LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN"

Transkripsi

1

2 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN

3 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN ISBN: No. Publikasi: No. Katalog: Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman: xii + 89 halaman Naskah: Subdirektorat Neraca Jasa Penyunting/Editor: Subdirektorat Neraca Jasa Gambar Kulit: Badan Ekonomi Kreatif Gambar: Badan Pusat Statistik Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik Dicetak oleh: PT. Citra Mawana Patamoro Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik

4 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN iii KATA PENGANTAR Ekonomi Kreatif (ekraf) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan teknologi diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional kedepan. Ekonomi Kreatif menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku Statistik Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama antara BPS dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) tahun Buku ini menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif yang merupakan bagian dari Big Data Ekonomi Kreatif. Gambaran tentang potensi dan pengembangan bidang Ekonomi Kreatif ini dituangkan dalam 7 (tujuh) jenis output yang meliputi: Profil Usaha/ Perusahaan 16 Subsektor Ekraf berdasarkan Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi Kreatif ; Klasifikasi Jabatan Ekraf dalam KBJI 2014; PDB Ekonomi Kreatif Tahun ; Penyusunan PDRB Ekraf 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha; Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif dan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif ; serta Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai basis pengambilan keputusan dan monitoring perkembangan dan kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia usaha di bidang ekraf. Akhirnya ucapan syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih serta penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerjasama dan bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 kegiatan utama yang menjadi cakupan dalam kerjasama BPS-Bekraf. Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di Indonesia maupun dunia internasional. Semoga Allah SWT meridhai upaya penerbitan buku ini. Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Pusat Statistik, Dr. Suhariyanto

5 iv LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN

6 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN v KATA PENGANTAR Dalam era teknologi digital saat ini, Ekonomi Kreatif merupakan sektor alternatif yang berpotensi mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Berbeda dengan sektor lainnya, Ekonomi Kreatif memanfaatkan kemajuan teknologi dan kebebasan informasi dalam mendorong ide dan kreativitas sumber daya manusia untuk menciptakan suatu produk baru atau memperbaiki produk yang sudah ada. Produk kreatif ini tidak hanya berfungsi sebagai solusi bagi berbagai isu yang ada, tetapi juga memberikan nilai tambah yang juga meningkatkan kesejahteraan bagi penciptanya. Sebagai salah satu indikator ekonomi yang telah banyak digunakan di berbagai bidang, ketersediaan data Produk Dometik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif menjadi sangat diperlukan. Bagi pemerintah, PDB Ekonomi Kreatif dapat dimanfaatkan untuk melihat potensi dan perkembangan Ekonomi Kreatif dibandingkan dengan sektor lainnya. Data PDB yang akurat dan terkini juga dibutuhkan dalam rangka penyusunan rencana strategis yang tepat sasaran. Tidak hanya bagi pemerintah, data PDB Ekonomi Kreatif juga akan bermanfaat bagi pelaku usaha untuk melihat potensi usaha yang dijalaninya dan bagaimana posisi usaha ini dibandingkan dengan usaha yang lain. Mengingat pentingnya data PDB Ekonomi Kreatif, maka Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) menyusun Buku Laporan PDB Ekonomi Kreatif Tahun ini. Buku ini memuat perkembangan PDB dari keenambelas subsektor Ekonomi Kreatif yang diamati dari berbagai sisi, seperti laju pertumbuhan dan kontribusinya terhadap PDB Nasional. PDB Ekonomi Kreatif juga disajikan berdasarkan harga berlaku (ADHB) dan harga konstan (ADHK), sehingga pemerintah, pelaku usaha, peneliti, serta akademisi dapat menggunakannya sesuai kebutuhan. Akhir kata, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPS dan pihak-pihak yang terkait atas partisipasi-nya dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan dan memberikan pemahaman mengenai Ekonomi Kreatif ke seluruh masyarakat Indonesia. Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf

7 vi LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN PENYUSUN Naskah Penanggung Jawab Umum Penanggung Jawab Teknis Editor Penulis Naskah Pengolah Data Subdirektorat Neraca Jasa Setianto, S.E., M.Si Nina Suri Sulistini, M.T Endah Riawati, SST., M.M, Diana Bhakti, SST., M.Si, Nasiyatul Ulfah, SST., M.Si Suci Wulandari, M.Si Umi Nurlaila, SST, Rizky Zulqarnain. SST, Kharissa Dereviani, SST, Erma Novriawati, SST, Maisaroh Ir. Yoshep Paulus Apri Caraka Yuda MBA

8 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN vii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN ix BAB 1 PENDAHULUAN 3 BAB 2 TAHAPAN KEGIATAN 9 BAB 3 METODOLOGI 19 BAB 4 HASIL 51 LAMPIRAN 67

9 viii LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Aturan revisi PDB 10 Gambar 2. Tahapan penyusunan PDB Ekonomi Kreatif 11 Gambar 3. PDB atas dasar harga berlaku, PDB atas dasar harga konstan, dan laju pertumbuhan PDB Indonesia tahun Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Nilai PDB Nasional dan Ekonomi Kreatif tahun 2014 dan 2015 sebelum dan sesudah revisi 53 PDB Ekonomi Kreatif dan non-ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun PDB Ekonomi Kreatif dan non-ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan tahun PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga berlaku menurut subsektor tahun PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga konstan menurut subsektor tahun Gambar 9. Struktur Perekonomian Indonesia Tahun Gambar 10. Distribusi PDB Ekonomi Kreatif menurut subsektor Ekonomi Kreatif tahun Gambar 11. Pertumbuhan PDB Nasional, PDB Ekonomi Kreatif, dan PDB non-ekonomi Kreatif tahun Gambar 12. Laju pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif menurut subsektor Ekonomi Kreatif tahun Gambar 13. Sumber pertumbuhan Ekonomi Kreatif menurut subsektor Ekonomi Kreatif tahun

10 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN ix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Klasifikasi Ekonomi Kreatif dan Cakupan Subsektor Ekonomi Kreatif menurut KBLI Lampiran 2. Definisi dan Cakupan Ekonomi Kreatif 77 Lampiran 3. Laju pertumbuhan PDB Indonesia tahun menurut lapangan usaha (%) 80 Lampiran 4. Laju pertumbuhan PDB Indonesia tahun menurut pengeluaran (%) 81 Lampiran 5. PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga berlaku tahun menurut subsektor (miliar rupiah) 82 Lampiran 6. PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga konstan tahun menurut subsektor (miliar rupiah) 83 Lampiran 7. Distribusi PDB Ekonomi Kreatif Indonesia tahun menurut subsektor (%) 84 Lampiran 8. Distribusi PDB Ekonomi Kreatif Indonesia tahun terhadap PDB Nasional (%) 85 Lampiran 9. Laju Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga berlaku tahun menurut subsektor (%) 86 Lampiran 10. Laju Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga konstan tahun menurut subsektor (%) 87 Lampiran 11. Laju pertumbuhan Implisit PDB Ekonomi Kreatif Indonesia tahun (%) 88 Lampiran 12. Sumber pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif tahun menurut subsektor (%) 89

11

12 4,41% Pertumbuhan Ekonomi Kreatif kembali meningkat di tahun 4,95% 5,19% PDB Ekonomi Kreatif Indonesia pada tahun 2016 mencapai 922,59 triliun rupiah 2016 menjadi 4,95 persen PDB EKONOMI KREATIF INDONESIA ,40% 18,01% 15,40% Distribusi PDB Ekonomi Kreatif didominasi oleh subsektor kuliner, fesyen, dan kriya Distribusi PDB Ekonomi Kreatif terhadap PDB Nasional tahun sebesar 7,39 hingga 7,44 persen

13

14 1 BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) PENDAHULUAN BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id

15

16 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perekonomian dunia berevolusi seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada akhir abad ke-18 Masehi, tumpuan ekonomi masyarakat dunia, khususnya Eropa, mulai bergeser dari ekonomi konvensional berbasis agraris ke sektor industri. Hal ini ditandai dengan penggunaan mesin yang semakin berkembang sehingga proses produksi barang menjadi lebih banyak dan cepat. Mulai tahun 1920-an, tren perekonomian masyarakat kembali bergeser dari kegiatan utama memproduksi barang menuju perekonomian yang berbasis penyediaan jasa dan produk dengan karakteristik unik. Pergeseran ini merupakan awal mula era post-industrial society. Pada tahun 1990-an, perkembangan proses tersebut melahirkan sebuah konsep baru, yaitu industri kreatif. Pada tahun 1997, Negara Inggris mencoba menghitung kontribusi industri kreatif dalam perekonomian 1. Mereka menggolongkan industri kreatif ke dalam tiga belas bentuk aktivitas yang memiliki satu kesamaan, yaitu aktivitas yang berasal dari kreativitas, keterampilan, dan bakat individu yang berpotensi dalam membentuk kesejahteraan melalui penciptaan hak kekayaan intelektual (intellectual property). Konsep pengakuan atas hak kekayaan intelektual inilah yang dipandang sebagai inti dari industri kreatif. 1 John Newbigin. What is the creative economy?. diakses dati pada tanggal 16 November 2017 pukul

17 4 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN Belakangan ini, banyak negara di dunia mulai menyadari peran penting industri kreatif. Perkembangan ini melahirkan konsep Ekonomi Kreatif meskipun cakupan Ekonomi Kreatif relatif bervariasi antar negara 2. Beberapa di antaranya mendefinisikan Ekonomi Kreatif hanya berkisar antara kesenian dan kebudayaan. Beberapa yang lain menambahkan cakupan kegiatan kuliner. Ada juga yang memasukkan kegiatan usaha penerbitan, pembuatan software dan pembangunan aplikasi, kegiatan periklanan, dan desain komunikasi visual ke dalam cakupan Ekonomi Kreatif. Dewasa ini, Ekonomi Kreatif tidak hanya dipandang sebagai salah satu sektor ekonomi yang paling dinamis, tetapi juga sebagai sektor yang tumbuh dengan cepat dalam penciptaan pendapatan, penciptaan lapangan pekerjaan, dan ekspor (UNDP, 2013). Ekonomi Kreatif memberikan manfaat ekonomi bagi negara berkembang untuk bangkit, tumbuh, dan berkembang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Ekonomi Kreatif merupakan ruang terbuka untuk kebebasan mengekspresikan ide, talenta, dan pemikiran bernilai ekonomi serta menjadi wadah bagi dialog kreativitas kebudayaan. Ekonomi Kreatif juga mampu mengembangkan kewiraswastaan sekaligus sebagai solusi terhadap semakin menipisnya cadangan sumber daya alam. Di Indonesia, Ekonomi Kreatif telah menjadi pusat perhatian pemerintah. Hal ini terbukti dari dibentuknya Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pada tahun Pemerintah Indonesia terus berupaya mengembangkan Ekonomi Kreatif yang diyakini dapat menjadi tumpuan perekonomian di masa depan. Selain itu, Ekonomi Kreatif juga diharapkan dapat medorong terwujudnya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah diintegrasikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Pengembangan Ekonomi Kreatif yang berdaya saing tidak terlepas dari peran pemerintah dalam pengambilan kebijakan yang tepat. Oleh karena itu, dibutuhkan data dan informasi Ekonomi Kreatif yang akurat dan terkini sebagai dasar pengambilan kebijakan dan perencanaan Ekonomi Kreatif di Indonesia pada masa yang akan datang. Dengan adanya statistik Ekonomi Kreatif yang berkualitas diharapkan kebijakan dan keputusan yang diambil dapat mengembangkan potensi Ekonomi Kreatif di Indonesia. pertanian industri jasa kreatif Perekonomian global terus berubah dari ekonomi berbasis agraris hingga menjadi ekonomi yang berbasis kreativitas 2 John Newbigin. What is the creative economy?. diakses dati pada tanggal 16 November 2017 pukul

18 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN Maksud dan Tujuan Kegiatan penyediaan dan pengembangan data dan informasi statistik bidang Ekonomi Kreatif dimaksudkan untuk memberikan data dan informasi mengenai perkembangan dan peranan Ekonomi Kreatif di Indonesia. Data dan informasi statistik yang diperoleh dari kegiatan ini digunakan sebagai landasan pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia serta sebagai bahan evaluasi kebijakan Ekonomi Kreatif yang telah diambil sebelumnya. Pada tahun 2016, BPS dan Bekraf telah menyusun PDB Ekonomi Kreatif Indonesia tahun Tahun ini, kegiatan penyediaan dan pengembangan data dan informasi terkait Ekonomi Kreatif ditujukan untuk menyusun Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif tahun PDB Ekonomi Kreatif tahun 2014 dan 2015 merupakan revisi dari nilai PDB Ekonomi Kreatif yang telah dihitung sebelumnya. Revisi nilai PDB ini dilakukan terkait adanya data dan informasi terbaru yang diperoleh. Selain PDB Ekonomi Kreatif, dihitung pula indikator-indikator turunannya, yaitu sebagai berikut: a. PDB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun b. PDB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan (2010=100) tahun c. Struktur atau distribusi PDB Ekonomi Kreatif tahun d. Laju pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif tahun e. Sumber pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif tahun

19 6 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN Manfaat Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah, khususnya oleh Badan Ekonomi Kreatif dalam menyusun dan mengevaluasi kebijakan di bidang Ekonomi Kreatif sehingga dapat meningkatkan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, hasil kajian ini diharapkan dapat pula digunakan oleh peneliti, penulis, pelajar, pemerhati industri kreatif, atau para pelaku bisnis dalam industri kreatif untuk lebih memahami perkembangan dari setiap subsektor Ekonomi Kreatif. Data itu mahal, tetapi membangun tanpa data jauh lebih mahal

20 2 BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) TAHAPAN KEGIATAN BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id

21

22 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Bab 2 Tahapan Kegiatan 2.1. Penyusunan Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif Pemetaan kegiatan Ekonomi Kreatif ke Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2015 yang dilakukan oleh BPS dan Bekraf pada tahun 2016 menunjukkan bahwa keenam belas subsektor Ekonomi Kreatif berkoresponden dengan 223 kelompok KBLI 2015 lima digit. Kategori lapangan usaha yang mencakup kegiatan Ekonomi Kreatif antara lain: industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, informasi dan komunikasi, penyediaan akomodasi dan makan minum, jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa hiburan. PDB Ekonomi Kreatif diolah berdasarkan System of National Account (SNA) 2008, yaitu buku utama berstandar internasional untuk penyusunan neraca nasional. SNA 2008 merekomendasikan untuk menggunakan basis establishment dalam penyusunan PDB. Unit establishment adalah unit usaha yang terletak di satu lokasi dan melakukan suatu aktivitas produktif yang menghasilkan nilai tambah. Berangkat dari hal tersebut, PDB Ekonomi Kreatif disusun berdasarkan aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh establishment yang termasuk dalam 223 kelompok lima digit KBLI 2015 Ekonomi Kreatif. Dalam penyajian PDB tahunan dikenal istilah angka sangat sementara (**), angka sementara (*), dan angka tetap. Sedangkan pada penyusunan

23 10 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN angka PDB triwulanan terdapat istilah angka PDB sangat sangat sementara (***), yaitu PDB triwulanan pada saat tahun berjalan. PDB tahunan sangat sementara merupakan PDB yang dihitung pada akhir tahun berjalan. Angka PDB tahunan sementara merupakan nilai PDB yang dihitung pada tahun sebelumnya. Terakhir, PDB angka tetap adalah PDB yang sudah direvisi berdasarkan data yang telah tersedia seluruhnya. Gambar 1. Aturan revisi PDB Angka tetap Angka sementara Angka sangat sementara Angka sangat sangat sementara Tanggal Rilis PDB 2013 PDB 2014* PDB 2015** PDB Q1-Q3 2016*** November 2016 Data tidak boleh direvisi PDB 2014 PDB 2015* PDB Q1-Q3 2016** PDB Q4 2016** dan PDB 2016** Februari 2017 Data boleh direvisi Menjadi angka tetap Menjadi angka sementara Angka sangat sementara Aturan revisi pada gambar di atas juga berlaku dalam penghitungan PDB Ekonomi Kreatif. Pada tahun 2016, BPS dan Bekraf telah menghitung PDB Ekonomi Kreatif tahun PDB Ekonomi Kreatif tahun 2013 merupakan angka tetap, sedangkan PDB Ekonomi Kreatif tahun 2014 dan 2015 merupakan angka sementara dan angka sangat sementara. Oleh karena itu, nilai PDB Ekonomi Kreatif tahun 2014 dan 2015 perlu direvisi berdasarkan data yang telah tersedia.

24 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Setelah direvisi, angka PDB Ekonomi Kreatif tahun 2014 menjadi angka tetap dan PDB Ekonomi Kreatif tahun 2015 menjadi angka sementara. Langkah selanjutnya adalah mengestimasi nilai PDB Ekonomi Kreatif tahun Nilai PDB Ekonomi Kreatif 2016 diestimasi dengan menggunakan berbagai indikator dan data sekunder yang tersedia, salah satunya dengan menggunakan data yang diperoleh dari Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) Berdasarkan langkah-langkah yang telah disebutkan, diperoleh nilai PDB Ekonomi Kreatif tahun baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Gambar 2. Tahapan penyusunan PDB Ekonomi Kreatif Data SKNP-EK 2017 PDB Ekonomi Kreatif 2014 dan 2015 PDB Ekonomi Kreatif 2014 dan 2015 revisi PDB Ekonomi Kreatif 2016 Data sekunder (updated) Data sekunder

25 12 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN

26 3 BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) Metodologi BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id

27

28 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Bab 3 Metodologi 3.1. Konsep Dasar Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk mengukur aktivitas ekonomi yang terjadi di Indonesia. PDB menggambarkan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu. Sesuai dengan yang direkomendasikan oleh PBB, pada sistem neraca nasional terdapat tiga pendekatan dalam menyusun PDB, yaitu: 1. PDB produksi menggambarkan jumlah seluruh nilai tambah bruto (NTB) akibat adanya aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh establishment menurut lapangan usaha sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Nilai tambah diperoleh dari output dikurangi konsumsi antara. 2. PDB pendapatan adalah jumlah seluruh balas jasa faktor produksi berupa kompensasi tenaga kerja, surplus usaha, konsumsi barang modal tetap, dan neto pajak lainnya atas produksi dan impor. 3. PDB pengeluaran menggambarkan aktivitas konsumsi akhir yang dilakukan rumah tangga dan pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan perubahan inventori, serta ekspor dan impor.

29 16 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Dalam penyajiannya, PDB dapat dinyatakan dalam dua jenis, yaitu: 1. PDB atas dasar harga berlaku (PDB ADHB) Pada penyusunan PDB ADHB, nilai tambah barang dan jasa dihitung dengan menggunakan harga berlaku pada setiap tahun. 2. PDB atas dasar harga konstan (PDB ADHK) Pada penyusunan PDB ADHK, nilai tambah barang dan jasa dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu yang digunakan sebagai tahun dasar penghitungan. Pemilihan tahun dasar ini berbeda-beda yang biasanya didasarkan pada keadaan atau stabilitas negara. Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam penghitungan PDB atas dasar harga berlaku, yaitu: 1. Pendekatan Produksi Pada metode ini, PDB dihitung dengan menjumlahkan semua nilai tambah seluruh unit usaha. Nilai tambah diperoleh dengan mengurangi output dengan konsumsi antara. Nilai output diperoleh dengan mengalikan kuantum produksi dengan harga pada tahun berjalan. Keterangan: Output b,t = Produksi t Harga t NTB b,t = Output b,t Konsumsi Antara b,t Output b,t = NTB b,t = Produksi t = Output/ nilai produksi atas dasar harga berlaku tahun ke-t Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun ke-t Kuantum produksi tahun ke-t Harga t = Harga produksi tahun ke-t Output adalah nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam satu periode tertentu, biasanya satu tahun dan dinilai atas harga dasar (basic price). Ada dua jenis output, yaitu: i. Output utama ii. Output sekunder

30 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Konsumsi antara adalah nilai barang dan jasa yang dikonsumsi sebagai input dalam proses produksi atau nilai barang dan jasa tidak tahan lama (waktu pemakaian kurang dari setahun) yang digunakan/habis dalam proses produksi. Konsumsi antara ini dinilai atas dasar harga pembeli. Nilai tambah dideskripsikan sebagai kontribusi tenaga kerja dan modal dalam proses produksi. Nilai Tambah Bruto adalah selisih antara output dan konsumsi antara (BPS, 2013). 2. Pendekatan Pendapatan Pada metode ini PDB dihitung berdasarkan penjumlahan dari seluruh balas jasa yang diterima faktor produksi. Keterangan: PDB b,t = W t + OS t + CFC t + TOPI t W t OS t CFC t TOPI t = = = = Kompensasi tenaga kerja tahun ke-t Surplus usaha tahun ke-t yang terdiri dari sewa aset non-produced, bunga yang diperoleh dari aset finansial, serta profit/keuntungan dari kewiraswastaan Konsumsi barang modal tetap tahun ke-t Pajak lainnya atas produksi dan impor tahun ke-t 3. Pendekatan Pengeluaran PDB ADHB disusun dengan menjumlahkan seluruh komponen permintaan akhir. Keterangan: PDB t = PFCE t + GFCE t + GDCF t + X t M t PFCE t GFCE t GDCF t = = = Konsumsi rumah tangga dan lembaga nonprofit tahun ke-t Konsumsi pemerintah tahun ke-t Pembentukan modal tetap bruto tahun ke-t

31 18 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN X t M t = = Ekspor tahun ke-t Impor tahun ke-t Penghitungan PDB atas dasar harga konstan dapat didekati melalui tiga pendekatan, yaitu: 1. Pendekatan Revaluasi Pada metode revaluasi, output diperoleh dengan mengalikan kuantum produksi dengan harga pada tahun dasar. Output k,t = Produksi t Harga o NTB k,t = Output k,t Konsumsi Antara k,t Keterangan: Harga o = Harga produksi tahun dasar 2. Pendekatan Ekstrapolasi Pada metode ekstrapolasi, output harga konstan tahun berjalan diperoleh dengan mengalikan output tahun dasar dengan suatu indeks produksi. Output k,t = Output k,o (IP t 100 NTB k,t = Output k,t Konsumsi Antara k,t Keterangan: IP t = Indeks produksi tahun ke-t 3. Pendekatan Deflasi Pada metode deflasi, output harga konstan tahun berjalan diperoleh dengan membagi output harga berlaku tahun berjalan dengan indeks harga. Keterangan: Output k,t = (Output b,t IH t ) 100 NTB k,t = Output k,t Konsumsi Antara k,t IH t = Indeks harga tahun ke-t

32 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Revisi PDB Ekonomi Kreatif Tahun Revisi PDB Ekonomi Kreatif tahun baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dilakukan berdasarkan perubahan/revisi data sekunder maupun ketersediaan data baru yang pada tahun 2016 lalu belum tersedia. Perubahan PDB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun disebabkan oleh updating data nilai tambah di lima subsektor Ekonomi Kreatif yaitu subsektor fotografi; aplikasi dan game developer; penerbitan; televisi dan radio; dan seni rupa. Sedangkan subsektor yang hanya merevisi tahun 2015 adalah kriya; kuliner; musik; dan fesyen. Pada PDB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan, terdapat enam subsektor yang merevisi nilai tambahnya yaitu subsektor fotografi; kriya; aplikasi dan game developer; penerbitan; televisi dan radio; dan seni rupa untuk tahun 2014 dan Empat subsektor lainnya, yaitu film, animasi, dan video; kuliner; musik; dan fesyen mengalami revisi di tahun Metodologi penyusunan PDB Ekonomi Kreatif tahun revisi atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan menurut subsektor Ekonomi Kreatif akan dijelaskan secara lebih rinci, sebagai berikut: 1. Subsektor Film, Animasi, dan Video Lima digit KBLI 2015 Ekonomi Kreatif subsektor film, animasi, dan video tercakup dalam lapangan usaha industri pengolahan, informasi dan komunikasi, dan jasa pendidikan. Nilai tambah atas dasar harga konstan subsektor ini pada tahun 2015 mengalami revisi pada lapangan usaha industri pengolahan. Revisi dilakukan karena adanya updating data terkait subsektor film, animasi, dan video. 2. Subsektor Fotografi Nilai tambah subsektor fotografi diperoleh dengan menambahkan nilai tambah bruto yang tercipta pada establishment subsektor fotografi yang tersebar atau tergolong pada lapangan usaha jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa lainnya (pemerintah dan swasta). Subsektor ini mengalami revisi nilai tambah untuk tahun 2014 dan 2015 baik atas dasar harga berlaku maupun atas harga konstan. Revisi dilakukan karena adanya updating data realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun tersebut.

33 20 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Subsektor Kriya Penghitungan nilai tambah subsektor kriya dilakukan dengan menjumlahkan nilai tambah bruto subsektor kriya yang tersebar pada lapangan usaha industri pengolahan dan perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor sesuai dengan KBLI Revisi dilakukan pada nilai tambah subsektor kriya atas dasar harga berlaku tahun Revisi dilakukan karena adanya updating data dasar yang digunakan dalam penghitungan nilai tambah pada lapangan usaha industri pengolahan, yang selanjutnya berdampak pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor yang diestimasi dengan pendekatan commodity flow. 4. Subsektor Kuliner Nilai tambah subsektor kuliner diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto subsektor kuliner pada lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, serta lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum. Revisi subsektor ini dilakukan karena adanya perbaikan nilai tambah bruto subsektor kuliner pada lapangan usaha penyediaan makan minum tahun 2015 baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan karena adanya updating data terkait yang digunakan dalam penghitungan nilai tambah tersebut, yaitu data pengeluaran konsumsi penduduk untuk makanan jadi. 5. Subsektor Musik Nilai tambah subsektor musik disusun berdasarkan nilai tambah bruto subsektor musik yang tergolong dalam lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa lainnya. Nilai tambah subsektor ini direvisi untuk penghitungan tahun 2015 baik nilai PDB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Revisi disebabkan adanya perubahan pada lapangan usaha jasa pendidikan. Hal ini terjadi karena adanya updating data pada jumlah peserta kursus yang menjadi indikator dalam penghitungan nilai tambah lapangan usaha pendidikan.

34 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Subsektor Fesyen Menurut pemetaan KBLI 2015, subsektor fesyen tersebar pada lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil, dan sepeda, dan jasa pendidikan. Revisi nilai tambah subsektor fesyen dilakukan untuk tahun 2015 baik PDB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Revisi terjadi karena adanya updating data pada lapangan usaha industri pengolahan dan jasa pendidikan. Pada lapangan usaha industri pengolahan, revisi dilakukan karena adanya perubahan data dasar yang digunakan, sedangkan pada lapangan usaha jasa pendidikan disebabkan karena adanya updating data pada jumlah peserta kursus yang menjadi indikator dalam penghitungan PDB lapangan usaha pendidikan. 7. Subsektor Aplikasi dan Game Developer Revisi nilai tambah subsektor aplikasi dan game developer tahun atas dasar harga berlaku dan konstan disusun berdasarkan perbaikan pada lapangan usaha yang menyusun nilai tambah subsektor aplikasi dan game developer. Ada tiga lapangan usaha yang mencakup subsektor aplikasi dan game developer di dalamnya, yaitu lapangan usaha informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, dan jasa lainnya. Revisi dilakukan pada lapangan usaha informasi dan komunikasi terkait adanya updating data pertumbuhan pendapatan dalam laporan keuangan perusahaan go public yang digunakan dalam penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan subsektor aplikasi dan game developer pada lapangan usaha informasi dan komunikasi. 8. Subsektor Penerbitan Pada subsektor penerbitan revisi dilakukan untuk tahun 2014 dan 2015 baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan yang disusun berdasarkan nilai tambah bruto subsektor penerbitan yang tercakup dalam lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, dan jasa lainnya. Revisi dilakukan pada lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, dan informasi dan komunikasi karena adanya updating data dasar yang digunakan dalam penghitungan nilai tambah subsektor penerbitan.

35 22 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Subsektor Periklanan Subsektor periklanan mengalami revisi pada tahun 2015 akibat adanya updating data pajak reklame yang digunakan dalam penghitungan nilai tambah subsektor periklanan 10. Subsektor Televisi dan Radio Berdasarkan hasil pemetaan subsektor Ekonomi Kreatif ke KBLI 2015, kesimpulan subsektor televisi dan radio tercakup dalam lapangan usaha informasi dan komunikasi. Subsektor ini mengalami revisi untuk tahun 2014 dan 2015 baik untuk nilai tambah atas dasar harga berlaku maupun nilai tambah atas dasar harga konstan. Perubahan dilakukan karena adanya data yang lebih up to date terkait laporan keuangan perusahaan televisi dan radio yang go public serta data belanja iklan. 11. Subsektor Seni Rupa Subsektor seni rupa disusun berdasarkan nilai tambah subsektor seni rupa pada lapangan usaha perdagangan besar, dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa lainnya. Revisi dilakukan untuk tahun 2014 dan 2015 baik untuk niai tambah atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Perbaikan terjadi karena updating data pengeluaran penduduk untuk barang-barang pajangan yang digunakan sebagai indikator penghitungan nilai tambah subsektor seni rupa pada lapangan usaha perdagangan, besar, dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor. Revisi subsektor jasa lainnya pemerintah dilakukan karena adanya perubahan data realisasi APBN Metode Penghitungan PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2016 Pada penghitungan PDB Ekonomi Kreatif tahun 2016, selain menggunakan data sekunder yang disediakan oleh BPS maupun instansi lain. BPS dan Bekraf bekerja sama mengadakan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif 2017 (SKNP-EK 2017). Survei ini dilakukan untuk menyediakan informasi mengenai perkembangan tahunan indikator perusahaan/usaha. SKNP-EK 2017 dilakukan di sepuluh provinsi

36 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN di Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, PDB Ekonomi Kreatif disusun dengan menjumlahkan nilai tambah bruto dari establishment-establishment subsektor Ekonomi Kreatif yang tercakup dalam lapangan usaha KBLI 2015 Ekonomi Kreatif. Oleh karena itu, metode yang digunakan untuk menghitung tiap subsektor Ekonomi Kreatif akan berbeda-beda sesuai dengan lapangan usaha yang mencakup subsektor Ekonomi Kreatif tersebut. Metode penghitungan PDB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku (PDB ADHB) maupun atas dasar harga konstan (PDB ADHK) menurut subsektor Ekonomi Kreatif secara rinci, adalah sebagai berikut; 1. Subsektor Arsitektur Establishment yang tergolong dalam subsektor arsitektur tercakup dalam lapangan usaha jasa perusahaan. Metode yang digunakan dalam penghitungan nilai tambah bruto (NTB) subsektor arsitektur adalah: a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor arsitektur tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator dari industri konstruksi. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor arsitektur tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator dari industri konstruksi c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. PDB Indonesia, BPS 2. Subsektor Desain Interior Subsektor desain interior tercakup dalam lapangan usaha jasa perusahaan dan jasa pendidikan. Berikut merupakan metode yang digunakan dalam penghitungan NTB subsektor desain interior. Lapangan Usaha: Jasa Perusahaan a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor desain interior pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator industri real estat.

37 24 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor desain interior pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator industri real estat. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. PDB Indonesia, BPS Lapangan Usaha: Jasa Pendidikan a. NTB ADHB Output ADHB subsektor desain interior pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator produksi berupa jumlah siswa dan indikator harga berupa output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor desain interior pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor desain interior pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) kursus. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) 3. Statistik Harga Konsumen, BPS 3. Subsektor Desain Komunikasi Visual Establishment yang tergolong dalam subsektor desain komunikasi visual tercakup dalam lapangan usaha jasa perusahaan dan jasa pendidikan. Berikut merupakan estimasi yang digunakan dalam penghitungan NTB subsektor desain komunikasi visual. Lapangan Usaha: Jasa Perusahaan a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor desain komunikasi visual pada lapangan

38 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan hasil SKNP-EK b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor desain komunikasi visual pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor desain komunikasi visual pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 dengan IHK umum. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf 3. Statistik Harga Konsumen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Pendidikan a. NTB ADHB Output ADHB subsektor desain komunikasi visual pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan produksi yaitu dengan mengalikan indikator produksi berupa jumlah siswa dan indikator harga berupa output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor desain komunikasi visual pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan dengan membagi NTB ADHB subsektor desain komunikasi visual pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 dengan IHK kursus. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud 3. Statistik Harga Konsumen, BPS 4. Subsektor Desain Produk Establishment yang tergolong dalam subsektor desain produk tercakup dalam lapangan usaha jasa perusahaan dan jasa pendidikan. Berikut merupakan metode yang digunakan dalam penghitungan PDB subsektor desain produk.

39 26 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Lapangan Usaha: Jasa Perusahaan a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor desain produk pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator industri kemasan. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor desain produk pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator industri kemasan. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil, BPS Lapangan Usaha: Jasa Pendidikan a. NTB ADHB Output ADHB subsektor desain produk pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator produksi berupa jumlah siswa dengan indikator harga berupa output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor desain produk pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi mengunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor desain produk pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 dengan IHK kursus. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud 3. Statistik Harga Konsumen, BPS 5. Subsektor Film, Animasi, dan Video Establishment yang tergolong dalam subsektor film, animasi, dan video tercakup dalam lapangan usaha industri pengolahan,

40 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN informasi dan komunikasi, dan jasa pendidikan. Berikut merupakan metode yang digunakan dalam penghitungan NTB subsektor film, animasi, dan video. Lapangan Usaha: Industri Pengolahan a. NTB ADHB PDB ADHB subsektor film, animasi, dan video pada lapangan usaha industri pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan produksi. NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB tahun berjalan. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor film, animasi, dan video pada lapangan usaha industri pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan ekstrapolasi. Output ADHK tahun 2016 dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2015 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan SKNP- EK 2017 serta dengan memperhatikan data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja, dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar. c. Sumber Data 1. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS 2. Statistik Industri Mikro dan Kecil, BPS 3. SKNP-EK 2017, BPS Bekraf 4. SUT Indonesia tahun 2010, BPS Lapangan Usaha: Informasi dan Komunikasi a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor film, animasi, dan video pada lapangan usaha informasi dan komunikasi tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan produksi. Output ADHB diperoleh dengan menggerakan NTB ADHB subsektor film, animasi, dan video pada lapangan usaha informasi dan komunikasi tahun 2015 dengan pertumbuhan jumlah penonton lima belas film Indonesia peringkat teratas. NTB ADHB diperoleh dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB. b. NTB ADHK Output ADHK subsektor film, animasi, dan video pada lapangan

41 28 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN usaha informasi dan komunikasi tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi output ADHB subsektor film, animasi, dan video pada lapangan usaha informasi dan komunikasi tahun 2016 dengan IHK umum. NTB ADHK diperoleh dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Harga Konsumen, BPS 3. Film Indonesia (filmindonesia.or.id) Lapangan Usaha: Jasa Pendidikan a. NTB ADHB Output ADHB subsektor film, animasi, dan video pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator produksi berupa jumlah siswa dengan indikator harga berupa output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor film, animasi, dan video pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi mengunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor film, animasi, dan video pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 dengan IHK kursus. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud 3. Statistik Harga Konsumen, BPS 6. Subsektor Fotografi Establishment yang tergolong dalam subsektor fotografi tercakup dalam lapangan usaha jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa lainnya. Berikut merupakan metode yang digunakan dalam penghitungan NTB subsektor fotografi.

42 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Lapangan Usaha: Jasa Perusahaan a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan hasil SKNP-EK b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 dengan IHK umum. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf 3. Statistik Harga Konsumen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Pendidikan a. NTB ADHB Output ADHB subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator produksi berupa jumlah siswa dengan indikator harga berupa output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi mengunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 dengan IHK kursus. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Harga Konsumen, BPS 3. Statistik Pendidikan, Kemendikbud

43 30 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Lapangan Usaha: Jasa Lainnya (Swasta) a. NTB ADHB Output ADHB subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa lainnya tahun 2016 diestimasi dengan indikator yang berasal dari SKNP-EK Nilai tambah bruto ADHB diperoleh dengan mengalikan output dengan rasio NTB. b. NTB ADHK Output ADHK subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa lainnya tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi output ADHB subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa lainnya tahun 2016 dengan IHK yang bersesuaian. NTB ADHK subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa lainnya tahun 2016 diperoleh dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud 3. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf 4. Statistik Harga Konsumen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Lainnya (Pemerintah) a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa lainnya (pemerintah) tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator jasa lainnya pemerintah berupa realisasi APBN. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa lainnya (pemerintah) tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator jasa lainnya pemerintah berupa realisasi APBN. c. Sumber Data 1. Realisasi belanja pegawai dan estimasi konsumsi modal tetap APBN dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 7. Subsektor Kriya Establishment yang tergolong dalam subsektor kriya tercakup dalam

44 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN lapangan usaha industri pengolahan dan perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor. Berikut merupakan metode yang digunakan dalam penghitungan NTB subsektor kriya. Lapangan Usaha: Industri Pengolahan a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor kriya pada lapangan usaha industri pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan produksi. NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB tahun berjalan. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor kriya pada lapangan usaha industri pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan ekstrapolasi. Output ADHK tahun 2016 dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2015 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan SKNP-EK 2017 serta dengan memperhatikan data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja, dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar. c. Sumber Data 1. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS 2. Statistik Mikro dan Kecil, BPS 3. Statistik Harga Produsen, BPS 4. SKNP-EK 2017, BPS Bekraf 5. SUT Indonesia tahun 2010, BPS Lapangan Usaha: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor a. NTB ADHB dan ADHK Output ADHB maupun ADHK subsektor kriya pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya margin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor kriya. Output utama diperoleh dari perkalian antara output industri dengan rasio margin perdagangan. Output sekunder diperoleh dengan menggunakan rasio dari SUT Ekonomi Kreatif NTB ADHB

45 32 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN diperoleh dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB. b. Sumber Data 1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang BPS 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 3. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS 4. Survei Penyediaan dan Penggunaan Jasa (SPPJ), BPS 8. Subsektor Kuliner Establishment yang tergolong dalam subsektor kuliner tercakup dalam lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, dan penyediaan akomodasi dan makan minum. Berikut merupakan metode yang digunakan dalam penghitungan PDB subsektor kuliner. Lapangan Usaha: Industri Pengolahan a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor kuliner pada lapangan usaha industri pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan produksi. NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB tahun berjalan. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor kuliner pada lapangan usaha industri pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan ekstrapolasi. Output ADHK tahun 2016 dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2015 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan SKNP-EK 2017 serta dengan memperhatikan data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja, dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar. c. Sumber Data 1. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS 2. Statistik Mikro dan Kecil, BPS 3. SKNP-EK 2017, BPS Bekraf 4. SUT Indonesia tahun 2010, BPS

46 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Lapangan Usaha: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor a. NTB ADHB dan ADHK Output ADHB maupun ADHK subsektor kuliner pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya margin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor kuliner. Output utama diperoleh dari perkalian antara output industri dengan rasio margin perdagangan. Output sekunder diperoleh dengan menggunakan rasio dari SUT Ekonomi Kreatif NTB ADHB diperoleh dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB. b. Sumber Data 1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang BPS 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 3. SKSJ, BPS 4. SPPJ, BPS Lapangan Usaha: Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor kuliner pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan permintaan. Output utama ADHB diperoleh dengan menjumlahkan pengeluaran penduduk terhadap produk penyediaan makan minum ditambah dengan konsumsi wisatawan mancanegara dikurangi pengeluaran wisatawan nasional atau impor restoran). Output sekunder dihitung dengan menggunakan rasio dari SUT Ekonomi Kreatif NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB tahun berjalan. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor kuliner pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan deflasi. Output ADHB tahun 2016 dibagi dengan IHP penyediaan makan minum. NTB ADHK dihitung dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB.

47 34 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN c. Sumber Data 1. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2. Publikasi Proyeksi Penduduk Indonesia , BPS 3. Passanger Exit Survey (Publikasi Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara), BPS 4. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 9. Subsektor Musik Establishment yang tergolong dalam subsektor musik tercakup dalam lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa lainnya. Berikut merupakan metode yang digunakan dalam penghitungan NTB subsektor musik. Lapangan Usaha: Industri Pengolahan a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor musik pada lapangan usaha industri pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan produksi. NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB tahun berjalan. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor musik pada lapangan usaha industri pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan ekstrapolasi. Output ADHK tahun 2016 dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2015 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan SKNP-EK 2017 serta dengan memperhatikan data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja, dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar. c. Sumber Data 1. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS 2. Statistik Mikro dan Kecil, BPS 3. Statistik Harga Produsen, BPS 4. SKNP-EK 2017, BPS Bekraf 5. SUT Indonesia tahun 2010, BPS

48 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Lapangan Usaha: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor a. NTB ADHB dan ADHK Output ADHB maupun ADHK subsektor musik pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya margin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan musik dan aktivitas penerbitan musik, dan buku musik. Output utama diperoleh dari perkalian antara output industri dengan rasio margin perdagangan. Output sekunder diperoleh dengan menggunakan rasio dari SUT Ekonomi Kreatif NTB ADHB diperoleh dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB. b. Sumber Data 1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang BPS 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 3. SKSJ, BPS 4. SPPJ, BPS Lapangan Usaha: Informasi dan Komunikasi (Swasta) a. NTB ADHB Nilai output ADHB subsektor musik pada lapangan usaha informasi dan komunikasi (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan menyesuaikan pertumbuhan subsektor musik dengan subsektor film, animasi, dan video. Hal ini dikarenakan subsektor musik merupakan bagian kecil dari industri Produksi Gambar Bergerak, Video, dan Program Televisi, Perekaman Suara dan Penerbitan (yang merupakan industri SUT dari subsektor film, animasi, dan video). NTB ADHB diperoleh dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB. b. NTB ADHK Output ADHK subsektor musik pada lapangan usaha informasi dan komunikasi (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi Output ADHB subsektor musik pada lapangan usaha informasi dan komunikasi tahun 2016 dengan IHK umum. NTB ADHK diperoleh dengan

49 36 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Harga Konsumen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Perusahaan a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor musik pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan hasil SKNP-EK b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor musik pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor musik pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 dengan IHK umum. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf 3. Statistik Harga Konsumen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Pendidikan a. NTB ADHB Output ADHB subsektor musik pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator produksi berupa jumlah siswa dengan indikator harga berupa output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor musik pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi mengunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi PDB ADHB subsektor musik pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 dengan IHK kursus. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud

50 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Statistik Harga Konsumen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Lainnya (Swasta) a. NTB ADHB Output ADHB subsektor musik pada lapangan usaha jasa lainnya (swasta) tahun 2016 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi output ADHB tahun 2015 menggunakan pertumbuhan hasil pengolahan SKNP-EK NTB diperoleh dengan mengalikan ouput dengan rasio NTB. b. NTB ADHK Output ADHK subsektor musik pada lapangan usaha jasa lainnya (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi output ADHB subsektor musik pada lapangan usaha jasa lainnya tahun 2016 dengan IHK yang bersesuaian. NTB ADHK diperoleh dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS 3. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf 10. Subsektor Fesyen Establishment yang tergolong dalam subsektor fesyen tercakup dalam lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, dan jasa pendidikan. Berikut merupakan metode yang digunakan dalam penghitungan PDB subsektor fesyen. Lapangan Usaha: Industri Pengolahan a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor fesyen pada lapangan usaha industri pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan produksi. NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB tahun berjalan. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor fesyen pada lapangan usaha industri pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan

51 38 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN ekstrapolasi. Output ADHK tahun 2016 dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2015 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan SKNP-EK 2017 serta dengan memperhatikan data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja, dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar. c. Sumber Data 1. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS 2. Statistik Mikro dan Kecil, BPS 3. Statistik Harga Produsen, BPS 4. SKNP-EK 2017, BPS Bekraf 5. SUT Indonesia tahun 2010, BPS Lapangan Usaha: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor a. NTB ADHB dan ADHK Output ADHB maupun ADHK subsektor fesyen pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya margin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor fesyen. Output utama diperoleh dari perkalian antara output industri dengan rasio margin perdagangan. Output sekunder diperoleh dengan menggunakan rasio dari SUT Ekonomi Kreatif NTB ADHB diperoleh dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB. b. Sumber Data 1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang BPS 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 3. SKSJ, BPS 4. SPPJ, BPS Lapangan Usaha: Jasa Pendidikan a. NTB ADHB Output ADHB subsektor fesyen pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator

52 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN produksi berupa jumlah siswa dengan indikator harga berupa output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor fesyen pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi mengunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi PDB ADHB subsektor fesyen pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 dengan IHK kursus. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud 3. Statistik Harga Konsumen, BPS 11. Subsektor Aplikasi dan Game developer Establishment yang tergolong dalam subsektor aplikasi dan game developer tercakup dalam lapangan usaha informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, dan jasa lainnya. Berikut merupakan metode yang digunakan dalam penghitungan NTB subsektor aplikasi dan game developer. Lapangan Usaha: Informasi dan Komunikasi (Swasta) a. NTB ADHB Output ADHB subsektor aplikasi dan game developer pada lapangan usaha informasi dan komunikasi (swasta) tahun 2016 diperoleh menggunakan pertumbuhan pendapatan dalam laporan keuangan perusahaan go public. Kemudian nilai NTB berlaku diperoleh dari perkalian antara output ADHB dan rasio NTB. b. NTB ADHK Output ADHK subsektor aplikasi dan game developer pada lapangan usaha informasi dan komunikasi (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi output ADHB subsektor aplikasi dan game developer pada lapangan usaha informasi dan komunikasi tahun 2016 dengan IHK umum. NTB ADHK diperoleh dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun 2010.

53 40 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN c. Sumber Data 1. Laporan keuangan perusahaan go public, BEI 2. Statistik Harga Konsumen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Perusahaan a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor aplikasi dan game developer pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan hasil SKNP-EK b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor aplikasi dan game developer pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB dengan IHK umum. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf 3. Statistik Harga Konsumen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Lainnya (Swasta) a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor aplikasi dan game developer pada lapangan usaha jasa lainnya (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan hasil SKNP-EK b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor aplikasi dan game developer pada lapangan usaha jasa lainnya (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB dengan IHK umum. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf 3. Statistik Harga Konsumen, BPS 12. Subsektor Penerbitan Establishment yang tergolong dalam subsektor penerbitan tercakup

54 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN dalam lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, dan jasa lainnya. Berikut merupakan metode yang digunakan dalam penghitungan PDB subsektor penerbitan. Lapangan Usaha: Industri Pengolahan a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor penerbitan pada lapangan usaha industri pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan produksi. NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB tahun berjalan. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor penerbitan pada lapangan usaha industri pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan ekstrapolasi. Output ADHK tahun 2016 dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2015 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan SKNP-EK 2017 serta dengan memperhatikan data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja, dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar. c. Sumber Data 1. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS 2. Statistik Mikro dan Kecil, BPS 3. Statistik Harga Produsen, BPS 4. SKNP-EK 2017, BPS Bekraf 5. SUT Indonesia tahun 2010, BPS Lapangan Usaha: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor a. NTB ADHB dan ADHK Output ADHB maupun ADHK subsektor penerbitan pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya margin perdagangan barang-barang subsektor penerbitan yang diperdagangkan. Output utama diperoleh dari perkalian antara output industri dengan rasio margin perdagangan. Output sekunder dihitung menggunakan

55 42 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. NTB ADHB diperoleh dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB. b. Sumber Data 1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang BPS 2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 3. SKSJ, BPS 4. SPPJ, BPS Lapangan Usaha: Informasi dan Komunikasi (Swasta) a. NTB ADHB Output ADHB penerbitan pada lapangan usaha informasi dan komunikasi (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator pertumbuhan industri percetakan (industri pencetakan dan reproduksi media rekaman dan industri keras dan barang dari kertas). Untuk nilai NTB ADHB diperoleh antara perkalian output ADHB dengan rasio NTB. b. NTB ADHK Output ADHK subsektor penerbitan pada lapangan usaha informasi dan komunikasi (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan metode deflasi. Output ADHK diperoleh dengan membagi output ADHBnya dengan IHP industri barang cetakan dan barang-barang dari kertas. NTB ADHK diperoleh dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Harga Produsen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Perusahaan a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor penerbitan pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator hasil SKNP-EK b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor penerbitan pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode

56 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN deflasi, yaitu dengan membagi PDB ADHB dengan IHK umum. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf 3. Statistik Harga Konsumen, BPS 13. Subsektor Periklanan Establishment yang tergolong dalam subsektor periklanan tercakup dalam lapangan usaha jasa perusahaan. Metode yang digunakan dalam penghitungan NTB subsektor periklanan adalah: a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor periklanan pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator pajak reklame. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor periklanan pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi PDB ADHB dengan IHK umum. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Keuangan dan Pemerintahan, BPS 3. Statistik Harga Konsumen, BPS 14. Subsektor Televisi dan Radio Establishment yang tergolong dalam subsektor televisi dan radio tercakup dalam lapangan usaha informasi dan komunikasi. Metode yang digunakan dalam penghitungan NTB subsektor televisi dan radio adalah: Lapangan Usaha: Jasa Informasi dan Komunikasi (Swasta) a. NTB ADHB Output ADHB televisi dan radio pada lapangan usaha informasi (swasta) diestimasi menggunakan laporan perusahaan televisi dan radio yang go public. Untuk nilai NTB ADHB diperoleh antara perkalian output ADHB dengan rasio NTB.

57 44 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN b. NTB ADHK Output ADHK subsektor televisi dan radio pada lapangan usaha informasi dan komunikasi (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi output ADHB dengan IHK yang bersesuaian. NTB ADHK diperoleh dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Harga Konsumen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Informasi dan Komunikasi (Pemerintah) a. NTB ADHB NTB ADHB televisi dan radio pada lapangan usaha informasi (pemerintah) diestimasi menggunakan data realisasi belanja pegawai dan konsumsi barang modal tetap. b. NTB ADHK NTB ADHB subsektor televisi dan radio pada lapangan usaha informasi dan komunikasi (pemerintah) tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB dengan indeks upah dan implisit PMTB. c. Sumber Data 1. Realisasi belanja pegawai dan estimasi konsumsi modal tetap APBN dan APBD 15. Subsektor Seni Pertunjukan Establishment yang tergolong dalam subsektor seni pertunjukan tercakup dalam lapangan usaha jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa lainnya. Berikut merupakan metode yang digunakan dalam penghitungan PDB subsektor seni pertunjukan. Lapangan Usaha: Jasa Perusahaan a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor seni pertunjukan pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator laporan keuangan perusahaan go public di bidang seni pertunjukkan.

58 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor seni pertunjukan pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB dengan IHK umum. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Bursa Efek Indonesia (BEI) 3. Statistik Harga Konsumen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Pendidikan a. NTB ADHB Output ADHB subsektor seni pertunjukan pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator produksi berupa jumlah siswa dengan indikator harga berupa output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor seni pertunjukan pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi mengunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor seni pertunjukan pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 dengan IHK kursus. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud 3. Statistik Harga Konsumen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Lainnya (Swasta) a. NTB ADHB Output ADHB subsektor seni pertunjukan pada lapangan usaha jasa lainnya (swasta) tahun 2016 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi output ADHB tahun 2015 menggunakan pertumbuhan dari data hasil SKNP-EK yang telah diolah. NTB ADHB diperoleh dengan mengalikan output dengan rasio NTB yang bersesuaian.

59 46 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN b. NTB ADHK Output ADHK subsektor seni pertunjukan pada lapangan usaha jasa lainnya (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi output ADHB dengan IHK yang bersesuaian. NTB ADHK diperoleh dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS 3. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf 16. Subsektor Seni Rupa Establishment yang tergolong dalam subsektor seni rupa tercakup dalam lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa lainnya. Berikut merupakan metode yang digunakan dalam penghitungan PDB subsektor seni rupa. Lapangan Usaha: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor a. NTB ADHB Output ADHB subsektor seni rupa pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan permintaan. Output merupakan penjumlahan dari pengeluaran penduduk untuk barang-barang pajangan. NTB ADHB diperoleh dengan mengalikan output dengan rasio NTBnya. b. NTB ADHK Output ADHK subsektor seni rupa pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan deflasi. Output ADHK diperoleh dengan membagi output ADHB dengan IHK umum. c. Sumber Data 1. Susenas, BPS 2. Publikasi Proyeksi Penduduk Indonesia , BPS 3. Statistik Harga Konsumen, BPS

60 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Lapangan Usaha: Jasa Perusahaan a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator hasil SKNP-EK b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode deflasi yaitu dengan membagi NTB ADHB dengan IHK umum. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf 3. Statistik Harga Konsumen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Pendidikan a. NTB ADHB Output ADHB subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator produksi berupa jumlah siswa dengan indikator harga berupa output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi mengunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 dengan IHK kursus. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud 3. Statistik Harga Konsumen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Lainnya (Swasta) a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa lainnya

61 48 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator hasil SKNP-EK b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa lainnya (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan metode deflasi yaitu dengan membagi NTB ADHB dengan IHK umum. c. Sumber Data 1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS 2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf 3. Statistik Harga Konsumen, BPS Lapangan Usaha: Jasa Lainnya (Pemerintah) a. NTB ADHB NTB ADHB subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa lainnya (pemerintah) tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator jasa lainnya pemerintah berupa realisasi APBN. b. NTB ADHK NTB ADHK subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa lainnya (pemerintah) tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator jasa lainnya pemerintah berupa realisasi APBN. c. Sumber Data 1. Realisasi belanja pegawai dan estimasi konsumsi modal tetap APBN dan APBD

62 4 BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) HASIL BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id

63

64 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Bab 4 Hasil 4.1. Kondisi Makro PDB Indonesia Tahun 2016 Setelah tumbuh sebesar 3,2 persen pada tahun 2015, perekonomian global mengalami perlambatan pada tahun 2016, dengan tumbuh sebesar 3,1 persen 1. Negara maju secara umum menjadi penyumbang perlambatan, dengan kinerja 2,1 persen (2015) menjadi 1,6 persen (2016). Sedangkan perekonomian negara berkembang tumbuh 4,1 persen. Sementara itu, perekonomian Indonesia sempat melambat dari 5,01 persen pada tahun 2014, menjadi tumbuh sebesar 4,88 persen pada tahun Namun, kinerja perekonomian Indonesia kembali menguat dengan tumbuh sebesar 5,02 persen pada tahun 2016 (Gambar 3). Pada tahun 2014, PDB Indonesia atas dasar harga berlaku mencapai ,71 triliun rupiah dan meningkat sebesar 17,38 persen menjadi ,81 triliun rupiah pada tahun Rata-rata pertumbuhan besaran PDB Indonesia atas dasar harga berlaku setiap tahun selama kurun waktu tersebut mencapai 9,14 persen. Nilai PDB Indonesia atas dasar harga konstan meningkat sebesar 10,14 persen dari 8.564,87 triliun rupiah tahun 2014 menjadi 9.433,03 triliun rupiah pada tahun Rata-rata pertumbuhan besaran PDB Indonesia atas dasar harga konstan setiap tahun selama kurun waktu tersebut mencapai 4,97 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 ditopang seluruh lapangan usaha, sedangkan dari sisi pengeluaran, capaian ini didukung menguatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan 1 Bank Indonesia Laporan Perekonomian Indonesia hlm. 3.

65 52 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) (Lampiran 3 dan 4). Gambar 3. PDB atas dasar harga berlaku, PDB atas dasar harga konstan, dan laju pertumbuhan PDB Indonesia tahun , ,01 4,88 5,02 5,00 Miliar Rp ,80 4,60 4,40 4, Tahun PDB ADHB PDB ADHK Laju Pertumbuhan persen Sumber: Badan Pusat Statistik 4.2. Besaran PDB Ekonomi Kreatif Tahun Sesuai dengan aturan revisi PDB, pada Februari 2017 BPS merevisi nilai PDB Indonesia untuk tahun 2014 dan PDB tahun 2014 berubah dari angka sementara menjadi angka tetap, sedangkan besaran PDB tahun 2015 berubah dari angka sangat sementara menjadi angka sementara. Tidak semua nilai PDB menurut lapangan usaha mengalami revisi. Pada umumnya, revisi dilakukan pada lapangan usaha yang mengalami updating data yang sebelumnya belum tersedia atau belum lengkap. Nilai PDB Indonesia pada tahun 2014 yang semula bernilai ,82 triliun rupiah direvisi menjadi ,71 triliun rupiah (ADHB), dan dari 8.566,27 triliun rupiah menjadi 8.564,87 triliun rupiah (ADHK). Sedangkan PDB Indonesia tahun 2015 mengalami revisi dari ,79 triliun rupiah menjadi ,72 triliun rupiah (ADHB) dan dari 8.976,93 triliun rupiah menjadi 8.982,51 triliun rupiah (ADHK).

66 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Sejalan dengan revisi PDB Indonesia, PDB Ekonomi Kreatif juga mengalami revisi baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Nilai PDB Ekonomi Kreatif Indonesia ADHB tahun 2014 direvisi dari 784,82 triliun rupiah menjadi 784,87 triliun rupiah. Nilai PDB Ekonomi Kreatif Indonesia ADHB tahun 2015 juga direvisi dari 852,24 triliun rupiah menjadi 852,56 triliun rupiah. Untuk PDB Ekonomi Kreatif ADHK, pada tahun 2014 direvisi dari 657,69 triliun rupiah menjadi 657,67 triliun rupiah dan nilai tahun 2015 direvisi dari 686,48 triliun rupiah menjadi 686,66 triliun rupiah. Revisi PDB dan PDB Ekonomi Kreatif Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Nilai PDB Nasional dan Ekonomi Kreatif tahun 2014 dan 2015 sebelum dan sesudah revisi sesudah revisi 8.564,87 sesudah revisi 657,67 sebelum revisi 8.566,27 sebelum revisi 657,69 sesudah revisi ,71 sesudah revisi 784,87 sebelum revisi ,82 sebelum revisi 784, PDB Nasional Triliun Rp PDB Ekonomi Triliun Rp Total PDB PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2015 sesudah revisi 8.982,51 sebelum revisi 8.976,93 sesudah revisi ,72 sebelum revisi , Triliun Rp Total PDB ADHB sesudah revisi 686,66 sebelum revisi 686,48 sesudah revisi 852,56 sebelum revisi 852, Triliun Rp PDB Ekonomi Kreatif ADHK Sumber: Badan Pusat Statistik Revisi PDB Ekonomi Kreatif Indonesia tidak dialami oleh semua subsektor Ekonomi Kreatif. Subsektor yang mengalami revisi antara lain subsektor fotografi, aplikasi dan game developer, penerbitan, periklanan, dan seni rupa. PDB Ekonomi Kreatif Indonesia sejak tahun 2014 hingga tahun 2016, terus meningkat. Pada tahun 2014, PDB atas dasar harga berlaku yang dihasilkan oleh sektor Ekonomi Kreatif adalah sebesar 784,87 triliun rupiah, nilai ini meningkat 17,55 persen pada tahun 2016 menjadi 922,59 triliun rupiah. Rata-rata pertumbuhan besaran PDB Ekonomi Kreatif atas

67 54 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN dasar harga berlaku setiap tahun selama kurun waktu tersebut adalah sebesar 9,22 persen. Sementara itu, rata-rata pertumbuhan besaran PDB non Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku setiap tahun selama kurun waktu tersebut mencapai 9,13 persen. Perkembangan PDB Ekonomi Kreatif dan non-ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. PDB Ekonomi Kreatif dan non-ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun , ,22 Tahun , , , , PDB Non-Ekonomi Kreatif Sumber: Badan Pusat Statistik Miliar Rp PDB Ekonomi Kreatif Dalam kurun waktu tersebut, sektor Ekonomi Kreatif secara rata-rata berkontribusi sebesar 7,42 persen terhadap perekonomian di Indonesia. Subsektor film, animasi, dan video memiliki pertumbuhan NTB atas dasar harga berlaku tertinggi dari tahun 2014 ke 2016 yaitu sebesar 32,45 persen, disusul kemudian oleh subsektor televisi dan radio dengan tingkat pertumbuhan sebesar 28,56 persen. Sementara itu, subsektor kuliner tumbuh paling lambat, yaitu sebesar 14,36 persen dari tahun 2014 hingga tahun Pada periode waktu , subsektor fesyen; dan kuliner tumbuh lebih lambat dibanding pertumbuhan sektor Ekonomi Kreatif secara keseluruhan. Seperti halnya PDB atas dasar harga berlaku, PDB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan juga mengalami peningkatan dari tahun 2014 hingga tahun PDB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan meningkat dari 657,67 triliun rupiah pada tahun 2014 menjadi 720,63 triliun rupiah pada tahun Rata-rata pertumbuhan besaran PDB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan setiap tahun selama kurun waktu tersebut adalah

68 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN sebesar 4,85 persen, sedangkan rata-rata pertumbuhan besaran PDB non-ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan setiap tahun selama kurun waktu tersebut mencapai 4,98 persen. Perkembangan PDB Ekonomi Kreatif dan non-ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. PDB Ekonomi Kreatif dan non-ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan tahun , ,40 Tahun , , , , Sumber: Badan Pusat Statistik Pada periode yangs sama, subsektor desain komunikasi visual memiliki pertumbuhan NTB atas dasar harga konstan tertinggi dari tahun 2014 ke 2016 yaitu sebesar 20,18 persen, disusul kemudian oleh subsektor televisi dan radio dengan tingkat pertumbuhan sebesar 19,59 persen. Sementara itu, subsektor kriya tumbuh paling lambat, yaitu sebesar 6,92 persen dari tahun 2014 hingga tahun Pada periode waktu , subsektor kriya, fesyen, penerbitan, dan kuliner tumbuh lebih lambat dibanding pertumbuhan sektor Ekonomi Kreatif secara keseluruhan Struktur Ekonomi Kreatif Tahun PDB Ekonomi Kreatif menurut subsektor atas dasar harga berlaku memperlihatkan struktur perekonomian berdasarkan subsektor Ekonomi Kreatif. Pada tahun 2016 subsektor kuliner memiliki nilai terbesar di antara subsektor lainnya yaitu mencapai ,7 miliar rupiah, disusul kemudian oleh subsektor fesyen dan subsektor kriya dengan nilai NTB atas dasar harga berlaku sebesar ,3 dan ,8 miliar rupiah masing-masing. Sementara itu, subsektor

69 56 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN desain komunikasi visual memiliki nilai NTB atas dasar harga berlaku tahun 2016 terkecil yaitu 579,3 miliar rupiah. Gambar 7. PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga berlaku menurut subsektor tahun 2016 Subsektor Kuliner Fesyen Kriya Televisi dan Radio Penerbitan Arsitektur Aplikasi dan Game Developer Periklanan Musik Fotografi Seni Pertunjukan Desain Produk Seni Rupa Film, Animasi dan Video Desain Interior Desain Komunikasi Visual Miliar Rp Sumber: Badan Pusat Statistik Pada PDB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2016, subsektor kuliner, fesyen, dan kriya memiliki nilai terbesar dengan nilai masing-masing sebesar ,6; ,3; dan ,3 miliar rupiah. Sedangkan subsektor dengan nilai PDB atas dasar harga konstan terkecil adalah subsektor desain komunikasi visual dengan nilai PDB atas dasar harga konstan tahun 2016 sebesar 437,1 miliar rupiah.

70 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Gambar 8. PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga konstan menurut subsektor tahun 2016 Subsektor Kuliner Fesyen Kriya Televisi dan Radio Penerbitan Arsitektur Aplikasi dan Game Developer Periklanan Fotografi Musik Seni Pertunjukan Desain Produk Seni Rupa Desain Interior Film, Animasi dan Video Desain Komunikasi Visual Miliar Rp Sumber: Badan Pusat Statistik PDB Ekonomi Kreatif berkontribusi sebesar 7,39 hingga 7,44 persen terhadap perekonomian Indonesia selama kurun waktu dengan rata-rata kontribusi sektor Ekonomi Kreatif terhadap perekonomian nasional adalah sebesar 7,42 persen. Kontribusi sektor Ekonomi Kreatif tahun 2016 meningkat ke angka 7,44 persen. Nilai ini naik tipis jika dibandingkan kontribusi sektor Ekonomi Kreatif pada tahun 2014 yaitu sebesar 7,43 persen. Gambar 9. Struktur Perekonomian Indonesia Tahun ,43% 7,39% 7,44% 92,57% 92,61% 92,56% Sumber: Badan Pusat Statistik Selama tahun 2014 hingga 2016, terdapat tiga subsektor yang mendominasi pembentukan PDB Ekonomi Kreatif, yaitu subsektor kuliner; fesyen; dan kriya. Pada tahun 2014, ketiga subsektor ini

71 58 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN menyumbang 76,06 persen dari total PDB Ekonomi Kreatif. Pada tahun 2015 kontribusi ketiga subsektor turun menjadi 75,54 persen dan pada tahun 2016 kontribusi ketiganya terhadap pembentukan PDB Ekonomi Kreatif ini kembali turun menjadi 74,81 persen. Kontribusi ketiga belas subsektor lainnya, kecuali subsektor seni rupa konsisten meningkat setiap tahunnya. Kontribusi subsektor televisi dan radio meningkat paling tinggi dibandingkan subsektor lainnya. Kontribusi subsektor televisi dan radio yang semula pada tahun 2014 berkontribusi sebesar 7,56 persen menjadi 8,27 persen pada tahun Sebaliknya. Kontribusi subsektor kuliner semakin menurun setiap tahunnya. Kontribusi subsektor kuliner turun dari 42,56 persen pada tahun 2014 menjadi 41,40 persen pada tahun Gambar 10. Distribusi PDB Ekonomi Kreatif menurut subsektor Ekonomi Kreatif tahun ,40% Kriya Kuliner Fesyen 18,01% Sumber: Badan Pusat Statistik 41,40% Pada tahun 2016, subsektor kuliner menyumbang nilai sebesar ,7 miliar rupiah atau 41,40 persen terhadap PDB Ekonomi Kreatif. Subsektor fesyen dan subsektor kriya masing-masing menghasilkan nilai tambah sebesar ,3 dan ,8 miliar rupiah atau menyumbang 18,01

72 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN dan 15,40 persen terhadap pembentukan PDB Ekonomi Kreatif. Sementara itu, tiga subsektor yang memberikan kontribusi terendah terhadap pembentukan PDB Ekonomi Kreatif adalah subsektor film, animasi, dan video; desain interior; dan desain komunikasi visual yang masing-masing menyumbang 0,17; 0,16; dan 0,06 persen naik tipis dibandingkan tahun 2014 (ketiga subsektor ini masing-masing menyumbangkan 0,15;0,15; dan 0,06 persen terhadap PDB Ekonomi Kreatif) Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Tahun Untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi sektor Ekonomi Kreatif, biasanya diukur dengan pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan yang digambarkan benar-benar merupakan pertumbuhan volume barang dan jasa yang diproduksi, di luar pengaruh perubahan harga. Selama tahun rata-rata pertumbuhan ekonomi sektor Ekonomi Kreatif adalah sebesar 4,85 persen. Rata-rata pertumbuhan tersebut lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan PDB nasional dan PDB non Ekonomi Kreatif yang masingmasing tumbuh rata-rata sebesar 4,97 dan 4,98 persen. Pada tahun 2014, pertumbuhan Ekonomi Kreatif mencapai 5,19 persen. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional dan pertumbuhan ekonomi non Ekonomi Kreatif yang hanya mencapai 5,01 persen dan 4,99 persen. Namun, pada tahun 2015 pertumbuhan Ekonomi Kreatif melambat hingga 0,78 persen menjadi 4,41 persen. Pertumbuhan ekonomi nasional dan non-ekonomi Kreatif juga mengalami perlambatan, tetapi tidak sedalam perlambatan yang dialami oleh sektor Ekonomi Kreatif. Pertumbuhan PDB nasional melambat ke angka 4,88 persen, sedangkan pertumbuhan sektor non Ekonomi Kreatif melambat menjadi 4,92 persen. Pada tahun 2016, pertumbuhan Ekonomi Kreatif kembali meningkat ke level 4,95 persen. Meskipun demikian tingkat percepatan masih lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi nasional dan sektor non Ekonomi Kreatif yang tumbuh 5,02 dan 5,02 persen pada tahun 2016.

73 60 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Gambar 11. Pertumbuhan PDB Nasional, PDB Ekonomi Kreatif, dan PDB non-ekonomi Kreatif tahun ,40 5,20 5,00 5,01 5,19 4,99 4,88 4,92 5,02 4,95 5,02 Persen 4,80 4,60 4,40 4,41 4,20 4, Tahun PDB Nasional PDB Ekonomi Kreatif PDB Non-Ekonomi Kreatif Sumber: Badan Pusat Statistik Pada tahun 2014 pertumbuhan tertinggi dialami oleh subsektor televisi dan radio dengan tingkat pertumbuhan 11,58 persen, disusul oleh subsektor periklanan dan subsektor desain komunikasi visual dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 9,74 dan 9,06 persen. Sementara itu, subsektor desain produk dan subsektor seni rupa hanya tumbuh sebesar 2,85 dan 1,98 persen. Pada tahun 2015, subsektor desain komunikasi visual tumbuh paling cepat di antara subsektor lainnya, yaitu sebesar 10,28 persen. Pertumbuhan subsektor televsi dan radio melambat dibanding tahun 2014, namun lebih tinggi dibandingkan empat belas subsektor yang lain, yaitu sebesar 8,39 persen. Subsektor seni rupa mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan hingga menyentuh angka 6,24 persen, sedangkan subsektor desain produk tumbuh melambat yaitu sebesar 2,03 persen. Pada tahun 2016 pertumbuhan subsektor televisi dan radio paling tinggi di antara subsektor yang lain yaitu 10,33 persen. Tingginya pertumbuhan belanja iklan dan televisi, yang merupakan pendapatan utama televisi dan radio turut mendorong pertumbuhan subsektor tersebut. Subsektor desain produk mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2015, yaitu sebesar 7,67 persen. Subsektor film, animasi, dan video dan juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, pertumbuhannya mencapai 10,09 persen. Pertumbuhan subsektor film, animasi, dan video didukung oleh banyaknya film-film lokal yang sukses di pasaran selama tahun Sementara itu subsektor arsitektur; desain interior; kriya; penerbitan; dan seni rupa mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahun 2016.

74 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Gambar 12. Laju pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif menurut subsektor Ekonomi Kreatif tahun ,44 10,10 8 6,53 7,35 7,44 7,64 7,70 5,67 5,92 6, ,18 3,49 4,70 3,63 4,18 4, Arsitektur Desain Interior Desain Desain Produk Film, Animasi Komunikasi dan Video Visual Fotografi Kriya Kuliner Musik Fesyen Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan Televisi dan Radio Seni Pertunjukan Seni Rupa Rata-Rata Sumber: Badan Pusat Statistik Pada periode tahun , subsektor televisi dan radio memiliki pertumbuhan rata-rata tertinggi yaitu 10,10 persen. Subsektor desain komunikasi visual juga memiliki pertumbuhan rata-rata yang cukup tinggi yaitu 9,44 persen. Subsektor seni pertunjukkan menempati posisi ketiga pertumbuhan rata-rata tertinggi yaitu sebesar 7,70 persen Sumber Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Tahun Masing-masing subsektor Ekonomi Kreatif berperan terhadap penciptaan laju pertumbuhan Ekonomi Kreatif. Peranan subsektor Ekonomi Kreatif tersebut dapat terlihat dari seberapa besar sumbangannya terhadap penciptaan pertumbuhan Ekonomi Kreatif. Selama tahun , subsektor kuliner; televisi dan radio; fesyen; dan kriya menjadi sumber pertumbuhan utama sektor Ekonomi Kreatif. Pada tahun 2014, subsektor kuliner menyumbang 2,16 persen dari pertumbuhan sektor Ekonomi Kreatif yang sebesar 5,19 persen. Subsektor televisi dan radio; fesyen; dan kriya masing-masing menyumbang 0,90; 0,75; dan 0,56 persen. Pada tahun 2016, dengan pertumbuhan sektor

75 62 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Ekonomi Kreatif sebesar 4,95 persen, subsektor kuliner menyumbang 2,16 persen, sedangkan subsektor televisi dan radio; fesyen; dan kriya menyumbangkan 0,88; 0,72, dan 0,34 persen. Sementara itu, subsektor desain interior; desain komunikasi visual; film, animasi, dan video; dan seni rupa masing-masing berkontribusi terhadap pertumbuhan sebesar 0,01 persen. Gambar 13. Sumber pertumbuhan Ekonomi Kreatif menurut subsektor Ekonomi Kreatif tahun ,16 0,88 0,72 kuliner televisi dan radio ,71 0,69 0,50 fesyen kriya penerbitan ,16 0,90 0,75 10 subsektor lainnya Persen Sumber: Badan Pusat Statistik

76 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik [BPS]. (2013). Sistem Neraca Nasional Jakarta: BPS Bank Indonesia. (2017). Laporan Perekonomian Indonesia Newbegin, John. What is the creative economy?, diakses dari creativeconomy.britishcouncil.org/guide/what-creativeeconomy/, pada tanggal 16 November 2017 pukul United Nations Development Programme [UNDP]. (2013). Creative Economy Report 2013 Special Edition. New York: UNDP

77 64 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN

78 BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) LAMPIRAN BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BUKU 2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id

79

80 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Lampiran 1. Klasifikasi Ekonomi Kreatif dan Cakupan Subsektor Ekonomi Kreatif menurut KBLI 2015 Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015 (1) (2) (3) (4) 01 ARSITEKTUR Aktivitas Arsitektur 02 DESAIN INTERIOR 03 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL 04 DESAIN PRODUK Aktivitas Keinsinyuran dan Konsultasi Teknis YBDI Aktivitas Perancangan Khusus Pendidikan teknik swasta Aktivitas Perancangan Khusus Pendidikan teknik swasta Aktivitas Perancangan Khusus Aktivitas Pengepakan 05 FILM, ANIMASI, VIDEO 06 FOTOGRAFI Pendidikan teknik swasta Reproduksi Media Rekaman Film dan Video Aktivitas Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta Aktivitas Pasca Produksi Film, Video, dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Pasca Produksi Film, Video, dan Program Televisi oleh Swasta Aktivitas Distribusi Film, Video, dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Distribusi Film, Video, dan Program Televisi oleh Swasta Aktivitas Pemutaran Film Pendidikan lainnya swasta Aktivitas Fotografi Pendidikan kebudayaan Aktivitas Operasional Fasilitas Seni

81 68 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015 (1) (2) (3) (4) Aktivitas Hiburan, Seni, dan Kreativitas Lainnya Museum yang dikelola Pemerintah Museum yang dikelola Swasta 07 KRIYA Industri Kain Tenun Ikat Industri Bulu Tiruan Tenunan Industri Batik Industri Kain Rajutan Industri Kain Sulaman/Bordir Industri Bulu Tiruan Rajutan Industri Barang Jadi Tekstil untuk Keperluan Rumah Tangga Industri Barang Jadi Tekstil Sulaman Industri Bantal dan Sejenisnya Industri Barang Jadi Rajutan dan Sulaman Industri Karpet dan Permadani Industri Barang dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Lainnya Industri Barang Anyaman dari Rotan dan Bambu Industri Barang Anyaman dari Tanaman Bukan Rotan dan Bambu Industri Kerajinan Ukiran dari Kayu Bukan Mebeller Industri Alat Dapur dari Kayu, Rotan, dan Bambu Industri Barang dari Kayu, Rotan, Gabus Lainnya YTDL Industri Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton Industri Barang dari Kertas dan Papan Kertas Lainnya YTDL Industri Perlengkapan dan Peralatan Rumah Tangga dari Kaca

82 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015 (1) (2) (3) (4) Industri Kemasan dari Kaca Industri Barang Lainnya dari Kaca Industri Bahan Bangunan Dari Tanah Liat/Keramik Bukan Batu Bata dan Genteng Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Porselen Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Tanah Liat/ Keramik Industri Barang dari Semen Industri Barang dari Semen, Kapur, Gips dan Asbes Lainnya Industri Barang dari Marmer dan Granit untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan Industri Barang dari Batu untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan Jasa Industri Untuk Berbagai Pengerjaan Khusus Logam dan Barang dari Logam Industri Peralatan Dapur dan Peralatan Meja dari Logam Industri Lampu dari Logam Industri Barang Logam Lainnya YTDL Industri Furnitur dari Kayu Industri Furnitur dari Rotan dan atau Bambu Industri Furnitur dari Plastik Industri Furnitur dari Logam Industri Furnitur Lainnya Industri Permata Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulia untuk Keperluan Pribaadi Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulian Bukan Untuk Keperluan Pribadi Industri Perhiasan Mutiara Industri Barang Lainnya dari Logam Mulia

83 70 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015 (1) (2) (3) (4) Industri Perhiasan Imitasi dan Barang Sejenis Industri Alat Musik Tradisional Industri Alat Musik Bukan Tradisional Industri Alat Permainan Industri Mainan Anak-Anak Industri Kerajinan YTDL Industri Pengolahan Lainnya YTDL Perdagangan Besar Tekstil Perdagangan Besar Barang Lainnya Dari Tekstil Perdagangan Besar Tekstil, Pakaian dan Alas Kaki Lainnya Perdagangan Besar Alat Musik Perdagangan Besar Perhiasan dan Jam Perdagangan Eceran Tekstil Perdagangan Eceran Perlengkapan Rumah Tangga Dari Tekstil Perdagangan Eceran Barang Perhiasan Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Barang Kerajinan Perdagangan Eceran Khusus Karpet, Permadani dan Penutup Dinding dan Lantai di Toko Perdagangan Eceran Furnitur Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Batu atau Tanah Liat Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Kayu, Bambu atau Rotan Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur bukan dari Plastik, Batu, Tanah Liat, Kayu, Bambu atau Rotan Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari keramik

84 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015 (1) (2) (3) (4) Perdagangan Besar Alat Permainan dan Mainan Anakanak Perdagangan Besar peralatan dan perlengkapan rumah tangga Perdagangan Besar berbagai barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya Industri Alat Permainan 08 KULINER Industri Produk Roti dan Kue Industri Makanan dari Cokelat dan Kembang Gula Industri Manisan Buah-Buahan dan Sayuran Kering Industri Kembang Gula Lainnya Industri makanan dan masakan olahan Industri Kue Basah Industri Makanan dari Kedele dan Kacang-Kacangan Lainnya Bukan Kecap, Tempe dan Tahu Industri Produk Makanan Lainnya Perdagangan Besar Daging Sapi Dan Daging Sapi Olahan Perdagangan Besar Daging Ayam Dan Daging Ayam Olahan Perdagangan Besar Hasil Olahan Perikanan Perdagangan Besar Gula, Coklat, dan Kembang Gula Perdagangan Besar Produk Roti Perdagangan Besar Makanan dan Minuman Lainnya Perdagangan Eceran Roti, Kue Kering, Serta Kue Basah Dan Sejenisnya Perdagangan Eceran Daging dan Ikan Olahan Perdagangan Eceran Makanan Lainnya Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Roti, Kue Kering, Kue Basah Dan Sejenisnya Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Daging Olahan Dan Ikan Olahan

85 72 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015 (1) (2) (3) (4) Restoran Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Komoditi Makanan Dan Minuman Ytdl Warung Makan Kedai Makanan Penyediaan Makanan Keliling/Tempat Tidak Tetap Jasa Boga untuk Suatu Event Tertentu (Event Catering) Penyediaan Makanan Lainnya Bar Rumah Minum/Kafe Kedai Minuman Rumah/Kedai Obat Tradisional 09 MUSIK Penyediaan Minuman Keliling/Tempat Tidak Tetap Reproduksi Media Rekaman Suara dan Piranti Lunak Aktivitas Perekaman Suara Aktivitas Penerbitan Musik dan Buku Musik Aktivitas penyewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi alat musik Jasa Reservasi Lainnya YBDI YTDL Pendidikan Kebudayaan Aktivitas Pekerja Seni 10 FESYEN Perdagangan Besar Piranti Lunak Perdagangan Eceran Khusus Rekaman Musik dan Video di Toko Industri Pakaian Jadi (Konveksi) Dari Tekstil Industri Pakaian Jadi (Konveksi) Dari Kulit Penjahitan Dan Pembuatan Pakaian Sesuai Pesanan

86 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015 (1) (2) (3) (4) Industri Perlengkapan Pakaian dari Tekstil Industri Perlengkapan Pakaian dari Kulit Industri Pakaian Jadi dan Barang dari Kulit Berbulu Industri Pakaian Jadi Rajutan Industri Pakaian Jadi Sulaman/Bordir Industri Rajutan Kaos Kaki dan Sejenisnya Industri Barang Dari Kulit Dan Kulit Buatan Untuk Keperluan Pribadi Industri Alas Kaki Untuk Keperluan Sehari-hari Industri Sepatu Olahraga Industri Alas Kaki Lainnya Perdagangan Besar Pakaian Perdagangan Besar Alas Kaki Perdagangan Eceran Pakaian Perdagangan Eceran Sepatu, Sandal dan Alas Kaki Lainnya Pendidikan Kerajinan dan Industri 11 APLIKASI DAN GAME DEVELOPER Pendidikan lainnya swasta Penerbitan Piranti Lunak (Software) Aktivitas Pengembangan Video Game Aktivitas Pengembangan Aplikasi Perdagangan Melalui Internet (E-Commerce) Aktivitas Pemrograman Komputer Lainnya Aktivitas Konsultasi Keamanan Informasi Kegiatan Konsultasi Komputer dan Manajemen Fasilitas Komputer Lainnya Kegiatan Teknologi Informasi dan Jasa Komputer Lainnya

87 74 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015 (1) (2) (3) (4) Kegiatan Pengolahan Data Portal Web Kegiatan Penyimpanan Data di Server (Hosting) dan Kegiatan Ybdi 12 PENERBITAN Aktivitas konsultasi transportasi Aktivitas konsultasi investasi dan perdagangan berjangka Aktivitas Pekerja Seni Industri Percetakan Umum Industri Percetakan Khusus Kegiatan Jasa Penunjang Pencetakan Perdagangan Besar Barang Percetakan dan Penerbitan Dalam Berbagai Bentuk Perdagangan Eceran Hasil Pencetakan dan Penerbitan Penerbitan Buku Penerbitan Direktori dan Mailing List Penerbitan Surat Kabar, Jurnal dan Buletin atau Majalah Aktivitas Penerbitan Lainnya Penerbitan Piranti Lunak (software) Aktivitas Penerbitan Musik dan Buku Musik Aktivitas Kantor Berita oleh Pemerintah Aktivitas kantor Berita oleh Swasta Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial 13 PERIKLANAN Penelitian dan Pengembangan Linguistik dan Sastra Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Lainnya Jurnalis Berita Independen Periklanan

88 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015 (1) (2) (3) (4) Aktivitas kehumasan Aktivitas konsultasi manajemen lainnya Penelitian pasar Jajak pendapat masyarakat 14 TELEVISI DAN RADIO Penyiaran Radio Oleh Pemerintah Penyiaran Radio Oleh Swasta 15 SENI PERTUNJUKAN Aktivitas Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh Swasta Aktivitas telekomunikasi khusus untuk penyiaran Penyelenggara Pertemuan, Perjalan Intensif, Koferensi dan Pameran Event Organizer Pendidikan Kebudayaan Pendidikan lainnya swasta Aktivitas Seni pertunjukan Aktivitas Pekerja Seni Aktivitas Penunjang Hiburan Jasa Impresariat Bidang Seni Aktivitas operasional fasilitas seni Aktivitas Hiburan, Seni, dan Kreativitas Lainnya Perdagangan Eceran Lukisan Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dan Lukisan lainnya Perdagangan Eceran Barang Antik Perdagangan Eceran kaki lima dan los pasar lukisan Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar Barang Antik

89 76 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI 2015 (1) (2) (3) (4) Penelitian dan Pengembangan Seni Pendidikan Kebudayaan 16 SENI RUPA Museum yang dikelola Pemerintah Museum yang dikelola Swasta Aktivitas Pekerja Seni Peninggalan Sejarah Yang Dikelola Pemerintah Peninggalan Sejarah Yang Dikelola Swasta Pendidikan Lainnya Swasta Aktivitas Konsultasi Manajemen Lainnya Aktivitas Kehumasan Aktivitas Konsultasi Investasi dan Perdagangan Berjangka

90 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Lampiran 2. Definisi dan Cakupan Ekonomi Kreatif 1. Arsitektur Arsitektur adalah wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah lingkungan binaan dan ruang, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia sehingga dapat menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang. 2. Desain Interior Desain interior adalah kegiatan yang memecahkan masalah fungsi dan kualitas interior; menyediakan layanan terkait ruang interior untuk meningkatkan kualitas hidup; dan memenuhi aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan publik. 3. Desain Komunikasi Visual Desain komunikasi visual adalah seni menyampaikan pesan (arts of commmunication) dengan menggunakan bahasa rupa (visual language) yang disampaikan melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Sedang bahasa rupa yang dipakai berbentuk grafis, tanda, simbol, ilustrasi gambar/foto, tipografi/ huruf dan sebagainya. 4. Desain Produk Desain produk merupakan salah satu unsur memajukan industri agar hasil industri produk tersebut dapat diterima oleh masyarakat, karena produk yang mereka dapatkan mempunyai kualitas baik, harga terjangkau, desain yang menarik, mendapatkan jaminan dan sebagainya. Industrial Design Society of America (IDSA) mendefinisikan desain produk sebagai layanan profesional yang menciptakan dan mengembangkan konsep dan spesifikasi yang mengoptimalkan fungsi, nilai, dan penampilan suatu produk dan sistem untuk keuntungan pengguna maupun pabrik. 5. Film, Animasi, dan Video Film Karya seni gambar bergerak yang memuat berbagai ide atau gagasan dalam bentuk audio visual, serta dalam proses pembuatannya menggunakan kaidah-kaidah sinematografi. Animasi Tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa.

91 78 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Video Sebuah aktivitas kreatif, berupa eksplorasi dan inovasi dalam cara merekam (capture) atau membuat gambar bergerak, yang ditampilkan melalui media presentasi, yang mampu memberikan karya gambar bergerak alternatif yang berdaya saing, dan memberikan nilai tambah budaya, sosial, dan ekonomi. 6. Fotografi Fotografi merupakan sebuah industri yang mendorong penggunaan kreativitas individu dalam memproduksi citra dari suatu objek foto dengan menggunakan perangkat fotografi, termasuk di dalamnya media perekam cahaya, media penyimpan berkas, serta media yang menampilkan informasi untuk menciptakan kesejahteraan dan juga kesempatan kerja. 7. Kriya Kriya merupakan bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga tematik produknya. 8. Kuliner Kuliner adalah kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen. 9. Musik Musik adalah segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik. 10. Fesyen Fesyen adalah suatu gaya hidup dalam berpenampilan yang mencerminkan identitas diri atau kelompok. 11. Aplikasi dan Game developer Aplikasi dan Game developer adalah suatu media atau aktivitas yang memungkinkan tindakan bermain berumpan balik dan memiliki karakteristik setidaknya berupa tujuan (objective) dan aturan (rules).

92 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Penerbitan Penerbitan adalah suatu usaha atau kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media elektronik, ataupun media daring untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi. 13. Periklanan Periklanan adalah bentuk komunikasi melalui media tentang produk dan/atau merek kepada khalayak sasarannya agar memberikan tanggapan sesuai tujuan pemrakarsa. 14. Televisi dan Radio Televisi Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Radio Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. 15. Seni Pertunjukan Seni pertunjukkan merupakan cabang kesenian yang melibatkan perancang, pekerja teknis dan penampil (performers), yang mengolah, mewujudkan dan menyampaikan suatu gagasan kepada penonton (audiences); baik dalam bentuk lisan, musik, tata rupa, ekspresi dan gerakan tubuh, atau tarian; yang terjadi secara langsung (live) di dalam ruang dan waktu yang sama, di sini dan kini (hic et nunc). 16. Seni Rupa Seni rupa adalah penciptaan karya dan saling berbagi pengetahuan yang merupakan manifestasi intelektual dan keahlian kreatif, yang mendorong terjadinya perkembangan budaya dan perkembangan industri dengan nilai ekonomi untuk keberlanjutan ekosistemnya.

93 80 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Lampiran 3. Laju pertumbuhan PDB Indonesia tahun menurut lapangan usaha (%) Kategori Uraian * 2016** (1) (2) (3) (4) (4) Pertanian, Kehutanan, dan A 4,24 3,77 3,25 Perikanan B Pertambangan dan Penggalian 0,43 (3,42) 1,06 C Industri Pengolahan 4,64 4,33 4,29 D Pengadaan Listrik dan Gas 5,90 0,90 5,39 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5,24 7,07 3,60 F Konstruksi 6,97 6,36 5,22 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5,18 2,59 3,93 H Transportasi dan Pergudangan 7,36 6,68 7,74 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,77 4,31 4,94 J Informasi dan Komunikasi 10,12 9,69 8,87 K Jasa Keuangan dan Asuransi 4,68 8,59 8,90 L Real Estate 5,00 4,11 4,30 M,N Jasa Perusahaan 9,81 7,69 7,36 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,38 4,63 3,19 P Jasa Pendidikan 5,47 7,33 3,84 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,96 6,68 5,00 R,S,T,U Jasa lainnya 8,93 8,08 7,80 Nilai Tambah Bruto atas Harga Dasar 5,00 4,18 4,55 Pajak dikurangi Subsidi atas Produk 5,08 32,24 19,31 Produk Domestik Bruto 5,01 4,88 5,02

94 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Lampiran 4. Laju pertumbuhan PDB Indonesia tahun menurut pengeluaran (%) No Uraian * 2016** (1) (2) (3) (4) (4) Pengeluaran Konsumsi 1 5,15 4,96 5,01 Rumahtangga 2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 12,19 (0,62) 6,62 3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,16 5,32 (0,15) 4 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 4,45 5,01 4,48 5 Perubahan Inventori 31,44 (31,01) 23,70 6 Net Ekspor Barang dan Jasa (24,27) 138,11 5,10 7 Diskrepansi Statistik 41,24 (29,47) 62,83 8 Produk Domestik Bruto 5,01 4,88 5,02

95 82 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Lampiran 5. PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga berlaku tahun menurut subsektor (miliar rupiah) Subsektor Uraian * 2016** (1) (2) (4) (6) (7) 01 Arsitektur , , ,0 02 Desain Interior 1.195, , ,7 03 Desain Komunikasi Visual 437,0 512,7 579,3 04 Desain Produk 1.897, , ,9 05 Film, Animasi dan Video 1.191, , ,2 06 Fotografi 3.403, , ,3 07 Kriya , , ,8 08 Kuliner , , ,7 09 Musik 3.479, , ,4 10 Fesyen , , ,3 11 Aplikasi dan Game Developer , , ,8 12 Penerbitan , , ,2 13 Periklanan 5.999, , ,7 14 Televisi dan Radio , , ,8 15 Seni Pertunjukan 1.968, , ,9 16 Seni Rupa 1.706, , ,0 PDB Ekonomi Kreatif Atas Harga Dasar , , ,0 Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif , , ,3 PDB Ekonomi Kreatif , , ,3 PDB Non-Ekonomi Kreatif , , ,4 PDB Nasional , , ,8

96 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Lampiran 6. PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga konstan tahun menurut subsektor (miliar rupiah) Subsektor Uraian * 2016** (1) (2) (4) (6) (7) 01 Arsitektur , , ,5 02 Desain Interior 1.040, , ,2 03 Desain Komunikasi Visual 363,7 401,1 437,1 04 Desain Produk 1.654, , ,2 05 Film, Animasi dan Video 948, , ,2 06 Fotografi 2.804, , ,8 07 Kriya , , ,3 08 Kuliner , , ,6 09 Musik 2.739, , ,7 10 Fesyen , , ,3 11 Aplikasi dan Game Developer , , ,0 12 Penerbitan , , ,8 13 Periklanan 4.980, , ,3 14 Televisi dan Radio , , ,5 15 Seni Pertunjukan 1.644, , ,0 16 Seni Rupa 1.406, , ,9 PDB Ekonomi Kreatif Atas Harga Dasar , , ,4 Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif , , ,3 PDB Ekonomi Kreatif , , ,7 PDB Non-Ekonomi Kreatif , , ,7 PDB Nasional , , ,4

97 84 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Lampiran 7. Distribusi PDB Ekonomi Kreatif Indonesia tahun menurut subsektor (%) Subsektor Uraian * 2016** (1) (2) (3) (4) (4) 01 Arsitektur 2,18 2,29 2,34 02 Desain Interior 0,15 0,16 0,16 03 Desain Komunikasi Visual 0,06 0,06 0,06 04 Desain Produk 0,24 0,24 0,25 05 Film, Animasi dan Video 0,15 0,16 0,17 06 Fotografi 0,43 0,45 0,46 07 Kriya 15,38 15,70 15,40 08 Kuliner 42,56 41,70 41,40 09 Musik 0,44 0,47 0,48 10 Fesyen 18,12 18,14 18,01 11 Aplikasi dan Game developer 1,76 1,77 1,86 12 Penerbitan 6,22 6,29 6,32 13 Periklanan 0,76 0,79 0,81 14 Televisi dan Radio 7,56 7,77 8,27 15 Seni Pertunjukan 0,25 0,26 0,27 16 Seni Rupa 0,22 0,23 0,22 PDB Ekonomi Kreatif Atas Harga Dasar 96,48 96,48 96,49 Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif 3,52 3,52 3,51 PDB Ekonomi Kreatif 100,00 100,00 100,00

98 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Lampiran 8. Distribusi PDB Ekonomi Kreatif Indonesia tahun terhadap PDB Nasional (%) Subsektor Uraian * 2016** (1) (2) (3) (4) (4) 01 Arsitektur 0,16 0,17 0,17 02 Desain Interior 0,01 0,01 0,01 03 Desain Komunikasi Visual 0,00 0,00 0,00 04 Desain Produk 0,02 0,02 0,02 05 Film, Animasi dan Video 0,01 0,01 0,01 06 Fotografi 0,03 0,03 0,03 07 Kriya 1,14 1,16 1,15 08 Kuliner 3,16 3,08 3,08 09 Musik 0,03 0,03 0,04 10 Fesyen 1,35 1,34 1,34 11 Aplikasi dan Game developer 0,13 0,13 0,14 12 Penerbitan 0,46 0,46 0,47 13 Periklanan 0,06 0,06 0,06 14 Televisi dan Radio 0,56 0,57 0,62 15 Seni Pertunjukan 0,02 0,02 0,02 16 Seni Rupa 0,02 0,02 0,02 PDB Ekonomi Kreatif Atas Harga Dasar 7,16 7,13 7,17 Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif 0,26 0,26 0,26 PDB Ekonomi Kreatif 7,43 7,39 7,44 PDB Non-Ekonomi Kreatif 92,57 92,61 92,56 PDB Nasional 100,00 100,00 100,00

99 86 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Lampiran 9. Laju Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga berlaku tahun menurut subsektor (%) Subsektor Uraian * 2016** (1) (2) (3) (4) (4) 01 Arsitektur 14,94 14,50 10,26 02 Desain Interior 11,45 13,31 9,56 03 Desain Komunikasi Visual 14,04 17,32 12,99 04 Desain Produk 8,11 5,98 13,44 05 Film, Animasi dan Video 13,31 13,70 16,50 06 Fotografi 9,38 13,07 10,60 07 Kriya 11,04 10,87 6,13 08 Kuliner 9,69 6,44 7,45 09 Musik 14,58 14,88 10,72 10 Fesyen 11,34 8,77 7,42 11 Aplikasi dan Game developer 12,23 9,58 13,35 12 Penerbitan 10,46 9,88 8,78 13 Periklanan 14,72 12,95 10,91 14 Televisi dan Radio 14,06 11,68 15,12 15 Seni Pertunjukan 13,75 11,92 12,98 16 Seni Rupa 6,44 12,44 7,31 PDB Ekonomi Kreatif Atas Harga Dasar 10,82 8,63 8,22 Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif 10,63 8,49 8,08 PDB Ekonomi Kreatif 10,82 8,62 8,21 PDB Non-Ekonomi Kreatif 10,71 9,14 7,54 PDB Nasional 10,72 9,10 7,59

100 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Lampiran 10. Laju Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga konstan tahun menurut subsektor (%) Subsektor Uraian * 2016** (1) (2) (3) (4) (4) 01 Arsitektur 6,91 6,62 6,05 02 Desain Interior 5,00 6,09 5,92 03 Desain Komunikasi Visual 9,06 10,28 8,98 04 Desain Produk 2,85 2,03 7,67 05 Film, Animasi dan Video 5,31 6,67 10,09 06 Fotografi 4,61 6,26 6,89 07 Kriya 3,65 4,54 2,27 08 Kuliner 5,04 4,00 5,06 09 Musik 7,47 7,25 7,59 10 Fesyen 4,08 2,78 4,05 11 Aplikasi dan Game developer 6,01 5,04 8,06 12 Penerbitan 4,05 4,88 3,60 13 Periklanan 9,74 6,12 7,07 14 Televisi dan Radio 11,58 8,39 10,33 15 Seni Pertunjukan 7,55 6,03 9,54 16 Seni Rupa 1,98 6,24 4,50 PDB Ekonomi Kreatif Atas Harga Dasar 5,20 4,41 4,95 Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif 5,01 4,28 4,82 PDB Ekonomi Kreatif 5,19 4,41 4,95 PDB Non-Ekonomi Kreatif 4,99 4,92 5,02 PDB Nasional 5,01 4,88 5,02

101 88 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN Lampiran 11. Laju pertumbuhan Implisit PDB Ekonomi Kreatif Indonesia tahun (%) Subsektor Uraian * 2016** (1) (2) (3) (4) (4) 01 Arsitektur 7,52 7,39 3,97 02 Desain Interior 6,15 6,80 3,43 03 Desain Komunikasi Visual 4,57 6,38 3,68 04 Desain Produk 5,12 3,87 5,36 05 Film, Animasi dan Video 7,60 6,59 5,82 06 Fotografi 4,55 6,41 3,47 07 Kriya 7,13 6,05 3,77 08 Kuliner 4,43 2,34 2,27 09 Musik 6,62 7,11 2,92 10 Fesyen 6,98 5,83 3,24 11 Aplikasi dan Game developer 5,87 4,32 4,90 12 Penerbitan 6,15 4,77 5,01 13 Periklanan 4,54 6,44 3,60 14 Televisi dan Radio 2,23 3,03 4,34 15 Seni Pertunjukan 5,77 5,56 3,15 16 Seni Rupa 4,37 5,84 2,68 PDB Ekonomi Kreatif Atas Harga Dasar 5,35 4,04 3,11 Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif 5,35 4,04 3,11 PDB Ekonomi Kreatif 5,35 4,04 3,11 PDB Non-Ekonomi Kreatif 5,45 4,03 2,40 PDB Nasional 5,44 4,03 2,45

102 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN Lampiran 12. Sumber pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif tahun menurut subsektor (%) Subsektor Uraian * 2016** (1) (2) (3) (4) (4) 01 Arsitektur 0,14 0,14 0,13 02 Desain Interior 0,01 0,01 0,01 03 Desain Komunikasi Visual 0,00 0,01 0,01 04 Desain Produk 0,01 0,01 0,02 05 Film, Animasi dan Video 0,01 0,01 0,01 06 Fotografi 0,02 0,03 0,03 07 Kriya 0,56 0,69 0,34 08 Kuliner 2,16 1,71 2,16 09 Musik 0,03 0,03 0,03 10 Fesyen 0,75 0,50 0,72 11 Aplikasi dan Game developer 0,10 0,09 0,14 12 Penerbitan 0,24 0,28 0,21 13 Periklanan 0,07 0,05 0,05 14 Televisi dan Radio 0,90 0,69 0,88 15 Seni Pertunjukan 0,02 0,02 0,02 16 Seni Rupa 0,00 0,01 0,01 PDB Ekonomi Kreatif Atas Harga Dasar 5,01 4,26 4,78 Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif 0,18 0,15 0,17 PDB Ekonomi Kreatif 5,19 4,41 4,95

103

104

PDRB EKRAF 5 PROVINSI

PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI ISBN: 978-602-438-191-2 No. Publikasi: 07140.1801 No. Katalog: 9302028 Ukuran Buku: 17,6

Lebih terperinci

Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR

Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR i ii Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR Ekonomi kreatif (ekraf) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan

Lebih terperinci

TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014

TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 bpshq@bps.go.id www.bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18

Lebih terperinci

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI MENURUT LAPANGAN USAHA LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman: xiv + 146 halaman Naskah: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Penyunting/Editor:

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 No. 16/2/Th.XXI, Februari 218 BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 Tumbuh,19 Persen Perekonomian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Triwulan IV Tahun 2013 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Triwulan IV Tahun 2013

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara N o. 61/11/Th.IX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Provinsi Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG Triwulan IV 17 Kategori DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG PENJELASAN UMUM Terdapat perubahan tahun dasar dan cakupan lapangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara November 2017 No. 63/11/82/Th.XVI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara Triwulan III-2017 EKONOMI MALUKU UTARA

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan III-2017 No. 63/11/Th.XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan III-2017 EKONOMI DIY TRIWULAN III-

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 No. 70/11/17/XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 Ekonomi Bengkulu

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/2/Th.XIX, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN IV- TUMBUH 5,4 PERSEN TERTINGGI SELAMA TAHUN EKONOMI INDONESIA TAHUN TUMBUH 4,79 PERSEN

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III 2017

Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III 2017 Berita Resmi Statistik Bulan November Provinsi Bali No. 73/11/51/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BALI Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III Ekonomi Bali Triwulan III Tumbuh 6,22 Persen

Lebih terperinci

TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF

TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF 2011-2016 LAPORAN PENYELENGGARAAN PENYUSUNAN DATA STATISTIK DALAM RANGKA BIG DATA EKONOMI KREATIF ISBN: 978-602-438-197-4 No. Publikasi: 04120.1801 No. Katalog: 2301034 Ukuran

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2014 No. 13/02/51/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,72 PERSEN LEBIH CEPAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Release PDRB Tahun dan selanjutnya menggunakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 06/05/62/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 9,49 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan I-2017

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan III 2017 No. 62/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan III-2017 Ekonomi Jawa Barat Triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta November 2017 No.53/11/31/Th.XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Triwulan III-2017 EKONOMI DKI JAKARTA

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 No. 32/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2016 TUMBUH SEBESAR 6,04% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,46% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III-2017 No. 062/11/15/Th.XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III-2017 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 10/02/61/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV- TUMBUH 3,77 PERSEN TERENDAH SELAMA TAHUN EKONOMI KALIMANTAN

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF. Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik

Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF. Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik KATA PENGANTAR Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala karunia-nya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/08/34/Th.XVII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2015 MENGALAMI KONTRAKSI 0,09 PERSEN,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015 No. 34/05/51/Th. IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2015 TUMBUH SEBESAR 6,20% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,53% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Triwulan III-2017 No. 062/11/63/Th. XXI, 6 November 2017 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Triwulan III-2017 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan Kumulatif (C to C) sebesar 5,60 persen Perekonomian Kalimantan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat November 2017 No. 67/11//76/Th.XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan III-2017

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF Dr. Sabartua Tampubolon (sabartua.tampubolon@bekraf.go.id, sabartuatb@gmail.com) Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi Badan Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 36/05/21/Th. XII, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I 2017 (Q TO Q) MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR -2,76 PERSEN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Timur Triwulan III 2017 No. 94/11/64/Th.XX tgl 06 Nov 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Timur Triwulan III 2017 Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 31/05/52/Th XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016 No. 74/11/51/Th. X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN III - 2016 TUMBUH SEBESAR 6,17% (Y-ON-Y) Total perekonomian Bali pada triwulanan III - 2016 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 5/5/Th.XVIII, 5 Mei 5 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-5 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-5 TUMBUH,7 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Indonesia yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN EKONOMI NTT TAHUN TUMBUH 5,04 PERSEN Perekonomian NTT tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 45/08/34/Th.XVIII, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2016 TUMBUH 5,57 PERSEN LEBIH

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 No. 06/02/62/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 TUMBUH 6,36 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Tahun 2016 berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PROFIL USAHA/ PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

PROFIL USAHA/ PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016) PROFIL USAHA/ PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016) PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF ISBN: 978-602-438-196-7 No. Publikasi: 06320.1802 No. Katalog: 9102060 Ukuran

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Papua Triwulan III-2017 No. 62/11/94/Th. X, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA Pertumbuhan Ekonomi Papua Triwulan III-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/08/53/Th.XVIII, 5 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN TUMBUH 4,84 PERSEN Perekonomian NTT semester I tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/05/18/Th.XVII, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 EKONOMI LAMPUNG TUMBUH 5,05 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN I-2015 Perekonomian Lampung triwulan I-2016

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 2 BPS PROVINSI DI YOGYAKARTA No 46/08/34/ThXIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2017 TUMBUH 5,17 PERSEN LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016 No. 77/11/33/Th.X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III- EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III- TUMBUH 5,6 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III-15 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/16/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 4,89 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 06/08/62/Th.XI, 07 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN TUMBUH 6,12 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan II- (y on y)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2016 No. 35/05/71/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2016 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2016 TUMBUH 5,96 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan I 2016 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 11/02/32/Th.XVII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,07 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14 ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,51 x 21,59 cm : xvi + 115 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, BPS Kabupaten Murung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 EKONOMI NTT TAHUN 2015 TUMBUH 5,02 PERSEN Perekonomian NTT tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016 No. 09/02/14/Th. XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,23 PERSEN MEMBAIK DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA (0,22 PERSEN) Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 No. 12/02/82/Th.XVI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 TUMBUH 5,77 PERSEN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN IV- 2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 6,54 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTT No. 07/05/53/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,60 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA No. 10/02/94/Th. X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 TUMBUH 9,21 PERSEN TUMBUH LEBIH CEPAT DIBANDING TAHUN LALU Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 11/02/61/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 4,81 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 5,4 PERSEN MENGUAT SETELAH MENGALAMI PERLAMBATAN SEJAK EMPAT TAHUN SEBELUMNYA No. 13/02/33/Th.IX, 5 Februari 2015 Release

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 65/08/21/Th.X, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,35 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 No. 05/11/Th.IX, 5 Februari 2015 No. 11/02/63/Th.XIX/ 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 TUMBUH 4,85 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 06/11/62/Th.X, 7 November 2016 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2016 TUMBUH 6,02 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 No. 63/11/82/Th.XV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,56 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN III-2015 Perekonomian Maluku

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R No.1015, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Pemasaran Produk Ekonomi Kreatif Nasional. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEMASARAN PRODUK EKONOMI KREATIF NASIONAL

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/02/18 Tahun XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 TUMBUH 5,15 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Lampung

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Statistik Departemen Statistik : Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 93/11/21/Th.XI, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 4,64 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2016 BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 07/01/53/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN EKONOMI NTT TAHUN TUMBUH 5,18 PERSEN Perekonomian NTT yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th.X, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 TUMBUH 7,14 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2014

Lebih terperinci

No. 25/05/31/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 TUMBUH 5,08 PERSEN MENGALAMI KONTRAKSI 0,12 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN IV/2014

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan III

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan III Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan III - No. 77/11/33/Th.XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan III - EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 7/5/Th.XVIII, Mei 16 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 TUMBUH,9 PERSEN Perekonomian Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PERUBAHAN TAHUN DASAR PDB SUT INDONESIA 2010 IMPLEMENTASI SNA 2008 HASIL PENGHITUNGAN TANTANGAN PENYEMPURNAAN PDB PERUBAHAN TAHUN DASAR PDB BERBASIS SNA 2008 PERUBAHAN TAHUN DASAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN IV-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN IV-2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 15/02/21/Th.XII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN IV-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Kepulauan Riau tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 62/11/32 Th.XVIII, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,76 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara Rep

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara Rep No. 44, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Bantuan Pemerintah. Pedoman Umum. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYALURAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 05/11/Th.VIII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. III-2015 TUMBUH 6,96 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017 No 28/05/82/Th XVI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017 EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I- 2017 TUMBUH 7,54 PERSEN Perekonomian Maluku Utara berdasarkan besaran Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN No. 09/02/31/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN Perekonomian Jakarta tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2016 I. No. 10/02/63/Th.XXI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2016 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV TAHUN 2016 TUMBUH 4,38 PERSEN (C TO C) Perekonomian Kalimantan selatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT 10/02/32/Th. XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat tahun yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci