BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk melaksanakan usaha, seperti untuk tempat perdagangan, bidang pertanahan dijalankan oleh Badan Pertanahan Nasional.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk melaksanakan usaha, seperti untuk tempat perdagangan, bidang pertanahan dijalankan oleh Badan Pertanahan Nasional."

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal, maupun untuk melaksanakan usaha, seperti untuk tempat perdagangan, industri, pertanian, perkebunan, pendidikan, pembangunan sarana dan prasarana lainnya. 1 Tanah sangat penting bagi kehidupan rakyat Indonesia sehingga diatur dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 sebagai landasan Konstitusi Negara Indonesia. Negara mempunyai hak penguasaan atas tanah. Kewenangan di bidang pertanahan dijalankan oleh Badan Pertanahan Nasional. Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (1) huruf (k) yang mengatur bahwa pelayanan di bidang pertanahan merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah ternyata menimbulkan masalah baru, yaitu mengenai bentuk lembaga, pembagian tugas, tata cara kerja serta pelayanan bidang pertanahannya agar UUPA dapat dilaksanakan secara utuh dan sejalan dengan UU No.32 Tahun Kondisi ini kemudian dimanfaatkan oknum untuk memanfaatkan 1 Suardi, 2005, Hukum Agraria, Badan Penerbit IBLAM, Jakarta, hlm 1

2 2 kekosongan hukum sehingga terjadilah peningkatan sejumlah sengketa tanah. 2 Sengketa tanah merupakan persoalan klasik, dan selalu ada di manamana di muka bumi. Oleh karena itu, sengketa yang berhubungan dengan tanah senantiasa berlangsung secara terus-menerus, karena setiap orang memiliki kepentingan yang berkaitan dengan tanah. 3 Sengketa perdata yang berkenaan dengan tanah dapat terjadi antar individu atau antar individu dengan Badan Hukum. Yang disengketakan beraneka ragam, baik menyangkut data fisik tanahya, data yuridisnya, atau karena perbuatan hukum yang dilakukan atas tanah. 4 Timbulnya sengketa tanah dapat terjadi karena adanya gugatan dari seseorang atau badan hukum yang berisi tuntutan hukum akibat perbuatan hukum yang telah merugikan hak atas tanah dari pihak penggugat. Adapun materi gugatan dapat berupa tuntutan adanya kepastian hukum mengenai siapa yang berhak atas tanah, status tanah, bukti-bukti yang menjadi dasar pemberian hak,dan sebagainya. 5 Salah satu contoh sengketa tanah yang menarik terjadi dalam perkara Nomor : 66/Pdt.G/2006/PN.BPP, dimana pihak yang merasa memiliki hak atas tanah, ternyata tanahnya telah diakui oleh pihak lain, sehingga pihak yang merasa memiliki hak atas tanah tersebut memilih jalur hukum untuk 2 Elza Syarif, 2012, Menuntaskan Sengketa Tanah melalui Pengadilan Khusus Pertanahan, PT.Gramedia, Jakarta, hlm 8 3 Sarjita, 2005, Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Konflik, Cetakan kedua, Tugujogja Pustaka, Yogyakarta, hlm Opcit hlm Ibid

3 3 mendapatkan kepastian hukum terkait kepemilikan tanah. Secara yuridis sertifikat merupakan alat bukti yang sempurna, namun apabila alat bukti lawan memiliki kekuatan pembuktian yang lebih kuat maka pemegang sertifikat dapat dikalahkan. Oleh karena itu Notaris/PPAT harus berhati-hati dan cermat. Jangan sampai akta yang dibuatnya menimbulkan masalah di kemudian hari. Adapun pihak-pihak dalam kasus ini,yaitu: 1. Gerung Julian Tumondo (Penggugat) 2. A.Hermain Helmi (Tergugat I) 3. Edy Gunawan (Tergugat II) 4. Adi Gunawan,SH, selaku Notaris/PPAT (Turut Tergugat) Kasus ini bermula, Gerung Julian Tamundo (Penggugat) menguasai tanah dan rumah berdasarkan Perjanjian Sewa Beli N0.93/SBR/1959, tanggal 13 Oktober 1959 dibuat antara penggugat dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Kimpraswil (Pemukiman Prasarana Wilayah) Propinsi Kalimantan Timur. Pada tanggal 5 November 1992 sewa beli tanah dan rumah dibayar lunas oleh penggugat, karenanya demi hukum penggugat adalah pemilik sah atas tanah dan rumah. Tanda bukti kepemilikan berupa SHM No.045.2/1258/C-X/2003 tertanggal 23 Oktober 2003 atas nama GJ.Tumondo ( Penggugat), diterbitkan oleh Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur, Kantor Dinas PU dan Pemukiman Prasarana Wilayah, Sub Dinas Bina Prasarana Permukiman dan Tata Ruang Samarinda. Objek tanah merupakan

4 4 Rumah Negara Golongan III, diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Keppes RI No.1974 tentang Tata Cara Penjualan Rumah Negeri. Dalam pasal tersebut menyebutkan bahwa: Permohonan untuk membeli Rumah negeri yang telah masuk golongan III diajukan oleh penghuninya kepada Mentri PU dan tenaga listrik dengan tembusan diajukan kepada Menteri Keuangan dan menteri/pimpinan Lembaga tempat/bekas tempat bekerja. Keputusan Presiden No.40 Tahun 1974 telah di cabut dan digantikan oleh Peraturan Presiden RI No.11 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan, Penetapan Status, Pengalihan Status, dan Pengalihan Hak Atas Rumah Negara. Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 17 Ketentuan Peralihan Peraturan Presiden RI No.11 Tahun 2008 yaitu: Permohonan Pengalihan Status Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III dan permohonan Pengalihan Hak Rumah Negara yang telah diajukan kepada Menteri sebelum ditetapkan Peraturan Presiden ini, diselesaikan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat permohonan tersebut diajukan. Pada tanggal 6 April 1963, Gubernur Kalimantan Timur dengan surat No.64/Pdj/Kdh/63, memohon persetujuan dari Ketua Panitia Perumahan dengan alamat Kantor Kotapraja Balikpapan untuk dapat dijadikan kantor Dinas Luar Pajak dan Penghasilan daerah Tk.I Kalimantan Timur wilayah Balikpapan. Permohonan ini, awalnya tidak ditanggapi, karena tanah dan rumah adalah milik Penggugat. Penggugat akhirnya memberi persetujuan

5 5 kepada Pemda Kalimantan Timur untuk memakai dengan cara meminjam tanah dan rumah sebagai Kantor Pajak/ Dinas Pendapatan Daerah Kalimantan Timur Wilayah Balikpapan. Seiring berjalannya waktu, pada tanggal 25 Januari 1977 Gubernur Kaltim telah mengubah dan mengalih fungsikan tanah dan rumah yang semula Kantor Dinas Pendapatan Daerah Tk.I Kalimantan timur di Balikpapan menjadi tempat tinggal A.Harmain Helmi (Tergugat I) yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pendapatan Daerah Tk.I Kalimantan Timur di Balikpapan. Pengalihan tujuan penggunaan tanah dan rumah ini semata-mata untuk kepentingan pribadi dari Tergugat I telah tidak sesuai dengan maksud dan permintaan (awal) Gubernur Kepala Daerah KalimantanTimur kepada Penggugat. Seharusnya ketika Dinas pendapatan Daerah Tk.I Kalimantan Timur di Balikpapan tidak memerlukan atau tidak memakai lagi tanah dan rumah sebagai kantor mengembalikannya kepada Penggugat. Pada tanggal 30 Agustus 1980 Gubernur Kalimantan Timur mengeluarkan SK NO.360/SIP/GKDHIPPM/80 yang ditandatangani oleh Sekwilda Kaltim, mengalihkan tanah dan rumah kepada Tergugat I yang pada saat itu selaku Pejabat Kepala Dinas Dispenda TK.I Kalimantan Timur cabang Balikpapan. Pada tanggal 1 Maret 1983 dibuat Perjanjian Sewa Beli No.12/347/pp/1983 (Perjanjian Sewa Beli Tergugat I) oleh dan antara Tergugat I dan Gubernur Propinsi Kalimantan Timur yang diwakili oleh

6 6 Kepala Biro perlengkapan dan Perawatan Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat I Kalimantan Timur. Pada tahun 1988, Tergugat I telah berupaya dan berhasil membuat Gubernur Kalimantan Timur menerbitkan Surat Gubernur No.012/026/PP- V/1988 tanpa tanggal yang berisi keputusan meyerahkan hak atas tanah dan rumah kepada Tergugat I dan menghapus tanah dan rumah dari daftar rumah milik Pemerintah Daerah Tk.I Kalimantan Timur (Surat Bubernur 1988). Tergugat I mengajukan permohonan penerbitan sertifikat HM kepada BPN berdasarkan SK Gubernur 1988 yang didalamnya menjelaskan/menerangkan tentang adanya SK Gubernur 1980 dan Perjanjian Sewa Beli Tergugat I, namun tanpa disertai dokumen Perjanjian Sewa Beli pada berkas Tergugat I dalam Arsip BPN Balikpapan. Pada tanggal 12 Juli 1991 Kantor Badan Pertanahan Nasional berdasarkan SK Gubernur 1980 menerbitkan salinan Keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN Propinsi Kalimantan Timur No. SK.6/HM. Bpp/BPN- 16/spk/1991 yang salah satu keputusannya adalah memberi Hak Milik atas Tanah dan Rumah kepada Tergugat I. Pada tanggal 20 November 1991 BPN Balikpapan menerbitkan Buku Tanah HM No.1055/Kelurahan Prapatan atas nama Tergugat I. Penerbitan Sertifikat cacat hukum dan tidak memiliki kekuatan hukum, karena penerbitannya hanya didasarkan pada SK Gubernur 1980 saja, sehingga menyimpang peraturan Perundang-undangan. Seharusnya Kantor Badan

7 7 Pertanahan Nasianal Balikpapan melakukan penelitian dengan cermat asalusul/sejarah riwayat tanah dan rumah sebelum Sertifikat diterbitkan. Pada tanggal 4 Mei 1993 melalui Surat No.54/93, Penggugat mengajukan permohonan bantuan penyelesaian atas dualisme kepemilikan kepada Gubernur Kepala Daerah Tk.I Propinsi Kalimantan Timur dan melalui Surat No.55/93 tanggal yang sama mengajukan permohonan untuk penangguhan realisasi bila ada penjualan atau pelepasan hak atas tanah dan rumah tersebut (Surat Keberatan Penggugat). Tergugat I tanpa mengindahkan keberatan Penggugat menjual Tanah dan Rumah kepada Tergugat II yaitu Eddy Gunawan berdasarkan Akta Jual Beli No.512/2002 yang dibuat dihadapan Ady Gunawan, SH, Notaris/PPAT di Balikpapan. Notaris/PPAT seharusnya dan wajib melakukan pengecekan legalitas/status tanah dan bangunan kepada Kantor BPN, namun ternyata Notaris/PPAT Ady Gunawan, SH tidak melakukan prosedur tersebut dan penandatanganan Akta Jual Beli tetap dilakukan. Padahal apabila Notaris/PPAT melakukan prosedur yang seharusnya, maka jual beli antara Tergugat I dan Tergugat II tersebut pasti tidak dapat dilaksanakan, karena Notaris/PPAT pasti dapat mengetahui adanya keberatan Penggugat sebagaimana terbukti dalam Surat keberatan Penggugat yang diketahui terdapat pada bundle arsip Kantor Badan Pertanahan Nasional Balikpapan.

8 8 Notaris dalam melaksanakan tugasnya harus dilandasi dengan bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak,penuh rasa tanggung jawab, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan Notaris, sebagaimana tertuang dalam Pasal 3 ayat (3) Kode Etik Notaris. Notaris harus profesional dalam melayani masyarakat yang membutuhkan jasanya. Notaris sebagai pejabat umum yang diberi kepercayaan oleh negara melalui Undang-Undang, harus berpegang teguh tidak hanya pada Undang-Undang saja tetapi juga Kode Etik Notaris. Apabila Notaris dalam menjalankan tugasnya berpegang teguh pada UUJN dan Kode etik, maka akan meminimalisir masalah yang akan muncul dikemudian hari. Pada kasus tersebut, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Balikpapan menjatuhkan putusan yang bunyi amarnya dalam pokok perkara sebagai berikut: 1. Mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian; 2. Menyatakan penggugat adalah pemilik sah atas Rumah Negara AA No.106 beserta tanah pekarangan yang terletak di Jalan Pesisir Barat No.1 Balikpapan kemudian nama Jalan berubah menjadi Jalan Yos.Sudarso No. 1A Balikpapan dan sekarang nama jalan menjadi dan terletak di kompleks V&W RT. 1/9 Jalan Jend. Sudirman, Kelurahan Prapatan, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan yang saat ini berbatasan dengan : Sebelah Selatan : Jl.Jendral Sudirman Sebelah Utara : Sebidang tanah kosong menghadap jalan PU.I ;

9 9 Saat ini batas sebelah utara ini telah berdiri bangunan ruko menghadap kearah selatan yang nota bene bangunan ruko ini adalah diakui milik Tergugat II Sebelah Timur :Tanah dan Bangunan rumah yang dihuni oleh CV.Kreasi Indonesia Sebelah Barat : Jl. PU 3. Menyatakan Perjanjian Sewa Beli No.93/sbr/1959 tanggal 13 Oktober 1959 oleh dan antara Penggugat dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Kimpraswil Propinsi Kalimantan Timur sah dan mengikat; 4. Menyatakan sah dan berharga Sita Jaminan yang diletakkan; 5. Menyatakan Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan perbuatan Melawan Hukum terhadap penggugat; 6. Membatalkan atau menyatakan batal atau menyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat/lumpuh (Buiten Effect Gesteld ) dengan segala akibat hukumnya atas Perjanjian Akta Jual Beli sebagai berikut: a. Perjanjian Sewa Beli No.12/347/PP/1983 tanggal 1Maret 1983 oelh dan antara Gubernur Propinsi Kalimantan Timur selaku Penguasa yang diwakili Kepala Biro Perlengkapan dan Perawatan sekrearis Wilayah Daerah Tingkat I Kalimantan Timur dengan Tergugat I; b. Akta Jual Beli No.512/2002 tanggal 5 Juli2002 yang dibuat oleh dan antara Tergugat I dan Tergugat II dihadapan Ady Gunawan, SH,. Notaris/PPAT di Balikpapan

10 10 7. Menyatakan tidak berkekuatan hukum terhadap sertifikat tanah Hak Milik No.1055/Kelurahan Prapatan atas nama Edy Gunawan 8. Menyatakan Tergugat II adalah Pembeli yang beritikad buruk; 9. Memerintahkan Tergugat II, atau siapapun yang memperoleh hak dari padanya untuk segera mengosongkan dan menyerahkan Tanah dan Rumah sebagaimana dimaksud pada Sertifikat Hak Milik No.1055/Kelurahan Prapatan atas nama Edy Gunawan kepada Penggugat tanpa menuntut syarat dalam bentuk apapun kepada Penggugat atau memerintahkan dan mewajibkan Tergugat II atau siapapun yang memperoleh hak dari padanya untuk mengganti rugi sebesar Rp ,- (tiga milyar rupiah) secara tunai dan sekaligus kepada Penggugat terhitung sejak gugatan ini didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Balikpapan atau berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang berlaku pada saat putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap dengan segala akibat hukumnya; 10. Memerintahkan Tergugat I dan Tergugat II atau siapapun yang mendapatkan hak dari padanya untuk tunduk dan taat serta melaksanakan putusan ini; 11. Menolak gugatan penggugat selebihnya; 12. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II membayar biaya perkara yang timbul sebesar Rp ,- (Delapan ratus empat puluh ribu rupiah). Tergugat I dan Tergugat II merasa keberatan dengan putusan tersebut kemudian mengajukan Banding ke Pengadilan Tinggi Samarinda yang terdaftar

11 11 dalam register nomor :85/PDT/2007/PT.KT.SMDA. Dalam amar putusannya Majelis Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Samarinda memutuskan dan mengadili yaitu menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Balikpapan tanggal 10 April 2007 No: 66/Pdt.G/2006/PN.Bpp yang dimohonkan banding. Pembanding I dan Pembanding II merasa keberatan dengan putusan tersebut kemudian mengajukan Kasasi Ke Mahkamah Agung Republik Indonesia yang terdaftar dalam register nomor 1481 K/Pdt/2009. Dalam amar putusannya Majelis Hakim Agung Mahkamah Agung Republik Indonesia memutuskan dan mengadili yang pada pokoknya menolak Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi. Berdasarkan latar belakang kasus tersebut, penulis tertarik untuk menulis Tesis dengan judul : Perlindungan Hukum bagi pihak ketiga (pembeli) atas dibatalkannya akta jual beli (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No.1481 K/Pdt/2009). B. Rumusan Masalah: 1. Bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara Pembatalan Akta Jual Beli yang dibuat dihadapan Notaris/PPAT? 2. Bagaimana perlindungan hukum bagi pihak ketiga (pembeli) atas dibatalkannya akta jual beli oleh hakim? C. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan dan penelusuran kepustakaan yang telah penulis lakukan pada Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, tidak

12 12 ditemukan adanya karya tulis apapun yang meneliti tentang Perlindungan Hukum bagi pihak ketiga (pembeli) atas dibatalkannya akta jual beli (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No.1481 K/Pdt/2009) Adapun karya tulis yang terkait dengan ruang lingkup atau tema penelitian yang akan penulis lakukan ini adalah, sebagai berikut : 1. Penelitian oleh Tri Buana Dewi, 2012 Perlindungan hukum terhadap pembeli beritikad baik dalam penyelesaian sengketa tanah yang bersertifikat (Studi Kasus Perdata: No.217/Pdt.G/1998/PN.Uj.Pdg. dan No.167/Pdt.G/2003/PN.Mks. Adapun rumusan masalah dari penelitian tersebut adalah (1) bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pembeli beritikad baik dalam penyelesaian sengketa tanah yang bersertifikat, (2) Bagaimanakah penerapan makna itikad baik didalam perjanjian jual beli tanah yang bersertifikat berdasarkan putusan pengadilan. Perbedaannya; Dilihat dari rumusan masalah dan lokasi penelitian, dapat diketahui bahwa penelitian yang akan penulis lakukan, berbeda sekali dengan penelitian yang penulis sebutkan diatas. Adapun rumusan yang hampir sama adalah berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap pembeli beritikad baik dalam penyelesaian sengketa tanah yang bersertifikat. Sedangkan dalam penelitian yang akan penulis lakukan adalah berkaitan dengan perlindungan hukum bagi pihak ketiga (pembeli) atas dibatalkannya akta jual beli oleh hakim. Perbedaannya adalah dalam

13 13 kasus yang akan diteliti dengan penulis terdapat para pihak yang merasa memilikihak atas tanah tersebut, ternyata tanahnya telah diakui oleh pihak lain. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Buana Dewi berlokasi di Pengadilan Makasar. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Tri Buana Dewi adalah : a. Perlindungan hukum terhadap pembeli beritikad baik dalam penyelesaian sengketa tanah yang bersertipikat belum memberikan kepastian hukum, sebab meskipun yang menjadi objek jual beli tersebut telah bersertipikat, pihak pembeli sewaktu-waktu masih dapat digugat oleh pihak ketiga, yang merasa memiliki hak atas tanah tersebut, namun sepanjang transaksi jual beli yang dilakukan telah memenuhi syarat materiil dan formil yang mengatur sahnya jual beli atas tanah dalam peralihan hak tersebut maka pembeli yang beritikad baik akan dilindungi. b. Penerapan makna itikad baik didalam perjanjian jual beli tanah bersertipikat adalah berdasarkan pada saat peralihan hak pada saat Pembeli dan Penjual melakukan transaksi jual beli tanah apakah telah memenuhi syarat materiil dan/atau formil yang mengatur syarat-syarat sahnya jual beli atas tanah, makna itikad baik adalah merupakan hasil dari putusan Pengadilan, sebab pembeli dikatakan beritikad baik atau buruk setelah melalui proses peradilan. 2. Penelitian oleh Abu Tasar, 2010 Tinjauan terhadap pembatalan akta jual beli yang dibuat Notaris sebagai Pejabat Umum dengan putusan hakim.

14 14 Adapun rumusan dari penelitian tersebut adalah (1) apa dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara Pembatalan Akta Notaris tentang perikatan Jual Beli, (2) Apakah akibat hukum dari putusan Pengadilan terhadap Notaris dan para pihak Perbedaannya; Perbedaan penelitian terdahulu oleh Abu Tasar adalah mengkaji pembatalan Akta Jual Beli, dimana pada kasus tersebut berasal dari sengketa tanah berkaitan dengan pembagian harta warisan. Adapun rumusan masalah yang hampir sama adalah mengenai dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara pembatalan Akta Notaris tentang perikatan jual beli. Dasar pertimbangan Hakim Tingkat Kasasi dalam dalam memutus perkara Nomor : 1808K/Pdt/2004, menurut Hakim tingkat Kasasi bahwa Putusan Pengadilan Negeri tidak tepat dan menganggap Putusan Pengadilan Tinggilah yang tepat dan benar. Majelis Hakim menimbang bahwa hubungan Penggugat dengan tergugat mengenai perjanjian jual beli, penggugat berhak untuk mengajukan gugatan pembatalan perjanjian perikatan jual beli tersebut dengan segala konsekuensinya yang berupa pengembalian uang pembayaran disertai dengan bunga dan kerugian lain kepada tergugat, bukan berdasarkan bunga tanahnya. Hal ini sesuai Pasal 1233 KUHPerdata. Jadi jelas bahwa dalam perikatan jual beli tersebut pihak tergugat tidak bisa menyerahkan apa yang menjadi kewajibannya sehingga tergugat wanprestasi, dan ganti rugi yang diminta penggugat tidak dapat di kabulkan karena penggugat

15 15 telah melakukan perjanjian perdamaian dan mendapat pembayaran yang layak. Maka secara de facto penggugat sudah menerima segala konsekuensinya yaitu berpindahnya hak atas tanah tersebut. Majelis Hakim menilai bahwa penggugat telah menerima isi perjanjian perikatan jual beli tesebut apa adanya karena telah melakukan kesepakatan damai dengan Amat Jakarsi. Jadi tuntutan penggugat tidak berdasar karena penggugat menerima pembayaranatas obyek tanah tersebut. D. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis memiliki dua tujuan antara lain : 1. Tujuan Subyektif. Secara subyektif penelitian ini disusun penulis dengan tujuan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (MK.n) pada Program Studi Magister Kenotariatan, Program Pascasarjana, Fakultas Hukum, Universitas Gajah Mada. 2. Tujuan obyektif. Tujuan obyektif yang ingin dicapai penulis adalah : a. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara dibatalkannya akta jual beli yang dibuat dihadapan Notaris/PPAT. b. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi pihak ketiga (pembeli) atas dibatalkannya akta jual beli oleh hakim. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu:

16 16 1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pengetahuan hukum, khususnya bagi perkembangan ilmu hukum kenotariatan yakni faktor penyebab akta Notaris dapat dibatalkan oleh putusan hakim. 2. Manfaat untuk pembangunan bangsa dan negara. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat umum, khususnya Notaris maupun para profesional lainnya, dan juga para praktisi hukum serta mahasiswa.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Anak merupakan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kedua orang tuanya. Setiap anak tidak hanya tumbuh dan berkembang dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam menjalankan hubungan hukum terhadap pihak lain akan membutuhkan suatu kesepakatan yang akan dimuat dalam sebuah perjanjian, agar dalam

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 466/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N Nomor 466/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. P U T U S A N Nomor 466/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya kehidupan manusia dalam bermasyarakat, banyak sekali terjadi hubungan hukum. Hubungan hukum tersebut, baik peristiwa hukum maupun perbuatan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELEPASAN TANAH ASET PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06 P U T U S A N No. 62 K/TUN/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara masyarakat dan hukum diungkapkan dengan sebuah istilah yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana ada hukum ) 1.

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR 150/PDT/2017/PT.BDG.

PUTUSAN NOMOR 150/PDT/2017/PT.BDG. PUTUSAN NOMOR 150/PDT/2017/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepemilikan terhadap harta benda baik bergerak maupun tidak bergerak diatur secara komplek dalam hukum di Indonesia. Di dalam hukum perdata, hukum adat maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 diperbaharui dan dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris yang untuk selanjutnya dalam penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting dalam kehidupan karena sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada tanah. Dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam perkembangan jaman yang semakin maju saat ini membuat setiap orang dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan dengan tegas, dalam Pasal 1 angka 3, bahwa Indonesia adalah Negara yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sengketa atau konflik hakekatnya merupakan bentuk aktualisasi dari suatu perbedaan dan atau pertentangan antara dua pihak atau lebih. Sebagaimana dalam sengketa perdata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah dalam wilayah Negara Republik Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam utama, yang selain mempunyai nilai batiniah yang mendalam bagi rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 101 kepemilikannya, bertujuan untuk memberikan kepastian hukum terhadap sertipikat hak atas tanah dan perlindungan terhadap pemegang sertipikat hak atas tanah tersebut. Namun kepastian hukum dan perlindungan

Lebih terperinci

PEMBANDING, semula TERGUGAT;

PEMBANDING, semula TERGUGAT; PUTUSAN Nomor 337/Pdt/2016/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI JAWA BARAT di BANDUNG, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan penurunan nilai rupiah terhadap nilai dolar Amerika yang dimulai sekitar bulan Agustus 1997, telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan-kesepakatan di bidang ekonomi. Kesepakatan-kesepakatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan-kesepakatan di bidang ekonomi. Kesepakatan-kesepakatan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Transaksi bisnis, dewasa ini sangat berkembang di Indonesia. Masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi untuk melakukan suatu transaksi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan notaris sangat penting ditengah-tengah masyarakat. Notaris memberikan jaminan kepastian hukum pada masyarakat menyangkut pembuatan akta otentik. Akta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu perjanjian tertulis merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 99/ PDT / 2011 / PT.KT.SMDA DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 99/ PDT / 2011 / PT.KT.SMDA DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 99/ PDT / 2011 / PT.KT.SMDA DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur di Samarinda yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara Perdata

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 203/PDT/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA "

P U T U S A N. Nomor : 203/PDT/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 203/PDT/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA " PENGADILAN TINGGI MEDAN di Medan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata pada tingkat banding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria, pada Pasal 19 dinyatakan bahwa untuk menciptakan kepastian hukum pertanahan,

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Latar belakang terjadinya perkara perdata No. 38/Pdt.G/2012/PN.PBR diawali Ny Ernawati

BAB IV PENUTUP. 1. Latar belakang terjadinya perkara perdata No. 38/Pdt.G/2012/PN.PBR diawali Ny Ernawati BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Latar belakang terjadinya perkara perdata No. 38/Pdt.G/2012/PN.PBR diawali Ny Ernawati Bahar yang merupakan nasabah dari PT Bank Danamon Tbk Pekanbaru meminjam uang dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika pembangunan, maka didalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 disebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pokok-pokok pikiran yang tercantum di dalam Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menekankan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia ( naturlijk person) sebagai subjek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban sehingga dapat melakukan perbuatan hukum. Mempunyai atau menyandang hak dan kewajban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk dalam lapangan atau bidang hukum perdata. Semua cabang hukum yang termasuk dalam bidang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN DAN PENITIPAN GANTI KERUGIAN KE PENGADILAN NEGERI DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

Lebih terperinci

SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN Nomor : 14

SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN Nomor : 14 SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN Nomor : 14 - Pada hari ini, Kamis, tanggal tiga puluh November tahun dua ribu sebelas (30-11-2011), pukul 10.00 WIB (sepuluh nol-nol Waktu Indonesia Barat);-----------------------------

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0081/Pdt.P/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 0081/Pdt.P/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P E N E T A P A N Nomor 0081/Pdt.P/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum memiliki peran sentral dalam menegakkan hukum di Indonesia, karena selain kuantitas notaris yang begitu besar, notaris dikenal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 102/PDT/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 102/PDT/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 102/PDT/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Tinggi Medan ---- PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili Perkara-perkara Perdata dalam Tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia, sehingga dalam melaksanakan aktivitas dan kegiatannya manusia

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M PUTUSAN Nomor 793 K/Pdt/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan.

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N D A N

P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N D A N P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI BANDUNG yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 457/Pdt/2014/PT.BDG.

P U T U S A N Nomor 457/Pdt/2014/PT.BDG. P U T U S A N Nomor 457/Pdt/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata pada tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 LAMPIRAN : Keputusan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia Nomor : Kep-04/BAPMI/11.2002 Tanggal : 15 Nopember 2002 Nomor : Kep-01/BAPMI/10.2002 Tanggal : 28 Oktober 2002 PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 139/PDT/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 139/PDT/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 139/PDT/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata pada tingkat banding, dalam

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 45/Pdt/2015/PT BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat banding telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dapat menentukan keberadaan, kelangsungan hubungan dan perbuatan

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 36/Pdt.G/2016/PTA. Smd DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI AGAMA SAMARINDA

P U T U S A N NOMOR 36/Pdt.G/2016/PTA. Smd DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI AGAMA SAMARINDA P U T U S A N NOMOR 36/Pdt.G/2016/PTA. Smd DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI AGAMA SAMARINDA Dalam tingkat banding telah memeriksa, mengadili dan menjatuhkan putusan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam masyarakat, individu yang satu senantiasa berhubungan dengan individu yang lain. Dengan perhubungan tersebut diharapkan

Lebih terperinci

TERBANDING, semula PENGGUGAT;

TERBANDING, semula PENGGUGAT; PUTUSAN Nomor 432/Pdt/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung di Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N 463 K/TUN/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

P U T U S A N 463 K/TUN/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G P U T U S A N No. 463 K/TUN/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai berikut

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa Indonesia. Kasus ini dilatarbelakangi perjanjian pinjam

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa Indonesia. Kasus ini dilatarbelakangi perjanjian pinjam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada hari Senin tanggal 17 Juni 2013 menjatuhkan putusan batal demi hukum atas perjanjian yang dibuat tidak menggunakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB III KEDUDUKAN HUKUM TANAH OBYEK SENGKETA Sengketa yang Timbul Sebagai Akibat dari Kelalaian dalam Proses Penerbitan Sertifikat Hak Pakai

BAB III KEDUDUKAN HUKUM TANAH OBYEK SENGKETA Sengketa yang Timbul Sebagai Akibat dari Kelalaian dalam Proses Penerbitan Sertifikat Hak Pakai 14 BAB III KEDUDUKAN HUKUM TANAH OBYEK SENGKETA 3.1. Sengketa yang Timbul Sebagai Akibat dari Kelalaian dalam Proses Penerbitan Sertifikat Hak Pakai Pentingnya kegiatan pendaftaran tanah telah dijelaskan

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 35 /PDT/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ PENGADILAN TINGGI DI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR : 445/Pdt/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

PUTUSAN NOMOR : 445/Pdt/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. PUTUSAN NOMOR : 445/Pdt/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan putusan

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR : 57 /PDT/2011/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ PENGADILAN TINGGI DI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara hukum dimana kekuasaan tunduk pada hukum. Sebagai negara hukum, maka hukum mempunyai kedudukan paling tinggi dalam pemerintahan,

Lebih terperinci

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG 0 KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG (Studi terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor Register 318.K/Pdt/2009 Tanggal 23 Desember 2010) TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai suatu tujuan ekonomi khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan berkembangnya badan hukum.

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 150/PDT/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 150/PDT/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 150/PDT/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR 436/PDT/2016/PT.BDG.

PUTUSAN NOMOR 436/PDT/2016/PT.BDG. PUTUSAN NOMOR 436/PDT/2016/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 284 /PDT/2011/PT-MDN.- PENGADILAN TINGGI TERSEBUT ; DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 284 /PDT/2011/PT-MDN.- PENGADILAN TINGGI TERSEBUT ; DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 284 /PDT/2011/PT-MDN.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA DI MEDAN, yang mengadili perkara-perkara Perdata dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 596/PDT/2017/PT.BDG.

PUTUSAN Nomor 596/PDT/2017/PT.BDG. PUTUSAN Nomor 596/PDT/2017/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam Pengadilan Tingkat Banding telah

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 11/G/KI/2016/PTUN-SMD DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 11/G/KI/2016/PTUN-SMD DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 11/G/KI/2016/PTUN-SMD DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Informasi Publik

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 411/Pdt/2015/PT BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. M e l a w a n :

P U T U S A N. Nomor 411/Pdt/2015/PT BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. M e l a w a n : P U T U S A N Nomor 411/Pdt/2015/PT BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor 0082/Pdt.P/2015/PA.Pas.

PENETAPAN Nomor 0082/Pdt.P/2015/PA.Pas. PENETAPAN Nomor 0082/Pdt.P/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan memeriksa perkara tertentu pada tingkat pertama telah menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, kata rumah menjadi suatu kebutuhan yang sangat mahal, padahal

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN BANDING, PUTUSAN GUGATAN, DAN PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI A Umum DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 440 / Pdt / 2015 / PT. BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 440 / Pdt / 2015 / PT. BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 440 / Pdt / 2015 / PT. BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 324/PDT/2014/PT.BDG.

P U T U S A N NOMOR 324/PDT/2014/PT.BDG. P U T U S A N NOMOR 324/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 488/Pdt/2016/PT.BDG M E L A W A N

P U T U S A N Nomor 488/Pdt/2016/PT.BDG M E L A W A N P U T U S A N Nomor 488/Pdt/2016/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 606/Pdt/2016/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 606/Pdt/2016/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor 606/Pdt/2016/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 28/Pdt/2014/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam mencapai kebutuhan hidupnya saling berinteraksi dengan manusia lain. Masing-masing individu dalam berinteraksi adalah subjek hukum yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah mengalami beberapa kali revisi sejak pengajuannya pada tahun 2011, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 30

Lebih terperinci

BAB III. Obyek penelitian dalam bab ini adalah mengenai fakta yuridis yang diuraikan sebagai berikut :

BAB III. Obyek penelitian dalam bab ini adalah mengenai fakta yuridis yang diuraikan sebagai berikut : BAB III DUDUK PERKARA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NOMOR : 174/Pdt.G/2002/PN.Jkt.Tim JO. PUTUSAN PENGADILAN TINGGI JAKARTA NOMOR : 95/PDT/2003/PT.DKI DAN PUTUSAN KASASI MAHKAMAH AGUNG RI NOMOR : 3302 K/PDT/2003

Lebih terperinci

1. Contoh Akta Perdamaian/Putusan Perdamaian :

1. Contoh Akta Perdamaian/Putusan Perdamaian : 1. Contoh Akta Perdamaian/Putusan Perdamaian : AKTA PERDAMAIAN Pada hari ini :, tanggal, dalam persidangan Pengadilan Negeri Sragen yang terbuka untuk umum yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 05 / PDT / 2013 / PT.KT.SMDA DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 05 / PDT / 2013 / PT.KT.SMDA DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 05 / PDT / 2013 / PT.KT.SMDA DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur di Samarinda yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara Perdata

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 163 K/TUN/2004

P U T U S A N NOMOR : 163 K/TUN/2004 P U T U S A N NOMOR : 163 K/TUN/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G Memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai

Lebih terperinci

2. Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA atau yang MENERIMA HAK ATAS TANAH

2. Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA atau yang MENERIMA HAK ATAS TANAH SURAT PERNYATAAN PELEPASAN HAK ATAS TANAH Pada hari ini, tanggal Bulan Tahun Dua Ribu, bertempat di, kami yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Nama : Umur : Warga Negara : Pekerjaan : Alamat : Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia BAB III PENUTUP Dalam Bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diajukan dan juga saran sebagai alternatif pemecahan terhadap permasalahan kasus yang lainnya yang

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM SENGKETA PENETAPAN LOKASI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PADA PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Usaha Pemerintah di dalam mengatur tanah-tanah di Indonesia baik bagi perorangan maupun bagi badan hukum perdata adalah dengan melakukan Pendaftaran Tanah

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 383/PDT/2014/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 383/PDT/2014/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 383/PDT/2014/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam pengadilan tingkat banding,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupan bermasyarakat tidak bisa terlepas dari hubungan manusia lainnya hal ini membuktikan bahwa manusia merupakan mahkluk sosial. Interaksi atau hubungan

Lebih terperinci