I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang."

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan terhadap ekspor menyediakan kesempatan untuk meningkatkan kegiatan perdagangan luar negeri yang memang sering langka dialami negara-negara berkembang. Perluasan terhadap ekspor memungkinkan negara berkembang mencapai economies of scale pada perusahan-perusahannya. Juga perluasan ekspor dapat memberikan stimulus bagi pertumbuhan produktivitas sehingga negara berkembang dapat bersaing dan memasuki pasar internasional. Secara konseptual, faktor perluasan ekspor tersebut begitu potensial mendorong pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Namun keberhasilannya bergantung pada inisiatif dan kapabilitas pemerintah dan para pelaku bisnis mengambil kebijakan dan menjalankan proses yang ada sebaikbaiknya. Juga, keberhasilan perluasan ekspor masih tergantung pada keunggulan sumberdaya dan produktivitas serta faktor internal dan eksternal lain yang turut mempengaruhinya pada masing-masing negara berkembang. Secara umum kondisi perekonomian negara berkembang memiliki ciri seperti (1) tingkat income per kapita yang rendah, (2) produksi dan investasi pada berbagai sektor produksi masih rendah, (3) industri-industri yang dimiliki dominan industri kecil dengan teknologi sederhana sementara industri-industri besar dengan high technology relatif belum banyak berkembang, (4) jumlah populasi cukup tinggi dengan konsekuensi angkatan kerja yang besar dan potensi

2 2 pengangguran, dan (5) ekspor produk masih didominasi oleh produk-produk primer. Kondisi seperti yang disebutkan dapat memotivasi pemerintah negara sedang berkembang untuk memanfaatkan potensi ekspor yang ada di negaranya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Potensi ekspor pada suatu negara berkembang erat terkait dengan potensi sumberdaya dan keunggulan yang dimiliki negara tersebut. Tidak jauh berbeda dengan negara berkembang lainnya, Indonesia juga memiliki kondisi perekonomian sesuai ciri negara berkembang di atas. Hal yang lebih spesifik adalah Indonesia baru saja mengalami krisis ekonomi yang hebat, yang menyebabkan perekonomian terpuruk jauh lebih rendah lagi. Akibat krisis itu, kini Indonesia tengah mengupayakan pemulihan ekonomi dimana sangat diperlukan suatu pendekatan dan strategi pemecahan yang tepat. Dalam hal ini perluasan dan peningkatan ekspor memiliki peluang menjadi sebuah strategi yang tepat. Sesuai fakta dan kondisi yang ada, perekonomian Indonesia didominasi usaha kecil dan menengah. Aktivitas usaha-usaha ekonomi masyarakat dominan berskala kecil hingga menengah, sementara usaha berskala besar relatif hanya berjumlah sedikit. Meskipun perekonomian Indonesia didominasi usaha kecil dan menengah, namun sejak semula pemerintah lebih mengandalkan usaha besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi baik sektoral maupun nasional. Sementara itu usaha-usaha kecil dan menengah kurang mendapat perhatian pemerintah untuk dikembangkan. Dalam prakteknya usaha besar mendapat perhatian khusus dan dukungan untuk meningkatkan produksinya baik dari jumlah maupun skalanya.

3 3 Tambunan (2002) telah menunjukkan sejumlah kasus sebagai bukti adanya kesalahan mengabaikan pengembangan perekonomian yang mengutamakan usaha-usaha berskala kecil dan menengah yang dominan dikerjakan masyarakat Indonesia. Kasus seperti lambatnya pemulihan ekonomi secara total hingga saat ini tidak lain berkaitan dengan kesalahan strategi pembangunan industri yang bias ke Usaha Besar (UB) dan mengabaikan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Fakta yang terjadi saat krisis, Usaha Besar (UB) yang berbasis bahan baku impor mengalami kebangkrutan sementara Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang berbasis bahan baku domestik tetap eksis. Secara mendasar, mengandalkan pengembangan industri domestik yang berbasis bahan baku lokal dan merakyat seperti industri kecil dan menengah adalah hal yang potensial untuk meletakkan fundamen industri nasional yang kokoh di masa depan. Hal ini dinilai lebih baik dibanding mengandalkan industri besar berbasis bahan baku luar negeri yang intensif membutuhkan banyak devisa tetapi tidak menjangkau secara luas komunitas usaha masyarakat Indonesia dan pencari kerja domestik. Tambunan (2002) juga menyebutkan bahwa negara-negara seperti Jepang dan Taiwan yang kini memiliki industri maju, pada awalnya mengembangkan industrinya berbasis industri-industri kecil yang berteknologi sederhana. Melalui perjalanan waktu, industri-industri ini kemudian bertumbuh menjadi industri-industri menengah dan besar dengan teknologi yang makin tinggi. Searah dengan hal ini, peletakkan dasar pembangunan industri ke depan di Indonesia sebaiknya berbasis pada industri-industri kecil dan menengah. Jika dilihat, anjuran untuk kembali membangun industri dalam negeri berbasis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tersebut bukan tanpa alasan. Usaha

4 4 Kecil dan Menengah ini sesungguhnya memiliki peran yang besar di dalam negara yang didominasi usaha berskala kecil dan menengah seperti Indonesia. Peran UKM tersebut secara umum adalah : (1) sebagai lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenagakerja sehingga berpotensi mengurangi pengangguran dan kemiskinan, (2) memberikan kontribusi kepada peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) dan pertumbuhan ekonomi, dan (3) berkontribusi kepada peningkatan ekspor sekaligus berpotensi memperluas ekspor dan investasi. Kemampuan UKM untuk menyerap banyak tenagakerja merupakan suatu potensi yang besar. Jumlah UKM yang mencapai unit saat ini dengan kapasitas menyerap tenagakerja masing-masing dua hingga tiga orang akan potensial untuk menurunkan angka pengangguran. Bila hal ini dapat diwujudkan maka secara terstruktur pengangguran dapat teratasi dengan merata di berbagai wilayah Tanah Air. Hal ini dapat terjadi karena UKM diusahakan oleh banyak pelaku bisnis dan menyebar pada berbagai wilayah di Indonesia. Keuntungan lain yang dapat dicapai disini adalah potensi penyerapan tenagakerja oleh UKM menyediakan kesempatan bagi tenagakerja untuk menerima pendapatan dibanding mereka tetap menganggur. Dengan demikian secara otomatis tercipta pengurangan kemiskinan secara permanen bahkan sekaligus tercipta perbaikan dalam distribusi pendapatan di antara penduduk. Kontribusi UKM terhadap peningkatan PDB dan pertumbuhan ekonomi terbuka lebar. Potensi jumlah unit usaha yang besar dari UKM akan menyediakan kontribusi yang lebih besar kepada pembentukan PDB. Lebih dari itu pertumbuhan output pada UKM akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional. Potensi UKM dalam mendukung peningkatan PDB berdiri di atas

5 5 keunggulannya menggunakan sumberdaya lokal. Penggunaan sumberdaya lokal sudah tentu menghemat devisa dan yang terutama adalah untuk mengoptimalkan sekaligus meningkatkan produktivitas sumberdaya lokal sehingga efisien termanfaatkan. Kontribusi UKM terhadap PDB juga begitu erat terkait dengan perluasan sisi produksinya. Tahap selanjutnya, perluasan produksi membutuhkan ekspansi investasi pada UKM. Peningkatan investasi akan mendorong peningkatan penggunaan sumberdaya alam dan tenagakerja lokal. Hal ini tentu akan efektif mempromosikan growth, menumbuhkan kapasitas produksi nasional, dan menciptakan pemerataan di antara penduduk. Dalam hal peningkatan ekspor, produk-produk UKM memiliki karakteristik unik yang diminati konsumen luar negeri. Produk ekspor UKM berpotensi menembus pasar internasional melalui spesialisasi produk sesuai permintaan pasar dunia. Jika keunikan produk ekspor UKM terus dikembangkan maka berpotensi meningkatkan nilai ekspor UKM, mendorong peningkatan investasi dan kapasitas produksi, kuantitas produksi, peningkatan teknologi, dan nilai tambah dari produk yang tercipta. Secara keseluruhan, begitu besar peranan UKM untuk tujuan peletakan fundamen industri dalam negeri yang kokoh. Juga peranan itu begitu besar dalam meciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil dari waktu ke waktu dalam keragaman tingkatan hidup masyarakat. Dengan peranan seperti ini, bukan tidak mungkin pengembangan terhadap UKM pada masa sekarang akan memberikan hasil maksimal bagi kemajuan perekonomian di masa datang. Sejak semula UKM belum menjadi prioritas di dalam perekonomian nasional dibanding Usaha Besar. Tetapi setelah krisis ekonomi, perhatian dan

6 6 prioritas diberikan kepada pengembangan UKM. Perkembangan yang ada sekarang menunjukkan bahwa UKM telah memberikan peran positif dalam perekonomian nasional. Tabel 1 berikut menyajikan data tentang kedudukan dan peranan Usaha Kecil dan Menengah dibandingkan dengan Usaha Besar (UB) dalam perekonomian Indonesia. Aspek-aspek kedudukan dan peranan tersebut mencakup perkembangan jumlah unit usaha, penyerapan tenagakerja, kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB), nilai ekspor dan investasi dalam beberapa tahun terakhir. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Unit Usaha, Penyerapan Tenaga Kerja, Kontribusi pada PDB, Nilai Ekspor dan Nilai Investasi UKM dan UB Tahun Uraian dan T a h u n Skala Usaha Unit Usaha (unit) a. UKM (99,99 %) (99,99 %) (99,99 %) b. UB (0,01 %) (0,01 %) (0,01 %) 2. Penyerapan TK (org) a. UKM (99,46 %) (99,65 %) (96,77 %) b. UB (0,54 %) (3,35 %) (3,23 %) 3. Nilai pad PDB (jt Rp) a. UKM (58,88 %) (56,87 %) (54,22 %) b. UB (41,12 %) (43,13 %) (45,78 %) 4. Nilai Ekspor (jt Rp) a. UKM (14,64 %) (17,22 %) (19,16 %) b. UB (85,36 %) (82,78 %) (80,84 %) 5. Nilai Investasi (Jt Rp) a. UKM (39,82 %) (42,14 %) (45,91 %) b. UB (60,18 %) (57,85 %) (54,09 %) Keterangan : angka ( ) menunjukkan kontribusi. Sumber : BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM berbagai tahun.

7 7 Data Tabel 1 menunjukkan jumlah unit usaha UKM sangat besar, rata-rata 99 persen dari total usaha nasional. Usaha Kecil dan Menengah sangat dominan menyerap tenagakerja (rata-rata 98 persen) dibanding UB. Dari sisi kontribusi pada PDB, UKM masih menyumbang dalam persentase lebih besar (rata-rata di atas 50 persen) dibanding UB (di bawah 50 persen). Nilai ekspor UKM masih relatif kecil (di bawah 20 persen), namun terus menunjukkan peningkatan sementara UB cenderung menurun. Nilai investasi baru UKM terus menunjukkan peningkatan sedangkan UB mengalami penurunan. Indikator Makro Ekonomi UKM yang dikeluarkan BPS tahun 2005 menunjukkan belanja barang modal UB terus menurun sedangkan UKM mengalami peningkatan. Data tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Struktur Barang Modal Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2000 hingga 2005 (persen). Tahun Skala Jenis Barang Modal Usaha Bangunan Mesin Kendaraan Lainnya Total UKM UB Total UKM UB Total UKM UB Total UKM UB Total UKM UB Total UKM UB Total Sumber : BPS, Data-data pada Tabel 1 dan 2 di atas memperlihatkan bahwa UKM memiliki potensi untuk diandalkan dalam peletakan dasar pembangunan ekonomi nasional ke depan.

8 Perumusan Masalah Terdapat dua aspek mendasar dalam penjelasan latar belakang di atas yaitu (1) perluasan dan pengembangan terhadap bidang ekspor berpeluang meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dan (2) anjuran untuk kembali meletakkan fundamen perekonomian Indonesia berdasarkan pembangunan dan pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Kedua aspek tersebut sesuai dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini dan ditunjang oleh sumberdaya dan spesifikasi-spesifikasi yang ada di dalam negeri. Dengan demikian upayaupaya untuk menggerakkan dan mengembangkan bidang ekspor UKM dan bahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan bidang UKM secara menyeluruh adalah penting untuk dilaksanakan pada saat sekarang. Data pada Tabel 1 telah menunjukkan bahwa secara fisik UKM dominan dalam perekonomian Indonesia. Dominannya UKM dilihat dari sisi kuantitas unit usaha dan penyerapan tenagakerja dimana keduanya rata-rata mencapai 98 hingga 99 persen setiap tahun. Dari sisi nilai tambah, UKM juga memberikan kontribusi lebih dari 50 persen kepada pembentukan PDB. Bidang ekspor UKM masih memberikan kontribusi lebih rendah dari 20 persen namun memiliki potensi untuk dikembangkan. Investasi belum mencapai 50 persen dan masih di bawah Usaha Besar (UB). Data fisik di atas menunjukkan sebuah ukuran bahwa UKM cukup dominan dan memiliki kontribusi cukup besar di dalam perekonomian nasional, namun belum dapat dijadikan standar bagi tercapainya tujuan pembangunan jangka panjang ke depan. Hal ini didasarkan pada beberapa pertanyaan berikut. Sebesar apakah kapasitas produksi, investasi, dan ekspor dari sektor-sektor produksi UKM? Apakah kapasitas dimaksud makin bertumbuh dan makin kuat

9 9 pada saat sekarang dan di masa mendatang? Sesungguhnya indikasi bahwa produksi, investasi, ekspor dan penyerapan tenagakerja sektor-sektor UKM yang makin bertumbuh dan kuat kapasitasnya akan menunjukkan UKM dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi nasional. Gambaran tentang perkembangan UKM yang lebih spesifik saat ini dapat diperoleh dengan sedikit mengolah data Tabel 1. Pada Gambar 1 5 dipanelkan secara bersama-sama trend pertumbuhan PDB Nasional dengan beberapa variabel sektor UKM. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan PDB Nasional dalam enam tahun terakhir (tahun ) bergerak searah dengan pertumbuhan PDB dari sektor UKM. Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya keterkaitan di antara keduanya. Tetapi pada Gambar 2, pertumbuhan ekspor dari sektor UKM berfluktuasi tidak searah dengan trend pertumbuhan PDB Nasional. Demikian juga pada Gambar 3, pertumbuhan investasi UKM tidak bertumbuh searah dengan pertumbuhan PDB Nasional. Pada Gambar 4, kontribusi ekspor UKM pada pertumbuhan PDB Nasional semula bergerak menurun tajam hingga mencapai angka negatif tetapi kemudian kembali meningkat. Sementara itu panel gabungan antara pertumbuhan PDB UKM dengan pertumbuhan ekspor dan investasi sektor UKM pada Gambar 5 menunjukkan trend pertumbuhan ekspor dan investasi UKM tidak bergerak searah dengan trend pertumbuhan PDB-nya. Ada beberapa indikasi yang dapat dilihat dari data di atas. Pertama, pertumbuhan PDB sektor UKM yang bergerak searah dengan pertumbuhan PDB Nasional menunjukkan pertumbuhan pada UKM menentukan besar kecilnya pertumbuhan pada PDB Nasional. Ini berarti ada kontribusi positif dan keduanya terkait.

10 10 Persen Gambar 1. Pertumbuhan PDB Nasional dan PDB UKM Tahun PDB NAS PDB UKM Gambar 3. Pertumbuhan PDB Nasional dan Investasi UKM Persen Gambar 2. Pertumbuhan PDB Nasional dan Ekspor UKM Tahun Gambar 4. Kontribusi Ekspor UKM pada Pertumbuhan PDB Nasional PDB NAS EKSP.UKM Persen Tahun PDB NAS INV.UKM Persen Tahun Gambar 5. Pertumbuhan PDB, Ekspor dan Investasi UKM Persen Tahun PDB UKM EKSP.UKM INV.UKM Sumber : diolah berdasarkan data Tabel 1. Kedua, pertumbuhan ekspor UKM yang tidak bergerak searah dengan pertumbuhan PDB Nasional menunjukkan besar kecilnya pertumbuhan PDB Nasional belum ditentukan secara kuat oleh pertumbuhan ekspor UKM. Indikasi disini adalah keduanya belum terkait erat. Kurang keterkaitan keduanya lebih jelas ditunjukkan oleh Gambar 4 dimana kontribusi ekspor UKM pada

11 11 pertumbuhan PDB Nasional berfluktuasi dengan penurunan yang tajam. Ketiga, meskipun tidak bertumbuh searah dengan pertumbuhan PDB Nasional dan semula cenderung menurun, namun kemudian pertumbuhan investasi UKM meningkat dengan tajam. Keempat, di dalam sektor UKM sendiri pertumbuhan PDB UKM yang tidak searah dengan pertumbuhan ekspor dan investasinya menunjukkan kemungkinan ketiganya tidak terkait satu sama lain. Meier (1995) menyatakan bahwa prinsip yang fundamental dari ekspor adalah ia merupakan alat yang tidak langsung untuk menjamin kemampuan impor. Melalui ekspor, suatu negara kemudian dapat mengimpor barang-barang intermediate dan barang kapital serta teknologi untuk digunakan dalam proses produksi. Sebagai akibatnya kapasitas produksi dan produksi ekspor mengalami peningkatan. Karena itu produksi ekspor dapat bertumbuh secara cepat jika ada peningkatan di dalam resources dan teknologi yang digunakan. Selanjutnya pertumbuhan cepat dalam produksi ekspor berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara cepat. Secara teoritis peningkatan terhadap investasi dan ekspor akan mendorong peningkatan PDB. Sebaliknya pertumbuhan PDB memiliki efek balik mendorong peningkatan investasi dan perluasan ekspor. Selain meningkatkan PDB, secara spesifik peningkatan ekspor akan turut mendorong peningkatan investasi yang kemudian mendorong pertumbuhan produksi. Selanjutnya pertumbuhan produksi berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Namun berdasarkan kondisi empiris di atas, sektor UKM belum menunjukkan keadaan yang sesuai secara teoritis. Perbedaan antara kondisi empiris dan teoritis ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana sesungguhnya dinamika yang dialami sektor UKM, baik produksi, investasi dan ekspornya? Mengapa investasi dan

12 12 ekspor UKM tidak bertumbuh searah dengan PDB Nasional maupun PDB UKM? Faktor apakah yang menjadi penyebab ketidaksamaan pertumbuhan tersebut? Secara sektoral UKM terdiri dari 9 sektor yaitu : (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan air bersih, (5) bangunan, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaan, jasa perusahaan, dan (9) jasa-jasa. Produksi sektoral UKM diperuntukkan bagi konsumsi domestik dan untuk tujuan ekspor. Beberapa sektor memproduksikan output bagi konsumsi domestik dan juga memproduksikan output untuk diekspor. Sektor-sektor tersebut adalah (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, dan (3) industri pengolahan. Enam sektor lainnya hanya menghasilkan produksi bagi konsumsi domestik. Berdasarkan kondisi sektor-sektor UKM tersebut dan untuk kebutuhan analisis, beberapa pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah sisi produksi sektor-sektor UKM potensial bertumbuh dari waktu ke waktu, dan apakah jumlah ekspor UKM berpotensi terus mengalami peningkatan? 2. Faktor-faktor apa saja yang berperan penting dalam potensi pertumbuhan tersebut? Apakah kapital, human capital, labor dan technological progress ataukah perubahan harga-harga dan nilai tukar? 3. Jika produksi dan jumlah ekspor UKM terus mengalami peningkatan, seberapa besar potensi kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi? 4. Sebaliknya, seberapa kuat pertumbuhan ekonomi yang terjadi dapat mendorong peningkatan ekspor dan produksi sektor-sektor UKM?

13 13 Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan pertanyaan mendasar dalam menjawab seberapa besar peranan UKM di dalam ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu penelitian ini mencoba untuk menjawabnya Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan investasi, teknologi, tenagakerja, produksi dan ekspor Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) di pasar domestik dan ekspor. 2. Menganalisis dampak perubahan faktor eksternal dan alternatif kebijakan terhadap investasi, teknologi, tenagakerja, produksi, dan ekspor UK, UM dan UB serta pertumbuhan ekonomi. 3. Menganalisis dampak pertumbuhan ekonomi terhadap peningkatan input, produksi dan ekspor UK, UM, UB. 4. Menganalisis dampak faktor eksternal dan alternatif kebijakan terhadap peranan UK, UM dan UB dalam pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sejauh mana tingkat kontribusi ekspor UKM menstimulasi pertumbuhan ekonomi Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisis sisi produksi dari Usaha Kecil dan Usaha Menengah serta turut dianalisis Usaha Besar. Analisis terhadap Usaha Besar hanya diperuntukkan sebagai pembanding terhadap hasil-hasil analisis Usaha Kecil dan Usaha Menengah sehingga secara komprehensif dapat diketahui seberapa besar peranan UK dan UM. Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Usaha

14 14 Besar dicakup dalam sektor-sektor ekonomi yang terdiri dari 9 sektor. Tiga sektor ekonomi masing-masing pertanian, pertambangan dan penggalian, dan industri pengolahan menghasilkan produksi untuk tujuan konsumsi domestik dan ekspor. Dalam penelitian ini ketiga sektor ini disebut sebagai pasar ekspor. Enam sektor lainnya hanya menghasilkan produksi untuk konsumsi domestik dan karena itu disebut sebagai pasar domestik. Jenis data terdiri dari cross section dan berdasarkan tahun (time series 9 tahun dari ). Analisis mencakup perilaku pengusaha kecil, menengah dan besar, dan penerapan model dimaksudkan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perdagangan. Variabel-variabel yang dianalisis mencakup (1) investasi, teknologi, tenagakerja, (2) produksi, (3) harga produksi, (4) jumlah ekspor, (5) jumlah impor, (6) harga ekspor, (7) GDP, (8) pertumbuhan ekonomi, dan (9) share masing-masing skala usaha terhadap kenaikan GDP. Melalui pembentukan model, selanjutnya perilaku skala usaha diestimasi dan diteruskan dengan penerapan model untuk melihat perubahan faktor eksternal dan alternatif kebijakan.

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi yang kuat. Beberapa negara di dunia yang ekonominya kuat umumnya memiliki pondasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam perekonomian Indonesia dari sejak dahulu. Hal ini semakin dirasakan ketika krisis ekonomi melanda

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang perekonomian pada suatu wilayah adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan sejauh

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003

INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003 No. 21 / VII / 24 Maret 2004 INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003 (Disusun melalui kerjasama BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi dinegara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN 102 VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN Adanya otonomi daerah menuntut setiap daerah untuk dapat melaksanakan pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses mutlak yang harus dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh bangsa tersebut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia =============================================================================== Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia !" #$ %$#&%!!!# &%!! Tujuan nasional yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional menempatkan manusia sebagai titik sentral sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat Pembangunan mengandung makna yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001 No. 07/V/18 FEBRUARI 2002 PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001 PDB INDONESIA TAHUN 2001 TUMBUH 3,32 PERSEN PDB Indonesia tahun 2001 secara riil meningkat sebesar 3,32 persen dibandingkan tahun 2000. Hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003 No. 12/VII/16 Februari 2004 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003 PDB INDONESIA TAHUN 2003 TUMBUH 4,10 PERSEN! PDB Indonesia selama tahun 2003 meningkat sebesar 4,10 persen dibandingkan tahun 2002.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan besar untuk menggerakkan roda perekonomian. Pada saat usaha besar tidak mampu mempertahankan eksistensinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ekonomi merupakan dunia kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar nasional tapi bahkan internasional, bukan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT No. 22/09/1216/Th. IX, 22 September 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2013 yaitu sebesar 5,86 persen dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia hingga saat ini telah mengalami beberapa tahap perubahan. Salah satunya adalah ketika terjadi krisis moneter pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator dari kemajuan pembangunan, indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk memperbesar outputnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. A 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis 21 sektor perekonomian pada tabel Input-Ouput Provinsi Jawa Tengah tahun 2004 dan 2008 pada penelittian ini, beberapa kesimpulan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. transformasi struktur ekonomi di banyak Negara. Sebagai obat, industrialisasi. ketimpangan dan pengangguran (Kuncoro, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. transformasi struktur ekonomi di banyak Negara. Sebagai obat, industrialisasi. ketimpangan dan pengangguran (Kuncoro, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor Industri merupakan sektor yang menjadi mesin pertumbuhan bagi sebuah perekonomian. Industiralisasi dianggap sebagai strategi sekaligus obat bagi banyak Negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur dan karakter ekonomi yang didominasi oleh pelaku usaha tergolong kategori usaha kecil dan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting di dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya di negaranegara sedang berkembang yang

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Model Input-Output Ekonometrika Indonesia dan Aplikasinya Untuk Analisis Dampak Ekonomi dapat diperoleh beberapa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % No, 11/02/13/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 meningkat sebesar 6,2 persen terhadap 2012, terjadi pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Peranan usaha milcro dan kecil dalam perekonomian nasional semakin

BABI PENDAHULUAN. Peranan usaha milcro dan kecil dalam perekonomian nasional semakin BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan usaha milcro dan kecil dalam perekonomian nasional semakin penting karena kontribusi terhadap tenaga kerja dan Produk Domestik Bruto [PDB] dapat melebihi kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT 5.1. Peran Infrastruktur dalam Perekonomian Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam meningkatkan kesejahteraan tersebut, salah satunya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

alah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena

alah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S alah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena itu semua wilayah mencanangkan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan yang lain. Secara

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Sebagai sektor yang menyerap 80 90% tenaga kerja, usaha Mikro Kecil dan Menengah

Lebih terperinci