MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi

1 Nomor : 004/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 004/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO. 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN BAB VI PASAL 36 AYAT (1), (2), (3), (4) & PASAL 11 AYAT (4) TERHADAP UUD 1945 KAMIS, 17 FEBRUARI 2005 JAKARTA 2005

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 004/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO.4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN BAB VI PASAL 36 AYAT (1), (2), (3), (4) & PASAL 11 AYAT (4) TERHADAP UUD 1945 KETERANGAN 1. H a r i : Kamis 2. Tanggal : 17 Februari Waktu : WIB 4. Tempat : Ruang Sidang Mahkamah Konstitusi Jl. Medan Merdeka Barat No. 7 Jakarta Pusat 5. Susunan Persidangan : 1. H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. (Ketua) 2. MARUARAR SIAHAAN, S.H. (Anggota) 3. I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. (Anggota) 6. Pemohon : Melur Lubis, S.H. Ali J. Siregar 7. Panitera Pengganti : Widi Astuti, S.H. 8. Acara : Pemeriksaan Pendahuluan 2

3 JALANNYA SIDANG SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Sidang Panel Mahkamah Konstitusi untuk mengadili, memeriksa Perkara Nomor 004/PUU-III/2005 dengan ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. Sebagaimana biasanya, sebelum melanjutkan pemeriksaan dipersilakan para Pemohon untuk memperkenalkan diri. Silakan. 2. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Majelis Hakim dan kepada para undangan, dan Saudara-saudara saya yang lainnya. Assalamu alaikum wr.wb. Saya bernama Melur Lubis, S.H. pengacara penasihat hukum dari Medan dan dengan ini, saya sebagai Pemohon dalam perkara perihal uji materiil Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Bab VI Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4) dan Pasal 11 ayat (4). Sekian dan terima kasih. 3. PEMOHON ALI J. SIREGAR KETUK 1 X Terima kasih, Majelis Hakim Konstitusi yang terhormat. Saya adalah suami dari Ibu Melur. Dalam hal ini, saya berkewajiban untuk mendampinginya dalam perkara konstitusi ini. Nama saya Ali J. Siregar, pekerjaan sekarang, pensiunan PNS. Terima kasih. 4. KETUA H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Bapak Siregar ini, sebagai suami, ya? Tapi juga sebagai pendamping atau sebagai apa? Kalau sebagai pendamping atau sebagai Kuasa, harus ada surat yang tegas dari Pemohon. Saudara Pemohon, sebagaimana lazimnya di dalam persidangan di Mahkamah Konstitusi, dipersilakan untuk menyampaikan pokok-pokok permohonannya. Jadi, tidak usah dibaca, ringkasan yang sebenarnya, high light- 3

4 nya, begitu. Apa yang dimohonkan oleh Pemohon, lalu apa legal standing Pemohon? Jadi, secara singkat tetapi lengkap dan jelas. Silakan menyampaikan di dalam persidangan ini. Kemudian nanti, di sini hanya merupakan Pemeriksaan Pendahuluan, para Hakim, nanti sesuai dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 berkewajiban atau diberi wewenang untuk memberi nasihat kepada Pemohon untuk memperbaiki permohonannya. Akan tetapi, sebelumnya secara singkat saja, tidak usah panjang lebar, tetapi lengkap. Singkat mengenai apa yang menjadi pokok permohonan dan juga mengenai masalah legal standing yang dipunyai oleh Pemohon. Silakan. 5. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Pemohon dalam hal uji materiil Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasan Kehakiman Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4) dan Pasal 11 ayat (4). Dalam hal ini Pemohon ingin menyampaikan, bahwa Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dalam mengadakan perubahan terhadap Undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman Nomor 70 Pasal 14 Tahun 1970, telah diadakan perubahan menjadi Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 dan disesuaikan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Dalam perubahan ini, kami merasa belum cukup untuk penyesuaian terhadap Undang-Undang Dasar 1945 karena ada sedikit permasalahan yang dapat kami berikan, yaitu di dalam Putusan Perkara Mahkamah Agung Nomor 4080/PDT/1948, di mana di sini Putusan Perkara Perdata belum mendapat kepastian hukum dari kami. Karena putusannya tidak diawasi oleh, tidak ada pengawasan oleh Pengadilan Tinggi maupun Mahkamah Agung. Untuk sementara, sekian dulu. 6. KETUA H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Jadi, di dalam Mahkamah Konstitusi ini yang dipersoalkan bukan masalah dilaksanakan atau tidaknya atau pada umumnya yang berkaitan dengan penerapan suatu bunyi perundang-undangan, tapi yang dipersoalkan adalah uji materiil atau uji formil, yaitu apakah undang-undang yang dipersoalkan itu, bertentangan atau tidak dengan Undang-Undang Dasar Kalau tadi kan, Ibu hanya mengatakan sampai bahwa, ini tidak dilakukan pengawasan oleh Mahkamah Agung. Jadi, di mana ini? Supaya kelihatan jelas bertentangan antara undang-undang yang dimaksud dengan Undang-Undang Dasar KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Bahwa tidak ada perbedaan dari kedua undang-undang ini sehingga maksud pengujian dibuat, daftar pelaksanaan pemimpin dan pengawas sebagai berikut: 1. Mengenai perkara pidana, pelaksananya Jaksa S1. 2. Dalam perkara perdata, pelaksananya adalah Panitera dan Juru Sita, ayat (1), 3. Di dalam perkara pidana pemimpinnya ada, yaitu Jaksa Agung. 4

5 4. Sedang di dalam perkara perdata, pemimpinnya Ketua Pengadilan. 5. Dalam perkara pidana, pengawasnya ada yaitu Ketua Pengadilan yang bersangkutan. 6. Di dalam perkara perdata tidak ada pengawasnya. 8. PEMOHON ALI J. SIREGAR Sehingga dengan demikian, kepastian hukum tidak ada, sehingga Undang- Undang Dasar Pasal 28D ayat (1) tentang kepastian hukum yang adil, tidak dapat diberikan oleh undang-undang ini. Ini yang mau diuji. Jadi, berdasarkan daftar tadi, tak ada pengawasnya. Jadi, Ketua Pengadilan Negeri itu di daerah, itu memiliki kekuasaan yang absolut, semaunya saja, sewenang-wenang. Itu yang kita mau uji, apakah benar atau tidak benar dia memiliki kekuasaan yang sewenang-wenang? Kekuasan yang sewenang-wenang ini, menyebabkan hak dan kewenangan konstitusional dari Pemohon, itu sudah jelas sekali dilanggar sampai sekarang. Tidak dijawab pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut dengan hak tadi. Jadi, mugkin masih ada keterangan yang kami akan perbaiki nanti, kalau kami dibebani supaya nanti dalam sidang berikutnya lebih jelas mana-mana yang lebih kabur, dalam konsepnya kami mohon diberkenanlah nasihat sebagaimana yang diutarakan oleh Majelis tadi, apa-apa yang masih kabur, yang masih kurang jelas, supaya kami catat dan kami berjanji sesuai undangundang dalam waktu 14 hari, nanti kami berikan yang lebih jelas. Terima kasih. 9. KETUA H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Kalau Pasal 11 ayat (4) sendiri, ini disebut sendiri di sini oleh Pemohon sendiri malah, diajukan sebagai sesuatu hal yang harus diuji juga. Tapi di sini, disebutkan Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan Pengadilan dan seterusnya. Bukankah ini merupakan suatu pengawasan? Ada pengawasan itu, yaitu hanya mungkin, pengawasan ini tidak dilaksanakan, apa demikian? 10. PEMOHON ALI J. SIREGAR Dalam Pasal 11 tersebut, memang tidak dilaksanakan, tetapi yang kami lihat dari daftar ini, Ketua Pengadilan mempunyai hak mutlak tak boleh diawasi. Ketua Pengadilan Tinggi tidak berhak mengawasi, Ketua Mahkamah Agung tidak berhak mengawasi. 11. KETUA H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Ini, Bapak Pendamping, Pasal 11 ayat (4) itu jelas, Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan pengadilan dalam lingkungan peradilan yang di bawah lingkungannya berdasarkan undang-undang. Jadi di sini, yang di bawah lingkunganya itu, ya Pengadilan Tinggi, Peradilan Umum, Peradilan Militer, Peradilan segala macam, puncak pada satu atap, kan? Ini sebenarnya pengawasan itu sudah ada dalam undang-undangnya, wewenang pengawasan itu, hanya mungkin, mereka tidak melaksanakannya sesuai dengan harapan dari Pemohon. 5

6 Demikian maksudnya. Tidak terdengar karena mikroponnya tidak dihidupkan. 12. KETUA H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Ini, Pasal 11 itu. 13. PEMOHON ALI J. SIREGAR Pengawas di sini, pengertian daripada pengawas atau perbuatan pengadilan, kan? Kita buat pertanyaan di konsep pertanyaan ini, apakah semua perbuatan Ketua Pengadilan termasuk yang diawasi di sini? Jadi kalau kita lihat daftar di sini, tadi pelaksananya Jaksa ayat (1), pemimpinnya ada. 14. KETUA H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Kalau memperundang-undangan itu, tidak bisa satu pasal-satu pasal, tapi harus dibaca secara keseluruhan, secara sistematis, sehingga nanti bisa diketahui secara menyeluruh. Jadi, kalau dibaca di sini yang dikemukakan oleh Pemohon sendiri, sebenarnya Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi. Adapun kalau tidak dilaksanakan, itu lain soal. 15. PEMOHON ALI J. SIREGAR Jadi, nanti kami perjelas ini nanti Bapak Ketua, Pasal 11 ayat (4) 16. HAKIM I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Terima kasih Bapak Ketua. Saudara Pemohon, sebelum Anda membuat permohonan ini, apakah Saudara sudah memahami Undang-undang tentang Mahkamah Konstitusi ini? Ayat-ayat, sudah dibaca dengan baik, begitu? 17. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Saya sudah memahaminya Pak, Cuma mungkin ada kekeliruan begitu. 18. HAKIM I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. Jadi begini, Pasal 31 dari permohonan ini, dari Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi itu mengatakan, Permohonan sekurang-kurangnya harus memuat pertama, nama dan alamat Pemohon, uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan sebagaimana dimaksud dan halhal yang diminta untuk diputus. Itu kemudian didukung oleh alat bukti, tentu saja begitu. Sedangkan Pasal 51 dari undang-undang ini, mengatakan adalah bahwa Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang. Siapa mereka? Dia bisa perorangan warga negara 6

7 Indonesia, dia bisa berupa kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang dia masih hidup, dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan. Itu yang diatur dalam undang-undang. Kemudian juga, badan hukum publik atau badan hukum privat atau lembaga negara. Jadi, maksud dari pasal ini adalah Saudara Pemohon itu harus terlebih dahulu harus menjelaskan kedudukan Saudara itu, sebagai apa? Apakah sebagai perorangan warga negara Indonesia? Apakah Saudara mau bertindak atas nama badan hukum, atau Saudara mewakili suatu kesatuan masyarakat hukum adat, ataukah Saudara bertindak atas nama lembaga negara? Itu harus jelas di dalam permohonan. Jadi, tentu saja kemudian apakah Saudara dalam status itu, hak konstitusional apa yang dirugikan oleh berlakunya suatu undang-undang? Itu yang mesti dijelaskan. Apa hak konstitusional yang dirugikan oleh berlakunya undang-undang ini? Jadi, harus jelas ini, kan Saudara Advokat? Kalau begini permohonannya, sudah jelas ini jadi obscure, kalau di dalam pengadilan ini, ya mungkin ini yang lebih disebut sebagai permohonan yang kabur, kan? Kalau ini tidak jelas juntrungannya, begitu orang mengatakan. Jadi, pertama yang harus dimuat adalah bahwa ada suatu undang-undang yang berlaku, undang-undang itu ternyata menurut anggapan Saudara, itu merugikan hak konstitusional Saudara. Mengapa itu harus dijelaskan. Mengapa Saudara merasa dirugikan? Kemudian yang dirugikan itu apa? Itu harus jelas, Karena yang disebut hak konstitusional menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003, itu adalah hak-hak yang diatur dalam Undang-Undang Dasar. Jadi, hak Saudara dalam kapasitas sebagai perorangan, misalnya, itu yang dirugikan berlakunya undang-undang itu, yang mana? Itu harus tegas di dalam permohonan. Kemudian, atas dasar itu, barulah kemudian Saudara tiba pada kesimpulan atau pada dictum, bahwa karena undang-undang ini, telah merugikan hak konstitusional saya selaku perorangan warga negara Indonesia, umpamanya begitu, bisa dilihat seperti itu, maka dictum-nya sebagaimana biasa, misalnya meminta mengabulkan atau kemudian menyatakan pasal yang Saudara minta, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Oleh karena itu, kemudian menyatakan, itu tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Jadi, tadi sudah disampaikan oleh Bapak Ketua, kita (Mahkamah Konstitusi) tidak akan menilai keputusan bahwa suatu putusan pengadilan tidak dilaksanakan. Itu bukan persoalan di Mahkamah Konstitusi. Tetapi apabila ada satu ketentuan undang-undang yang menurut anggapan Saudara, setidak-tidaknya terlebih dahulu, Saudara menganggap bahwa itu melanggar Undang-Undang Dasar 1945, atau bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, itulah yang akan kita uji. Jadi, bukan satu persoalan yang muncul dalam praktek, kemudian barangkali kalau tidak sesuai dengan keinginan Saudara umpamanya, lalu itu dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Itu tidak demikian. Tetapi ada satu ketentuan undang-undang yang jelas bertentangan dengan Undang- Undang Dasar 1945 dan itu merugikan hak konstitusional Saudara. Hak konstitusional Saudara sebagai apa? Itu ada empat kriteria tadi. Apakah sebagai perorangan warga negara Indonesia? Apakah sebagai kesatuan masyarakat hukum adat, sepanjang masih hidup dan sebagainya itu? Apakah sebagai lembaga negara, atau sebagai badan hukum publik atau privat? Sebab, ini masing-masing mempunyai hak atau kewenangan konstitusional yang berbeda, tidak sama untuk semua itu. Mungkin hak yang dimiliki perorangan 7

8 belum tentu dimiliki oleh masyarakat hukum adat. Hak konstitusional yang dimiliki oleh suatu masyarakat hukum adat, sebaliknya juga belum tentu dipunyai oleh perorangan. Begitu, umpamanya. Itu yang harus tegas di dalam permohonan, sehingga latar belakang dari permohonan Saudara Pemohon itu harus jelas dulu. Mana bagian dari itu. Sebab tadi, sebagaimana disampaikan oleh Bapak Ketua, tadi salah satu contoh, umpamanya dikatakan sudah mendalilkan tidak ada pengawasan untuk ini, padahal pasal itu dengan jelas mengatakan bahwa itu, ada pengawasan. Bahwa pelaksanaannya tidak demikian, itu bukan persoalan konstitusionalitas ini. Tentu persoalan dari pelaksanaan pengawasan itu sendiri. Itu berbeda masalahnya dengan permasalahan konstitusionalitas. Jadi demikian secara umum dari saya, dan sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang menurut Pasal 39, kiranya saya juga sebagai anggota Panel dalam pemeriksaan perkara ini, saya juga menasihatkan, agar tolong buat permohonan yang mudah dipahami, begitu. Jadi, kalau ini sulit kita memahami, secara sistematis, itu nanti disusun, entah tata bahasa, maupun alasan-alasannya kemudian apa yang Saudara persoalkan, lalu apa yang Saudara minta agar Mahkamah ini memutus, itu supaya jelas. Jadi, ada kronologi yang jelas dan kemudian tampak kausalitasnya. Hubungan kausalnya itu dan hubungan sebab akibatnya, sehingga Saudara tiba pada kesimpulan bahwa ada hak dari konstitusional Saudara yang terlanggar. Oleh karena itu, Saudara meminta kepada Mahkamah untuk memutus, bahwa suatu ketentuan undang-undang itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Itu, kronologisnya mesti jelas. Terima kasih Bapak Ketua. 19. KETUA H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Terima kasih, Bapak Hakim Palguna yang berhormat. Selanjutnya, silakan Bapak Maruarar Siahaan. 20. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Baiklah, Ibu Melur. Sebenarnya barangkali Ibu buntu di semua ini, baru Ibu datang ke sini, kan? Tapi juga salah masuk mungkin. Satu, Ibu Melur ini soal eksekusi saja, Ibu persoalkan dari dulu, tetapi perkara ini juga bukan perkara Ibu, bukan? 21. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Perkara klien saya. 22. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Itulah, jadi sekarang menjadi, kalau Ibu mau mendengar saya, saya lihat sudah semua surat ini ke KPK, semua kepada Bapak Bagir Manan, Ketua Pengadilan Tinggi semua sudah di sini. Barangkali ada Ibu yang harus dengar, mungkin Mahkamah Konstitusi yang Ibu harus dengar. 8

9 23. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Iya, iya, Bapak Hakim. 24. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Ini bukan di sini masuknya, sebenarnya. 25. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H.. Jadi salah masuk Pak? 26. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Iya, jadi, bicaralah kepada Bapak Bagir. Ini menguji undang-undang saja. Kalau undang-undang, misalnya dia tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, misalnya ada undang-undang seperti dikatakan melanggar HAM, tapi undang-undangnya ini semua sudah putusan pengadilan. Bahwa Ibu berpendapat eksekusinya tidak betul, atau ada yang tidak dieksekusi, Ibu bicaralah kepada Bapak Bagir Manan? Jadi tidak usah untuk ke Mahkamah Konstitusi. Jadi, ini jelas betul ini soal eksekusi. Ada rumah, kalau emasnya, kan sudah diterima? 27. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Belum, Bapak Hakim. 28. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Uang sudah diterima, menurut surat ini? 29. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Masih dititipkan di pengadilan, Bapak Hakim 30. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Iya, tapi Ibu tidak mau terima, kan? Barangkali, karena mau rumahnya, juga sama Ibu, begitu? Dieksekusi, begitu kalau saya baca ini? Jadi, supaya Ibu mau mendengar, meskipun sebenarnya bukan tugas kita, tapi sudah cukup yang disebutkan Bapak Hakim Palguna itu, Pasal 51 Undang-undang Mahkamah Konstitusi, legal standing, tapi sudahlah supaya jangan lelah, Ibu kan? Banyak ongkos dari sana ke sini, tapi nanti tidak bermanfaat. Kalau Ibu mau dengar. Jadi, ada Ibu yang harus mau dengar, Ketua Pengadilan Tinggi Medan, tidak berhasil, tapi Mahkamah Agung sudah bicara dengan Bapak Bagir? 31. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Bicara belum. 9

10 32. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Belum? Cobalah ke sana keluhan Ibu mengenai perkara ini. Jangan dulu dibawa-bawa masalah konstitusi, tidak ada yang salah dengan undang-undang kalau menurut saya, tapi mungkin orang salah? Orang salah itu, tidak ada urusan di sini, yang salah di sini, kalau undang-undang dibuat salah. Jadi, yang mana menurut Ibu eksekusi yang belum? Klien Ibu dimenangkan oleh pengadilan, harus dibayar uang 3 juta sekian, sama emas. Begitu? 33. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Iya. 34. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Itu saja atau ada yang lain? 35. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Ada yang lain Pak. Ada di situ tergugat 3, 4, 5, dan 6 itu tidak dieksekusi. 36. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Tidak dieksekusi, tapi ini utang piutang, kalau sudah dibayar, rumah tidak ikut. Apa memang itu yang Ibu minta? 37. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Maksudnya supaya poin-poin itu, dilaksanakan semua Bapak Hakim. Baru dijual lelang, kan baru. Ini karena kita sudah terlalu lama menunggu dan terlalu banyak kerugian Pak. 38. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Tapi kalau memang utang-piutang, sudah cukup sesuai dengan itu. Apa memang harus masih dilelang rumahnya? Kalau ini, yang menjadi soal bukan namanya KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Karena kami, sampai saat ini belum mendapatkan kepastian hukum. Itulah Bapak Hakim. Makanya, kami mengadakan kemari begitu. 40. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Memang, saya prihatin juga kalau itu? Namanya kita berdua, negara ini juga supaya ada kepastian hukum, tapi Ibu juga mau mendengarkan apa yang dinasihatkan oleh Mahkamah Agung. Oleh karena itu, saya sarankan Ibu ke sana saja, bicara bawa ini permohonan tapi cabutlah dulu ini. Kalau saya melihat, nanti 10

11 daripada Ibu marah sama kita, ini tidak merupakan soal yang harus diurusi oleh Mahkamah Konstitusi. Ini agak lain soalnya di sini? Saya simpati juga dengan Ibu ini, tapi juga harus bisa mendengar, daripada lelah Ibu bayar ongkos ke sana-ke mari, ini tidak sampai begini sebenarnya pemeriksaan pendahuluan, tapi daripada lelah, Bapak ini, kan dibawa suami ikut ke sini, bayar ongkos, mungkin menginap di rumah family berapa lama di sini? 41. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Karena begini Bapak Hakim, klien kita itu pun ingin kepastian itu Bapak Hakim, jadi mereka itu bermohon juga. 42. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Iya saya mengerti, tapi karena Ibu sudah mengatakan kepastian hukum bagi klien, sebenarnya dari sini pun sudah keliru, yang dimaksud di sini, yang diperjuangkan oleh orang adalah haknya sendiri. Jadi, kalau Ibu di sini memohon, Melur Lubis, S.H. (Advokat). Tetapi, kalau pun misalnya betul, Ibu dirugikan, itu bukan perkara Ibu. Bukan Ibu yang dirugikan, tapi klien Ibu, kan? 43. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Iya tapi saya kuasanya, Bapak Hakim. 44. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Iya, saya mengerti. Kuasanya itulah yang ke pengadilan, tapi kalau ke sini agaknya harus lagi Ibu perjuangkan, misalnya hak konstitusi klien Ibu. Bukan hak Ibu, itu yang dimaksud dengan legal standing itu. 45. PEMOHON ALI J. SIREGAR Kalau itu termasuk yang akan kami perbaiki untuk dimasukkan, karena akan kami masukkan, karena memang wajib kita uji, apakah ada pengawasan atau tidak? Itu yang akan kita uji tegas dia, ada pengawasan atau tidak, sesuai dengan Pasal 36 yang kami mohon uji. 46. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Iya Pak, saya mengerti ini, tapi bukan ada pengawasan atau tidak yang harus diperiksa Mahkamah Konstitusi? Tapi salah atau tidak undang-undang, begitu? Kalau yang itu, Mahkamah Agung. Bapak dan Ibu belum pernah berbicara dengan Bapak Bagir? Cobalah bawalah permohonan Ibu ini, kepada Bapak Bagir Manan, disarankan oleh Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi harus berbicara sama Bapak, bukan ke Mahkamah Konstitusi. Mau atau tidak Ibu begitu? Karena kalau di pengadilan negeri pun buat gugatan seperti ini, Ibu Melur sebagai Advokat, kalau saya jelas seperti dikatakan Pak anu itu bahwa ini obscure. Apa sebenarnya yang Ibu tuntut ini tidak jelas. Oleh karena itu kalau Bapak berkeras pelajari dulu undang-undang ini. Sudah punya Bapak? 11

12 47. PEMOHON ALI J. SIREGAR Ada diberi Bapak Hakim. Yang memberi, Panitera. 48. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Itu sudah bagus, tapi pelajari dulu dan cocokkan dulu dan tidak perlu panjang lebar begini. Misalnya daftar Saksi, ikut pula Ketua Mahkamah Agung, lalu Bapak Paulus, Ibu Emin Aminah. Jadi, sepertinya kurang serius. 49. PEMOHON ALI J. SIREGAR Jadi, mohonlah kami diberikan kesempatan dan memang kewajiban dari Majelis sudah dilaksanakan akan kami perbaiki dulu mungkin memang masih banyak yang masih kabur, kami rasakan juga itu. Tetapi tentunya, nantinya kami tidak sendirian lagi, kami mohon bantuan kawan-kawan dari Jakarta yang lebih ahli atau mungkin kita akan kuasakan ke Pengacara lain. 50. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. sini. Tapi kalau Bapak mau dengar sama Ibu, kalau saya tak usah diajukan ke 51. PEMOHON ALI J. SIREGAR. Memang kami dengar Bapak Hakim, tapi berikanlah kami kesempatan sesuai undang-undang. Mana yang masih kabur dan belum jelas, kami catat dan kami perbaiki, supaya memang dalam undang-undang kita, itu pengawasannya itu tegas. Kalau di sini, kita lihat ketentuan undang-undang yang baru, yang ada sekarang, tidak ada jelas di sini disebut pengawas. Karena pengertian pengawas dan penilai itu, ada perbedaan yang mungkin agak tipis, tapi ada. Kalau di undangundang kita itu, tidak ada itu disebut-sebut pengawas, sehingga kalau kita mewajibkan tuntutan hukum terhadap pengawas, itu tidak ada. Sedangkan pengawasan tertinggi yang dimiliki Mahkamah Agung, juga penjelasannya itu selayang. Jadi, kalau ini nanti kita uji, bisa kita dudukkan, saya kira tentu bukan kami saja yang merasakannya, mungkin seluruh rakyat Indonesia. Jadi, tidak ada salahnya diberikan kepada kami kesempatan untuk memperbaiki ini. Biar seluruhnya, duduk pada tempatnya, seperti yang Bapak inginkan. Jangan tidak diterima, kalau tidak ditolak, ya kabulkan, bukan begitu? Amandemen ini. Jadi, itu harapan kami, diberikan kesempatan. Majelis Hakim sudah melaksanakan kewajiban, kami mohon kesempatan, jadi jangan langsung diberikan vonis tidak diterima. 52. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Ini, namanya saran. Karena memang, saya takut nanti terlalu lelah Bapak ini, karena yang Bapak inginkan adalah eksekusi rumah, jadi dari eksekusi itu PN 12

13 mengatakan sebenarnya sudah dieksekusi, tapi Ibu menuntut eksekusinya, jangan hanya emasnya sama uangnya, tapi rumahnya juga. 53. PEMOHON ALI J. SIREGAR Yang kita mohon Bapak Hakim, kepastian hukumnya. 54. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Ya, saya mengerti itu. 55. PEMOHON ALI J. SIREGAR Jadi, karena materi pengawasan itu tidak pas, kami mohonlah diuji. Jadi, kami mohon kalau tidak dikabulkan, ya ditolak. Jangan tidak diterima, makanya sangat berharga. 56. KETUA H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Begini, belum memutus di sini, hanya memberi nasihat, memberi nasihat itu adalah untuk kepentingan para Pemohon sendiri. Tadi seperti dikatakan, jangan salah Pemohon sudah jauh berjalan, itu mengeluarkan tenaga dan biaya lain-lain, tahu-tahu nanti ini salah masuk. Ini yang disampaikan begitu, tapi kalau ini tidak mengikat, apa salahnya Bapak mau memasukkan, silakan masukan. Tetapi kalau seandainya nanti dipikir, di rumah dengan tenang, kalau mau mencabut, dan tidak usah meneruskan, ingin menggunakan jalur yang lebih tepat, right track, itu bisa. Nanti dilakukan bahwa kami menarik permohonan ini. Kemudian, nanti Bapak dan Ibu selain dianjurkan menghadap kepada Mahkamah Agung, bisa terjadi begitu? Tetapi kalau mau, sekarang mau melanjutkan, silakan. Tetapi jangan sampai, nanti sudah biaya sekian banyak, mungkin lebih besar daripada biaya dari eksekusi itu. Itu yang kami khawatirkan, begitu. Tetapi ini belum ada putusan. 57. PEMOHON ALI J. SIREGAR Terima kasih, Bapak Ketua. 58. KETUA H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Hanya memberikan nasihat saja. Tetapi, silakan saja. Sekarang kita beri waktu 14 hari, dalam 14 hari itu, silakan berpikir apakah akan memperbaiki ini, ataukah nanti berpikir akan menarik saja? Ini karena jalan yang lain yang akan Bapak-bapak, Ibu-ibu tempuh nanti. Silakan dipikirkan. 59. KUASA PEMOHON MELUR LUBIS, S.H. Dalam hal ini Bapak Ketua, kami dari Pemohon mengucapkan terima kasih banyak atas saran-saran yang Bapak berikan dan nasihat-nasihat yang Bapak berikan. Dalam hal ini, kami coba dulu untuk berpikir seperti yang Bapak bilang, 13

14 dalam tempo 14 hari ini. Mudah-mudahan ada terbuka pikiran kami untuk ke arah yang lebih baik. Terima kasih dan saya ucapkan sekali lagi terima kasih, Bapak Ketua. 60. KETUA H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. Baik, dan ini barangkali ini secara formalitas, ini juga surat keterangan ini perlu diperbaiki. Ini jangan disimpan di sini. Nanti, dikira untuk Hakim ini, jadi ini harus diperbaiki, ditempel materainya lalu ditandatangani. Baiklah, barangkali cukup sekian Bapak, Ibu. Pertimbangkan sekali lagi 14 hari. Apakah Bapak mau terus seperti itu atau nanti berpikir lebih baik ke Mahkamah Agung saja, begitu ya. Itu lebih singkat. Baik dengan demikian, maka sementara Sidang Panel Mahkamah Konstitusi untuk mengadili Perkara Nomor 004/PUU-III/2005, dengan ini saya nyatakan ditutup dan akan dilanjutkan dengan waktu yang ditentukan kemudian. KETUK 3X SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 14