Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1 i

2 ii Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR Ekonomi kreatif (ekraf) sebagai konsep ekonomi baru yang mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan teknologi diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional kedepan. Ekonomi kreatif menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku Statistik Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama antara BPS dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) tahun Buku ini menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif yang merupakan bagian dari Big Data Ekonomi Kreatif. Gambaran tentang potensi dan pengembangan bidang ekonomi kreatif ini dituangkan dalam 7 jenis output yang meliputi: Profil Usaha/Perusahaan 16 Subsektor Ekraf Berdasarkan Sensus Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi Kreatif ; Klasifikasi Jabatan Ekraf dalam KBJI 2014; Analisis PDB Ekraf ; Penyusunan PDRB Ekraf 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha; Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif dan Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif ; serta Tabel Input Output Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai basis pengambilan keputusan dan monitoring perkembangan dan kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia usaha di bidang ekraf.

3 iii Akhirnya ucapan syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih serta penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerjasama dan bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 kegiatan utama yang menjadi cakupan dalam kerjasama BPS-Bekraf. Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di Indonesia maupun dunia internasional. Semoga Allah SWT meridhai upaya penerbitan buku ini. Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Dr. Suhariyanto

4 iv Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman karakteristik geografis, suku, dan budaya. Keberagaman tersebut tentu saja menghasilkan potensi ekonomi kreatif yang berbeda antar wilayah. Masyarakat yang tinggal di daerah geografis berbatasan dengan pantai akan memiliki sumber daya alam dan budaya yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pegunungan. Hal ini menghasilkan potensi ekonomi kreatif yang berbeda pula. Karena itulah analisis potensi ekonomi kreatif tidak bisa dilakukan secara umum atau secara nasional saja, tetapi perlu dilakukan analisis potensi untuk ukuran wilayah yang lebih kecil, yaitu provinsi atau kabupaten/ kota. Mengumpulkan data tiga puluh empat provinsi tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit, apalagi hingga level kabupaten/kota. Atas dasar alasan tersebutlah, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS) untuk bekerja sama menyusun analisis potensi ekonomi kreatif secara spasial dengan memanfaatkan data hasil Sensus Ekonomi 2016 (SE2016). Hasil analisis spasial ekonomi kreatif ini diharapkan bisa membantu pengambil kebijakan untuk lebih fokus pada masing-masing wilayah sesuai dengan potensi yang telah diidentifikasi. Buku Analisis Sensus Ekonomi 2016 mengulas potensi ekonomi kreatif di tiga puluh empat provinsi di Indonesia. Buku ini menyajikan sebaran usaha enam belas subsektor ekonomi kreatif dan juga karakteristik demografi dari pelaku usahanya. Selain itu, aspek keuangan, pemasaran, dan pendukung usaha juga disajikan dengan detail. Akhir kata, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPS dan pihak-pihak yang terkait atas partisipasi-nya dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan dan memberikan pemahaman mengenai ekonomi kreatif ke seluruh masyarakat Indonesia. Jakarta, Desember 2017 Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf

5 v PRAKATA Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga Laporan Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Laporan ini merupakan salah satu output dari Kerjasama Swakelola antara Badan Pusat statistik (BPS) dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Buku Laporan Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara menyajikan tentang Produk Domestik Regional Bruto Ekonomi Kreatif tahun 2010 sampai dengan tahun Selain itu juga disajikan mengenai distribusi dan pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif dari tahun 2010 sampai dengan tahun Dengan diterbitkannya Buku ini, khususnya tentang Laporan Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Tahun , diharapkan dapat memberikan gambaran tentang besaran makro ekonomi kreatif yang mencakup besaran PDRB, struktur PDRB Ekonomi Kreatif dan pertumbuhan industri kreatif. Dengan demikian Buku ini dapat dijadikan sebagai benchmarking bagi pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan bidang ekonomi kreatif kedepannya.

6 vi Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Akhirnya, ucapan syukur dan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak, terutama Tim BPS dan Tim Bekraf yang telah bekerja keras dan bekerjasama untuk menyelesaikan kegiatan ini. Apresiasi juga kami berikan kepada semua pihak yang telah bersinergi secara solid dalam menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan Kerjasama BPS-Bekraf Tahun 2017 ini. Semoga output dari kerjasama ini bermanfaat bagi semua pihak, dan semoga Allah SWT meridhoi. Aamiin. Medan, Desember 2017 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara Dr. Syech Suhaimi, SE, M.Si

7 vii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Manfaat... 6 BAB II TAHAPAN KEGIATAN Penyusunan Klasifikasi Penyusunan Matriks Supply Industri Kreatif Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif BAB III METODOLOGI Metode Penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif Tahun Metode Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Kreatif Tahun Konsep Dasar Penghitungan PDRB Metode Estimasi PDRB Ekonomi Kreatif Tahun

8 viii Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha BAB IV HASIL Kondisi Makro PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Tahun Besaran PDRB Ekonomi Kreatif Struktur Ekonomi Kreatif Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Sumber Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif LAMPIRAN

9 ix DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Rekapitulasi Struktur KBLI 2015 Subsektor Ekonomi Kreatif Ringkasan Indikator Makro PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Tahun Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun (Persen) Sumber Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun (Persen)...106

10 x Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT) Gambar 2.2 Tahapan Penyusunan Matriks Supply Industri Kreatif Tahun Gambar 2.3 Dimensi Matriks Supply Industri Kreatif Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif Gambar 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Sumatera Utara Tahun (Miliar Rupiah) Gambar 4.2 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah) Gambar 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif (Miliar Rupiah) Gambar 4.4 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Sumatera Utara Tahun (Miliar Rupiah) Gambar 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun 2016 (Miliar Rupiah) Gambar 4.6 Struktur Perekonomian Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 dan 2016 (Persen) Gambar 4.7 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Ekonomi Kreatif Tahun 2016 (Persen) Gambar 4.8 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara, PDRB Ekonomi Kreatif dan PDRB Non Ekonomi Kreatif Tahun (Persen)

11 xi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Klasifikasi Ekonomi Kreatif dan Cakupan Subsektor Ekonomi Kreatif Menurut KBLI Lampiran 2 Definisi dan Cakupan Ekonomi Kreatif Lampiran 3 Metode Estimasi Supply Ekonomi Kreatif Tahun Lampiran 4 PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Miliar Rupiah) Lampiran 5 PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun (Miliar Rupiah) Lampiran 6 Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Persen) Lampiran 7 Distribusi PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun (Persen) Lampiran 8 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun (Persen) Lampiran 9 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Persen) Lampiran 10 Laju Pertumbuhan Implisit PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Tahun (Persen)

12 xii Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha

13 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 1 PENDAHULUAN

14 2 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha

15 3 Perkembangan perekonomian dunia semakin mengglobal atau globalisasi yang diikuti dengan percepatan pertumbuhan teknologi informasi, mendorong tumbuhnya cara bertukar informasi, berdagang, dan konsumsi di berbagai tempat di dunia. Dunia menjadi tempat yang sangat dinamis dan kompleks sehingga kreativitas dan pengetahuan menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam kompetisi dan pengembangan ekonomi. LATAR BELAKANG Ekonomi kreatif lahir sebagai konsep ekonomi baru yang bertumpu pada ide, kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Ekonomi kreatif memberikan nilai lebih karena menawarkan pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Dengan kata lain, ekonomi kreatif adalah manifestasi dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi negara-negara maju dan juga menawarkan peluang yang sama untuk negara-negara berkembang. Pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talenta dan kreativitas. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara untuk melakukan kajian seputar ekonomi kreatif dan menjadikan ekonomi kreatif sebagai model utama pengembangan ekonomi. EKONOMI KREATIF LA- HIR SEBAGAI KONSEP EKONOMI BARU YANG BERTUMPU PADA IDE, KREATIVITAS, KETERAMPI- LAN, SERTA BAKAT INDIVI- DU UNTUK MENCIPTAKAN KESEJAHTERAAN DAN LAPANGAN PEKERJAAN DENGAN MENGHASILKAN DAN MENGEKSPLOITASI DAYA KREASI DAN DAYA CIPTA INDIVIDU

16 4 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha DUNIA MENJADI TEMPAT YANG SANGAT DINAMIS DAN KOMPLEKS SEH- INGGA KREATIVITAS DAN PENGETAHUAN MENJA- DI SUATU ASET YANG TAK TERNILAI DALAM KOMPE- TISI DAN PENGEMBANGAN EKONOMI. Kehadiran ekonomi kreatif berpotensi dalam memberikan kontribusi terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Provinsi Sumatera Utara, menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas bangsa, meningkatkan keunggulan kompetitif, dan memberikan dampak sosial yang positif. Pada dasarnya, Provinsi Sumatera Utara memiliki sumber daya yang kreatif. Bagi sebagian besar masyarakat, menghasilkan suatu karya kreatif seakan telah menjadi gaya hidup. Bahkan, beberapa diantaranya sudah menghasilkan produk yang bersaing di pasar global dan bersaing dengan produk negara lain, sehingga berkesempatan untuk memperbesar pasar. Walaupun demikian, tantangan terhadap kelesuan ekonomi dunia, mendorong Indonesia khususnya Sumatera Utara harus melakukan terobosan dengan mengembangkan industri kreatif. Industri kreatif ini mampu bertahan dari krisis karena bertumpu pada inovasi dan kreativitas. Untuk membangun kompetensi dengan memanfaatkan potensi ekonomi kreatif tentunya memerlukan strategi kebijakan yang holistik dan tepat. Perencanaan program-program dan evaluasi pemerintah dalam mencapai target yang telah ditetapkan tidak dapat lepas dari dukungan ketersediaan data dan informasi yang memotret perkembangan kondisi industri kreatif terkini sampai dengan level regional. Statistik yang berkualitas akan berdampak pada pengambilan keputusan yang lebih informatif serta perumusan kebijakan yang tepat untuk mengembangkan industri kreatif.

17 5 Kegiatan Penyediaan, Pengembangan Data dan Informasi MAKSUD DAN TUJUAN Statistik Bidang Ekonomi Kreatif ditujukan untuk memberikan data dan informasi mengenai perkembangan dan peranan industri kreatif di Indonesia, sehingga dapat digunakan sebagai landasan pengembangan industri kreatif di KREATIF SEBAGAI LANDASAN STATISTIK BIDANG EKONOMI Indonesia dan evaluasi kebijakan pengembangan industri PENGEMBANGAN INDUS- TRI KREATIF DI INDONESIA kreatif. DAN EVALUASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI Secara khusus, kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) KREATIF. Ekonomi Kreatif tahun 2010 sampai dengan tahun 2016, selain itu menyusun indikator-indikator turunan, seperti distribusi, pertumbuhan dan sumber pertumbuhan subsektor ekonomi kreatif, yaitu: a. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun b. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan 2010 tahun c. Struktur PDRB Ekonomi Kreatif tahun d. Laju pertumbuhan subsektor Ekonomi Kreatif tahun e. Sumber pertumbuhan subsektor Ekonomi Kreatif tahun

18 6 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha MANFAAT Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah, khususnya oleh Badan Ekonomi Kreatif dalam menyusun dan mengevaluasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif, sehingga dapat memacu sektor industri kreatif lebih berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Selain itu, hasil kajian ini diharapkan dapat pula digunakan oleh para peneliti, penulis, pelajar, pemerhati industri kreatif, atau para pelaku bisnis dalam industri kreatif untuk lebih memahami perkembang-an dari masing masing kelompok industri kreatif tersebut.

19 TAHAPAN KEGIATAN 7

20 8 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha

21 9 Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif dimulai dengan kegiatan penyusunan klasifikasi dan selanjutnya dilakukan penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun PENYUSUNAN PDRB Dari Matriks Supply Ekonomi Kreatif dapat diperoleh output yang kemudian dikalikan dengan nilai rasio konsumsi EKONOMI KREATIF EGIATAN PENYUSUNAN KLASIFIKASI DAN SELANJUTNYA DILAKUantara untuk mendapatkan angka PDRB Ekonomi Kreatif KAN PENYUSUNAN MATRIKS tahun Kegiatan berikutnya adalah penyusunan SUPPLY EKONOMI KREATIF PDRB Ekonomi Kreatif tahun Tahapan kegiatan penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif secara rinci akan TAHUN diuraikan di bawah ini. Penyusunan klasifikasi kegiatan ekonomi kreatif merupakan langkah awal dalam penyusunan PDRB Ekonomi PENYUSUNAN KLASIFIKASI Kreatif. Besaran nilai PDRB Ekonomi Kreatif sangat tergantung dari cakupan kegiatan ekonomi yang terbentuk. Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2015, industri kreatif dikelompokkan menjadi 16 kelompok, yang selanjutnya sebagai subsektor ekonomi kreatif, yaitu: 1. Arsitektur 2. Desain Interior 3. Desain Komunikasi Visual 4. Desain Produk 5. Film, Animasi, Video 6. Fotografi 7. Kriya 8. Kuliner 9. Musik 10. Fashion 11. Aplikasi dan Game Developer 12. Penerbitan 13. Periklanan 14. Televisi dan Radio 15. Seni Pertunjukan 16. Seni Rupa

22 10 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha PDRB EKONOMI KREATIF DIPETAKAN SECARA RIN- CI KEDALAM KLASIFIKASI STANDAR YANG DISEBUT KLASIFIKASI BAKU LAPA- NGAN USAHA INDONESIA (KBLI) KE DALAM 16 SUB- SEKTOR Selanjutnya, 16 subsektor tersebut dipetakan secara rinci kedalam klasifikasi standar yang disebut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Saat ini, Badan Pusat Statistik (BPS) telah menggunakan KBLI terbaru, yaitu KBLI Rincian jumlah kelompok lima digit KBLI dalam masing-masing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada tabel 2.1 rekapitulasi struktur KBLI 2015 subsektor ekonomi kreatif di bawah ini. Selanjutnya, rincian cakupan 223 kelompok lima digit KBLI 2015 pada 16 subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat secara lengkap pada lampiran. Sedangkan konsep dan definisi yang digunakan untuk masing-masing subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada lampiran dua. Tabel 2.1 Rekapitulasi Struktur KBLI 2015 Subsektor Ekonomi No. Subsektor Jumlah KBLI 5 Digit 01 Arsitektur 2 02 Desain Interior 2 03 Desain Komunikasi Visual 2 04 Desain Produk 3 05 Film, Animasi, dan Video 9 06 Fotografi 7 07 Kriya Kuliner Musik 9 10 Fashion Aplikasi dan Game Developer Penerbitan Periklanan 5 14 Televisi dan Radio 5 15 Seni Pertunjukan Seni Rupa 16 JUMLAH 223

23 11 Tabel supply merupakan bagian dari Supply and Use Table (SUT). Tabel supply memberikan gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di domestik dan yang didatangkan dari luar wilayah (impor). Sementara, matriks supply regional memberikan gambaran rinci atas penyediaan barang dan jasa yang diproduksi di wilayah domestik regional, tanpa impor barang dan jasa. PENYUSUNAN MATRIKS SUPPLY INDUSTRI KREATIF Penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010 ditujukan untuk memperoleh PDRB tahun dasar, yaitu PDRB tahun 2010, dan sekaligus sebagai benchmark PDRB Ekonomi Kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dengan terbentuknya Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, maka PDRB Ekonomi Kreatif yang dihasilkan Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Kerja Supply and Use Table (SUT)

24 12 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Saat ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh BPS memiliki tahun dasar 2010 (2010=100) atau biasa disebut sebagai PDRB seri PDRB seri 2010 tersebut diturunkan dari Matriks Supply Dengan demikian, agar konsisten dengan PDRB maka PDRB industri kreatif juga harus disusun menggunakan tahun dasar yang sama, sehingga diperlukan penyusunan Matriks Supply 2010 berbasis industri kreatif. Tahapan penyusunan Matriks Supply industri kreatif adalah sebagai berikut: Saat ini, dimensi Matriks Supply Provinsi terdiri atas 54 industri (kolom) dan 65 produk (baris). Untuk membentuk Matriks Supply industri kreatif maka muatan kreatif dalam 54 industri tersebut ditarik dan dipindahkan ke dalam 16 subsektor industri kreatif. Penentuan muatan kreatif dalam suatu industri adalah berdasarkan KBLI 2015 ekonomi kreatif yang telah disusun. Dengan demikian, dimensi Matriks Supply industri kreatif menjadi 70 industri (16 industri ekraf dan 54 industri non-ekraf) dikali 65 produk. Penyusunan klasifikasi Matrik Supply ekraf Rekonsiliasi Matrik Supply ekraf Estimasi Matrik Supply ekraf Matrik Supply ekraf adjusted Gambar 2.2 Tahapan Penyusunan Matrik Supply Industri Kreatif Tahun 2010

25 13 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah PENYUSUNAN PROnilai tambah dari seluruh aktivitas ekonomi yang tercipta akibat adanya proses produksi pada suatu periode REGIONAL BRUTO DUK DOMESTIK tertentu dari suatu wilayah. Penyusunan PDRB ekonomi (PDRB) EKONOMI kreatif sesuai dengan standar penyusunan neraca nasion-kreatial (SNA 2008) dan berbasis KBLI Gambar 2.3 Dimensi Matrik Supply Industri Kreatif Sumber: Badan Pusat Statistik

26 14 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Tahapan penyusunan PDRB ekonomi kreatif dapat dilihat dibawah ini. PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diturunkan dari hasil Matriks Supply industri kreatif tahun Level PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 ini menjadi basis penyusunan PDRB ekonomi kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dalam istilah neraca nasional, tahun 2010 ini disebut sebagai tahun dasar (base period), biasa dituliskan sebagai 2010=100. Setelah PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi untuk memperoleh PDRB ekonomi kreatif tahun PDRB untuk periode ini diperoleh dengan menggunakan berbagai indikator dari hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK), hasil Survei Khusus Neraca Produksi - Ekonomi Kreatif (SKNP - EK), dan data sekunder lainnya yang tersedia. Dengan demikian, diperoleh series PDRB ekonomi kreatif tahun Matrik Supply Industri Kreatif Tahun 2010 Data dasar, SKEK, dan SKNP-EK PDRB Ekonomi Kreatif Tahun 2010 PDRB Ekonomi Kreatif Tahun Gambar 2.4 Tahapan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif

27 15 PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diturunkan dari hasil Matriks Supply industri kreatif tahun Level PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 ini menjadi basis penyusunan PDRB ekonomi kreatif untuk tahun-tahun berikutnya. Dalam istilah neraca nasional, tahun 2010 ini disebut sebagai tahun dasar (base period), biasa dituliskan sebagai 2010=100. Setelah PDRB ekonomi kreatif tahun 2010 diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi untuk memperoleh PDRB ekonomi kreatif tahun PDRB untuk periode ini diperoleh dengan menggunakan berbagai indikator dari hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK), hasil Survei Khusus Neraca Produksi - Ekonomi Kreatif (SKNP - EK), dan data sekunder lainnya yang tersedia. Dengan demikian, diperoleh series PDRB ekonomi kreatif tahun

28 16 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha

29 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 17 METODOLOGI

30 18 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha

31 19 Secara umum, metode yang digunakan untuk estimasi METODE output (supply) dari masing-masing industri menggunakan PENYUSUNAN pendekatan produksi. Estimasi supply dilakukan per MATRIKS SUPkategori dalam tiap-tiap subsektor ekonomi kreatif. Berikut PLY EKONOMI adalah metode estimasi output (supply) dengan berbagai KREATIF TAHUN indikator yang digunakan dari masing-masing subsektor 2010 ekonomi kreatif. a. Subsektor Arsitektur Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara

32 20 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha b. Subsektor Desain Interior Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Disagregasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) Struktur supply Sumatera Utara dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara. c. Subsektor Desain Komunikasi Visual Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Disagregasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggu-

33 21 Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Jasa Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. SKSPJ 2009, BPS 3. Statistik Pendidikan, Kemendikbud.

34 22 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha d. Subsektor Desain Produk Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Disagregasi Desain menjadi Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Produk dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Jasa Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara.

35 23 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. SKSPJ 2009, BPS 3. Statistik Pendidikan, Kemendikbud. e. Subsektor Film, Animasi, dan Video Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif Kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI ke dalam setiap klasifikasi Matriks Supply. Tahap berikutnya adalah mendisagregasikan setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI dengan menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah didapatkan output menurut lima digit KBLI, dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan non ekonomi kreatif. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara.

36 24 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Industri: Informasi dan Komunikasi Estimasi supply nilai produksi (output) diperoleh dari jumlah film, sinetron, dll dikalikan dengan rata-rata biaya pembuatan film, sinetron, dll. Untuk struktur supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Sensus Ekonomi Untuk disagregasi output film pemerintah, menggunakan data pendapatan dari laporan keuangan perusahaan BUMN, Kementerian BUMN. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS), BPS Provinsi Sumatera Utara. f. Subsektor Fotografi Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output menggunakan pendekatan produksi didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi (SE) Dari hasil SE tersebut diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara.

37 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 25 Industri: Jasa Pendidikan Output diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matrik Supply Provinsi Sumatera Utara. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. SKSPJ 2009, BPS 3. Statistik Pendidikan, Kemendikbud.

38 26 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha g. Subsektor Kriya Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara.

39 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 27 Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan besar bukan mobil dan sepeda motor dalam Matriks Supply meliputi kegiatan ekonomi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) baik barang baru maupun barang bekas kepada pedagang eceran, industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan barang, baik perorangan maupun perusahaan. Perdagangan subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja. Output perdagangan adalah marjin perdagangan, yaitu nilai jual dikurangi nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang. Konsumsi antara adalah seluruh biaya yang digunakan untuk kepentingan usaha perdagangan, seperti perlengkapan tulis-menulis, bahan pengepak dan pembungkus, rekening listrik dan telepon, serta biaya iklan. Industri perdagangan eceran bukan mobil dan sepeda motor dalam Matriks Supply meliputi penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko, departement store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya, pedagang pengecer memperoleh hak atas

40 28 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha barang-barang yang dijualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer ada yang bertindak sebagai agen dan menjual atas dasar konsinyasi atau komisi. Perdagangan di subsektor kriya dibatasi hanya untuk perdagangan produk industri pengolahan di subsektor kriya yang berasal dari produksi dalam negeri atau domestik saja. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung (commodity flow), yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kriya yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS Provinsi Sumatera Utara

41 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 29 h. Subsektor Kuliner Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara.

42 30 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan di subsektor Kuliner dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor Kuliner. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor kuliner yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara, 2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS Provinsi Sumatera Utara

43 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 31 Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Semua kegiatan yang masuk dalam kategori penyediaan makan minum merupakan cakupan dalam subsektor kuliner. Total Output produk jasa penyediaan makan minum merupakan perkalian konsumsi makanan jadi per kapita dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data konsumsi yang diperoleh dari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) merupakan konsumsi seluruh anggota rumahtangga, baik di dalam negeri maupun di luar negeri (misalnya turis Indonesia membeli makanan di restoran di luar negeri), dengan kata lain output yang dihasilkan merupakan total Supply produk jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh seluruh industri, termasuk yang berasal dari impor. Untuk mendapatkan total output domestik produk jasa penyediaan makan minum SUSENAS maka konsumsi penduduk tersebut dikurangi dengan impor produk jasa penyediaan makan minum lalu ditambah dengan ekspor produk jasa penyediaan makan minum. Persamaan formulanya bisa disederhanakan, sebagai berikut: Total Supply = Total Use Output Domestik + Impor = Total Konsumsi (konsumsi antara dan konsumsi akhir) + Ekspor Output Domestik = Total Konsumsi + Ekspor Impor

44 32 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Selain itu, konsumsi rumahtangga yang didata di SUSE- NAS, bisa dilakukan di penyediaan makan minum baik di restoran yang ada di kereta api, di angkutan udara, maupun di hotel. Ini merupakan produk sekunder dari industri kereta api, angkutan udara, industri penyediaan akomodasi, dan industri lainnya. Jadi, untuk menghitung output jasa penyediaan makan minum yang khusus dihasilkan oleh industri penyediaan makan minum, maka harus dikurangi output jasa penyediaan makan minum yang dihasilkan oleh industri-industri lain tersebut. 1. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS), BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Publikasi Proyeksi Penduduk , BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Publikasi Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara, BPS Provinsi Sumatera Utara.

45 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 33 i. Subsektor Musik Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara, 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara, 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara.

46 34 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan di subsektor Musik dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor Musik. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor musik yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara, 2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

47 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 35 Industri: Informasi dan Komunikasi Dengan menggunakan data Sensus Ekonomi 2006, data Supply industri produksi gambar bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan musik diproporsikan untuk memperoleh output subsektor musik. Untuk struktur Supply, menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Besar dan Sedang 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara, 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

48 36 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Industri: Pendidikan Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. SKSPJ 2009, BPS 3. Statistik Pendidikan, Kemendikbud. Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai.

49 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. j. Subsektor Fashion Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara.

50 38 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan subsektor Fashion dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk dari industri pengolahan di subsektor Fashion. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor fashion yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS Provinsi Sumatera Utara, 3. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

51 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 39 Industri: Pendidikan Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. SKSPJ 2009, BPS 3. Statistik Pendidikan, Kemendikbud. k. Subsektor Aplikasi dan Game Developer Industri: Informasi dan Komunikasi Subsektor aplikasi dan game developer menggunakan data Sensus Ekonomi 2006 dan indikator PDRB seri 2000 sehingga diperoleh estimasi Supply tahun Untuk struktur Supply, diperoleh dari struktur pendapatan laporan keuangan perusahaan go public dan data Sensus Ekonomi Estimasi Supply subsektor aplikasi dan game developer di industri penerbitan diperoleh dari proporsi output industri penerbitan dengan menggunakan data sensus ekonomi Untuk struktur Supply menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi 2006.

52 40 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Besar dan Sedang 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

53 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 41 Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara.

54 42 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha l. Subsektor Penerbitan Industri: Industri Pengolahan Tahap pertama dalam penyusunan Matriks Supply Ekonomi Kreatif khususnya kategori Industri Pengolahan adalah mengidentifikasi kode lima digit KBLI kedalam setiap klasifikasi Matriks Supply baik menurut produk maupun industri. Tahap selanjutnya adalah disagregasi setiap produk Matriks Supply baik output maupun NTB ke dalam lima digit KBLI menggunakan data IBS dan IMK tahun Disagregasi dilakukan untuk semua produk baik produk utama maupun produk sekunder. Setelah memperoleh output menurut lima digit KBLI, kemudian dilakukan agregasi menurut produk dan industri untuk klasifikasi sektor ekonomi kreatif dan sektor non ekonomi kreatif. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara.

55 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 43 Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Industri perdagangan di subsektor Penerbitan dibatasi hanya untuk perdagangan barang-barang domestik yang merupakan produk barang di subsektor Penerbitan. Penghitungan output untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang subsektor penerbitan yang diperdagangkan. Dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio marjin perdagangan besar dan eceran. Marjin perdagangan diperoleh dari perkalian antara output industri pengolahannya dengan rasio marjin perdagangan besar dan eceran untuk masing-masing produk. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekundernya dihitung menggunakan rasio terhadap output utamanya. Rasio ini diperoleh dari survei khusus. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara, 2. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

56 44 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Industri: Informasi dan Komunikasi Estimasi Supply nilai produksi (output) subsektor Penerbitan diperoleh dari data nilai produksi Industri Besar dan Sedang ditambah dengan pendapatan dari nilai belanja iklan yang dinikmati oleh surat kabar, majalah dan sejenisnya tahun Untuk struktur Supply menggunakan struktur data produksi Industri Besar dan Sedang dan data Sensus Ekonomi Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

57 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 45 Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. m. Subsektor Periklanan Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply.

58 46 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara. n. Subsektor Televisi dan Radio Industri: Informasi dan Komunikasi Estimasi Supply subsektor televisi dan radio diperoleh dari nilai belanja iklan yang dinikmati oleh televisi dan radio ditambah dengan pendapatan dari laporan keuangan RRI dan TVRI. Untuk struktur Supply, diperoleh dengan menggunakan struktur pendapatan laporan keuangan perusahaan go public dan data sensus ekonomi Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

59 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 47 o. Subsektor Seni Pertunjukan Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Pendidikan Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. SKSPJ 2009, BPS 3. Statistik Pendidikan, Kemendikbud.

60 48 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara.

61 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 49 p. Subsektor Seni Rupa Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Estimasi Supply/output diperoleh proporsi output industri tersebut terhadap total output industri perdagangan eceran, dengan menggunakan data sensus ekonomi Untuk struktur Supply, juga menggunakan data Sensus Ekonomi Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Jasa Perusahaan Estimasi output didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006). Dari hasil SE 2006 diperoleh level output tahun 2006 menurut lima digit KBLI Level output yang telah diperoleh digunakan sebagai dasar untuk melakukan estimasi output tahun 2010 menurut lima digit KBLI Selanjutnya, dilakukan proses bridging untuk memperoleh output industri kreatif tahun 2010 menurut KBLI Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

62 50 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Industri: Pendidikan Output diperoleh sebagai hasil perkalian antara indikator produksi dan indikator harga. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah peserta kursus, sedangkan indikator harga yang digunakan adalah output per peserta kursus. Data jumlah peserta kursus diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan data output per peserta kursus diperoleh dari Survei Khusus Sektor Perdagangan dan Jasa (SKSPJ). Struktur Supply dibentuk dengan menggunakan hasil Matriks Supply. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. SKSPJ 2009, BPS 3. Statistik Pendidikan, Kemendikbud

63 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 51 Industri: Jasa Lainnya Output dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan antara Indikator Produksi (IP) dan Indikator Harga (IH). Pendekatan indikator produksi yang digunakan dalam penghitungan output adalah jumlah tenaga kerja. Sedangkan, indikator harga yang digunakan adalah output per tenaga kerja. Indikator produksi untuk tahun 2010 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi jumlah tenaga kerja tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan jumlah tenaga kerja Sakernas secara berantai. Sedangkan, indikator harga untuk tahun 2010 diperoleh dengan meng-inflate indikator harga tahun 2006 ke tahun 2010 menggunakan pertumbuhan IHK secara berantai. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Tenaga Kerja (SAKERNAS), BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. Ringkasan metode estimasi Supply dari masing-masing subsektor Ekonomi Kreatif dapat dilihat pada lampiran 3.

64 52 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha METODE PENY- USUNAN PRODUK DOMESTIK REGION- AL BRUTO (PDRB) EKONOMI KREATIF TAHUN Konsep Dasar Penghitungan PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu, tanpa memperhatikan apakah faktor produksi dimiliki oleh residen atau non-residen. Ada 3 pendekatan untuk menghitung PDRB, yaitu sebagai berikut: 1. Pendekatan Produksi adalah jumlah nilai tambah seluruh aktivitas ekonomi, dimana nilai tambah diper oleh dari output dikurangi konsumsi antara. 2. Pendekatan Pendapatan adalah jumlah seluruh balas jasa faktor produksi berupa Kompensasi Tenaga Kerja, Surplus Usaha, Penyusutan dan Pajak Produksi dan Impor. 3. Pendekatan Pengeluaran adalah jumlah seluruh permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto dan perubahan inventori, ekspor, dikurangi impor (C + G + I + X M). a. Output Output adalah nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, dan dinilai atas dasar harga produsen. Jenis output ada 2 (dua) macam yaitu: 1. Output utama, 2. Output sekunder

65 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 53 b. Konsumsi Antara Konsumsi Antara adalah nilai barang dan jasa yang dikonsumsi sebagai input dalam proses produksi atau nilai barang dan jasa tidak tahan lama yang digunakan/habis dalam proses produksi. Konsumsi antara ini dinilai atas harga pembeli. c. Nilai Tambah c.1 Nilai Tambah Bruto (NTB) Nilai Tambah Bruto adalah selisih antara output dan konsumsi antara, yang merupakan produk dari proses produksi. Produk ini terdiri atas : a. Pendapatan faktor yang terdiri dari : - Kompensasi tenaga kerja - Sewa tanah sebagai balas jasa tanah - Bunga sebagai jasa modal, dan - Keuntungan sebagai balas jasa kewirswasta b. Konsumsi barang modal tetap yang dipakai untuk produksi c. Pajak lainnya atas produksi dikurangi subsidi lainnya atas produksi PDRB dapat dinyatakan sebagai : a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB adhb) Nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun. b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB adhk) Nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar penghitungan.

66 54 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB adhb) ada 3 yaitu: Produksi, Pendapatan dan Pengeluaran. 1. Pendekatan Produksi Menghitung nilai tambah seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan konsumsi antara dari masing-masing total nilai produksi/pendapatan (output) tiap-tiap lapangan usaha. Output b,t = Produksi t x Harga t NTB b.t = Output b,t - Konsumi Antara b,t Dimana : Output b,t = Output/nilai produksi bruto atas dasar harga berlaku tahun t NTB b,t = Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun ke-t Produksi t = Kuantum produksi tahun ke-t Harga t = Harga produksi tahun ke-t 2. Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi. PDRB = Kompensasi Tenaga Kerja + Surplus Usaha Neto + Konsumsi Barang Modal Tetap + Pajak atas Produksi dan Impor.

67 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir. PDRB = Konsumsi rumahtangga + Konsumsi Pemerintah + PMTB + Perubahan Stok + (Ekspor - Impor). Pendekatan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB adhk) ada 3 yaitu: Revaluasi, Ekstrapolasi dan Deflasi Output k,t = Produksi t x Harga 0 NTB k.t = Output k,t - Konsumi Antara k,t 2. Ekstrapolasi yaitu dengan cara mengalikan nilai tahun dasar dengan suatu indeks kuantum dibagi 100. Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut : Output k,t = Produksi k,0 x (IKP 0 /100) NTB k.t = Output k,t - Konsumi Antara k,t 3. Deflasi yaitu dengan cara membagi nilai pada tahun berjalan dengan suatu indeks harga dibagi 100. Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut : Output k,t = Output b,t x (IH t /100) NTB k.t = Output k,t - Konsumi Antara k,t

68 56 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Metode Estimasi PDRB Ekonomi Kreatif Tahun Tahapan metode estimasi PDRB Ekonomi Kreatif tahun adalah sebagai berikut: 1. PDRB Ekraf tahun 2010 diturunkan dari hasil Matriks Supply Ekraf tahun Pengidentifikasian dan pengumpulan data produksi/ indikator produksi dan harga/indikator harga dari masing-masing subsektor ekraf tahun Penghitungan output dan NTB atas dasar harga berlaku dengan metode pendekatan produksi dari masing-masing subsektor ekraf tahun Penghitungan output dan NTB atas dasar harga konstan dengan metode ektrapolasi/deflasi dari masing-masing subsektor ekraf tahun Proses rekonsiliasi, uji kelayakan dan kewajaran. Berikut metode penghitungan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2010=100 menurut subsektor ekonomi kreatif tahun 2011 sampai tahun a. Subsektor Arsitektur Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku subsektor Arsitektur tahun diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga berlaku konstruksi.

69 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 57 PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 subsektor Arsitektur tahun diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 konstruksi. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. PDRB Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara. b. Subsektur Desain Interior Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga berlaku real estate. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator dari PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 real estate. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. PDRB Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus.

70 58 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Pendidikan, Kemendikbud. 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. c. Subsektor Desain Komunikasi Visual Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator PDRB subsektor periklanan. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara men-deflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. PDRB Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara.

71 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 59 Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Pendidikan, Kemendikbud. 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara Subsektor Desain Produk Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator PDRB atas dasar harga berlaku industri kemasan. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 industri kemasan. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. PDRB Provinsi Sumatera Utara, BPS Provinsi Sumatera Utara.

72 60 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Pendidikan, Kemendikbud. 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. e. Subsektor Film, Animasi, dan Video Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010 didasarkan dari hasil Matriks Supply Industri Kreatif tahun 2010 dan sekaligus digunakan sebagai tahun dasar Penyusunan

73 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 61 PDRB Industri Kreatif. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun Data IBS diidentifikasi kedalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas Nasional. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan untuk kategori Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan men deflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun 2010.

74 62 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 4. Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, BPS 5. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) Nilai output berlaku diperoleh menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator produksi (jumlah film, sinetron, dll) dengan rata-rata biaya produksi film. Kemudian nilai NTB berlaku diper oleh dari perkalian antara output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Nilai output konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output konstan dengan indikator harga Indeks harga konsumen (IHK).Untuk nilai NTB konstan, diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

75 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 63 Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Pendidikan, Kemendikbud. 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. f. Subsektor Fotografi Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan hasil SKEK , sedangkan untuk tahun diestimasi menggunakan hasil Survei Khusus Neraca Produksi (SKNP). PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara men-deflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian.

76 64 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. SKEK , BPS 3. SKNP , BPS. Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Pendidikan, Kemendikbud. 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB.

77 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 65 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Output atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan 2010=100 diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan 2010=100 dan rasio NTB. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. Subsektor Kriya Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010 didasarkan dari hasil Matriks Supply Industri Kreatif tahun 2010 dan sekaligus digunakan sebagai tahun dasar Penyusunan PDRB Industri Kreatif. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun

78 66 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan non migas. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan untuk kategori Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan men-deflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 4. Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, BPS 5. Matriks Supply Ekonomi Kreatif 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

79 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 67 Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor kriya. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matriks Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. SKSJ, BPS Provinsi Sumatera Utara 4. SKSPJ, BPS. h. Subsektor Kuliner Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010 didasarkan dari hasil Matriks Supply Industri Kreatif tahun 2010 dan sekaligus digunakan sebagai tahun dasar Penyusunan PDRB Industri Kreatif.

80 68 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun Data IBS diidentifikasi ke dalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan non migas. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan untuk kategori Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan men deflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun 2010.

81 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 4. Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, BPS 5. Matriks Supply Ekonomi Kreatif 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor kuliner. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matriks Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. SKSJ, BPS Provinsi Sumatera Utara 4. SKSPJ, BPS.

82 70 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Industri: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Output subkategori penyediaan makan minum diperoleh dengan pendekatan pengeluaran. Output merupakan penjumlahan dari pengeluaran penduduk terhadap produk penyediaan makan minum ditambah dengan konsumsi wisatawan mancanegara (ekspor wisatawan mancanegara dikurangi pengeluaran wisatawan /impor restoran). Penghitungan tersebut menghasilkan output utama. Sedangkan output sekunder didapatkan dari rasio Matriks Supply Ekraf Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi dengan IHP penyediaan makan minum sebagai deflatornya. Sedangkan nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. 1. Susenas, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Publikasi Proyeksi Penduduk Provinsi Sumatera Utara , BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Publikasi Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara, BPS Provinsi Sumatera Utara. i. Subsektor Musik Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010 didasarkan dari hasil Matriks Supply Industri Kreatif tahun 2010 dan sekaligus digunakan sebagai tahun dasar Penyusunan PDRB Industri Kreatif.

83 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 71 PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun Data IBS diidentifikasi kedalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan untuk kategori Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan men deflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun 2010.

84 72 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 4. Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, BPS 5. Matriks Supply Ekonomi Kreatif 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan musik dan aktivitas penerbitan musik dan buku musik. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matriks Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. SKSJ, BPS Provinsi Sumatera Utara 4. SKSPJ, BPS.

85 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 73 Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) Nilai output berlaku diperoleh menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan menyesuaikan pertumbuhan subsektor musik dan subsektor film, animasi, dan video. Hal ini dikarenakan subsektor musik merupakan bagian kecil dari industri produksi gambar bergerak, video dan program televisi, perekaman suara dan penerbitan (yang merupakan industri Matriks Supply dari Film, Animasi, dan Video). Kemudian nilai NTB berlaku diperoleh dari perkalian antara output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Nilai output konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output konstan dengan indikator harga IHK. Untuk nilai NTB konstan, diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Musik. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Musik.

86 74 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 1. Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. PDRB subsektor Musik, BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Pendidikan, Kemendikbud. 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB.

87 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 75 PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan dan rasio NTB. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. j. Subsektor Fashion Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010 didasarkan dari hasil Matriks Supply Industri Kreatif tahun 2010 dan sekaligus digunakan sebagai tahun dasar Penyusunan PDRB Industri Kreatif. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun

88 76 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Data IBS diidentifikasi kedalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing lima digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam dua digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan Non Migas. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan untuk kategori Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan men deflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS ProvinsiSumatera Utara 4. Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, BPS 5. Matriks Supply Ekonomi Kreatif 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara.

89 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 77 Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik harga atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari industri pengolahan di subsektor fashion. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matriks Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. SKSJ, BPS Provinsi Sumatera Utara 4. SKSPJ, BPS. Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.

90 78 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Pendidikan, Kemendikbud. 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. k. Subsektor Aplikasi dan Game Developer Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) Nilai output berlaku diperoleh menggunakan pertumbuhan pendapatan dalam laporan keuangan perusahaan go public. Kemudian nilai NTB berlaku diperoleh dari perkalian antara output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Nilai output konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output konstan dengan indikator harga IHK. Untuk nilai NTB konstan, diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun Laporan keuangan perusahaan go public, BEI 2. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Aplikasi dan Game Developer.

91 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 79 PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Aplikasi dan Game Developer. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Indikator subsektor Aplikasi dan Game Developer. Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan dan rasio NTB. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara.

92 80 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha l. Subsektor Penerbitan Industri: Industri Pengolahan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB Ekonomi Kreatif tahun 2010 didasarkan dari hasil Matriks Supply Industri Kreatif tahun 2010 dan sekaligus digunakan sebagai tahun dasar Penyusunan PDRB Industri Kreatif. PDRB Ekonomi Kreatif atas dasar harga berlaku tahun khusus Kategori Industri Pengolahan dihitung menggunakan pendekatan produksi dari data Industri Besar dan Sedang (IBS) dan data Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun Data IBS diidentifikasi kedalam Output dan Konsumsi Antara untuk masing-masing 5 digit KBLI. Sedangkan data IMK hanya tersedia dalam 2 digit KBLI, sehingga perlu disagregasi ke dalam 5 digit KBLI menggunakan proporsi dari data IBS. Kemudian hasil penjumlahan output dan konsumsi antara IBS dan IMK tersebut diselaraskan dengan output dan Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari PDRB Industri pengolahan non migas. Dari hasil ini akan diperoleh Output dan NTB Industri Kreatif atas dasar harga berlaku. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB Industri Kreatif atas dasar harga konstan untuk kategori Industri pengolahan diperoleh dengan pendekatan Deflasi. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan men deflate Output atas dasar harga berlaku dengan suatu deflator yaitu Indeks Harga Produsen (IHP). NTB atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian output atas dasar harga konstan dengan rasio NTB tahun dasar yaitu rasio NTB tahun 2010.

93 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Statistik Industri Mikro dan Kecil (IMK) Tahunan, BPS Provinsi Sumatera Utara 4. Indeks Harga Produsen (IHP) 2010=100, BPS 5. Matriks Supply Ekonomi Kreatif 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Nilai output baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk kegiatan perdagangan menggunakan pendekatan tidak langsung/commodity flow yaitu dengan menghitung besarnya marjin perdagangan barang-barang yang diperdagangkan dari penerbitan dan aktivitas penerbitan di subsektor informasi dan komunikasi. Marjin perdagangan merupakan perkalian antara output industri dengan rasio marjin perdagangan. Output yang didapat dari perkalian tersebut merupakan output utama. Sedangkan untuk output sekunder menggunakan rasio dari Matriks Supply 2010 Ekraf. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. 1. Data Output Sektor Barang, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. SKSJ, BPS Provinsi Sumatera Utara 4. SKSPJ, BPS.

94 82 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (adhb) Nilai output berlaku menggunakan metode inflate, yaitu dengan cara mengalikan output konstan dengan indikator harga Indeks Harga Produsen (IHP). Untuk nilai NTB berlaku, diperoleh dari perkalian antara output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Nilai output konstan diperoleh menggunakan indikator pertumbuhan produksi Industri Pencetakan dan Re produksi Media Rekaman. Kemudian nilai NTB konstan diperoleh dari perkalian antara output konstan dan rasio NTB tahun Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Indeks Harga Produsen (IHP), BPS. Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Penerbitan. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Penerbitan. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Indikator subsektor Penerbitan, BPS Provinsi Sumatera Utara.

95 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 83 Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output atas dasar harga berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan diper oleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan dan rasio NTB. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. m. Subsektor Periklanan Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator pajak reklame. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara men-deflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian.

96 84 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 1. Matriks Supply Ekonomi Kreatif Tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Data pajak reklame, Kemenkeu. Subsektor Televisi dan Radio Industri: Informasi dan Komunikasi PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) Nilai output atas dasar harga berlaku diperoleh menggunakan pertumbuhan pendapatan dalam laporan keuangan perusahaan televisi dan radio go public. Selain itu juga menggunakan data belanja iklan. Kemudian nilai NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Nilai output atas dasar harga konstan diperoleh menggunakan metode deflasi, yaitu dengan membagi output atas dasar harga konstan dengan indikator harga IHK. Untuk nilai NTB atas dasar harga konstan, diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan dan rasio NTB tahun Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara.

97 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 85 o. Subsektor Seni Pertunjukan Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator seni pertunjukan. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diperoleh dengan metode deflasi, yaitu dengan cara men-deflate PDRB atas dasar harga berlaku dengan deflator yang bersesuaian. 1. Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus.

98 86 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Pendidikan, Kemendikbud. 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan dan rasio NTB. 1. Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara.

99 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 87 p. Subsektor Seni Rupa Industri: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Output seni rupa diperoleh dengan pendekatan pengeluaran. Output merupakan penjumlahan dari pengeluaran penduduk untuk barang-barang pajangan. Penghitungan tersebut menghasilkan output utama. Sedangkan output sekunder didapatkan dari rasio Matriks Supply Ekraf Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi dengan IHK umum sebagai deflatornya. Sedangkan nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. 1. Susenas, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Publikasi Proyeksi Penduduk Provinsi Sumatera Utara , BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Jasa Perusahaan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Seni Rupa. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator subsektor Seni Rupa. 1. Matriks Supply Ekonomi Kreatif tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Indikator subsektor Seni Rupa, BPS Provinsi Sumatera Utara.

100 88 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Industri: Pendidikan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) PDRB atas dasar harga berlaku tahun diestimasi sebagai perkalian antara PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 dengan IHK kursus. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) PDRB atas dasar harga konstan 2010=100 tahun diestimasi menggunakan indikator jumlah peserta kursus. 1. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Statistik Pendidikan, Kemendikbud. 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara. Industri: Jasa Lainnya PDRB Atas dasar Harga Berlaku (adhb) Output atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan pendekatan produksi, yaitu mengalikan indikator produksi dan indikator harga. Sedangkan, NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output berlaku dan rasio NTB. PDRB Atas dasar Harga Konstan 2010=100 (adhk) Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi, yaitu membagi output berlaku yang telah diperoleh dengan deflator berupa IHK. Sedangkan, NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan mengalikan output atas dasar harga konstan dan rasio NTB.

101 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Sensus Ekonomi 2006, BPS Provinsi Sumatera Utara 2. Matriks Supply Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, BPS Provinsi Sumatera Utara 3. Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS Provinsi Sumatera Utara.

102 90 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha

103 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 91 HASIL

104 92 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha KONDISI MAKRO PDRB EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN Perkembangan perekonomian regional selain dipengaruhi oleh kondisi ekonomi nasional, juga perekonomian dunia. Sebagai contoh, krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 berpengaruh terhadap perlambatan perekonomian nasional dan juga regional. Walaupun demikian, dampaknya terhadap kondisi makro ekonomi Sumatera Utara relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan sebagian daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara berada di atas Nasional. Tahun 2008 perekonomian Sumatera Utara tumbuh sebesar 6,39 persen sedangkan Nasional tumbuh 6,01 persen. Tahun 2009, walaupun perekonomian provinsi Sumatera Utara mengalami perlambatan sebesar 5,07 persen, tetapi masih berada di atas Nasional yang tumbuh sebesar 4,63 persen. Pasca krisis ekonomi global tahun 2008 dan 2009, perekonomian Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya nilai PDRB pada tahun Pada tahun 2010, PDRB Provinsi Sumatera Utara atas dasar harga berlaku mencapai 331,08 triliun Rupiah dan meningkat sebesar 89,80 persen pada tahun 2016 menjadi 628,39 triliun Rupiah. PDRB Provinsi Sumatera Utara atas dasar harga konstan tahun juga mempunyai pola yang sama terus mengalami peningkatan sejalan dengan PDRB atas dasar harga berlaku. Karena menggunakan tahun dasar 2010=100, sehingga nilai PDRB Provinsi Sumatera Utara atas dasar harga konstan pada tahun 2010 sama dengan nilai PDRB Provinsi Sumatera Utara atas dasar harga berlaku. Nilai PDRB Provinsi Sumatera Utara atas dasar harga konstan meningkat sebesar 40,08 persen menjadi triliun Rupiah pada tahun 2016.

105 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 93 Kondisi perekonomian global yang cenderung mengalami pelemahan sejak tahun 2008 mempunyai efek limpahan (spillover effect) terhadap perekonomian Sumatera Utara. Hal tersebut salah satunya tercermin dari pertumbuhan ekonomi provinsi ini pada tahun 2011 relatif tinggi, yaitu sebesar 6,66 persen. Walaupun demikian, empat tahun berikutnya pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan. Bahkan tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 pertumbuhannya dibawah 6 (enam) persen. Perlambatan tersebut salah satunya terkait dengan melemahnya kondisi ekonomi dunia. Bahkan laporan ekonomi dunia IMF, World Economic Outlook, memperkirakan pertumbuhan dunia 2016 sebesar 3,2 persen dan 3,5 persen pada tahun 2017 ( 12 April 2016) Tahun 2014 perekonomian Sumatera Utara tumbuh sebesar 5,23 persen, melambat menjadi 5,10 persen pada tahun 2015 dan 5,18 persen pada tahun Melambatnya perekonomian Provinsi Sumatera Utara bukan berarti bahwa mengalami penurunan atau dengan kata lain mengalami peningkatan namun percepatan peningkatannya lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya. Gambar 4.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Sumatera Utara Tahun (Miliar Rupiah) Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

106 94 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Secara umum, besaran PDRB ekonomi kreatif terus mengalami peningkatan seperti halnya PDRB Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan atas dasar harga berlaku, kontribusi yang diberikan oleh ekonomi kreatif terhadap perekonomian Provinsi Sumatera Utara sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2016 cenderung berfluktuasi. Sedangkan atas dasar harga konstan, PDRB ekonomi kreatif mengalami peningkatan meski terkadang percepatan pertumbuhannya sedikit melambat. Secara ringkas, gambaran indikator makro PDRB Ekonomi kreatif dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Ringkasan Indikator Makro PDRB Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Utara Tahun No Uraian Rata-rata 1 Besaran PDRB ADHB PDRB Ekraf , , , , , , , ,1 PDRB Non Ekraf , , , , , , , ,3 PDRB Provinsi , , , , , , , ,4 2 Besaran PDRB ADHK , , , , , , , ,03 PDRB Ekraf , , , , , , , ,39 PDRB Non Ekraf , , , , , , , ,37 PDRB Provinsi 3 Pertumbuhan PDRB Ekraf - 4,95 5,32 5,95 5,05 5,82 6,63 5,62 PDRB Non Ekraf - 6,75 6,50 6,07 5,24 5,06 5,11 5,79 PDRB Provinsi - 6,66 6,45 6,07 5,23 5,10 5,18 5,78 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

107 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 95 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku yang dihasilkan oleh pelaku ekonomi kreatif terus mengalami peningkatan yang cukup besar. Semakin berkembangnya teknologi dan melimpahnya sumber daya menjadikan ekonomi kreatif semakin berpotensi memberikan kontribusi dalam perekonomian. Pola perkembangan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku sejalan dengan PDRB menurut lapangan usaha yang terus mengalami peningkatan, walaupun pertumbuhan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tidak sebesar PDRB menurut lapangan usaha maupun PDRB non ekonomi kreatif (PDRB Non Ekraf). Pada tahun 2010, PDRB yang dihasilkan oleh ekonomi kreatif sebesar ,49 miliar rupiah dan nilai ini meningkat sebesar 98,70 persen pada tahun 2016 menjadi ,88 miliar rupiah. Rata-rata peningkatan besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku setiap tahun selama kurun waktu tersebut mencapai 12,14 persen, sedangkan rata-rata peningkatan besaran PDRB non ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku mencapai 11,24 persen dan rata-rata peningkatan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku sebesar 11,28 persen. Perkembangan PDRB ekonomi kreatif dan non ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku secara lengkap dapat dilihat pada gambar 4.2. BESARAN PDRB EKONOMI KREATIF

108 96 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 19970,52 652, ,52 327, Subsektor Kuliner dan Arsitektur merupakan subsektor yang berkembang cukup pesat di Provinsi Sumatera Utara. Dalam kurun waktu 6 tahun mampu melipatgandakan nilainya (doubling time). Perkembangan PDRB ekonomi kreatif Provinsi Sumatera Utara cukup signifikan. Rata-rata PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku yang mencapai ,1 miliar rupiah selama kurun waktu tahun telah memberikan kontribusi terhadap perekonomian Provinsi Sumatera Utara sebesar rata-rata 4,66 persen. Sampai tahun 2016 terdapat subsektor ekonomi kreatif yang nilainya lebih dari dua kali lipat nilai pada tahun 2010 (doubling time) yaitu subsektor kuliner dan arsitektur. Sedangkan subsektor yang mengalami peningkatan terendah adalah subsektor desain produk hanya meningkat sebesar 1,48 kali pada tahun 2016 dibandingkan tahun Besaran PDRB atas dasar harga berlaku ini menunjukkan peranan tiap subsektor ekonomi kreatif dalam penciptaan nilai tambah PDRB ekonomi kreatif. PDRB atas dasar harga berlaku juga dapat menjadi gambaran kinerja subsektor ekonomi kreatif. Secara lengkap besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tahun terdapat pada lampiran 4. Gambar 4.2 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah) Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

109 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 97 Pada tahun 2016, subsektor ekonomi kreatif yang mempunyai PDRB atas dasar harga berlaku tertinggi adalah subsektor kuliner dengan nilai sebesar ,52 miliar rupiah dan yang mempunyai besaran PDRB atas dasar harga berlaku terkecil adalah subsektor desain komunikasi visual dengan nilai sebesar 11,64 miliar rupiah. Terdapat tiga subsektor ekonomi kreatif yang mempunyai nominal PDRB atas dasar harga berlaku di atas miliar rupiah, yaitu subsektor kuliner, subsektor kriya, dan subsektor penerbitan. Gambaran perkembangan besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2016 menurut subsektor ekonomi kreatif dapat dilihat dari gambar 4.3. PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan yang dihasilkan juga relatif besar dan terus mengalami pertumbuhan selama kurun waktu tahun , walaupun sedikit mengalami perlambatan pada tahun Besaran PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan oleh Gambar 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif (Miliar Rupiah) Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

110 98 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha ekonomi kreatif pada tahun 2016 mencapai ,39 miliar rupiah, meningkat 38,80 persen dibandingkan tahun Besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan yang semakin meningkat menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi kreatif di Provinsi Sumatera Utara semakin baik. Pola percepatan perkembangan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan yang searah dengan pola percepatan perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Utara atas dasar harga konstan. Setiap tahun PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 5,62 persen dan rata-rata PDRB ekonomi kreatif menyumbang 4,50 persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sumatera Utara atas dasar harga konstan. Secara lengkap gambaran perkembangan besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan dapat dilihat dari gambar 4.4. Gambar 4.4 PDRB Ekraf dan PDRB Non Ekraf Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Sumatera Utara Tahun Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

111 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 99 Seperti halnya nilai tambah atas dasar harga berlaku, subsektor ekonomi kreatif kuliner, kriya dan penerbitan mempunyai besaran nilai tambah atas dasar harga konstan terbesar. Sedangkan subsektor yang mempunyai besaran nilai tambah atas dasar harga konstan terkecil adalah subsektor desain komunikasi visual. Selama periode tahun , subsektor yang mengalami peningkatan besaran nilai tambah atas dasar harga konstan terbesar adalah subsektor kuliner sebesar 148,03 persen sedangkan subsektor film, animasi dan video mengalami peningkatan besaran nilai tambah atas dasar harga konstan terkecil, yaitu sebesar 109,83 persen. Perkembangan besaran PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga konstan menurut subsektor ekonomi kreatif tahun secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5. Gambaran PDRB atas dasar harga konstan menurut subsektor ekonomi kreatif secara lengkap dapat dilihat dari gambar 4.5. Gambar 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun 2016 (Miliar Rupiah) Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

112 100 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha STRUKTUR EKONOMI KREATIF PDRB ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar 4,51 hingga 4,79 persen terhadap perekonomian Provinsi Sumatera Utara selama kurun waktu tahun dan secara umum nilai tambah tiap subsektor ekonomi kreatif mengalami peningkatan. Struktur ekonomi kreatif menunjukkan peranan masing-masing subsektor ekonomi kreatif dalam penciptaan nilai tambah. Kontribusi subsektor ekonomi kreatif terhadap perekonomian Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016 meningkat dibandingkan tahun Rata-rata kontribusi subsektor ekonomi kreatif terhadap perekonomian Provinsi Sumatera Utara selama periode tahun sebesar 4,76 persen, sehingga sisanya sebesar 95,24 persen merupakan sumbangan dari sektor non ekonomi kreatif. Gambar 4.6 Struktur Perekonomian Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010 dan 2016 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

113 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 101 Subsektor Kuliner, Kriya, dan Arsitektur merupakan subsektor paling dominan di Provinsi Sumatera Utara Selama kurun waktu tersebut, terdapat tiga subsektor yang cukup dominan berkontribusi dalam pembentukan PDRB ekonomi kreatif yaitu subsektor kuliner, subsektor kriya, dan subsektor penerbitan. Pada tahun 2016, subsektor kuliner menciptakan nilai tambah sebesar ,52 miliar rupiah dan menyumbang 66,74 persen terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif. Sedangkan subsektor kriya, dan subsektor penerbitan yang menyumbang nilai tambah sebesar 5.310,35 miliar rupiah dan 1.451,45 miliar rupiah memberikan kontribusi sebesar 17,76 persen dan 4,85 persen terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif tahun Hal yang cukup menjadi perhatian adalah di tengah semakin majunya teknologi pada saat ini, namun kontribusi subsektor ekonomi kreatif yang cukup dominan dalam pemanfaatan teknologi terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif masih sangat kecil. Subsektor tersebut antara lain subsektor film, animasi dan video, subsektor desain produk, subsektor desain interior, subsektor desain komunikasi visual. Pada tahun 2016, subsektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 0,10 persen; 0,08 persen; 0,06 persen; dan 0,04 persen. Peluang peningkatan pertumbuhan subsektor film, animasi dan video antara lain terkait dengan potensi budaya lokal atau mengangkat budaya berbasis kearifan lokal serta keharmonisan hubungan antara kelompok masyarakat yang telah tumbuh dan terjalin lama. Provinsi Sumatera Utara memiliki dasar-dasar budaya tersebut yang berpeluang untuk diangkat dalam film animasi yang menggambarkan kehidupan dan kearifan budaya daerah. Selain itu, pada sebagian wilayahnya juga didukung oleh kondisi alam yang indah dengan dihiasi hutan, danau dan pengunungan.

114 102 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Seni pertunjukan juga merupakan kelompok subsektor yang memberikan kontribusi kecil pada pembentukan PDRB ekonomi kreatif atas dasar harga berlaku tahun 2016, yaitu sebesar 0,19 persen. Kelompok subsektor seni pertunjukan tentunya memerlukan stimulus dan dukungan untuk lebih mengembangkan ekonominya sehingga dapat meningkatkan kontribusi nilai tambahnya terhadap pembentukan PDRB ekonomi kreatif. Gambar 4.7 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Ekonomi Kreatif Tahun 2016 (Persen) Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

115 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 103 Laju pertumbuhan ekonomi kreatif sangat penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi kreatif. Rata-rata pertumbuhan ekonomi kreatif selama periode tahun mencapai 5,62 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara dan pertumbuhan ekonomi non ekonomi kreatif. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi kreatif mencapai 5,95 persen sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara yang tumbuh sebesar 6,07 persen. Namun, pada tahun 2014 dan 2015, pertumbuhan ekonomi kreatif mengalami peningkatan, yaitu menjadi 5,05 persen tahun 2014 dan 5,82 persen tahun Walaupun pertumbuhan ekonomi kreatif tahun 2014 dan 2015 mengalami peningkatan, nilai pertumbuhan ekonomi kreatif tetap lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2016, pertumbuhan ekonomi kreatif menjadi 6,63 persen lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara yang tumbuh sebesar 5,18 persen. PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF Gambar 4.8 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara, PDRB Ekonomi Kreatif dan PDRB Non Ekonomi Kreatif Tahun (Persen) Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

116 104 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Pada tahun subsektor ekonomi kreatif yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah subsektor Kuliner dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,76 persen. Subsektor Film, Animasi dan Video merupakan subsektor ekonomi kreatif yang mempunyai pertumbuhan yang paling rendah selama rentang waktu tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,58 persen. Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan PDRB Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun Kategori Subsektor (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Arsitektur 7,84 6,58 6,77 6,30 5,46 5,71 02 Desain Interior 4,63 3,92 3,65 3,44 5,71 4,23 03 Desain Komunikasi Visual 3,70 2,81 1,63 5,65 6,24 4,36 04 Desain Produk 1,24 3,65 2,31 3,73 3,21 5,69 05 Film, Animasi dan Video 0,67 1,10 4,19 1,54 0,97 1,02 06 Fotografi 4,32 3,27 2,55 4,41 5,05 5,46 07 Kriya 2,45 2,99 4,22 1,79 2,27 4,36 08 Kuliner 6,07 6,04 6,95 6,31 7,23 7,94 09 Musik 2,57 5,69 4,44 6,43 6,38 5,34 10 Fashion 3,56 4,52 2,18 1,29 1,48 1,59 11 Aplikasi dan Game Developer 5,14 7,79 4,36 1,99 4,57 3,83 12 Penerbitan 0,28 2,91 3,13 3,00 4,69 3,29 13 Periklanan 5,91 3,98 3,22 6,71 4,75 5,09 14 Televisi dan Radio 5,47 8,35 5,43 4,36 2,94 3,13 15 Seni Pertunjukan 1,20 5,10 4,44 4,93 4,95 4,28 16 Seni Rupa 3,80 4,33 3,55 2,15 4,44 4,86 PDRB Ekonomi Kreatif 4,95 5,32 5,95 5,05 5,82 6,63 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

117 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 105 Salah satu indikator yang menarik diperhatikan adalah SUMBER PERTUMBUperan subsektor ekonomi kreatif terhadap pertumbuhan HAN PDRB EKONOMI sektor ekonomi kreatif. Peranan masing-masing subsektor ekonomi kreatif terhadap laju pertumbuhan ekonomi kreatif tersebut tergambar pada sumbangan yang diberikan subsektor ekonomi kreatif tersebut terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi kreatif. Dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi kreatif, Subsektor Kuliner memberikan kontribusi terbesar dengan menyumbang rata-rata sebesar 4,42 persen selama periode Peran penting kuliner dalam pembentukan sektor ekonomi kreatif juga tercermin dari peningkatan sumbangannya terhadap pertumbuhan sektor ekonomi kreatif. Tahun 2011 peran atau sumbangan subsektor tersebut terhadap pertumbuhan sektor ekonomi kreatif sebesar 3,87 persen meningkat menjadi 5,33 persen pada tahun 2016 atau meningkat 1,46 persen. Selain subsektor Kuliner, subsektor yang mengalami peningkatan sumbangan terhadap pertumbuhan sektor ekonomi kreatif adalah subsektor Kriya. Tahun 2011 subsektor tersebut menyumbang sekitar 0,47 persen terhadap pertumbuhan sektor ekonomi kreatif, meningkat menjadi 0,73 persen pada tahun 2016 atau meningkat 0,26 persen.

118 106 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 0,0018 persen). Tabel 4.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor Ekonomi Kreatif Tahun (Persen) Subsektor lain yang selama kurun waktu lima tahun terakhir atau dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016 memberi sumbangan terhadap laju pertumbuhan relatif besar terutama subsektor Arsitektur yaitu rata-rata sebesar 0,15 persen per tahun, subsektor Televisi dan Radio sebesar 0,16 persen per tahun serta subsektor Penerbitan sebesar 0,14 persen per tahun. Sedangkan subsektor Film, Animasi dan Video adalah subsektor ekonomi kreatif yang memberikan kontribusi terkecil (rata-rata sebesar Kategori Subsektor (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 01 Arsitektur 0,171 0,147 0,153 0,144 0,126 0, Desain Interior 0,003 0,003 0,003 0,002 0,004 0, Desain Komunikasi Visual 0,002 0,001 0,001 0,002 0,003 0, Desain Produk 0,001 0,004 0,002 0,004 0,003 0, Film, Animasi dan Video 0,001 0,001 0,005 0,002 0,001 0, Fotografi 0,018 0,014 0,010 0,018 0,020 0, Kriya 0,466 0,554 0,765 0,319 0,392 0, Kuliner 3,871 3,888 4,509 4,133 4,791 5, Musik 0,010 0,021 0,017 0,024 0,024 0, Fashion 0,127 0,159 0,076 0,043 0,048 0, Aplikasi dan Game Developer 0,046 0,069 0,040 0,018 0,040 0, Penerbitan 0,015 0,147 0,154 0,144 0,221 0, Periklanan 0,041 0,028 0,022 0,045 0,032 0, Televisi dan Radio 0,170 0,261 0,175 0,139 0,093 0, Seni Pertunjukan 0,003 0,011 0,009 0,010 0,010 0, Seni Rupa 0,007 0,008 0,006 0,004 0,008 0,008 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

119 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 107 LAMPIRAN

120 108 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha

121 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 109 Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI ARSITEKTUR Aktivitas Arsitektur LAMPIRAN 1. DEFI- NISI DAN CAKUPAN EKONOMI KREATIF Aktivitas Keinsinyuran dan Konsultasi Teknis YBDI 02 DESAIN INTERIOR Aktivitas Perancangan Khusus Pendidikan teknik swasta 03 DESAIN KOMUNI- KASI VISUAL Aktivitas Perancangan Khusus Pendidikan teknik swasta 04 DESAIN PRODUK Aktivitas Perancangan Khusus Aktivitas Pengepakan 05 FILM, ANIMASI, VIDEO Pendidikan teknik swasta Reproduksi Media Rekaman Film dan Video Aktivitas Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta Aktivitas Pasca Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Pasca Produksi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta Aktivitas Distribusi Film, Video dan Program Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Distribusi Film, Video dan Program Televisi oleh Swasta Aktivitas Pemutaran Film Pendidikan lainnya swasta

122 110 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI FOTOGRAFI Aktivitas Fotografi Pendidikan kebudayaan Aktivitas Pekerja Seni Aktivitas Operasional Fasilitas Seni Aktivitas Hiburan, Seni dan Kreativitas Lainnya MUseum yang dikelola Pemerintah MUseum yang dikelola Swasta 07 KRIYA Industri Kain Tenun Ikat Industri Bulu Tiruan Tenunan Industri Batik Industri Kain Rajutan Industri Kain Sulaman/Bordir Industri Bulu Tiruan Rajutan Industri Barang Jadi Tekstil untuk Keperluan Rumah Tangga Industri Barang Jadi Tekstil Sulaman Industri Bantal dan Sejenisnya Industri Barang Jadi Rajutan dan Sulaman Industri Karpet dan Permadani Industri Barang dari Kulit dan Kulit Buatan untuk Keperluan Lainnya Industri Barang Anyaman dari Rotan dan Bambu Industri Barang Anyaman dari Tanaman Bukan Rotan dan Bambu Industri Kerajinan Ukiran dari Kayu Bukan Mebeller Industri Alat Dapur dari Kayu, Rotan dan Bambu Industri Barang dari Kayu, Rotan, Gabus Lainnya YTDL Industri Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton Industri Barang dari Kertas dan Papan Kertas Lainnya YTDL

123 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 111 Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI Industri Perlengkapan dan Peralatan Rumah Tangga dari Kaca Industri Kemasan dari Kaca Industri Barang Lainnya dari Kaca Industri Bahan Bangunan Dari Tanah Liat/Keramik Bukan Batu Bata dan Genteng Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Porselen Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Tanah Liat/Keramik Industri Barang dari Semen Industri Barang dari Semen, Kapur, Gips dan Asbes Lainnya Industri Barang dari Marmer dan Granit untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan Industri Barang dari Batu untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan Jasa Industri Untuk Berbagai Pengerjaan Khusus Logam dan Barang dari Logam Industri Peralatan Dapur dan Peralatan Meja dari Logam Industri Lampu dari Logam Industri Barang Logam Lainnya YTDL Industri Furnitur dari Kayu Industri Furnitur dari Rotan dan atau Bambu Industri Furnitur dari Plastik Industri Furnitur dari Logam Industri Furnitur Lainnya Industri Permata Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulia untuk Keperluan Pribaadi

124 112 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulian Bukan Untuk Keperluan Pribadi Industri Perhiasan Mutiara Industri Barang Lainnya dari Logam Mulia Industri Perhiasan Imitasi dan Barang Sejenis Industri Alat Musik Tradisional Industri Alat Musik Bukan Tradisional Industri Alat Permainan Industri Mainan Anak-Anak Industri Kerajinan YTDL Industri Pengolahan Lainnya YTDL Perdagangan Besar Tekstil Perdagangan Besar Barang Lainnya Dari Tekstil Perdagangan Besar Tekstil, Pakaian dan Alas Kaki Lainnya Perdagangan Besar Alat Musik Perdagangan Besar Perhiasan dan Jam Perdagangan Eceran Tekstil Perdagangan Eceran Perlengkapan Rumah Tangga Dari Tekstil Perdagangan Eceran Barang Perhiasan Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Barang Kerajinan Perdagangan Eceran Khusus Karpet, Permadani dan Penutup Dinding dan Lantai di Toko Perdagangan Eceran Furnitur Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Batu atau Tanah Liat

125 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 113 Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Kayu, Bambu atau Rotan Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur bukan dari Plastik, Batu, Tanah Liat, Kayu, Bambu atau Rotan Perdagangan Eceran Alat Musik Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kayu, Bambu, Rotan, pandan, Rumput dan Sejenisnya Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kulit, Tulang, Tanduk, Gading, Bulu dan Binatang/Hewan yang Diawetkan Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Logam Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari keramik Perdagangan Besar Alat Permainan dan Mainan Anak-anak Perdagangan Besar peralatan dan perlengkapan rumah tangga Perdagangan Besar berbagai barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya 08 KULINER Industri Produk Roti dan Kue Industri Makanan dari Cokelat dan Kembang Gula Industri Manisan Buah-Buahan dan Sayuran Kering Industri Kembang Gula Lainnya Industri makanan dan masakan olahan Industri Kue Basah Industri Makanan dari Kedele dan Kacang-Kacangan Lainnya Bukan Kecap, Tempe dan Tahu Pendidikan lainnya swasta

126 114 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI Industri Kerupuk, Keripik, Peyek dan Sejenisnya Industri Produk Makanan Lainnya Perdagangan Besar Daging Sapi Dan Daging Sapi Olahan Perdagangan Besar Daging Ayam Dan Daging Ayam Olahan Perdagangan Besar Hasil Olahan Perikanan Perdagangan Besar Gula, Coklat, dan Kembang Gula Perdagangan Besar Produk Roti Perdagangan Besar Makanan dan Minuman Lainnya Perdagangan Eceran Roti, Kue Kering, Serta Kue Basah Dan Sejenisnya Perdagangan Eceran Daging dan Ikan Olahan Perdagangan Eceran Makanan Lainnya Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Roti, Kue Kering, Kue Basah Dan Sejenisnya Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Daging Olahan Dan Ikan Olahan Perdagangan Eceran Kaki Lima Dan Los Pasar Komoditi Makanan Dan Minuman Ytdl Restoran Warung Makan Kedai Makanan Penyediaan Makanan Keliling/Tempat Tidak Tetap Jasa Boga untuk Suatu Event Tertentu (Event Catering) Penyediaan Makanan Lainnya

127 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 115 Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI Bar Uraian KBLI Rumah Minum/Kafe Kedai Minuman Rumah/Kedai Obat Tradisional Penyediaan Minuman Keliling/Tempat Tidak Tetap 09 MUSIK Reproduksi Media Rekaman Suara dan Piranti Lunak Aktivitas Perekaman Suara Aktivitas Penerbitan Musik dan Buku Musik Aktivitas penyewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi alat musik Jasa Reservasi Lainnya YBDI YTDL Pendidikan Kebudayaan Aktivitas Pekerja Seni Perdagangan Besar Piranti Lunak Perdagangan Eceran Khusus Rekaman Musik dan Video di Toko 10 FASHION Industri Pakaian Jadi (Konveksi) Dari Tekstil Industri Pakaian Jadi (Konveksi) Dari Kulit Penjahitan Dan Pembuatan Pakaian Sesuai Pesanan Industri Perlengkapan Pakaian dari Tekstil Industri Perlengkapan Pakaian dari Kulit Industri Pakaian Jadi dan Barang dari Kulit Berbulu Industri Pakaian Jadi Rajutan Industri Pakaian Jadi Sulaman/ Bordir Industri Rajutan Kaos Kaki dan Sejenisnya

128 116 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif 11 APLIKASI DAN GAME DEVELOPER Kode KBLI 2015 Uraian KBLI Industri Alas Kaki Untuk Keperluan Sehari-hari Industri Sepatu Olahraga Industri Alas Kaki Lainnya Perdagangan Besar Pakaian Perdagangan Besar Alas Kaki Perdagangan Eceran Pakaian Perdagangan Eceran Sepatu, Sandal dan Alas Kaki Lainnya Pendidikan Kerajinan dan Industri Pendidikan lainnya swasta Penerbitan Piranti Lunak (Software) Aktivitas Pengembangan Video Game Aktivitas Pengembangan Aplikasi Perdagangan Melalui Internet (E-Commerce) Aktivitas Pemrograman Komputer Lainnya Aktivitas Konsultasi Keamanan Informasi Kegiatan Konsultasi Komputer dan Manajemen Fasilitas Komputer Lainnya Kegiatan Teknologi Informasi dan Jasa Komputer Lainnya Kegiatan Pengolahan Data Kegiatan Penyimpanan Data di Server (Hosting) dan Kegiatan Ybdi Portal Web Aktivitas konsultasi transportasi Aktivitas konsultasi investasi dan perdagangan berjangka Aktivitas Pekerja Seni 12 PENERBITAN Industri Percetakan Umum Industri Percetakan Khusus

129 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 117 Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif Kode KBLI 2015 Uraian KBLI Perdagangan Besar Barang Percetakan dan Penerbitan Dalam Berbagai Bentuk Perdagangan Eceran Hasil Pencetakan dan Penerbitan Penerbitan Buku Penerbitan Direktori dan Mailing List Penerbitan Surat Kabar, Jurnal dan Buletin atau Majalah Aktivitas Penerbitan Lainnya Penerbitan Piranti Lunak (software) Aktivitas Penerbitan Musik dan Buku Musik Aktivitas Kantor Berita oleh Pemerintah Aktivitas kantor Berita oleh Swasta Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial Penelitian dan Pengembangan Linguistik dan Sastra Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Lainnya Jurnalis Berita Independen 13 PERIKLANAN Periklanan 14 TELEVISI DAN RADIO Aktivitas kehumasan Aktivitas konsultasi manajemen lainnya Penelitian pasar Jajak pendapat masyarakat Penyiaran Radio Oleh Pemerintah Penyiaran Radio Oleh Swasta Aktivitas Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh Pemerintah Aktivitas Penyiaran dan Pemrograman Televisi oleh Swasta Aktivitas telekomunikasi khusus untuk penyiaran

130 118 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Kode Subsektor Subsektor Ekonomi Kreatif 15 SENI PERTUNJU- KAN Kode KBLI 2015 Uraian KBLI Penyelenggara Pertemuan, Perjalan Intensif, Koferensi dan Pameran Event Organizer Pendidikan Kebudayaan Pendidikan lainnya swasta Aktivitas Seni pertunjukan Aktivitas Pekerja Seni Aktivitas Penunjang Hiburan Jasa Impresariat Bidang Seni Aktivitas operasional fasilitas seni Aktivitas Hiburan, Seni dan Kreativitas Lainnya Perdagangan Eceran Lukisan Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dan Lukisan lainnya Perdagangan Eceran Barang Antik Perdagangan Eceran kaki lima dan los pasar lukisan Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar Barang Antik Penelitian dan Pengembangan Seni Pendidikan Kebudayaan MUseum yang dikelola Pemerintah MUseum yang dikelola Swasta Aktivitas Pekerja Seni Peninggalan Sejarah Yang Dikelola Pemerintah Peninggalan Sejarah Yang Dikelola Swasta 16 SENI RUPA Pendidikan Lainnya Swasta Aktivitas Konsultasi Manajemen Lainnya Aktivitas Kehumasan Aktivitas Konsultasi Investasi dan Perdagangan Berjangka

131 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Arsitektur Arsitektur adalah wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah lingkungan binaan dan ruang, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia sehingga dapat menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang. LAMPIRAN 2. DEFI- NISI DAN CAKUPAN EKONOMI KREATIF 2. Desain Interior Desain interior adalah kegiatan yang memecahkan masalah fungsi dan kualitas interior; menyediakan layanan terkait ruang interior untuk meningkatkan kualitas hidup; dan memenuhi aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan publik. 3. Desain Komunikasi Visual Desain komunikasi visual adalah seni menyampaikan pesan (arts of commmunication) dengan menggunakan bahasa rupa (visual language) yang disampaikan melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Sedang bahasa rupa yang dipakai berbentuk grafis, tanda, simbol, ilustrasi gambar/foto, tipografi/huruf dan sebagainya. 4. Desain Produk Desain produk merupakan salah satu unsur memajukan industri agar hasil industri produk tersebut dapat diterima oleh masyarakat, karena produk yang mereka dapatkan mempunyai kualitas baik, harga terjangkau, desain yang menarik, mendapatkan jaminan dan sebagainya. Industrial Design Society of America (IDSA) mendefinisikan desain produk sebagai layanan profesional yang menciptakan dan mengembangkan konsep dan spesifikasi yang men-

132 120 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha mengoptimalkan fungsi, nilai, dan penampilan suatu produk dan sistem untuk keuntungan pengguna maupun pabrik. 5. Film, Animasi, dan Video Film Karya seni gambar bergerak yang memuat berbagai ide atau gagasan dalam bentuk audio visual, serta dalam proses pembuatannya menggunakan kaidah-kaidah sinematografi. Animasi Tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa. Video Sebuah aktivitas kreatif, berupa eksplorasi dan inovasi dalam cara merekam (capture) atau membuat gambar bergerak, yang ditampilkan melalui media presentasi, yang mampu memberikan karya gambar bergerak alternatif yang berdaya saing, dan memberikan nilai tambah budaya, sosial, dan ekonomi. 6. Fotografi Fotografi merupakan sebuah industri yang mendorong penggunaan kreativitas individu dalam memproduksi citra dari suatu objek foto dengan menggunakan perangkat fotografi, termasuk di dalamnya media perekam cahaya, media penyimpan berkas, serta media yang menampilkan informasi untuk menciptakan kesejahteraan dan juga kesempatan kerja.

133 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Kriya Kriya merupakan bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga tematik produknya. 8. Kuliner Kuliner adalah kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen. 9. Musik Musik adalah segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik. 10. Fashion Fashion adalah suatu gaya hidup dalam berpenampilan yang mencerminkan identitas diri atau kelompok. 11. Aplikasi dan Game Developer Aplikasi dan game developer adalah suatu media atau aktivitas yang memungkinkan tindakan bermain berumpan balik dan memiliki karakteristik setidaknya berupa tujuan (objective) dan aturan (rules).

134 122 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 12. Penerbitan Penerbitan adalah suatu usaha atau kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media elektronik, ataupun media daring untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi. 13. Periklanan Periklanan adalah bentuk komunikasi melalui media tentang produk dan/atau merek kepada khalayak sasarannya agar memberikan tanggapan sesuai tujuan pemrakarsa. 14. Televisi dan Radio Televisi Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Radio Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan.

135 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha Seni Pertunjukan Seni pertunjukkan merupakan cabang kesenian yang melibatkan perancang, pekerja teknis dan penampil (performers), yang mengolah, mewujudkan dan menyampaikan suatu gagasan kepada penonton (audiences); baik dalam bentuk lisan, musik, tata rupa, ekspresi dan gerakan tubuh, atau tarian; yang terjadi secara langsung (live) di dalam ruang dan waktu yang sama, di sini dan kini (hic et nunc). 16. Seni Rupa Seni rupa adalah penciptaan karya dan saling berbagi pengetahuan yang merupakan manifestasi intelektual dan keahlian kreatif, yang mendorong terjadinya perkembangan budaya dan perkembangan industri dengan nilai ekonomi untuk keberlanjutan ekosistemnya.

136 124 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha LAMPIRAN 3. METODE ESTIMASI SUPPLY EKONOMI

137 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 125

138 126 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha

139 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 127

140 128 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha

141 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 129

142 130 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha

143 Laporan Penyusunan PDRB Ekonomi Kreatif 5 Provinsi Menurut Lapangan Usaha 131 Sumber: Badan Pusat Statistik

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI MENURUT LAPANGAN USAHA

LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI MENURUT LAPANGAN USAHA LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF PROVINSI BALI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman: xiv + 146 halaman Naskah: Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Penyunting/Editor:

Lebih terperinci

PDRB EKRAF 5 PROVINSI

PDRB EKRAF 5 PROVINSI LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI ISBN: 978-602-438-191-2 No. Publikasi: 07140.1801 No. Katalog: 9302028 Ukuran Buku: 17,6

Lebih terperinci

LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN

LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 ISBN: 978-602-438-190-5 No. Publikasi: 07120.1801 No. Katalog: 9301007 Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman:

Lebih terperinci

TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014

TABEL INPUT OUTPUT UPDATING EKONOMI KREATIF 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax (021) 3857046 bpshq@bps.go.id www.bps.go.id BADAN EKONOMI KREATIF Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF Dr. Sabartua Tampubolon (sabartua.tampubolon@bekraf.go.id, sabartuatb@gmail.com) Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi Badan Ekonomi

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF. Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik

Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF. Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik Data Statistik dan Hasil Survei EKONOMI KREATIF Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik KATA PENGANTAR Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala karunia-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari bisnis itu sendiri. Menurut Peter Drucker (1954) 2 fungsi dalam bisnis itu adalah marketing dan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R No.1015, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Pemasaran Produk Ekonomi Kreatif Nasional. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEMASARAN PRODUK EKONOMI KREATIF NASIONAL

Lebih terperinci

TABEL 1. PDRB KABUPATEN SIDOARJO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN (JUTA RUPIAH)

TABEL 1. PDRB KABUPATEN SIDOARJO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN (JUTA RUPIAH) TABEL 1. PDRB KABUPATEN SIDOARJO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2010-2016 (JUTA RUPIAH) Kategori Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1.961.684,2 2.098.966,3 2.490.420,4 2.797.475,7

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG Triwulan IV 17 Kategori DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG PENJELASAN UMUM Terdapat perubahan tahun dasar dan cakupan lapangan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri internal manusia yang berkaitan dengan aspek orisinalitas, imajinasi, aspirasi, kecerdasan,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN No. 09/02/31/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN Perekonomian Jakarta tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN LABUHANBATU No. 01/10/1207/Th. IX, 6 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Labuhanbatu Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi ekonomi inovatif mulai bermunculan seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat di Indonesia. Potensi ini memberikan dampak pada perkembangan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008. H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015

PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008. H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008 H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 I. PENTINGNYA PERUBAHAN TAHUN DASAR PDRB 1. Latar Belakang 2. Manfaat 3. Implikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah memasuki evolusi baru dalam perekonomiannya, yaitu evolusi ekonomi kreatif, pertumbuhan ekonomi kreatif ini membuka wacana baru bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga sebagai penghasil sumber daya alam yang melimpah, terutama di sektor pertanian dan perkebunan,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 No. 44/08/13/Th XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,32 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014 BPS PROVINSI BENGKULU No. 11/02/17/Th.VIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2014 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,49 PERSEN, PERTUMBUHAN TERENDAH SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 06/05/62/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 9,49 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan I-2017

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN BATU BARA

BPS KABUPATEN BATU BARA BPS KABUPATEN BATU BARA No. 01/07/1219/Th.VI, 24 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2016 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 49/08/73/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 7,62 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT 2014 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT No. 12/02/76/Th. IX, 5 Februari 2015 EKONOMI SULAWESI BARAT TAHUN TUMBUH 8,73 PERSEN MENGALAMI PERCEPATAN DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 No. 12/02/82/Th.XVI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 TUMBUH 5,77 PERSEN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN IV- 2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 6,54 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 No. 13/02/19/Th.IX, 5 Februari 2015 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 TUMBUH 4,68 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Release PDRB

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 No. 05/11/Th.IX, 5 Februari 2015 No. 11/02/63/Th.XIX/ 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 TUMBUH 4,85 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 10/02/61/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV- TUMBUH 3,77 PERSEN TERENDAH SELAMA TAHUN EKONOMI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan kontribusi penting bagi perekonomian negara. Industri kreatif global diperkirakan tumbuh 5% per

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

BPS PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 05/01/Th.XV, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014 TUMBUH 5,08 PERSEN, MELAMBAT 0,7 PERSEN DARI TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2017 EKONOMI BENGKULU (5,04 PERSEN) TUMBUH MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y)

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2017 EKONOMI BENGKULU (5,04 PERSEN) TUMBUH MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y) No. 49/08/17/XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN II-2017 EKONOMI BENGKULU (5,04 PERSEN) TUMBUH MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 (Y-ON-Y) Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara Rep

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara Rep No. 44, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Bantuan Pemerintah. Pedoman Umum. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYALURAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 No. 11/02/15/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 4,21 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 No. 11/02/Th.IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 TUMBUH 6,51 PERSEN Perekonomian Sulawesi Tenggara tahun 2016 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015 BPS PROVINSI BENGKULU No. 11/02/17/X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,14 PERSEN, PERTUMBUHAN TERENDAH DALAM LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 No. 9/02//13/Th. XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 4,86 PERSEN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 TUMBUH 5,26 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 No. 05/02/Th. IX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,88 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 27/05/73/Th. IX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017 TUMBUH 7,52 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017 No 28/05/82/Th XVI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017 EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I- 2017 TUMBUH 7,54 PERSEN Perekonomian Maluku Utara berdasarkan besaran Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 No. 06/02/62/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 TUMBUH 6,36 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Tahun 2016 berdasarkan Produk

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Periode RPJMD Kabupaten Temanggung Tahun 2008-2013 beserta semua capaian kinerjanya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2014 No. 13/02/51/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,72 PERSEN LEBIH CEPAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Release PDRB Tahun dan selanjutnya menggunakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 No. 35/05/71/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 TUMBUH 6,43 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan I 2017 yang diukur

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 No. 63/11/82/Th.XV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,56 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN III-2015 Perekonomian Maluku

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/16/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 4,89 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 12/02/35/Th.XIV, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,44 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif sering dikemukakan oleh berbagai pakar ekonomi sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi informasi. Walaupun masih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 11/02/61/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 4,81 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 No. 06/2/62/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 6,21 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kalimantan Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTT No. 07/05/53/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,60 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 28/05/Th. IX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. I-2017 TUMBUH 8,39 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara triwulan I-2017 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2013 tumbuh 5,80 persen. Pada tahun 2013, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 No. 010/0/15/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH,37 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 No. 11/2//13/Th XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 7/5/Th.XVIII, Mei 16 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 TUMBUH,9 PERSEN Perekonomian Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 47/08/12/Th.XIX, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016 EKONOMI SUMATERA UTARA SEMESTER I TAHUN 2016 TUMBUH 5,34 PERSEN Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan A. Dari hasil Analisa Input Output 1. Dari analisa input output yang dilakukan, maka nilai Industri Kreatif di DKI Jakarta pada Tahun 2007 memberikan kontribusi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 5/5/Th. IX, Mei 1 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. I-1 TUMBUH 5,1 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara triwulan I-1 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN II-2017 No 46/8/82/Th XVI, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN II-217 EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN II- 217 TUMBUH 6,96 PERSEN MENINGKAT DIBANDING CAPAIAN TRIWULAN II-216 Perekonomian Maluku

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 No. 70/11/17/XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 Ekonomi Bengkulu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 54/11/36/Th.IX, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2015 EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDINGKAN DENGAN TRIWULAN YANG SAMA TAHUN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016 No. 27/05/17/X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I-2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 4,99 PERSEN, MELAMBAT JIKA DIBANDINGKAN TRIWULAN I 2015 (Y-ON-Y ) Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 06/08/62/Th.XI, 07 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN TUMBUH 6,12 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan II- (y on y)

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y)

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y) BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 29/05/76/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN I-2017 SECARA Q TO Q TERKONTRAKSI 7,48 PERSEN, NAMUN SECARA

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 BPS KOTA TANJUNGBALAI No. 01/10/1272/Th.XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tanjungbalai Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci