RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II) J A K A R T A SENIN, 22 DESEMBER 2008

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945 PEMOHON Tedjo Bawono ACARA Pemeriksaan Perbaikan Permohonan (II) Senin, 22 Desember 2008, Pukul WIB Ruang Sidang Panel Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H. (Ketua) 2) Prof. Abdul Mukhtie Fadjar, S.H., M.S. (Anggota) 3) Dr. H.M. Arsyad Sanusi, S.H., M.Hum. (Anggota) Edy Purwanto, S.H. Panitera Pengganti 1

3 Pihak yang Hadir: Pemohon : Tedjo Bawono. Kuasa Hukum Pemohon : 2

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Sidang Perkara Nomor 46/PUU-VI/2008 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 1X Selamat pagi Bapak, untuk memulai persidangan ini kami mohon Bapak untuk memperkenalkan siapa yang hadir di sini, Bapak kuasa hukumnya, advokat? 2. KUASA HUKUM PEMOHON : Betul. 3. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Nanti kalau bersidang di sini surat kuasanya sudah diajukan, sudah? 4. KUASA HUKUM PEMOHON : sudah, sudah siap? 5. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Lain kali kalau bersidang disini harus pakai baju atau toga Pak ya? 6. KUASA HUKUM PEMOHON : Siap? terima kasih. 7. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Ya, saya meminta Bapak untuk menjelaskan apa yang akan diajukan dengan permohonan perbaikan ini. Saya persilakan. 3

5 8. PEMOHON : TEDJO BAWONO Selamat pagi, Majelis Mahkamah Konstitusi yang terhormat. Kami akan mengutarakan tentang suatu permasalahan berkaitan dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap yaitu mengenai eksekusi sebuah kolam renang yang bernama Brantas di Surabaya. Sudah berlangsung dan sudah berhasil mengeksekusi kolam renang di maksud. Hanya permasalahannya adalah ganti rugi, dimana pihak Pemkot Surabaya tidak berkenan adanya alasan ganti rugi tersebut, alasannya adalah masih menunggu proses di Mahkamah Yudisial, mohon maaf Komisi Yudisial. Berkaitan dengan itu saya punya Prinsipal mohon kepada Pengadilan Surabaya agar bisa diadakan suatu sita jaminan bagi upaya untuk mendesak kepada Pemkot untuk melaksanakan kewajibannya. Disarankan oleh Pengadilan Negeri Surabaya supaya mengajukan suatu upaya hukum melalui Mahkamah Konstitusi yaitu berkaitan dengan Pasal 50 mengenai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Begitu ringkasnya, Majelis Hakim. 9. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Ya terima kasih Bapak. Setelah kami cek surat kuasanya belum ada Pak? 10. PEMOHON : TEDJO BAWONO Mohon maaf, sudah kami lampirkan 11. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Dilampirkan di (...) 12. PEMOHON : TEDJO BAWONO Di Sekretariat, ada suratnya? 13. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Belum ada di sini 14. PEMOHON : TEDJO BAWONO Ada tanda terimanya, mohon maaf? 4

6 15. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Coba dilihat lagi. 16. HAKIM KONSTITUSI : Prof. ABDUL MUKHTIE FADJAR, S.H., M.S. Ya nanti Saudara Pemohon akan di cek ya? Apa surat kuasanya. Nah, perlu kami jelaskan bahwa kalau Anda menggunakan kuasa hukum untuk mewakili maka nanti yang akan lebih banyak bicara adalah kuasa hukumnya, kecuali kalau kuasa hukumnya itu, jadi di Mahkamah Konstitusi itu ada dua hal; diwakili oleh kuasa hukumnya, kedua didampingi oleh seseorang yang tempat berkonsultasi. Nah, ini bedanya kalau kuasa hukum nanti kuasa hukumnya yang akan nanti bicara. Ini mengingat pengujian norma, pengujian norma itu betul-betul oleh seseorang yang memahami norma hukum ya? Nah, ini tentu dalam hal ini kuasa hukum ya? 17. PEMOHON : TEDJO BAWONO Ya siap. 18. HAKIM KONSTITUSI : Prof. ABDUL MUKHTIE FADJAR, S.H., M.S. Jadi itu yang penting di dalam pengujian norma ya? Nah, kemudian di dalam sidang yang lalu itu juga sudah di kemukakan bahwa, apakah ini normanya yang salah? Norma yang di dalam Pasal 50 Undang-Undang Perbendaharaan Negara, karena itu berlaku untuk seluruh aset-aset negara. Sedangkan untuk yang Saudara alami sebetulnya dengan sudah kembalinya aset itu kepada Saudara bukan lagi menjadi aset Negara. Jadi lebih terkait dengan pelaksanaan dari itu. Jadi itu kalau di Jawa Timur-nya itu ya mokongnya walikota saja, kan begitu? 19. PEMOHON : TEDJO BAWONO Betul. 20. HAKIM KONSTITUSI : Prof. ABDUL MUKHTIE FADJAR, S.H., M.S. Kalau bahasa Suroboyonya kan mokongnya Walikota saja, jadi bukan kesalahan norma Pasal 50 itu, jadi mokongnya itu, mokongnya harus dengan bukan dengan menguji norma-normanya, tetapi bagaimana dengan cara itu, KY tidak ada kaitannya dengan perkara ini. 21. PEMOHON : TEDJO BAWONO Itulah Pak? 5

7 22. HAKIM KONSTITUSI : Prof. ABDUL MUKHTIE FADJAR, S.H., M.S. Jadi Mungkin kuasa hukumnya akan lebih menjelaskan tentang perkara ini 23. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Ya, jadi Bapak sudah tahu permasalahannya, kalau kita melihat dari apa yang di jelaskan dalam pokok perkara ini maka sebetulnya perkara ini sudah selesai di Mahkamah Agung, tetapi eksekusinya baru sebagian ya? Obyeknya sudah tetapi kemudian masih kurang 2 milyar sekian ya Pak ya? Jadi itu sebetulnya pelaksanaan eksekusinya. Jadi pelaksanaan eksekusi selebihnya yang belum kan? 24. PEMOHON : TEDJO BAWONO Ya. 25. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Kalau itu yang di ajukan, kemudian kita mengajukan judicial review terhadap Pasal 50 ini sebetulnya tidak tepat diajukan di sini, karena Pasal 50 itu dari zaman Hindia Belanda-pun dengan ICW atau institut, itu diatur karena memang barangkali barang milik negara itu adalah barang yang harus dipertahankan itu. Jadi persidangan yang lalu, kami juga sudah menjelaskan kepada Pak Tedjo tetapi bahwa Bapak menganggap bahwa pasal-pasal ini bertentangan dengan Konstitusi ya? Sedangkan tadi sudah dijelaskan bahwa dengan hubungan dengan Komisi Yudisial hubungannya sudah tidak ada lagi karena ini adalah perkara yang sudah selesai, begitu ya? Mungkin ada yang ditanyakan Pak Arsyad. 26. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum. Saudara Pemohon, kuasanya. Bisa tidak menjelaskan pada panel pada Mahkamah Konstitusi, langkah-langkah hukum apa sajakah setelah yang dieksekusi sebagian ya? Dan sebagiannya juga belum yaitu berkaitan dengan ganti rugi ya betul? berapa nilai ganti rugi yang dituntut antara (...) 27. PEMOHON : TEDJO BAWONO Ya betul. 6

8 28. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum. Berapa nilai ganti rugi yang dituntut itu? 29. PEMOHON : TEDJO BAWONO Antara 2,6 M Pak? 30. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum. 2,6 M itu disebutkan di dalam amar putusan? 31. PEMOHON : TEDJO BAWONO Betul 32. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum. Ya. Nah, sejauh angka ganti rugi ini, itu yang berkaitan dengan eksekusi ya di peradilan umum, berkaitan dengan penerapan hukum, berkaitan dengan putusan hakim kan begitu? 33. PEMOHON : TEDJO BAWONO Betul. 34. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum. Ya, Langkah-langkah hukum apa saja yang Saudara lakukan setelah eksekusi penyerahan kolam renang ini kepada Saudara dan Saudara sudah kuasai langkah-langkah hukum apa saja yang Saudara tempuh? 35. PEMOHON : TEDJO BAWONO Kami sudah menghadap ke pengadilan, pengadilan sudah memberikan teguran amaning kepada walikota agar melaksanakan kewajibannya, ternyata tidak ada tanggapan Pak, tanggapannya adalah bahwa Pemkot sedang memproses kepada Komisi Yudisial. 36. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum. Apa hubungannya Komisi Yudisial? 7

9 37. PEMOHON : TEDJO BAWONO Itulah yang kami tidak tahu Pak Hakim, itu yang dia bilang. 38. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum. Dalam proses hukum Saudara sendiri tidak akan berhasil itu kalau lari ke Komisi ke Yudisial 39. PEMOHON : TEDJO BAWONO Yang lari ke Komisi Yudisial itu adalah Pemkot Pak. 40. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum. Walaupun Pemkot juga keliru, PN juga keliru lalu, walikota juga keliru. Walikota itu siapa atasnya? Gubernur, gubernur siapa atasnya, Mendagri lalu Mendagri nanti kaitannya dengan Menteri Keuangan karena ada beban di sini, beban negara terhadap kelalaiannya terhadap warganya bukan lari ke sini. Apa yang dikemukakan Prof. Mukthie dan Ibu Ketua tadi bahwa Pasal 50 sejak zaman Belanda sudah tidak ada sudah dilarang menyita, Mahkamah Konstitusi dilarang menyita gedunggedung. Memang itu suatu larangan tapi Saudara sendiri mengajukan permohonan tentang adanya larangan menyita barang-barang milik negara karena itu milik publik, tapi Saudara ini kan ganti rugi, kalau ganti rugi itu larinya ke peradilan umum. Kalau itu sampai walikota tidak menyelesaikan bukan kaplingnya Komisi Yudisial itu harus ke gubernur, gubernur ke Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan. Itulah yang biasa menyelesaikan itu dan biasanya dalam praktik itu prosesnya ada prosedur yang harus ditempuh Mendagri kepada Menteri Keuangan untuk dianggarkan di dalam anggaran. Jadi ini proses pelaksanaan, kalau Saudara mau mencabut norma Pasal 50 ini bagaimana, dimana kerugian konstitusional saudara? Sedangkan saudara dirugikan katakanlah oleh eksekutif pemerintah, coba direnungkan dulu apa gambaran-gambaran yang disampaikan oleh Ibu Ketua maupun Prof Mukthie. Terima kasih. 41. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Ya ada yang mau dikemukakan Saudara Pemohon? 42. KUASA HUKUM PEMOHON : Ya terima kasih Bapak dan Ibu Hakim mungkin saya hanya menambahkan saja alur pikiran yang disampaikan oleh Prinsipal kami 8

10 adalah yang dipikir oleh Prinsipal kami adalah bagai mana ada suatu daya paksa, memang setelah kita baca dari Undang-Undang Perbendaharaan Negara itu ada larangan untuk melakukan sita terhadap aset-aset negara tapi kami di sini coba melihat bahwa sita ini dikenakan hanya untuk merupakan daya paksa, kalau di dalam persidangan biasa, setelah ada sita ada permohonan lelang untuk pelaksanaan, mungkin nanti permohonan lelang yang dilarang, yang tidak dilanjutkan tapi dengan adanya di sita sehingga Pemkot apabila membuat anggaran itu bisa memasukkan anggaran untuk pembayaran ganti rugi. Di sini bagaimana kita bisa menggerakkan Pemkot untuk melakukan kewajiban putusan pengadilan, karena kami minta pelaksanaan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya pengadilan itu sudah melakukan Amaning dan Pemkot bersembunyi di Pasal 50, bahwa Pasal 50 tidak bisa dan seterusnya-dan seterusnya. Kami mencoba mencari satu terobosan untuk membuat suatu daya paksa dan setelah kami mendapat penjelasan kami mendapat suatu perenungan juga buat kami karena memang sejak dulu falsafahnya yang namanya aset negara, itu aset publik yaitu aset yang tidak bisa dipindahtangankan, apalagi itu di sita saja tidak bisa. Mungkin di sini kita hanya melalui Mahkamah Konstitusi ada satu terobosan yang setidaktidaknya menjadi suatu daya paksa bagi ini, kalau memang Majelis Hakim Yang terhormat nanti dalam analisisnya bahwa menyatakan bahwa tidak bisa ya kami akan mencoba suatu pola-pola hukum yang lain. Mungkin begitu saja Bapak dan Ibu, terima kasih. 43. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum. Saudara Kuasa Pemohon memang bagus sekali pemikiran tapi perlu Saudara pahami bahwa Mahkamah Konstitusi itu bukan di atas Mahkamah agung. Kalau di sana pengadilan negeri, pengadilan tinggi MA, kemudian banding, negeri, kasasi lalu PK kalau di sini tidak bisa untuk menyatakan suatu putusan tidak bisa memberikan suatu putusan paksa. Jadi tidak ada dasar wewenang itu, karena kita di sini hanya mengadili normanya itu, apakah norma ini Konstitusi atau tidak. Jadi suatu pengalaman buat saudara dan dalam praktik pernah saya lakukan memang kalau dan saya tidak tahu pandangan Mahkamah Agung, apakah dia bisa memberikan satu argumentasi, argumen argumen acontrario terhadap eksekusi perkara untuk melaksanakan suatu perbuatan tertentu, itu ada dasar hukumnya. Di dalam HIR maupun di dalam RDG bahwa kalau yang bersangkutan tidak mau melaksanakan prestasi atau suatu perbuatan tertentu maka ketua pengadilan itu amaning dan melakukan eksekusi dan melakukan penyitaan dan dikategorikan sebagai nilai untuk membayar sejumlah uang, tapi Saudara ini gantirugi uang. Andaikata itu prestasi melakukan perbuatan tertentu itu bisa. 9

11 Tapi ini Saudara tidak, ini sudah prestasi penyerahan pengosongan Kali Brantasnya itu memberikan perbuatan tertentu untuk mengosongkan itu kolam renang, serahkan pada saudara itu sudah, nilai ganti rugi Saudara ini memang tidak ada pengaturannya di dalam HIR maupun RBg. Memang sudah ajukan ke sana dan pada akhirnya nanti itu ke PT ke MA kalaupun itu sudah tidak, kalau MA memerintahkan kepada PN untuk melaksanakan. Nah ini walikota tidak ada dasarnya untuk tidak melaksanakan itu, nah kalau dia serahkan bahwa Pasal 50 saudara naikkan ke tingkat PT, gubernur, kalau Saudara misalnya Saudara ke Mendagri dengan Menteri Keuangan itu akan berdebat tentang itu, berbicara tentang itu. Banyak putusan-putusan yang notabene dikatakan pemerintah melakukan perbuatan melanggar hukum onrechtmatige daad itu yang notabene karena dia melanggar hukum dikenakan juga ganti rugi dan itu berproses. Tetapi itu eksekusinya tidak bisa para eksekusi tidak bisa langsung harus melalui tahap-tahap proses, karena masalah budget, masalah anggaran itukan harus dibuat anggaran tentang itu. Nah ini, tetapi tidak lari sebenarnya ke sini apanya di sini? kok bisa, apakah Saudara setuju itu disita istana negara coba? itu yang Saudara hilangkan normanya itu, itulah berkali-kali itu Ibu Ketua dengan Prof. Mukhtie katakan coba? Apakah permohonan Saudara ini memang salah sasarannya ya itu? Kalau you mau meminta terobosan, pergi ke DPR rubah Undang- Undang, minta tambah lagi pasal wewenang Mahkamah Konstitusi. Nah itu, jadi ini Saudara perlu sekali, nah, itulah yang saya katakan tadi langkah hukum apa yang secara betul-betul Saudara bertahap Saudara lakukan. Nah ini, paham ini Pak? 44. KUASA HUKUM PEMOHON : Paham 45. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum. Ya terima kasih. 46. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Ya, jadi sebetulnya permohonan ini salah alamat Pak? Tidak ke sini ya? Karena kalau kita melihat Bapak minta dalam petitumnya menyatakan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 itu bertentangan dengan Pasal 28D, 28H ayat (2), 28I ayat (2), 28I ayat (4) ya? Kan rumusan-rumusan ini tidak mengenai tentang suatu hal penyitaan sebetulnya iya kan? Di sini, setiap orang berhak atas pengakuan jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Pak Tedjo kan sudah diputus oleh Mahkamah Agung, sampai ke Mahkamah Agung terus 10

12 dimenangkan. Berartikan perlindungannya sudah ada ya? Kemudian setiap orang berhak atas bebas dari perlakuan yang diskriminatif sebetulnya tidak ada juga kan? Yang mungkin berlaku diskriminatif mungkin walikotanya, tetapi walikotanya berlindung dibalik Pasal 50 tersebut, tetapi itu bukan wewenang kami untuk menekan supaya dilakukan eksekusi tambahan ya? Tetapi karena bapak sebagai kuasa hukum dan ini mengajukan bukti-bukti yang sudah disampaikan, maka kami akan menerima bukt-bukti itu dan kita sahkan, maka nanti akan saya ajukan ke Rapat Pleno Hakim dan nanti akan kita ambil keputusan bagaimana. Bapak kira-kira sikapnya bagaimana? dilanjutkan atau (...) 47. KUASA HUKUM PEMOHON : Ya, saya pikir kami menunggu keputusan dari Majelis saja, tidak masalah kalau memang nanti keputusannya ditolak atau bagaimana kami akan mematuhinya begitu, ya? 48. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Jadi 49. HAKIM KONSTITUSI : Dr. H.M. ARSYAD SANUSI, S.H., M.Hum. Jadi kalau ada sikap ini ya? Ada memang Mahkamah Konstitusi tidak menutup kemungkinan ya dari Saudara untuk menarik perkara ini, nah boleh. Nah itu, daripada saudara juga akhirnya itu juga bisa. Kalau Pasal 50 ini perbendaharaan negara dinyatakan ini inkonstitusional itu bagaimana pemikiran Saudara? itu bisa dibuka kemungkinannya sebelum Pleno memutuskan, tetapi sebelum itu boleh saja ya Saudara menarik ya perkara ini. Daripada Saudara ya Pak ya? jadi di sini kalau Saudara menarik terhadap perkara yang notabene pada akhirnya memang pada saatnya itu juga, nah ini, itulah juga yang Panel minta kepada Saudara bagaimana sikap secara obyektif Saudara bisa menilai tentang langkahlangkah upaya hukum yang Saudara tempuh ke Mahkamah Konstitusi dengan aplikasi penerapan hukum yang notabene yang belum selesai, penerapan hukum yang belum selesai aplikasi dari pelaksanaan hukum yang bene saudara bisa dimenangkan. Nah, hak-hak itu, itu tertuju kepada Mahkamah Agung ya? Kan begitu, tertuju kepada siapa tereksekusi? ya? pemerintah ini siapa? Nah ini, dan coba Saudara renungkan betul sebelum pada akhirnya Pleno itu juga sudah yang warnanya demikian masih bisa diberi kesempatan untuk Saudara menarik kembali perkara ini bahwa kami menyatakan menarik. Ya istilahnya kalau di peradilan umum, Majelis saya cabut perkara saya kan begitu? Nah itu, kalau disini tidak istilah itu, tetapi menarik kembali permohonan ini. 11

13 Barangkali sedikit penjelasan ya? Terima kasih. 50. PEMOHON : TEDJO BAWONO Mohon maaf, saya tambahkan. Begini Majelis Hakim, bahwa selama ini Pemerintah Kota Surabaya berlindung di balik otonomi daerah, jadi kita sudah mengadakan suatu upaya melalui atasannya kepada walikota, alasannya adalah tadi otonomi daerah begitu. Nah, kita mengharapkan terhadap tekanan ini mungkin ada suatu kesan lain daripada walikota untuk memahami masalah ini. Terima kasih. 51. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Ya, jadi otonomi daerah itu tidak lepas dari kerangka negara kesatuan, itu ditentukan dalam definisi otonomi daerah itu sendiri kan? Di daerah yang otonom dia boleh mengatur, dia boleh mengurus kepentingan daerah setempat tetapi sesuai dengan peraturan perundang-undangan sehingga harus tunduk pada peraturan yang lebih tinggi dan di dalam negara kesatuan itu. Dia tidak bisa ditafsirkan sendiri kan? 52. PEMOHON : TEDJO BAWONO Seharusnya begitu. 53. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Kalau di sini kalau kita melihat sebetulnya dari berkas-berkas yang ada, itu memang sudah ada Putusan Mahkamah Agung, sudah ada Menteri Dalam Negeri, ke Presiden bahkan. Jadi sebetulnya sudah dilakukan tetapi karena eksekusinya belum selesai nah, kemudian Bapak mengajukan ke sini ya? Jadi kalau Bapak belum bisa menarik atau tidak, maka kita akan beri kesempatan kepada Bapak untuk berpikir dan untuk itu belum? Kalau begitu kita sahkan dahulu alat-alat bukti yang Bapak ajukan atau baru berpikir lebih dahulu atau menghubungi Prinsipal terlebih dahulu ya? Jadi kita berikan kesempatan satu minggu tetapi oleh karena Bapak sudah mengajukan alat bukti maka kita sahkan alat bukti ya? Di sini alat bukti yang pertama menurut Bapak ini daftarnya sudah ada, daftarnya dimulai dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sampai P-25 Surat Menteri Sekretaris Negara RI tanggal 8 Juni 2005 Nomor R 77/Mensesneg/6/2005 yang ditujukan kepada Kepala Kepolisian Republik Indonesia perihak 12

14 perlindungan hukum terhadap Saudara Tedjo Bawono untuk pelaksanaan pelantikan kolam renang Brantas Jalan Irian Barat Nomor 37 sampai dengan 39 Surabaya, itu ya? Jadi ini semua lengkap, maka kami mengesahkan alat bukti tersebut KETUK PALU 1X Dan kami beri waktu Bapak satu minggu untuk berpikir untuk perbandingan Prinsipal Bapak, apakah bagaimana kelanjutan dari perkara ini, ada yang perlu dikemukakan lagi? 54. PEMOHON : TEDJO BAWONO Cukup Yang Mulia, terima kasih. 55. KETUA : Prof. Dr. MARIA FARIDA INDRATI, S.H., M.H. Kalau tidak ada perlu dikemukakan, maka saya tutup sidang ini dan kita akan beritahukan kapan Bapak mesti hadir di sini kembali. KETUK PALU 1X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB 13