PDRB EKRAF 5 PROVINSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PDRB EKRAF 5 PROVINSI"

Transkripsi

1

2 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI MENURUT LAPANGAN USAHA

3 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI ISBN: No. Publikasi: No. Katalog: Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman: xii halaman Naskah: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Regional Penyunting/Editor: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Regional Gambar Kulit: Badan Ekonomi Kreatif Gambar: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Regional Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik Dicetak oleh: PT. Citra Mawana Patamaro Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik

4 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI iii KATA PENGANTAR Ekonomi kreatif (ekraf) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan teknologi diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional kedepan. Ekonomi kreatif menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku Statistik Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama antara BPS dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) tahun Buku ini menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif yang merupakan bagian dari Big Data ekonomi kreatif. Gambaran tentang potensi dan pengembangan bidang ekonomi kreatif ini dituangkan dalam 7 (tujuh) jenis output yang meliputi: Profil Usaha/Perusahaan 16 Subsektor Ekraf Berdasarkan Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi Kreatif ; Klasifikasi Jabatan Ekraf dalam KBJI 2014; Laporan PDB Ekonomi Kreatif Tahun ; Laporan Penyusunan PDRB Ekraf 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha; Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif dan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif ; serta Tabel Input Output Updating Ekonomi Kreatif Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai basis pengambilan keputusan dan monitoring perkembangan dan kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia usaha di bidang ekraf. Akhirnya ucapan syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih serta penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerjasama dan bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 (tujuh) kegiatan utama yang menjadi cakupan dalam kerjasama BPS-Bekraf. Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di Indonesia maupun dunia internasional. Semoga Allah SWT meridhai upaya penerbitan buku ini. Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Pusat Statistik, Dr. Suhariyanto

5 iv LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI

6 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI v KATA PENGANTAR Otonomi daerah memberi keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa, kreativitas, serta peran serta masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya. Pembangunan daerah dapat diprioritaskan berdasarkan potensi dan karakteristik yang dimiliki dengan tetap terintegrasi dengan pembangunan nasional. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang diperlukan dalam menganalisis potensi ekonomi di daerah. Selain menggambarkan kondisi ekonomi daerah, PDRB juga dapat menunjukan keterbandingan ekonomi antar daerah, juga menghitung kontribusi daerah terhadap perekonomian nasional. Gelombang kreativitas yang melanda semua daerah menuntut tersedianya data PDB Ekonomi Kreatif hingga level regional. Ketersediaan data PDRB Ekonomi Kreatif ini akan bermanfaat untuk merencanakan dan mengevaluasi pembangunan ekonomi kreatif di daerah demi tercapaikan target nasional, yaitu untuk menjadikan ekonomi kreatif sebagai tulang punggung perekonomian bangsa. Data PDRB Ekonomi Kreatif yang akurat digunakan sebagai acuan penyusunan strategi pembangunan ekraf yang fokus pada potensi masing-masing daerah. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, Badan Ekonomi Kreatif bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik melakukan penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif pada lima provinsi di Indonesia. Laporan Penyusunan PDRB ini mengulas perkembangan potensi ekonomi kreatif lima provinsi dari tahun 2010 sampai dengan Kelima provinsi ini dipilih setelah diidentifikasi memiliki potensi ekonomi kreatif yang besar, sehingga layak menjadi prioritas pembangunan ekonomi kreatif. Provinsi tersebut antara lain Sumatera Utara, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf

7 vi LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI PENYUSUN Naskah Penanggung Jawab Umum Penanggung Jawab Teknis Editor Penulis Naskah Pengolah Data Subdirektorat Konsolidasi Neraca Produksi Regional Setianto, S.E., M.Si. Etjih Tasriah, S.E., M.P.P. Tri Isdinarmiati, SST., S.E., M.Si. Budi Ayu Kusuma Dewi, S.Si., M.A., M.Ec.Dev. Sri Setyarini, S.Si., M.M. Ria Arinda, SST. Theresa Novalia, SST. Wiwik Andriyani Lestari, SST. Mirta Dwi Wulandari, SST. Prima Ardiansyah, SST. Habibullah Malik AHK, SST. Wawan Kurniawan, SST.

8 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI vii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iii PENYUSUN vi DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN xi Bab 1 Pendahuluan 3 Bab 2 Tahapan Kegiatan 9 Bab 3 Metodologi 17 Bab 4 Hasil 83 Lampiran 101

9 viii LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Rekapitulasi Struktur KBLI 2015 Subsektor Ekonomi Kreatif 11 Tabel 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah), dan Laju Pertumbuhan (Persen) PDRB 5 Provinsi Tahun, Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Persen), Tabel 4.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Persen),

10 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI ix DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT) 10 Gambar 2.2 Dimensi Matrik Supply Industri Kreatif 10 Gambar 2.3 Tahapan Penyusunan Matrik Supply Industri Kreatif Tahun Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 13 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah), dan Laju Pertumbuhan (Persen) PDRB 5 Provinsi Tahun, PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga Berlaku 5 Provinsi (Miliar Rupiah), PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Miliar Rupiah), PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga Konstan 5 Provinsi (Miliar Rupiah), PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Miliar Rupiah), Gambar 4.6 Struktur Perekonomian 5 Provinsi Tahun (Persen), 2010 dan Gambar 4.7 Gambar 4.8 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Ekonomi Kreatif di 5 Provinsi (Persen), Laju Pertumbuhan PDRB, PDRB Ekonomi Kreatif, dan PDRB Non Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Persen),

11 x LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Gambar 4.9 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB Ekonomi Kreatif (Persen), Gambar 4.10 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB Ekonomi Kreatif (Persen), Gambar 4.11 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB Ekonomi Kreatif (Persen), Gambar 4.12 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB Ekonomi Kreatif (Persen),

12 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI xi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Klasifikasi Ekonomi Kreatif dan Cakupan Subsektor EKonomi Kreatif Menurut KBLI Lampiran 2. Definisi dan Cakupan Ekonomi Kreatif 108 Lampiran 3. Metode Estimasi Suppy Ekonomi Kreatif Tahun Lampiran 4. PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), Lampiran 5. PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (Miliar Rupiah), Lampiran 6. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Persen), Lampiran 7. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Terhadap Total PDRB 5 Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku (Persen), _122 Lampiran 8. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (Persen), Lampiran 9. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku (Persen), Lampiran 10. Laju Pertumbuhan Implisit PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Tahun (Persen),

13

14 1 BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta PENDAHULUAN LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Kata BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Kata BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id

15

16 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 3 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Ekonomi kreatif lahir sebagai konsep ekonomi baru yang bertumpu pada ide, kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Perkembangan yang pesat terhadap globalisasi dan konektivitas mengubah cara bertukar informasi, berdagang, dan konsumsi dari produk-produk budaya dan teknologi di berbagai tempat di dunia. Dunia menjadi tempat yang sangat dinamis dan kompleks sehingga kreativitas dan pengetahuan menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam kompetisi dan pengembangan ekonomi. Ekonomi kreatif memberikan nilai lebih karena menawarkan pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Dengan kata lain, ekonomi kreatif adalah manifestasi dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi negara-negara maju dan juga menawarkan peluang yang sama untuk negara-negara berkembang. Pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talenta dan kreativitas. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara untuk melakukan kajian seputar ekonomi kreatif dan menjadikan ekonomi kreatif sebagai model utama pengembangan ekonomi.

17 4 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Di Indonesia sendiri, kehadiran ekonomi kreatif berpotensi dalam memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas bangsa, meningkatkan keunggulan kompetitif, dan memberikan dampak sosial yang positif. Pada dasarnya, bangsa Indonesia memiliki sumber daya yang kreatif. Bagi sebagian besar rakyat Indonesia, menghasilkan suatu karya kreatif seolah telah menjadi gaya hidup. Bahkan, beberapa diantaranya sudah menghasilkan produk yang bersaing di pasar global dan bersaing dengan produk negara lain, sehingga berkesempatan untuk memperbesar pasar. Di tengah kelesuan ekonomi dunia, Indonesia harus melakukan terobosan dengan mengembangkan industri kreatif. Industri kreatif ini mampu bertahan dari krisis karena bertumpu pada inovasi dan kreativitas. Untuk membangun kompetensi dengan memanfaatkan potensi ekonomi kreatif yang sesuai bagi bangsa Indonesia tentunya memerlukan strategi kebijakan yang holistik dan tepat. Perencanaan program-program dan evaluasi pemerintah dalam mencapai target yang telah ditetapkan tidak dapat lepas dari dukungan ketersediaan data dan informasi yang memotret perkembangan kondisi industri kreatif terkini. Statistik yang berkualitas akan berdampak pada pengambilan keputusan yang lebih informatif serta perumusan kebijakan yang tepat untuk mengembangkan industri kreatif di Indonesia Maksud dan Tujuan Tahun ini adalah tahun pertama dimulainya penyusunan PDRB Lapangan Usaha Ekonomi Kreatif atau yang dikenal dengan sebutan PDRB-EK. PDRB- EK disusun untuk menggambarkan nilai tambah seluruh barang dan jasa yang di produksi dalam perekonomian, khususnya yang dihasilkan oleh lapangan usaha ekonomi kreatif. PDRB-EK meliputi seluruh aktivitas ekonomi kreatif yang dilakukan oleh residen maupun non residen pada periode tertentu di wilayah domestik yang menghasilkan barang dan jasa. Kegiatan penghitungan PDRB-EK tahun ini masih bersifat ujicoba, sehingga baru melibatkan 5 provinsi dalam penghitungannya. Kelima provisi yang terlibat dalam penghitungan PDRB-EK adalah Provinsi Sumatera Utara. Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Kegiatan Penyediaan dan Pengembangan Data dan Informasi Statistik Bidang Ekonomi Kreatif ditujukan untuk memberikan data dan informasi

18 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 5 mengenai perkembangan dan peranan industri kreatif di Indonesia, sehingga dapat digunakan sebagai landasan pengembangan industri kreatif di Indonesia dan evaluasi kebijakan pengembangan industri kreatif. Secara khusus, kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif tahun 2010 sampai dengan tahun Selain tabel pokok buku ini juga menampilkan indikator-indikator turunan seperti distribusi, pertumbuhan dan sumber pertumbuhan subsektor ekonomi kreatif 5 provinsi. Berikut tabel-tabel yang akan disajikan dalam buku ini : PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan 2010 tahun Struktur/distribusi PDRB Ekonomi Kreatif tahun Laju pertumbuhan subsektor Ekonomi Kreatif tahun Sumber pertumbuhan subsektor Ekonomi Kreatif tahun Manfaat Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah, khususnya oleh Badan Ekonomi Kreatif dalam menyusun dan mengevaluasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif, sehingga dapat memacu sektor industri kreatif lebih berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, hasil kajian ini diharapkan dapat pula digunakan oleh para peneliti, penulis, pelajar, pemerhati industri kreatif, atau para pelaku bisnis dalam industri kreatif untuk lebih memahami perkembangan dari masing-masing kelompok industri kreatif tersebut. Bagi BEKRAF, PDRB-EK sangat penting sebagai data referensi dalam pengambilan kebijakan terhadap pengembangan 16 subsektor ekraf. Sedangkan bagi pihak intelektual dan pelaku usaha, PDRB-EK dapat dijadikan rujukan bagi stakeholder / pelaku usaha ekraf dalam mengambil keputusan dan menjawab pertanyaan terhadap pengembangan 16 subsektor ekraf.

19

20 2 BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta TAHAPAN KEGIATAN LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Kata BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Kata BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id

21

22 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 9 Bab 2 Tahapan Kegiatan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif dimulai dengan kegiatan penyusunan klasifikasi dan selanjutnya dilakukan penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun Dari Matriks Supply Ekonomi Kreatif dapat diperoleh output yang kemudian dikalikan dengan nilai rasio konsumsi antara untuk mendapatkan angka PDRB Ekonomi Kreatif tahun Kegiatan berikutnya adalah penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif tahun Tahapan kegiatan penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif secara rinci akan diuraikan di bawah ini Penyusunan Klasifikasi Penyusunan klasifikasi kegiatan ekonomi kreatif merupakan langkah awal dalam penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif. Besaran nilai PDRB Ekonomi Kreatif sangat tergantung dari cakupan kegiatan ekonomi yang terbentuk. Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 72 Tahun 2015, industri kreatif dikelompokkan ke dalam 16 kelompok, yang selanjutnya disebut sebagai subsektor ekonomi kreatif, yaitu: 1. Arsitektur 2. Desain Interior 3. Desain Komunikasi Visual 4. Desain Produk 5. Film, Animasi, Video 6. Fotografi

23 10 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT) Baris: Persamaan Keseimbangan Produk/Komoditi: Supply = Use Supply = Output + Impor+ Margin+ (pajak-subsidi) atas produk Use = Konsumsi antara + Konsumsi rmhtangga+ Konsumsi LNPRT+ Konsumsi pemerintah+ PMTB+ Perubahan inventori +Ekspor Kolom : Total Output = Total Input Output Domestik =Konsumsi antara + NTB 7. Kriya 8. Kuliner 9. Musik 10. Fesyen 11. Aplikasi dan Game Developer 12. Penerbitan 13. Periklanan 14. Televisi dan Radio 15. Seni Pertunjukan 16. Seni Rupa Enam belas subsektor ekonomi kreatif tersebut kemudian dipetakan secara rinci ke dalam klasifikasi standar yang disebut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Saat ini, Badan Pusat Statistik (BPS) telah Gambar 2.2 Dimensi Matrik Supply Industri Kreatif Penyusunan klasifikasi Matrik Supply ekraf Rekonsiliasi Matrik Supply ekraf Estimasi Matrik Supply ekraf Matrik Supply ekraf adjusted

24 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 11 Gambar 2.3 Tahapan Penyusunan Matrik Supply Industri Kreatif Tahun 2010 Kode Industri Jasa Tanaman Jasa Kesehatan Kode Tanaman lainnya Arsitektur nterior Rupa Desain Seni Rincian Hortikultura dan Kegiatan Komoditi Pangan Non Semusim Sosial Ekraf 1 Padi 2 Jagung 3 Umbiumbian Jasa lainnya Jumlah NTB Rasio NTB menggunakan KBLI terbaru, yaitu KBLI Rincian jumlah kelompok lima digit KBLI dalam masing-masing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada tabel 2.1 rekapitulasi struktur KBLI 2015 subsektor ekonomi kreatif di bawah ini. Tabel 2.1 Rekapitulasi Struktur KBLI 2015 Subsektor Ekonomi Kreatif Jumlah No. Subsektor KBLI 5 Digit 01 Arsitektur 2 02 Desain Interior 2 03 Desain Komunikasi Visual 2 04 Desain Produk 3 05 Film, Animasi, dan Video 9 06 Fotografi 7 07 Kriya Kuliner Musik 9 10 Fesyen Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan 5 14 Televisi dan Radio 5 15 Seni Pertunjukan Seni Rupa 16 Jumlah 223 Jumlah Benchmark Selisih

25 12 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Selanjutnya, rincian cakupan 223 kelompok lima digit KBLI 2015 pada 16 subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat secara lengkap pada tabel lampiran. Sedangkan konsep dan definisi yang digunakan untuk masingmasing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada lampiran dua Penyusunan Matrik Supply Industri Kreatif Tabel supply merupakan bagian dari Supply and Use Table (SUT). Tabel supply memberikan gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di domestik dan yang didatangkan dari luar wilayah (impor). Sementara, matrik supply regional memberikan gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di wilayah domestik regional, tanpa impor barang dan jasa. Penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010 ditujukan untuk memperoleh PDRB tahun dasar, yaitu PDRB tahun 2010, dan sekaligus sebagai benchmark PDRB Ekonomi Kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dengan terbentuknya Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, maka PDRB Ekonomi Kreatif yang dihasilkan telah cukup valid. Saat ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh BPS memiliki tahun dasar 2010 (2010=100) atau biasa disebut sebagai PDRB seri PDRB seri 2010 tersebut diturunkan dari Matrik Supply Dengan demikian, agar konsisten dengan PDRB maka PDRB industri kreatif juga harus disusun menggunakan tahun dasar yang sama, sehingga diperlukan penyusunan Matrik Supply 2010 berbasis industri kreatif. Tahapan penyusunan Matrik Supply industri kreatif adalah sebagai berikut: Saat ini, dimensi Matrik Supply Provinsi terdiri atas 54 industri (kolom) dan 65 produk (baris). Untuk membentuk Matrik Supply industri kreatif maka muatan kreatif dalam 54 industri tersebut ditarik dan dipindahkan ke dalam 16 subsektor industri kreatif. Penentuan muatan kreatif dalam suatu industri adalah berdasarkan KBLI 2015 ekonomi kreatif yang telah disusun. Dengan demikian, dimensi Matrik Supply industri kreatif menjadi 70 industri (16 industri ekraf dan 54 industri non-ekraf) dikali 65 produk.

26 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 13 Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Matrik Supply Industri Kreatif Tahun 2010 Data dasar, SKEK, dan SKNP-EK PDRB Ekonomi Kreatif Tahun 2010 PDRB Ekonomi Kreatif Tahun Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Industri Kreatif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah dari seluruh aktivitas ekonomi yang tercipta akibat adanya proses produksi pada suatu periode tertentu dari suatu wilayah. Penyusunan PDRB ekonomi kreatif sesuai dengan standar penyusunan neraca nasional (SNA 2008) dan berbasis KBLI Tahapan penyusunan PDRB ekonomi kreatif adalah sebagai berikut: PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diturunkan dari hasil Matrik Supply industri kreatif tahun Level PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 ini menjadi basis penyusunan PDRB ekonomi kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dalam istilah neraca nasional, tahun 2010 ini disebut sebagai tahun dasar (base period), biasa dituliskan sebagai 2010=100. Setelah PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi untuk memperoleh PDRB ekonomi kreatif tahun PDRB untuk periode ini diperoleh dengan menggunakan berbagai indikator dari hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK), hasil Survei Khusus Neraca Produksi - Ekonomi Kreatif (SKNP - EK), dan data sekunder lainnya yang tersedia. Dengan demikian, diperoleh series PDRB ekonomi kreatif tahun

27

28 3 BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta METODOLOGI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Kata BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Kata BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id

29

30 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 17 Bab 3 Metodologi 3.1. Metode Estimasi Supply Industri Kreatif Tahun 2010 Secara umum, metode yang digunakan untuk estimasi output (supply) dari masing-masing industri menggunakan pendekatan produksi. Estimasi supply dilakukan per kategori dalam tiap-tiap subsektor ekonomi kreatif. Berikut adalah metode estimasi output (supply) dengan berbagai indikator yang digunakan dari masing-masing subsektor ekonomi kreatif. a. Subsektor Arsitektur Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat,

31 18 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali b. Subsektor Desain Interior Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Disagregasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS

32 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 19 provinsi. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply masing-masing provinsi penyusun PDRB-EK. Statistik Pendidikan, Kemendikbud SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali c. Subsektor Desain Komunikasi Visual Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Disagregasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi

33 20 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Statistik Pendidikan, Kemendikbud. SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali d. Subsektor Desain Produk Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Disagregasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah

34 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 21 Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2012, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Statistik Pendidikan, Kemendikbud SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali e. Subsektor Film, Animasi, dan Video Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif Kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matrik Supply. Tahap berikutnya adalah mendisagregasikan setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI dengan menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah didapatkan output menurut lima digit KBLI, dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan non ekonomi kreatif.

35 22 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Informasi dan Komunikasi Estimasi supply nilai produksi (output) diperoleh dari jumlah film, sinetron, dll dikalikan dengan rata-rata biaya pembuatan film, sinetron, dll. Untuk struktur supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Sensus Ekonomi Untuk disagregasi output film pemerintah, menggunakan data pendapatan dari laporan keuangan perusahaan BUMN, Kementerian BUMN. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Jumlah film, sinetron, dll, Kemenparekraf Laporan Keuangan BUMN, Kementerian BUMN f. Subsektor Fotografi Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI 2005.

36 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 23 Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagi dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi. Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Statistik Pendidikan, Kemendikbud SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali g. Subsektor Kriya Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif

37 24 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matrik Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif. Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan besar bukan mobil dan sepeda motor dalam Matrik Supply meliputi kegiatan ekonomi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) baik barang baru maupun barang bekas kepada pengecer, industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan barang, baik perorangan maupun perusahaan. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja. Output perdagangan adalah marjin perdagangan, yaitu nilai jual dikurangi nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang. Konsumsi antaranya adalah seluruh biaya yang digunakan untuk kepentingan usaha perdagangan, seperti

38 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 25 perlengkapan tulis menulis, bahan pengepak dan pembungkus, rekening listrik dan telepon, serta biaya iklan. Industri perdagangan eceran bukan mobil dan sepeda motor dalam Matrik Supply meliputi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko, departement store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya, pedagang pengecer memperoleh hak atas barang-barang yang dijualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer ada yang bertindak sebagai agen dan menjual atas dasar konsinyasi atau komisi. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow, yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kriya yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

39 26 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Survei Khusus Neraca Produksi (SKNP) Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali h. Subsektor Kuliner Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matrik Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif. Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan di subsektor Kuliner dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor Kuliner. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kuliner yang diperdagangkan. Dalam

40 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 27 pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi (SKNP) Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Semua kegiatan yang masuk dalam kategori penyediaan makan minum merupakan cakupan dalam subsektor kuliner. Total Output produk jasa penyediaan makan minum merupakan perkalian konsumsi makanan jadi per kapita dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data konsumsi yang diperoleh dari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) merupakan konsumsi seluruh anggota rumahtangga, baik di dalam negeri maupun di luar negeri (misalnya turis Indonesia membeli makanan di restoran di luar negeri), dengan kata lain output yang dihasilkan merupakan total Supply produk jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh seluruh industri, termasuk yang berasal dari impor. Untuk mendapatkan total output domestik produk jasa penyediaan makan minum SUSENAS maka konsumsi penduduk tersebut dikurangi dengan impor produk jasa penyediaan makan minum lalu ditambah dengan ekspor produk jasa penyediaan makan minum.

41 28 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Persamaan formulanya bisa disederhanakan, sebagai berikut: Total Supply = Total Use Output Domestik + Impor = Total Konsumsi (konsumsi antara dan konsumsi akhir) + Ekspor Output Domestik = Total Konsumsi + Ekspor Impor Selain itu, konsumsi rumahtangga yang didata di SUSENAS, bisa dilakukan di penyediaan makan minum baik di restoran yang ada di kereta api, di angkutan udara, maupun di hotel. Ini merupakan produk sekunder dari industri kereta api, angkutan udara, industri penyediaan akomodasi, dan industri lainnya. Jadi, untuk menghitung output jasa penyediaan makan minum yang khusus dihasilkan oleh industri penyediaan makan minum, maka harus dikurangi output jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh industri-industri lain tersebut. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS), BPS Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Publikasi Proyeksi Penduduk , Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali i. Subsektor Musik Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matrik Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif

42 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 29 Matrik Supply Provinsi, BPS Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan di subsektor Musik dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor Musik. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor musik yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Informasi dan Komunikasi Dengan menggunakan data Sensus Ekonomi 2006, data Supply

43 30 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI industri produksi gambar bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan musik diproporsikan untuk memperoleh output subsektor musik. Untuk struktur Supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta

44 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 31 kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi, Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Statistik Pendidikan, Kemendikbud SKSPJ 2009 atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Indeks Harga Konsumen. Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

45 32 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI j. Subsektor Fesyen Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matrik Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif Matrik Supply Provinsi Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan di subsektor Fesyen dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor Fesyen. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor fesyen yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk.

46 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 33 Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Pendidikan Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi, Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Statistik Pendidikan, Kemendikbud SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

47 34 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI k. Subsektor Aplikasi dan Game Developer Industri: Informasi dan Komunikasi Subsektor aplikasi dan game developer menggunakan data Sensus Ekonomi 2006 dan indikator PDRB seri 2000 sehingga diperoleh estimasi Supply tahun Untuk struktur Supply, diperoleh dari struktur pendapatan laporan keuangan perusahaan go public dan data Sensus Ekonomi Estimasi Supply subsektor aplikasi dan game developer di industri penerbitan diperoleh dari proporsi output industri penerbitan dengan menggunakan data sensus ekonomi Untuk struktur Supply menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Laporan keuangan perusahaan go public, BEI Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

48 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 35 Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali l. Subsektor Penerbitan Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matrik Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matrik Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matrik Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif.

49 36 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan di subsektor Penerbitan dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor Penerbitan. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor penerbitan yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi (SKNP) Provinsi Sumatera

50 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 37 Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Informasi dan Komunikasi Estimasi Supply nilai produksi (output) subsektor Penerbitan diperoleh dari data nilai produksi Industri Besar dan Sedang ditambah dengan pendapatan dari nilai belanja iklan yang dinikmati oleh surat kabar, majalah dan sejenisnya tahun Untuk struktur Supply menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang 2009, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Belanja Iklan tahun 2010, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI). Laporan keuangan perusahaan go public, BEI Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat,

51 38 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali m. Subsektor Periklanan Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

52 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 39 Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali n. Subsektor Televisi dan Radio Industri: Informasi dan Komunikasi Estimasi Supply subsektor televisi dan radio diperoleh dari nilai belanja iklan yang dinikmati oleh televisi dan radio ditambah dengan pendapatan dari laporan keuangan RRI dan TVRI. Untuk struktur Supply, diperoleh dengan menggunakan struktur pendapatan laporan keuangan perusahaan go public dan data sensus ekonomi Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Laporan keuangan perusahaan go public, BEI Data RRI dan TVRI, APBN Kemenkeu Data belanja iklan, PPPI, Ernest dan Katadata.com o. Subsektor Seni Pertunjukan Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

53 40 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi, Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Statistik Pendidikan, Kemendikbud SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat,

54 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 41 Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Daya Tarik Obyek Wisata, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Data Pajak, Kemenkeu p. Subsektor Seni Rupa Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Estimasi Supply/output diperoleh proporsi output industri tersebut terhadap total output industri perdagangan eceran, dengan menggunakan data Sensus Ekonomi Untuk struktur Supply, juga menggunakan data Sensus Ekonomi Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

55 42 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Matrik Supply Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ) atau dari survei mandiri yang dilakukan oleh BPS provinsi, Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Statistik Pendidikan, Kemendikbud SKSPJ atau hasil survei mandiri Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai. Sensus Ekonomi 2006, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat,

56 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 43 Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Daya Tarik Obyek Wisata, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Ringkasan metode estimasi Supply dari masing-masing subsektor Ekonomi Kreatif dapat dilihat pada lampiran Metode Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Tahun Konsep Dasar PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu, tanpa memperhatikan apakah faktor produksi dimiliki oleh residen atau non-residen. Ada 3 pendekatan untuk menghitung PDRB, yaitu sebagai berikut: 1. PDRB produksi adalah jumlah nilai tambah seluruh aktivitas ekonomi, dimana nilai tambah diperoleh dari output dikurangi konsumsi antara. 2. PDRB pendapatan adalah jumlah seluruh balas jasa faktor produksi berupa Kompensasi Tenaga Kerja, Surplus Usaha, Penyusutan dan Pajak Produksi & Impor. 3. PDRB pengeluaran adalah jumlah seluruh permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan perubahan inventori, ekspor, dikurangi impor (C + G + I + X M). a. Output (Nilai Produksi)

57 44 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Output adalah nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, dan dinilai atas dasar harga produsen. Jenis output ada 2 (dua) macam yaitu: Output utama (output utama produksi), Output sekunder b. Konsumsi Antara Konsumsi Antara adalah nilai barang dan jasa yang dikonsumsi sebagai input dalam proses produksi atau nilai barang dan jasa tidak tahan lama yang digunakan/habis dalam proses produksi. Konsumsi antara ini dinilai atas harga pembeli. c. Nilai Tambah Nilai Tambah Bruto (NTB) Nilai Tambah Bruto adalah selisih antara output dan konsumsi antara, yang merupakan produk dari proses produksi. Produk ini terdiri atas : 1. Pendapatan faktor yang terdiri dari: Kompensasi tenaga kerja Sewa tanah sebagai balas jasa tanah Bunga sebagai jasa modal, dan Keuntungan sebagai balas jasa kewir swasta 2. Konsumsi barang modal tetap yang dipakai untuk produksi 3. Pajak lainnya atas produksi dikurangi subsidi lainnya tas produksi PDRB dapat dinyatakan sebagai : a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) Nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun.

58 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 45 b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) Nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar penghitungan. Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) ada 3 yaitu: Produksi, Pendapatan dan Pengeluaran. 1. Menurut Pendekatan Produksi. Menghitung nilai tambah seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan konsumsi antara dari masing-masing total nilai produksi/pendapatan (output) tiap-tiap lapangan usaha. Output b,t = Produksi t Harga t NTB b,t = Output b,t Konsumsi Antara b,t Dimana: Output b,t NTB b,t Produksi t Harga t = Output/nilai produksi bruto atas dasar harga berlaku tahun t = Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun ke-t = Kuantum produksi tahun ke-t = Harga produksi tahun ke-t 2. Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi. PDRB = Kompensasi Tenaga Kerja + Surplus Usaha Neto + Konsumsi Barang Modal Tetap + Pajak atas Produksi dan Impor. 3. Menurut Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir. PDRB = Konsumsi rumahtangga + KonsumsiPemerintah + PMTB + Perubahan stok + (Ekspor - Impor). Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) ada 3 yaitu: Revaluasi, Ekstrapolasi dan Deflasi. 1. Revaluasi yaitu perkalian kuantum produksi tahun yang berjalan dengan harga tahun dasar. Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai

59 46 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI berikut: Output k,t = Produksi t Harga 0 NTB k,t = Output k,t Konsumsi Antara k,t 2. Ekstrapolasi yaitu dengan cara mengalikan nilai tahun dasar dengan suatu indeks kuantum dibagi 100. Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut: Output k,t = Output k,0 (IKP/100) NTB k,t = Output k,t Konsumsi Antara k,t 3. Deflasi yaitu dengan cara membagi nilai pada tahun berjalan dengan suatu indeks harga dibagi 100. Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut: Output k,t = Output b,t (IH t /100) NTB k,t = Output k,t Konsumsi Antara k,t Metode Estimasi PDRB Ekonomi Kreatif Tahun Tahapan metode estimasi PDRB Ekonomi Kreatif tahun adalah sebagai berikut: 1. PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diturunkan dari hasil Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun Pengidentifikasian dan pengumpulan data produksi/ indikator produksi dan harga/indikator harga dari masingmasing Subsektor Ekonomi Kreatif tahun Penghitungan output dan NTB atas dasar harga berlaku dengan metode pendekatan produksi dari masing-masing Subsektor Ekonomi Kreatif tahun Penghitungan output dan NTB atas dasar harga konstan dengan metode ektrapolasi/deflasi dari masing-masing

60 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 47 Subsektor Ekonomi Kreatif tahun Proses rekonsiliasi, uji kelayakan dan kewajaran. Berikut metode penghitungan PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2010=100 menurut subsektor ekonomi kreatif tahun 2011 sampai tahun a. Subsektor Arsitektur Industri: Jasa Perusahaan. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku subsektor Arsitektur tahun diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga berlaku industri konstruksi. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 subsektor Arsitektur tahun diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 industri konstruksi. Matrik Supply Provinsi, BPS Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali PDRB Provinsi, BPS Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali b. Subsektur Desain Interior Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga berlaku real estate serta dengan melihat laju pertumbuhan pendapatan hasil SKNP-EK PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun

61 48 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 real estate. Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali PDRB Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Pendidikan, Kemendikbud. Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali c. Subsektor Desain Komunikasi Visual Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator PDRB subsektor periklanan.

62 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 49 PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara mendeflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian. Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali PDRB subsektor Periklanan Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Pendidikan, Kemendikbud. Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali d. Subsektor Desain Produk Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator PDRB atas dasar harga berlaku industri kemasan serta dengan mempertimbangkan laju pendapatan

63 50 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI hasil SKNP-EK PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 industri kemasan. Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali PDRB Provinsi, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Pendidikan, Kemendikbud. Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

64 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 51 e. Subsektor Film, Animasi, dan Video Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas Nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2015 dan 2016 diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar berlaku dihitung dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan Indeks harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dengan rasio NTB tahun berjalan. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2015 dan 2016 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Ekstrapolasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2014 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) serta data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja dan

65 52 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI data kualitatif. NTB ADHK diperoleh dari perkalian output adhk dengan rasio NTB tahun dasar, yaitu rasio NTB tahun Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Nilai output berlaku diperoleh menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator produksi (jumlah film, sinetron, dll) dengan rata-rata biaya produksi film serta dengan mempertimbang pertumbuhan pendapatan subsektor film, animasi dan video dari SKNP-EK Kemudian nilai NTB berlaku diperoleh dari perkalian antara output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) Nilai output konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output konstan dengan indikator harga Indeks harga konsumen (IHK).Untuk nilai NTB konstan, diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun Jumlah film, sinetron, dll, Kemenparekraf.

66 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 53 Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Pendidikan, Kemendikbud. Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali f. Subsektor Fotografi Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan hasil SKEK , sedangkan untuk tahun diestimasi menggunakan hasil Survei Khusus Neraca Produksi (SKNP) dan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017.

67 54 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara mendeflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian. Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali SKEK , Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali SKNP , Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Pendidikan, Kemendikbud. Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

68 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 55 Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Output atas dasar harga berlaku tahun dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga serta dengan mempertimbangkan pertumbuhan pendapatan data Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan 2010=100 dan rasio NTB. Sensus Ekonomi Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali g. Subsektor Kriya Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara

69 56 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas Nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2015 dan 2016 diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar berlaku dihitung dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan Indeks harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dengan rasio NTB tahun berjalan. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2015 dan 2016 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Ekstrapolasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2014 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) serta data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh dari perkalian output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar, yaitu rasio NTB tahun Matrik Supply Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

70 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 57 Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor kriya. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matrik Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali SKSJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali SPPJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

71 58 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI h. Subsektor Kuliner Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas Nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2015 dan 2016 diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar berlaku dihitung dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan Indeks harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dengan rasio NTB tahun berjalan. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2015 dan 2016 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Ekstrapolasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2014 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) serta data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja dan data

72 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 59 kualitatif. NTB ADHK diperoleh dari perkalian output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar, yaitu rasio NTB tahun Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor kuliner. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matrik Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur

73 60 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI dan Bali SKSJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali SPPJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Output subkategori penyediaan makan minum diperoleh dengan pendekatan pengeluaran. Output merupakan penjumlahan dari pengeluaran penduduk terhadap produk penyediaan makan minum ditambah dengan konsumsi wisatawan mancanegara di Indonesia (ekspor wisatawan mancanegara dikurangi pengeluaran wisatawan nasional/ impor restoran). Penghitungan tersebut menghasilkan output utama. Sedangkan output sekunder didapatkan dari rasio Matrik Supply Ekraf Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi dengan IHP penyediaan makan minum sebagai deflatornya. Sedangkan nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Susenas, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Publikasi Proyeksi Penduduk Provinsi tahun , Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Passenger Exit Survey (Publikasi Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali i. Subsektor Musik Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun

74 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 61 khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2015 dan 2016 diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar berlaku dihitung dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan Indeks harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dengan rasio NTB tahun berjalan. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2015 dan 2016 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Ekstrapolasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan menggerakkan output adhk 2014 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) serta data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja dan data kualitatif. NTB adhk diperoleh dari perkalian output adhk dengan rasio NTB tahun dasar, yaitu rasio NTB tahun Matrik Supply Tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara, Jawa

75 62 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan musik dan aktivitas penerbitan musik dan buku musik. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matrik Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan BaliSKSJ, BPS 5 Provinsi Penyusun PDRB-EK SKSJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

76 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 63 SPPJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Nilai output berlaku diperoleh menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan menyesuaikan pertumbuhan subsektor musik dan subsektor film, animasi, dan video. Hal ini dikarenakan subsektor musik merupakan bagian kecil dari industri produksi gambar bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan (yang merupakan industri Matrik Supply dari Film, Animasi, dan Video). Kemudian nilai NTB berlaku diperoleh dari perkalian antara output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) Nilai output konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output konstan dengan indikator harga IHK. Untuk nilai NTB konstan, diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali PDRB subsektor Film, Animasi, dan Video Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor musik dan dengan mengikuti pergerakan pendapatan hasil survei khusus neraca produksi ekonomi kreatif (SKNP-EK) 2017.

77 64 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Musik. Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali PDRB subsektor Musik, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. Matrik Supply Provinsi tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan BaliStatistik Pendidikan, Kemendikbud. Statistik Pendidikan, Kemendikbud. Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

78 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 65 Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) Output atas dasar harga berlaku tahun dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga serta dengan mempertimbangkan pertumbuhan pendapatan data Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan 2010=100 dan rasio NTB. Sensus Ekonomi Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali j. Subsektor Fesyen Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara

79 66 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas Nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2015 dan 2016 diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar berlaku dihitung dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan Indeks harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dengan rasio NTB tahun berjalan. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2015 dan 2016 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Ekstrapolasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2014 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) serta data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh dari perkalian output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar, yaitu rasio NTB tahun Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

80 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 67 Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor fesyen. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matrik Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali SKSJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali SPPJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

81 68 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Pendidikan, Kemendikbud. Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali k. Subsektor Aplikasi dan Game Developer Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) Nilai output berlaku diperoleh menggunakan pertumbuhan pendapatan dalam laporan keuangan perusahaan go public. Kemudian nilai NTB berlaku diperoleh dari perkalian antara output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) Nilai output konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output konstan dengan indikator harga IHK. Untuk nilai NTB konstan, diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun Laporan keuangan perusahaan go public, BEI Statistik Indeks Harga Konsumen, Provinsi Sumatera Utara,

82 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 69 Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Aplikasi dan Game Developer dan dengan mengikuti pergerakan pendapatan hasil survei khusus neraca produksi ekonomi kreatif (SKNP-EK) PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Aplikasi dan Game Developer. Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Indikator subsektor Aplikasi dan Game Developer Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) Output atas dasar harga berlaku tahun dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga serta dengan mempertimbangkan pertumbuhan pendapatan data Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan mengalikan

83 70 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI output atas dasar harga konstan 2010=100 dan rasio NTB. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali l. Subsektor Penerbitan Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas Nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2015 dan 2016 diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar berlaku dihitung dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan Indeks harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dengan rasio NTB tahun berjalan.

84 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 71 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan mendeflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan tahun 2015 dan 2016 Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Ekstrapolasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan menggerakkan output ADHK 2014 dengan suatu indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) serta data pendukung lainnya seperti ekspor, tenaga kerja dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh dari perkalian output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar, yaitu rasio NTB tahun Matrik Supply Tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, Tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, Tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, Tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

85 72 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari penerbitan dan aktivitas penerbitan di infokom. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matrik Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Data Output Sektor Barang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali SKSJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali SPPJ, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Nilai output berlaku menggunakan metode inflate, yaitu dengan cara mengalikan output konstan dengan indikator harga Indeks harga Produsen (IHP). Untuk nilai NTB berlaku, diperoleh dari perkalian antara output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) Nilai output konstan diperoleh menggunakan indikator pertumbuhan produksi Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman. Kemudian nilai NTB konstan diperoleh dari

86 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 73 perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun Statistik Industri Besar dan Sedang, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Indeks Harga Produsen, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Penerbitan dan laju pendapatan hasil Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Penerbitan. Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) Output atas dasar harga berlaku tahun dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga serta dengan mempertimbangkan pertumbuhan pendapatan data Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB.

87 74 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan 2010=100 dan rasio NTB. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali m. Subsektor Periklanan Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator pajak reklame. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara mendeflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian. Matrik Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

88 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 75 Data pajak reklame, Kementerian Keuangan n. Subsektor Televisi dan Radio Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) Nilai output atas dasar harga berlaku diperoleh menggunakan pertumbuhan pendapatan dalam laporan keuangan perusahaan televisi dan radio go public. Selain itu juga menggunakan data belanja iklan serta pertumbuhan dari nilai pendapatan perusahaan televisi dan radio hasil Survei Khusus Neraca produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) Kemudian nilai NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) Nilai output atas dasar harga konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output atas dasar harga konstan dengan indikator harga IHK. Untuk nilai NTB atas dasar harga konstan, diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan dan rasio NTB tahun Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Laporan keuangan perusahaan go public, BEI Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali o. Subsektor Seni Pertunjukan Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator Laporan Keuangan PT. Dyandra. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK)

89 76 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara mendeflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian. Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Laporan keuangan perusahaan go public, Bursa Efek Indonesia (BEI) Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Pendidikan, Kemendikbud. Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) Output atas dasar harga berlaku tahun dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga serta dengan mempertimbangkan pertumbuhan pendapatan data Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) Sedangkan, NTB atas dasar

90 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 77 harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan 2010=100 dan rasio NTB. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali p. Subsektor Seni Rupa Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Output seni rupa diperoleh dengan pendekatan pengeluaran. Output merupakan penjumlahan dari pengeluaran penduduk untuk barang-barang pajangan. Penghitungan tersebut menghasilkan output utama. Sedangkan output sekunder didapatkan dari rasio Matrik Supply Ekraf Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi dengan IHK umum sebagai deflatornya. Sedangkan nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Susenas, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah

91 78 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Publikasi Proyeksi Penduduk Provinsi , Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Seni Rupa dan dengan menggunakan laju pendapatan hasil SKNP-EK PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Seni Rupa. Matrik Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Indikator subsektor Seni Rupa, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.

92 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 79 Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Pendidikan, Kemendikbud. Statistik Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (ADHB) Output atas dasar harga berlaku tahun dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga serta dengan mempertimbangkan pertumbuhan pendapatan data Survei Khusus Neraca Produksi Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (ADHK) Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan 2010=100 dan rasio NTB. Sensus Ekonomi 2006 Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Matrik Supply tahun 2010, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Statistik Indeks Harga Konsumen (IHK), Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali Survei Khusus Neraca Produksi-Ekonomi Kreatif (SKNP-EK) 2017, BPS-RI-BEKRAF, Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali

93

94 4 BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta HASIL LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Kata BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Kata BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id

95

96 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 83 Bab 4 Hasil 4.1. Kondisi Makro PDRB 5 Provinsi Tahun Sejak tahun 2008, perkembangan perekonomian dunia mengalami pelemahan seiring terjadinya krisis ekonomi global. Namun kinerja perekonomian Indonesia masih dapat dipertahankan. Begitu pula dengan kinerja perekonomian 5 Provinsi penyusun PDRB-EK (Sumatera Utara, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali). Stabilitas perekonomian 5 Provinsi pasca masa krisis ekonomi global tercermin pada meningkatnya nilai PDRB pada tahun Pada tahun 2010, PDRB 5 Provinsi atas dasar harga berlaku mencapai ,16 miliar Rupiah dan meningkat sebesar 86,08 persen pada tahun 2016 menjadi ,95 miliar Rupiah. PDRB 5 Provinsi atas dasar harga konstan tahun juga mempunyai pola yang sama terus mengalami peningkatan sejalan dengan PDRB atas dasar harga berlaku. Karena menggunakan tahun dasar 2010=100, sehingga nilai PDRB 5 Provinsi atas dasar harga konstan pada tahun 2010 sama dengan nilai PDRB 5 Provinsi atas dasar harga berlaku. Nilai PDRB 5 Provinsi atas dasar harga konstan meningkat sebesar 41,17 persen menjadi ,50 miliar Rupiah pada tahun Kondisi perekonomian global yang cenderung mengalami pelemahan sejak tahun 2008 mempunyai spillover effect terhadap perekonomian domestik Indonesia yang tergambar pada melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun Hal itu juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi di 5 provinsi. Ketidakseimbangan pemulihan perekonomian global memberikan sedikit dampak terhadap

97 84 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI melambatnya perekonomian Indonesia. Perekonomian 5 Provinsi mengalami perlambatan pada tahun 2014 hingga tahun Pada tahun 2015, perekonomian 5 Provinsi tumbuh melambat sebesar 5,25 persen. Melambatnya perekonomian 5 Provinsi bukan berarti bahwa perekonomian 5 Provinsi tersebut mengalami penurunan, melainkan perekonomian 5 Provinsi tetap mengalami peningkatan namun percepatan peningkatannya lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya. Pada tahun 2016, perekonomian 5 Provinsi tumbuh cepat mencapai 5,56 persen. Gambaran makro perekonomian Indonesia secara lengkap terdapat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah), dan Laju Pertumbuhan (Persen) PDRB 5 Provinsi Tahun, , Sumber: Badan Pusat Statistik ADHB ADHK Laju Pertumbuhan Secara umum di 5 Provinsi penyusun PDRB EK, besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan seperti halnya PDRB. Kontribusi yang diberikan oleh ekonomi kreatif terhadap perekonomian 5 Provinsi cenderung berfluktuasi dan PDRB 5 Provinsi atas dasar harga konstan cenderung mengalami peningkatan meski terkadang percepatan pertumbuhannya melambat. Secara ringkas, gambaran indikator makro PDRB Ekonomi kreatif dapat dilihat pada tabel Besaran PDRB Ekonomi Kreatif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku yang dihasilkan oleh pelaku ekonomi kreatif terus mengalami peningkatan yang cukup besar. Semakin berkembangnya teknologi dan melimpahnya sumber daya menjadikan ekonomi kreatif semakin berpotensi memberikan kontribusi dalam perekonomian. Pola perkembangan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku sejalan dengan PDRB

98 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 85 Uraian Rata-rata (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Besaran PDRB (ADHB Miliar) PDRB Ekraf PDRB Non EKraf PDRB Besaran PDRB (ADHK Miliar) PDRB Ekraf 9,55 9,47 9,30 9,32 9,54 9,67 9,78 9,52 PDRB Non EKraf 90,45 90,53 90,70 90,68 90,46 90,33 90,22 90,48 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Besaran PDRB (ADHB Miliar) Tabel 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah), dan Laju Pertumbuhan (Persen) PDRB 5 Provinsi Tahun, PDRB Ekraf - 6,50 4,40 5,87 6,70 6,04 6,25 5,96 PDRB Non EKraf - 6,46 6,77 6,21 5,37 5,17 5,49 5,91 PDRB - 6,47 6,54 6,18 5,50 5,25 5,56 5,92 Sumber: Badan Pusat Statistik menurut lapangan usaha yang terus mengalami peningkatan, walaupun pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tidak sebesar PDRB menurut lapangan usaha maupun PDRB non ekonomi kreatif. Pada tahun 2010, PDRB yang dihasilkan oleh ekonomi kreatif di 5 Provinsi adalah sebesar ,04 miliar rupiah dan nilai ini meningkat sebesar 90,60 persen pada tahun 2016 menjadi ,15 miliar rupiah. Selama rata-rata peningkatan besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku setiap tahun mencapai 11,36 persen, sedangkan rata-rata peningkatan besaran PDRB non ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku mencapai 10,86 persen dan rata-rata peningkatan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku sebesar 10,91 persen. Perkembangan PDRB ekonomi kreatif dan non ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku secara lengkap dapat dilihat pada gambar 4.2. Perkembangan PDRB ekonomi kreatif di 5 Provinsi cukup signifikan. Rata-rata PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku yang mencapai ,56 miliar rupiah selama kurun waktu tahun telah memberikan kontribusi terhadap perekonomian di 5 provinsi sebesar rata-rata 9,52 persen. Sampai tahun 2016 terdapat dua subsektor ekonomi kreatif yang nilainya lebih dari dua kali lipat nilai pada tahun 2010 (doubling time) yaitu subsektor Kuliner dan subsektor Arsitektur. Hal ini dilatarbelakangi oleh semakin bermunculannya variasi hasil

99 86 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Gambar 4.2 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga Berlaku 5 Provinsi (Miliar Rupiah), Sumber: Badan Pusat Statistik EKRAF NON EKRAF industri makanan dan minuman di provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur serta semakin banyaknya platform online yang secara tidak langsung ikut mendukung pertumbuhan subsektor kuliner. Sementara untuk subsektor Arsitektur, provinsi penyumbang terbesar yaitu Jawa Timur mengakui bahwa jasa arsitek semakin diminati dan dibutuhkan baik untuk pembangunan properti di dalam dan luar negeri. Sedangkan subsektor yang mengalami peningkatan terendah adalah subsektor Desain Produk hanya meningkat sebesar 1,46 kali pada tahun 2016 dibandingkan tahun Besaran PDRB atas dasar harga berlaku ini menunjukkan peranan tiap subsektor ekonomi kreatif dalam penciptaan nilai tambah PDRB ekonomi kreatif. PDRB atas dasar harga berlaku juga dapat menjadi gambaran kinerja subsektor ekonomi kreatif. Secara lengkap besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tahun terdapat pada lampiran empat. Pada tahun 2016, subsektor ekonomi kreatif yang mempunyai PDRB atas dasar harga berlaku tertinggi adalah subsektor Kuliner dengan nilai sebesar ,25 miliar rupiah dan yang mempunyai besaran PDRB atas dasar terkecil adalah subsektor Desain Komunikasi Visual dengan nilai sebesar 82,54 miliar rupiah. Pada tahun 2016 terdapat tiga subsektor ekonomi kreatif yang mempunyai nominal PDRB atas dasar harga berlaku di atas miliar rupiah, yaitu subsektor Kriya, subsektor Kuliner, dan subsektor Fesyen. Gambaran perkembangan besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2016 menurut subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat dari gambar 4.3. PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan yang dihasilkan juga relatif besar dan terus mengalami pertumbuhan selama kurun waktu tahun , walaupun sedikit mengalami perlambatan pada tahun

100 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 87 Gambar 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Miliar Rupiah), 2016 Seni Rupa 847,55 Seni Pertunjukan 933,22 Televisi dan Radio ,76 Periklanan 1.687,50 Penerbitan ,17 Aplikasi dan Game Developer 4.928,82 Fesyen ,62 Musik 1.335,13 Kuliner ,25 Kriya ,09 Fotografi 686,33 Film, Animasi dan Video 593,04 Desain Produk 240,36 Desain Komunikasi Visual 82,54 Desain Interior 259,86 Arsitektur 5.522,93 0, , , ,00 Sumber: Badan Pusat Statistik 2012 dan Besaran PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan oleh ekonomi kreatif di 5 provinsi pada tahun 2016 mencapai ,72 miliar rupiah, meningkat 41,49 persen dibandingkan tahun Besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan yang semakin meningkat menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi kreatif di 5 provinsi penyusun PDRB-EK semakin baik. Pola percepatan perkembangan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan searah dengan pola percepatan perkembangan PDRB atas dasar harga konstan. Setiap tahun di 5 provinsi, PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 5,96 persen dan rata-rata PDRB ekonomi kreatif menyumbang 9,52 persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi atas dasar harga konstan. Secara lengkap gambaran perkembangan besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan dapat dilihat dari gambar 4.4. Gambar 4.4 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga Konstan 5 Provinsi (Miliar Rupiah), EKRAF NON EKRAF Sumber: Badan Pusat Statistik

101 88 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Gambar 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Miliar Rupiah), 2016 Seni Rupa Seni Pertunjukan Televisi dan Radio Periklanan Penerbitan Aplikasi dan Game Developer Fesyen Musik Kuliner Kriya Fotografi Film, Animasi dan Video Desain Produk Desain Komunikasi Visual Desain Interior Arsitektur 695,34 740, , , , , ,39 570,40 464,23 187,14 63,00 215, , , , ,13 Sumber: Badan Pusat Statistik 0, , , ,00 Seperti halnya nilai tambah atas dasar harga berlaku, subsektor ekonomi kreatif Kuliner, Kriya dan Fesyen juga mempunyai besaran nilai tambah atas dasar harga konstan terbesar dan subsektor yang mempunyai besaran nilai tambah atas dasar harga konstan terkecil adalah subsektor Desain Komunikasi Visual. Selama periode tahun , subsektor yang mengalami peningkatan besaran nilai tambah atas dasar harga konstan terbesar adalah subsektor Kuliner sebesar 52,99 persen sedangkan subsektor Desain Produk mengalami peningkatan besaran nilai tambah atas dasar harga konstan terkecil, yaitu sebesar 13,45 persen. Perkembangan besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan menurut subsektor ekonomi kreatif tahun secara lengkap dapat dilihat pada lampiran lima. Gambaran PDRB atas dasar harga konstan menurut subsektor ekonomi kreatif secara lengkap dapat dilihat dari gambar Struktur Ekonomi Kreatif PDRB ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar 9,30 hingga 9,78 persen terhadap perekonomian 5 Provinsi selama kurun waktu tahun dan secara umum nilai tambah tiap subsektor ekonomi kreatif mengalami peningkatan. Struktur ekonomi kreatif menunjukkan peranan masing-masing subsektor ekonomi kreatif dalam penciptaan nilai tambah. Kontribusi subsektor ekonomi kreatif terhadap perekonomian di 5 Provinsi pada tahun 2016 meningkat dibandingkan tahun Rata-rata kontribusi subsektor ekonomi kreatif terhadap perekonomian 5 Provinsi selama periode tahun sebesar 9,52 persen sehingga sisanya sebesar 90,48 persen merupakan sumbangan dari sektor/industri

102 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 89 Gambar 4.6 Struktur Perekonomian 5 Provinsi Tahun (Persen), 2010 dan 2016 PDRB Ekraf 9,55% PDRB Ekraf 9,78% Tahun 2010 Tahun 2016 PDRB Non Ekraf 90,45% PDRB Non Ekraf 90,22% PDRB Ekraf PDRB Non Ekraf PDRB Ekraf PDRB Non Ekraf Sumber: Badan Pusat Statistik selain ekonomi kreatif. Selama kurun waktu tersebut, terdapat tiga subsektor yang cukup dominan berkontribusi dalam pembentukan PDRB ekonomi kreatif di 5 provinsi yaitu subsektor Kuliner, subsektor Fesyen, dan subsektor Kriya. Pada tahun 2016, subsektor kuliner menciptakan nilai tambah sebesar ,25 miliar rupiah dan menyumbang 54,33 persen terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif. Sedangkan subsektor Fesyen, dan subsektor Kriya yang menyumbang nilai tambah sebesar ,62 miliar Gambar 4.7 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Ekonomi Kreatif di 5 Provinsi (Persen), 2016 Fashion 19,07% Musik 0,31% Periklanan 0,39% Penerbitan 3,10% Aplikasi dan Game Developer 1,13% Televisi dan Radio 2,47% Seni Pertunjukan 0,21% Seni Rupa 0,20% Desain Produk 0,06% Desain Komunikasi Visual 0,02% Desain Interior 0,06% Arsitektur 1,27% Kriya 17,09% Fotografi 0,16% Film, Animasi dan Video 0,14% Kuliner 54,33% Sumber: Badan Pusat Statistik

103 90 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Gambar 4.8 Laju Pertumbuhan PDRB, PDRB Ekonomi Kreatif, dan PDRB Non Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Persen), ,00 6,47 6,50 6,46 6,77 6,54 6,70 6,00 6,18 6,21 5,87 6,04 6,25 5,00 5,50 5,37 5,25 5,17 5,56 5,49 4,40 4, Sumber: Badan Pusat Statistik PDRB PDRB Ekraf PDRB Non Ekraf rupiah dan ,09 miliar rupiah memberikan kontribusi sebesar 19,07 persen dan 17,09 persen terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif tahun Yang cukup menjadi perhatian adalah di tengah semakin majunya teknologi pada saat ini, kontribusi subsektor ekonomi kreatif yang cukup dominan dalam pemanfaatan teknologi terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif masih sangat kecil. Subsektor tersebut antara lain subsektor subsektor Desain Komunikasi Visual, subsektor Desain Produk, dan subsektor Desain Interior. Pada tahun 2016, subsektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 0,02 persen; 0,06 persen; dan 0,06 persen. Subsektor Film, Animasi dan Video juga merupakan kelompok subsektor yang memberikan kontribusi kecil pada pembentukan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2016 yaitu hanya sebesar 0,14 persen. Kelompok subsektor ini tentunya memerlukan stimulus dan dukungan untuk lebih mengembangkan ekonominya sehingga dapat meningkatkan kontribusi nilai tambahnya terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Laju pertumbuhan ekonomi kreatif sangat penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi kreatif. Sepanjang , hanya pertumbuhan ekonomi kreatif di tahun yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi selain ekonomi kreatif. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi

104 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 91 Kategori Uraian (1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 01 Arsitektur 9,04 8,40 6,50 6,56 6,15 6,05 02 Desain Interior 7,81 6,33 4,97 4,23 4,98 5,14 03 Desain Komunikasi Visual 3,06 3,87 2,52 6,92 7,36 3,79 04 Desain Produk 1,12 2,42 2,30 1,86 1,31 3,77 05 Film, Animasi dan Video 6,45 5,98 4,69 6,30 6,29 6,95 06 Fotografi 4,93 4,13 3,65 4,80 5,25 6,16 07 Kriya 4,80 1,40 4,56 4,10 2,73 2,59 08 Kuliner 8,05 6,00 5,81 7,74 8,02 8,48 09 Musik 5,89 6,45 4,22 5,27 5,64 5,69 10 Fesyen 4,63 2,87 7,89 7,19 4,65 3,94 11 Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Persen), Aplikasi dan Game Developer 4,61 5,99 6,44 6,21 6,45 6,09 12 Penerbitan 4,94 2,03 2,31 2,80 2,20 4,27 13 Periklanan 7,35 6,29 6,50 8,29 6,18 6,78 14 Televisi dan Radio 6,95 7,28 6,73 7,43 5,80 6,21 15 Seni Pertunjukan 5,86 6,12 5,65 5,68 5,53 5,62 16 Seni Rupa 3,32 4,25 4,55 3,79 5,19 5,71 Produk Domestik Regional Bruto Ekonomi Kreatif 6,50 4,40 5,87 6,70 6,04 6,25 Sumber: Badan Pusat Statistik kreatif 5 provinsi mencapai 6,50 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi 5 provinsi yang mencapai 6,47 persen. Tahuahun 2012 pertumbuhan ekonomi kreatif di 5 provinsi mengalami perlambatan sebesar 4,40 persen, dan kembali tumbuh cepat sebesar 5,87 persen pada tahun Begitu pula pada tahun 2014 dan 2015, meskipun pertumbuhan ekonomi kreatif sempat mengalami perlambatan, yaitu dari 6,70 persen tahun 2014 menjadi 6,04 persen tahun 2015, angkanya tetap lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi selain ekonomi kreatifnya. Pada tahun 2016, pertumbuhan ekonomi kreatif kembali mengalami percepatan menjadi 6,25 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di 5 provinsi tersebut yang hanya sebesar 5,56 persen, dan dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB non ekonomi kreatif yang hanya sebesar 5,49 persen. Secara umum, pertumbuhan tiap subsektor ekonomi kreatif beragam.

105 92 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Gambar 4.9 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB Ekonomi Kreatif (Persen), 2016 Arsitektur Desain Interior Laju pertumbuhan 8,00 6,00 4,00 2,00 Bali DIY Jabar Jatim Nas Sumut Laju pertumbuhan 7,50 6,00 4,50 3,00 1,50 Jabar DIY Bali Sumut Jatim Nas 0,00 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 Distribusi 0,00 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 Distribusi Laju pertumbuhan Desain Komunikasi Visual 10,00 Nas 8,00 Jabar 6,00 4,00 DIY Bali Sumut 2,00 Jatim 0,00 0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 Distribusi Laju pertumbuhan Desain Produk 12,00 9,00 DIY Nas 6,00 Sumut Jatim 3,00 Jabar Bali 0,00 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 Distribusi Keterangan Sumut : Sumatera Utara DIY : DI Yogyakarta Nas : Nasional (PDB Ekraf) Jabar : Jawa Barat Jatim : Jawa Timur Sumber: Badan Pusat Statistik Pada tahun subsektor ekonomi kreatif yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah subsektor Kuliner dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,35 persen. Subsektor Desain Produk merupakan subsektor ekonomi kreatif yang mempunyai pertumbuhan yang paling rendah selama rentang waktu tahun dengan rata-rata pertumbuhan hanya sebesar 2,13 persen Tinjauan 16 Subsektor PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi terhadap PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2016 Sangat penting meninjau perbandingan antara PDRB ekonomi kreatif 5 provinsi dengan nasional agar potensi ekonomi kreatif kelima provinsi bisa terlihat. Untuk itu, laporan ini menyediakan scatter plot yang menyajikan distribusi dan laju pertumbuhan 16 subkategori PDRB ekonomi kreatif tahun 2016 kelima provinsi terhadap PDB ekonomi

106 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 93 Gambar 4.10 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB Ekonomi Kreatif (Persen), 2016 Film, Animasi dan Video Fotografi 12,00 8,00 Laju pertumbuhan 9,00 6,00 3,00 Nas Jatim Jabar Bali DIY Laju pertumbuhan 6,00 4,00 2,00 Jabar Jatim DIY Sumut Bali Nas Sumut 0,00 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 Distribusi 0,00 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 Distribusi Kriya Kuliner 6,00 12,00 Laju pertumbuhan 5,00 Jabar Bali Sumut 4,00 DIY 3,00 Nas 2,00 1,00 Jatim 0,00 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 Distribusi Laju pertumbuhan Jabar 9,00 Bali Jatim Sumut 6,00 Nas DIY 3,00 0,00 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 Distribusi Keterangan Sumut : Sumatera Utara DIY : DI Yogyakarta Nas : Nasional (PDB Ekraf) Jabar : Jawa Barat Jatim : Jawa Timur kreatif sebagai pembanding pada level nasional. Sumber: Badan Pusat Statistik Untuk subsektor arsitektur, pada tahun 2016 Jawa Timur adalah satusatunya provinsi dengan laju pertumbuhan di atas laju pertumbuhan subsektor arsitektur PDB ekonomi kreatif seiring semakin banyaknya jasa arsitek di provinsi ini yang digunakan untuk pembangunan properti baik di dalam maupun luar negeri. Sedangkan untuk subsektor Desain Interior, Jawa Barat adalah provinsi dengan laju pertumbuhan subsektor Desain Interior terbesar dibandingkan keempat provinsi lain dan Nasional. Angka ini masuk akal karena pada tahun 2016 secara nasional dari segi permintaan jasa desain interior, Jawa Barat menduduki peringkat kedua setelah DKI Jakarta. Hal yang sedikit berbeda terjadi di subsektor Desain Komunikasi Visual. Pada subsektor ini, kelima provinsi tidak mampu menyaingi Nasional baik dari segi laju pertumbuhan maupun distribusi yang mencapai 0,06 persen dan 9,02 persen. Pada subsektor Desain Produk, DI Yogyakarta memiliki laju pertumbuhan di atas Nasional serta

107 94 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Gambar 4.11 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB Ekonomi Kreatif (Persen), 2016 Musik Fesyen 9,00 7,00 Laju pertumbuhan 7,50 DIY Jabar Nas 6,00 Bali Sumut 4,50 3,00 Jatim 1,50 0,00 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 Distribusi Laju pertumbuhan 6,00 DIY 5,00 4,00 Nas Jabar 3,00 Bali Jatim 2,00 Sumut 1,00 0,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 Distribusi Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Laju pertumbuhan 12,00 9,00 6,00 3,00 Jabar Nas Bali Sumut Jatim DIY Laju pertumbuhan 8,00 6,00 4,00 2,00 Bali Jatim DIY Jabar Sumut Nas 0,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 Distribusi 0,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 Distribusi Keterangan Sumut : Sumatera Utara DIY : DI Yogyakarta Nas : Nasional (PDB Ekraf) Jabar : Jawa Barat Jatim : Jawa Timur Sumber: Badan Pusat Statistik paling tinggi dibandingkan keempat provinsi lainnya. Untuk subsektor Film, Animasi, dan Video, laju pertumbuhan masingmasing provinsi ternyata belum mampu menyaingi angka Nasional yang tumbuh sebesar 10,15 persen. Tetapi jika dilihat dari distribusinya, DIY memiliki distribusi 0,79 persen melampaui distribusi Nasional yang hanya seesar 0,18 persen dikarenakan produksi film DI Yogyakarta yang sering mendapatkan penghargaan di berbagai festival film nasional dan internasional. Sedangkan untuk subsektor Fotografi, Jawa Barat tumbuh sebesar 7,00 persen dimana angka ini sedikit lebih tinggi dari Nasional yang hanya mencapai 6,95 persen. Pada subsektor Kriya, sama halnya seperti PDB ekonomi kreatif dimana subsektor ini menyumbang 16,21 persen, subsektor ini ternyata juga termasuk 3 subsektor penyumbang terbesar di masing-masing PDRB ekonomi kreatif 5 provinsi. Besaran subsektor Kuliner di PDRB ekonomi kreatif lima provinsi juga sama seperti Nasional, yakni sama-sama merupakan subsektor penyumbang

108 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 95 Gambar 4.12 Laju Pertumbuhan dan Distribusi PDRB dan PDB Ekonomi Kreatif (Persen), 2016 Periklanan Televisi dan Radio Laju pertumbuhan 8,00 6,00 4,00 2,00 DIY Jabar Bali Jatim Sumut Nas Laju pertumbuhan 12,00 9,00 6,00 3,00 Bali DIY Jabar Jatim Sumut Nas 0,00 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 Distribusi 0,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 Distribusi Seni Pertunjukan Seni Rupa Laju pertumbuhan 12,00 9,00 6,00 3,00 Nas Jabar Sumut DIY Bali Laju pertumbuhan 9,00 6,00 3,00 Jabar Sumut Nas Jatim Bali DIY Jatim 0,00 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 Distribusi 0,00 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 Distribusi Keterangan Sumut : Sumatera Utara DIY : DI Yogyakarta Nas : Nasional (PDB Ekraf) Jabar : Jawa Barat Jatim : Jawa Timur Sumber: Badan Pusat Statistik terbesar dalam ekonomi kreatif. Adapun provinsi dengan laju pertumbuhan dan distribusi lebih besar dari Nasional adalah Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sumatera Utara, dan Bali. Jika dilihat dari laju pertumbuhan, untuk subsektor Kuliner kelima provinsi memiliki laju pertumbuhan di atas Nasional. Pesatnya laju pertumbuhan subsektor ini sangat beralasan mengingat semakin ramainya industri kuliner dan semakin dimudahkannya konsumen dengan berbagai sosial media dan aplikasi online untuk membelinya. Subsektor Musik secara nasional tumbuh sebesar 7,63 persen pada tahun Jawa Barat dan DI Yogyakarta adalah dua provinsi dengan laju pertumbuhan di atas 7 persen untuk subsektor ini. Hal ini cukup beralasan mengingat banyak festival musik berskala nasional dan internasional yang diselenggarakan di dua provinsi ini. Untuk subsektor Fesyen, DI Yogyakarta dan Jawa Barat tumbuh sebesar 5,90 dan 4,18 persen. Angka ini lebih tinggi dari Nasional yang hanya mencapai 3,76

109 96 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI persen. Dari sisi distribusi, subsektor Fesyen Jawa Barat menyumbang lebih dari 30 persen, lebih besar dibanding Nasional yang hanya sebesar 19,11 persen. Hal ini adalah hal yang wajar mengingat pesatnya pertumbuhan industri kreatif di bidang Fesyen di provinsi Jawa Barat. Untuk subsektor Aplikasi dan Game Developer, DI Yogyakarta adalah provinsi dengan laju pertumbuhan dan distribusi tertinggi dibandingkan empat provinsi lainnya serta Nasional, yakni tumbuh sebesar 10,21 persen dan menyumbang 7,35 persen terhadap ekonomi kreatif DI Yogyakarta. Selain didominasi oleh kegiatan konsultasi komputer dan pembuatan aplikasi, banyaknya jumlah perguruan tinggi dan SMK turut mendorong perkembangan subsektor ini di DI Yogyakarta. Pada tahun 2016 di antara 5 provinsi, DI Yogyakarta, Bali dan Jawa Barat adalah provinsi yang memiliki laju pertumbuhan lebih tinggi dari Nasional untuk subsektor Penerbitan. Industri percetakan umum seperti surat kabar, kartu undangan, serta penerbitan surat kabar dan majalah adalah usaha yang dominan mendorong subsektor Penerbitan di provinsi tersebut. Subsektor Periklanan Nasional tumbuh sebesar 7,13 persen pada tahun DI Yogyakarta dan Jawa Timur adalah dua provinsi yang berhasil tumbuh di atas Nasional yaitu mencapai 7,60 persen dan 7,43 persen. Sedangkan untuk subsektor Televisi dan Radio, kelima provinsi masih belum mampu menyaingi laju pertumbuhan dan distribusi Nasional yang nilainya sebesar 10,39 persen dan 8,54 persen. Subsektor Seni Pertunjukkan menyumbang 0,27 persen terhadap PDB ekonomi kreatif. Namun distribusi subsektor ini di DI Yogyakarta dan Bali sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,45 dan 0,54 persen. Untuk Seni Rupa, ada dua provinsi yang memiliki laju pertumbuhan dan distribusi yang lebih besar dibanding Nasional. Provinsi tersebut adalah Bali dan DI Yogyakarta. Hal ini didasari antara lain oleh tingginya aktivitas pekerja seni dan perdagangn baang-barang seni di Bali, serta terus meningkatnya pengunjung peninggalan sejarah berupa candi-candi di DI Yogyakarta Sumber Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Pergerakan laju pertumbuhan subsektor ekonomi kreatif akan berpengaruh terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi kreatif. Peranan masing-masing subsektor ekonomi kreatif terhadap laju pertumbuhan ekonomi kreatif tergambar pada sumbangan yang diberikan subsektor ekonomi kreatif tersebut terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi kreatif. Dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi kreatif Tahun , subsektor Kuliner memberikan kontribusi terbesar dengan menyumbang rata-rata sebesar 3,511 persen dan subsektor Desain Komunikasi Visual adalah subsektor

110 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 97 Kategori Uraian (1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 01 Arsitektur 0,108 0,103 0,083 0,084 0,079 0, Desain Interior 0,005 0,004 0,003 0,003 0,003 0, Desain Komunikasi Visual 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0, Desain Produk 0,001 0,002 0,002 0,001 0,001 0, Tabel 4.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif 5 Provinsi (Persen), Film, Animasi dan Video 0,009 0,009 0,007 0,009 0,009 0, Fotografi 0,009 0,008 0,007 0,009 0,009 0, Kriya 0,957 0,275 0,870 0,771 0,501 0, Kuliner 3,984 3,011 2,962 3,944 4,126 4, Musik 0,019 0,021 0,014 0,017 0,018 0, Fesyen 0,920 0,561 1,518 1,409 0,915 0, Aplikasi dan Game Developer 0,060 0,077 0,084 0,082 0,084 0, Penerbitan 0,186 0,076 0,084 0,098 0,074 0, Periklanan 0,028 0,024 0,025 0,032 0,024 0, Televisi dan Radio 0,192 0,202 0,192 0,213 0,168 0, Seni Pertunjukan 0,014 0,014 0,013 0,013 0,013 0, Seni Rupa 0,008 0,010 0,010 0,009 0,011 0,012 Produk Domestik Regional Bruto Ekonomi Kreatif 6,50 4,40 5,87 6,70 6,04 6,25 Sumber: Badan Pusat Statistik

111

112 BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta LAMPIRAN LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Kata BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Kata BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta (021) , , , Fax (021) bpshq@bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta info@bekraf.go.id

113

114 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 101 Lampiran 1. Klasifikasi Ekonomi Kreatif dan Cakupan Subsektor EKonomi Kreatif Menurut KBLI 2015 Kode Subsektor 01 ARSITEKTUR Subsektor Ekonomi Kreatif 02 DESAIN INTERIOR 03 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL 04 DESAIN PRODUK 05 FILM, ANIMASI, VIDEO 06 FOTOGRAFI 07 KRIYA Kode KBLI 2015 Uraian KBLI Aktivitas Arsitektur Aktivitas Keinsinyuran dan Konsultasi Teknis YBDI Aktivitas Perancangan Khusus Pendidikan teknik swasta Aktivitas Perancangan Khusus Pendidikan teknik swasta Aktivitas Perancangan Khusus Aktivitas Pengepakan Pendidikan teknik swasta Reproduksi Media Rekaman Film dan Video Aktivitas Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta Aktivitas Pasca Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Pasca Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta Aktivitas Distribusi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Distribusi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta Aktivitas Pemutaran Film Pendidikan lainnya swasta Aktivitas Fotografi Pendidikan kebudayaan Aktivitas Pekerja Seni Aktivitas Operasional Fasilitas Seni Aktivitas Hiburan, Seni dan Kreativitas Lainnya MUseum yang dikelola Pemerintah MUseum yang dikelola Swasta Industri Kain Tenun Ikat Industri Bulu Tiruan Tenunan Industri Batik Industri Kain Rajutan Industri Kain Sulaman/Bordir Industri Bulu Tiruan Rajutan Industri Barang Jadi Tekstil untuk Keperluan Rumah Tangga Industri Barang Jadi Tekstil Sulaman Industri Bantal dan Sejenisnya

115 102 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Kode Subsektor 07 KRIYA Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI Industri Barang Jadi Rajutan dan Sulaman Industri Karpet dan Permadani Industri Barang dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Lainnya Industri Barang Anyaman dari Rotan dan Bambu Industri Barang Anyaman dari Tanaman Bukan Rotan dan Bambu Industri Kerajinan Ukiran dari Kayu Bukan Mebeller Industri Alat Dapur dari Kayu, Rotan dan Bambu Industri Barang dari Kayu, Rotan, Gabus Lainnya YTDL Industri Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton Industri Barang dari Kertas dan Papan Kertas Lainnya YTDL Industri Perlengkapan dan Peralatan Rumah Tangga dari Kaca Industri Kemasan dari Kaca Industri Barang Lainnya dari Kaca Industri Bahan Bangunan Dari Tanah Liat/Keramik Bukan Batu Bata dan Genteng Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Porselen Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Tanah Liat/ Keramik Industri Barang dari Semen Industri Barang dari Semen, Kapur, Gips dan Asbes Lainnya Industri Barang dari Marmer dan Granit untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan Industri Barang dari Batu untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan Jasa Industri Untuk Berbagai Pengerjaan Khusus Logam dan Barang dari Logam Industri Peralatan Dapur dan Peralatan Meja dari Logam Industri Lampu dari Logam Industri Barang Logam Lainnya YTDL Industri Furnitur dari Kayu Industri Furnitur dari Rotan dan atau Bambu Industri Furnitur dari Plastik Industri Furnitur dari Logam Industri Furnitur Lainnya Industri Permata Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulia untuk Keperluan Pribaadi

116 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 103 Kode Subsektor 07 KRIYA Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulian Bukan Untuk Keperluan Pribadi Industri Perhiasan Mutiara Industri Barang Lainnya dari Logam Mulia Industri Perhiasan Imitasi dan Barang Sejenis Industri Alat Musik Tradisional Industri Alat Musik Bukan Tradisional Industri Alat Permainan Industri Mainan Anak-Anak Industri Kerajinan YTDL Industri Pengolahan Lainnya YTDL Perdagangan Besar Tekstil Perdagangan Besar Barang Lainnya Dari Tekstil Perdagangan Besar Tekstil, Pakaian dan Alas Kaki Lainnya Perdagangan Besar Alat Musik Perdagangan Besar Perhiasan dan Jam Perdagangan Eceran Tekstil Perdagangan Eceran Perlengkapan Rumah Tangga Dari Tekstil Perdagangan Eceran Barang Perhiasan Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Barang Kerajinan Perdagangan Eceran Khusus Karpet, Permadani dan Penutup Dinding dan Lantai di Toko Perdagangan Eceran Furnitur Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Batu atau Tanah Liat Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Kayu, Bambu atau Rotan Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur bukan dari Plastik, Batu, Tanah Liat, Kayu, Bambu atau Rotan Perdagangan Eceran Alat Musik Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kayu, Bambu, Rotan, pandan, Rumput dan Sejenisnya Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kulit, Tulang, Tanduk, Gading, Bulu dan Binatang/Hewan yang Diawetkan Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Logam Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari keramik Perdagangan Besar Alat Permainan dan Mainan Anak-anak

117 104 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Kode Subsektor 07 KRIYA 08 KULINER Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI Perdagangan Besar peralatan dan perlengkapan rumah tangga Perdagangan Besar berbagai barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya Industri Produk Roti dan Kue Industri Makanan dari Cokelat dan Kembang Gula Industri Manisan Buah-Buahan dan Sayuran Kering Industri Kembang Gula Lainnya Industri makanan dan masakan olahan Industri Kue Basah Industri Makanan dari Kedele dan Kacang-Kacangan Lainnya Bukan Kecap, Tempe dan Tahu Industri Kerupuk, Keripik, Peyek dan Sejenisnya Industri Produk Makanan Lainnya Perdagangan Besar Daging Sapi Dan Daging Sapi Olahan Perdagangan Besar Daging Ayam Dan Daging Ayam Olahan Perdagangan Besar Hasil Olahan Perikanan Perdagangan Besar Gula, Coklat, dan Kembang Gula Perdagangan Besar Produk Roti Perdagangan Besar Makanan dan Minuman Lainnya Perdagangan Eceran Roti, Kue Kering, Serta Kue Basah Dan Sejenisnya Perdagangan Eceran Daging dan Ikan Olahan Perdagangan Eceran Makanan Lainnya Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Roti, Kue Kering, Kue Basah Dan Sejenisnya Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Daging Olahan Dan Ikan Olahan Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Komoditi Makanan Dan Minuman Ytdl Restoran Warung Makan Kedai Makanan Penyediaan Makanan Keliling/Tempat Tidak Tetap Jasa Boga untuk Suatu Event Tertentu (Event Catering) Penyediaan Makanan Lainnya Bar Rumah Minum/Kafe Kedai Minuman Rumah/Kedai Obat Tradisional Penyediaan Minuman Keliling/Tempat Tidak Tetap

118 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 105 Kode Subsektor 09 MUSIK 10 FESYEN 11 Subsektor Ekonomi Kreatif APLIKASI DAN GAME DEVELOPER Kode KBLI 2015 Uraian KBLI Reproduksi Media Rekaman Suara dan Piranti Lunak Aktivitas Perekaman Suara Aktivitas Penerbitan Musik dan Buku Musik Aktivitas penyewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi alat musik Jasa Reservasi Lainnya YBDI YTDL Pendidikan Kebudayaan Aktivitas Pekerja Seni Perdagangan Besar Piranti Lunak Perdagangan Eceran Khusus Rekaman Musik dan Video di Toko Industri Pakaian Jadi (Konveksi) Dari Tekstil Industri Pakaian Jadi (Konveksi) Dari Kulit Penjahitan Dan Pembuatan Pakaian Sesuai Pesanan Industri Perlengkapan Pakaian dari Tekstil Industri Perlengkapan Pakaian dari Kulit Industri Pakaian Jadi dan Barang dari Kulit Berbulu Industri Pakaian Jadi Rajutan Industri Pakaian Jadi Sulaman/Bordir Industri Rajutan Kaos Kaki dan Sejenisnya Industri Barang Dari Kulit Dan Kulit Buatan Untuk Keperluan Pribadi Industri Alas Kaki Untuk Keperluan Sehari-hari Industri Sepatu Olahraga Industri Alas Kaki Lainnya Perdagangan Besar Pakaian Perdagangan Besar Alas Kaki Perdagangan Eceran Pakaian Perdagangan Eceran Sepatu, Sandal dan Alas Kaki Lainnya Pendidikan Kerajinan dan Industri Pendidikan lainnya swasta Penerbitan Piranti Lunak (Software) Aktivitas Pengembangan Video Game Aktivitas Pengembangan Aplikasi Perdagangan Melalui Internet (E-Commerce) Aktivitas Pemrograman Komputer Lainnya Aktivitas Konsultasi Keamanan Informasi Kegiatan Konsultasi Komputer dan Manajemen Fasilitas Komputer Lainnya Kegiatan Teknologi Informasi dan Jasa Komputer Lainnya Kegiatan Pengolahan Data

119 106 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Kode Subsektor 11 Subsektor Ekonomi Kreatif APLIKASI DAN GAME DEVELOPER 12 PENERBITAN 13 PERIKLANAN 14 TELEVISI DAN RADIO 15 SENI PERTUNJUKAN Kode KBLI 2015 Uraian KBLI Kegiatan Penyimpanan Data di Server (Hosting) dan Kegiatan Ybdi Portal Web Aktivitas konsultasi transportasi Aktivitas konsultasi investasi dan perdagangan berjangka Aktivitas Pekerja Seni Industri Percetakan Umum Industri Percetakan Khusus Kegiatan Jasa Penunjang Pencetakan Perdagangan Besar Barang Percetakan dan Penerbitan Dalam Berbagai Bentuk Perdagangan Eceran Hasil Pencetakan dan Penerbitan Penerbitan Buku Penerbitan Direktori dan Mailing List Penerbitan Surat Kabar, Jurnal dan Buletin atau Majalah Aktivitas Penerbitan Lainnya Penerbitan Piranti Lunak (software) Aktivitas Penerbitan Musik dan Buku Musik Aktivitas Kantor Berita oleh Pemerintah Aktivitas kantor Berita oleh Swasta Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial Penelitian dan Pengembangan Linguistik dan Sastra Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Lainnya Jurnalis Berita Independen Periklanan Aktivitas kehumasan Aktivitas konsultasi manajemen lainnya Penelitian pasar Jajak pendapat masyarakat Penyiaran Radio Oleh Pemerintah Penyiaran Radio Oleh Swasta Aktivitas Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh Swasta Aktivitas telekomunikasi khusus untuk penyiaran Penyelenggara Pertemuan, Perjalan Intensif, Koferensi dan Pameran Event Organizer Pendidikan Kebudayaan

120 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 107 Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif 15 SENI PERTUNJUKAN 16 SENI RUPA Kode KBLI 2015 Uraian KBLI Pendidikan lainnya swasta Aktivitas Seni pertunjukan Aktivitas Pekerja Seni Aktivitas Penunjang Hiburan Jasa Impresariat Bidang Seni Aktivitas operasional fasilitas seni Aktivitas Hiburan, Seni dan Kreativitas Lainnya Perdagangan Eceran Lukisan Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dan Lukisan lainnya Perdagangan Eceran Barang Antik Perdagangan Eceran kaki lima dan los pasar lukisan Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar Barang Antik Penelitian dan Pengembangan Seni Pendidikan Kebudayaan MUseum yang dikelola Pemerintah MUseum yang dikelola Swasta Aktivitas Pekerja Seni Peninggalan Sejarah Yang Dikelola Pemerintah Peninggalan Sejarah Yang Dikelola Swasta Pendidikan Lainnya Swasta Aktivitas Konsultasi Manajemen Lainnya Aktivitas Kehumasan Aktivitas Konsultasi Investasi dan Perdagangan Berjangka

121 108 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Lampiran 2. Definisi dan Cakupan Ekonomi Kreatif 1. Arsitektur Arsitektur adalah wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah lingkungan binaan dan ruang, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia sehingga dapat menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang. 2. Desain Interior Desain interior adalah kegiatan yang memecahkan masalah fungsi dan kualitas interior; menyediakan layanan terkait ruang interior untuk meningkatkan kualitas hidup; dan memenuhi aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan publik. 3. Desain Komunikasi Visual Desain komunikasi visual adalah seni menyampaikan pesan (arts of commmunication) dengan menggunakan bahasa rupa (visual language) yang disampaikan melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Sedang bahasa rupa yang dipakai berbentuk grafis, tanda, simbol, ilustrasi gambar/foto, tipografi/huruf dan sebagainya. 4. Desain Produk Desain produk merupakan salah satu unsur memajukan industri agar hasil industri produk tersebut dapat diterima oleh masyarakat, karena produk yang mereka dapatkan mempunyai kualitas baik, harga terjangkau, desain yang menarik, mendapatkan jaminan dan sebagainya. Industrial Design Society of America (IDSA) mendefinisikan desain produk sebagai layanan profesional yang menciptakan dan mengembangkan konsep dan spesifikasi yang mengoptimalkan fungsi, nilai, dan penampilan suatu produk dan sistem untuk keuntungan pengguna maupun pabrik. 5. Film, Animasi, dan Video Film Karya seni gambar bergerak yang memuat berbagai ide atau gagasan dalam bentuk audio visual, serta dalam proses pembuatannya menggunakan kaidah-kaidah sinematografi. Animasi Video Tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa. Sebuah aktivitas kreatif, berupa eksplorasi dan inovasi dalam cara merekam (capture) atau membuat gambar bergerak,

122 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 109 yang ditampilkan melalui media presentasi, yang mampu memberikan karya gambar bergerak alternatif yang berdaya saing, dan memberikan nilai tambah budaya, sosial, dan ekonomi. 6. Fotografi Fotografi merupakan sebuah industri yang mendorong penggunaan kreativitas individu dalam memproduksi citra dari suatu objek foto dengan menggunakan perangkat fotografi, termasuk di dalamnya media perekam cahaya, media penyimpan berkas, serta media yang menampilkan informasi untuk menciptakan kesejahteraan dan juga kesempatan kerja. 7. Kriya Kriya merupakan bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga tematik produknya. 8. Kuliner Kuliner adalah kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen. 9. Musik Musik adalah segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik. 10. Fesyen Fesyen adalah suatu gaya hidup dalam berpenampilan yang mencerminkan identitas diri atau kelompok. 11. Aplikasi dan Game Developer Aplikasi dan game developer adalah suatu media atau aktivitas yang memungkinkan tindakan bermain berumpan balik dan memiliki karakteristik setidaknya berupa tujuan (objective) dan aturan (rules).

123 110 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 12. Penerbitan Penerbitan adalah suatu usaha atau kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media elektronik, ataupun media daring untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi. 13. Periklanan Periklanan adalah bentuk komunikasi melalui media tentang produk dan/atau merek kepada khalayak sasarannya agar memberikan tanggapan sesuai tujuan pemrakarsa. 14. Televisi dan Radio Televisi Radio Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. 15. Seni Pertunjukan Seni pertunjukkan merupakan cabang kesenian yang melibatkan perancang, pekerja teknis dan penampil (performers), yang mengolah, mewujudkan dan menyampaikan suatu gagasan kepada penonton (audiences); baik dalam bentuk lisan, musik, tata rupa, ekspresi dan gerakan tubuh, atau tarian; yang terjadi secara langsung (live) di dalam ruang dan waktu yang sama, di sini dan kini (hic et nunc). 16. Seni Rupa Seni rupa adalah penciptaan karya dan saling berbagi pengetahuan yang merupakan manifestasi intelektual dan keahlian kreatif, yang mendorong terjadinya perkembangan budaya dan perkembangan industri dengan nilai ekonomi untuk keberlanjutan ekosistemnya.

124 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 111 Lampiran 3. Metode Estimasi Suppy Ekonomi Kreatif Tahun 2010

125 112 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI

126 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 113

127 114 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI

128 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 115

129 116 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI

130 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 117

131 118 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Sumber: Badan Pusat Statistik

132 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 119 Lampiran 4. PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah), Sub sektor Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Arsitektur 2.731, , , , , , ,93 2 Desain Interior 155,65 175,51 193,03 210,61 223,93 241,68 259,86 3 Desain Komunikasi Visual 48,18 53,16 58,64 62,26 69,12 76,96 82,54 4 Desain Produk 164,95 177,35 191,45 201,81 213,50 224,16 240,36 5 Film. Animasi dan Video 325,26 361,00 398,81 433,94 486,80 539,28 593,04 6 Fotografi 430,14 465,90 499,48 534,00 581,39 631,69 686,33 7 Kriya , , , , , , ,09 8 Kuliner , , , , , , ,25 9 Musik 739,78 817,38 903,89 993, , , ,13 10 Fesyen , , , , , , ,62 11 Aplikasi dan Game Developer 2.987, , , , , , ,82 12 Penerbitan 8.611, , , , , , ,17 13 Periklanan 853,55 967, , , , , ,50 14 Televisi dan Radio 6.287, , , , , , ,76 15 Seni Pertunjukan 529,96 581,13 635,64 696,38 773,68 853,05 933,22 16 Seni Rupa 534,99 569,70 612,19 662,66 715,45 776,79 847,55 A PDRB Ekraf , , , , , , ,15 B C PDRB Non Ekraf PDRB 5 Provinsi , , , , , , , , , , , , , ,95 Sumber: Badan Pusat Statistik

133 120 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Lampiran 5. PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (Miliar Rupiah), Sub Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Arsitektur 2.731, , , , , , ,58 2 Desain Interior 155,65 167,80 178,42 187,28 195,21 204,93 215,48 3 Desain Komunikasi Visual 48,18 49,66 51,58 52,88 56,54 60,70 63,00 4 Desain Produk 164,95 166,80 170,83 174,77 178,02 180,35 187,14 5 Film. Animasi dan Video 325,26 346,23 366,95 384,17 408,37 434,06 464,23 6 Fotografi 430,14 451,34 469,98 487,13 510,50 537,31 570,40 7 Kriya , , , , , , ,37 8 Kuliner , , , , , , ,13 9 Musik 739,78 783,33 833,83 869,01 914,79 966, ,39 10 Fesyen , , , , , , ,24 11 Aplikasi dan Game Developer 2.987, , , , , , ,47 12 Penerbitan 8.611, , , , , , ,03 13 Periklanan 853,55 916,32 973, , , , ,51 14 Televisi dan Radio 6.287, , , , , , ,48 15 Seni Pertunjukan 529,96 561,03 595,37 629,02 664,74 701,49 740,93 16 Seni Rupa 534,99 552,77 576,28 602,51 625,31 657,75 695,34 A PDRB Ekraf , , , , , , ,72 B PDRB Non Ekraf , , , , , , ,79 C PDRB 5 Provinsi , , , , , , ,50 Sumber: Badan Pusat Statistik

134 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 121 Lampiran 6. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Persen), Sub sektor Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Arsitektur 1,20 1,22 1,29 1,29 1,28 1,28 1,27 2 Desain Interior 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,06 0,06 3 Desain Komunikasi Visual 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 4 Desain Produk 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,06 0,06 5 Film, Animasi dan Video 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 6 Fotografi 0,19 0,18 0,18 0,17 0,16 0,16 0,16 7 Kriya 19,93 19,36 19,03 18,62 18,39 17,81 17,09 8 Kuliner 49,50 50,12 50,97 51,12 51,69 52,88 54,33 9 Musik 0,32 0,32 0,32 0,32 0,31 0,31 0,31 10 Fesyen 19,87 20,03 19,49 20,01 20,02 19,65 19,07 11 Aplikasi dan Game Developer 1,31 1,26 1,26 1,23 1,18 1,16 1,13 12 Penerbitan 3,78 3,68 3,61 3,45 3,30 3,16 3,10 13 Periklanan 0,37 0,38 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39 14 Televisi dan Radio 2,76 2,70 2,71 2,66 2,57 2,51 2,47 15 Seni Pertunjukan 0,23 0,23 0,23 0,22 0,22 0,22 0,21 16 Seni Rupa 0,23 0,22 0,22 0,21 0,20 0,20 0,20 A PDRB Ekraf 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik

135 122 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Lampiran 7. Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Terhadap Total PDRB 5 Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku (Persen), Sub sektor Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Arsitektur 0,11 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 2 Desain Interior 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 3 Desain Komunikasi Visual 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Desain Produk 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 5 Film, Animasi dan Video 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 6 Fotografi 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 7 Kriya 1,90 1,83 1,77 1,73 1,75 1,72 1,67 8 Kuliner 4,73 4,75 4,74 4,76 4,93 5,11 5,31 9 Musik 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 10 Fesyen 1,90 1,90 1,81 1,86 1,91 1,90 1,87 11 Aplikasi dan Game Developer 0,13 0,12 0,12 0,11 0,11 0,11 0,11 12 Penerbitan 0,36 0,35 0,34 0,32 0,31 0,31 0,30 13 Periklanan 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 14 Televisi dan Radio 0,26 0,26 0,25 0,25 0,25 0,24 0,24 15 Seni Pertunjukan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 16 Seni Rupa 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 A PDRB Ekraf 9,55 9,47 9,30 9,32 9,54 9,67 9,78 B PDRB Non Ekraf 90,45 90,53 90,70 90,68 90,46 90,33 90,22 C PDRB 5 Provinsi 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik

136 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 123 Lampiran 8. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (Persen), Sub sektor Uraian (1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Arsitektur 9,04 8,40 6,50 6,56 6,15 6,05 2 Desain Interior 7,81 6,33 4,97 4,23 4,98 5,14 3 Desain Komunikasi Visual 3,06 3,87 2,52 6,92 7,36 3,79 4 Desain Produk 1,12 2,42 2,30 1,86 1,31 3,77 5 Film, Animasi dan Video 6,45 5,98 4,69 6,30 6,29 6,95 6 Fotografi 4,93 4,13 3,65 4,80 5,25 6,16 7 Kriya 4,80 1,40 4,56 4,10 2,73 2,59 8 Kuliner 8,05 6,00 5,81 7,74 8,02 8,48 9 Musik 5,89 6,45 4,22 5,27 5,64 5,69 10 Fesyen 4,63 2,87 7,89 7,19 4,65 3,94 11 Aplikasi dan Game Developer 4,61 5,99 6,44 6,21 6,45 6,09 12 Penerbitan 4,94 2,03 2,31 2,80 2,20 4,27 13 Periklanan 7,35 6,29 6,50 8,29 6,18 6,78 14 Televisi dan Radio 6,95 7,28 6,73 7,43 5,80 6,21 15 Seni Pertunjukan 5,86 6,12 5,65 5,68 5,53 5,62 16 Seni Rupa 3,32 4,25 4,55 3,79 5,19 5,71 A PDRB Ekraf 6,50 4,40 5,87 6,70 6,04 6,25 B PDRB Non Ekraf 6,46 6,77 6,21 5,37 5,17 5,49 C PDRB 5 Provinsi 6,47 6,54 6,18 5,50 5,25 5,56 Sumber: Badan Pusat Statistik

137 124 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI Lampiran 9. Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku (Persen), Sub sektor Uraian (1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Arsitektur 14,05 15,19 11,90 12,04 12,04 9,56 2 Desain Interior 12,76 9,98 9,11 6,33 7,93 7,52 3 Desain Komunikasi Visual 10,33 10,30 6,18 11,02 11,34 7,25 4 Desain Produk 7,51 7,95 5,42 5,79 5,00 7,22 5 Film, Animasi dan Video 10,99 10,47 8,81 12,18 10,78 9,97 6 Fotografi 8,31 7,21 6,91 8,87 8,65 8,65 7 Kriya 8,76 7,13 9,15 12,20 8,11 5,97 8 Kuliner 13,38 10,84 11,85 14,89 14,18 13,46 9 Musik 10,49 10,58 9,88 10,53 10,58 9,99 10 Fesyen 12,92 6,01 14,52 13,66 9,55 7,19 11 Aplikasi dan Game Developer 7,59 8,85 9,20 9,17 9,06 8,34 12 Penerbitan 9,12 6,77 6,57 8,73 7,03 8,11 13 Periklanan 13,37 12,60 11,83 12,31 11,28 10,81 14 Televisi dan Radio 9,42 9,70 9,36 9,92 8,80 8,91 15 Seni Pertunjukan 9,66 9,38 9,56 11,10 10,26 9,40 16 Seni Rupa 6,49 7,46 8,24 7,97 8,57 9,11 A PDRB Ekraf 11,97 8,99 11,53 13,61 11,61 10,44 B PDRB Non Ekraf 13,02 11,12 11,39 10,68 9,94 9,04 C PDRB 5 Provinsi 12,92 10,91 11,40 10,95 10,10 9,18 Sumber: Badan Pusat Statistik

138 LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 125 Lampiran 10. Laju Pertumbuhan Implisit PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Tahun (Persen), Sub sektor Uraian (1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Arsitektur 14,05 15,19 11,90 12,04 12,04 9,56 2 Desain Interior 12,76 9,98 9,11 6,33 7,93 7,52 3 Desain Komunikasi Visual 10,33 10,30 6,18 11,02 11,34 7,25 4 Desain Produk 7,51 7,95 5,42 5,79 5,00 7,22 5 Film, Animasi dan Video 10,99 10,47 8,81 12,18 10,78 9,97 6 Fotografi 8,31 7,21 6,91 8,87 8,65 8,65 7 Kriya 8,76 7,13 9,15 12,20 8,11 5,97 8 Kuliner 13,38 10,84 11,85 14,89 14,18 13,46 9 Musik 10,49 10,58 9,88 10,53 10,58 9,99 10 Fesyen 12,92 6,01 14,52 13,66 9,55 7,19 11 Aplikasi dan Game Developer 7,59 8,85 9,20 9,17 9,06 8,34 12 Penerbitan 9,12 6,77 6,57 8,73 7,03 8,11 13 Periklanan 13,37 12,60 11,83 12,31 11,28 10,81 14 Televisi dan Radio 9,42 9,70 9,36 9,92 8,80 8,91 15 Seni Pertunjukan 9,66 9,38 9,56 11,10 10,26 9,40 16 Seni Rupa 6,49 7,46 8,24 7,97 8,57 9,11 A PDRB Ekraf 11,97 8,99 11,53 13,61 11,61 10,44 B PDRB Non Ekraf 13,02 11,12 11,39 10,68 9,94 9,04 C PDRB 5 Provinsi 12,92 10,91 11,40 10,95 10,10 9,18 Sumber: Badan Pusat Statistik

139

Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR

Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR i ii Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR Ekonomi kreatif (ekraf) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan

Lebih terperinci

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI MENURUT LAPANGAN USAHA LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman: xiv + 146 halaman Naskah: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Penyunting/Editor:

Lebih terperinci

TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014

TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 bpshq@bps.go.id www.bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18

Lebih terperinci

LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN

LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 ISBN: 978-602-438-190-5 No. Publikasi: 07120.1801 No. Katalog: 9301007 Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman:

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 No. 16/2/Th.XXI, Februari 218 BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 Tumbuh,19 Persen Perekonomian

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara N o. 61/11/Th.IX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Provinsi Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara November 2017 No. 63/11/82/Th.XVI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara Triwulan III-2017 EKONOMI MALUKU UTARA

Lebih terperinci

TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF

TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF 2011-2016 LAPORAN PENYELENGGARAAN PENYUSUNAN DATA STATISTIK DALAM RANGKA BIG DATA EKONOMI KREATIF ISBN: 978-602-438-197-4 No. Publikasi: 04120.1801 No. Katalog: 2301034 Ukuran

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 No. 70/11/17/XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 Ekonomi Bengkulu

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III-2017 No. 062/11/15/Th.XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Triwulan III-2017 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-

Lebih terperinci

Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF. Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik

Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF. Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik KATA PENGANTAR Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala karunia-nya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN No. 09/02/31/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN Perekonomian Jakarta tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Timur Triwulan III 2017 No. 94/11/64/Th.XX tgl 06 Nov 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Timur Triwulan III 2017 Pertumbuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Triwulan IV Tahun 2013 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Triwulan IV Tahun 2013

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta November 2017 No.53/11/31/Th.XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Triwulan III-2017 EKONOMI DKI JAKARTA

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

PROFIL USAHA/ PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016)

PROFIL USAHA/ PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016) PROFIL USAHA/ PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF BERDASARKAN SENSUS EKONOMI 2016 (SE2016) PROFIL USAHA/PERUSAHAAN 16 SUBSEKTOR EKRAF ISBN: 978-602-438-196-7 No. Publikasi: 06320.1802 No. Katalog: 9102060 Ukuran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 No. 12/02/82/Th.XVI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 TUMBUH 5,77 PERSEN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN IV- 2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 6,54 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 10/02/61/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV- TUMBUH 3,77 PERSEN TERENDAH SELAMA TAHUN EKONOMI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R No.1015, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Pemasaran Produk Ekonomi Kreatif Nasional. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEMASARAN PRODUK EKONOMI KREATIF NASIONAL

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 06/05/62/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 9,49 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan I-2017

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/2/Th.XIX, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN IV- TUMBUH 5,4 PERSEN TERTINGGI SELAMA TAHUN EKONOMI INDONESIA TAHUN TUMBUH 4,79 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 5/5/Th.XVIII, 5 Mei 5 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-5 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-5 TUMBUH,7 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Indonesia yang diukur

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan III 2017 No. 62/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan III-2017 Ekonomi Jawa Barat Triwulan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

BPS PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 05/01/Th.XV, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014 TUMBUH 5,08 PERSEN, MELAMBAT 0,7 PERSEN DARI TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 No. 11/02/Th.IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 TUMBUH 6,51 PERSEN Perekonomian Sulawesi Tenggara tahun 2016 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017 No 28/05/82/Th XVI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017 EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I- 2017 TUMBUH 7,54 PERSEN Perekonomian Maluku Utara berdasarkan besaran Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN EKONOMI NTT TAHUN TUMBUH 5,04 PERSEN Perekonomian NTT tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014 BPS PROVINSI BENGKULU No. 11/02/17/Th.VIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,49 PERSEN, PERTUMBUHAN TERENDAH SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/08/53/Th.XVIII, 5 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN TUMBUH 4,84 PERSEN Perekonomian NTT semester I tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 No. 63/11/82/Th.XV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,56 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN III-2015 Perekonomian Maluku

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 EKONOMI NTT TAHUN 2015 TUMBUH 5,02 PERSEN Perekonomian NTT tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT 2014 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT No. 12/02/76/Th. IX, 5 Februari 2015 EKONOMI SULAWESI BARAT TAHUN TUMBUH 8,73 PERSEN MENGALAMI PERCEPATAN DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 11/02/61/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 4,81 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 067/08/64/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II - 2017 EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II - 2017 : PERTUMBUHAN Y-ON-Y 6,44 PERSEN DAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTT No. 07/05/53/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,60 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 28/05/Th. IX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. I-2017 TUMBUH 8,39 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara triwulan I-2017 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2015 No. 30/05/82/Th.XIV, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2015 EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,27 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian Maluku Utara yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN II-2017 No 46/8/82/Th XVI, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN II-217 EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN II- 217 TUMBUH 6,96 PERSEN MENINGKAT DIBANDING CAPAIAN TRIWULAN II-216 Perekonomian Maluku

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Papua Triwulan III-2017 No. 62/11/94/Th. X, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA Pertumbuhan Ekonomi Papua Triwulan III-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016 No. 27/05/17/X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 4,99 PERSEN, MELAMBAT JIKA DIBANDINGKAN TRIWULAN I 2015 (Y-ON-Y ) Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2016 No. 28/05/82/Th.XV, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2016 EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2016 TUMBUH 5,09 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian Maluku Utara yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2017 EKONOMI BENGKULU (5,04 PERSEN) TUMBUH MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y)

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2017 EKONOMI BENGKULU (5,04 PERSEN) TUMBUH MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y) No. 49/08/17/XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2017 EKONOMI BENGKULU (5,04 PERSEN) TUMBUH MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y) Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri internal manusia yang berkaitan dengan aspek orisinalitas, imajinasi, aspirasi, kecerdasan,

Lebih terperinci

No. 25/05/31/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 TUMBUH 5,08 PERSEN MENGALAMI KONTRAKSI 0,12 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN IV/2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 5/5/Th. IX, Mei 1 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. I-1 TUMBUH 5,1 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara triwulan I-1 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015 BPS PROVINSI BENGKULU No. 11/02/17/X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,14 PERSEN, PERTUMBUHAN TERENDAH DALAM LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015 No. 09/02/31/Th.XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2015 TUMBUH 5,88 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Jakarta tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan III

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan III Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan III - No. 77/11/33/Th.XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan III - EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF Dr. Sabartua Tampubolon (sabartua.tampubolon@bekraf.go.id, sabartuatb@gmail.com) Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi Badan Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 11/02/32/Th.XVII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,07 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 No. 06/02/62/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 TUMBUH 6,36 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Tahun 2016 berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 No. 05/02/Th. IX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,88 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/02/18 Tahun XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 TUMBUH 5,15 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Lampung

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Triwulan III-2017 No. 062/11/63/Th. XXI, 6 November 2017 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Triwulan III-2017 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan Kumulatif (C to C) sebesar 5,60 persen Perekonomian Kalimantan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 49/08/73/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 7,62 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 No. 13/02/19/Th.IX, 5 Februari 2015 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 TUMBUH 4,68 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Release PDRB

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat November 2017 No. 67/11//76/Th.XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan III-2017

Lebih terperinci

EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II :

EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II : BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 066/08/64/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II -2017 : PERTUMBUHAN Y-ON-Y 3,58 PERSEN DAN Q-T-

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 06/08/62/Th.XI, 07 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN TUMBUH 6,12 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan II- (y on y)

Lebih terperinci

PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008. H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015

PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008. H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008 H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 I. PENTINGNYA PERUBAHAN TAHUN DASAR PDRB 1. Latar Belakang 2. Manfaat 3. Implikasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 No. 05/11/Th.IX, 5 Februari 2015 No. 11/02/63/Th.XIX/ 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 TUMBUH 4,85 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2016 BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 07/01/53/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN EKONOMI NTT TAHUN TUMBUH 5,18 PERSEN Perekonomian NTT yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III 2017

Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III 2017 Berita Resmi Statistik Bulan November Provinsi Bali No. 73/11/51/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BALI Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III Ekonomi Bali Triwulan III Tumbuh 6,22 Persen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 5,4 PERSEN MENGUAT SETELAH MENGALAMI PERLAMBATAN SEJAK EMPAT TAHUN SEBELUMNYA No. 13/02/33/Th.IX, 5 Februari 2015 Release

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2016 BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 07/05/53/Th.XIX, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2016 EKONOMI NTT TRIWULAN I-2016 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian NTT yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 27/05/73/Th. IX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017 TUMBUH 7,52 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 No. 06/2/62/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 6,21 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kalimantan Tengah

Lebih terperinci

TABEL 1. PDRB KABUPATEN SIDOARJO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN (JUTA RUPIAH)

TABEL 1. PDRB KABUPATEN SIDOARJO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN (JUTA RUPIAH) TABEL 1. PDRB KABUPATEN SIDOARJO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2010-2016 (JUTA RUPIAH) Kategori Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1.961.684,2 2.098.966,3 2.490.420,4 2.797.475,7

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 No. 44/08/13/Th XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,32 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/16/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 4,89 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Banten Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Banten Triwulan III-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Pertumbuhan Ekonomi Banten Triwulan III- Ekonomi Banten Triwulan III- Tumbuh, Persen Perekonomian Banten berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2014 No. 09/02/31/Th.XVII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN EKONOMI JAKARTA TAHUN TUMBUH 5,95 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y)

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y) BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 29/05/76/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN I-2017 SECARA Q TO Q TERKONTRAKSI 7,48 PERSEN, NAMUN SECARA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 7/5/Th.XVIII, Mei 16 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 TUMBUH,9 PERSEN Perekonomian Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 No. 11/02/15/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 4,21 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU TRIWUNAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU TRIWUNAN I TAHUN 2015 BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU TRIWUNAN I TAHUN 2015 EKONOMI MALUKU TRIWULAN I 2015 MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,91 PERSEN DIBANDING TRIWULAN IV TAHUN

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 47/08/17/X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,41 PERSEN, MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015 (Y-ON-Y ) Perekonomian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 50/04/Th. XX, 27 April 2017 BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Hasil pendaftaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2017 BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 06/08/53/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2017 EKONOMI NTT TRIWULAN II-2017 TUMBUH PERSEN 5,01 PERSEN Perekonomian NTT yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah memasuki evolusi baru dalam perekonomiannya, yaitu evolusi ekonomi kreatif, pertumbuhan ekonomi kreatif ini membuka wacana baru bagi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 No. 35/05/71/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 TUMBUH 6,43 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan I 2017 yang diukur

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan III-2017 No. 63/11/Th.XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan III-2017 EKONOMI DIY TRIWULAN III-

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015 No. 24/05/91 Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015 MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,50 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci