Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009
|
|
- Hartanti Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAMPIRAN
2 Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009 Uraian Jumlah (Rp) Total Ekspor (Xt) 1,211,049,484,895, Total Impor (Mt) 1,006,479,967,445, Penerimaan Pajak Ekspor (TXt) 9,336,000,000, Penerimaan Pajak Impor (TMt) 19,160,000,000, Nilai Tukar Rupiah/USD (OERt) 10, Sumber : Badan Pusat Statistik 2010 SCF t = = X t+ M t X t Tx t + M t Tm t , ( ) = 99,56% SERt = OERt SCFt = ,38 99,56persen = ,43 Lampiran 2. Perhitungan Harga Bayangan Input Pupuk Urea dan TSP No. Keterangan Urea TSP 1 FOB ($/ton) 249,60 257,40 2 Freight and Insurance ($/ton) 37,44 38,61 3 CIF Indonesia ($/ton) 287,04 296,01 4 Nilai Tukar (Rp/$) , ,38 5 Premiun Nilai Tukar (%) 99,56% 99,56% 6 Nilai Tukar Equilibrium (Rp/$) , ,32 7 FOB Indonesia dalam mata uang domestik , ,35 (Rp/ton) 8 Faktor konversi berat (kg/ton) 0,001 0,001 9 FOB Indonesia dalam mata uang domestik 2.996, ,44 (Rp/kg) 10 Biaya transportasi dan penanganan (Rp/kg) 70,00 70,00 11 Harga paritas impor tingkat pedagang 3.066, ,44 besar (Rp/kg) 12 Biaya distribusi ke tingkat petani (Rp/kg) Cikampek Bogor Bogor pengecer 32,00 32,00 13 Harga di tingkat petani
3 Lampiran 3. Perhitungan Harga Bayangan Output Jambu Biji Tahun 2009 No. Keterangan Nilai 1 FOB ($/kg) 2,81 2 Nilai tukar ,38 3 Premium nilai tukar (%) 99,56% 4 Nilai tukar bayangan (Rp/$) ,32 5 Harga FOB (Rp/kg) ,29 Biaya transportasi dan penanganan: 6 Premi asuransi (Rp/kg) Penanganan/ bongkar muat (Rp/kg) Keuntungan eksportir (Rp/kg) Harga di tingkat eksportir (Rp/kg) Biaya penyimpanan (Rp/kg) Biaya retribusi (Rp/kg) Biaya pengemasan (Rp/kg) 174 Biaya transportasi (Rp/kg) 200 Biaya Sortasi (Rp/kg) 350 Keuntungan pedagang besar (Rp/kg) Harga di tingkat pedagang besar (Rp/kg) Biaya distribusi ke tingkat petani: 14 Biaya pemanenan (Rp/kg) Biaya sortasi dan penanganan (Rp/kg) 240 Biaya penyusutan (Rp/kg) Biaya transportasi (Rp/kg) Keuntungan pedagang (Rp/kg) Harga di tingkat petani Lampiran 4. Perhitungan Penyusutan Peralatan Usahatani Jambu Biji Tahun 2009 No. Peralatan Jumlah Harga Umur Nilai Penyusutan (unit) (Rp) teknis 1 Cangkul Golok Handsprayer Gunting pangkas 5 Garpu Arit Total
4 Lampiran 5. Rincian Penerimaan, Biaya Finansial dan Ekonomi dalam Komponen Domestik dan Asing pada Usahatani Jambu Biji Tahun 2009 (Rp/Ha) No. Input/Output Ekonomi Finansial Domestik Asing Total Domestik Asing Pajak Total A Penerimaan Output jambu B Biaya produksi 1 Pupuk P. kandang Urea TSP Obat-obatan Decis Dusbran Round up Kertas koran Plastik Peralatan Cangkul Golok Handsprayer Gunting pangkas Garpu Arit Sewa lahan Modal Tenaga kerja Pemupukan Penyemprotan Pemangkasan Penyiangan Pembungkusan PBB Total
5 Lampiran 6. Tabel PAM Usahatani Jambu Biji di Kecamatan Tanah Sareal Tahun 2009 (Rp/Ha) Uraian Penerimaan Biaya Input Keuntungan Privat Sosial Dampak Kebijakan Keuntungan Privat (PP) = Rasio Biaya Privat (PCR) = 0,488 Keuntungan Sosial (SP) = Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) = 0,254 Transfer Output (TO) = Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = 0,661 Transfer Input (TI) = Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) = 1,043 Transfer Faktor = Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = 0,657 Transfer Bersih (NT) = Koefisien Keuntungan (PC) = 0,451 Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) = -0,405 97
6 Lampiran 7. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji dengan Penurunan Harga Jambu Biji Domestik sebesar 15persen (Rp/Ha) Komponen Penerimaan Biaya Input Keuntungan Privat Sosial Divergensi Keuntungan Privat (PP) = Rasio Biaya Privat (PCR) = 0,576 Keuntungan Sosial (SP) = Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) = 0,254 Transfer Output (TO) = Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = 0,562 Transfer Input (TI) = Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) = 1,043 Transfer Faktor = Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = 0,468 Transfer Bersih (NT) = Koefisien Keuntungan (PC) = 0,317 Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) = -0,505 98
7 Lampiran 8. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji dengan Penurunan Harga Jambu Biji Internasional sebesar 17persen (Rp/Ha) Komponen Penerimaan Biaya Input Keuntungan Privat Sosial Divergensi Keuntungan Privat (PP) = Rasio Biaya Privat (PCR) = 0,488 Keuntungan Sosial (SP) = Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) = 0,379 Transfer Output (TO) = Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = 0,982 Transfer Input (TI) = Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) = 1,043 Transfer Faktor = Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = 0,981 Transfer Bersih (NT) = Koefisien Keuntungan (PC) = 0,809 Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) = -0,117 99
8 Lampiran 9. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji dengan Kenaikan Harga Jambu Biji Domestik sebesar 20persen (Rp/Ha) Komponen Penerimaan Biaya Input Keuntungan Privat 31, Sosial Divergensi Keuntungan Privat (PP) = Rasio Biaya Privat (PCR) = 0,406 Keuntungan Sosial (SP) = Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) = 0,254 Transfer Output (TO) = Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = 0,793 Transfer Input (TI) = Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) = 1,043 Transfer Faktor = Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = 0,791 Transfer Bersih (NT) = Koefisien Keuntungan (PC) = 0,630 Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) = -0,
9 Lampiran 10. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji dengan Kenaikan Harga Pupuk Anorganik sebesar 35 persen (Rp/Ha) Komponen Penerimaan Biaya Input Keuntungan Privat Sosial Divergensi Keuntungan Privat (PP) = Rasio Biaya Privat (PCR) = 0,490 Keuntungan Sosial (SP) = Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) = 0,254 Transfer Output (TO) = Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = 0,661 Transfer Input (TI) = Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) = 1,068 Transfer Faktor = Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = 0,657 Transfer Bersih (NT) = Koefisien Keuntungan (PC) = 0,449 Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) = 0,
10 Lampiran 11. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji dengan Penurunan Harga Pupuk Anorganik sebesar 35persen (Rp/Ha) Komponen Penerimaan Biaya Input Keuntungan Privat Sosial Divergensi Keuntungan Privat (PP) = Rasio Biaya Privat (PCR) = 0,487 Keuntungan Sosial (SP) = Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) = 0,254 Transfer Output (TO) = Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = 0,661 Transfer Input (TI) = Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) = 1,019 Transfer Faktor = Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = 0,657 Transfer Bersih (NT) = Koefisien Keuntungan (PC) = 0,452 Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) = 0,
11 Lampiran 12. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji Apabila PPN 10 persen Dihapuskan (Rp/Ha) Komponen Penerimaan Biaya Input Keuntungan Privat Sosial Divergensi Keuntungan Privat (PP) = Rasio Biaya Privat (PCR) = 0,485 Keuntungan Sosial (SP) = Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) = 0,254 Transfer Output (TO) = Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = 0,661 Transfer Input (TI) = Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) = 0,946 Transfer Faktor = Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = 0,658 Transfer Bersih (NT) = Koefisien Keuntungan (PC) = 0,454 Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) = -0,
12 Lampiran 13. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji Apabila Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat Menguat 6 persen (Rp/Ha) Komponen Penerimaan Biaya Input Keuntungan Privat Sosial Divergensi Keuntungan Privat (PP) = Rasio Biaya Privat (PCR) = 0,488 Keuntungan Sosial (SP) = Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) = 0,287 Transfer Output (TO) = Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = 0,747 Transfer Input (TI) = Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) = 1,051 Transfer Faktor = Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = 0,744 Transfer Bersih (NT) = Koefisien Keuntungan (PC) = 0,534 Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) = -0,
13 Lampiran 14. Analisis Sensitivitas Usahatani Jambu Biji Tahun 2009 Apabila Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat Melemah 6 persen (Rp/Ha) Komponen Penerimaan Biaya Input Keuntungan Privat Sosial Divergensi Keuntungan Privat (PP) = Rasio Biaya Privat (PCR) = 0,488 Keuntungan Sosial (SP) = Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) = 0,228 Transfer Output (TO) = Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = 0,593 Transfer Input (TI) = Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) = 1,036 Transfer Faktor = Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = 0,588 Transfer Bersih (NT) = Koefisien Keuntungan (PC) = 0,390 Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) = -0,
14 Lampiran 15.Analisis Sensitivitas Gabungan Pengaruhnya pada Harga Privat (Rp/Ha) Komponen Penerimaan Biaya Input Keuntungan Privat Sosial Divergensi Keuntungan Privat (PP) = Rasio Biaya Privat (PCR) = 0,446 Keuntungan Sosial (SP) = Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) = 0,254 Transfer Output (TO) = Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = 0,694 Transfer Input (TI) = Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) = 0,922 Transfer Faktor = Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = 0,692 Transfer Bersih (NT) = Koefisien Keuntungan (PC) = 0,513 Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) = -0,
15 Lampiran 16. Analisis Sensitivitas Gabungan Pengaruhnya pada Harga Sosial (Rp/Ha) Komponen Penerimaan Biaya Input Keuntungan Privat Sosial Divergensi Keuntungan Privat (PP) = Rasio Biaya Privat (PCR) = 0,488 Keuntungan Sosial (SP) = Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) = 0,332 Transfer Output (TO) = Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = 0,860 Transfer Input (TI) = Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) = 1,036 Transfer Faktor = Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = 0,857 Transfer Bersih (NT) = Koefisien Keuntungan (PC) = 0,657 Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) = -0,
16 Lampiran 17. Ketentuan Mutu Jambu Biji Menurut Rancangan SNI jambu Biji Berikut adalah ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam SNI jambu biji menurut Badan Standardisasi Nasional Indonesia (2009): 1. Ketentuan Minimum Persyaratan minimum yang harus dipenuhi untuk semua kelas buah jambu biji antara lain adalah : Utuh Penampilan segar Padat Layak dikonsumsi, tidak busuk atau rusak Bersih, bebas dari benda-benda asing Bebas dari memar yang menyebabkan perubahan rasa dan penampilan Bebas dari hama dan penyakit Bebas dari kerusakan akibat serangan hama dan/atau penyakit kecuali akibat dari faktor lingkungan yang tidak dapat dihindarkan tetapi tidak memengaruhi penampilan umum produk Bebas dari kelembapan eksternal yang abnormal, kecuali kondensasi sesaat setelah pemindahan dari tempat penyimpanan dingin Bebas dari aroma dan rasa asing. Jambu biji harus dipanen dengan hati-hati dan telah mencapai tingkat kematangan yang tepat sesuai dengan kriteria varietas, serta daerah tempat tumbuhnya. Tingkat perkembangan dan kondisi buah jambu biji pada saat panen harus dapat : Mendukung penanganan, pengangkutan dan distribusi buah ; 108
17 Sampai di pasar yang dituju dalam kondisi yang diinginkan. 2. Klasifikasi Jambu biji untuk konsumsi segar digolongkan dalam 3 (tiga) kelas kualitas seperti berikut : 1) Kelas Super Jambu biji pada kelas ini harus berkualitas super. Jambu biji harus sesuai dengan karakteristik varietas. Jambu biji harus bebas dari cacat kecuali cacat yang sangat kecil pada permukaan yang tidak memengaruhi penampilan secara umum, kualitas, kualitas simpan dan keberadaan produk dalam kemasan. 2) Kelas A Jambu biji pada kelas ini harus berkualitas baik dan berkarakter sesuai dengan varietas. Cacat yang sangat kecil pada buah masih diperbolehkan sejauh tidak memengaruhi penampilan umum, kualitas, kualitas simpan dan keberadaan produk dalam kemasan. Beberapa penyimpangan yang masih diperbolehkan adalah: Sedikit penyimpangan pada bentuk dan warna ; Cacat sedikit pada kulit buah seperti tergores atau kerusakan mekanis lainnya seperti terpapar sinar matahari. Total area yang cacat tidak lebih dari 5 persen dari luas total seluruh permukaan buah. Penyimpangan pada kulit buah tidak boleh memengaruhi daging buah. 3) Kelas B Jambu biji pada kelas ini adalah jambu biji yang tidak memenuhi persyaratan untuk kelas yang lebih tinggi namun masih memenuhi persyaratan 109
18 minimum. Penyimpangan yang masih diperbolehkan sejauh masih mempertahankan karakter penting kualitas, kualitas simpan dan penampilan produk, adalah : penyimpangan pada bentuk dan warna; cacat pada kulit akibat tergores dan kerusakan lain seperti terpapar sinar matahari. Total area yang cacat tidak lebih dari 10 persen dari luas total seluruh permukaan buah. Penyimpangan pada kulit buah tidak boleh memengaruhi daging buah. 3. Ketentuan Ukuran Ukuran ditentukan berdasarkan bobot atau diameter maksimum buah yang diukur secara melintang. Tabel 23 memperlihatkan ketentuan mengenai ukuran jambu biji: Tabel 23. Klasifikasi Jambu Biji Berdasarkan Bobot dan Diameter Buah Kode Ukuran* Bobot (gram) Diameter (mm) 1 >450 > <35 < 30 Keterangan: *) Mengacu pada deskripsi varietas 4. Ketentuan Toleransi Toleransi dalam hal kualitas dan ukuran masih dimungkinkan dalam setiap kemasan untuk produk yang tidak memenuhi syarat yang ditetapkan untuk setiap kelas. 110
19 Toleransi Mutu 1) Kelas Super Lima persen dari jumlah atau bobot jambu biji boleh tidak memenuhi ketentuan kelas super tetapi masih termasuk dalam kelas A atau masih berasal dalam batas toleransi kelas tersebut. 2) Kelas A Sepuluh persen dari jumlah atau bobot jambu biji boleh tidak memenuhi ketentuan kelas A tetapi masih termasuk dalam kelas B atau masih berasal dalam batas toleransi kelas tersebut. 3) Kelas B Sepuluh persen dari jumlah atau bobot jambu biji boleh tidak memenuhi ketentuan kelas B atau persyaratan minimum (point 4.1), dengan pengecualian buah yang sudah dipengaruhi oleh pembusukan atau kerusakan lain yang menyebabkan tidak layak dikonsumsi. Toleransi Ukuran Untuk semua kelas, batas toleransi yang diperbolehkan adalah 10 persen berdasarkan jumlah atau bobot, tetapi berada tepat di atas atau di bawah kisaran ukuran yang ditentukan pada tabel ketentuan mengenai ukuran. 5. Ketentuan Keseragaman Keseragaman Isi setiap kemasan harus seragam dan hanya berisi jambu biji dari kawasan, varietas/tipe komersial, kualitas dan ukuran yang sama. Bagian isi yang tampak dari kemasan harus mencerminkan keseluruhan isi kemasan. 111
20 Pengemasan Jambu biji harus dikemas dengan cara yang dapat melindungi buah dengan baik. Bahan yang digunakan di dalam kemasan harus baru (termasuk bahan daur ulang yang sesuai untuk makanan), bersih dan menjaga kualitas untuk mencegah kerusakan eksternal maupun internal produk. Penggunaan bahan-bahan terutama kertas atau label spesifikasi produk yang dicetak masih dimungkinkan dengan menggunakan tinta atau lem yang tidak beracun. Jambu biji dikemas dalam kontainer sesuai dengan rekomendasi internasional untuk pengemasan dan pengangkutan buah tropika segar dan sayuran (CAC/RCP ). Kemasan Kemasan harus memenuhi syarat kualitas, higienis, ventilasi, dan ketahanan untuk menjamin kesesuaian penanganan, pengangkutan, distribusi, dan menjaga kualitas. Kemasan harus bebas dari bahan dan bau asing. 112
21 Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian Proses penimbangan jambu biji Proses penyortiran jambu biji Kebun jambu biji Proses wawancara pedagang Alat-alat pertanian dalam usahatani jambu biji 113
IV. METODE PENELITIAN. Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Studi kasus penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sukaresmi dan Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purpossive
Lebih terperinciVI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI
VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI Daya saing usahatani jambu biji diukur melalui analisis keunggulan komparatif dan kompetitif dengan menggunakan Policy
Lebih terperinciVII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI
VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI Analisis sensitivitas perlu dilakukan karena analisis dalam metode
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cilembu (Kecamatan Tanjungsari) dan Desa Nagarawangi (Kecamatan Rancakalong) Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciSNI 4230:2009. Standar Nasional Indonesia. Pepaya
Standar Nasional Indonesia Pepaya ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Ketentuan mengenai
Lebih terperinciSNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.
Standar Nasional Indonesia Jeruk keprok ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Ketentuan
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP JERUK SIAM
VI ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP JERUK SIAM 6.1. Analisis Daya Saing Analisis keunggulan kompetitif dan komparatif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan kemampuan jeruk
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
51 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga tempat di Provinsi Bangka Belitung yaitu Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung.
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
45 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan daerah tersebut dilakukan secara purposive
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pasir Penyu dan Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Kabupaten Indragiri Hulu terdiri
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian
II. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif analitis. Menurut Nazir (2014) Metode deskriptif adalah suatu metode dalam
Lebih terperinciANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG
ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG VI. 6.1 Analisis Dayasaing Hasil empiris dari penelitian ini mengukur dayasaing apakah kedua sistem usahatani memiliki keunggulan
Lebih terperinciVI. ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM DEDDY FISH FARM
VI. ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM DEDDY FISH FARM Analisis keunggulan komparatif dan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta
Lebih terperinciLampiran 1. Syarat Mutu Lada Putih Mutu I dan Mutu II. binatang
131 Lampiran 1. Syarat Mutu Lada Putih Mutu I dan Mutu II No Jenis Uji Satuan 1 Cemaran Binatang 2 Warna 3 Kadar Benda Asing (b/b) 4 Kadar Biji Enteng (b/b) 5 Kadar Cemaran Kapang 6 Kadar Warna Kehitam-hitaman
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan
33 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Konsep Dasar Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Samarang. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi gula lokal yang dihasilkan
Lebih terperinci3.5 Teknik Pengumpulan data Pembatasan Masalah Definisi Operasional Metode Analisis Data
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii ABSTRAK... xiii ABSTRACT...
Lebih terperinciVI. ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK
VI. ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK 6.1 Analisis Keuntungan Sistem Komoditas Belimbing Dewa di Kota Depok Analisis keunggulan komparatif
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Fish Farm) dilaksanakan di lokasi usaha yang bersangkutan yaitu di daerah
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Studi kasus penelitian mengenai Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Usaha Pembenihan Ikan Patin Siam (Studi Kasus : Perusahaan Deddy Fish Farm) dilaksanakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciBAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini diperoleh beberapa simpulan, implikasi kebijakan dan saran-saran seperti berikut. 7.1 Simpulan 1. Dari
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang. jagung per musim tanam yang, diukur dalam satuan ton.
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis terhadap tujuan
Lebih terperinciIV METODOLOGI PENELITIAN
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada petani tebu di wilayah kerja Pabrik Gula Sindang Laut Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciSNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional
Standar Nasional Indonesia Durian ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karangasem dengan lokasi sampel penelitian, di Desa Dukuh, Kecamatan Kubu. Penentuan lokasi penelitian dilakukan
Lebih terperinciANALISIS SENSITIVITAS
VII ANALISIS SENSITIVITAS 7.1. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari perubahan kurs mata uang rupiah, harga jeruk siam dan harga pupuk bersubsidi
Lebih terperinciVII. ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PADA USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN Kerangka Skenario Perubahan Harga Input dan Output
VII. ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PADA USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN 7.1. Kerangka Skenario Perubahan Harga Input dan Output Perubahan-perubahan dalam faktor eksternal maupun kebijakan pemerintah
Lebih terperinciAnalisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Beras Organik Ekspor (Suatu Kasus di Gapoktan Simpatik Kabupaten Tasikmalaya)
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Beras Organik Ekspor (Suatu Kasus di Gapoktan Simpatik Kabupaten Tasikmalaya) Tirsa Neyatri Bandrang, Ronnie S. Natawidjaja, Maman Karmana Program Magister
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. 4.1 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Menurut penelitian Fery (2013) tentang analisis daya saing usahatani kopi Robusta di kabupaten Rejang Lebong dengan menggunakan metode Policy Analiysis
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Daya Saing Perdagangan Internasional pada dasarnya merupakan perdagangan yang terjadi antara suatu negara tertentu dengan negara yang
Lebih terperinciDAYA SAING KEDELAI DI KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP
DAYA SAING KEDELAI DI KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP PURWATI RATNA W, RIBUT SANTOSA, DIDIK WAHYUDI Fakultas Pertanian, Universitas Wiraraja Sumenep ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis
Lebih terperinciVII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING LADA PUTIH
93 VII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING LADA PUTIH 7.1. Justifikasi Harga Bayangan Penelitian ini, untuk setiap input dan output ditetapkan dua tingkat harga, yaitu harga
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN. Daya saing adalah suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen
III METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Daya saing adalah suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan mutu yang cukup baik dan
Lebih terperinciVIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT
83 VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT 8.1. Struktur Biaya, Penerimaan Privat dan Penerimaan Sosial Tingkat efesiensi dan kemampuan daya saing rumput laut di
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Usaha Sapi Potong di Kabupaten Indrgiri Hulu 5.1.1. Profitabilitas Privat dan Sosial Usaha Sapi Potong Usaha peternakan sapi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. peneliti menggunakan konsep dasar dan batasan oprasional sebagai berikut:
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda pada penelitian ini, maka peneliti menggunakan konsep dasar dan batasan oprasional sebagai
Lebih terperincisesuaian harga yang diterima dengan cost yang dikeluarkan. Apalagi saat ini,
RINGKASAN Kendati Jambu Mete tergolong dalam komoditas unggulan, namun dalam kenyataannya tidak bisa dihindari dan kerapkali mengalami guncangan pasar, yang akhirnya pelaku (masyarakat) yang terlibat dalam
Lebih terperinciPendapatan Rata-Rata Peternak Sapi Perah Per Ekor/Bulan
LAMPIRAN 82 Lampiran 1. Pendapatan Rata-Rata Peternak Sapi Perah Per Ekor/Bulan No Keterangan Jumlah Satuan Harga Nilai A Penerimaan Penjualan Susu 532 Lt 2.930,00 1.558.760,00 Penjualan Sapi 1 Ekor 2.602.697,65
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
28 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari Bulan Pebruari sampai April 2009, mengambil lokasi di 5 Kecamatan pada wilayah zona lahan kering dataran rendah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Definisi operasional dan konsep dasar ini mencakup semua pengertian yang
III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Konsep Dasar Definisi operasional dan konsep dasar ini mencakup semua pengertian yang dipergunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan
Lebih terperinciLampiran 1. Produksi dan Luas Areal Kopi Arabika di Kabupaten Tapanuli Utara Periode Perkembangan (%) Luas Areal (Ha) Perkembangan (%)
Lampiran 1. Produksi dan Luas Areal Kopi Arabika di Kabupaten Tapanuli Utara Periode 2007-2012 Tahun Produksi (Ton) Perkembangan (%) Luas Areal (Ha) Perkembangan (%) Produktivitas (Ton/ha) 2007 9.057,07-8.554,23-1,06
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Daya Saing Daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditi dengan mutu yang baik dan biaya produksi
Lebih terperinciJurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 2. No 1 Juni 2008)
1 ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PENGUSAHAAN KOMODITI JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN A. Faroby Falatehan 1 dan Arif Wibowo 2 1 Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan
Lebih terperinciBEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH
BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH SNI 6128:2015 BERAS Ruang lingkup : SNI ini menetapkan ketentuan tentang persyaratan mutu, penandaan dan pengemasan semua jenis beras yang diperdagangkan untuk konsumsi.
Lebih terperinciANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF BERAS SOLOK ORGANIK Mardianto 1, Edi Firnando 2
ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF BERAS SOLOK ORGANIK Mardianto 1, Edi Firnando 2 email: mardianto.anto69@gmail.com ABSTRAK 9 Penelitian tentang Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KEDELAI VS PENGUSAHAAN KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR
ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KEDELAI VS PENGUSAHAAN KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR Syahrul Ganda Sukmaya 1), Dwi Rachmina 2), dan Saptana 3) 1) Program
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUKSI KAKAO DI JAWA TIMUR
ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUKSI KAKAO DI JAWA TIMUR Dede Haryono 1, Soetriono 2, Rudi Hartadi 2, Joni Murti Mulyo Aji 2 1 Program Studi Agribisnis Program Magister
Lebih terperinciVII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL
VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Daya Saing Dalam sistem perekonomian dunia yang semakin terbuka, faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan dunia (ekspor dan impor)
Lebih terperinciJIIA, VOLUME 1, No. 4, OKTOBER 2013
DAYA SAINGJAGUNG DI KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Competitiveness of Corn in Sekampung Udik District of East Lampung Regency) Cahya Indah Franiawati, Wan Abbas Zakaria, Umi Kalsum Jurusan
Lebih terperinciJurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009)
58 ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF KAIN TENUN SUTERA PRODUKSI KABUPATEN GARUT Dewi Gustiani 1 dan Parulian Hutagaol 2 1 Alumni Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen - IPB
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabai?
Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka
Lebih terperinciLampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Ubi Jalar Seluruh Provinsi Tahun 2009
Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Ubi Jalar Seluruh Provinsi Tahun 2009 Provinsi Luas Panen Produksi(Ton) Produktivitas(Ku/Ha) (Ha) Indonesia 183 874 2 057 913 111,92 Aceh 1 519
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING APEL JAWA TIMUR (Studi Kasus Apel Batu, Nongkojajar dan Poncokusumo)
ANALISIS DAYA SAING APEL JAWA TIMUR (Studi Kasus Apel Batu, Nongkojajar dan Poncokusumo) Novi Itsna Hidayati 1), Teguh Sarwo Aji 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan ABSTRAK Apel yang
Lebih terperinciMACAM-MACAM ANALISA USAHATANI
MACAM-MACAM ANALISA USAHATANI Pendahuluan Sebelum melakukan analisis, data yang dipakai harus dikelompokkan dahulu : 1. Data Parametrik : data yang terukur dan dapat dibagi, contoh; analisis menggunakan
Lebih terperinciDAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN IMPOR BAWANG MERAH TERHADAP USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO
DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN IMPOR BAWANG MERAH TERHADAP USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO Policy Impact of Import Restriction of Shallot on Farm in Probolinggo District Mohammad Wahyudin,
Lebih terperinciEFISIENSI DAN DAYA SAING SISTEM USAHATANI PADI
EFISIENSI DAN DAYA SAING SISTEM USAHATANI PADI Beny Rachman, Pantjar Simatupang, dan Tahlim Sudaryanto Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 ABSTRACT
Lebih terperinci.SIMULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP DAYA SAING TEMBAKAU MADURA. Kustiawati Ningsih
1.SIMULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP DAYA SAING TEMBAKAU MADURA Kustiawati Ningsih Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Madura, Kompleks Ponpes Miftahul Ulum Bettet, Pamekasan,
Lebih terperinciEFISIENSI DAN DAYA SAING USAHATANI HORTIKULTURA
EFISIENSI DAN DAYA SAING USAHATANI HORTIKULTURA Handewi P.S. Rachman, Supriyati, Saptana, Benny Rachman Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 ABSTRACT
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. 1. Produksi manggis di Pulau Sumatera tahun Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung tahun
DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Produksi manggis di Pulau Sumatera tahun 2012... 5 2. Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung tahun 2010-2012... 6 3. Luas panen, produktivitas, dan produksi manggis
Lebih terperinciTeknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk
Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan
Lebih terperinci14,3 13,1 11,1 8,9 27,4 26,4 4. 1,0 1,0 9,9 6. 7,0 15,6 16,1 6,5 6,2 8,5 8,3 10,0
114 Lampiran 1. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Sektor) No. Lapangan Usaha (Sektor) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1. Pertanian, Peternakan,
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING SERTA DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP INDUSTRI TEMPE DI KABUPATEN BOGOR
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING SERTA DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP INDUSTRI TEMPE DI KABUPATEN BOGOR (Kasus : Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup) Oleh: MERIKA SONDANG SINAGA A14304029 PROGRAM
Lebih terperinciDAYA SAING DAN PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING KOMODITI KAKAO DI SULAWESI TENGAH
DAYA SAING DAN PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING KOMODITI KAKAO DI SULAWESI TENGAH Competitiveness and the Role of Government to Increase Competitiveness of Cocoa in Central Sulawesi Siti
Lebih terperinciKeunggulan Komparatif dan Kompetitif dalam Produksi Padi di Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol.10 (3): 185-199 ISSN 1410-5020 Keunggulan Komparatif dan Kompetitif dalam Produksi Padi di Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung Comparative Advantage and Competitive
Lebih terperinciAnalisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Komoditas Kelapa di Kabupaten Flores Timur
Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Komoditas Kelapa di Kabupaten Flores Timur Krisna Setiawan* Haryati M. Sengadji* Program Studi Manajemen Agribisnis, Politeknik Pertanian Negeri
Lebih terperinciVIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN
VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN 8.1. Pengaruh Perubahan Harga Output dan Harga Input terhadap Penawaran Output dan Permintaan
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO
ANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO COMPETITIVENESS ANALYSIS OF SHALLOTS AGRIBUSINESS IN PROBOLINGGO REGENCY Competitiveness analysis of shallot business in Probolinggo
Lebih terperinciJURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR FANNYTA YUDHISTIRA A
!. KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN DAMPAK KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITI KAKAO (Kasus di Perkebunan Rajamandala, P1P X1~ Kabupaten 8andung, Jawa Barat) FANNYTA YUDHISTIRA A 29.1599 JURUSAN ILMU-ILMU
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis Pada awalnya penelitian tentang sistem pertanian hanya terbatas pada tahap budidaya atau pola tanam, tetapi pada tahun
Lebih terperinciPengkajian Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Usahatani Padi dan Jeruk Lahan Gambut Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan
Pengkajian Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Usahatani Padi dan Jeruk Lahan Gambut Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan Muhammad Husaini Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Lebih terperinciIII. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,
III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.
29 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN SARAN
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.a. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata/signifikan terhadap produksi usahatani jagung
Lebih terperinciANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAMBU BIJI (Studi Kasus: Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat) FITRIA ASTRIANA
ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAMBU BIJI (Studi Kasus: Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat) FITRIA ASTRIANA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI
Lebih terperinciLampiran 1. Identitas, Luas Lahan dan Jumlah Bentangan Usahatani Rumput Laut Responden di Kepulauan Tanakeke
108 LAMPIRAN 109 Lampiran 1. Identitas, Luas Lahan dan Jumlah Bentangan Usahatani Rumput Laut Responden di Kepulauan Tanakeke No. NAMA RESPONDEN UMUR LUAS LAHAN JUMLAH (THN) (Ha) BENTANGAN 1 BAUNA DG.
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian berada di Kabupaten Siak, Propinsi Riau. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa, Propinsi Riau merupakan daerah dengan
Lebih terperinciKEUNGGULAN KOMPARATIF DAN DAMPAK KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI INPUT TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS KENTANG DI KOTA BATU
Habitat Volume XXIV, No. 2, Bulan Agustus 2013 ISSN: 0853-5167 KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN DAMPAK KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI INPUT TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS KENTANG DI KOTA BATU COMPARATIVE ADVANTAGE
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. menembus dengan volume 67 ton biji gelondong kering (Direktorat Jenderal
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan ekspor jambu mete di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem selama Tahun 2009 mencapai volume sebanyak 57 ton biji gelondong kering dan diharapkan pada Tahun 2010
Lebih terperinciVI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan
Lebih terperinciBuah belimbing manis segar Dewan Standardisasi Nasional - DSN
Buah belimbing manis segar Dewan Standardisasi Nasional - DSN Buah belimbing manis segar 1 Ruang lingkup Standar ini meliputi definisi, istilah, klasifikasi/penggolongan, syarat mutu, cara pengambilan
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Strata I dan II pada Usahatani Jeruk di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Strata I II No. Sampel Luas Lahan (ha) Umur Petani (tahun) Pengalaman Bertani
Lebih terperinciVI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI
VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1. Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu
Lebih terperinciVIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik Menurut Susila (2005), Indonesia merupakan negara kecil dalam perdagangan dunia dengan pangsa impor sebesar 3,57 persen dari impor gula dunia sehingga Indonesia
Lebih terperinciVI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan
Lebih terperinciDAMPAK DEPRESIASI RUPIAH TERHADAP DAYA SAING DAN TINGKAT PROTEKSI KOMODITAS PADI DI KABUPATEN BADUNG
DAMPAK DEPRESIASI RUPIAH TERHADAP DAYA SAING DAN TINGKAT PROTEKSI KOMODITAS PADI DI KABUPATEN BADUNG Jarek Putradi Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung, Bali jarek.putradi@gmail.com
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING DAN STRUKTUR PROTEKSI KOMODITAS PALAWIJA
ANALISIS DAYA SAING DAN STRUKTUR PROTEKSI KOMODITAS PALAWIJA I Wayan Rusastra, Benny Rachman dan Supena Friyatno Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A. Yani No. 7 Bogor 16161
Lebih terperinciPASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU
PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU Mangga merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan dan diusahakan Varietas mangga yang banyak dibudidayaka adalah Mangga Arum Manis, Dermayu dan G Komoditas
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN FLORES TIMUR
350 PARTNER, TAHUN 21 NOMOR 2, HALAMAN 350-358 ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN FLORES TIMUR Krisna Setiawan Program Studi Manajemen Agribisnis Politeknik Pertanian Negeri Kupang Jalan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Perlakuan Bahan Pengisi Kemasan terhadap Mutu Fisik Buah Pepaya Varietas IPB 9 (Callina) Selama Transportasi dilakukan pada
Lebih terperinciDAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES
Habitat Volume XXV, No. 1, Bulan April 2014 ISSN: 0853-5167 DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES THE IMPACTS OF GOVERNMENT S
Lebih terperinciVII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG
VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG 7.1. Profitabilitas Privat dan Sosial Analisis finansial dan ekonomi usahatani jagung memberikan gambaran umum dan sederhana mengenai tingkat kelayakan usahatani
Lebih terperinciLampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel
Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No Pertanyaan Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Total Skor 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 28 3
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang
I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah
Lebih terperinci