RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-V/2007

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TUAL DI PROVINSI MALUKU TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II) J A K A R T A SENIN, 7 JANUARI 2008

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-V/2007 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kota Tual di Provinsi Maluku terhadap Undang-Undang Dasar 1945 PEMOHON - Johan Fredrik Let Let dkk. ACARA Pemeriksaan Perbaikan Permohonan (II) Senin, 7 Januari 2008, Pukul WIB Ruang Sidang panel Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) I Dewa Gede Palguna, S.H., M.H. (Ketua) 2) Prof. H.A.S Natabaya, S.H., LL.M. (Anggota) 3) H. Achmad Roestandi, S.H. (Anggota) Eddy Purwanto, S.H. Panitera Pengganti 1

3 Pihak yang Hadir: Pemohon : - Abdul Hamid Rahayaan - Gasim Renuat - H. Abdu Gani Repa Kuasa Hukum Pemohon : - H. Sapriyanto Refa, S.H., M.H. - Roby Samuel, S.H. - M. Nazaruddin Salam, S.H. 2

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Selamat pagi Saudara-Saudara sekalian? Saya ucapkan tahun baru sebelum, saya membuka sidang, pada hari ini kita akan melanjutkan pemeriksaan pendahuluan dari Nomor 31/PUU-V/2007 yang mana sebelumnya sudah diperiksa. Oleh karena itu sidang pemeriksaan pendahuluan untuk pagi ini untuk perkara a quo saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. Saudara Pemohon sebelum Saudara nanti untuk menyampaikan kira-kira perbaikan yang sudah Saudara lakukan sesuai dengan yang disarankan oleh panel, ataupun apapun yang berkaitan dengan perkara ini saya persilakan dulu Saudara untuk memperkenalkan diri siapa saja yang hadir di luar termasuk Saudara sendiri tentu saja, silakan. 2. KUASA HUKUM PEMOHON : SAPRIYANTO REFA, S.H., M.H. Ya selamat pagi Pak, yang hadir dari kami adalah yang pertama saya Sapriyanto Refa, kemudian yang kedua di belakang saya Nazaruddin Salam dan Roby Samuel. Kemudian kita didampingi juga oleh prinsipal asli di sebelah kanan saya adalah Bapak Abdul Hamid Rahayaan, dan di sebelah kiri saya adalah Bapak Gasim Renuat dan yang di belakang adalah Bapak bapak Abdul Gani Refa, itu Pak kira-kira yang hadir pada pagi hari ini. Terima kasih. 3. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Saudara Kuasa Pemohon kan? Ini di perbaikannya kok nama Anda tidak ada? Nomor satu kalau diperbaikan yaitu Johan Fredrik let-let itu. Oh, ya yang di ini betul-betul. Terima kasih Saudara telah memperkenalkan siapa yang hadir termasuk Pemohon Prinsipal yang sudah diajak ke sini, jauh-jauh datang dari Maluku sana, saya ucapkan selamat datang di Mahkamah Konstitusi. Saudara saya persilakan untuk menyampaikan poin-poin dari di perbaikan yang telah Anda lakukan, kalau pada intinya seperti ini menurut Pasal 51 itu yang mempunyai standing yang bisa menjadi Pemohon untuk mengajukan pengujian undang-undang itu ada beberapa pihak, Saudara mendalilkan bahwa ini adalah masyarakat hukum adat 3

5 begitu intinya. Jadi, pertama Saudara buktikan dulu bahwa pihak yang Saudara wakili ini adalah masyarakat hukum adat dan apa itu masyarakat hukum adat tentu itu yang menjadi soal, dari situ kemudian pembuktian dan ada anggapan dari Saudara bahwa ada hak konstitusional ada hak yang dirugikan dari hukum adat ini yang dirugikan dengan berlakunya undang-undang ini yang intinya itu, yang nanti ada penjelasan mengenai bukti atau apa, itu sekalian nanti diterangkan, silakan. Dan sekali lagi jelaskan kepada panel karena ini sidang terbuka agar supaya hadirin yang mengunjungi sidang ini juga mengetahui yang menjadi permohonan Saudara, silakan. 4. KUASA HUKUM PEMOHON : SAPRIYANTO REFA, S.H., M.H. Terima kasih Pak, sesuai petunjuk dan saran yang disampaikan oleh Majelis Hakim pada pemeriksaan yang lalu, maka kami sudah memperbaiki sesuai saran-saran yang ada pada prinsipnya yang kami perbaiki adalah berkaitan dengan dua hal. Yang pertama adalah yang berkaitan dengan kedudukan hukum (legal standing) dan kemudian yang berkaitan dengan kerugian materil yang dialami oleh Pemohon sehubungan dengan berlakunya undang-undang itu dan kemudian juga yang berkaitan dengan hal-hal lain yang di luar formil maupun materiilnya. Yang pertama saya akan mulai dari kedudukan atau legal standing Pemohon, bahwa Pasal 51 ayat (1) 1. Bahwa Pasal 51 Ayat (1) UU MK menyatakan Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu : a. Perorangan warga negara Indonesia; b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang; c. Badan hukum publik atau privat, atau; d. Lembaga negara. Menurut Penjelasan Pasal 51 Ayat (1) UU MK yang dimaksud dengan hak konstitusional adalah hak-hak yang diatur dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Menurut Ter Haar Bzn dalam bukunya yang berjudul Beginselen en Stelsel van het Adatrecht yang dikutip oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya Hukum Adat Indonesia, yang dimaksud dengan Masyarakat Hukum Adat adalah kelompok-kelompok teratur yang sifatnya ajek dengan pemerintahan sendiri yang memiliki benda-benda materiil maupun immateril. Dari pengertian tersebut ditemukan ciri-ciri masyarakat hukum adat sebagai berikut : 4

6 a. Adanya kelompok-kelompok teratur; b. Menetap di suatu daerah tertentu; c. Mempunyai pemerintahan sendiri; d. Memiliki benda-benda materiil maupun immateril. Dari ciri-ciri masyarakat hukum adat sebagaimana diuraikan tersebut diatas, menurut PROF. DR. R. VAN DIJK dalam bukunya Pengantar Hukum Adat Indonesia yang diterjemahkan oleh MR. A. SOEHARDI ada 2 (dua) faktor yang berbeda dan yang sangat penting untuk dapat memahami masyarakat hukum adat, yaitu : a. Faktor genealogis, yaitu masyarakat hukum adat yang anggotaanggotanya merasa terikat dalam suatu ketertiban berdasarkan kepercayaan bahwa mereka berasal dari satu keturunan yang sama. b. Faktor teritorial, yaitu masyarakat hukum adat yang disusun berasaskan lingkungan daerah, adalah masyarakat hukum adat yang para anggotanya merasa bersatu, dan oleh karena merasa bersama-sama merupakan kesatuan masyarakat hukum adat yang bersangkutan, sehingga terasa ada ikatan antara mereka masing-masing dengan tanah tempat tinggalnya. 2. Bahwa di Maluku Tenggara terdapat 2 (dua) Kesatuan Masyarakat Hukum Adat berdasarkan faktor genealogis dan faktor teritorial, yaitu : Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Lor Lim (Lim Itel) dan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Ur Siw (Siw Ifaak). Kepala Kesatuan Masyarakat Hukum Adatnya disebut Raja. a. Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Lor Lim (Lim Itel) membawahi 7 (tujuh) Ratschap, yaitu : Ratschap Tual, Ratschap Yarbadang, Ratschap Lo Ohoitel, Ratschap Tubab Yam Lim, Ratschap Songli, Ratschap Kirkes dan Ratschap Fan. Kepala Ratschap juga disebut Raja. Setiap Ratschap memiliki daerah kekuasaan adat dan Masyarakat Hukum Adat yang terdiri dari beberapa desa dan dusun, yaitu : 1) Ratschap Tual, terdiri dari 4 (empat) Desa, yaitu : Desa Tual, Desa Taar, Desa Ohoidertavun, Desa Ohoililir dan 3 (Tiga) Dusun, yaitu Dusun Mangon, Dusun Pulau Ut, Dusun Fair. 2) Ratschap Yarbadang, terdiri dari 9 (sembilan) Desa, yaitu : Desa Tetoat, Desa Letvuan, Desa Wab, Desa Waurvut, Desa Evu, Desa Dian Pulau, Desa Tayando Yamru, Desa Tayando Yamtel, Desa Tayando Ohoiel, dan 6 (enam) Dusun, yaitu : Dusun Dian Darat, Dusun Ngursit, Dusun Madwat, Dusun Ohoibadar, Dusun Wab Watngil, Dusun Arso. 5

7 3) Ratschap Lo Ohoitel, terdiri dari 5 (lima) desa, yaitu : Desa Larat, Desa Ohoiway, Desa Nerong, Desa Ler Ohoilim, Desa Ohoirenan, dan 6 (enam) Dusun, yaitu : Dusun Mataholat, Dusun Wetuwar, Dusun Harangur, Dusun Udar, Dusun Daftel, Dusun Karkarit. 4) Ratschap Tubab Yam Lim, terdiri dari 11 (sebelas) Desa, yaitu : Desa Tamangil Nuhuten, Desa Tamangil Nuhuyanat, Desa Sungai, Desa Ngafan, Desa Fer, Desa Langgiar Fer, Desa Waduar Fer, Desa Kilwat, Desa Sather, Desa Tutrean, Desa Weduar, dan 9 (sembilan) Dusun, yaitu : Dusun Hako, Dusun Ngurko, Dusun Soindat, Dusun Wafol, Dusun Rerean, Dusun Ohoilean, Dusun Watkidat, Dusun Uat, Dusun Ngan. 5) Ratschap Songli, terdiri dari 3 (tiga) Desa, yaitu : Desa Rat, Desa Revav, Desa Rumat 6) Ratschap Kirkes, terdiri dari 3 (tiga) Desa, yaitu : Desa Ibra, Desa Ngabub, Desa Sathean. 7) Ratschap Fan, terdiri dari 4 (empat) Desa, yaitu : Desa Fan, Desa Langgur, Desa Kolser, Desa Kelanit, dan 2 (dua) Dusun, yaitu : Dusun Loon, Dusun Ohoililir. b. Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Ur Siw (Siw Ifaak) membawahi 9 (sembilan) Ratschap, yaitu : Ratschap Famur Danar, Ratschap Dit Sakmas, Ratschap Dullah, Ratschap Sir Sofmas, Ratschap Nerohoinean, Ratschap Me Umfit, Ratschap Maur Ohoi Wut, Ratschap Somlain (Mantilur Somlain) dan Ratschap Matwair (Magrib). Kepala Ratschap juga disebut Raja. Setiap Ratschap memiliki daerah kekuasaan adat dan Masyarakat Hukum Adat yang terdiri dari beberapa desa dan dusun, yaitu : 1) Ratschap Famur Danar, terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu : Desa Danar, Desa Lumefar, Desa Ohoiseb, Desa Ngursoin, Desa Ohoider, dan 5 (lima) Dusun, yaitu : Dusun Sare, Dusun UV, Dusun Mar, Dusun Yatvav, Dusun Ohoidertom. 2) Ratschap Dit Sakmas, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu : Desa Wain, Desa Mastur, Desa Elarlet, Desa Abean, Desa Ohoinol, Desa Elar Lumagoran, dan 13 (tiga belas) Dusun, yaitu Dusun Tenbuk, Dusun Danvet, Dusun Garara, Dusun Ohoilus, Dusun Mastur Baru, Dusun Ngurvul, Dusun Vatngon, Dusun Yafafun, Dusun Iso, Dusun Wain Baru, Dusun Disuk, Dusun Samawi, Dusun Marvun. 3) Ratschap Dullah, terdiri dari 9 (sembilan) Desa, yaitu : Desa Dullah, Desa Warbal, Desa Dullah Laut, Desa Letman, Desa Tamedan, Desa Labetawi, Desa Ngadi, Desa Fiditan, Desa Tayando Langgiar, dan 2 (dua) Dusun, yaitu Dusun Sidniohoi, Dusun Dudunwahan. 6

8 4) Ratschap Sir Sofmas, terdiri dari 2 (dua) Desa, yaitu : Desa Ohoitahit, Desa Ohoitel, dan 2 (dua) Dusun, yaitu : Dusun Watran, Dusun Lairkamor. 5) Ratschap Nerohoinean, terdiri dari 3 (tiga) Desa, yaitu : Desa Ohoinangan, Desa Rahareng, Desa Elat, dan 3 (tiga) Dusun, yaitu : Dusun Rahareng Atas, Dusun Vulurat, Dusun Fangamas. 6) Ratschap Me Umfit, terdiri dari 8 (delapan) Desa, yaitu : Desa Yamtel, Desa Waurtahit, Desa Fako, Desa Reyamru, Desa Nguvit, Desa Waur, Desa Ohoi El, Desa Depur, dan terdiri dari 3 (tiga) Dusun, yaitu : Dusun Ngabheng, Dusun Ohoi Wang, Dusun Ngufit Atas. 7) Ratschap Maur Ohoi Wut, terdiri dari 11 (sebelas) Desa, yaitu : Desa Mun Ohoitadiun, Desa Ad Wearaut, Desa Ohoiraut, Desa Haar Ohoimel, Desa Langgiarhaar, Desa Renfan, Desa Banda eli, Desa Watlaar, Desa Ohoifau, Desa Kilwair, dan 32 (tiga puluh dua) Dusun yaitu Dusun Mun Esoy, Dusun Mun Kahar, Dusun Mun Ngurditwain, Dusun Mun Werfan, Dusun Adngurvul, Dusun Ohoi Wab, Dusun Laar, Dusun Hoor Kristen, Dusun Hoor Islam, Dusun Wairat, Dusun Wair, Dusun Soin, Dusun Haar GPM, Dusun Haar RK, Dusun Haar Ohoiwait, Dusun Wasar, Dusun Ur, Dusun Ohoimajang Protestan, Dusun Ohoimajang Islam, Dusun Renfan Islam, Dusun Renfan GPM, Dusun Fan Waf, Dusun Suku 80, Dusun Suku 30, Dusun Banda Efruan, Dusun Ohoifaruan, Dusun Holat, Dusun Hako, Dusun Hollay, Dusun Ohoiwiring, Dusun Tuburngil, Dusun Yamtimur. 8) Ratschap Somlain (Mantilur Somlain), terdiri dari 5 (lima) Desa, Yaitu : Desa Somlain, Desa Ohoira, Desa Ohoiren, Desa Tanimbarkei, Desa Ur Pulau. 9) Ratschap Matwair (Magrib), terdiri dari 1 (satu) Desa, Yaitu : Desa Matwair. 3. Bahwa Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Lor Lim (Lim Itel), Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Ratschap Lo Ohoitel yang merupakan bagian dari keatuan masyarakat hukum adat Lor Lim (lim Itel) dan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Ratschap Dullah yang merupakan bagian dari keatuan masyarakat hukum adat Ur Siw (Siw Ifaak) masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang disebut Raja (Rat). Raja sebagai Kepala Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Lor Lim (Lim Itel), Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Ratschap Lo Ohoitel, dan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Ratschap Dullah berhak/berwenang mewakili Kesatuan Masyarakat Hukum Adatnya di dalam dan di luar pengadilan. 7

9 4. Bahwa dengan disahkan dan diundangkan berlakunya UU tentang Kota Tual yang membagi Kabupaten Maluku Tenggara menjadi Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual telah menimbulkan kerugian bagi Para Pemohon karena terbagi/terpecahnya daerah kekuasaan adat dan masyarakat hukum adat Para Pemohon, yaitu : - Daerah kekuasaan adat dan masyarakat hukum adat Pemohon I Ratschap Tual terdiri dari 4 (empat) Desa, yaitu : Desa Tual, Desa Taar, Desa Ohoidertavun, Desa Ohoililir dan 3 (Tiga) Dusun, yaitu Dusun Mangon, Dusun Pulau Ut, Dusun Fair. Desa Tual dan Desa Taar, Dusun Mangon, Dusun Pulau Ut dan Dusun Fair masuk dalam wilayah Kota Tual, sedangkan Desa Ohoidertavun dan Desa Ohoililir masuk dalam wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. Ratschap Yarbadang, terdiri dari 9 (sembilan) Desa, yaitu : Desa Tetoat, Desa Letvuan, Desa Wab, Desa Waurvut, Desa Evu, Desa Dian Pulau, Desa Tayando Yamru, Desa Tayando Yamtel, Desa Tayando Ohoiel, dan 6 (enam) Dusun, yaitu : Dusun Dian Darat, Dusun Ngursit, Dusun Madwat, Dusun Ohoibadar, Dusun Wab Watngil, Dusun Arso. Desa Tayando Yamru, Desa Tayando Yamtel, Desa Tayando Ohoiel masuk dalam wilayah Kota Tual, sedangkan Desa Tetoat, Desa Letvuan, Desa Wab, Desa Waurvut, Desa Evu, Desa Dian Pulau, Dusun Dian Darat, Dusun Ngursit, Dusun Madwat, Dusun Ohoibadar, Dusun Wab Watngil dan Dusun Arso masuk dalam wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. - Daerah kekuasaan Pemohon II Ratschap Lo Ohoitel yaitu wilayah Laut di Selat Nerong sebagian masuk dalam wilayah Kota Tual dan sebagian lagi masuk dalam wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. - Daerah kekuasaan adat dan masyarakat hukum adat Pemohon III Ratschap Dullah yang terdiri dari 9 (sembilan) Desa, yaitu : Desa Dullah, Desa Warbal, Desa Dullah Laut, Desa Letman, Desa Tamedan, Desa Labetawi, Desa Ngadi, Desa Fiditan, Desa Tayando Langgiar, dan 2 (dua) Dusun, yaitu Dusun Sidniohoi, Dusun Dudunwahan. Desa Dullah, Desa Dullah Laut, Desa Tamedan, Desa Labetawi, Desa Ngadi, Desa Fiditan, Desa Tayando Langgiar masuk dalam wilayah Kota Tual, sedangkan Desa Warbal, Desa Letman, Dusun Sidniohoi dan Dusun Dudunwahan masuk dalam wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. Dengan terjadinya pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara menjadi Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual, masyarakat hukum adat Para Pemohon yang berada di luar tempat kedudukan Para Pemohon berpotensi untuk membentuk kesatuan masyarakat hukum adat sendiri lepas dari daerah kekuasaan adat dan masyarakat adat Para Pemohon. Dengan demikian negara telah tidak mengakui dan menghormati Kesatuan Masyarakat Hukum Adat beserta hak-hak tradisionalnya 8

10 sebagaimana yang diatur dalam Pasal 18B ayat (2) perubahan kedua UUD Ini yang berkaitan dengan legal standingnya Pak. Terima kasih. 5. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Substansi permohonan ada perbaikan tidak? 6. KUASA HUKUM PEMOHON : SAPRIYANTO REFA, S.H., M.H. Mengikuti legal standing yang ada. 7. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Jadi menurut Saudara yang Saudara dalilkan sebagai kerugian konstitusional dari masyarakat hukum adat ini adalah terpecahnya wilayah itu? 8. KUASA HUKUM PEMOHON : SAPRIYANTO REFA, S.H., M.H. Ya, terbaginya wilayah sehingga daerah kekuasaan adat para Pemohon ini sebagian masuk Maluku Tenggara, sebagian masuk Kota Tual, dan begitu juga masyarakatnya sehingga dengan terbaginya daerah ini menjadi dua sekarang berpotensi masyarakat yang tidak ada di dalam wilayah kedudukan hukum para Pemohon saat ini akan membentuk masyarakat kesatuan adat sendiri terlepas dari Pemohon dan itu sudah nampak mulai sekarang. 9. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Sebelum saya, saya akan persilakan Hakim Anggota Bapak Profesor Natabaya untuk mungkin mengklarifikasi beberapa hal, silakan Pak. 10. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Ada dua, yang pertama adalah Pemohon mendalilkan seolahseolah masyarakat hukum adat itu masih ada ya? Betul? Nah, buktinya itu apa? Sebab menurut Undang-Undang Dasar 1945 dengan jelas menyatakan bahwa dengan jelas dikatakan, bahwasanya masyarakat Hukum Adat beserta hak konstitusionalnya sepanjang masih hidup sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Apa buktinya bahwa dia masih ada itu apa? Tidak jelas Anda, coba menyebutkan apa itu tadi. 9

11 11. KUASA HUKUM PEMOHON : SAPRIYANTO REFA, S.H., M.H. Yang pertama, bahwa kesatuan masyarakat hukum adat di Maluku Tenggara itu masih ada. 12. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Buktinya apa? 13. KUASA HUKUM PEMOHON : SAPRIYANTO REFA, S.H., M.H. Untuk membuktikannya kami menggunakan surat keterangan yang diterbitkan oleh camat yang membenarkan bahwa mereka-mereka ini adalah kepala kesatuan hukum adat dan kesatuan hukum adat itu masih ada. 14. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Bukan, itu masyarakat hukum adat itu adalah suatu kesatuan masyarakat yang mempunyai pemerintahan, apakah pemerintahan yang dijadikan masyarakat hukum adat itu masih ada atau tidak di daerah yang Anda? 15. KUASA HUKUM PEMOHON : SAPRIYANTO REFA, S.H., M.H. Masih ada. 16. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Buktinya apa? Coba jelaskan! 17. KUASA HUKUM PEMOHON : SAPRIYANTO REFA, S.H., M.H. Akan dijelaskan oleh Prinsipal asli. 18. PEMOHON :ABDUL HAMID RAHAYAAN Terima kasih, Kami dari Pimpinan Adat Lor Lim, kami menyampaikan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bapak yang terhormat bahwa di sana masih ada, yaitu kami masih memegang baik Lor Lim maupun Ur Siw yaitu masih memegang adat kami yaitu hukum adat kami, yaitu Iabaourngabal itu kami masih pegang itu. 10

12 19. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Tunggu dulu, bahwa kalau masih memegang adat itu, itu yang namanya masyarakat hukum Adat itu, saya mau tanya itu berdasarkan teritorial atau genelogis? 20. PEMOHON :ABDUL HAMID RAHAYAAN Kedua-duanya. 21. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Sekarang, Itu pemerintahannya bagaimana? Masih tidak? Sekarang saya tanya desa ada tidak? 22. PEMOHON :ABDUL HAMID RAHAYAAN Desa ada. 23. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Desa itukan berdiri desa itu berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun Di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 diakui, di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tetap diakui ada pemerintahan desa. Yang tadinya pemerintahan desa itu sebagai pengganti pemerintahan masyarakat hukum adat itu. Sekarang saya mau tanya apakah dengan masih adanya desa ini pemerintahan hukum adat itu masih ada atau tidak? Itu yang saya mau tanya. 24. PEMOHON :ABDUL HAMID RAHAYAAN Masih ada. 25. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Apa yang menjadi dasar masih ada? Dasar hukumnya apa? 26. PEMOHON :ABDUL HAMID RAHAYAAN Di sana masih pakai sistem seorang kepala desa itu, masih dari sisi keturunannya (...) 27. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Bukan itu, itu pemerintahan. Masih ada tidak dia pemerintahan yang dilakukan hukum adat itu? Saya tidak tahu yang di sana, itu pasti 11

13 ada yang namanya kepala ada istilah di situ bukan? Pasti ada istilahnya itu, ada yang namanya susunan, ada semacam DPRD-nyalah itu ada, jelas ada, ada bagian agamanya ada. Lantas sumber untuk memerintah itukan ada sumber keuangan? Sumber keuangannya itu pasti didapat dari mana itu? Apakah dari pajak mana. Saya mau tanya dasarnya itu mengatakan bahwa masih ada itu apa di Tual itu? Apakah ada ketentuan undang-undang mengatakan, apakah ada peraturan menteri, apakah apa? Sebab Undang-Undang Dasar 1945 ini jelas mengatakan, negara mengakui menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak dan sesuatunya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat yang diatur dalam undang-undang. Begitu juga di dalam Undang-Undang Mahkamah Konstitusi dikatakan bahwa yang boleh mengajukan permohonan adalah kesatuan masyarakat hukum adat, kesatuannya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip mengenai. Jadi dia itu diakui dan masih hidup dan diatur dalam undang-undang. Jadi saya kasih contoh di Papua itu jelas, di dalam Undang-Undang Papua itu mengatur mengenai pengakuan terhadap masyarakat hukum adatnya itu. Kedua, undangundang di Aceh itu jelas mengatur mengenai kedudukan mengenai gampong yang merupakan masyarakat hukum adat itu. Nah, sekarang yang saya mau tanya kepada Bapak ini, apa dasarnya yang Bapak mengatakan masih ada itu? 28. PEMOHON :ABDUL HAMID RAHAYAAN Mungkin dasar kita bahwa di sana itu ada masih memakai dalam struktur pemerintahannya itu masih memakai kedudukan raja, orang kaya sebagai kepala pemerintahan di dalam desanya. 29. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Suara tidak terdengar karena tidak memencet mic 30. PEMOHON :ABDUL HAMID RAHAYAAN Raja atau orang kaya, 31. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Kepala desanya itu? 32. PEMOHON :ABDUL HAMID RAHAYAAN Iya di dalam adat raja atau (...) 12

14 33. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M... pemerintahan yang menurut Undang-Undang Nomor 32 itukan ada desa? Siapa yang menjadi kepala pemerintahannya, kepala desa bukan? Dipilih bukan? Oleh rakyat di situ? 34. PEMOHON :ABDUL HAMID RAHAYAAN Kalau itu diambil dari garis keturunan pada marga ataukah kepala adat itu, setempat. 35. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Kepala desanya? 36. PEMOHON :ABDUL HAMID RAHAYAAN Iya. 37. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Siapa yang memilih kepala desa? 38. PEMOHON :ABDUL HAMID RAHAYAAN Masyarakat tapi diambil dari (...) 39. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Itu masalah lain itu, dipilih tidak? 40. PEMOHON :ABDUL HAMID RAHAYAAN Dipilih. 41. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Nah, sekarang bagaimana yang masyarakat hukum adat? Inikan ada satu lagi. Desa itu lain dengan masyarakat hukum adat. 42. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Begini Pak, mungkin ini tidak terlalu pas yang dimaksud oleh maksud yang mau diterangkan Bapak Profesor Natabaya. Saya orang Bali kebetulan, saya lihat di Bali itu desa yang beliau tanyakan tadi desa yang menurut pemerintahan menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 13

15 2004 itu ada, misalnya itu yang disebut dengan desa dinas atau desa yang pemerintahan itu ya, pemerintahan terendah itu bukan? Desa namanya kalau di Undang-Undang Nomor 32. Tapi di Bali ada yang nama desa adat atau desa pakraman yang disebut sekarang yang wilayahnya berbeda, pengurusnya juga berbeda. Kalau desa dinas ini langsung bagian dari pemerintahan nasional tapi kalau yang desa adat itu dia memang mempunyai pemerintahan sendiri dan wilayahnya belum tentu sama dengan wilayah yang dinas itu, bisa masuk ke wilayah kabupaten yang lain bahkan seperti itu misalnya. Nah, di Maluku atau di tempat Bapak ada tidak sistem yang seperti itu? Jadi bukan desa pemerintahan menurut Undang-Undang Nomor 32. Jadi begini, misalnya saya di Bali saya contohkan misalnya ada satu Desa Mengui, Mengui itu terletak di Kabupaten Badung Pak, jadi pemerintahan terendah Desa Mengui, yang disebut Desa Mengui itu dalam sistem pemerintahan desa dia adalah satuan pemerintahan terendah di tingkat desa. Nah, itu yang menurut Undang-Undang Nomor 32. Tapi yang menurut hukum adat ada juga yang namanya Desa Mengui tetapi bukan itu saja wilayahnya dia juga mencakup sebagian dari wilayah Kabupaten Tabanan, jadi dia bukan satu Pak. Yang seperti itu ada tidak di Maluku. Barangkali itu maksudnya Pak. Bagaimana, silakan Bapak. 43. PEMOHON : GASIM RENUAT Bapak-Bapak Majelis Hakim 44. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Maaf, jadi ini untuk menunjukkan bahwa itu masih hidup dan ada itu ya, silakan Pak. 45. PEMOHON : GASIM RENUAT Masih ada bahwa kita itu di sana rangkap, jadi kepala desa yang diangkat yang dibekukan oleh pemerintah itu dari kepala-kepala adat yang ada untuk tiap desa di dalam jabatan ada untuk setiap desa yang Perdanya sementara ditetapkan itu akan berubah menjadi nama Ohoi yang sama dengan desa. Di dalam desa atau Ohoi itu ada yang dipimpin oleh raja, ada yang dipimpin oleh Kapitan ada yang dipimpin oleh orang Kay, ada yang dipimpin oleh Soalsel Standing dimana orang Kay dan Soi ini dia bertanggung jawab kepada raja atau yang disebut dengan bahasa adat itu Rat. Jadi dalam Rat ini memimpin beberapa desa, selain memimpin desa dimana dia tinggal dia memimpin juga beberapa desa yang disebut Ratschap atau dengan bahasa adat itu hutan, gabungan beberapa desa menjadi persekutuan hukum menengah. Kemudian yang 14

16 tertinggi yaitu yang disebut tadi teman saya yang menyebutkan Lor Siu dan Lor Lim yang tertinggi dimana kedua ini satu hukum adat namanya Larfuli Langabal dan buktinya bahwa persekutuan hukum adat itu masih ada seperti yang tadi dimaksudkan Pak Hakim kurang lebih saya menanggapi bahwa baru kemarin adanya perlombaan bela itu secara ada yang dihimpun melalui masyarakat persekutuan hukum adat yang ada dari para raja-raja ini, itu perlombaan bela atau kora-kora itu Pak, itu ada. 46. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Langsung saya tanyakan sekaligus, artinya persekutuanpersekutuan hukum adat itu terpengaruh oleh sistem pemerintahan secara nasional, misalnya kalau maaf ini mungkin karena saya berasal dari daerah yang berbeda kalau misalnya di Bali walaupun misalnya kabupatennya mekar berapa kali atau bahkan menciut itu wilayah desanya tetap, yang desa adat. Mungkin desa dinasnya itu akan mengalami pemekaran, misalnya dia menjadi desa ini tetapi wilayah desa adanya itu akan tetap dia. Jadi dia tidak akan terpengaruh oleh penciutan ataupun pemekaran wilayah. Karena meskipun dia sudah masuk wilayah kabupaten lain, secara adat dia akan tetap terikat menjadi satu desa yang namanya desa adat yaitu ada hal-hal yang mengikat tentu saja yang kalau kami di Bali barangkali pura atau apa, itu yang mengikat mereka tetap dan itu tidak mengalami perubahan. Kalau yang di Maluku saya tidak tahu, apakah dengan misalnya kebetulan contohnya saya memakai Kabupaten Badung. Kabupaten Badung misalnya ada desa tertentu itu, dia juga berkembang menjadi Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Ada wilayah yang tadinya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Badung, dia kemudian menjadi wilayah Kota Denpasar, tapi desa adatnya tidak berubah, dia tetap. Saya tidak tahu kalau di Maluku apakah dia mengikuti itu? Mengikuti kalau misalnya pemerintahannya berubah, masyarakat hukum adatnya otomatis secara kewilayahannya juga berubah, itu yang saya tanyakan, bagaimana Pak? 47. PEMOHON : GASIM RENUAT Sesuai dengan Perdanya Pak, tapi bisa saja ada kecenderungan untuk bisa berubah aturan-aturan adatnya itu. 48. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Ini Pak, saya mau minta kejelasan. Di sini ada yang namanya Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Lor Lim atau Lim Itel. B, ada kesatuan Masyarakat Hukum Adat Ursi atau Urseu Ifak. Hanya ada dua itu ya? 15

17 49. PEMOHON : GASIM RENUAT Iya Pak. 50. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Lantas Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Lor Lim ini terdiri dari tujuh Ratschap yaitu Ratschap Tual, Ratschap Yarbadang. Ini pemerintahannya ini ada dimana? Ada di dalam Lor Lim ini atau di Lor Ratschap ini, yang menurut yang lama? Supaya jelas ya! Tadi pengacara Bapak sudah menjelaskan ada empat kriteria: 1. adanya kelompok yang teratur katanya tadi, mengutip dari Derhaar. 2. menetap di daerah tertentu. 3. ini yang penting mempunyai pemerintahan sendiri. 4. memiliki benda-benda materil atau immateril. Ini cirinya suatu masyarakat hukum adat, dimana pun juga dia, di Indonesia ini. Apakah di Bali, apakah di tempat saya, segala macam ini. Sekarang saya mau bertanya, pemerintahan sendiri masih ada tidak yang dalam Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Lor Lim ini? 51. PEMOHON : AHMAD HAMID RAHAYAAN Ada Pak. 52. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Ada, dasarnya apa masih ada? 53. PEMOHON : AHMAD HAMID RAHAYAAN Tadikan terbagi, di dalam adat itu terbagi atas ratschap-ratschap. Setiap ratschap itu dipimpin oleh seorang raja. 54. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Jadi begini, tadinya kita ini memang ada masyarakat hukum adat. Di daerah saya ada yang namanya marga di Sumatera Selatan. Marga itulah masyarakat hukum adatnya yang terdiri daripada dusun-dusun, ini sama dengan Anda ini, jadi di sini teritorial, sama juga dengan di Batak. Itu ada huria di atasnya, di bawahnya ada huta. Di tempat saya yang penguasanya itu yang diakui adalah masyarakat hukum adat yang namanya marga. Di desa itu ada bagiannya, di sini membawahi tujuh ratschap yaitu Ratschap Tual, Ratschap Yarbadang. Di saya itu ada Dusun Cempaka, ada Dusun Mananga, ada Dusun ini, ada dusun ini, kalau jadi satu itu namanya marga, satu masyarakat hukum adat teritorial. Saya yang mau tanyakan di sini, itu sekarang tidak ada lagi, 16

18 karena akibat daripada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 begitu, seluruh Indonesia tidak ada lagi. Bahwasanya akibat tidak ada lagi itu ada tetap mengelompok karena merasa satu. Masyarakat hukum adatnya itu merasa satu jadi tetap ada secara sosiologis, tetapi secara pemerintahan mereka tidak ada lagi, karena pemerintahannya sudah diambil dibentuk dengan desa itu. Saya tidak tahu di tempat Bapak ini, desa itu penjelmaan dari mana? Apa penjelmaan dari Ratschap Tual, Ratschap Yarbadang? saya tidak tahu ya, Bapak yang tahu nanti menjelaskan. Yang saya mau tanya kekuasaan pemerintahannya itu ada di Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Lor Lim atau bagaimana? Inikan ada dua, ada Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Lor Lim, ada Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Urseo, bagaimana Pak? 55. PEMOHON : GASIM RENUAT Di dalam hubungan dengan ini tadi, itu di dalam undang-undang memang desa itu berdiri sendiri dalam pemerintahannya. 56. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Desa itu penjelmaan dari apa kalau praktiknya di tempat Bapak? 57. PEMOHON : GASIM RENUAT Itu dari dusun. 58. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Dusun, jadi itu level ketiga. Jadi kalau menurut Bapak level pertama itu Lor Lim, kedua Ratschap, ketiga dusun. 59. PEMOHON : GASIM RENUAT Desa dulu baru dusun. 60. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Ratschap Tual terdiri dari empat desa, jadi ada empat ya! 1. Masyarakat Hukum Adat Lor Lim 2. Ratschap 3. Desa 4. Dari desa menjadi dusun. Sekarang yang pemerintahan desa itu penjelmaan dari apa? Dari Ratschap? Dari desa atau dari dusun? 17

19 61. PEMOHON : GASIM RENUAT Dalam persekutuan tadi Pak. Jadi di dalam persekutuan tadi itu, desa-desa itu di dalamnya adalah ratschap. 62. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Yang benar? Ratschap Tual terdiri dari empat desa, artinya desadesa itu menjadikan satu (...) 63. PEMOHON : GASIM RENUAT Satu ratcshap. 64. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Lantas desa-desa itu jadi tiga dusun. Dusun Mangon, Dusun Pulau Ut, Dusun Fer. Yang mau saya tanya itu pemerintahan desa yang ini, di tempat saya Pak, tadinya dusun itu dijadikan jadi desa. Kalau desanya besar menjadi satu desa, dusunnya yang kecil bergabung satu, dua, tiga menjadi desa persis Undang-Undang Nomor 5 ya. Ini yang di sini bagaimana? Ada tidak undang-undang itu di tempat kalian diinikan, di dalam buktinya, nanti bisa kita periksa, bukti dilampirkan. Ada tidak bukti dilampirkan bahwasanya pemerintahan di Maluku itu pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 dalam bukti dilampirkan tidak? 65. PEMOHON : GASIM RENUAT Belum dilampirkan Pak. 66. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA, S.H., LL.M Oh belum, itu kitakan kelihatan yang mana pemerintahan yang paling bawah itu. Dan apakah memang masyarakat hukum adat itu bahwasanya bisa terbagi saya dapat memahami, karena tadi inikan terdiri dari beberapa sehingga ini dibentuk, sehingga yang tadinya desa tadi masuk kepada ratschap ini sekarang pindah ke Tual, saya bisa memahami kalau itu kalau melihat struktur ini. 67. KETUA : I DEWA PALAGUNA, S.H. M.H. Baik, jadi itu kenapa sekarang sudah dicecar, ini bukan ini diperiksa dulu ya, ini untuk memudahkan kalau nanti sampai sidang pleno, karena itu nanti akan ditanyakan, itu maksudnya. Supaya Saudara mengerti bahwa keberhasilan langkah pertama dari permohonan ini ditentukan dari kemampuan Anda meyakinkan sembilan Hakim Konstitusi itu membawa 18

20 masyarakat hukum adat itu memang masih ada di situ, masih hidup. Jadi sistem pemerintahan yang Saudara gambarkan dalam syarat yang dikutip dari Derhaar itu memang benar-benar masih hidup dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan ada pengaturannya dalam undang-undang, itu yang harus dibuktikan. Maksudnya bukti-bukti yang mendukung ke arah itulah yang harus Saudara lampirkan nanti di permohonan ini, begitu Saudara ya? Itu nanti untuk keperluan sidang pleno Pak, ini kita di pemeriksaan pendahuluan tidak memutuskan apaapa, nanti hasil dari pemeriksaan ini, nanti akan kami sampaikan ke sembilan Hakim Konstitusi, karena kami panel tidak boleh mengambil keputusan. Nanti kepada sembilan hakim inilah yang nanti akan menilai. Hasil penilaian sembilan hakim ini pertama akan sangat tergantung kepada kejelasan permohonan Saudara dan bukti-bukti yang dilampirkan dan laporan dari kami, itu nanti sembilan hakim yang akan menentukan. Nah, setelah itu putus nanti barulah diputuskan untuk memanggil DPR dan Presiden sebagai lembaga yang membentuk undang-undang. Dan mungkin kalau dipandang perlu pemerintahan di sana kita akan undang termasuk DPRD-nya dan bupati di Maluku Tenggara mungkin kita akan undang, ini yang nanti kita akan sampaikan, tetapi Saudara Pemohon harus jelas dulu kira-kira pertanyaannya akan begitu nanti, hal-hal seperti itu akan ditanyakan. Sebab kalau ternyata masyarakat hukum adatnya walaupun dulu pernah ada tetapi misalnya sudah mati dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 1979 otomatis Saudara gugur di legal standing begitu maksudnya. Jadi sehingga permohonan tidak perlu lagi diperiksa lebih lanjut, karena yang diperiksa tidak mempunyai legal standing buat apa bukan? Jadi menurut ketentuan Pasal 56 itukan sudah gugur bahwa permohonan itu dinyatakan tidak dapat diterima karena permohonannya tidak memenuhi syarat ataupun Pemohonnya yang tidak memenuhi syarat begitu. Itu makanya dalam pemeriksaan pendahuluan ini menjadi sangat penting Saudara menguraikan kejelasan permohonan itu, itu tujuan sidang panel dan perbaikan permohonan ini. Jadi tujuannya adalah untuk melancarkan sidang nanti dan sebenarnya untuk kepentingan Saudara. Kalau nanti misalnya masih ada bukti-bukti yang ditanyakan oleh Bapak Hakim Anggota tadi, itu Saudara lampirkan melalui Panitera saja disusulkan, tetapi Saudara sudah mengajukan sejumlah daftar ini dan ini karena sudah perbaikan kedua, Saudara tidak ada kesempatan lagi untuk melakukan perbaikan terhadap permohonan ini, tetapi kalau sepanjang menyangkut bukti tentu Saudara masih terbuka untuk mengajukan itu, baik berupa bukti tertulis maupun nanti sembilan Hakim Konstitusi memutuskan bahwa perkara ini harus berlanjut dan memanggil Pemerintah dan DPR dan juga Pemda, maka Saudara nanti juga akan diminta untuk diberikan hak untuk mengajukan bukti ahli misalnya. Ahli yang menerangkan tentang hukum adat Maluku misalnya, itu Saudara akan diberikan hak, itu kalau sembilan Hakim Konstitusi memutuskan bahwa memang permohonan ini layak untuk diteruskan 19

21 sampai mendengar keterangan Presiden dan DPR selaku pembentuk undang-undang itu. Jadi saya beritahukan terlebih dahulu supaya Saudara mempunyai waktu untuk mempersiapkan, kira-kira siapa nanti yang mungkin Saudara panggil sebagai ahli yang menerangkan ini, benar tidak masih hidup, benar tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat, benar tidak bahwa ini akan berubah dengan perubahannya sistem administrasi pemerintahan misalnya atau wilayah-wilayah administrasi pemerintahan apakah benar hukum adat itu masih ditaati? Apakah benar misalnya dia masih berjalan pemerintahan adat itu sebagaimana sehari-hari, itu yang akan nanti diterangkan. Baiklah, Saudara Pemohon dengan adanya perbaikan daftar bukti (...) Silakan sebelum saya mengesahkan daftar bukti Pak Hakim Roestandi, silakan? 68. HAKIM KONSTITUSI : H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Barangkali untuk memudahkan Saudara-Saudara juga, jadi tadi dikemukakan oleh Saudara-Saudara juga mengutip juga Derhaar bukan? Pertama, harus ada masyarakat-masyarakat teratur, kemudian ada penguasa atau pimpinan adatnya, kemudian ada harta bendanya begitu ya, saya yang ingin sampaikan apakah sekarang yang mengeluarkan KTP siapa itu di sana Pak? Apakah penguasa adat ataukah penguasa administrasi desa itu? 69. PEMOHON : ABDUL HAMID RAHAYAAN Pemerintahan desa. 70. HAKIM KONSTITUSI : H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Yang itu bukan masyarakat adat? 71. PEMOHON : ABDUL HAMID RAHAYAAN Bukan. 72. HAKIM KONSTITUSI : H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Lalu kemudian mereka itu penguasa adat ini menyelesaikan masalah-masalah apa saja, yang khas, menyelesaikan apa saja? 73. PEMOHON : ABDUL HAMID RAHAYAAN Karena masyarakat adat ini, di samping ini mereka punya hak-hak ketuhanan yang ( ) 20

22 74. HAKIM KONSTITUSI : H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Bukan haknya, kalau itukan kebendaannya, harta kekayaan. Sekarang apa di dalam perkawinan atau di dalam ini, apakah masih berperan penguasa adat ini? 75. PEMOHON : ABDUL HAMID RAHAYAAN Ya, masih berperan masalah perkawinan. 76. HAKIM KONSTITUSI : H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Itu barangkali yang Saudara penting disebutkan contohcontohnya supaya nanti yang empat unsur itu dari masyarakat hukum adat itu terpenuhi seperti tadi dia tidak menyelesaikan KTP misalnya, lalu apakah misalnya mengenai kekayaannya apa saja kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat adat di situ yang khas atau spesifik. Tidak usah dijawab sekarang, tetapi itu persiapan saja barangkali nanti Saudara bisa menyampaikan itu ukuran yang empat itu bisa terpenuhi. Begitu saja Pak. 77. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Terima kasih Bapak Hakim Haji Achmad Roestandi. Jadi Saudara itulah bahan-bahan yang akan jadi perenungan Saudara nanti kalau Saudara maju. Makanya sebenarnya persidangan di Mahkamah Konstitusi ini gampang-gampang susah, gampangnya adalah kalau Saudara bisa memberikan penjelasan yang jelas mengenai permohonan ini itu akan menjadi gampang, mudah bagi Saudara. Kalau susahnya kalau Saudara belum siap, begitu saja sebenarnya. Masih ada yang masih disampaikan? Silakan. 78. KUASA HUKUM PEMOHON : H. SAPRIYANTO REFA, S.H., M.H Ini masalah pemahaman saja Pak yang agak tidak sama, karena kami memahaminya bahwa yang dimaksud dengan masyarakat hukum adat di sini adalah masyarakat hukum adat yang masih ada dan hidup dan berkembang di tengah masyarakat itu dengan memenuhi empat unsur ini tadi. Ada pemerintahannya, artinya di dalam masyarakat hukum adat memang ada pemerintahannya. Ada daerah wilayah kekuasaannya dan sebagainya. Hanya persoalannya Bapak Hakim Anggota tadi bertanya dasarnya yang menjadi persoalan bagi kami, apakah dasar ini cukup kami buktikan dengan keterangan saksi dan 21

23 dibuktikan dengan bukti tertulis dari pejabat yang ada di sana atau dasar hukum seperti undang-undang dan sebagainya? 79. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Ya, begini karena itukan disebut syaratnya jadi satu, seperti waktu sidang pertama sudah saya sampaikan, panel sudah menyampaikan juga bahwa yang mempunyai legal standing itu adalah masyarakat hukum adat yang begini, begini dan seterusnya yang diatur dalam undangundang. Diatur dalam undang-undang, bukan dengan. Diatur dalam undang-undang artinya kalau dalam undang-undang itu, entah undangundang apapun misalnya menyebut masalah masyarakat hukum adat itu bisa Saudara lampirkan di dalam bukti begitu maksudnya. Misalnya bukan berbentuk undang-undang, misalnya tentang masyarakat hukum adat yang Saudara sebutkan tadi mengatur tentang masyarakat hukum adat ini, undang-undang ini, bukan itu maksudnya tetapi di dalam suatu undang-undang misalnya Undang-Undang Pemerintahan Daerah ada disebut tentang masyarakat hukum adat itu, diatur di dalam undangundang. Misalnya kalau contohnya di Papua misalnya Undang-Undang tentang Papua disebutkan di situ, di Aceh disebutkan, di dalam Pemerintahan Bali disebutkan, bahkan di samping dalam undangundangnya di dalam Undang-Undang Nomor 34 itu diturunkan lagi, diperinci dalam Perda ada yang mengatur tentang itu yang tidak dicampuri oleh pemerintahan dinasnya. Yang seperti itu maksudnya itu bisa Saudara lampirkan sebagai alat bukti. Kepada kami Saudara tentu memberikan keterangan, kami hanya membantu untuk meringankan Saudara nanti di dalam persidangan pleno kalau sidang ini sampai di pleno. Jadi itu yang harus Saudara sampaikan nanti di Pleno, karena nanti pleno akan menanyakan itu. Atau dari Pemerintah atau DPR akan menanyakan kepada Saudara itu. Jadi itu yang harus dipersiapkan, supaya tidak di sana kagetnya, lebih baik kaget di sini, begitu ya Saudara? Nah, ini kemudian ada perbaikan daftar bukti. Dengan demikian daftar bukti yang lama Saudara nyatakan dicabut ya? Jadi kami akan sahkan daftar bukti yang Saudara ajukan ini. Bukti P-1, terdiri atas tiga; 1A, 1B, 1C. Yang 1A itu surat keterangan dari camat Kei Besar Selatan, betul? Itu Saudara minta ya kepada camatnya? Kemudian surat keterangan dari Pulau Dullah Utara, kemudian dari camat Kei Besar Selatan begitu ya? Baik, saya sahkan. 22

24 Bukti P-2-nya adalah Undang-Undang tentang Pembentukan Kota Tual di Provinsi Maluku, ini Saudara dapatkan darimana undang-undang ini? Oh dari Setneg ya, baik. Maksudnya jangan sampai kalau dari toko itu biasanya kalau salah-salah cetak itu lebih baik kalau sudah dapat dari Setneg atau lembaran negaranya sendiri itu yang sah ya, sebab nanti kalau toko salah cetak itu nanti tidak bisa Saudara cari buktinya jadi cacat. Ya kalau di Setneg atau di lembaran negaranya yang salah biarlah itu menjadi kesalahan undang-undang itu bukan kesalahan Saudara. Bukti P3 demikian juga tentang Pemerintahan Daerah. Saya kira ini dokumen terbuka ya. Lalu bukti P4 Undang-Undang Dasar RI ini juga Bukti P-5 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Ini lembaran negara yang Saudara ambil atau dari toko buku? Yang (bukti) P-5 ganti nanti ya, kalau bisa Saudara dari lembaran negaranya atau dari Setneg minta ya! Yang jelas yang Saudara maksudkan bukti P-5 itu ini, jadi nanti Saudara ganti ini ya. Kemudian P-6 paparan Bupati Kabupaten Maluku Utara pada pertemuan di Departemen Dalam Negeri tanggal 15 Januari 2007, ini Saudara dapatkan bagaimana ini? Cara mendapatkannya ini? 80. KUASA HUKUM PEMOHON : H. SAPRIYANTO REFA, S.H., M.H Saya mendapatkan dari Sekretaris Daerah 81. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Dari Sekda ya? Dan memang diberikan begitu ya? Baik. 23

25 Yang jelas itu bukan dokumen rahasia bukan? Bukti P-7 surat Bupati Kabupaten Maluku Tenggara Nomor 4 Tahun 2007 tentang memohon pertimbangan yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia berkaitan dengan rencana meminta pertimbangan pembentukan Kota Tual, baik. Bukti P-8, surat atas nama Bupati Kabupaten Maluku Tenggara yang ditandatangani oleh Sekda 2 Februari 2006, tanggapan terhadap tuntutan pemekaran Kota Tual yang ditujukan kepada gubernur, baik. Bukti P-9, surat pengantar Bupati Kabupaten Maluku Tenggara 7 November 2006 Nomor 135/6286 penyampaian aspirasi penolakan pembentukan Kota Tual yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia, betul ya? Bukti P-10, Surat Tim Aliansi Elemen Masyarakat Maluku Tenggara yang terdiri dari : Rat (Raja) OrangKay (Kepala Desa), Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda Ya ini surat tim aliansi, baiklah kita terima. Bukti P-11, Surat Rat/Orangkay tertanggal 3 Juli 2006, Perihal Pernyataan Rat (Raja) Orangkay (Kepala Desa) Kabupaten Maluku Tenggara yang ditujukan kepada Ketua Komisi ll DPR RI, ini tanggal 3 Juli 2006 ya? Baik. KETUK PALU 1 X 24

26 Bukti P-12, Surat Persatuan Masyarakat Adat (Rat/OrangKay) Kei (Nuhu Evav) Kabupaten Maluku Tenggara, Perihal Penolakan Atas Pemekaran/Pembentukan Kota Tual yang ditujukan kepada Presiden Republik Inonesia, Bukti P-13, Surat para Raja, Kepala Desa/OrangKay, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Pemuda dan Mahasiswa Se-Kecamatan Pulau-Pulau Kur Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku tertanggal 18 Juli 2007, perihal permohonan untuk tidak mengesahkan RUU Pembentukan Calon Kota Tual, sebagai pemekaran dari Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku, yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia 18 Juli 2007, permohonan untuk tidak mengesahkan RUU pembentukan calon kota Tual. Kemudian P-14, Surat Kepala Desa Taar Kabupaten Maluku Tenggara Kecamatan Pulau Dullah Selatan tertanggal 12 September 2006, Nomor: 01/KDT/IX/2006, Perihal menolak Pemekaran Kota Tual di atas Tanah Sather, yang ditujukan kepada Bupati Kabupaten Maluku Tenggara, baik. Bukti P-15, Surat Pernyataan Sikap Bersama LSM Maluku Tenggara tertanggal 06 Agustus 2007, Perihal Permohonan Penundaan Pembentukan Kota Tual Sebagai Daerah Otonom Baru Dari Kabupaten Maluku Tenggara, yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia. Bukti P-16, Surat Pernyataan Sikap Bersama Rat, Orang Kay dan Soa selaku Pemangku Adat Masyarakat Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara tertanggal 27 Desember 2005 yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia, Wakil Presiden Republik Indonesia, 25

27 Menkopolhankam RI, Menteri Dalam Negeri RI, Pimpinan DPR RI, Pimpinan dan Anggota Komisi I, II, dan III, Ketua DPRD Provinsi Maluku, Fraksi-Fraksi DPRD Provinsi Maluku, Anggota DPRD Provinsi Maluku asal Maluku Tenggara, Bupati Maluku Tenggara, Pimpinan DPRD Kabupaten Maluku Tenggara, Fraksi-Fraksi DPRD Maluku Tenggara. Soa ini apa pak? 82. PEMOHON : GASIM RENUAT Soa itu kepala marga atau fam. 83. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Itu Soa namanya, soa itu di bawah 84. PEMOHON : GASIM RENUAT Struktur pemerintahan terendah, ( ) 85. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Terendah, dia langsung di bawah rat atau di bawah desa? 86. PEMOHON : GASIM RENUAT Di bawah desa. 87. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Baik, kita sahkan ini ya. P-17, Surat Masyarakat Langgur (Kei Kecil) dan Tokoh Katholik Kabupaten Maluku Tenggara tanggal 24 November 2005, perihal Penolakan Penetapan Pemekaran Kota Tual sebagai Daerah Otonom, itu P-17. Betul ya P17 itu? P-18, Surat atas nama Gubernur Maluku yang ditandatangani Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Maluku Nomor: 135/032, Perihal 26

28 AD Usum Publicum tertanggal 23 Januari 2006 yang ditujukan kepada Bupati Maluku Tenggara? Oh, 23 Januari 2006 yang ditujukan kepada Bupati Maluku Tenggara. Ya, ya, ya, usum publicum, betul. Ya, baik diterima. KETUK PALU 1 X Bukti P-19, Surat Pernyataan Sikap Tokoh Adat di Kepulauan Kur tertanggal 15 Januari 2006 Terhadap Keputusan DPRD Kabupaten Maluku Tenggara dan DPRD Provinsi Maluku Tentang Pemekaran Kota Tual. Ya kita terima KETUK PALU 1 X Bukti P-20, Surat Pernyataan Sikap dan Tuntutan Masyarakat Langgur terhadap upaya pembentukan/pemekaran Kota Tual tertanggal 14 November 2005 yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia dan Komisi II DPR RI, ya kita terima. Bukti P-21, peta wilayah Maluku Utara. Jadi ini sebelum, peta ini sebelum pemekaran ya? Baik. Sekarang apa sudah ada peta baru? 88. KUASA HUKUM PEMOHON : H. SAPRIYANTO, S.H., M.H Lampiran undang-undang itu ada Pak, di undang-undang itu ada lampirannya dan sudah ada peta di situ tapi belum dipublikasikan petanya ( ) 89. HAKIM KONSTITUSI : Prof. H.A.S NATABAYA,S.H., LL.M Tidak jelas terdengar karena memencet mic 27

29 90. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Jadi itu di undang-undang? Baik, yang bukti P-22, buku sejarah kebudayaan Maluku yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun Ini dari bukti P-22 ini yang hendak Saudara buktikan apa ini? 91. KUASA HUKUM PEMOHON : H. SAPRIYANTO, S.H., M.H Kesatuan hukum adat di Kabupaten Maluku Tenggara ini Pak (.) 92. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Baik kita terima. KETUK PALU 1 X Dengan demikian maka bukti-bukti sudah disahkan apakah Saudara ada hal yang ingin disampaikan lagi? 93. KUASA HUKUM PEMOHON : H. SAPRIYANTO, S.H., M.H Cukup 94. KETUA : I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Bapak? Baik, dengan demikian Saudara kami akan melaporkan hasil sidang pendahuluan ini, hasil pemeriksaan pendahuluan ini kepada sembilan Hakim Konstitusi sebagai lembaga yang akan mengambil putusan terhadap permohonan ini dan nanti untuk persidangan berikutnya Saudara akan diberikan oleh Panitera dan kalau tidak ada lagi hal-hal yang hendak disampaikan maka sidang pada hari ini saya nyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB 28

30 29