Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya 2013

2 Kata Pengantar Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan pertanggungjawaban kinerja kepada instansi yang lebih tinggi dan kepada masyarakat sebagai pemangku kepentingan tertinggi. LAKIP merupakan dokumen yang sangat penting dalam siklus perencanaan. Keberhasilan dan/atau kegagalan suatu instansi pemerintah ditentukan oleh capaian tingkat kinerja instansi tersebut melalui suatu proses pencapaian tujuan dan sasaran yang diimplementasikan pada sebuah media berupa LAKIP. LAKIP Direktorat Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya ini menyajikan data capaian kinerja yang telah diwujudkan selama tahun 2013, yang mencatat pencapaian sasaran dari pelaksanaan tugas dan fungsi serta kewenangan pengelolaan sumber daya dalam kaitannya dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya tahun Prof. Dr. H.M. Ahman Sya Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Di masa mendatang, Direktorat Jenderal Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya akan melakukan langkah-langkah untuk menyempurnakan dokumen ini secara terus-menerus agar prinsip transparansi dan akuntabilitas yang ingin kita wujudkan bersama dapat tercapai, sehingga pada akhirnya dapat menciptakan good governance di lingkungan Direktorat Jenderal Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Semoga LAKIP Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budayaini dapat memberikan manfaat kepada seluruh jajaran organisasi dalam melakukan berbagai langkah perbaikan yang diperlukan guna meningkatkan kinerja di masa mendatang. Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Prof. Dr. H.M. Ahman Sya i

3 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel dan Gambar... iii Ringkasan Eksekutif... v BAB I Pendahuluan Latar Belakang Kedudukan dan Tugas Pokok Peran dan Fungsi Sistematika Penulisan... 5 BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Rencana Strategis Penetapan / Perjanjian Kinerja Anggaran Ikhtisar Capaian Kinerja Capaian dan Analisis Kinerja BAB IV Akuntabilitas Kinerja Kontribusi Terhadap Perekonomian Dukungan Manajemen Ditjen EKSB BAB V Penutup ii

4 Daftar Tabel dan Gambar TABEL I.1 RINGKASAN CAPAIAN KINERJA TAHUN VI TABEL I.2 PAGU DAN REALISASI ANGGARAN TAHUN VIII TABEL II.1 SASARAN STRATEGIS, INDIKATOR, DAN TARGET KINERJA TAHUN TABEL II.2 ANGGARAN TAHUN 2013 PER KEGIATAN TABEL III.1 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN KINERJA TAHUN TABEL III.2 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN KONTRIBUSI PDB EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI BUDAYA TAHUN KONTRIBUSI PDB EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI BUDAYA TABEL III.3 DISTRIBUSI NTB INDUSTRI KREATIF INDONESIA BERBASIS SENI DAN BUDAYA TERHADAP PDB INDONESIA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN (%) TABEL III.4 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN KONTRIBUSI EKSPOR PRODUK EKSB TERHADAP PRODUK KREATIF DUNIA TAHUN TABEL III.5 DISTRIBUSI EKSPOR INDUSTRI KREATIF INDONESIA BERBASIS SENI DAN BUDAYA TAHUN (%) TABEL III.6 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN TINGKAT PARTISIPASI DAN PERTUMBUHAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR EKSB TAHUN TABEL III.7 JUMLAH TENAGA KERJA INDUSTRI KREATIF INDONESIA BERBASIS SENI DAN BUDAYA MENURUT SEKTOR INDUSTRI KREATIF TAHUN (ORANG) TABEL III.8 LAJU PERTUMBUHAN TENAGA KERJA INDUSTRI KREATIF INDONESIA BERBASIS SENI DAN BUDAYA MENURUT SEKTOR INDUSTRI KREATIF TAHUN (%) TABEL III.9 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN KONTRIBUSI JUMLAH USAHA SEKTOR EKSB TERHADAP NASIONAL TAHUN TABEL III.10 JUMLAH USAHA INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA BERBASIS SENI DAN BUDAYA MENURUT SEKTOR INDUSTRI KREATIF TAHUN (UNIT) TABEL III.11 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN PEMAHAMAN HKI ATAS KARYA KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA TAHUN TABEL III.12 DATA PRODUKSI FILM TELEVISI (LEPAS & SERIAL) YANG TERDAFTAR PERIODE TABEL III.13 PEMAHAMAN ARTI KEKAYAAN INTELEKTUAL (N = 2.672) iii

5 TABEL III.14 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN PEMAHAMAN MENGENAI EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA TAHUN TABEL III.15 HASIL PENYELENGGARAAN RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI KEBIJAKAN TAHUN TABEL III.16 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN PERTUMBUHAN KONSUMSI TERHADAP PRODUK KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA TAHUN TABEL III.17 LAJU PERTUMBUHAN KONSUMSI RUMAHTANGGA TERHADAP INDUSTRI KREATIF INDONESIA BERBASIS SENI DAN BUDAYA TAHUN (%) TABEL III.18 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN PENGEMBANGAN RUANG KREATIF TAHUN TABEL III.19 DAFTAR PROVINSI DAN PAGU ANGGARAN DEKONSENTRASI AKTIVASI TAMAN BUDAYA TAHUN TABEL III.20 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN JUMLAH PELAKU KREATIF SEKTOR EKSB YANG MENGALAMI PENINGKATAN JEJARING TAHUN TABEL III.21 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN JUMLAH PELAKU KREATIF SEKTOR EKSB MENGALAMI PENINGKATAN AKSES PASAR TAHUN TABEL III.22 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN JUMLAH PELAKU KREATIF SEKTOR EKSB MENGALAMI PENINGKATAN KEMAMPUAN KREASI DAN PRODUKSI KARYA KREATIF TAHUN TABEL III.23 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN PENCAPAIAN TARGET INDIKATOR PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN EKSB TAHUN TABEL III.24 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN PENYERAPAN ANGGARAN BELANJA DITJEN EKSB TAHUN TABEL III.25 PAGU DAN REALISASI ANGGARAN TAHUN TABEL III.26 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN JUMLAH NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA SERTA SOP YANG DIHASILKAN DITJEN EKSB TAHUN TABEL III.27 TARGET, REALISASI, DAN CAPAIAN JUMLAH SDM YANG DIFASILITASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA DAN PENGETAHUAN TERKAIT EKSB TAHUN TABEL IV.1 EVALUASI CAPAIAN KINERJA DITJEN EKSB TAHUN GAMBAR I.1 STRUKTUR ORGANISASI DITJEN EKSB... 3 GAMBAR III.1 DISTRIBUSI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) INDONESIA MENURUT SEKTOR EKONOMI TAHUN 2013 (%) iv

6 Ringkasan Eksekutif Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya sebagai penyelenggara pemerintahan mempunyai peran strategis dengan tanggung jawab kinerja yang besar dalam partisipasinya pada ranah pembangunan nasional. Dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif mempunyai visi, yaitu Terwujudnya Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya yang Bernilai Tambah, Berdaya Saing, dan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan dan Kualitas Hidup masyarakat Indonesia, yang diwujudkan melalui beragam misi, yang kemudian dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Dalam proses dan upaya pencapaian visi dan misi tersebut diatas, pada tahun 2013 Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya melaksanakan amanat kinerja yang telah ditetapkan melalui dokumen Penetapan Kinerja dengan sasaran strategis, indikator kinerja serta target yang terukur, berdasarkan Indikator Kinerja Utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun Pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya pada tahun 2013 diukur melalui 15 Sasaran Strategis untuk dicapai. Pengukuran capaian kinerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi indikator-indikator kinerja pada tahun sebelumnya. Secara umum, sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja tahun 2013 dapat dicapai.namun, beberapa penyesuaian perlu dilakukan dalam rangka menyempurnakan hasilhasil sesuai yang diharapkan. hal ini dapat terlihat dari tabel hasil capaian kinerja tahun 2012 adalah sebagai berikut: Ringkasan capaian indikator-indikator kinerja dari tiap sasaran strategis Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya adalah sebagaimana diuraikan pada Tabel I.1. v

7 Tabel I.1 Ringkasan Capaian Kinerja Tahun 2013 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI 1 Meningkatnya kontribusi PDB ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 2 Meningkatnya kontribusi ekspor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 3 Meningkatnya tingkat partisipasi dan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya Kontribusi PDB EKSB terhadap nasional (persentase) Kontribusi ekspor produk EKSB terhadap produk kreatif dunia (persentase) 1.Tingkat partisipasi tenaga kerja EKSB (persentase) 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor EKSB CAPAIAN (%) , , , , Meningkatnya aktivitas usaha di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 5 Meningkatnya pemahaman HKI atas karya kreatif berbasis seni dan budaya 6 Meningkatnya pemahaman mengenai ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 7 Meningkatnya konsumsi terhadap produk ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 8 Terciptanya ruang publik bagi masyarakat 9 Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pengembangan jejaring di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 10 Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pemasaran karya kreatif di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya Kontribusi jumlah usaha sektor EKSB terhadap nasional (persentase) 1. Jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran hak kekayaan intelektual bagi karya kreatif (karya kreatif) 2. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap HKI sektor EKSB (persentase) Tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB (persentase) Pertumbuhan konsumsi terhadap produk ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya (persentase) Jumlah pengembangan ruang kreatif (buah) Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB mengalami peningkatan jejaring (orang) Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB mengalami peningkatan akses pasar (orang) , Base : x Base : x , vi

8 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI 11 Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi kreasi dan produksi karya kreatif berbasis seni dan budaya 12 Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan dan evaluasi program dan kegiatan 13 Meningkatnya kualitas pengelolaan Ditjen EKSB 14 Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen EKSB 15 Meningkatnya kualitas SDM Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi karya kreatif (orang) Pencapaian target dan indikator program dan kegiatan Ditjen EKSB (persentase) Penyerapan anggaran belanja Ditjen EKSB (persentase) 1. Jumlah Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria yang dihasilkan Ditjen EKSB 2. Jumlah Prosedur Operasi Standar (POS) yang dihasilkan Ditjen EKSB Jumlah SDM yang difasilitasi untuk meningkatkan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait EKSB (orang) CAPAIAN (%) , ,03 Dari segi keuangan, penyerapan anggaran belanja Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya masih perlu ditingkatkan jika dibandingkan dengan target yang telah ditentukan. Realisasi penyerapan anggaran sebesar80,03% yang terdistribusi ke dalam 4 kegiatan setingkat eselon IIseperti ditampilkan pada Tabel I.2. Penyebab adanya perbedaan antara target dan realisasi penyerapan anggaran Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya selama tahun 2013, adalah sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan alokasi anggaran per program, per kegiatan, dan per jenis belanja antara hasil kesepakatan dengan Komisi X DPR RI DIPA yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan, sehingga terjadi penundaan jadwal pelaksanaan anggaran; vii

9 2. Terdapat kebijakan penghematan anggaran sebesar 10% di tengah periode pelaksanaan anggaran. 3. Terdapat perubahan aturan penggunaan Mata Anggaran Belanja Transport Dalam Kota dan perubahan Akun baru untuk aktivitas rapat-rapat konsinyering, sehingga dibutuhkan penyesuaian ulang penempatan anggaran pada aktivitas dimaksud, sehingga perlu proses revisi anggaransebelum kegiatan dapat dilaksanakan; 4. Alokasi anggaran untuk membiayai tunjangan kinerja tidak seluruhnya dapat terserap karena hasil rapat antara Kementerian Keuangan dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi memutuskan bahwa tunjangan kinerja tahun 2013 hanya dapat dibayarkan selama 6 bulan dari total 12 bulan yang dianggarkan. Tabel I.2 Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2013 No Kegiatan Pagu 1 Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik Realisasi (Rp) (%) ,78% 2 Pengembangan Industri Perfilman ,76% 3 Pengembangan Seni Rupa ,13% 4 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen EKSB ,68% TOTAL ,03% Sehubungan dengan hal tersebut di atas, beberapa perbaikan yang diperlukan dalam rangka efektifitas pelaksanaan kegiatan di masa yang akan datang, yaitu: 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM dengan pemahaman yang baik tentang aspek anggaran berbasis kinerja; 2. Melakukan perencanaan yang baik dan terarah terhadap kegiatankegiatan yang akan dilaksanakan untuk mendukung penerapan viii

10 program sehingga pencapaian sasaran dapat dicapai sesuai dengan target yang ditentukan; 3. Hasil capaian kinerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dalam LAKIP Tahun 2013 ini dapat sebagai masukan, informasi dan referensi yang berfungsi sebagai tolak ukur kinerja Direktorat Ekonomi Kreatif Berbasi Seni dan Budaya dalam perbaikan dan optimalisasi kinerja guna meningkatkan kinerja Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya di masa mendatang. ix

11 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Ekonomi Kreatif merupakan era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusianya sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Keberadaan Ekonomi Kreatif dalam beberapa tahun ini mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi secara nasional, guna menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan. Pengembangan Ekonomi Kreatif pada prinsipnya adalah pengembangan sumber daya manusia yang bermutu tinggi dan didayagunakan sepenuhnya dalam pembangunan. Dalam teori produksi ada beberapa komponen input produksi yang diproses untuk menciptakan produktivitas seperti modal (capital), lahan (land), tenaga kerja (labor) dan teknologi (technology). Input ini yang harus didayagunakan dan dialokasikan dengan baik untuk mendorong penciptaan produktivitas. Ekonomi kreatif menjadi agenda dan dasar bagi suatu negara dalam membangun ekonominya. Investment of human capital dan creative business menjadi program dan kebijakan dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Ini telah merubah paradigma pembangunan ekonomi global yang menganut prinsip bahwa kekayaan alam merupakan kunci bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa untuk bersaing dalam pembangunan global. Ekonomi Kreatif dapat menawarkan peluang yang sama untuk negaranegara berkembang, dengan memanfaatkan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas yaitu ide, talenta dan kreatifitas sehingga memberikan dampak positif bagi sosial maupun perekonomian. Bila dilihat luasan cakupan ekonomi kreatif tersebut, sebagian besar merupakan sektor ekonomi yang tidak membutuhkan skala produksi dalam jumlah besar. Tidak seperti industri manufaktur BAB I Pendahuluan 1

12 yang berorientasi pada kuantitas produk, industri kreatif lebih bertumpu pada kualitas sumber daya manusia. Ekonomi kreatif sangat penting bagi Indonesia dan dunia karena perkembangannya yang pesat. Sektor ekonomi kreatif mampu memberikan kontribusi untuk penyerapan tenaga kerja di tingkat Unit Usaha Kecil dan Menengah serta di sektor informal, sektor ini diharapkan mampu bersentuhan dengan komunitas lokal sehingga usaha ini bisa berkembang dan menyumbang bagi devisa negara. Menurut penelitian terbaru UNESCO dan UNDP, bukan hanya dampak yang besar terhadap pendapatan, penciptaan lapangan kerja, dan nilai ekspor, ekonomi kreatif juga berkontribusi penting terhadap kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan. 1.2 Kedudukan dan Tugas Pokok Struktur OrganisasiDirektorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengacu pada Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya menyelenggarakan fungsi yaitu: perumusan kebijakan di bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; pelaksanaan kebijakan di ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang ekonomi kreatif BAB I Pendahuluan 2

13 berbasis seni dan budaya; pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Gambar I.1 Struktur Organisasi Ditjen EKSB Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya memiliki empatsatuan Kerja setingkat Eselon II yang terdiri dari: 1. Sekretariat Direktorat Jenderal Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. 2. Direktorat Pengembangan Industri Perfilman Direktorat Pengembangan Industri Perfilman mempunyai tugas melaksanakanperumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan industri perfilman. 3. Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan BAB I Pendahuluan 3

14 kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan seni pertunjukan dan industri musik. 4. Direktorat Pengembangan Seni Rupa Direktorat Pengembangan Seni Rupa mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan seni rupa. 1.3 Peran dan Fungsi Ekonomi Kreatif mempunyai peran penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia dalam menciptakan nilai tambah sebesar milyar rupiah, melalui 15 subsektor industri kreatif, yaitu: Arsitektur; Desain; Fesyen; Film, Video, dan Fotografi; Kerajinan; Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; Musik; Pasar Barang Seni; Penerbitan dan Percetakan; Periklanan; Permainan Interaktif; Riset dan Pengembangan; Seni Pertunjukan; dan Televisi, Radio dan Kuliner. Salah satu kontribusi yang dapat diberikan oleh Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya adalah dengan mempercepat proses pemulihan perekonomian nasional melalui berbagai program ekonomi kreatif yang mampu meningkatkan perputaran roda perekonomian. Subsektor ekonomi kreatif yang merupakan wilayah kerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya terdiri dari:pasar Barang Seni; Kerajinan; Film, Video dan Fotografi; Musik; dan Seni Pertunjukan. Kontribusi tersebut akan memberikan dampak positif yang berhubungan dengan kesejahteraan rakyat, yakni dapat mengembangkan dan memperkuat perekonomian berbasis kerakyatan, terutama untuk masyarakat yang berada di sentra-sentra pengembangan ekonomi kreatif, yang sebagian besar berada di sekitar lokasi pariwisata. Di samping itu pembangunan dan pengembangan obyek wisata di sekitarnya akan mendorong tumbuhnya industri BAB I Pendahuluan 4

15 kerajinan khas daerah, tumbuhnya industri makanan tradisional dan tumbuhnya industri akomodasi yang seluruhnya dikelola oleh masyarakat sekitar. Dengan demikian perekonomian berbasis kerakyatan dapat tumbuh dan berkembang berdampingan dengan perekonomian padat modal yang berskala nasional/internasional. 1.4 Sistematika Penulisan LAKIP Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Tahun 2013 menginformasikan capaian kinerja selama tahun anggaran Realisasi kinerja (performance results) 2013 tersebut dibandingkan dengan rencana kinerja (performance plan) 2012 dan akan menghasilkan perbedaan kinerja (performance gap). Evaluasi dilakukan terhadap setiap perbedaan kinerja yang terjadi, baik terhadap penyebab terjadinya perbedaan maupun strategi pemecahan masalah yang telah dan akan dilaksanakan. Sistematika penyajian LAKIP Tahun 2013 Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dapat diilustrasikan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN menjelaskan secara ringkas profil Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dan menjabarkan maksud dan tujuan penyusunan LAKIP Tahun BAB II : PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA menjelaskan secara ringkas profil Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dan menjabarkan maksud dan tujuan penyusunan LAKIP Tahun BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA BAB I Pendahuluan 5

16 menjelaskan analisis capaian kinerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dikaitkan dengan capaian sasaran strategis untuk tahun BAB IV : AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN menggambarkan perbandingan capaian kinerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya tahun BAB V : PENUTUP menjelaskan kesimpulan menyeluruh dan menguraikan rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa datang. BAB I Pendahuluan 6

17 BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 2.1 Rencana Strategis Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dimaksudkan sebagai dasar penyusunan kebijakan, program, kegiatan dan tolok ukur kinerja kegiatan Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dalam pencapaian visi dan misi serta tujuan organisasi.hal inimenciptakan keterpaduan dan sinergi kegiatan antar unit kerja, antar unit utama di lingkungan Kemenbudpar dan antar lintas Kementerian/Lembaga dan Non Kementerian/Lembaga, serta antar Pemerintah Pusat dan Daerah.Renstra memberikan pedoman dan pengendalian kinerja dalam pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Rencana Strategis Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya pada hakikatnya merupakan pernyataan komitmen bersama mengenai upaya terencana dan sistematis untuk mengembangkan dan merumuskan arah pembangunan bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dengan sikap kritis, kebebasan berkreasi dalam bidang seni dan budaya. VISI Terwujudnya Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya yang Bernilai Tambah, Berdaya Saing, dan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia MISI 1. Meningkatkan kontribusi ekonomi industri kreatif berbasis seni dan budaya; 2. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pelaku dan karya kreatif berbasis seni dan budaya; BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 7

18 3. Mendorong penciptaan inovasi di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; 4. Menciptakan tata pemerintahan Ditjen EKSB yang responsif, transparan, dan akuntabel. TUJUAN Tujuan strategis merupakan penjabaran dari pernyataan misi yang akan dicapai dalam jangka waktu 1 sampai dengan 5 tahun ke depan. Tujuan dapat menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai dan mengarahkan perumusan sasaran, program, dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi di atas. Rumusan Tujuan strategis yang ingin dicapai Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya sebagaimana yang telah dirumuskan sebagai berikut: 1. Peningkatan kontribusi PDB ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; 2. Peningkatan kontribusi ekspor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; 3. Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kerja ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; 4. Peningkatan aktivitas usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; 5. Peningkatan perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual; 6. Peningkatan apresiasi terhadap pelaku dan karya kreatif berbasis seni dan budaya; 7. Pengembangan jejaring dan pemasaran bagi pelaku di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; 8. Pengembangan kreasi dan produksi atas produk dan jasa sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; 9. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Ditjen EKSB; 10. Peningkatan kualitas SDM Ditjen EKSB. BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 8

19 SASARAN Sasaran strategis adalah penjabaran dari tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai secara nyata oleh Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dalam kurun waktu satu tahun. Penetapan sasaran dirumuskan secara lebih spesifik, terukur, berorientasi kepada hasil, dan dapat dicapai dan memiliki kurun waktu satu tahun. Dari sasaran ini dapat diukur tingkat keberhasilan pencapaian tujuan. Sasaran-sasaran strategis Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Meningkatnya kontribusi PDB sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; 2. Meningkatnya kontribusi ekspor sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; 3. Meningkatnya tingkat partisipasi dan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; 4. Meningkatnya aktivitas usaha sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; 5. Meningkatnya pemahaman HKI atas karya kreatif berbasis seni dan budaya; 6. Meningkatnya pemahaman mengenai ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; 7. Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap produk kreatif berbasis seni dan budaya; 8. Terciptanya ruang publik bagi masyarakat; 9. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pengembangan jejaring di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; 10. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pemasaran karya kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya; 11. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi kreasi dan produksi karya kreatif berbasis seni dan budaya; BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 9

20 12. Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program Ditjen EKSB 13. Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen EKSB; 14. Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen EKSB; 15. Meningkatnya kualitas SDM Ditjen EKSB. 2.2 Penetapan / Perjanjian Kinerja Sebagai penjabaran lebih lanjut dari Renstra , disusun suatu Rencana Kinerja (Performance Plan) Tahun Rencana kinerja ini merupakan hasil dari proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis. Di dalam rencana kinerja ditetapkan target kinerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang ada, yaitu pada tingkat sasaran dan kegiatan. Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan terdapat dalam rencana kinerja dan menjadi tolok ukur utama keberhasilan Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Sasaran strategis tahun 2013, indikator kinerja dan target kinerja disajikan padatabel II.1. Tabel II.1 Sasaran Strategis, Indikator, dan Target Kinerja Tahun 2013 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1 Meningkatnya kontribusi PDB ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 2 Meningkatnya kontribusi ekspor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 3 Meningkatnya tingkat partisipasi dan produktivitas Kontribusi PDB EKSB terhadap nasional (persentase) Kontribusi ekspor produk EKSB terhadap produk kreatif dunia (persentase) 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja EKSB (persentase) BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 10

21 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 4 Meningkatnya aktivitas usaha di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 5 Meningkatnya pemahaman HKI atas karya kreatif berbasis seni dan budaya 6 Meningkatnya pemahaman mengenai ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 7 Meningkatnya konsumsi terhadap produk ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 8 Terciptanya ruang publik bagi masyarakat 9 Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pengembangan jejaring di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 10 Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pemasaran karya kreatif di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 11 Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi kreasi dan produksi karya kreatif berbasis seni dan budaya 12 Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan dan evaluasi program dan kegiatan 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor EKSB Kontribusi jumlah usaha sektor EKSB terhadap nasional (persentase) 1.Jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran hak kekayaan intelektual bagi karya kreatif (karya kreatif) 2. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap HKI sektor EKSB (persentase) Tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB (persentase) Pertumbuhan konsumsi terhadap produk ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya (persentase) Jumlah pengembangan ruang kreatif (buah) Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB mengalami peningkatan jejaring (orang) Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB mengalami peningkatan akses pasar (orang) Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi karya kreatif (orang) Pencapaian target dan indikator program dan kegiatan Ditjen EKSB (persentase) Base : x Base : x 7, BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 11

22 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 13 Meningkatnya kualitas pengelolaan Ditjen EKSB 14 Meningkatnya Kualitas Organisasi Ditjen EKSB 15 Meningkatnya Kualitas SDM DItjen EKSB Penyerapan anggaran belanja Ditjen EKSB (persentase) 1. Jumlah NSPK yang dihasilkan Ditjen EKSB 2. Jumlah POS yang dihasilkan Ditjen EKSB Jumlah SDM yang di fasilitasi untuk meningkatkan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait Ditjen EKSB Penyusunan rencana kinerja ini dilakukan seiring dengan agenda penyusunan dan kebijakan anggaran. Setelah anggaran 2013 ditetapkan, maka disusunlah Penetapan Kinerja 2013 yang merupakan komitmen bagi Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya untuk mencapainya dalam tahun tersebut. 2.3 Anggaran 2013 Alokasi anggaran Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya tahun 2013 adalah sebagaimana tercantum pada Tabel II.2. No Tabel II.2 Anggaran Tahun 2013 Per Kegiatan Kegiatan 1 Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik Pagu (Rp) Pengembangan Seni Rupa Pengembangan Perfilman Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Total BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 12

23 Apabila melihat data di atas menunjukan bahwa baik pada tahun 2012 maupun 2013 dalam pelaksanaan sasaran Meningkatnya kualitas pengelolaankeuangan Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, masih belum dapat memenuhi target yang diinginkan. Kurang berhasilnya pencapaian target tersebutkarena terdapat beberapa kendala diantaranya adalah keterbatasan waktu pelaksanaan kegiatan, sehingga penyerapan anggaran Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya menjadi rendah atau masih kurang optimal. BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja 13

24 BAB III Akuntabilitas Kinerja 3.1 Ikhtisar Capaian Kinerja 2013 Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya memiliki 15 (Lima Belas) sasaran yang terdapat di dalam Rencana Strategis yang harus dicapai sesuai dengan Renstra Selama periode pencapaian sasaran tersebut di tahun 2013, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya telah mampu merealisasikan target yang telah ditetapkan pada awal penyusunan Renstra. Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan dengan perbandingan capaian kinerja sasaran, yaitu dengan membandingkan antara rencana kinerja (performance plan) yang diinginkan dengan realisasi kinerja (performance result) yang dicapai. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap penyebab terjadinya perbedaan kinerja (performance gap) yang terjadi, serta tindakan perbaikan yang diperlukan di masa mendatang. Metode ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dalam LAKIP Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Tahun 2013 ini juga dikemukakan analisis-analisis untuk menggambarkan prosespencapaian kinerja pada tahun 2013 sebagaireferensidalam pencapaian kinerja di masa yang akan datang. Target, realisasi, dan capaian indikator-indikator kinerja dari tiap sasaran strategis Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya adalah sebagaimana diuraikan padatabel III.1. 14

25 Tabel III.1 Target, Realisasi, dan Capaian Kinerja Tahun 2013 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI 1 Meningkatnya kontribusi PDB ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 2 Meningkatnya kontribusi ekspor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 3 Meningkatnya tingkat partisipasi dan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya Kontribusi PDB EKSB terhadap nasional (persentase) Kontribusi ekspor produk EKSB terhadap produk kreatif dunia (persentase) 1.Tingkat partisipasi tenaga kerja EKSB (persentase) 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sektor EKSB CAPAIAN (%) , , , , Meningkatnya aktivitas usaha di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 5 Meningkatnya pemahaman HKI atas karya kreatif berbasis seni dan budaya 6 Meningkatnya pemahaman mengenai ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 7 Meningkatnya konsumsi terhadap produk ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 8 Terciptanya ruang publik bagi masyarakat 9 Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pengembangan jejaring di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya Kontribusi jumlah usaha sektor EKSB terhadap nasional (persentase) 1. Jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran hak kekayaan intelektual bagi karya kreatif (karya kreatif) 2. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap HKI sektor EKSB (persentase) Tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB (persentase) Pertumbuhan konsumsi terhadap produk ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya (persentase) Jumlah pengembangan ruang kreatif (buah) Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB mengalami peningkatan jejaring (orang) , Base : x Base : x ,

26 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI 10 Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pemasaran karya kreatif di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 11 Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi kreasi dan produksi karya kreatif berbasis seni dan budaya 12 Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan dan evaluasi program dan kegiatan Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB mengalami peningkatan akses pasar (orang) Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi karya kreatif (orang) Pencapaian target dan indikator program dan kegiatan Ditjen EKSB (persentase) CAPAIAN (%) Meningkatnya kualitas pengelolaan Ditjen EKSB Penyerapan anggaran belanja Ditjen EKSB (persentase) 95 80, Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen EKSB 15 Meningkatnya kualitas SDM Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya 1. Jumlah Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria yang dihasilkan Ditjen EKSB 2. Jumlah Prosedur Operasi Standar (POS) yang dihasilkan Ditjen EKSB Jumlah SDM yang difasilitasi untuk meningkatkan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait EKSB (orang) ,03 Rata-rata Capaian Kinerja Capaian dan Analisis Kinerja 2013 Pada tahun 2013 secara umum Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya telah dapat melaksanakan misi yang menjadi tanggung jawab organisas. Dari 15 sasaran yang telah ditetapkan, telah dapat terpenuhi seluruhnya dengan rata-rata capaian kinerja sebesar 147%.Nilai rata-rata capaian kinerja tersebut menunjukan hampir seluruh target tercapai di atas sasaran yang telah ditetapkan. 16

27 Sistem pengumpulan data kinerja outcome di tahun 2013 ini masih belum sepenuhnya dapat diukur pada sasaran-sasaran. Di masa yang akan datang diharapkan indikator kinerja sasaran sudah dapat diukur pada tingkat outcome yang menunjukkan manfaat langsung yang diterima masyarakat. Berikut ini dijelaskan hasil analisis capaian indikator kinerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan Meningkatnya Kontribusi PDB Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Indikator keberhasilan sasaran Meningkatnya Kontribusi Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Terhadap PDB Nasional merupakan sasaran untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Ekonomi Kreatif terhadap pemasukan yang di dapat negara. PDB Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya (SB) dibangun berdasarkan subsektor mengandung ekonomi kreatif yaitu terdiri atas kelompok industri Pasar Barang Seni, Kerajinan, Film, video, fotografi, Musik, Seni Pertunjukan dan Kuliner. Target dan realisasinya di tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 untuk Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya adalah seperti yang ditunjukan pada Tabel III.2. Tabel III.2 Target, Realisasi, dan Capaian Kontribusi PDB Ekonomi Kreatif Berbasis Seni BudayaTahun Kontribusi PDB Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Budaya NO SASARAN 1 Kontribusi PDB Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Budaya terhadap nasional (persentase) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) , ,

28 Sektor ekonomi kreatif merupakan alternatif ekonomi baru bagi masyarakat indonesia, yang mengintensifkan informasi dan kreativitas. Oleh karena itu, ekonomi kreatif mampu memberikan kontribusi perekonomian yang cukup besar. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Tabel III.3, diketahui bahwa pencapaian indikator presentase kontribusi PDB Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dari target yang ditetapkan untuk tahun 2013 yaitu sebesar 2,52 % akan tetapi terealisasi sebesar 3,51%. Capaian Meningkatnya Kontribusi Seni Budaya terhadap PDB nasional baik pada tahun 2012 maupun 2013 telah mencapai target yang ditentukan. Adapun persentase PDB yang diperoleh pada tahun 2012 tumbuh sebesar 3,44% atau 137% dari yang telah ditetapkan pada RENSTRA. Sama halnya dengan tahun sebelum nya pada tahun 2013 target PDB dapat tercapai bahkan naik sekitar 0.07 poin menjadi 3,51%. Tabel III.3Distribusi NTB Industri Kreatif Indonesia Berbasis Seni dan Budaya Terhadap PDB IndonesiaAtas Dasar Harga Berlaku Tahun (%) Sektor U r a i a n Pasar Barang Seni Kerajinan Film, Video, dan Fotografi Musik Seni Pertunjukan Kuliner Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Ekonomi Kreatif Lainnya Jumlah Ekonomi Kreatif Jumlah Ekonomi Non-Kreatif PDB Indonesia Sumber: Direktorat Neraca Produksi, Badan Pusat Statistik Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, kontribusi Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya terhadap PDB Nasional pada periode 2013 adalah sebesar 3,51%, dengan total nilai sebesar milyar rupiah dari pertumbuhan perekonomian nasional atau tumbuh sebesar 11,24% dari tahun Peningkatan ini secara signifikan dipengaruhi 18

29 oleh subsektor kerajinan dan kuliner. Dengan kata lain, PDB Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya ditopang oleh nilai tambah kelompok Kerajinan yang didominasi oleh kelompok kuliner (32.51%), kemudian kerajinan, (14,44%), Film, video dan Fotografi (1.31), Musik (0,82%) Seni Pertunjukan (0,46%) dan Pasar Barang Seni (0,31%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa capaian realisasi telah mencapai bahkan melampaui target yang ditentukan. Dengan demikian kinerja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dapat dikatakan berhasil dalam menunjang kontribusi PDB nasional. Gambar III.1 Distribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2013 (%) Kenaikan PDB ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi kreatif secara nasional dapat tumbuh naik bersaing di perekonomian nasional. Kelompok ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya yang menopang pertumbuhan PDB adalah kelompok industri kerajinan yaitu sebesar 6,38 % pada tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 1,91 %. Kenaikan ini cukup berpengaruh untuk menaikan pertumbuhan ekonomi kreatif terutama yang berbasis seni dan budaya. 19

30 Pada tahun 2013, sektor ini mampu tumbuh di atas perekonomian nasional, padahal sebelumnya selalu di bawah perekonomian nasional. Pada tahun 2013, sektor Industri Kreatif mampu tumbuh sebesar 5,76 persen. Pertumbuhan sektor Industri Kreatif menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Kreatif Berbasis Seni dan Budaya berkontribusi sebesar 49,78 persen terhadap pembentukan PDB sektor Industri Kreatif secara keseluruhan. Kelompok industri yang berkontribusi besar terhadap penciptaan nilai tambah Industri Kreatif Berbasis Seni dan Budaya adalah kelompok industri Kuliner dan Kerajinan. PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2013 adalah: 1. Pertumbuhan PDB yang dihasilkan oleh sektor Ekonomi Kreatif sektor ekonomi kreatif menunjukan keberhasilan, akan tetapi patut diperhatikan adanya ketidakseimbangan ekonomi global yang terjadi dapat menghambat pertumbuhan PDB ekonomi kreatif. 2. Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkan oleh sektor sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terbilang cukup besar, dengan nilai yang meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, PDB yang dihasilkan oleh sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya sebesar 3,51%, dari nilai tumbuh ekonomi nasional. Namun demikian keberhasilan nilai tambah kelompok ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya masih di topang oleh sektor kerajinan dan kuliner, sedangkan subsektor lainnya belum tumbuh secara signifikan. PEMECAHAN PERMASALAHAN Dalam mengatasi permasalahan untuk peningkatkan PDB nasional diperlukan upaya upaya oleh berbagai pihak baik dari pemerintah, sektor swasta maupun dari pelaku kreatif untuk lebih mengaktifkan ekonomi kreatif khususnya untuk yang berbasis seni dan budaya seperti lebih digalakan kembali kegiatan subsektor seni pertunjukan dan seni rupa serta perfilman. 20

31 3.2.2 Meningkatnya Kontribusi Ekspor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Sasaran dari Meningkatkannya Kontribusi Ekspor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya adalah untuk mengetahui rasio antara total ekspor tahunan produk kreatif berbasis seni dan budaya dibandingkan dengan ekspor tahunan produk kreatif dunia. Target dan realisasinya di tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 untuk Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya adalah seperti yang ditunjukan pada Tabel III.4. Tabel III.4Target, Realisasi, Dan Capaian Kontribusi Ekspor Produk EKSB Terhadap Produk Kreatif Dunia Tahun NO SASARAN 1 Kontribusi ekspor produk EKSB terhadap produk kreatif dunia (persentase) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) 0,39 1,70 435,90 0,34 94 Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2013 indikator kontribusi ekspor sektor ekonomi kreatif mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelumnya yaitu menyumbang sekitar 1,70 % dengan realiasasi capaian sekitar 435,90% dari total ekspor industri kreatif dunia. Dengan realisasi capaian yang cukup tinggi pada tahun ini dapat dikatakan bahwa capaian indikator ekspor produk Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya cukup berhasil karena mampu melampaui target yang ingin dicapai. Pencapaian keberhasilan indikator Kontribusi ekspor produk EKSB terhadap produk kreatif dunia di dukung oleh kenaikan pada sektor ekonomi kreatif. Adapun kelompok industri kreatif berbasis seni dan budaya yang menyumbang ekspor terbesar adalah kelompok kerajinan yaitu sekitar 1,04% naik 0.03 poin dibandingkan tahun sebelumnya

32 Tabel III.5Distribusi Ekspor Industri Kreatif Indonesia Berbasis Seni dan Budaya Tahun (%) Sektor U r a i a n Pasar Barang Seni 0,00 0,00 0,00 0,00 2 Kerajinan 0,98 0,91 1,01 1,04 3 Film, Video, dan Fotografi 0,04 0,03 0,03 0,03 4 Musik 0,06 0,05 0,05 0,04 5 Seni Pertunjukan 0,02 0,01 0,01 0,01 6 Kuliner 0,67 0,58 0,57 0,57 Ekspor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya 1,77 1,58 1,67 1,70 Ekspor Ekonomi Kreatif Lainnya 4,34 5,38 3,84 4,02 Ekspor Ekonomi Kreatif 6,10 6,95 5,51 5,72 Ekspor Non Ekonomi Kreatif 93,90 93,05 94,49 94,28 Total Ekspor Indonesia 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Direktorat Neraca Produksi, Badan Pusat Statistik Ekspor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,70% atau pencapaiannya 435,90 % meningkat dibandingkan tahun sebelumnya pada tahun 2012 yang hanya mencapai 94%. Pencapaian pada tahun 2013 telah mencapai target bahkan melampaui target yang telah ditetapkan pada Renstra tahun Pencapaian ini tidak terlepas dari adanya upaya yang telah dilakukan oleh Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya untuk mempromosikan ekonomi kreatif kepada pasar utama Indonesia, sehingga dapat menyumbang nilai ekspor yang besar untuk perekonomian Indonesia. Pencapaian pada tahun 2013 jauh meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, karena pada awal tahun 2012 Perekonomian dunia diwarnai perlambatan dan ketidakpastian perekonomian global. Berikut ini disampaikan beberapa upaya yang dilakukan Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dalam rangka mendorong pertumbuhan ekspor EKSB. 22

33 Indonesia Performing Arts Market (IPAM) 2013 IPAM merupakan kegiatan dalam bentuk pasar seni pertunjukan Indonesia yang mempromosikan karya seniman Indonesia untuk tampil di panggung nasional dan internasional. IPAM menampilkan karya kontemporer terbaik Indonesia secara langsung di hadapan pembeli yang dinilai potensial, yakni para pengelola festival dan gedung seni pertunjukan papan atas. IPAM 2013 menampilkan kesenian terbaik Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menarik minat investor maupun pelaku seni internasional serta berbagai lapisan masyarakat untuk bekerja sama dalam memajukan kesenian Indonesia. Acara yang diadakan di tiga tempat yakni Komunitas Salihara, Taman Ismail Marzuki dan RedWhite Lounge pada November 2013 ini juga mendapat dukungan dari Pemprov DKI Jakarta International Photography Week International Photography Week diselenggarakan pada tanggal 31 Oktober s.d. 4 November 2013 di FX Mall Senayan Jakarta. Acara ini dibuka oleh Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa pelaksanaan IPW 2013 dimaksudkan untuk bertukar perspektif antara fotografer dalam dan luar negeri. Bagi para fotografer luar yang datang ke Indonesia. 23

34 Diharapkan untuk menyebarkan keindahan alam dan budaya Indonesia melalui fotografi. Kegiatan International Photography Week diikuti oleh 18 fotografer dari 15 negara. Dalam pameran ini, fotografer muda Ve Dhanito dari Indonesia, memamerkan karya yang berbeda dari peserta lainnya karena menggunakan pendekatan fotografi secara konsep dengan menggunakan bantuan model untuk merepresentasikan pesannya. Bila karya foto lain sebagian besar berada dalam perspektif lansekap dan wisata, maka Dhanito mencoba bereksperimen di jalur foto konseptual dengan menyasar pendekatan sisi ekonomi kreatif. Pertumbuhan Ekonomi Kreatif terutama sektor Seni dan Budaya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini merupakan perkembangan yang menggembirakan Meningkatnya Tingkat Partisipasi dan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Pada sasaran meningkatnya tingkat partisipasi dan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terdapat 2 (dua) indikator untuk menilai sejauh mana kinerja kegiatan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dalam mendatangkan partisipasi dan produktivitas tenaga kerja dalam upaya pergerakan ekonomi kreatif di Indonesia. Berikut target dan realisasinya di tahun 2013 untuk Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya seperti ditampilkan dalamtabel III.6. Tabel III.6Target, Realisasi, Dan Capaian Tingkat Partisipasi dan Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor EKSBTahun NO SASARAN 1 Tingkat partisipasi tenaga kerja EKSB (persentase) 2 Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor EKSB (persentase) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) 2,83 7, ,34 225,6 2,97 0, ,

35 Pasar tenaga kerja dari tahun ke tahun mengalami kemajuan, perkembangan kemajuan ini membawa perubahan yang positif bagi perekonomian nasional. Berdasarkan data dari BPS bahwa untuk indikator tingkat partisipasi tenaga kerja berhasil mencapai target yang telah ditentukan, bahkan berhasil melampaui target. Namun demikian, untuk indikator produktivitas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif seni dan budaya masih belum memenuhi target pada tahun 2013 ini, bahkan turun dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya pada tahun 2013 mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 7,06 juta orang sebesar 59,4% dari total penyerapan tenaga kerja sektor industri nasional. Penyerapan tenaga kerja ekonomi kreatif Seni dan Budaya didominasi oleh kelompok industri kuliner dan kerajinan. Untuk pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya tumbuh sebesar 0,53% pada tahun Jika di lihat dari industri kreatif lainnya, pertumbuhan tenaga kerja yang cukup besar dari sektor film, video dan fotografi. Tabel III.7Jumlah Tenaga Kerja Industri Kreatif Indonesia Berbasis Seni dan Budaya Menurut Sektor Industri Kreatif Tahun (orang) Sektor U r a i a n Pasar Barang Seni 14,956 15,163 15,237 15,269 2 Kerajinan 2,909,574 2,988,101 3,077,099 3,109,047 3 Film, Video, dan Fotografi 56,937 60,006 62,495 63,755 4 Musik 50,612 53,127 55,030 55,958 5 Seni Pertunjukan 72,010 75,494 78,131 79,258 6 Kuliner 3,707,894 3,732,961 3,735,019 3,736,968 Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya 6,811,983 6,924,850 7,023,011 7,060,254 Ekonomi Kreatif Lainnya 4,681,892 4,737,050 4,776,557 4,812,173 Jumlah Ekonomi Kreatif 11,493,875 11,661,900 11,799,568 11,872,428 Sumber: Direktorat Neraca Produksi, Badan Pusat Statistik 25

36 Sedangkan untuk pencapaian pada tahun 2012, indikator tingkat partisipasi dan produktivitas tenaga kerja sebesar 6,34%. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif berdampak cukup baik terhadap penciptaan partisipasi tenaga kerja pada masyarakat Indonesia. Untuk indikator ke dua yaitu Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor EKSB pada tahun baik pada tahun 2012 maupun 2013 tidak mencapai target yang ditetapkan dalam Renstra Bahkan untuk realiasi target pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun Hal ini dikarenakan walaupun tingkat partisipasi tenaga kerja kerja yang diciptakan oleh Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya cukup tinggi, namun tidak diimbangi dengan produktivitas tenaga kerjanya. Sehingga berpengaruh pada pencapaiaan target yang diinginkan. Sementara itu untuk Indikator ke-dua Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budayapada tahun 2013 tidak mencapai target yang telah ditetapkan. Realisasi dari indikator tersebut sebesar 0,53%. Laju pertumbuhan tenaga kerja ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dapat di lihat padatabel III.8. Tabel III.8Laju Pertumbuhan Tenaga Kerja Industri Kreatif Indonesia Berbasis Seni dan Budaya Menurut Sektor Industri Kreatif Tahun (%) Sektor U r a i a n Pasar Barang Seni Kerajinan Film, Video, dan Fotografi Musik Seni Pertunjukan Kuliner Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Ekonomi Kreatif Lainnya

37 Jumlah Ekonomi Kreatif Sumber: Direktorat Neraca Produksi, Badan Pusat Statistik Berdasarkan data pada Tabel III.8terlihat bahwa terdapat penurunan dari tahun sebelumnya turun sekitar 0.89 poin dari tahun Keberhasilan partisipasi tenaga kerja tidak diimbangi dengan keberhasilan laju pertumbuhan produktivitas tenaga kerja. Meskipun indikator produktivitas tenaga kerja di sektor Berbasis Seni dan Budaya meskipun tidak mencapai target akan tetapi kinerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dapat dikatakan berhasil ditingkatkan karena ekonomi kreatif dapat menciptakan prospek ekonomi kreatif yang bagus yaitu dapat menghadirkan talenta dan wirausaha baru yang berkreasi dan berinovasi. PERMASALAHAN Permasalahan dan kendala yang ditemui dalam pencapaian target kinerja dan pelaksanaan kegiatan tahun 2013 sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal untuk tingkat partisipasi angkatan kerja adalah: 1. Rendahnya kualitas angkatan kerja sehingga penduduk yang harusnya termasuk dalam usia angkatan kerja tetapi tidak dapat memberikan kontribusi di sektor ekonomi kreatif sehingga dapat menghambat pertumbuhan PDB ekonomi kreatif. 2. Terbatas kesempatan pekerjaan sehingga usia angkatan kerja tapi belum menghasilkan di sektor ekonomi kreatif. 3. Produktivitas tenaga kerja yang masih rendah sebagai akibat dari lemahnya penguasaan teknologi serta keterampilan tenaga kerja yang masih terbatas PEMECAHAN MASALAH Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut adalah: 27

38 1. Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya memberikan pelatihan atau bimbingan kepada masyarakat atau sentra-sentra kreatif yang dimaksudkan untuk tenaga-tenaga kerja dalam hal pengembangan ekonomi kreatif di masyarakat. 2. Membuka lapangan pekerjaan dengan mengembangkan pembangunan di sektor ekonomi kreatif sehingga banyak masyarakat yang sudah masuk dalam angkatan kerja tidak menganggur. Berikut ini disampaikan beberapa upaya yang dilakukan Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dalam rangka keberhasilan indikator penyerapan tenaga kerja pada bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya Festival Film Indonesia Penyelenggaraan Festival Film Indonesia bertujuan untuk mendorong industri film untuk terus berproduksi. Hal ini mdiharapkan akan memacu jumlah produksi film nasional yang tentunya akan menyerap tenaga kerja di sektor ini. Festival ini dibagi ke dalam dua kategori. Piala Vidia merupakan bagian dari penghargaan Festival Film Indonesia (FFI) khusus untuk insan pertelevisian. Acara yang dihelat di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur pada Rabu malam dan disiarkan langsung oleh SCTV ini berlangsung meriah. Setelah melalui penilaian cukup ketat, dewan juri memutuskan dan memilih para jawara peraih penghargaan Piala Vidia FFI 2013 dari masing-masing kategori. Malam Anugerah Piala Citra FFI 2013 diselenggarakan pada tanggal 7 Desember 2013 di Marina Convention Center, Semarang, Jawa Tengah. Kegiatan ini dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Kebudayaan, Gubernur Jawa Tengah, Walikota Semarang, para seniman bidang perfilman dan para pemangku kepentingan lainnya. Pada penyelenggaraan FFI kali ini penghargaan diberikan untuk 6 jenis kompetisi, yakni Film Cerita Bioskop, Film Televisi, Film Pendek, Film Dokumenter Pendek, Film Dokumenter Panjang, dan untuk pertama 28

39 kalinya Film Animasi Pendek. Khusus untuk film bioskop, telah disediakan 15 penghargaan Piala Citra dan ditambah dengan 1 penghargaan khusus dari dewan juri Meningkatnya Aktivitas Usaha di Sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Sasaran dari meningkatnya aktivitas usaha di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya untuk mengetahui seberapa besar aktivitas usaha di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dilihat dari kontribusi jumlah unit usaha sektor EKSB terhadap jumlah unit usaha nasional. Indikator keberhasilan sasaran indikator Kontribusi jumlah usaha sektor EKSB terhadap nasional seperti yang ditampilkan pada Tabel III.9. Tabel III.9Target, Realisasi, Dan CapaianKontribusi Jumlah Usaha Sektor EKSB Terhadap Nasional Tahun NO SASARAN 1 Kontribusi jumlah usaha sektor EKSB terhadap nasional (persentase) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) 2,65 7, ,52 283,75 Berdasarkan hasil capaian tersebut dapat dikatakan bahwa Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya berhasil dalam mencapai target yang ditentukan. Untuk indikator kontribusi jumlah usaha ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap nasional pada tahun 2013 juga secara keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu Untuk indikator Kontribusi jumlah usaha ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terhadap nasional pada tahun 2013 adalah 7,53% atau sebesar unit usaha. Menurut data yang di peroleh, pada tahun 2013 terdapat peningkatan pada indikator meningkatnya aktivitas usaha di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan 29

40 budaya mencapai realisasi sebesar 7,53% atau meningkat sebesar 0,01 dari tahun Baik pada tahun 2012 maupun 2013, indikator tersebut menunjukan realisasi yang melampaui target yang telah ditetapkan pada Renstra tahun Tabel III.10Jumlah Usaha Industri Kreatif di Indonesia Berbasis Seni dan Budaya Menurut Sektor Industri Kreatif Tahun (unit) Sektor U r a i a n Pasar Barang Seni 4,990 5,062 5,147 5,242 2 Kerajinan 1,054,753 1,063,645 1,071,680 1,076,612 3 Film, Video, dan Fotografi 27,239 28,155 28,992 29,785 4 Musik 14,954 15,377 15,803 16,182 5 Seni Pertunjukan 22,237 22,859 23,488 24,236 6 Kuliner 2,951,278 2,989,512 3,031,296 3,039,281 Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya 4,075,452 4,124,610 4,176,406 4,191,338 Ekonomi Kreatif Lainnya 1,188,006 1,207,103 1,221,756 1,228,827 Jumlah Ekonomi Kreatif 5,263,458 5,331,713 5,398,162 5,420,165 Sumber: Direktorat Neraca Produksi, Badan Pusat Statistik Keberhasilan dalam pencapaian target tersebut dikarenakan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, merupakan alternatif ekonomi bagi masyarakat Indonesia. Sehingga dapat menciptakan peluang usaha baru bagi masyarakat. Dengan demikian dapat menjelaskan bagaimana pencapaian realisasi indikator sangat tinggi dan keberhasilan ini tidak terlepas dari kegiatan yang dilakukan oleh Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Adapun pada tahun 2013 Kontribusi jumlah usaha yang paling banyak yaitu dari sektor seni pertunjukan yang menyumbang pertumbuhan sektor usaha terhadap nasional sebesar 3,18%. PERMASALAHAN Pemasalahan dan kendala dalam pencapaian sasaran pada tahun 2013 adalah sebagai berikut : 1. Kondisi keamanan dan stabilitas ekonomi dan politik nasional yang belum terjamin; 30

41 2. Belum ada kepastian dalam menjalankan usaha dikarenakan akses pembiayaan dan pemasaran; 3. Belum optimalnya lembaga yang melindungi usaha kecil dan; 4. Masih rendahnya kemampuan untuk bersaing bagi pelaku usaha mengembangkan usahanya agar lebih maju. PEMECAHAN PERMASALAHAN Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah: 1. Penciptaan iklim investasi ekonomi kreatif yang mendukung peningkatan daya saing Indonesia (baik di sektor barang maupun jasa-jasa) menjadi tantangan yang mendesak ke depan; 2. Penciptakan kebijakan untuk perlindungan aktivitas usaha ekonomi kreatif meningkatkan PDB Nasional. Berikut ini disampaikan beberapa upaya yang dilakukan Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dalam rangka mencapai target tersebut Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) Tahun 2013 Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) tahun 2013 berlangsung pada tanggal 27 November s.d. 2 Desember 2013 di Epiwalk, Rasuna Epicentrum, Jakarta. Tema penyelenggaran tahun ini adalah Yang Kreatif, Yang Berdaya Saing. Event ini dibuka secara resmi oleh Boediono, Wakil Presiden RI. PPKI bukanlah puncak kegiatan kreatif melainkan salah satu momentum untuk terus mengingatkan anak muda Indonesia betapa besar potensi kreatif yang dapat kita kembangkan untuk kesejahteraan. Melalui kreativitas, anak muda mengambil peran penting dalam berkontribusi bagi kesejahteraan baik untuk diri, keluarga, masyarakat maupun bangsa. 31

42 Melalui PPKI 2013 ini, masyarakat terutama anak-anak muda dapat berinteraksi langsung dengan perwakilan-perwakilan terbaik dari ke-15 sektor ekonomi kreatif dan menyaksikan karya-karya terbaik dari mereka. Diharapkan dengan cara ini anak-anak muda lainnya akan terinspirasi, meningkatkan kualitas, membangun jejaring dan memperoleh pengalaman baru. Kedepannya, pelaku kreatif akan semakin didominasi oleh orang-orang muda. Hal ini didorong oleh berkembangnya digital natives, mereka yang menguasai teknologi dan konektivitas sejak usia dini. Perpaduan antara identitas diri sebagai bangsa Indonesia yang kaya budaya dan terpaan informasi global menciptakan anak-anak muda kreatif yang berpandangan lebih terbuka akan masuknya ide-ide baru, cepat mengadaptasi dan menyegarkan kembali ide yang dianggap usang. Keterbukaan juga sangat penting untuk dimiliki pelaku kreatif agar dapat meningkatkan daya saing produk maupun karya miliknya dengan mengembangkan jaringan dan kolaborasi dengan orang lain yang mungkin saja berbeda disiplin ilmu, kultur dan kemampuan Art Summit Indonesia 2013 Art Summit Indonesia 2013 diselenggarakan tanggal 8 25 Oktober 2013 di empat daerah yaitu Bali, Jakarta, Yogyakarta dan Solo. Art Summit Indonesia tahun ini mengusung tema Contemporary Art and the Making of Its Market. Art Summit tidak hanya sebagai festival seni pertunjukan tapi juga sarana memasarkan seni pertunjukan di 32

43 Indonesia dan memberi edukasi masyarakat mengenai nilai tambah seni. Acara Ini lebih menekankan menciptakan pasar untuk pertunjukan seni kontemporerbukan mengkomersialkannya, supaya orang kreatif yang ada di seni pertunjukan bisa mendapat pendapatan yang layak dari berkarya dan berkreasi. Sebanyak 300 seniman tampil pada pergelaran seni pertunjukan, dengan melibatkan seniman-seniman lokal dan internasional dari berbagai negara seperti Korea Selatan, Cina, Austria, Jerman, Inggris dan Amerika Serikat. Acara yang diselenggarakan setiap 3 tahun tersebut menggandeng 6 perguruan tinggi seni antara lain ISI Solo, ISI Denpasar, ISI Yogyakarta, ISI Padang Panjang, STSI Bandung dan Institut Kesenian Jakarta serta kelompok seni pertunjukan lainnya Meningkatnya Pemahaman HKI Atas Karya Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Pada sasaran dari meningkatnya pemahaman HKI atas karya kreatif berbasis seni dan budaya dilihat dari jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran hak kekayaan intelektual (HKI). Hal ini untuk mengetahui pemahaman HKI atas karya kreatif berbasis seni dan budaya dilihat dari jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran hak kekayaan intelektual (HKI). Tabel III.11Target, Realisasi, Dan Capaian Pemahaman HKI Atas Karya Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Tahun NO SASARAN 1 Jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran hak kekayaan intelektual bagi karya kreatif (karya kreatif) 2 Tingkat pemahaman masyarakat terhadap HKI sektor EKSB (persentase) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) Base : x Base : x - 33

44 Indikator keberhasilan meningkatnya pemahaman HKI atas karya kreatif berbasis seni dan budaya dilihat dari jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran hak kekayaan intelektual (HKI). Untuk Indikator pertama mengenai keberhasilan capaian jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran hak kekayaan intelektual bagi karya kreatif (karya kreatif) dapat dilihat dari data yang telah didaftarkan atau difasilitasi dalam pendaftaran HKI. Namun demikian sebenarnya tidak semua produk HKI lahir melalui mekanisme pendaftaran. Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dalam hal ini melakukan fasilitasi terbitnya HKI atas suatu karya kreatif melalui Pameran karyakarya kreatif bidang seni rupa, seni pertunjukan dan perfilman. Selama tahun 2013, realisasi capaian target indikator Jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran hak kekayaan intelektual bagi karya kreatif mencapai lebih dari 100 karya kreatif yang difasilitasi. Sepanjang periode 2013, kegiatan subsektor perfilman yang difasilitasi adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi Film, Video, dan Jasa Fotografi, serta distribusi rekaman video, film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film. Pada indikator keberhasilan meningkatnya pemahaman HKI atas karya kreatif berbasis seni dan budaya terdapat 2 (dua) sasaran. Sasaran pertama yaitu jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran HKI bagi karya kreatif. Dan sasaran ke dua yaitu Tingkat pemahaman masyarakat terhadap HKI sektor EKSB. Tahun 2012 merupakan tahun pertama Kementerian pariwisata dan Ekonomi Kreatif lahir, sehingga pada tahun 2013 merupakan tahun pertama Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya melakukan studi awal dalam mengukur ke dua indikator tersebut. 34

45 Tabel III.12Data Produksi Film Televisi (Lepas & Serial) Yang TerdaftarPeriode TAHUN FILM LEPAS FILM SERI (SINETRON) JUDUL EPISODE *) TOTAL *) Data s.d 31 Desember 2013 Sumber: Direktorat Pengembangan Industri Perfilman Untuk sasaran pertama pencapaian realiasi target pada tahun 2013 yaitu mencapai 100 karya kreatif, dapat dikatakan berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan. Walaupun karya kreatif yang baru dapat didata dari subsektor perfilman, akan tetapi data tersebut dapat menjelaskan pencapaian target yang ditetapkan. Sedangkan untuk tahun 2012 belum ada capaian target tersebut. Karya kreatif yang telah difasilitasi oleh Ditjen Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya lebih dari 100 karya kreatif subsektor perfilman. Dengan demikian target pada Renstra dapat terpenuhi. Seperti halnya pada sasaran pertama tahun 2013 studi awal mengenai pemahaman masyarakat terhadap HKI sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Berdasarkan data dari hasil survey yang telah dilakukan di beberapa kabupaten DIY dan Jateng disimpulkan pemahaman masyarakat baru mencapai 43%. Dengan demikian masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap HKI sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Diharapkan pada tahun berikutnya masyarakat lebih dapat memahami HKI, sehingga pelaku kreatif dapat 35

46 lebih diapresiasi dan dapat menghasilkan karya-karya kreatif yang lebih inovatif. Salah satu upaya yang dilakukan Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya untuk mengukur tingkat pemahaman masyarakat terhadap HKI, yaitu dengan melakukan survei di daerah (DIY dan Jateng). Dari hasil survei yang yelah dilakukan dapat disimpulkan masih diperlukannya beberapa upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang HKI secara komprehensif. Untuk indikator kedua, pada tahun 2013 merupakan awal studi mengenai indikator tersebut. Keberhasilan pemahaman masyarakat terhadap sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dapat dilihat dari pemahaman dan kesadaran untuk menghargai dan melindungi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sebuah karya. Bagi para kreator karya, pemahaman dan kesadaran ini bermanfaat untuk mengembalikan hak apresiasi ekonomi atas karya-karya mereka yang dinikmati masyarakat. Sedangkan bagi masyarakat, pemahaman dan kesadaran terhadap HKI dapat digunakan untuk meningkatkan relasi sosial secara benar dengan landasan saling menghargai. Pada dasarnya Hak Karya Kreatif (HKI) merupakan hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang menghasikan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Sedangkan objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Masalah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) menjadi isu yang sampai saat ini belum banyak dipahami sebagian besar masyarakat Indonesia. Menyadari pentingnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap HKI sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia sepenuhnya berlandas pada keinginan untuk melindungi hak para kreator karya pada khususnya serta upaya mengedukasi masyarakat atas arti penting penghargaan dan perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual pada umumnya. Pada titik terjauh, hasil kajian ini nanti diharapkan dapat berguna sebagai materi pertimbangan dalam merumuskan kebijakan yang tepat dalam upaya optimalisasi HKI di Indonesia. 36

47 Cukup sulit untuk mengukur tingkat pemahaman pada masyarakat mengenai HKI. Hal ini dikarenakan setiap orang akan mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam memahami suatu permasalahan termasuk dalam halnya mengenai HKI. Akan tetapi Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, berusaha mengukur pemahaman tersebut dengan melakukan survei pada beberapa daerah tertentu di pulau jawa. Dari hasil survei yang telah dilakukan pada masyarakat di kabupaten DIY dan Jateng, dapat disimpulkan bahwa masyarakat belum dapat memahami mengenai HKI dan pentingnya dalam pengimplementasian kesehariannya. Masih diperlukan upaya dalam meningkatkan pemahaman HKI. Namun demikian pada dasarnya, masyarakat telah mengetahui pengertian dasar. Baru sekitar 43% yang mengerti dan memahami HKI berbasis seni dan budaya. Survei pengertian dan pemaknaan HKI pada dasarnya tidak akan terlepas dari hal-hal ini. Pertama, kekayaan intelektual mendasari adanya HKI dan dipahami sebagai kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan lain-lain yang berguna untuk manusia. Kedua, secara umum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) terbagi dalam dua kategori, yaitu Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri (Hak Paten, Hak Merek, Hak Desain Industri, Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Hak Rahasia Dagang; dan Hak Indikasi).Ketiga, dalam HKI terkandung makna kekayaan intelektual sebagai abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun dijual. Keempat,setiap manusia memiliki memiliki hak untuk melindungi atas karya hasil cipta, rasa dan karsa setiap individu maupun kelompok. Kelima, terdapat prinsip ekonomi, prinsip keadilan, prinsip kebudayaan, prinsip sosial, dan prinsip hukum dalam perlindungan dan penghormatan terhadap HKI. Keenam, dalam prinsip ekonomi, hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif dari daya pikir manusia yang memiliki manfaat serta nilai ekonomi yang akan memberi keuntungan kepada pemilik hak cipta. Berdasarkan survei yang dilakukan capaian untuk indikator kedua, dari kuisioner yang telah disebar kepada masyarakat sebanyak orang. 37

48 Berdasarkan hasil penelitian oleh Ditjen Ekonomi Berbasis Seni dan Budaya, dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang diteliti pada dasarnya telah memahami pengertian HKI secara dasar. Berdasarkan survey tersebut mencapai 82% responden yang memberi jawaban yang beragam tentang HKI yang disepadankan dengan kategori hak tentang hak cipta, hak kekayaan industri, dan hak merek. Akan tetapi secara umum masyarakat belum sepenuhnya memahami, secara komprehensif mengenai HKI. Upaya peningkatan dapat dilakukan dengan membangkitkan kesadaran masyarakat, menggerakkan masyarakat untuk mendifusikan dan mendistribusikan pengetahuan mereka, serta bersikap dan berperilaku dengan landasan acuan penghargaan dan penghormatan terhadap HKI. Daya dorong penggerak upaya penyadaran untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap HKI dapat dilakukan dengan mengintensifkan pemberian informasi dan dengan memanfaatkan sejumlah media penyampaian informasi. Tabel III.13Pemahaman Arti Kekayaan Intelektual(n = 2.672) Kekayaan yang dimiliki atas segala Frekuensi Persen Hal yang dimiliki dari membeli 133 5,0 Hasil produksi kecerdasan daya pikir ,7 Hal yang dipertunjukkan kepada masyarakat 221 8,3 Hal yang diperdengarkan kepada masyarakat 74 2,8 Lainnya 34 1,3 Total ,0 Sumber : Survei pemahaman masyarakat terhadap HKI, Ditjen EKSB PERMASALAHAN Pemasalahan dan kendala dalam pencapaian sasaran pada tahun 2013 adalah sebagai berikut : 1. Belum adanya indikator/kriteria dan SOP bagi UKM atau masyarakat umum yang akan mendapatkan fasilitasi pendaftaran HKI. 38

49 2. Tidak semua HKI bidang Seni dan Budaya itu wajib didaftarkan, beberapa diantaranya tidak perlu didaftarkan namun cukup dilindungi melalui perjanjian Lisensi yang bersifat hubungan bisnis/keperdataan, misalnya antara lain Hak Cipta dan Rahasia Dagang, dimana Hak Cipta terbit ketika ekspresi dari cipta tersebut pertama kali dipublikasikan ke publik atau pembuktian kepemilikan secara sederhana dapat dengan mengirimkan karya cipta via pos (prima facie evidence). 3. Berdasarkan pertimbangan pada angka 1 dan 2 di atas, pendaftaran HKI adalah tahapan berikutnya setelah masyarakat memahami konsepsi kepemilikan hak (intellectual property) itu sendiri, dan setelah adanya SOP pendaftaran itu sendiri. 4. Masih kurangnya sosialisasi secara efektif dan mendalam pada masyarakat mengenai HKI, dan khususnya HKI di bidang seni dan budaya, baik dalam persoalan istilah maupun ruang lingkup HKI dibidang seni dan budaya. 5. Pemahaman masyarakat atas HKI yang masih terbatas, sehinggadiperlukan suatu kebijakan testruktur dan integratif dari Pemerintah PEMECAHAN PERMASALAHAN Namun demikian Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya telah melakukan upaya-upaya untuk mencapai indikator tersebut : 1. Pembuatan payung hukum NSPK dan SOP di bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budayadalam memberikan perlindungan dan pemanfaatan kekayaan seni dan budaya dengan demikian dapat membangun membangun sistem perlindungan HKI melalui penciptaan kebijakan ekonomi kreatif yang terintegrasi. 2. Kegiatan sosialisasi HKI kepada stakeholders bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya terkait ekonomi kreatif itu sendiri. 3. Diperlukan sosialisasi secara efektif dan mendalam pada masyarakat mengenai HKI khususnya di bidang seni dan budaya. 39

50 3.2.6 Meningkatnya Pemahaman Mengenai Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Sasaran dari Meningkatnya pemahaman mengenai ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya untuk mengetahui perkembangan sektor dan kontribusi serta informasi lainnya yang terkait dengan ekonomi kreatif. Hal ini untuk mengetahui pemahaman mengenai ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dilihat dari Tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB. Berbicara mengenai ekonomi kreatif tidak bisa dilihat dalam konteks ekonomi saja, tetapi juga dimensi budaya. Ide-ide kreatif yang muncul adalah produk budaya. Karenanya, strategi kebudayaan sangat menentukan arah perkembangan ekonomi kreatif. Hingga saat ini, belum ada lembaga yang melakukan survei secara berkelanjutan terhadap tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap ekonomi kreatif, sehingga penghitungan untuk indikator tersebut masih cukup sulit di lakukan. Namun demikian secara umum pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya mengalami perkembangan. Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya diikuti dengan mulai banyaknya kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh masyarakat khususnya oleh pelaku kreatif. Tabel III.14Target, Realisasi, Dan Capaian Pemahaman Mengenai Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Tahun NO SASARAN 1 Tingkat pemahaman masyarakat terhadap EKSB (persentase) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) Base : x Base : x Base : x 40

51 Perhitungan indikator Pemahaman Mengenai Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dapat di lihat dari keberhasilan pelaksanaan kegiatan kegiatan yang telah di lakukan oleh Ditjen Ekonomi Kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan oleh masyarakat khususnya oleh pelaku kreatif. Kegiatan-kegiatan Rapat Koordinasi dan Sosialisasidilakukan untuk meningkatkan pemahaman serta menyamakan persepsi masyarakat dari berbagai golongan, khususnya para pemangku kepentingan, seperti organisasi, asosiasi, dan lembaga yang termasuk dalam bidang subsektor ekonomi kreatif bidang seni dan budaya, pemerintah daerah, maupun instansi pusat. Untuk capaian keberhasilan dari indikator tersebut pada tahun 2013 mencapai 80% yang dinilai dari tingkat partisipasi para undangan dan peserta kegiatan rakor dan sosialisasi yang dilaksanakan. Sepanjang tahun 2012 sampai dengan tahun 2013, Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya telah melakukan beberapa kegiatan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya. Diantaranya dengan melaksanakan kegiatan rapat rapat koordinasi yang bertujuan memberikan sosialisasi mengenai arah kebijakan dan program-program Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Selain itu juga kegiatan dekonsentrasi yang bertujuan memberikan bantuan kepada daerah dalam pengembangan ruang kreatif di daerah-daerah. Serta terdapat kegiatan pendukungan fasilitasi di daerah. Semua kegiatan ini bertujuan agar masyarakat dapat lebih memahami mengenai ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya. Tabel III.15 Hasil Penyelenggaraan Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Tahun 2013 No Kegiatan Target Peserta dan Undangan Tingkat Partisipasi Capaian (%) 1 Rapat Koordinasi Perencanaan Terpadu Bidang Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya di Surabaya dengan mengundang 33 Provinsi 33 Provinsi 28 Provinsi

52 2 Sinkronisasi Terpadu Evaluasi Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran di Jakarta dengan mengundang 16 Provinsi 16 Provinsi 15 Provinsi Melalui Rapat Koordinasi dan sosialisasi disampaikan kebijakankebijakan makro pemerintah dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang harus dilaksanakan dan diterjemahkan dalam bentuk program dan rencana kerja. Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya perlu direncanakan secara integral dan terpadu antara kebijakan pemerintah pusat dan kebijakan pemerintah daerah maupun para pemangku kepentingan non pemerintah, agar arah kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dapat terlaksana dengan baik, mencapai targat-target yang telah ditetapkan, dan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat. PERMASALAHAN Belum adanyapengukuran secara komprehensif dan berkelanjutan sebagai tolok ukur pemahaman masyarakat atas Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Akibatnya,program-program pemerintah dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya sering tidak tepat sasaran karena maksud dan tujuan belum sepenuhnya dipahami masyarakat sehingga implikasi dan dampaknya tidak optimal. PEMECAHAN PERMASALAHAN Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya kedepannya akan lebih sering melaksanakan kegiatan sosialisasi atau memberi bantuan dukungan pengembangan untuk kegiatan peningkatan pemahaman masyarakat mengenai ekonomi kreatif. Di samping itu, perlu dirumuskan metode pengukuran yang komprehensif mengenai pemahaman masyarakat atas Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya untuk selanjutnya dilakukan pengukuran secara berkala. 42

53 3.2.7 Meningkatnya Konsumsi Terhadap Produk Kreatif Berbasis Seni Dan Budaya Sasaran Meningkatnya konsumsi terhadap produk kreatif berbasis seni dan budaya merupakan sasaran untuk mengetahui seberapa besar kontribusi konsumsi terhadap produk kreatif berbasis seni dan budaya. Ruang lingkup subsektor yang dihitung dalam konsumsi produk kreatif berbasis seni dan budaya adalah film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Realisasi di tahun 2013 meningkat sekitar 3,59 poin jika dibandingkan dengan realisasi tahun Dengan demikian secara umum indikator tersebut menunjukan realisasi yang melampaui target yang telah ditetapkan pada Renstra tahun Peningkatan realiasasi pada tahun 2013 ini menunjukan bahwa Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya berhasil dalam menjalankan capaian kinerja yang telah ditargetkan. Tabel III.16 Target, Realisasi, dan Capaian Pertumbuhan Konsumsi Terhadap Produk Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Tahun NO SASARAN 1 Pertumbuhan konsumsi terhadap produk kreatif berbasis seni dan budaya (persentase) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) 7,34 11,24 153,13 7, Persentase Pertumbuhan konsumsi terhadap produk kreatif berbasis seni dan budaya pada tahun 2013 adalah adalah sebesar 11,24% atau sekitar 522,2 triliun rupiah terhadap total Konsumsi Rumah Tangga nasional. Pertumbuhan ekonomi kreatif terbilang cukup berhasil ditopang oleh ketahanan ekonomi domestik yang digambarkan oleh peningkatan investasi dan pengeluaran konsumsi rumah tangga. 43

54 Tabel III.17Laju Pertumbuhan Konsumsi Rumahtangga Terhadap Industri Kreatif Indonesia Berbasis Seni dan Budaya Tahun (%) Sektor U r a i a n Pasar Barang Seni Kerajinan Film, Video, dan Fotografi Musik Seni Pertunjukan Kuliner Konsumsi Rumahtangga Ekonomi kreatif Berbasis Seni dan Budaya Konsumsi Rumahtangga Ekonomi Kreatif Lainnya Konsumsi Rumahtangga Ekonomi Kreatif Konsumsi Rumahtangga Non Ekonomi Kreatif Total Impor Indonesia Sumber: Direktorat Neraca Produksi, Badan Pusat Statistik Berdasarkan Tabel III.17, kelompok yang mendukung pencapaian indikator tersebut adalah dengan rincian sebagai berikut : kelompok seni pertunjukan sekitar 18,24%, music 15,63%, pasar barang seni 14,19%, film, video dan fotografi 13,41, kuliner 12,25% dan kerajinan 8,77%. Berdasarkan data tersebut dapat di lihat konsumsi rumah tangga ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya mencapai 11,24% dari total konsumsi nasional. Pertumbuhan konsumsi Rumah Tangga Industri Kreatif berbasis Seni dan Budaya menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 pertumbuhannya adalah sebesar 9,32 persen, meningkat menjadi 10,12 persen dan 11,24 persen pada tahun 2012 dan Pertumbuhan konsumsi Rumah Tangga paling besar terjadi pada kelompok Seni Pertunjukan, yang mencapai 18,91 persen. 44

55 3.2.8 Terciptanya Ruang Publik Bagi Masyarakat Sasaran Terciptanya ruang publik bagi masyarakat merupakan sasaran untuk mengetahui jumlah pengembangan ruang kreatif. Pengembangan ruang kreatif dilakukan melalui aktivasi taman budaya. Tabel III.18 Target, Realisasi, dan Capaian Pengembangan Ruang Kreatif Tahun NO SASARAN 1 Jumlah pengembangan ruang kreatif (buah) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) ,3 Pembentukan ruang kreatif bertujuan sebagai ruang untuk mengembangkan berkomunikasi dan berkolaborasi insan kreatif, seniman, budayawan, serta masyarakat untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas karya seni dan budaya yang memiliki daya saing tinggi dan nilai tambah secara budaya, sosial, dan ekonomi. Ruang Kreatif dapat dijadikan pusat pertukaran ide-ide kreatif kaum muda, seniman, budayawan dalam dan luar negeri untuk berkolaborasi dan berkreasi meningkatkan kualitas karya seni. Pada tahun 2012 persentase ruang publik yang diperoleh yaitu sebesar 133,3%, angka ini melampaui target 100% dari yang telah ditetapkan pada Renstra. Oleh karena itu pada tahun 2013 Direktorat Jenderal Ekonomi kreatif Berbasis Seni dan Budaya mencoba meningkatkan target ruang publik dari tahun 2012 yaitu dari 3 buah ruang publik menjadi 10 ruang publik. Seperti halnya pada tahun 2012 pada 2013 pun mampu target melampaui target yang telah ditentukan dengan memperoleh pencapaian presentase sebesar 130%. Dengan pencapaian tersebut, Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya berhasil dalam melaksanakan kegiatan pengembangan ruang kreatif pada daerah-daerah yang telah ditentukan. 45

56 Tabel III.19 Daftar Provinsi dan Pagu Anggaran Dekonsentrasi Aktivasi Taman Budaya Tahun 2013 NO PROGRAM/KEGIATAN/AKTIVITAS/PROVINSI PAGU AKTIVASI PENGEMBANGAN RUANG KREATIF Provinsi Aceh Provinsi Jambi Provinsi Sumatera Barat Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Tengah Provinsi D.I. Yogyakarta Provinsi Jawa Timur Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Selatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur Provinsi Papua JUMLAH Adapun kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2013 untuk mendukung keberhasilan pencapaian sasaran tersebut yaitu melalui pengembangan Taman Budaya. Taman Budaya dipilih untuk dapat dikembangkan sebagai center of excellences atau pusat dan ruang kreatif seni dan budaya untuk destinasi pariwisata. Nama kegiatan tersebut adalah Aktivasi Taman Budaya. Melalui dukungan dekonsentrasi dari Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Tujuan aktivasi Taman Budaya ini adalah untuk penguatan institusi Taman Budaya melalui kegiatan proses dan produk seni dan budaya. Kegiatan proses meliputi workshop, pelatihan, pendidikan. Produk adalah hasil akhir yang dapat dipertunjukan dan dinikmati oleh publik. Kegiatan proses dan produk ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM pengelola Taman Budaya. Peningkatan karya-karya yang diproduksi oleh taman budayamemiliki kualitas tinggi dan daya saing, serta mendapatkan apresisasi dari masyarakat luas, baik dalam dan luar negeri adapun faktor ekonomi yang didapatkan dari kegiatan tersebut yaitu sebagai bentuk 46

57 penghargaan atau apresiasi terhadap kualitas. Adapun ruang lingkup yang kegiatan aktivasi Taman Budaya meliputi pergelaran, pelatihan, pameran, pemutaran film, fashion show, dan saresehan sebagaimana berikut Temu Karya dan Forum Kepala Taman Budaya Kegiatan Temu Karya dan Forum Kepala Taman Budaya diselenggarakan tanggal 4 s.d. 8 Juni 2013 di Jambi. Kegiatan ini dilaksanakan secara sinergi dengan intansi-intansi terkait, seniman, komunitas anak muda, lembaga dalam dan luar negeri.tema yang diusung pada kegiatan ini adalah Kekuatan Mantra dalam Perspektif Kebudayaan Indonesia.Dalam kegiatan Temu Karya dan Forum Kepala Taman Budaya, selain pentas budaya, pameran instalasi, dan melukis massal, juga diselenggarakan seminar, workshop dan dialog seni rupa dan seni pertunjukan.adapun Temu Kepala Taman Budaya se-indonesia diselenggarakan tanggal 5 Juni 2012 dan dihadiri oleh Kepala Taman Budaya/perwakilan se-indonesia. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan akan terbuka ruang ekspresi berkesenian dan terjalin kerjasama antar Taman Budaya di seluruh Indonesia sehingga kekayaan budaya di tiap daerah yang menjadi ruh kebudayaan nasional yang dapat dikembangkan dan dilestarikan. 47

58 3.2.9 Meningkatnya Kuantitas dan Kualitas Fasilitasi Pengembangan Jejaring di Sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Sasaran dari Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pengembangan jejaring di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya adalah untuk mengetahui jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya yang mengalami peningkatan jejaring. Peningkatan jejaring merupakan proses saling berbagi ide atau hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupun komersialisasi bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya (EKSB) dan hal ini difasilitasi oleh Kemenparekraf. Pelaku kreatif yang mendapatkan fasilitasi dari peningkatan jejaring ini berasal dari subsektor film, kerajinan, seni rupa, seni pertunjukan, musik, serta fotografi. Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring tidak mencapai target pada Renstra Terlihat bahwa capaian dari indikator kinerja sasaran Jumlah pelaku kreatif yang mengalami penguatan jejaring hanya mencapai 2280 orang. Tidak tercapainya target tersebut dikarenakan keterbatasan waktu dalam pelaksanaan kegiatan yang menunjang indikator tersebut. Namun demikian secara umum pencapaian indikator tersebut cukup berhasil, karena kegiatan yang menunjang banyak yang sukses dilaksanakan. Dengan demikan kinerja Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya cukup baik dalam mewujudkan pencapaian indikator Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring (orang). Tabel III.20Target, Realisasi, dan Capaian Jumlah Pelaku Kreatif Sektor EKSB yang Mengalami Peningkatan Jejaring Tahun NO SASARAN 1 Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring (orang) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) , ,58 48

59 Pada tahun 2012 realisasi target keberhasilan Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pengembangan jejaring di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya yaitu sebesar Juta orang atau 105%. Sedangkan pada tahun 2013 terdapat penurunan realisasi capaian yaitu sebesar 2,280 atau 96%. pencapaian tahun 2013 tersebut lebih kecil dibandingkan pada tahun Penurunan realisasi capaian pada tahun 2013 dikarenakan keterbatasan waktu dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga pelaksanaan kegiatan nya kurang maksimal. Ke depan Ditjen Ekonomi Kreatif kan lebih memaksimalkan waktu pelaksanaan sehingga dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Berikut ini disampaikan beberapa upaya yang dilakukan Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dalam rangka mencapai target tersebut Dialog Industri Musik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI) menggelar "Dialog Industri Musik" dalam rangka memperingati Hari Musik Nasional pada 9 Maret. Ini merupakan dialog musik pertama pasca ditetapkannya 9 Maret sebagai Hari Musik Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun Dialog ini diselenggarakan pada tanggal 18 April 2013 di Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.Dialog ini melibatkan para pekerja industri musik ini bertujuan mendiskusikan masa depan industri musik Indonesia, baik dalam bentuk digital maupun musik panggung Partisipasi Aktif Indonesia Pada Hong Kong International Film And Tv Market (Filmart) 2013 Kegiatan ini merupakan salah satu upaya nyata Pemerintah Indonesia untuk memperkenalkan Indonesia melalui film kepada masyarakat Hongkong khususnya bagi pelaku industri film dan televisi international untuk dapat bertemu dan menjalin kerjasama dikedua bidang tersebut.dampak yang diharapkan dari kegiatan ini adalah film bukan 49

60 hanya sebagai alat hiburan tetapi juga sebagai alat diplomasi budaya dan people to people dan melalui film budaya Indonesia dapat lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia yang ada di Hongkong maupun masyarakat Hongkong itu sendiri Partisipasi Aktif Indonesia Pada Cannes Film Festival 2013 Agenda utama delegasi Indonesia ke Festival de Cannes Tahun 2013 adalah berpartisipasi pada pasar film Marché du Film, pemutaran film Indonesia pada Cannes Cinéphile, memfasilitasi peluncuran acara INAMOVIE dan menyelenggarakan Indonesian Cocktail Party. Indonesia mendapat kehormatan dengan terpilihnya film Sang Penari karya sutradara Ifa Isfansyah pada kategori kompetisi Cannes Senior di seksi Antipodes Cannes Cinéphile 2013 yang ditonton oleh sekitar orang selama 3 kali pemutaran. Pada pemutaran pertama tanggal 16 Mei 2013 di gedung bioskop La Licorne yang berkapasitas sekitar 450 penonton, turut dimeriahkan dengan sesi tanya jawab / diskusi film dengan produser film tersebut, Ibu Shanty Harmayn. Cannes Cinéphiles merupakan festival film yang diselenggarakan oleh pemerintah kota Cannes pada waktu bersamaan dengan Festival de Cannes dengan salah satu bagian dari programnya yaitu Cinéma des Antipodes. Pada tahun ini paviliun Indonesia untuk pertama kalinya berdiri di International Village Pantiero#218dengan luas 16 m2 dan teras 20 m2, dimana Village International adalah miniatur perfilman dunia. Lebih dari 100 negara dari seluruh dunia menunjukkan kemajuan dan pencapaian perfilman negara masing-masing, kebijakan perfilman negara mereka dan mempromosikan kerjasama perfilman antar negara termasuk sebagai lokasi produksi film internasional Lomba Dan Pameran Foto Indonesia Dalam rangkaian acara kenegaraan peringatan HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2013,dengan tujuan merekam keanekaragaman kebudayaan melalui foto dan menjaring bakat-bakat fotografer di seluruh Indonesia, lomba terbagi dalam tiga kategori yaitu pelajar, mahasiswa dan umum. Tema yang diusung pada kegiatan ini adalah Indonesia Di Hatiku. 50

61 Kompetisi Karya Trimatra Nasional Dalam satu dekade terakhir, karya-karya trimatra telah mengubah lanskap seni rupa Indonesia mengubah persepsi tentang apa yang boleh atau tak boleh disebut seni patung. Semua ini bermula dari semangat keberagaman dan kebebasan bereksperimen yang dimungkinkan oleh seni rupa kontemporer. Kategori yang ditetapkan secara ketat terutama di perguruan tinggi seni rupa, dalam kenyataan tertantang sengit di lapangan. Spesialisasi pembuatan karya trimatra yang semula menjadi milik para pematung menjadi cair: seni patung kini dikerjakan juga oleh seniman bukanpematung maupun mereka yang datang dari berbagai disiplin lain. Kompetisi Karya Trimatra Salihara diadakan untuk mendorong lebih jauh lagi perkembangan karya trimatra di Indonesia maupun untuk memperluas apresiasi masyarakat seni rupa Biennale Desain Dan Kriya Indonesia 2013 Biennale Desain & Kriya Indonesia 2013 merupakan pameran desain dan arsitektur terbesar di Indonesia. Pameran yang baru pertama kali diadakan di Indonesia ini tidak hanya menampilkan karya-karya individu dari 93 peserta, yang semuanya merupakan desainer dari 8 sektor ekonomi kreatif, antara lain yakni bidang arsitektur, interior, mebel, produk, kriya, tekstil, desain interior, mode dan grafis.yang unik adalah dalam pameran ini ditampilkan juga hasil karya kolaborasi dari disiplin ilmu yang berbeda. Misalnya, ada karya berjudul "Rebirth" yang merupakan hasil kolaborasi dari Susan Budiharjo (desainer mode), Uy Dharma Prayoga (interior desainer), serta Gilang L Mandiri (perupa). Karya kolaborasi yang unik semacam itu berjumlah 13 karya, sebelum ditambah dengan 53 karya perseorangan Pendukungan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2013 Pada tahun 2013, Indonesia menjadi ketua dan tuan rumah APEC. Indonesia memanfaatkan momentum ini untuk menghasilkan kontribusi penting bagi proses integrasi ekonomi regional di Asia- Pasifik, seperti yang pernah dilakukan di tahun 1994, yang berpuncak pada lahirnya Bogor Goals. 51

62 Dibawah tema Kawasan Asia-Pasifik yang Tangguh, Penggerak Pertumbuhan Global, APEC 2013 bertujuan untuk memastikan bahwa kawasan Asia-Pasific dapat menjaga pertumbuhan ekonomi yang kuat dan tangguh, dan mampu cepat pulih dari guncangan dan pengaruh dari kawasan lain. Indonesia, bersama 20 ekonomi APEC lainnya dapat mengupayakan kawasan Asia-Pasifik sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi global. Tema ini diterjemahkan lebih lanjut ke dalam tiga prioritas, yaitu pemenuhan Bogor Goals, pencapaian pertumbuhan berkelanjutan yang merata, serta pemajuan konektivitas.adapun acara puncak diselenggarakan pada tanggal 1 s.d. 8 Oktober 2013 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Salah satu acara yang diselenggarakan dalam rangkaian APEC 2013 adalah Gala Dinner yang dihadiri 21 menteri peserta APEC di Westin Hotel, Nusa Dua Bali. Acara Gala Dinner ini diwarnai dengan seni budaya khas Pulau Bali dan beberapa daerah di Indonesia. Selain itu, Gala Dinner dimeriahkan juga oleh kolaborasi instrumen musik bambu dengan orkestra. Perpaduan instrumen musik bambu dan orkestra tersebut digarap oleh Erwin Gutawa. Sejumlah penyanyi seperti Mike Mohede, B3 dan Gita Gutawa turut juga memeriahkan acara gala dinner tersebut Pendukungan Pengembangan Prestasi Kerjasama Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya di Forum Internasional Dalam kancah internasional, bekerjasama dalam memajukan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya masing-masing negara dengan jalan mempromosikan seni dan budaya negara yang bersangkutan adalah sesuatu hal yang sangat penting. Dalam pengembangan prestasi di bidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya juga tidak kalah pentingnya terutama di forum internasional. Keberadaan Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya sebagai institusi pemerintah yang diberi kewenangan dalam hal pembinaan dan pengembangan serta melestarikan budaya bangsa, perlu melakukan upaya-upaya dalam rangka pendukungan 52

63 pengembangan prestasi dan kerjasama seni dan budaya di forum internasional. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan terkait dengan Pendukungan Pengembangan Prestasi Kerjasama Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya di Forum Internasional sebagai berikut. 1. Hong Kong Flower Show Hong Kong Flower Show adalah acara besar yang diselenggarakan oleh Departemen Wisata dan Budaya Hong Kong untuk mempromosikan tanaman hortikultura dan kesadaran penghijauan. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun, untuk memberikan kesempatan bagi ratusan ribu warga lokal dan pecinta hortikultura di seluruh dunia untuk menghargai keindahan bunga dan berbagi pengalaman mereka dalam budidaya bunga. Hong Kong Flower Show 2013diselenggarakan tanggal Maret 2013 di Victoria Park di Causeway Bay. 2. Konser Musik Indonesia dalam rangka Perayaan 20 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia Kyrgyztan. Kegiatan ini diselenggarakan tanggal 27 April 2013 di Gedung Drama Nasional di Bishek, Kyrgyztan. Konser musik tersebut dihadiri oleh 400 orang yang terdiri dari pejabat pemerintah Kyrgyztan, kalangan diplomatik di Bishek dan masyarakat umum.konsermusik Indonesia tersebut dibawakan oleh Surya Vista Orchestra dengan penyanyi dari Surya Vocalia pimpinan Paulus Surya dengan anggota tim terdiri dari 5 pemain musik, 7 penyanyi serta staf pendukung. 3. The 3 rd Vietnam International Choir Competition. Kegiatan The 3 rd Vietnam International Choir Competition diselenggarakan pada tanggal Juni 2013 di Hoi An City, Vietnam. Indonesia dalam lomba ini diwakili oleh beberapa grup paduan suara. Tim paduan suara Indonesia yang berhasil meraih prestasi padathe 3 rd Vietnam International Choir Competition adalah Syarif Hidayatullah Choir memenangkan Jury s Special Prize for Outstanding Performance, Narawungi Dasandriya UTY 53

64 memenangkan Silver Diploma dan Paramadina Choir memenangkan Golden Diploma (level 1). Sementara itu, Paduan Suara Anak Batam dan Tri Tunggal Christian Choir berjaya di nomor Children s and Youth s Choir dan Voice of Soul berhasil mendapat anugerah Golden Diploma pada kategori Sacred Choir th Kimilsungia Festival Kimilsungia menjadi simbol persahabatan antara Indonesia dan Korea Utara. Bunga Diplomasi oleh Soekarno ini menjadikan Indonesia sebagai sahabat dekat Korea Utara. Untuk mengenang persahabatan baik ini, Korea Utara pun untuk pertama kalinya, pada tahun 1999 menggelar Festival Bunga Kimilsungia. Festival ini juga merupakan bentuk penghormatan bangsa Korea Utara kepada mendiang Presiden Kim Il Sung. Di setiap penyelenggaraan agenda tahunan itu pula Pemerintah Indonesia menjadi satu - satunya negara yang menerima kehormatan untuk membuka sambutan pada acara pembukaan festival. Festival Kimilsungia ke-15 tahun 2013 berlangsung pada tanggal April Peringatan ini bertepatan dengan peringatan 101 tahun kelahiran mendiang Presiden Kim Il Sung (the Sun s Day) 15 April Pihak Republik Demokratik Rakyat Korea secara khusus mengharapkan kerjasama yang selama ini terjalin dengan Republik Indonesia dapat semakin ditingkatkan. Delegasi RI lalu mengunjungi Mansudae Art Studio yang juga adalah Galeri Nasional Korea Utara. disertai beberapa negara sahabat. 5. Made in Indonesia Festival Made in IndonesiaFestival kembali diselenggarakan untuk ketiga kalinya, pada hari Minggu tanggal 8 September di downtown Silver Spring, sebuah area yang berlokasi tepat diperbatasan kota Washington DC dengan negara bagian Maryland, Amerika Serikat. Made In Indonesia, merupakan satu-satunya festival Indonesia yang rutin digelar selama tiga tahun berturut-turut di kawasan timur Amerika Serikat, yang meliputi negara bagian Maryland, Virginia, Washington DC, Pennsylvania hingga New York. Oleh karena itu, Made in Indonesia 3 kali ini banyak dikunjungi warga Indonesia 54

65 maupun Amerika yang datang dari Philladelphia dan New York. Festival ini memperlihatkan keberagaman Indonesia Meningkatnya Kuantitas dan Kualitas Fasilitasi Pemasaran Karya Kreatif Sektor Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Sasaran dari Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pemasaran karya kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya yaitu untuk mengetahui jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya yang mengalami peningkatan akses pasar. Tabel III.21Target, Realisasi, dan Capaian Jumlah Pelaku Kreatif Sektor EKSB Mengalami Peningkatan Akses Pasar Tahun NO SASARAN 1 Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB mengalami peningkatan akses pasar (orang) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) Pencapaian pada tahun 2012, capaian target keberhasilan Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pemasaran karya kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni yaitu mencapai 1,962 orang atau 176%. Dengan capaian tersebut telah melampaui target yang ditetapkan. Sama halnya dengan tahun 2012 pada tahun 2013 realisasi capaian indikator yaitu sebesar orang tercapai 226%. Pencapaian ini tidak terlepas dari adanya upaya yang telah dilakukan oleh Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya untuk mencapai target tersebut, antara lain dengan menyelenggarakan kegiatan yang berskala nasional dan internasional di Indonesia untuk meningkatkan kuantitas dan kualitasi pemasaran bagi pelaku pelaku kreatif yang ada. Untuk mencapai indikator Peningkatan akses pasar tersebut Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya telah memenuhi target bahkan melampui target yang telah ditentukan. Dari target

66 orang yang telah ditentukan, pada realiasasinya mencapai 2707 orang atau sebesar %. Keberhasilan pencapaian realisasi tersebut tidak terlepas dari program-program kegiatan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dalam membantu para pelaku kreatif dalam peningkatan akses pemasaran karya kreatifnya yang dijelaskan berikut ini Lomba Cipta Seni Anak-Anak Nasional Tahun 2013 Lomba Cipta Seni Anak-Anak Nasional tahun 2013 ini adalah kegiatan ke-8 kalinya, dari tahun Tujuan kegiatan ini untuk sebagai sarana bagi pelajar SD dan SMP di Indonesia untuk menampilkan kreativitas berkesenian secara kompetitif dan spontan, serta mendorong pengembangan karakter generasi muda yang seimbang antara logika, etika, dan estetika. Tema tahun ini adalah Maju Negeriku dan Indah Budayaku. Pada tahun ini, kegiatan dilaksanakan tanggal 7 Juli 2013 di Istana Kepresidenan Cipanas, Jawa Barat dengan memperlombakan antara lain: lukis, cipta lagu, cipta puisi dan desain motif batik untuk jenjang pendidikan tingkat SMP, dan lukis, cipta lagu, cipta puisi untuk tingkat SD. Lomba diikuti oleh 231 peserta perwakilan pelajar SD dan SMP dari 33 provinsi di Indonesia, memperebutkan piala dan piagam Presiden serta uang tabungan pembinaan, dari juara I.II, III, Harapan I, II, dan III yang diserahkan langsung oleh Presiden dan Ibu Ani Bambang Yudhoyono dan didampingi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Sekretaris Negara th International Art Exhibition of the Venice Biennale International Art Exhibition of the Venice Biennale merupakan even pameran seni rupa kontemporer tertua dan paling bergengsi di dunia. Ajang dua tahunan ini mulai digelar sejak tahun Paviliun Indonesia untuk pertama kalinya tampil di Arsenale, salah satu dari dua venue utama perhelatan. Tujuan keikusertaan Indonesia di ajang ini adalah untuk menampilkan seni rupa kontemporer Indonesia di forum international sekaligus mempromosikan pariwisata dan industri kreatif 56

67 Indonesia di mata dunia. Event ini diselenggarakan pada tanggal 28 s.d. 30 Mei 2013 di Venesia, Italia.Delegasi Indonesia terdiri dari Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Direktur Pengembangan Seni Rupa, Direktur Promosi Konvensi, Insentif, dan Event dan Minat Khusus, Tim Kesenian Ikreasindo dan media massa. Keikutsertaan ini adalah untuk mengangkat senirupa kontemporer Indonesia di dunia sekaligus mempromosikan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia Meningkatnya Kuantitas dan Kualitas Fasilitasi Kreasi dan Produksi Karya Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Sasaran untuk Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi kreasi dan produksi karya kreatif berbasis seni dan budaya adalah untuk mengetahui berapa jumlah pelaku kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi karya kreatif. Fasilitasi kreasi dan produksi dilakukanagar para pelaku dapat menghasilkan karya atau produk kreatif yang berkualitas dan berdaya saing. Pada dasarnya efektifitas dan efisiensi kegiatan ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produk karya kreatif mencapai hasil target yang telah ditetapkan, hal ini tidak terlepas dari program-program terobosan yang dilakukan oleh Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya untuk meningkatkan jumlah kreasi dan produksi kreatif. Tabel III.22Target, Realisasi, dan Capaian Jumlah Pelaku Kreatif Sektor EKSB Mengalami Peningkatan Kemampuan Kreasi dan Produksi Karya Kreatif Tahun NO SASARAN 1 Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi karya kreatif (orang) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) ,14 57

68 Pada tahun 2013 kuantitas dan kualitas kuantitas dan kualitas fasilitasi kreasi dan produksi karya kreatif berbasis seni dan budaya mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012 yaitu sebanyak orang atau 262%, realisasi pencapaian tersebut melampaui target yang telah ditentukan. Sedangkan pada tahun 2012 realisasi hanya mencapai orang atau 76,14%, hal ini dikarenakan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya masih melakukan beberapa penyesuaian program dan kegiatan serta penganggaran. Sehingga kegiatan yang ada belum maksimal dilaksanakan, oleh karena target belum direalisasikan dengan baik. Pada tahun 2013 banyak kegiatan Ditjen Ekonomi kreatif yang dapat membantu para pelaku keatif. Dengan pencapaian tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan yang cukup signifikan, bahkan dapat dikatakan berhasil dengan melampaui target yang ditetapkan pada Renstra tahun melalui kegiatan-kegiatan berikut ini Gita Bahana Nusantara Tahun 2013 Kegiatan Paduan Suara dan Orkestra Gita Bahana Nusantara (GBN) telah menjadi agenda penting tahunan yang diselenggarakan dalam rangka meningkatkan upaya pembangunan karakter bangsa melalui pengembangan seni musik dan seni suara, serta pembinaan generasi muda.gita Bahana Nusantara tahun 2013 ini didukung oleh 64 orang pemain orkestra, 133 paserta paduan suara, dan satu orang solis. Peserta GBN ini berasal dari 33 provinsi di Indonesia. Mereka ini datang ke Jakarta untuk mewakili daerahnya masing-masing yang tentunya telah melalui audisi yang cukup ketat. Konser perdana Gita Bahana Nusantara akan dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus2013 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Konser kedua tanggal 16 Agustus 2013 di Gedung MPR/DPR dalam rangka rapat paripurna dan tanggal 17 Agustus 2013 merupakan puncak acara konser Gita Bahana Nusantara. Mereka akan tampil pada upacara peringatan kemerdekaan Indonesia di depan Istana Negara. 58

69 Pekan Kreasi Dalang Muda Indonesia Pekan Kreasi Dalang Muda Indonesia diselenggaran selama dua hari, November 2013 di Ciamis, Jawa Barat. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh ASDA II Pemerintah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Drs. H. Sukiman. Kegiatan ini diharapkan dapat memajukan seni daerah juga diharapkan masyarakat khususnya warga Ciamis bisa lebih mencintai seni budaya bahkan menjadi penggugah dan kekuatan untuk pengenalan seni tradisi. Pekan Kreasi dalang muda tahun 2013 ini menampilkan delapan dalang dari berbagai daerah antara lain Ciamis, Bandung, Bogor, Cirebon, Surakarta, Betawi (DKI Jakarta), Palembang dan juga dalang cilik dari Jakarta. Dalang muda yang tampil berkisar antara umur 15 sampai 35 tahun Pawai Budaya Nusantara Pawai Budaya Nusantara 2013 adalah sebuah kreatiivitas kesenian bertema Budaya Pemersatu Bangsa. Garapan Pawai Budaya Nusantara merupakan representasi kekayaan budaya lokal ditingkat nasional secara kreatif, yang digarap dan dikemas oleh kreatifitas seniman, dengan melihat persoalan pembauran, perkembangan serta pandangan ke depan yang tumbuh di masyarakat. Melalui pawai budaya akan tercermin tumbuh dan berkembangnya budaya suatu masyarakat dan bagaimana masyarakat memelihara tradisi dan menerobos jauh ke depan dengan menafsirkan bentuk budaya baru. Pawai budaya mencoba menggali seperti apa bentuk yang masih ada (bertahan), tumbuh dan berkembang, lalu bentuk budaya baru yang akan muncul. Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 18 Agustus 2013 di Jakarta dan diikuti seniman dari 33 provinsi seluruh Indonesia Lomba Cipta Dan Festival Lagu Anak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia memandang penting mengenai pengembangan lagu-lagu anak, terutama karena dalam dua dekade terakhir terjadi kelesuan, baik dari sisi produksi maupun dari sisi materi lagu anak itu sendiri. Berbagai inisiatif dan langkah revitalisasi telah dilakukan untuk menumbuhkan 59

70 lagu anak Indonesia. Indonesia Berdendang adalah program yang dicanangkan pada ajang Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) tahun 2012 lalu oleh Ibu Negara Hj. Ani Bambang Yudhoyonodengan rancangan kerja berupa Festival Lagu Lintas Genre dan Festival Lagu Anak (FESLA). Sebagai implementasi dari program tersebut, pada tahun 2013 ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia melalui Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik menggelar rangkaian kegiatan berupa Lomba Cipta dan Festival Lagu Anak Festival Nasional Seni Pertunjukan Festival Nasional Seni Pertunjukan merupakan kegiatan yang diselenggaran setiap tahun dan diikuti oleh berbagai seniman dari seluruh Indonesia. Untuk tahun ini kegiatan ini diikuti oleh 17 daerah yang menampilkan seni pertunjukan yang unik. 17 daerah yang tampil dalam acara ini merupakan hasil seleksi di tingkat provinsi. Para peserta yang diprioritaskan ikut acara ini adalah pelajar dan mahasiswa. Sedangkan materi seni pertunjukan yang dipentaskan harus asli bersumber dari daerah itu sendiri, namun memiliki sejumlah kearifan lokal. Festival Nasional Seni Pertunjukan tahun ini diselenggarakan di Balai Kartini Jakarta pada tanggal November Festival ini dibuka oleh Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Selain itu, melalui festival ini pemerintah mendorong para seniman untuk terus kreatif bagaimana mengolah dan memberdayakan potensi musik tradisi, teater serta tarian khas daerah menjadi bentuk seni pertunjukan yang bisa dibanggakan ke forum nasional Meningkatnya Kualitas Perencanaan, Pemantauan dan Evaluasi Program dan Kegiatan Sasaran untuk Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan dan evaluasi program dan kegiatan adalah untuk mengetahui pencapaian program dan kegiatan Ditjen EKSB (persentase). Dalam pelaksanaannya pencapaian target pada Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan 60

71 Budaya telah melakukan pengukuran dengan indikator pencapaian target, program dan kegiatan Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, yaitu persentase realisasi target yang terlaksana dan terdokumentasi dibandingkan dengan rencana target kinerja Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Target dimaksud mencakup indikator program di Eselon I maupunindikator program di Eselon II. Tabel III.23 Target, Realisasi, dan Capaian Pencapaian Target Indikator Program dan Kegiatan Ditjen EKSB Tahun NO SASARAN 1 Pencapaian target indikator program dan kegiatan Ditjen EKSB (persentase) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) , ,4 Pada tahun 2012 indikator jumlah layanan perencanaan, pemantauan dan evaluasi program dan kegiatan hanya mencapai sekitar 40%. Hal ini dikarenakan DItjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya baru melakukan penyesuaian karena adanya pembentukan awal organisasi jadi masih belum maksimal dalam pelaksanaan program dan kegiatannya. Pada tahun 2013 meskipun terdapat kenaikan target realisasi yaitu sekitar 75% atau 81,5%. Dalam pelaksanan nya tidak mencapai target yang telah ditetapkan. Keterbatasan waktu merupakan permasalahan dalam pencapaian target tersebut. Meskipun demikian walaupun belum mencapai target, namun secara keseluruhan rata-rata dari semua sasaran pada indikator ini baik target maupun pencapaiannya memiliki target dan pencapaian pada tahun 2013 dapat dikatakan berhasil mengalami peningkatan Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Keuangan Ditjen EKSB Sasaran ini dapat diukur dengan indikator Penyerapan anggaran belanja Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, yaitu 61

72 persentase anggaran yang digunakan untuk dibandingkan dengan anggaran yang direncanakan. Indikator tersebut adalah untuk untuk mengetahui pencapaian realiasasi anggaran belanja dalam kurun waktu setahun. Tabel III.24Target, Realisasi, dan Capaian Penyerapan Anggaran Belanja Ditjen EKSB Tahun NO SASARAN 1 Penyerapan anggaran belanja Ditjen EKSB (persentase) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) 95 80, ,4 49,47 Penyerapan anggaran belanja Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya tidak memenuhi target yang telah ditentukan. Realisasi penyerapan anggaran hanya sebesar80,03% Pada tahun 2012 pencapaian indikator penyerapan anggaran belanja hanya mencapai 49,47%, hal ini dikarenakan ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya masih merupakan ditjen yang baru terbentuk sekitar akhir 2012 jadi pencapaian realisasi masih kecil. Sedangkan pda tahun 2013 pencapaian realisasi sebesar 80,03% dengan tingkat pencapaian 84%. Realisasi tersebut tidak berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan, hal ini dikarenakan terdapat beberapa kendala dan keterbatasan waktu dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan. Tabel III.25Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2013 No Kegiatan Pagu 1 Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik Realisasi (Rp) (%) ,78% 2 Pengembangan Industri Perfilman ,76% 3 Pengembangan Seni Rupa ,13% 62

73 No Kegiatan Pagu 4 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen EKSB Realisasi (Rp) (%) ,68% TOTAL ,03% Adapun permasalahan yang ditemui dalam penyerapan anggaran Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya selama tahun 2013 sehingga tidak terpenuhinya target yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan Anggaran baru dapat dimulai pada pertengahan bulan Maret Terdapat perbedaan alokasi anggaran per program, per kegiatan, dan per jenis belanja antara hasil kesepakatan dengan Komisi X DPR RI DIPA yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan. 3. Terdapat kebijakan penghematan anggaran sebesar 10% di tengah periode pelaksanaan anggaran. 4. Terdapat perubahan MAK Belanja Transpot Dalam Kota dan perubahan Akun baru untuk aktivitas rapat-rapat konsinyering, sehingga dibutuhkan penyesuaian ulang penempatan anggaran pada aktivitas dimaksud, dan kegiatan baru dapat dilaksanakan setelah proses revisi MAK selesai. 5. Alokasi anggaran untuk membiayai tunjangan kinerja tidak seluruhnya dapat terserap Meningkatnya Kualitas Organisasi Ditjen EKSB Sasaran ini dapat diukur dengan Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Sasaran ini dapat diukur dengan indikator Jumlah NSPK yang dihasilkan, yaitu jumlah pedoman operasional yang dihasilkan Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, bagi untuk keperluan internal dan eksternal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 63

74 Terdapat beberapa kebijakan Menteri yang terkait dengan ekonomi kreatif telah dijabarkan pada level operasional yang didukung oleh Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) sehingga kebijakan yang dikeluarkan dapat dilaksanakan secara transparan dan akuntabel. Berdasarkan data di atas pencapaian NSPK target yang ditentukan pada tahun 2013 yaitu sebanyak 14 Naskah, sedangkan pada realisasi pencapaian nya hanya sebanyak 12 Naskah. Tabel III.26Target, Realisasi, dan Capaian Jumlah Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria serta SOP yang Dihasilkan Ditjen EKSB Tahun NO SASARAN 1 Jumlah Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria yang dihasilkan Ditjen EKSB (naskah) 2 Jumlah Prosedur Operasi Standar (POS) yang dihasilkan Ditjen EKSB (naskah) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) Dengan demikian target tersebut tidak dapat dicapai, karena keterbatasan waktu dalam penyusunan NSPK. Begitu halnya dengan POS juga tidak mencapai target sama hal dengan NSPK keterbatasan waktu pembahasan mengakibatkan target tidak tercapai. Pada tahun 2013 capaian realisasi untuk jumlah NSPK yang dihasilkan Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya sebanyak 14 NSPK atau capaian realisasi nya hanya 85,71 %. Dengan demikian target yang telah ditentukan dalam Renstra belum berhasil secara optimal pencapaiannya. Realiasi indikator NSPK dan POS yang telah dihasikan pada tahun 2013 jauh lebih banyak dibandingkan pada tahun Pada tahun 2013 mencapai realisasi sekitar 86% dan 62,5% dari target yang ditentukan, dengan demikian target tersebut dapat dikatakan berhasil. PERMASALAHAN 64

75 Pada tahun 2013, Baik NSPK maupun POS tidak dapat disusun tidak memenuhi target yang telah di capai dikarenakan keterbatasan waktu dalam penyusunannya akibat beberapa penundaan pada mekanisme pelaksanaan anggaran. PEMECAHAN PERMASALAHAN Untuk penyusunan Draft NSPK Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya akan lebih mengoptimalkan waktu pengerjaan penyusunan serta memperkirakan kemungkinan terjadinya penundaan jadwal pelaksanaan anggaran, sehingga dalam satu tahun anggaran target jumlah NSPK dapat tercapai Meningkatnya Kualitas SDMDitjen EKSB Meningkatnya sasaran kualitas SDM Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya untuk mengetahui Jumlah SDM yang difasilitasi dalam peningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan SDM yang ada pada Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Capaian realisasi indikator jumlah SDM yang difasilitasi untuk meningkatkan kemampuan kerja dan pengetahuan di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya hanya sebanyak 119 orang atau capaiannya 61.03%. Dengan realisasi tersebut menunjukkan bahwa indikator yang ada belum memenuhi target yang telah ditentukan dalam Renstra. Tidak tercapaiannya target tersebut, lebih dikarenakan jumlah SDM yang ada di Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya hanya 119 orang. Namun demikian, meskipun secara umum dapat dikatakan telah memenuhi target yang ditentukan. Tabel III.27Target, Realisasi, dan Capaian Jumlah SDM yang Difasilitasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerja dan Pengetahuan Terkait EKSB Tahun NO SASARAN TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) 65

76 NO SASARAN 1 Jumlah SDM yang difasilitasi untuk meningkatkan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait EKSB (orang) TARGET REALISASI CAPAIAN CAPAIAN REALISASI (%) (%) , Peningkatan kemampuan SDM Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya diukur dari kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan kerja setiap SDM yang ada di lingkungan Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya.Dari sisi pencapaian, indikator dapat dikatakan berhasil. Pencapaian pada tahun 2012 mencapai 100%, sedangkan tahun 2013 mencapai 119orang atau 61,03%. Dengan demikian indikator Jumlah SDM yang difasilitasi untuk meningkatkan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait EKSB (orang) tercapai dengan maksimal. 66

77 BAB IV Akuntabilitas Kinerja Pada Bab Akuntabilitas Kinerja Tahun akan menampilkan capaian dan realisasi dari tahun yang disandingkan dengan capaian dan realisasi dari Renstra Tabel IV.1 Evaluasi Capaian Kinerja Ditjen EKSB Tahun NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Meningkatnya kontribusi PDB ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 2 Meningkatnya kontribusi ekspor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya Kontribusi PDB EKSB terhadap PDB nasional (persentase) Kontribusi ekspor produk EKSB terhadap produk kreatif dunia (persentase) TARGET CAPAIAN REALISASI (%) 5,02 6, ,73 2, Meningkatnya tingkat partisipasi dan produktivitas tenaga kerja sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 4 Meningkatnya aktivitas usaha di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 5 Meningkatnya pemahaman HKI atas karya kreatif berbasis seni dan budaya 6 Meningkatnya pemahaman mengenai ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 7 Meningkatnya konsumsi terhadap produk kreatif berbasis seni dan budaya 1. Tingkat partisipasi tenaga kerja EKSB (persentase) 2. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di sektor EKSB Kontribusi jumlah usaha sektor EKSB terhadap nasional (persentase) 1.Jumlah karya kreatif yang difasilitasi pendaftaran hak kekayaan intelektual bagi karya kreatif (karya kreatif) 2.Tingkat pemahaman masyarakat terhadap HKI sektor EKSB (persentase) Tingkat pemahaman masyrakat terhadap EKSB (persentase) Pertumbuhan konsumsi terhadap produk kreatif berbasis seni dan budaya (persentase) 5,64 12, ,95 1, ,30 15, base: x% base: x% ,99 18, BAB IV Akuntabilitas Kinerja

78 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 8 Terciptanya ruang publik bagi masyarakat Jumlah pengembangan ruang kreatif (daerah) TARGET CAPAIAN REALISASI (%) Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pengembangan jejaring di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 10 Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pemasaran karya kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya 11 Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi kreasi dan produksi karya kreatif berbasis seni dan budaya 12 Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan dan evaluasi program dan kegiatan 13 Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen EKSB 14 Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen EKSB 15 Meningkatnya kualitas SDM Ditjen EKSB Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring (orang) Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan akses pasar (orang) Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi karya kreatif (orang) Pencapaian target indikator program dan kegiatan Ditjen EKSB (persentase) Penyerapan anggaran belanja Ditjen EKSB (persentase) 1.Jumlah NSPK yang dihasilkan Ditjen EKSB (naskah) 2.Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan Ditjen EKSB (naskah) Jumlah SDM yang difasilitasi untuk meningkatkan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait EKSB (orang) , , , Kontribusi Terhadap Perekonomian Tabel IV.1 menunjukkan pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 secara umum capaian target dapat dipenuhi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS)pencapaian realisasi sasaran ini tidak terlepas dari BAB IV Akuntabilitas Kinerja

79 upaya yang di lakukan Ditjen Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya dalam berkontribusi yang berkontribusi besar terhadap penciptaannilai tambah bagi perekonomian nasional Kontribusi Terhadap PDB Adapun kelompok industri kreatif di tahun 2012 dan 2013 yang mampu memberikan kontribusi nilai lebih besar adalah dari sektor kerajinan. Namun demikian bukan berarti sektor lain tidak memiliki nilai tambah hanya saja masih relatif kecil. Dengan adanya pertumbuhanindustri kreatif yang cukup besar, dapat menjadi modal bagi Indonesia untuk mengembangkan industri kreatif yang lebih baik lagi kedepannya. Selain itu untuk sasaran meningkatnya kontribusi eksporekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan Dengan keberhasilan pencapaian realisasi tersebut menandakan bahwa Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan budaya memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekspor dunia Dampak Bagi Ketenagakerjaan Dari segi ketenagakerjaan,meningkatnya Tingkat Partisipasi dan Produktivitas Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif berbasis ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya capaian target sudah cukup berhasil. Sektor Industri Kreatif di Indonesia khususnya untuk Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi karena dibandingkan dengan sektor ekonomi kreatif lainnya. Seperti yang telah diketahui bahwa dari tahun ke tahun sektor ekonomi kreatif khususnya yang berbasis Seni dan Budaya dari tiap tahun menunjukan nilai positif. Hal sejalan dengan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) industri kreatif. Penyerapan tenaga kerja Industri Kreatif banyak ditopang oleh kelompok industri listrik, Gas, dan Air Bersih, Pertambangan dan Penggalian, Keuangan, Real Estat, dan Jasa, Perusahaan, Pengangkutan dan Komunikasi, Konstruksi, Industri Pengolahan, Industri Kreatif, Jasa-jasa, Perdagangan, Hotel, dan Restoran, Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan, Kerajinan. BAB IV Akuntabilitas Kinerja

80 Adapun Penyerapan tenaga kerja Industri Kreatif Berbasis Seni dan Budaya didominasikelompok industri Kuliner dan Kerajinan. Tingkat partisipasi tenaga kerja mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak. Hal ini berarti bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Oleh karena diharapkan dari tahun ke tahun masyarakat harus dapat memanfaatkan industri kreatif. Jumlah usaha yang bergerak di sektor Industri Kreatif dari tahun 2010 hingga 2013 terus mengalami peningkatan. Relatif besarnya jumlah usaha sektor Industri Kreatif di Indonesia didukung oleh pertumbuhan usaha yang cukup baik. Meskipun pertumbuhannya tidak sebesarpertumbuhan usaha sektor Jasa-jasa maupun sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan, pertumbuhan usaha sektor Industri Kreatif lebih stabil dibandingkan sektor lainnya. Capaian target selama dua tahun ini mencapai target yang diinginkan, bahkan melampaui target yang telah ditentukan dalam Renstra Hal ini menunjukan bahwa Ditjen Ekonomi Kreatif turut berkontribusi dalam meningkatan sektor usaha nasional, dengan melaksanakan program dan kegiatan yang mendukung pertumbuhan sektor ekonomi kreatif terhadap nasional Konsumsi Terhadap Produk Kreatif Pertumbuhan konsumsi Rumah Tangga Industri Kreatif berbasis Seni dan Budaya menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun2011 pertumbuhannya adalah sebesar 9,32 persen, meningkat menjadi 10,12 persen dan 11,24 persen pada tahun 2012 dan Pertumbuhan konsumsi Rumah Tangga paling besar terjadi pada kelompok Seni Pertunjukan, yang mencapai 18,91 persen konsumsi Rumah Tangga Industri Kreatif berbasis Seni dan Budaya pada tahun 2013 adalah sebesar 522,2 triliun rupiah. Konsumsi Rumah Tangga paling besar berasal dari kelompok Kuliner dan Kerajinan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada tahun 2012 dan 2013, indikator Pertumbuhan konsumsi terhadap produk kreatif berbasis seni dan budaya, dapat memenuhi target yang telah di capai bahkan melampaui target yang ditetapkan pada Renstra BAB IV Akuntabilitas Kinerja

81 4.1.4 Pemahaman Terhadap HKI dan Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Secara Umum Seperti yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya, untuk sasaran Meningkatnya Pemahaman HKI Atas Karya Kreatif Berbasis Seni Dan Budaya dari tahun 2012 hingga 2013 mengalami peningkatan. Meskipun pada tahun 2012 tidak ada satu pun karya kreatif yang di fasilitasi pendaftaran HKI, dikarenakan 2012 merupakan awal dari terbentuknya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Namun, pada tahun 2013, Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dalam pelaksanaanya mampu memfasilitasi HKI bagi pelaku kreatif. Untuk indikator Tingkat pemahaman masyarakat terhadap HKI sektor EKSB, semenjak lahirnya Ditjen Ekonomi kreatif Berbasis Seni dan Budaya pada tahun 2012 sudah melaksanakan kegiatan untuk mendukung pemahaman masyarakat terhadap HKI terlebih lagi untuk sektor Berbasis Seni dan Budaya. Sedangkan pada tahun 2013, dilakukan survei untuk mengetahui tingkat pemahaman tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ditjen Ekonomi Kreatif ikut mendukung dengan melaksanakan program dan kegiatan peningkatan pemahaman HKI bagi masyarakat. Untuk indikator Meningkatnya pemahaman mengenai ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, dari tahun 2012 hingga 2013 tingkat pemahaman masyarakat terhadap Ekonomi kreatif Berbasis Seni dan Budaya mengalami peningkatan. Seperti yang telah dijelaskan tahun 2012 merupakan awal dari terbentuknya Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, namun berbagai upaya di lakukan oleh Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya agar masyarakat memahami Ekonomi Kreatif. Dengan banyaknya rubrik ekonomi kreatif yang di baca oleh masyarakat atau kegiatan kegiatan yang di lakukan oleh Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya untuk pemahaman masyarakat ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya, serta melalui kegiatan-kegiatan Rapat Koordinasi dan sosialisasi baik di tingkat pusat maupun di daerah. BAB IV Akuntabilitas Kinerja

82 4.1.5 Penciptaan / Aktivasi Ruang Kreatif Publik Dalam pencapaian target dari sasaran keberhasilan terciptanya ruang publik bagi masyarakat pada tahun 2012 dan 2013, dapat dikatakan berhasil. Pada tahun 2012, target yang ingin di capai adalah sebanyak 4 buah sedangkan realisasinya 10 buah. Dan pada tahun 2013,dari target 10 buah ruang kreatif dapat terealisasi sebanyak 10 buah. Dengan demikian realisasi dari indikator tersebut dapat dikatakan melampaui target. Dalam pelaksanaan terciptanya ruang publik bagi masyarakat ini, diharapkan akan menghasilkan peningkatan kemampuan pengelolaan pertunjukan, peningkatan kesadaran budaya para pelaku kreatif. Dengan demikian akan tercipta peningkatan karya dan apresiasi bagi karya karya kreatif Pengembangan Kualitas dan Kuantitas Jejaring Sektor Ekonomi Kreatif Realisasi pencapaian sasaran Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pengembangan jejaring di sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dapat memenuhi target yang telah ditentukan. Pada tahun 2012 Realisasi pencapaian target berhasil di capai bahkan melampaui target yang dharapkan. Namun pada tahun 2013 indikator tersebut mengalami penurunan, hal ini dikarenakan terdapat beberapa kendala seperti keterbatasan waktu dalam pelaksanaan kegiatan yang menunjang pencapaian target tersebut. Sehingga pada tahun 2013 tersebut pencapaian target kurang berhasil. Namun demikian secara umum indikator Jumlah pelaku kreatif sektor EKSB yang mengalami peningkatan jejaring dapat terlaksanakan dengan baik Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Fasilitasi Pemasaran Karya Kreatif Peningkatan keberhasilan dari indikator Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pemasaran karya kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya menunjukan bahwa realisasi dan capaiannya yang positif yang telah ditentukan. Pada tahun 2012 dan 2013 upaya yang dilakukan oleh Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya untuk meningkatkan pengembangan jejaring tersebut berjalan dengan sangat baik sehingga dapat melampaui target yang telah ditentukan. BAB IV Akuntabilitas Kinerja

83 Realisasi sasaran Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi pemasaran karya kreatif sektor ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya dapat dikatakan berhasil, bahkan melampaui target yang telah ditetapkan. Keberhasilan pencapaian target pada tahun 2012, telah membuat Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya meningkatkan target nya pada tahun Untuk mencapai target yang di inginkan, Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya melakukan berbagai upaya upaya untuk mendukung realisasi target tersebut Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Fasilitasi Kreasi dan Produksi Karya Kreatif Seperti halnya pada sasaran sebelumnya, pencapaian dari sasaran Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitasi kreasi dan produksi karya kreatif berbasis seni dan budaya dapat dikatakan berhasil. Realisasi capaian target melampaui target yang ingin ditentukan, hal ini juga tidak terlepas dari berbagai upaya Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya untuk mencapai keberhasilan indikator tersebut. 4.2 Dukungan Manajemen Ditjen EKSB Capaian Meningkatnya kualitas perencanaan,pemantauan dan evaluasi program dan kegiatan masih belum memenuhi target dari target yang dinginkan baik pada tahun 2012 maupun ini disebabkan pada tahun 2012 merupakan awal dari Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya baru terbentuk, jadi belum maksimal dalam melaksanakan program dan kegiatannya. Sedangkan pda tahun 2013, kurang berhasilnya pencapaian target itu salah satunya karena keterbatasan waktu dalam melaksanakan kegiatan, sehingga tidak maksimal dalam melaksanakan program dan kegiatan. Pada tahun 2013 dikarenakan perbedaan alokasi pagu anggaran antara DPR dan Kementerian Keuangan, hai itu mengakibatkan kegiatan yang ada baru dapat berjalan bulan Maret. Dengan keadaan seperti itu, menyebabkan kurang maksimalnya dalam pelaksanaan kegiatan, dikarenakan keterbatan waktu. Namun demikian diharapkan pada tahun 2014, dapat menunjukan hasil yang baik. Baik pada tahun 2012 maupun 2013 dalam pelaksanaan sasaran Meningkatnya kualitas BAB IV Akuntabilitas Kinerja

84 pengelolaankeuangan Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, masih belum dapat memenuhi target yang diinginkan. Kurang berhasilnya pencapaian target tersebut akibat terdapat beberapa kendala di antaranya adaah keterbatasan waktu pelaksanaan kegiatan, sehinga penyerapan dana anggarannya Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya menjadi kecil atau masih kurang maksimal. Walaupun dalam pelaksanan penyusunan Jumlah Prosedur Operasi Standar (POS) yang dihasilkan Ditjen EKSB masih belum mencapai target yang ditetapkan. Namun demikian secara umum pelaksanaan setiap kebijakan yang terdapat pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif dapat dijabarkan kembali oleh Level yang dibawahnya sesuai dengan bidang tugas pokok dan fungsinya masing-masing tak terkecuali Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Sasaran Meningkatnya kualitas SDM Ditjen EKSB pada tahun 2012 berhasil memenuhi target yang diingnkan. Sedangkan pada tahun 2013 belum dapat memenuhi target yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan jumlah SDM pegawai yang ada pada Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya tidak banyak. Namun demikian secara umum, realisasi dalam pencapaian kinerja Ditjen Ekonomi Kreatif dapat dikatakan berhasil melaksanakan tugasnya. Keberhasilan ini tidak terlepas dari berbagai upaya dari Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, untuk meningkatkan kemampuan kerja dan pengetahuan pegawai. Dengan SDM yang berkualitas diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik untuk Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. BAB IV Akuntabilitas Kinerja

85 BAB V Penutup Dalam rangka menghasilkan upaya yang sinergis dalam rangka mengaktualisasikan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya diperlukan keterpaduan, kerjasama, keterbukaan dan etos kerja seluruh personil dan unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya adalah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan program dan anggaran Tahun 2013 sebagaimana telah rancang dalam Rencana Strategis. Hal ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Instansi Pemerintah. LAKIP ini diharapkan dapat berperan selain sebagai alat kendali, tetapi juga dapat digunakan sebagai alat penilai kualitas kinerja, serta sebagai alat pendorong demi terwujudnya kepemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance). Selanjutnya, review, monitoring dan evaluasi terhadap kinerja yang dilakukan sesuai dengan sasaransasaran strategis yang diamanatkan dalam Penetapan Kinerja tahun 2013, untuk mengetahui dan memastikan bahwa hasil serta capaian indikator-indikator kinerja yang telah dilaksanakan telah berjalan optimal dan sesuai target yang ditetapkan. Dari 15 (Lima Belas) sasaran yang ditetapkan pada tahun 2013, keseluruhannya dapat diwujudkan oleh Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Tetapi dalam pencapaiannya, masih terdapat kendala atau tantangan yang sangat membutuhkan strategi yang tepat dan akurat dalam upaya memecahkan permasalah tersebut. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa permasalahan permasalahan yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya dalam upaya pencapaian 15 (Lima Belas) sasaran yang telah ditetapkan pada tahun 2013 antara lain: BAB V Penutup 75

86 1. Belum optimalnya pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sebagai sarana pemasaran, hal ini di dukung dengan kurangnya kurangnya data dan informasi mengenai ekonomi kreatif; 2. Masih lemahnya institusi yang melindungi Hak Kekayaan Intelektual ekonomi kreatif; 3. Masih lemahnya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi intra dan antar lembaga, pusat dan daerah serta swasta (industri ekonomi kreatif) termasuk masyarakat; 4. Masih kurangnya akses pembiayaan pelaku ekonomi kreatif untuk mengembangkan sumber daya yang dimilikinya. Untuk mencapai tujuan dan sasaran, dalam tahun ini pemerintah (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) melalui Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya beserta seluruh stakeholder ekonomi kreatif seni dan budaya telah melakukan upayaupaya antara lain: 1. Meningkatkan komitmen dan dukungan semua pihak untuk mendukung pelaksanaan kegiatan yang ada pada Ditjen ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya sehingga sasaran strategis dapat di capai. Sistem penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada hasil, berbasis kinerja dan bertujuan melayani serta memberdayakan masyarakat. 2. Mencari terobosan baru agar pelaksanaan program kerja dan anggaran menjadi lebih efektif berupa perubahan mekanisme penyusunan program kerja/anggaran dari pola top down menjadi bottom up sehingga mencerminkan kebutuhan organisasi. 3. Meningkatkan optimalisasi manajemen internal organisasi di lingkungan Kementerian PAN dan RB akan ditingkatkan untuk secara pro aktif memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan berbagai kegiatan yang dilaksanakan. 4. Meningkatkan fasilitasi pengembangan jejaring dimaksudkan untuk saling berbagi mengenai ide atau hal lainnya yang terkait dengan proses kreasi, produksi, distribusi maupun komersialisasi. BAB V Penutup 76

87 5. Meningkatkan upaya-upaya pemasaran dalam upaya peningkatan akses pasar. 6. Mengembangkan peningkatan kreasi dan produksi karya kreatif berbasis seni dan budaya. Demikian penyusunan Laporan Akuntabilitabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini semoga dapat bermanfaat dan dapat menjadi referensi penting untuk mengetahui peran dan menilai kinerja Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Pada LAKIP ini sudah digunakan indikator kinerja kuantitatif dan analisis hasil capaian diuraikan secara deskriptif diharapkan dapat memudahkan pembaca untuk memberikan penilaian dan masukkan terhadap kesempurnaan LAKIP ini. Dengan demikian, laporan akuntabilitas ini dapat menjadi alat untuk menginventarisasi keberhasilan dan permasalahanpermasalahan yang ada, dan dengan demikian dapat dimanfaatkan untuk proses perencanaan selanjutnya. BAB V Penutup 77

88 LAMPIRAN i

89 LAMPIRAN I RENCANA STRATEGIS DITJEN EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA TAHUN

90

91

92

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA 2014 LAMPIRAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R No.1015, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Pemasaran Produk Ekonomi Kreatif Nasional. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEMASARAN PRODUK EKONOMI KREATIF NASIONAL

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KABUPATEN BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan menjadikan segala sektor di Indonesia mengalami persaingan yang lebih ketat terutama sektor industri.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA 2016 Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LKJ DITJEN IDP 2016 2016 LKJ DITJEN IDP KATA PENGANTAR Menjadi penjuru penguatan citra positif Indonesia

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan banyaknya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak terjadinya suatu kelangkaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini, industri memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Khususnya di Indonesia yang sering di bahas oleh

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri internal manusia yang berkaitan dengan aspek orisinalitas, imajinasi, aspirasi, kecerdasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peradaban ekonomi dunia terbagi dalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga sebagai penghasil sumber daya alam yang melimpah, terutama di sektor pertanian dan perkebunan,

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan upaya membangun sistem manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya urusan-urusan Pemerintahan Daerah Provinsi Bali di Jakarta baik yang meliputi urusan administratif, teknis maupun koordinatif, peran dan

Lebih terperinci

Bagian Hukum dan HAM pada Sekretariat Daerah Kota Bandung KATA PENGANTAR

Bagian Hukum dan HAM pada Sekretariat Daerah Kota Bandung KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga tugas penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Bagian Hukum dan HAM pada Sekretariat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF Dr. Sabartua Tampubolon (sabartua.tampubolon@bekraf.go.id, sabartuatb@gmail.com) Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi Badan Ekonomi

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo No.1452, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. SAKIP. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam satuan moneter yang mengestimasikan mengenai apa yang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam satuan moneter yang mengestimasikan mengenai apa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses perencanaan pada organisasi sektor publik terbagi menjadi beberapa tahapan, salah satunya penganggaran. Penganggaran merupakan proses untuk menyiapakan anggaran,

Lebih terperinci

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan IKHTISAR EKSEKUTIF Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, memberikan kewenangan

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah serta perusahaan milik pemerintah dan organisasi sektor publik

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KATA PENGANTAR Sebagai salah satu unit Eselon

Lebih terperinci

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN) 5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK NILAI-NILAI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Pelayanan Memberikan layanan yang memenuhi

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 1.1. Latar Belakang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Instansi Pemerintah (LKJiP) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR 1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN JANUARI 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF 2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013 Ringkasan Eksekutif LAKIP Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut : BAB. I PENDAHULUAN Penelitian ini akan menjelaskan implementasi penganggaran berbasis kinerja pada organisasi sektor publik melalui latar belakang dan berusaha mempelajarinya melalui perumusan masalah,

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PENETAPAN KINERJA, RENCANA AKSI, DAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2013

Laporan Akuntabilitas Kinerja. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1 Rencana Program Dan Kegiatan Peran strategis Kecamatan di Kota Bandung menuntut adanya peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.01/2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang

Lebih terperinci

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Memasuki awal tahun 2016 sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat IV melakukan kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran Era Pertanian ke Era Industrialisasi dan semakin majunya Era komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari seluruh pola pikir dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi birokrasi dengan tekad mewujudkan pemerintah yang transparan dan akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk mewujudkan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya perekonomian nasional. Banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1 Rencana Program Dan Kegiatan Peran strategis Kecamatan di Kota Bandung menuntut adanya peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1. GAMBARAN UMUM a. Kondisi Umum 1. Kedudukan Kecamatan Kandis merupakan bagian dari Kabupaten Siak, yang dibentuk berdasarkan pemekaran dari kecamatan Minas yang diundangkan sesuai Perda

Lebih terperinci

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KEMENTERIAN PARIWISATA DAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan laporan yang disusun sebagai pertanggungjawaban hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam satu tahun. Laporan ini mengukur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA BAGIAN UMUM SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA BAGIAN UMUM SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA BAGIAN UMUM SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara demokratis, Langsung Umum Bebas Rahasia, Jujur dan Adil dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjar, 14 Januari 2016 KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KOTA BANJAR

KATA PENGANTAR. Banjar, 14 Januari 2016 KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI KOTA BANJAR KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Dinas Perindustrian Perdangangan dan Koperasi Kota Banjar dibuat dalam rangka menindaklanjuti Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2014 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2015 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Komp.Perkantoran Pemda Tulang Bawang Jl. Cendana Gunung Sakti Kec. Menggala Kab.Tulang Bawang Provinsi Lampung 34596 Telp (0726)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dalam kerangka pembangunan kelautan dan perikanan saat ini dilakukan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014 BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT SEKRETARIAT DAERAH ACEH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014 BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT SEKRETARIAT DAERAH ACEH LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014 BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT SEKRETARIAT DAERAH ACEH 2015 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasan orisinil yang kemudian di realisasikan berdasarkan pemikiran insan kreatif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari bisnis itu sendiri. Menurut Peter Drucker (1954) 2 fungsi dalam bisnis itu adalah marketing dan

Lebih terperinci

Palangka Raya, Maret 2017 Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah

Palangka Raya, Maret 2017 Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR Good governance dan result oriented government merupakan wujud dari Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) yang disusun oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah.

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan awal dari implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan A. Dari hasil Analisa Input Output 1. Dari analisa input output yang dilakukan, maka nilai Industri Kreatif di DKI Jakarta pada Tahun 2007 memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci