaan Indonesia (KJI) 1982 (BPS, 2016 b).

54 36 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Dari Tabel 4.5 diketahui bahwa jenis pekerjaan Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan memperoleh upah paling tinggi selama tahun Sebaliknya, jenis pekerjaan yang memperoleh upah terendah selama berubah-ubah, antara lain: jenis pekerjaan Tenaga Usaha Penjualan; Tenaga Usaha Jasa; serta Tenaga Produksi Operator Alat Angkutan dan Pekerja Kasar. Tabel 4.5 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Jenis Pekerjaan Utama, Jenis Tahun Pekerjaan Utama *) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) /8/ X/ Total Sumber: BPS RI, Sakernas Keterangan *): 1. Tenaga Profesional, Teknisi dan tenaga lain ybdi 2. Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanan 3. Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan tenaga ybdi 4. Tenaga Usaha Penjualan 5. Tenaga Usaha Jasa 6. Tenaga Usaha Tani, Kebun, Ternak, Ikan, Hutan dan Perburuan 7/8/9. Tenaga Produksi Operator Alat Angkutan dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya - Tidak ada atau nol Pada tahun 2016, jenis pekerjaan Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan memilki upah tertinggi, yaitu sebesar 6,65 juta rupiah per bulan. Tertinggi berikutnya yaitu buruh dengan jenis pekerjaan Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan tenaga yang berhubungan dengan itu, sebesar 3,22 juta rupiah per bulan. Jenis pekerjaan Tenaga Usaha Jasa memiliki rata-rata upah terendah pada tahun 2016, yaitu sebesar 1,64 juta rupiah per bulan. Jenis pekerjaan tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan memiliki upah paling tinggi

55 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Rata-rata upah buruh ekonomi kreatif cenderung meningkat dari tahun , baik untuk jenis pekerjaan white collar maupun blue collar 5. Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif menurut Jenis Pekerjaan White/Blue Collar Penentuan seorang penduduk yang bekerja sebagai white/blue collar dilihat berdasarkan kategori pada jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan white collar terdiri dari kategori: 1). Tenaga profesional, teknisi, dan tenaga lain yang berhubungan dengan itu; 2). Tenaga Kepemimpinan dan ketatalaksanaan; dan 3). Pejabat pelaksana, tenaga tata usaha, dan tenaga yang berhubungan dengan itu. Selain dari ketiga kategori tersebut, maka termasuk pada jenis pekerjaan blue collar. Mengacu pada Grafik 4.5, dapat dikatakan bahwa rata-rata upah buruh selama periode cenderung mengalami kenaikan untuk semua jenis pekerjaan white/blue collar, kecuali pada tahun Pada tahun 2014, Buruh di sektor ekonomi kreatif yang jenis pekerjannya white collar mengalami penurunan rata-rata upah cukup signifikan dari 2,61 juta rupiah pada tahun 2013 menjadi 2,41 juta rupiah pada tahun Grafik 4.5 Rata-rata Upah/Gaji Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/ Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Jenis Pekerjaan White/Blue Collar, White Collar Blue Collar Sumber: BPS RI, Sakernas Selama periode , tampak perbedaan yang nyata antara upah buruh yang jenis pekerjaannya white collar dengan Jenis pekerjaan white blue collar. Buruh yang jenis pekerjaannya white collar rata-rata collar memiliki upah upahnya selalu lebih tinggi dibandingkan dengan blue collar. Pada lebih tinggi daripada tahun 2011, rata-rata upah buruh di sektor ekonomi kreatif yang blue collarcollar jenis pekerjaannya white collar sebesar 2,10 juta rupiah per bulan, sedangkan rata-rata upah upah buruh yang jenis pekerjaannya blue collar hanya 990 ribu rupiah per bulan. Kondisi terakhir tahun 2016 menunjukkan pola yang sama, di mana rata-rata upah buruh dengan jenis pekerjaan white collar lebih tinggi daripada blue collar yaitu 3,12 juta rupiah berbanding 1,92 juta rupiah per bulan.

56 38 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Hasil yang disajikan dari Sakernas ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang mengaitkan jenis pekerjaan (white collar/blue collar) dengan upah yang diterima. Buckley (1985), menyatakan bahwa perbedaan upah diantara pekerja dengan pekerjaan yang sama pada rentang antara yang tertinggi dan terendah tergantung pada variasi menurut jenis pekerjaan, jenis industri dan kategori ukuran perusahaan. Ditemukan rata-rata upah pada jenis pekerjaan white collar lebih besar dua kali daripada rata-rata upah pada jenis pekerjaan blue collar. Selain itu, penelitian Moko (2006) menunjukkan bahwa jumlah pekerja dengan jenis pekerjaan white collar yang memiliki upah di atas atau sama dengan rata-rata sebesar 67,3 persen dan hanya 21,2 persen pekerja dengan pekerjaan blue collar yang memperoleh upah di atas rata-rata. Ini menandakan bahwa pada jenis pekerjaan white collar kebanyakan pekerja akan memperoleh upah tinggi, sebaliknya pada kelompok pekerjaan blue collar pekerja cenderung menerima upah kurang dari rata-rata. Untuk memasuki pekerjaan white collar diperlukan berbagai keterampilan khusus, pendidikan yang tinggi, sedangkan pekerjaan blue collar cenderung digeluti oleh mereka yang tidak punya keterampilan khusus dan berpendidikan rendah. Oleh karenanya, kompensasi yang akan dibayarkan atas tenaga dan jasa yang dikeluarkan akan berbeda pada kedua jenis pekerjaan ini.

57 DAFTAR PUSTAKA

58

59 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF DAFTAR PUSTAKA Anker, Richard. (1998). Gender and Jobs: Sex Segregation of Occupations In The World. Geneva: Intenational Labour Office. Badan Ekonomi Kreatif Rencana Strategis Badan Ekonomi Kreatif Jakarta: Bekraf. Badan Pusat Statistik a. Keadaan Pekerja di Indonesia Agustus Jakarta: BPS. Badan Pusat Statistik b. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus Jakarta: BPS. Badan Pusat Statistik c. Pedoman Pencacahan Sakernas Agustus Jakarta: BPS. Buckley, John E Wage Differences for Same Job and Establishment. Monthly Labor Review March Handayani, Dwini. (2006). Tingkat Pengembalian Investasi Pendidikan di Indonesia: Analisis Data Susenas Tesis. Depok: Program Studi Pascasarjana Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Jacobsen, P Joyce. (1994). The Economic of Gender. Massachusets: Blackwell. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2015 TENTANG Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif. Willis, Robert J. (1986). Handbook of Labor Economics, Volume I. Chapter 10: Wage Determinants: A Survey And Reinterpretation of Human Capital Earning Functions. New York: Elsevier Publisher. Mincer, J. (1974). Schooling, Experience and Earnings. New York: Columbia University Press. Schultz, Theodore W. (1961). Invesment in Human Capital. The American Economic Review. Vol. 51, No1, March Todaro, M.P and Smith S.C. (2006). Pembangunan Ekonomi (Ed. 9). Jakarta: Erlangga.

60

61 BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) LAMPIRAN UPAH EKONOMI KREATIF UPAH EKONOMI KREATIF BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) UPAH EKONOMI KREATIF UPAH EKONOMI KREATIF BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021)

62

63 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 1 Rata-rata Upah/Gaji (Rupiah) Sebulan yang diterima Buruh/Karyawan/ Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif, Subsektor Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas Total

64 46 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 2 Kelompok Umur Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur, Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Total Sumber: BPS RI, Sakernas

65 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 3.a Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur dan Golongan Upah, 2011 Golongan Upah/Gaji Bersih Sebulan Kelompok Umur < Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Total Sumber: BPS RI, Sakernas

66 48 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 3.b Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur dan Golongan Upah, 2012 Kelompok Umur < Golongan Upah/Gaji Bersih Sebulan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Total Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2012

67 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 3.c Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur dan Golongan Upah, 2013 Kelompok Umur < Golongan Upah/Gaji Bersih Sebulan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Total Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2013

68 50 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 3.d Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur dan Golongan Upah, 2014 Kelompok Umur < Golongan Upah/Gaji Bersih Sebulan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Total Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2014

69 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 3.e Kelompok Umur Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur dan Golongan Upah, 2015 < Golongan Upah/Gaji Bersih Sebulan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Total Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2015

70 52 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 3.f Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Kelompok Umur dan Golongan Upah, 2016 Golongan Upah/Gaji Bersih Sebulan Kelompok Umur < Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2016 Keterangan: - Tidak ada atau nol

71 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 4.a Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Kelompok Umur, 2011 Kelompok Umur Subsektor Ekonomi Kreatif (1) (2) (3) (4) (5) (6) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2011 Lampiran 4.a (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kelompok Umur Total Kreatif (1) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2011 Keterangan: - Tidak ada atau nol

72 54 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 4.b Rata-rata Upah/Gaji Bersih ( Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Kelompok Umur, 2012 Kelompok Umur Subsektor Ekonomi Kreatif (1) (2) (3) (4) (5) (6) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2012 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total Lampiran 4.b (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif Kelompok Umur Total (1) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2012 Keterangan: - Tidak ada atau nol

73 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 4.c Subsektor Ekonomi Kreatif Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/ Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Kelompok Umur, 2013 Kelompok Umur (1) (2) (3) (4) (5) (6) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2013 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total Lampiran 4.c (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif Kelompok Umur (1) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Total Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2013 Keterangan: - Tidak ada atau nol

74 56 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 4.d Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Kelompok Umur, 2014 Subsektor Ekonomi Kreatif Kelompok Umur (1) (2) (3) (4) (5) (6) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2014 Total Lampiran 4.d (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kelompok Umur Total Kreatif (1) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2014 Keterangan: - Tidak ada atau nol

75 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 4.e Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Kelompok Umur, 2015 Subsektor Ekonomi Kreatif Kelompok Umur (1) (2) (3) (4) (5) (6) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2015 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total Lampiran 4.e (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif Kelompok Umur (1) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Total Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2015 Keterangan: - Tidak ada atau nol

76 58 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 4.f Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Kelompok Umur, 2016 Kelompok Umur Subsektor Ekonomi Kreatif (1) (2) (3) (4) (5) (6) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2016 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total Lampiran 4.f (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif Kelompok Umur (1) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Total Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2016 Keterangan: - Tidak ada atau nol

77 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 5.a Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2011 Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Subsektor Ekonomi Kreatif Perkotaan Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (2) (3) (4) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2011 Lampiran 5.a (Lanjutan) Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Perdesaan Subsektor Ekonomi Kreatif Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (5) (6) (7) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2011 Keterangan: - Tidak ada atau nol

78 60 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 5.a (Lanjutan) Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Subsektor Ekonomi Kreatif Perkotaan + Perdesaan Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (8) (9) (10) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2011

79 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 5.b Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2012 Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Perkotaan Subsektor Ekonomi Kreatif Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (2) (3) (4) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2012 Lampiran 5.b (Lanjutan) Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Perdesaan Subsektor Ekonomi Kreatif Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (5) (6) (7) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2012 Keterangan: - Tidak ada atau nol

80 62 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 5.b (Lanjutan) Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Perkotaan+Perdesaan Subsektor Ekonomi Kreatif Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (8) (9) (10) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2012

81 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 5.c Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2013 Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Perkotaaan Subsektor Ekonomi Kreatif Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (2) (3) (4) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2013 Lampiran 5.c (Lanjutan) Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Subsektor Ekonomi Kreatif Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan (1) (5) (6) (7) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2013 Keterangan: - Tidak ada atau nol

82 64 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 5.c (Lanjutan) Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Perkotaan+Perdesaan Subsektor Ekonomi Kreatif Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (8) (9) (10) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2013

83 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 5.d Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2014 Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Subsektor Ekonomi Kreatif Perkotaaan Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (2) (3) (4) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2014 Lampiran 5.d (Lanjutan) Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Perdesaan Subsektor Ekonomi Kreatif Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (5) (6) (7) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2014 Keterangan: - Tidak ada atau nol

84 66 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 5.d (Lanjutan) Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Perkotaan+Perdesaan Subsektor Ekonomi Kreatif Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (8) (9) (10) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2014

85 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 5.e Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2015 Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Perkotaaan Subsektor Ekonomi Kreatif Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (2) (3) (4) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2015 Lampiran 5.e (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Laki-laki Perdesaan Perempuan Laki-laki+ Perempuan (1) (5) (6) (7) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2015 Keterangan: - Tidak ada atau nol

86 68 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 5.e (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Perkotaan+Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan (1) (8) (9) (10) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2015

87 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 5.f Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif, Klasifikasi Daerah, dan Jenis Kelamin, 2016 Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Perkotaaan Subsektor Ekonomi Kreatif Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (2) (3) (4) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2016 Keterangan: - Tidak ada atau nol Lampiran 5.f (Lanjutan) Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Perdesaan Subsektor Ekonomi Kreatif Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (5) (6) (7) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2016 Keterangan: - Tidak ada atau nol

88 70 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 5.f (Lanjutan) Klasifikasi Daerah dan jenis Kelamin Perkotaan+Perdesaan Subsektor Ekonomi Kreatif Laki-laki+ Laki-laki Perempuan Perempuan (1) (8) (9) (10) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2016 Keterangan: - Tidak ada atau nol

89 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 6.a Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Pendidikan yang Ditamatkan, 2011 Subsektor Ekonomi Kreatif Tidak/ belum pernah sekolah Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tidak/ belum tamat SD SD SMP SMA (1) (2) (3) (4) (5) (6) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2011 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total Lampiran 6.a (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan SMK D I/II/III Universitas (1) (7) (8) (9) (10) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2011 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total Total

90 72 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 6.b Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Pendidikan yang Ditamatkan, 2012 Subsektor Ekonomi Kreatif Tidak/ belum pernah sekolah Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tidak/ belum tamat SD SD SMP SMA (1) (2) (3) (4) (5) (6) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2012 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total Lampiran 6.b (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan SMK D I/II/III Universitas (1) (7) (8) (9) (10) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2012 Total

91 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 6.c Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Pendidikan yang Ditamatkan, 2013 Subsektor Ekonomi Kreatif Tidak/ belum pernah sekolah Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tidak/ belum tamat SD SD SMP SMA (1) (2) (3) (4) (5) (6) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2013 Keterangan: - Tidak ada atau nol Lampiran 6.c (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan SMK D I/II/III Universitas (1) (7) (8) (9) (10) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2013 Total

92 74 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 6.d Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Pendidikan yang Ditamatkan, 2014 Subsektor Ekonomi Kreatif Tidak/ belum pernah sekolah Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tidak/ belum tamat SD SD SMP SMA (1) (2) (3) (4) (5) (6) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2014 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total Lampiran 6.d (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan SMK D I/II/III Universitas (1) (7) (8) (9) (10) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2014 Total

93 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 6.e Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Pendidikan yang Ditamatkan, 2015 Subsektor Ekonomi Kreatif Tidak/ belum pernah sekolah Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tidak/ belum tamat SD SD SMP SMA (1) (2) (3) (4) (5) (6) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2015 Keterangan: - Tidak ada atau nol Lampiran 6.e (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan SMK D I/II/III Universitas (1) (7) (8) (9) (10) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2015 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total

94 76 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 6.f Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Pendidikan yang Ditamatkan, 2016 Subsektor Ekonomi Kreatif Tidak/ belum pernah sekolah Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tidak/ belum tamat SD SD SMP SMA (1) (2) (3) (4) (5) (6) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2016 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total Lampiran 6.f (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan SMK D I/II/III Universitas (1) (7) (8) (9) (10) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2016 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total Total

95 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 7.a Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama, 2011 Jenis Pekerjaan Utama Subsektor Ekonomi Kreatif 1. Tenaga Profesional, Teknisi dan Tenaga Lain Ybdi 2. Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan 3. Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan Tenaga Ybdi 4. Tenaga Usaha Penjualan (1) (2) (3) (4) (5) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2011 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total

96 78 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 7.a (Lanjutan) Jenis Pekerjaan Utama Subsektor Ekonomi Kreatif 5. Tenaga Usaha Jasa 6. T U Tani, Kebun, Ternak, Ikan, Hutan dan Perburuan 7/8/9. Tenaga Produksi Op Alat Angkutan dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya (1) (6) (7) (8) (9) (10) Arsitektur Total Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2011 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total

97 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 7.b Subsektor Ekonomi Kreatif Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama, Tenaga Profesional, Teknisi dan Tenaga Lain Ybdi Jenis Pekerjaan Utama 2. Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan 3. Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan Tenaga Ybdi 4. Tenaga Usaha Penjualan (1) (2) (3) (4) (5) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2012 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total

98 80 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 7.b (Lanjutan) Jenis Pekerjaan Utama Subsektor Ekonomi Kreatif 5. Tenaga Usaha Jasa 6. T U Tani, Kebun, Ternak, Ikan, Hutan dan Perburuan 7/8/9. Tenaga Produksi Op Alat Angkutan dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya (1) (6) (7) (8) (9) (10) Arsitektur Total Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2012 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total

99 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 7.c Subsektor Ekonomi Kreatif Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama, Tenaga Profesional, Teknisi dan Tenaga Lain Ybdi Jenis Pekerjaan Utama 2. Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan 3. Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan Tenaga Ybdi 4. Tenaga Usaha Penjualan (1) (2) (3) (4) (5) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2013 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total

100 82 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 7.c (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif 5. Tenaga Usaha Jasa Jenis Pekerjaan Utama 6. T U Tani, Kebun, Ternak, Ikan, Hutan dan Perburuan 7/8/9. Tenaga Produksi Op Alat Angkutan dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya (1) (6) (7) (8) (9) (10) Arsitektur Total Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2013 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total

101 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 7.d Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama, 2014 Jenis Pekerjaan Utama Subsektor Ekonomi Kreatif 1. Tenaga Profesional, Teknisi dan Tenaga Lain Ybdi 2. Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan 3. Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan Tenaga Ybdi 4. Tenaga Usaha Penjualan (1) (2) (3) (4) (5) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2014 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total

102 84 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 7.d (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif 5. Tenaga Usaha Jasa Jenis Pekerjaan Utama 6. T U Tani, Kebun, Ternak, Ikan, Hutan dan Perburuan 7/8/9. Tenaga Produksi Op Alat Angkutan dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya (1) (6) (7) (8) (9) (10) Arsitektur Total Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2014 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total

103 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 7.e Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama, 2015 Jenis Pekerjaan Utama Subsektor Ekonomi Kreatif 1. Tenaga Profesional, Teknisi dan Tenaga Lain Ybdi 2. Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan 3. Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan Tenaga Ybdi 4. Tenaga Usaha Penjualan (1) (2) (3) (4) (5) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2015 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total

104 86 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 7.e (Lanjutan) Subsektor Ekonomi Kreatif 5. Tenaga Usaha Jasa Jenis Pekerjaan Utama 6. T U Tani, Kebun, Ternak, Ikan, Hutan dan Perburuan 7/8/9. Tenaga Produksi Op Alat Angkutan dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya (1) (6) (7) (8) (9) (10) Arsitektur Total Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2015 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total

105 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 7.f Subsektor Ekonomi Kreatif Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama, Tenaga Profesional, Teknisi dan Tenaga Lain Ybdi Jenis Pekerjaan Utama 2. Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan 3. Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan Tenaga Ybdi 4. Tenaga Usaha Penjualan (1) (2) (3) (4) (5) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Total Sumber: BPS RI, Sakernas 2016 Keterangan: - Tidak ada atau nol

106 88 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 7.f (Lanjutan) Jenis Pekerjaan Utama Subsektor Ekonomi Kreatif 5. Tenaga Usaha Jasa 6. T U Tani, Kebun, Ternak, Ikan, Hutan dan Perburuan 7/8/9. Tenaga Produksi Op Alat Angkutan dan Pekerja Kasar X/00. Lainnya Total (1) (6) (7) (8) (9) (10) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2016 Keterangan: - Tidak ada atau nol Total

107 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 8.a Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama (White/Blue Collar), 2011 Subsektor Ekonomi Kreatif Jenis Pekerjaan Utama White Collar Blue Collar Total (1) (2) (3) (4) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2011 Total

108 90 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 8.b Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama (White/Blue Collar), 2012 Subsektor Ekonomi Kreatif Jenis Pekerjaan Utama White Collar Blue Collar Total (1) (2) (3) (4) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2012 Total

109 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 8.c Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama (White/Blue Collar), 2013 Subsektor Ekonomi Kreatif Jenis Pekerjaan Utama White Collar Blue Collar Total (1) (2) (3) (4) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2013 Total

110 92 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 8.d Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama (White/Blue Collar), 2014 Subsektor Ekonomi Kreatif Jenis Pekerjaan Utama White Collar Blue Collar Total (1) (2) (3) (4) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2014 Total

111 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 8.e Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama (White/ Blue Collar), 2015 Subsektor Ekonomi Kreatif Jenis Pekerjaan Utama White Collar Blue Collar Total (1) (2) (3) (4) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2015 Total

112 94 UPAH TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF Lampiran 8.f Rata-rata Upah/Gaji Bersih (Rupiah) Sebulan yang Diterima Buruh/ Karyawan/Pegawai yang Pekerjaan Utamanya di Sektor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor Ekonomi Kreatif dan Jenis Pekerjaan Utama (White/Blue Collar), 2016 Subsektor Ekonomi Kreatif Jenis Pekerjaan Utama White Collar Blue Collar Total (1) (2) (3) (4) Arsitektur Desain Interior, Komunikasi Visual, dan Produk Film, Animasi, Video Fotografi Kriya Kuliner Musik Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan TV/Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Sumber: BPS RI, Sakernas 2016 Total

113

114

TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF

TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF 2011-2016 LAPORAN PENYELENGGARAAN PENYUSUNAN DATA STATISTIK DALAM RANGKA BIG DATA EKONOMI KREATIF ISBN: 978-602-438-197-4 No. Publikasi: 04120.1801 No. Katalog: 2301034 Ukuran

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN INDUSTRI KREATIF, KOPERASI, DAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R No.1015, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Pemasaran Produk Ekonomi Kreatif Nasional. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEMASARAN PRODUK EKONOMI KREATIF NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB 1 LATAR BELAKANG BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Pemilihan Usaha Definisi Ekonomi Kreatif menurut Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia adalah penciptaan nilai tambah yang berbasis ide yang

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF Dr. Sabartua Tampubolon (sabartua.tampubolon@bekraf.go.id, sabartuatb@gmail.com) Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi Badan Ekonomi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI MENURUT LAPANGAN USAHA LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman: xiv + 146 halaman Naskah: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Penyunting/Editor:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif sering dikemukakan oleh berbagai pakar ekonomi sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi informasi. Walaupun masih

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri internal manusia yang berkaitan dengan aspek orisinalitas, imajinasi, aspirasi, kecerdasan,

Lebih terperinci

Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR

Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR i ii Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR Ekonomi kreatif (ekraf) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017 No. 65/11/34/Thn.XIX, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017

Lebih terperinci

LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS

LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS KEBUTUHAN AKAN INOVASI DAN KREATIVITAS Pengenalan barang dan jasa baru Metode produksi baru Sumber bahan mentah baru Pasar-pasar baru Organisasi industri baru Kreativitas,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rencana pengembangan industri kreatif Indonesia tahun 2025 yang dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI dijelaskan adanya evaluasi ekonomi kreatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan banyaknya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak terjadinya suatu kelangkaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari bisnis itu sendiri. Menurut Peter Drucker (1954) 2 fungsi dalam bisnis itu adalah marketing dan

Lebih terperinci

PDRB EKRAF 5 PROVINSI

PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI ISBN: 978-602-438-191-2 No. Publikasi: 07140.1801 No. Katalog: 9302028 Ukuran Buku: 17,6

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 No. 74/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 Agustus 2017:

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka

Lebih terperinci

Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF. Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik

Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF. Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik KATA PENGANTAR Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala karunia-nya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah ekonomi di dunia tergambar sejak revolusi industri di Inggris antara tahun 1750-1850 masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin industri yang mampu menciptakan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP

Lebih terperinci

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan.  INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2014-2016 http://www.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga sebagai penghasil sumber daya alam yang melimpah, terutama di sektor pertanian dan perkebunan,

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA 2014 LAMPIRAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini menginstruksikan: Kepada : 1. Menteri

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 59/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Papua Barat Agustus 2017 Agutus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

Lebih terperinci

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016 Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016 Yang Terhormat, Ibu Mufidah Jusuf Kalla Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan

Lebih terperinci

LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN

LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 ISBN: 978-602-438-190-5 No. Publikasi: 07120.1801 No. Katalog: 9301007 Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman:

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG EKONOMI KREATIF

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG EKONOMI KREATIF DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG EKONOMI KREATIF Jakarta, 2015 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA -----------

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN EKONOMI KREATIF

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN EKONOMI KREATIF PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN EKONOMI KREATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 53/11/14/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Badan Pusat Statistik Provinsi Riau Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Riau Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peradaban ekonomi dunia terbagi dalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah memasuki evolusi baru dalam perekonomiannya, yaitu evolusi ekonomi kreatif, pertumbuhan ekonomi kreatif ini membuka wacana baru bagi

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan

Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan Bogor, 29 Desember 2015 1 Agenda 1. Potensi dan Tantangan Kondisi

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Industri Kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga

Lebih terperinci

TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014

TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 bpshq@bps.go.id www.bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN EKONOMI KREATIF

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN EKONOMI KREATIF PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN EKONOMI KREATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan menjadikan segala sektor di Indonesia mengalami persaingan yang lebih ketat terutama sektor industri.

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara Rep

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara Rep No. 44, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Bantuan Pemerintah. Pedoman Umum. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYALURAN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

TERMS OF REFERENCE (TOR) EAGLE AWARDS DOCUMENTARY COMPETITION 2014

TERMS OF REFERENCE (TOR) EAGLE AWARDS DOCUMENTARY COMPETITION 2014 TERMS OF REFERENCE (TOR) EAGLE AWARDS DOCUMENTARY COMPETITION 2014 ============================================================== Tahun 2014 ini adalah 1 dekade Eagle Award Documentary Competition menginspirasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perekonomian Indonesia pada dekade 70-an hingga 80-an mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perekonomian Indonesia pada dekade 70-an hingga 80-an mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri dalam perekonomian suatu negara sudah lama dikenal sebagai salah satu motor penggerak pembangunan ekonomi, hal ini sudah sejak lama menjadi perhatian

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang, termasuk pembangunan di bidang ekonomi adalah sektor perindustrian. Dalam era globalisasi,

Lebih terperinci

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 78//35/Th. XIII, 5 November 05 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 05 AGUSTUS 05: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini, industri memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Khususnya di Indonesia yang sering di bahas oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Perkembangan Desain Komunikasi Visual di Dunia Pada awalnya, media desain grafis hanya terbatas pada media cetak dwi matra. Namun, seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya perekonomian nasional. Banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan,

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KABUPATEN BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/5/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/5/2007 TENTANG Menimbang : PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/5/2007 TENTANG PENGGUNAAN SUMBER DAYA DALAM NEGERI UNTUK PRODUK IKLAN YANG DISIARKAN MELALUI LEMBAGA

Lebih terperinci

2017, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5067); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran

2017, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5067); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran No.727, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Bank Musik. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG BANK MUSIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan A. Dari hasil Analisa Input Output 1. Dari analisa input output yang dilakukan, maka nilai Industri Kreatif di DKI Jakarta pada Tahun 2007 memberikan kontribusi

Lebih terperinci

Industri Kreatif Jawa Barat

Industri Kreatif Jawa Barat Industri Kreatif Jawa Barat Dr. Togar M. Simatupang Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Masukan Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat 2007 Daftar Isi Pengantar Industri Kreatif Asal-usul

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017 No. 08/11/62/Th.XI, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Agustus 2017 Agustus 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1990-an, dimulailah era baru ekonomi dunia yang mengintensifkan informasi dan kreativitas, era tersebut populer dengan sebutan ekonomi kreatif atau industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri. Tidak hanya mengandalkan bidang industri sebagai sumber ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri. Tidak hanya mengandalkan bidang industri sebagai sumber ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya dengan cara mengedepankan sektor industri.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

Katalog : 3201023 Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Katalog : 3201023 Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2014 POLA PENGELUARAN DAN KONSUMSI PENDUDUK

Lebih terperinci

PROFIL USAHA/ PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

PROFIL USAHA/ PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016) PROFIL USAHA/ PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016) PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF ISBN: 978-602-438-196-7 No. Publikasi: 06320.1802 No. Katalog: 9102060 Ukuran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran Era Pertanian ke Era Industrialisasi dan semakin majunya Era komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari seluruh pola pikir dalam

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 74/11/35/Th.XV, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010 Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN PEKAN RAYA JAKARTA KE-43 DI ARENA PRJ-KEMAYORAN, JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Animasi (anime) merupakan sebuah produk entertaintment, media, bahkan industri yang sangat pesat perkembangannya seiring dengan perkembangan teknologi. Penggunaannya

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2012-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN

Lebih terperinci

Perkembangan Industri Kreatif

Perkembangan Industri Kreatif Perkembangan Industri Kreatif Togar M. Simatupang Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung Abstrak Istilah industri kreatif telah mulai banyak dibicarakan oleh kalayak ramai. Tetapi pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi ekonomi inovatif mulai bermunculan seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat di Indonesia. Potensi ini memberikan dampak pada perkembangan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembangunan salah satu indikator keberhasilan pembangunan Negara berkembang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai terjadinya perubahan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HARI BATIK NASIONAL PEKALONGAN, 3 OKTOBER 2011

SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HARI BATIK NASIONAL PEKALONGAN, 3 OKTOBER 2011 SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HARI BATIK NASIONAL PEKALONGAN, 3 OKTOBER 2011 Yang terhormat Ibu Ani Yudhoyono; Yang terhormat Ibu Herawati Budiono; Yang terhormat Ibu-Ibu dari Solidaritas Istri

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasan orisinil yang kemudian di realisasikan berdasarkan pemikiran insan kreatif yang

Lebih terperinci

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2017 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Sarana. Prasarana. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6016) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

1.4 Metodologi Penelitian

1.4 Metodologi Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior Seni dan desain (art and design) dipandang sebagai dua elemen menyatu yang tidak terpisahkan. Tiap perkembangan seni selalu diikuti oleh visualisasi

Lebih terperinci

KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Strategi Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Hasil kajian Tim Inisiasi ( taskforce) Ekonomi Kreatif Propinsi Jawa Barat 2011, bersama Bappeda Jawa Barat, dimana penulis terlibat

Lebih terperinci

RechtsVinding Online Mengembalikan Kejayaan Perfilman Indonesia Melalui Penyempurnaan Undang-Undang Perfilman

RechtsVinding Online Mengembalikan Kejayaan Perfilman Indonesia Melalui Penyempurnaan Undang-Undang Perfilman Mengembalikan Kejayaan Perfilman Indonesia Melalui Penyempurnaan Undang-Undang Perfilman Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 22 Juli 2015; disetujui: 28 Juli 2015 Industri perfilman Indonesia pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2015

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2015 ABSTRAKSI Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui sensus dan survei antara lain: Sensus Penduduk

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Kerja Praktek sebagai Desainer Grafis saat ini sedang berkembang sangat pesat dan popular di kalangan masyarakat luas, dan pekerjaan sebagai desainer

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya masih menjadi masalah sosial yang harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN INDONESIA FASHION WEEK 2016 JAKARTA CONVENTION CENTER.

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN INDONESIA FASHION WEEK 2016 JAKARTA CONVENTION CENTER. SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN INDONESIA FASHION WEEK 2016 JAKARTA CONVENTION CENTER 10 Maret 2016 Yth. Para Menteri Kabinet Kerja; Yth. Perwakilan Instansi Pemerintah;

Lebih terperinci