VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI"

Transkripsi

1 VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1. Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu biji yang dilakukan oleh warga di Desa Cimanggis. Keragaan usahatani tanaman jambu biji dikaji untuk mengetahui gambaran tentang usahatani jambu biji di daerah penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengindentifikasi penggunaan sumberdaya atau input, teknik budidaya dan output yang dihasilkan pada usahatani jambu biji Penggunaan Input Input yang digunakan pada usahatani jambu biji terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Lebih jelas dapat dilihat pada perincian penggunaan benih, pupuk, pestisida dan pembungkus buah, tali rapia dan kertas pembungkus per hektar pada tahun 2009 pada usahatani jambu biji di Desa Cimanggis yang dibagi atas empat stratum umur tanaman jambu biji dapat dilihat pada Lampiran 8. 1) Benih Varietas jambu biji yang dibudidayakan oleh petani jambu biji di Desa Cimanggis adalah varietas merah getas. Jambu biji merah Getas memiliki keunggulan yang berdaging merah menyala, tebal, berasa manis, harum dan segar. Ukuran buahnya cukup besar dengan ukuran 400 gram per buah. Mereka menganggap tanaman jambu biji dengan variatas merah Getas merupakan variasi yang paling mendukung dengan keadaan cuaca iklim di Desa Cimanggis dan harga jual getas Merah pun relatif lebih bisa dijangkau masyarakat dan lebih dicari dengan manfaat yang dimiliki oleh tanaman jambu biji merah Getas tersebut. Produksivitas jambu merah Getas cukup tinggi karena mampu berbuah sepanjang tahun dan berbuah lebat. Petani jambu biji di Desa Cimanggis biasanya mendapatkan benih tanaman jambu biji dengan membeli. Keseluruhan 35 jumlah responden petani dari Desa Cimanggis diketahui mereka membeli bibit dengan harga Rp ,- per pohon yaitu varietas merah Getas dengan metode okulasi.

2 Penggunaan bibit jambu biji rata-rata dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain luas dari lahan yang dimiliki/digarap oleh petani, penggunaan jarak tanam pada tanaman jambu biji tersebut, dan dipengaruhi oleh modal yang dimiliki oleh petani tersebut. Bila dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut, jumlah bibit tanaman jambu biji belum tentu sama walaupun luas lahan yang digunakan sama. Sebagai contoh, dalam luas lahan 4000 meter persegi ada petani yang menanam dalam jumlah 400 pohon akan tetapi terdapat pula petani yang menanan dalam jumlah 300 pohon dengan luas lahan yang sama. Sesuai standar untuk jarak tanam jambu biji adalah sekitar 8 x 8 meter, namun untuk jarak tanam yang digunakan petani responden menurut pengamatan yang didapatkan jarak tanam jambu biji tersebut terlalu rapat. Jarak yang digunakan beranekaragam, ada yang 3 x 3 meter, 4 x 4 meter dan 5 x 5 meter, dari data ini disimpulkan bahwa populasi jumlah pohon per lahan yang digunakan terlalu padat, hal ini mengakibatkan perawatannya akan lebih susah dan tidak baik bagi pertumbuhan jambu biji tersebut. 2) Pupuk Penggunaan pupuk dalam usahatani jambu biji ini yaitu pupuk kandang, pupuk buatan (NPK, TSP, KCL). Jumlah pupuk yang digunakan oleh petani responden tahun 2009 per hektar untuk keseluruhan adalah pupuk kandang 1,313 karung, NPK 411,46 kilogram, TSP 411,46 kilogram dan KCL 411,46 kilogram. Jumlah komposisi untuk masing-masing pupuk buatan adalah sama, karena dalam aplikasi dilahan menggunakan komposisi yang sama, cara ini digunakan pada kelompok Tani Bambu Duri di Desa Cimanggis. Penggunaan pupuk untuk masing-masing pembagian stratum umur tanaman jambu biji per hektar adalah untuk umur tanaman tiga tahun pada tahun 2009 untuk pupuk kandang 1228,6 karung, NPK 372,3 kilogram, TSP 372,3 kilogram dan KCL 372,3 kilogram. Umur tanaman empat tahun pupuk kandang karung, NPK 520,1 kilogram, TSP 520,1 kilogram dan KCL 520,1 kilogram, stratum umur tanaman lima tahun pupuk kandang karung, NPK 429 kilogram, TSP 429 kilogram dan KCL 429 kilogram dan stratum umur tanaman 47

3 enam tahun pupuk kandang 1.329,8 karung, NPK 415 kilogram, TSP 415 dan KCL 415. Penggunaan pupuk untuk setiap stratum berbeda beda hal ini di pengaruhi kebutuhan tanaman dan umur tanaman, semain tua tanaman kebutuhan pupuk cenderung menurun hal ini untuk menyeimbangkan terhadap unsur hara tanah agar tetap subur. Pupuk tersebut diperoleh petani baik dari pedagang pengecer khusus pupuk ataupun di toko-toko pertanian yang menyediakan saprotan untuk usahatani secara keseluruhan di Kecamatan Bojong Gede. Pupuk kandang rata-rata petani membeli dengan satuan karung, harga per karung rata-rata Rp ,- per karung. Petani responden lebih memilih membeli pupuk kandang, walaupun beberapa petani ada juga yang memiliki ternak seperti kambing dan ayam dimana kotorannya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kandang, alasanya karena membeli pupuk kandang lebih praktis dan efisien. Harga pupuk yang diterima petani untuk NPK sekitar Rp. 2000/kilogram, untuk KCL sama seperti NPK yaitu Rp. 2000/kilogram dan untuk TSP Rp. 1500/kilogram. 3) Pestisida Dalam usahatani jambu biji penanganan hama dan penyakit merupakan hal yang harus diperhatikan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida. Aplikasi dilakukan dengan penyemprotan, melakukan penyiangan gulma atau pembersihan dan pemangkasan sebagai tindakan pencegahan. Beberapa hama yang menjadi kendala dalam usahatani jambu biji adalah lalat buah, pengerek batang, kutu putih, rayap, semut merah dan ulat. Pestisida yang digunakan untuk tanaman jambu biji yaitu petisida cair seperti Dusband, Curacon dan Decis. Jumlah penggunaan pestisida Dusband, Curacon, dan Decis pada petani per hektar pada tahun 2009 yaitu untuk umur tanaman tiga tahun penggunaan pestisida Dusband, Curacon, dan Decis masing-masing adalah 8,9 kilogram, 4,1 kilogram, dan 31,7 kilogram, petani untuk umur tanaman empat tahun Dusband, Curacon, dan Decis masing-masing 14 kilogram, 7,4 kilogram, dan 49 kilogram, untuk petani untuk umur tanaman lima tahun penggunaan pestisida Dusband, Curacon, dan Decis masing-masing 48

4 adalah 11,5 kilogram, 11,5 kilogram, dan 31,3 kilogram dan untuk umur tanaman enam tahun penggunaan pestisida Dusband, Curacon, dan Decis masing-masing adalah 11,4 kilogram, 13,2 kilogram, dan 25,1 kilogram. Pada umumnya sama seperti dengan pupuk, pestisida dapat diperoleh di toko-toko pertanian di Kecamatan Bojong Gede. 4) Pembungkus Buah (plastik) Penanganan dalam hal melindungi buah juga dilakukan dalam usahatani jambu biji, sama hal nya seperti komoditi hortikultura lainya yaitu dengan cara membungkus buah tersebut. Dalam biaya input di dalam analisis usahatani jambu biji, terdapat biaya untuk membeli plastik jambu biji. Plastik jambu biji biasa digunakan merupakan plastik dengan ukuran satu kiloan. Plastik tersebut dapat menampung lebih kurang 300 buah dengan harga per kilogram nya sekitar Rp ,-. Plastik ini biasanya dibeli di toko-toko kelontong/eceran. Biasanya untuk mencapai harga yang lebih murah petani membeli dari toko grosir plastik di pasar. Pengadaan kertas pembungkus dan tali rapia juga diperlukan, dengan harga masing-masing Rp. 500,- dan Rp. 1000, untuk tali rapia per buah. 5) Tenaga kerja Tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi yang mempunyai pengaruh besar terhadap biaya usahatani. Tenaga kerja yang digunakan pada lokasi penelitian adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Perhitungan biaya tenaga kerja untuk komoditi jambu biji yaitu menghitung hari orang kerja (HOK) dikalikan dengan upah per HOK. Tenaga kerja yang digunakan didalam usahatani jambu biji di Kecamatan Bojong Gede secama umum dilakukan oleh laki-laki, sama halnya di Desa Cimanggis. Tenaga kerja dalam keluarga untuk curahan waktu kerjanya tergantung dari petani itu sendiri, sedangkan untuk tenaga kerja luar keluarga ditetapkan selama 8 jam atau kisaran mulai dari pukul dengan upah Rp , per hari kerja pria. Waktu istirahat selama satu jam, kirasan dari jam Dalam perhitungan usahatani jambu biji, perhitungan biaya tersebut digunakan untuk menghitung biaya tenaga kerja pemupukan, pemangkasan, pembungkusan buah, penyiangan 49

5 gulma, penyemprotan dan pemanenan. Penggunaan tenaga kerja untuk petani responden di Desa Cimanggis bisa dilihat pada Tabel 18. Biaya tenaga kerja tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Berdasarkan Tabel 18 maka dapat diketahui bahwa tahap pemanenan merupakan tahap dimana penggunaan tenaga kerja paling banyak yaitu sebesar 192,5 HOK atau sekitar 47,2 persen. Hal ini disebabkan karena pada saat panen jambu biji petani lebih memilih hasil atau buah yang akan dipanen atau buah yang sudah bisa dipanen dilakukan oleh tenaga kerja luar. Hal ini disebabkan karena, kegiatan panen harus cepat-cepat dilakukan untuk mengindari risiko-risiko yang muncul seperti waktu yang terlalu lama sehingga buah sempat busuk serat adanya hama pengganggu seperti kelelawar. Petani responden yang melakukan pemanenan jambu biji lebih memilih memperkejakan tenaga kerja luar untuk melaksanaka kegiatan panen. Pada pembagian kelompok petani berdasarkan luasan lahan jambu biji yang dilakukan dalam penelitian ini, bahwa lahan petani yang luasan lahannya lebih besar menggunakan jumlah HOK yang lebih banyak, dikarenakan jumlah pohon yang lebih banyak. Tabel 18. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) untuk Usahatani Jambu Biji Tahun 2009 per Hektar No Kegiatan Usahatani Penggunaan tenaga kerja (HOK) Total Persentase Dalam Luar (HOK) (%) Keluarga Keluarga 1 Pemupukan 13 29,83 42,83 13,9 2 Pemangkasan 16,4 24,90 41,30 13,4 3 Penyiangan gulma 16,4 30,52 46,90 15,2 4 Penyemprotan 8,2 9,50 17,7 5,7 5 Pembungkusan buah 7,7 13,37 21,7 6,8 6 Pemanenan 47,2 92,15 193,4 45,1 Total 108,9 200,27 309,17 100,00 50

6 Teknik Budidaya Secara umum teknik budidaya jambu biji tidak berbeda jauh dengan proses budidaya komoditi hortikultura. Proses budidaya yang dilakukan terdiri dari pemupukan, pemangkasan, penyiangan gulma, pembungkusan buah penyemprotan dan pemanenan Pemupukan Kegiatan proses pemupukan yang dilakukan petani responden berlangsung pada pada masa-masa tertentu yaitu pada saat setelah masa panen berlangsung. Pemupukan setelah panen penting agar tanaman jambu biji tumbuh secara optimal dan lebih produktif dan rajin berbuah sepanjang tahun. Unsur hara yang terkandung secara alami akan berkurang ataupun habis, ketersediaan unsur hara di dalam tanah sangat penting untuk pertumbuhan jambu biji. Maka diperlukan pemupukan untuk mengembalikan unsur hara yang terkandung di dalam tanah agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk kimia adalah pupuk yang berasal dari bahan kimia atau olahan pabrik. Pada usahatani jambu biji yang dilakukan petani responden di Desa Cimanggis memilih mengkombinasikan pupuk organik dan kimia. Jumlah unsur hara dalam pupuk kimia dari bahan kimia lebih relatif tinggi, hal ini dikarenakan formula bahan kimia yang dibuat oleh pabrik telah diperhitungkan secara tepat. Manfaat dari pupuk kimia antara lain cara pemberiannya mudah, ringan dan praktis sehingga mudah diangkut, mudah larut dalam air sehingga cepat terserap akar, dosis dan takaran pemupukan mudah diketahui sesuai umur tanaman sehingga penggunaannya mudah dan efektif. Pupuk yang digunakan oleh petani responden dalam kegiatan usahatani jambu biji yang dilakukan adalah pupuk jenis NPK, TSP dan KCL Pupuk organik yang digunakan petani meliputi pupuk kandang dari kotoran sapi, kambing, kerbau dan hewan ternak lainnya. Manfaat pupuk organik cukup banyak antara lain menjaga kesuburan tanah, menyediakan unsur hara secara bertahap, menambah daya serap tanah terhadap air sehingga kelembagaan tetap terjaga, menyediakan unsur hara (terutama N, P, dan S) dan membantu 51

7 penguraian bahan organik sehingga hasil perombakan nutrisi dapat diserap tanaman setiap saat Pemangkasan Pada tahap pemangkasan dalam kegiatan usahatani jambu biji, berdasarkan tujuan atau fungsinya dikelompokkan menjadi tiga macam. Kegiatannya diantaranya pertama, yaitu pemangkasan bentuk, pemeliharaan dan produksi. Pemangkasan bentuk bertujuan untuk mengatur tinggi rendahnya tanaman dan membentuk tajuk serta membuat tanaman lebih baik dan seragam. Pemangkasan pemeliharaan adalah kegiatan pemangkasan dengan sasaran membuang tunas air yang tidak bermanfaat, kurang sehat, terserang hama dan penyakit tanaman, kering atau mati serta patah. Pemangkasan produksi dilakukan dengan tujuan hasil yang produksi lebih baik secara kuantitas dan kualitas. Sasaran pemangkasan produksi ini yang tidak bermanfaat, cabang yang kurang baik, dan meremajakan cabang yang kurang produktif atau tanaman yang sudah tua agar lebih produktif. Kegiatan pemangkasan yang dilakukan petani responden jambu biji di Desa Cimanggis tahap pemangkasan sudah dilakukan hampir setiap petani responden, kebanyakan petani melakukan pemangkasan pada pemangkasan bentuk dan produksi hal ini terlihat dari pengamatan petani di lapangan Penyiangan Gulma ( Pembersihan Kebun) Kegiatan budidaya jambu biji selanjutnya yang dilakukan adalah penyiangan. Penyiangan dilakukan untuk membersikan lahan dari gulma-gulma. Rumput atau gulma yang tumbuh disekitar tanaman jamgu biji perlu disiangi agar tanaman dapat bertumbuh dengan baik. Gangguan yang timbul terhadap tanaman berupa persaingan dalam memperebutkan ruang, air, oksigen, matahari dan unsur hara. Hal seperti ini akan mengakibatkan terganggunnya pertumbuhan tanaman jambu biji. Secara umum tujuan penyiangan antara lain membersihkan lingkungan tanaman dari gulma atau rumput-rumput, membuat pertumbuhan dan pekarangan tanaman menjadi lebih baik, menggemburkan tanah disekitar tanaman, dan membuat pertukaran udara di dalam tanah dan penyerapan air kedalam tanah menjadi lebih baik. 52

8 Kegiatan penyiangan gulma yang dilakukan oleh petani responden di lokasi penelitian meliputi pembersihan kebun dari gulma dan buah yang jatuh akibat hama dan penyakit. Usaha dalam mempercepat penerapan sanitasi kebun petani melakukan pemanfaatan lahan disela tanaman buah dengan ditanani sayuran (tumpang sari). Kebanyakan petani responden melakukan cara pemanfaatan lahan dengan cara tumpang sari. Kendala yang banyak ditemukan adalah dalam pengaturan jarak tanam, rata-rata petani responden memiliki jarak tanam yang terlalu dekat sehingga jarak antara jambu biji sangat dekat. Akibat yang dirasakan adalah tanaman jambu biji kurang produktif, pada saat pembersihan akan bertambah susah dan dalam penyerapan cahaya matahari juga akan menjadi kurang optimal Penyemprotan Penyemprotan merupakan cara dalam mengaplikasikan pestidida dalam pegendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan untuk mengurangi kerusakan tanaman akibat organisme penggangu. Hama pada tanaman jambu biji bisa menyerang daun, bunga, buah. Jenis hama yang biasa menyerang jambu biji yang dibudidayakan petani responden antara lain ulat, belalang, penggerek batang, lalat buah, kumbang rayap dan kutu. Pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan pestidida. Penyemprotan biasanya dilakukan pada pagi hari, dengan kisaran waktu dari jam pestisida yang digunakan petani serponden umumnya berbentuk cair yang dilarutkan dalam air seperti Decis, Curacon, dan Dusband Pembungkusan Buah Pembungkusan buah dilakukan untuk menghasilkan buah yang kebih mulus dan mengkilap, tidak cacat, tidak terserang hama dan penyakit, warna buah lebih menarik, nilai jual lebih tinggi dan diterima oleh berbagai konsumen serta meningkatkan produksi. Kegiatan pembungkusan biasanya dilakukan bersamaan dengan penjarangan buah. Tidak semua buah jambu biji yang tumbuh sesuai dengan harapan. Setiap pokok pohon jambu biji terkadang terdapat jambu biji yang ukuran dan bentuknya tidak bagus atau cacat maka perlu dilakukan 53

9 penjarangan. Penjarangan buah bertujuan agar buah dapat bertumbuh secara optimal dan hasil panen dapat memenuhi permintaan pasar. Pembungkusan dan penjarangan menjadi bagian kegiatan budidaya jambu biji yang dilakukan oleh petani responden di Desa Cimanggis. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara bersamaan. Pembungkusan buah pada tanaman jambu biji merah merupakan faktor yang penting untuk mendapatkan kualitas buah yang baik. Jambu biji merah yang terlambat dibungkus, kualitasnya kurang bagus karena hama akan lebih cepat menyerang. Pada tanaman jambu biji pembungkusan buah dilakukan dengan menggunakan plastik kiloan dan pembungkus dalamnya menggunakan koran untuk menjaga kualitas jambu biji agar terhindar dari cahaya matahari yang terlalu panas Pemanenan Kegiatan pemanenan dilakukan dengan melihat adanya perubahan pada warna kulit jambu biji tersebut. Pemanenan dilakukan apabila sudah ada komunikasi dengan tengkulak sehingga proses pemanenan untuk waktunya sudah dapat diatur. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas dari jambu biji tersebut. Beberapa ciri-ciri yang digunakan untuk menandakan bahwa jambu biji dapat di panen. Ciri-cirinya antara lain warna kulit sudah berubah dari hijau tua menjadi hijau muda dan mengkilap atau kuning kehijauan, aroma buah mulai harum, rasa buah sudah manis, dan tekstur daging buah agak lunak yakni dengan cara menekan buah tersebut secara perlahan. Tahapan pemanenan biasanya 3-4 bulan setelah masa panen sebelumnya atau sesudah masa pemupukan. Pemanenan biasanya berlangsung tiga siklus dalam satu tahun, setiap silkus pemanenan dilakukan secara berulang-ulang. Satu siklus pemanenan dilakukan selama kurang lebih enam minggu, biasanya kegiatan pemanenan dilakukan setiap minggu karena harus menunggu sampai buah siap untuk dipanen. Panen raya biasanya berlangsung pada bulan Desember sampai Januari disini biasanya buah berlimpah Pasca Panen Kegiatan penanganan pasca panen pada umumnya hanya pada kegiatan pembersihan dan penyortiran agar penampilan buah lebih bagus dan seragam. Hasil panen dikemas ke dalam keranjang agar lebih mudah diangkut dan 54

10 ditimbang. Hasil panen yang dimasukkan dalam keranjang dengan diberi dedaunan agar lebih aman dari gangguan-gangguan. Selanjutnya akan dibawa menuju ke tempat penampungan yaitu dalam gudang/gubug, tempat sementara sebelum tengkulak datang membeli Pemasaran Pemasaran jambu biji yang dilakukan petani jambu biji di Desa Cimanggis pada umumnya tidak terlalu panjang. Hasil panen dijual langsung ke penampung atau tengkulak. Informasi yang didapat di tempat penelitian bahwa petani kebanyakan melakukan suatu pesetujuan atau perjanjian kepada satu atau dua tengkulak, dari sini petani sudah memiliki pelanggan yang membeli hasil panennya. Perjanjiannya seperti semua hasil panen dijual ke tengkulak yang sudah ditentukan, apabila pada musimnya, biasanya hasil panen tidak semua dapat terserap oleh pasar sehingga tengkulak tersebut harus bersedia menampung hasil panen dari petani dengan harga yang sudah disepakati. Pada bulan tertentu biasanya bulan Desember dan Januari jumlah buah jambu biji di pasar sangat berlimpah karena merupakan panen raya, biasanya harga jatuh sehingga bayak jambu yang tidak terjual karena pasar tidak sangup menampung. Petani responden jambu biji di Desa Cimanggis memiliki keuntungan dengan adanya sistem kesepakatan dengan tengkulak tertentu, sehingga hasil panen petani jambu biji masih dapat terjual dengan harga negosiasi dengan tengkulak, jambu biji dijual persatuan kilogram Output Usahatani Keberhasilan dari kegiatan usahatani yang dijalankan seorang petani pada akhirnya akan diketahui dari total produksi dan penerimaan total dari penjualan jambu biji yang diperoleh petani. Total produksi jambu biji petani responden di Desa Cimanggis pata tahun 2009 berdasarkan hasil penelitian sebesar kilogram dengan rata-rata per hektar sebesar kilogram. Produksi jambu biji petani responden di Desa Cimanggis menurut stratum umur tanaman jambu biji dapat dilihat dalam Lampiran 9. Buah jambu biji yang diproduksi petani responden di Desa Cimanggis rata rata mempunyai produktifitas per pohon 55

11 sebesar 37 kilogram per tahun atau 12.3 kilogram per satu siklus panen, satu tahun 3 kali siklus panen, dimana satu kali siklus panen rata-rata selama 6 minggu Analisis Usahatani Jambu Biji Analisis usahatani yang dilakukan adalah dengan menghitung tingkat pendapatan dan R/C rasio usahatani jambu biji tersebut, yakni usahatani jambu biji pada petani responden di Desa Cimanggis. Responden Analisis usahatani jambu biji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 35 orang. Analisis usahatani yang dilakukan mengacu pada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tunai dan biata total. Biaya tunai dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja luar keluarga dan pajak. Biaya total adalah biaya tunai ditambah biaya yang diperhitungkan. Biaya diperhitungkan dapat didefinisikan sebagai biaya yang pengeluarannya tidak dalam bentuk tunai seperti biaya untuk penggunaan tenaga kerja keluarga, penyusutan peralatan dan biaya imbangan untuk lahan atau sewa lahan Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan total nilai produk yang dihasilkan, yaitu hasil kali jumlah fisik output dengan harga jual yang terjadi. Penerimaan petani berasal dari produksi usahatani jambu biji merah Getas. Penerimaan usahatani jambu biji di Desa Cimanggis pada tahun 2009 per hektar adalah sebesar kilogram dengan penerimaan sebesar Rp ,84 Tabel 18 dapat dilihat rata-rata penerimaan usahatani jambu biji di Desa Cimangis berdasarkan umur tanaman jambu biji pada tahun 2009 per hektar. 56

12 Tabel 19. Rata-rata Penerimaan Usahatani Jambu Biji di Desa Cimanggis Berdasarkan Umur tanaman Jambu Biji Pada Tahun 2009 per Hektar Umur Tanaman Jumlah panen Harga Nilai (Rp) (tahun) (kilogram) (Rp/kilogram) , , , , , , , , , , , ,05 Total Rata-Rata keseluruhan , , ,84 Berdasarkan Tabel 19 rata-rata jumlah penerimaan per hektar yang diterima oleh usahatani jambu biji pada petani responden Desa Cimanggis dipengaruhi oleh jumlah output usahatani jambi biji yang dihasilkan. Terdapat kesamaan harga pada setiap petani karena petani responden berada dalam satu wadah kelompok tani yaitu Kelompok Tani Bambu Duri, yaitu sebesar Rp ,- dimana dalam pemasaran jambu biji yang dilakukan pada tengkulak yang sudah ditentukan oleh kelompok Tani Bambu Duri tersebut sehingga dalam pemasarannya sudah ada kepastian pasar. Bila dibandingkan dengan harga yang diterima diluar kelompok tani harga yang diterima anggota kelompok tani lebih rendah yaitu sebesar Rp 2.000,-. Harga ditentukan dengan sistem negosiasi antara tengkulak dan petani jambu biji melalui wadah Kelompok Tani Bambu Duri Biaya Usahatani. Pengeluaran atau biaya adalah seluruh pengorbanan sumber daya ekonomi dalam satuan uang (rupiah) yang diperlukan untuk menghasilkan produk dalam satu periode produksi. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu komoditi atau produk baik secara tunai maupun diperhitungkan. Komponen biaya yang digunakan pada usahatani jambu biji adalah biaya untuk pembelian benih, pupuk, pestisida, pembungkus buah (plastik), tenaga kerja, dan biaya-biaya lainnya seperti biaya penyusutan peralatan, pajak dan sewa lahan atau biaya imbangan penggunaan lahan. Total biaya usahatani pada setiap stratum umur tanaman jambu biji adalah berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan waktu penanaman yang dilakukan dan 57

13 jumlah pohon yang ditanam, hal ini berpengaruh kejumlah input yang digunakan. Perhitungan biaya tunai meliputi biaya pembelian pupuk, pestisida, pembungkus buah (plastik), kertas pembungkus, tali rapia, tenaga kerja luar keluarga dan biaya biaya lainya seperti biaya pajak. Biaya diperhitungkan atau biaya non meliputi biaya pebelian benih, biaya penyusutan dan biaya imbangan untuk lahan atau sewa lahan. Biaya imbangan untuk lahan atau sewa lahan masuk ke dalam biaya diperhitungkan karena petani responden rata-rata memiliki lahan sendiri. Biaya penyusutan peralatan disetiap yang digunakan petani memiliki nilai sama, hal ini dikarenakan usahatani yang diperbandingkan merupakan sama-sama usahatani jambu biji (homogen) atau usahatani yang dalam kegiatan teknik budidayanya sama sehingga peralatan yang digunakan untuk usahatani relatif sama Pendapatan Usahatani. Pendapatan usahatani dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dan pengeluaran bernilai positif. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dan pengeluaran total. Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diterima dalam usahatani jambu biji di Desa Cimanggis tahun 2009 per hektar masingmasing sebesar Rp ,75 artinya pendapatan petani tanpa memperhitungkan biaya yang diperhitungkan sebesar Rp ,75 per hektar. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp ,02. Perhitungan selengkapnya dapat dlihat pada Tabel 20 data rata-rata produksi, penerimaan, biaya, pendapatan usahatani dan R/C usahatani jambu biji pada petani responden di Desa Cimanggis berdasarkan stratum umur tanaman jambu biji. 58

14 Tabel 20. Rata-rata Produksi, Penerimaan, Biaya, Pendapatan Usahatani dan R/C atas Usahatani Jambu Biji pada Petani Responden di Desa Cimanggis Tahun 2009 Berdasarkan Umur Tanaman Jambu Biji per Hektar. No Keterangan Umur tanaman (Tahun) Keseluruhan Produksi (kilogram) , , , A Penerimaan Total (Rp) , , , , ,63 Biaya Usahatani Biaya Tunai B (Rp) , , , , ,09 Biaya C Diperhitungka n (Rp) , , , , ,73 Total biaya D (Rp) , , , , ,82 Pendapatan atas Biaya , , , , ,75 Tunai (Rp) Pendapatan atas Biaya , , , , ,02 Total (Rp) R/C atas biaya tunai 3,98 3,01 2,70 2,73 2,24 R/C atas Biaya Total 2,22 1,68 1,65 1,57 1,42 Dalam penelitian ini, adapun analisis yang dilakukan mengacu kepada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja luar keluarga dan pajak. Biaya total adalah biaya tunai ditambah dengan biaya yang telah diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang pengeluarannya tidak dalam bentuk tunai seperti penggunaan tenaga kerja keluarga, penyusutan peralatan dan sewa lahan. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan penerimaan total. Hasil analisis usahatani jambu biji yang dilakukan di Desa Cimanggis pada tahun 2009 diambil dari 35 responden petani jambu biji diperoleh bahwa produksi rata-rata per pohon yang dihasilkan pertahun oleh petani jambu biji di Desa Cimanggis mencapai 37 kilogram atau 12.3 kilogram per satu kali panen. Maka total produksi dikalikan tiga kali panen dalam satu tahun yaitu atau jika dirata-ratakan produksi yang dihasilkan sebesar kilogram per hektar, dengan penerimaan per petani sebesar Rp ,63,- dengan harga jual Rp. 2500,00 per kilogram. Penjualan jambu biji di Desa Cimanggis hampir semua melalui pedagang pengumpul, khususnya petani 59

15 responden yang merupakan anggota Kelompok Tani Bambu Duri. Semua anggota dalam pemasaran jambu biji melalui pengumpul atau tengkulak yang sudah disepakati. Harga yang diterima oleh petani jambu biji pun sama karena melalui satu pengumpul yang sama. Penyerapan hasil panen dari petani rerponden di Desa Cimanggis sudah memiliki pasar yang pasti, karena petani melakukan kesepakatan atau perjanjian dengan tengkulak. Perjanjiannya seperti ketika musim panen raya, yang biasanya harga rendah dan banyak hasil panen yang tidak dapat terjual menjadi tanggung jawab bersama dan begitu pula saat harga bagus, petani harus menjual ke tengkulak tersebut. Rata-rata petani responden tersebut pada tahun 2009 menjual dengan harga Rp. 2500,- per kilogram dengan melalui proses negosiasi, sesuai kesepakatan. Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diterima dalam usahatani jambu biji di Desa Cimanggis tahun 2009 per hektar masingmasing sebesar Rp ,75 artinya pendapatan petani tanpa memperhitungkan biaya yang diperhitungkan sebesar Rp ,75 per hektar. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp ,02. Dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C Rasio) atas biaya tunai dan biaya total dapat disimpulkan bahwa usahatani jambu biji di Desa Cimanggis menguntungkan untuk diusahakan, terbukti dengan nilai R/C rasio terhadap biaya tunai dan biaya total yang bernilai lebih dari satu. Nilai imbangan dan biaya atau Return to Cost Rasio (R/C) atas biaya total adalah 1,42. Nilai R/C sebesar 1,42 artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,24 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp Dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani jambu biji yang dijalankan oleh petani jambu biji di Desa Cimanggis tersebut efisien untuk dijalankan, karena nilai R/C dari usahatani jambu biji tersebut lebih besar dari satu. Selisih R/C rasio atas biaya tunai dengan R/C rasio atas biaya total adalah 0,82 atau 82 persen. Ini menunjukkan bahwa biaya diperhitungkan pada usahatani ini cukup besar. Salah satu komponen biaya diperhitungkan yang paling besar adalah biaya pembelian benih. Besarnya biaya pembelian benih mengindikasikan bahwa petani jambu biji 60

16 tidak menghasilkan bibit sendiri melainkan membeli dari luar dengan harga yang tinggi. Penelitian analisis pendapatan usahatani ini ada variabel yang menjadi perhatian khusus untuk dianalisis yaitu membandingkan beberapa golongan usahatani dilihat dari stratum umur tanaman jambu biji yang di usahakan. Variabel yang akan dianalisis adalah dari stratum umur tanaman jambu biji yang diusahakan oleh petani jambu biji. Bila dilihat dari Tabel 20 maka keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut dapat dibandingkan, dimana yang lebih efisien adalah umur tanaman yang enam tahun yaitu dengan R/C atas biaya total sebesar 2,22 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2.22 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 3,98 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 3,98 atau dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan. Selisih antara R/C total dan R/C tunai terjadi penurunan paling banyak yaitu sebesar 1,76 atau 166 persen. Hal ini diakibatkan oleh kegiatan usahatani pada umur tanaman enam tahubn banyak mengeluarkan biaya non tunai atau biaya yang diperhitungkan, salah satu biaya yang diperhitungkan yang paling besar adalah pada biaya benih, hal ini diakibatkan petani masih membeli benih dari luar Stratum umur tanaman jambu biji lima tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar 1,68 yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp R/C atas biaya tunai sebesar 3,01 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp. 3,01 atau dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan. Stratum umur tanaman jambu biji empat tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar yaitu dengan R/C rasio atas biaya total dan biaya tunai sebesar 1,65 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,7 61

17 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp Stratum umur tanaman jambu biji tiga tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar yaitu dengan R/C atas biaya total dan biaya tunai sebesar 1,57 yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,73 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp Terdapat beberapa hal yang terkait dengan nilai R/C diantara keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut diantaranya didalam pemakaian tenaga kerja, luasan lahan, pemakaian pestisida dimana hal ini sebagai penjegahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), umur tanaman dan biaya-biaya yang diperhitungkan. Pada Tabel 20 produksi jambu biji pada tahun 2009 per 1000 pohon di stratum umur enam tanaman jambu biji lebih banyak dibandingkan stratum umur tanaman lima, empat dan tiga tahun. Hal ini dikarenakan produktivitas per pohon yang lebih besar di stratum umur tanaman enam tahun. Tabel 21. Produksi Jambu Biji Berdasarkan Stratum Umur Tanaman Jambu Biji Per 1000 Pohon pada Tahun 2009 Musim Panen Umur Tanaman (tahun) Panen Januari Desember 2009 (kg) Total Produksi (tahun 2008) (kg) Analisis usahatani juga dilakukan dengan menghitung tingkat pendapatan dan rasio R/C usahatani jambu biji untuk empat stratum umur tanaman jambu biji dengan analisis usahatani per 1000 pohon sebagai pembanding. Analisis usahatani yang dilakukan dalam penelitian ini ditetapkan petani responden sebanyak 35 orang, masing masing responden untuk setiap stratum yaitu 10 responden untuk stratum umur tanaman enam tahun, sembilan responden untuk stratum umur tanaman lima tahun, empat responden untuk stratum umur tanaman empat tahun dan 12 responden untuk stratum umur tanaman tiga tahun. 62

18 Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas total per 1000 pohon yang diterima dalam usahatani jambu biji di Desa Cimanggis pada tahun 2009 pada setiap stratum umur tanaman berbeda beda. Perbedaan yang terlihat dapat dengan jelas diketahui seperti pada Tabel 21. yakni rata-rata produksi, penerimaan, biaya, pendapatan usahatani dan R/C rasio atas usahatani jambu biji pada petani responden di Desa Cimanggis tahun 2009 berdasarkan stratum luasan lahan pengusahaan jambu biji per hektar Tabel 22. Rata-Rata Produksi, Penerimaan, Biaya, Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio atas Usahatani Jambu Biji pada Petani Responden di Desa Cimanggis Tahun 2009 Berdasarkan Stratum Umur Tanaman Jambu Biji per 1000 Pohon No Keterangan Umur tanaman (Tahun) A Produksi (kilogram) ,0 Penerimaan Total (Rp) , , , ,00 Biaya usahatani B Biaya tunai (Rp) , , , ,04 Biaya C Diperhitungkan (Rp) , , , ,90 D Total biaya (Rp) , , , ,56 Pendapatan atas biaya tunai (Rp) , , , ,34 Pendapatan atas biaya total (Rp) , , , ,44 R/C atas biaya tunai 3,40 2,81 2,83 2,66 R/C atas biaya total 2,26 1,76 1,66 1,58 Dalam penelitian ini, adapun analisis yang dilakukan mengacu kepada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja luar keluarga dan pajak. Biaya total adalah biaya tunai ditambah dengan biaya yang telah diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang pengeluarannya tidak dalam bentuk tunai seperti penggunaan tenaga kerja keluarga, penyusutan peralatan dan sewa lahan. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan penerimaan total. Beberapa variabel yang menjadi 63

19 perhatian dalam penelitian ini yang khusus untuk dianalisis yaitu membandingkan beberapa golongan usahatani dilihat dari umur tanaman jambu biji yanag dimiliki oleh petani. Bila dilihat dari Tabel 22 maka keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut dapat dibandingkan dengan cara per 1000 pohon, dimana yang lebih efisien adalah umur tanaman yang enam tahun yaitu dengan R/C atas biaya total sebesar 2,26 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2.26 sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 3,40 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp atau dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan. Stratum umur tanaman jambu biji lima tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar 1,76 tidak beda jauh dari nilai analisis per hektar yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp R/C atas biaya tunai sebesar 3,01 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp atau dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan. Stratum umur tanaman jambu biji empat tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar yaitu dengan R/C atas biaya total dan biaya tunai sebesar 1,66 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,7 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp artinya bahwa usahatani ini efisien untukkndi jalalankan terbukti dari nilai R/C rasio >1. Stratum umur tanaman jambu biji tiga tahun masing-masing R/C atas biaya total dan atas biaya tunai adalah sebesar yaitu dengan R/C atas biaya total dan biaya tunai sebesar 1,57 yang artinya untuk setiap biaya total yang dileluarkan oleh petani sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp sedangkan untuk R/C atas biaya tunai sebesar 2,73 yang artinya setiap biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 1,00 maka petani akan menerima penerimaan sebesar Rp

20 Terdapat beberapa hal yang terkait dengan nilai R/C diantara keempat stratum umur tanaman jambu biji tersebut diantaranya didalam pemakaian tenaga kerja, luasan lahan, pemakaian pestisida dimana hal ini sebagai penjegahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) dan biaya-biaya yang diperhitungkan. Setelah dilakukan pembandingan dengan menganalisis untuk per 1000 pohon maka stratum umur tanaman enam tahun lebih efisien untuk dilakukan. 65

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

SURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

SURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Pendapatan Usahatani jambu biji SURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusun

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Budidaya tanaman pare ini dilakukan dari mulai pengolahan lahan manual dengan menggunakan cangkul, kemudian pembuatan bedengan menjadi 18 bedengan yang

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN VI. HASIL dan PEMBAHASAN 6.1 Penggunaan Input Usahatani 6.1.1 Benih Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru, berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Survei Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Kemang termasuk dalam Kabupaten Bogor, yang secara geografis terletak antara 6.9 o 6.4 o Lintang Selatan dan 6. o.3 o

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Hasil pendataan jumlah produksi serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya belimbing dewa digunakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jambu Getas Merah Red guava atau jambu getas merah (Psidium guajava L.) adalah salah satu tanaman buah jenis perdu. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING Diarsi Eka Yani 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas Terbuka, Tangerang, Indonesia Email:

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM Oleh : Medi Humaedi BAB I 1.1. 1.2. 1.3. DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan. Rumusan Masalah.. 1 1 2 3 BAB II 2.1. 2.2. TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA TANAMAN BUAH SIRSAK

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA TANAMAN BUAH SIRSAK KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA TANAMAN BUAH SIRSAK DISUSUN OLEH : NAMA : YULI NURCAHYO NIM : 11.11.5420 KELAS : 11-S1TI-11 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH Analisis pendapatan pada usaha budidaya udang galah akan menjelaskan apakah usaha yang dilakukan menguntungkan (profitable) atau tidak yaitu dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA 38 LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA Kabupaten : Bangka/Bateng Pewawancara :. Kecamatan :. Tgl. Wawancara :.. Desa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada umumnya di Desa Lebak Muncang sebagian besar penduduknya adalah petani. Sebanyak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah dari famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Tanaman pepaya banyak ditanam baik di daerah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA BUDIDAYA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica) Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ReGrI Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KPJI

V. GAMBARAN UMUM KPJI V. GAMBARAN UMUM KPJI 5.1 Sejarah KPJI Usaha Komunitas Petani Jamur Ikhlas (KPJI) merupakan sebuah usaha kelompok yang terdiri dari beberapa petani, yang dipimpin oleh Pak Jainal. KPJI berdiri di Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009 LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009 Uraian Jumlah (Rp) Total Ekspor (Xt) 1,211,049,484,895,820.00 Total Impor (Mt) 1,006,479,967,445,610.00 Penerimaan

Lebih terperinci

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya.

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan disain

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Pembedengan Bibit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Pembedengan Bibit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Identifikasi terhadap keragaan usahatani perlu diteliti untuk melihat adanya perbedaan dan persamaan dalam aktivitas usahatani antara satu petani dengan petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci