BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Hasil penelitian menyajikan deskripsi data, analisis dan hasil temuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Hasil penelitian menyajikan deskripsi data, analisis dan hasil temuan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian menyajikan deskripsi data, analisis dan hasil temuan sesuai dengan permasalahan. Dalam penelitian ini terdapat tiga rumusan masalah, yaitu (1) wujud campur kode dan alih kode, (2) faktor penyebab penggunaan campur kode dan alih kode, dan (3) fungsi penggunaan campur kode dan alih kode. Pemaparan hasil penelitian yang berjudul Campur Kode dan Alih Kode dalam Pembelajaran Bahasa Jawa (Studi Kasus di Sekolah Dasar se-kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah) yang berupa wujud, faktor penyebab dan fungsi penggunaan campur kode dan alih kode sebagai berikut. 1. Campur kode 1.1 Wujud campur kode Wujud campur kode yang terdapat dalam penelitian ini berupa campur kode yang berwujud kata, kata ulang, frasa, dan klausa. Dalam penelitian ini ditemukan 35 data berwujud kata, 3 data berwujud kata ulang, 28 data berwujud frasa, dan 26 data berwujud klausa. a. Wujud kata Campur kode yang berwujud kata merupakan pencampuran bahasa dengan memasukkan atau menyisipkan kata. Penyisipan kata tersebut tidak memiliki fungsi sendiri. Penggunaan campur kode berwujud kata dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 43 kata yang terdapat pada 35 data. Data [D1/KEM3] Guru : Dugi halaman pinten? 34

2 35 Sampai halaman berapa? Siswa : Dereng bu. belum bu. Guru : Ngagem buku paket mawon, halaman setunggal. Pakai buku paket saja, halaman satu. Kutipan data di atas merupakan campur kode yang berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Tuturan yang menandai adanya penggunaan campur kode ditandai dengan kata halaman pada kutipan Dugi halaman pinten?. Kata halaman digunakan oleh guru saat bertanya, dan juga saat memberikan informasi yang ditandai dalam kutipan Ngagem buku paket mawon, halaman setunggal. Faktor penyebab penggunaan kata halaman adalah faktor kebiasaan. Guru dan siswa biasa menyebut kata halaman untuk menunjukkan kata kaca. Fungsi penggunaan campur kode dalam kutipan data ini adalah untuk mempermudah menyampaikan maksud penutur kepada mitra tutur. Tuturan di atas terjadi pada saat pembelajaran bahasa Jawa di dalam kelas. Data [D2/KEM3] Guru : Sampun dijawab. Sakniki point B, halaman kalih kalawingi sampun wacan. Sudah dijawab. Sekarang point B, kemarin halaman dua sudah bicara. Kutipan data di atas merupakan campur kode yang berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Campur kode ditandai dengan kata dijawab dan kata halaman. Penggunaan kata halaman karena faktor kebiasaan penutur yang lebih sering menggunakan kata halaman untuk menyebut kaca. Penggunaan kata dijawab untuk mempermudah penyampaian maksud kepada mitra tutur dilatarbelakangi penggunaan bahasa Indonesia yang sering digunakan dalam pembelajaran sehari-sehari.

3 36 Data [D10/KEM3] Siswa : Bu nek diacak, boten urut, boleh bu? Bu kalau diacak, tidak urut, boleh bu? Guru : Nggih Ya Campur kode pada data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Kutipan yang menandai penggunaan campur kode berwujud kata, terdapat pada kata boleh yang digunakan oleh siswa saat bertanya kepada guru. Hal tersebut dilatarbelakangi kemampuan bahasa Jawa siswa yang masih kurang baik, sehingga menggunakan campur kode untuk membuat pertanyaanya lebih terasa lebih sopan. Campur kode terjadi dalam situasi kelas saat guru memberikan tugas pada materi pelajaran bahasa Jawa. Data [D14/KEM3] Guru : Sampun dereng? Sudah belum? Siswa : Dereng bu. Belum bu. Guru : Beta buku dimensi sedaya? Sing boten beta barengan ndhisik. Membawa buku dimensi semuanya? Yang tidak membawa bareng temannya dulu. Siswa : Kula nggawa bu. Halaman pinten bu? Saya bawa bu. Halaman berapa bu? Guru : Halaman nem. Halaman enam. Kutipan data [D14/KEM3] merupakan campur kode yang berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Data ini menunjukkan adanya penggunaan campur kode berwujud kata yang ditandai dengan kata halaman. Campur kode berwujud kata ini terjadi karena faktor kebiasaan dari guru dan siswa menggunakan kata halaman untuk menyebut kata kaca. Beberapa siswa mengaku bahwa mereka tidak mengetahui kata halaman dalam bahasa Jawa.

4 37 Data [D20/KEM6] Guru : Dina iki bu guru ngisi pelajaran basa Jawa. Sinten ingkang boten mlebet? Hari ini bu guru mengisi pelajaran bahasa Jawa. Siapa yang tidak berangkat? Siswa : Nihil, bu. Kutipan data di atas merupakan campur kode yang berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata pelajaran dan kata nihil yang berasal dari istilah kata bahasa Indonesia. Campur kode yang dilakukan oleh guru karena adanya faktor kebiasaan yang dilakukan oleh guru untuk mempermudah menyampaikan pesan. Campur kode yang dilakukan oleh siswa karena faktor kebiasaan siswa mengatakan masuk semua dengan menggunakan istilah kata nihil. Data [D22/KEM6] Guru : Gawe ukara utawa kalimat, nganggo tembung-tembung sing dikarepke bu guru. Buat ukara atau kalimat, menggunakan kata-kata yang diberikan bu guru. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam, yang ditandai dengan kata kalimat. Penggunaan campur kode ini dilakukan dengan sengaja oleh guru untuk memudahkan siswa memahami penjelasan guru. Data [D23/KEM6] Guru : Bu guru njupuk tema olahraga. Nah olahraga apa sing mbok senengi? Bu guru mengambil tema olahraga. Olahraga apa yang kalian sukai?

5 38 Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan kata tema. Penggunaan campur kode ini dilakukan oleh guru secara spontanitas saat pembelajaran bahasa Jawa berlangsung di dalam kelas. Fungsi campur kode dalam kutipan data tersebut mempermudah guru saat pembelajaran, sehingga siswa dapat dengan mudah menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Data [D24/KEM6] Guru : Olahraga sing paling murah, marai awak sehat yaiku jalan-jalan, tujuane apa? Olahraga yang paling murah, membuat badan sehat yaitu jalanjalan. Tujuannya apa? Siswa : Ben pikirane dadi fresh. Biar pikirannya jadi fresh. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke luar. Campur kode dalam data ini ditandai dengan kata fresh yang berasal dari bahasa Inggris. Campur kode dilakukan oleh siswa saat menjawab pertanyaan dari guru. Faktor penyebab penggunaan campur kode oleh siswa dalam data ini adalah adanya pengaruh dari bahasa asing dalam menyebut kata seger. Data [D25/KEM6] Guru : Wacan kanthi irah-irahan Hikking. Irah-irahan yaiku judul. Bacaan dengan judul Hikking. Irah-irahan yaitu judul. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke luar yang ditandai dengan kata hikking. Dalam kutipan data di atas selain terjadi peristiwa campur kode ke luar, juga terjadi peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata Judul. Kata hikking berasal dari bahasa Inggris sehingga dikatakan mengalami peristiwa

6 39 campur kode ke luar, sedangkan kata judul berasal dari bahasa asli sehingga dikatakan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Faktor penyebab penggunaan kata hikking karena guru menyesuaikan dengan materi yang berada pada buku. Penggunaan campur kode dengan kata judul disebabkan oleh kurangnya pemahaman bahasa Jawa yang dimiliki oleh siswa, sehingga guru malakukan campur kode untuk memudahkan menyampaikan maksud tuturan. Data [D27/KEM6] Guru : Yen wis rampung, dicari kesimpulane. Kalau sudah selesai, dicari kesimpulannya. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata dicari. Dikatakan mengalami peristiwa campur kode ke dalam karena kata tersebut bersumber dari bahasa Indonesia. Faktor penyebab penggunaan campur kode dalam data tersebut adalah faktor spontanitas yang dilakukan oleh guru. Fungsinya untuk memudahkan komunikasi antara guru dengan siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa. Data [D30/KEM6] Guru : Saiki bu guru ana tugas meneh, tolong digarap kanthi rembugan utawa diskusi. Sekarang bu guru ada tugas lagi, tolong dikerjakan dengan berembug atau diskusi. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata diskusi. Penggunaan kata diskusi dalam data tersebut dilakukan untuk memperjelas

7 40 tuturan sebelumnya yang menggunakan bahasa Jawa, yaitu kata rembugan. Faktor yang menyebabkan alih kode dalam data ini adalah faktor kesengajaan guru bercampur kode supaya siswa lebih paham dengan maksud yang disampaikan oleh guru, sehingga pembelajaran bahasa Jawa untuk tugas yang dilakukan secara diskusi dapat segera berjalan. Data [D32/KEM6] Guru : Saben bocah golek tembung utawa kata, sing magepokan karo olahraga. Kaya supporter, kipper lan liya-liyane. Setiap anak mencari tembung atau kata yang ada hubungannya dengan olahraga. Seperti supporter, kipper dan lain-lain. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata kata. Penggunaan campur kode ke dalam dilakukan secara sengaja oleh guru untuk memperjelas kata tembung. Dalam data tersebut juga terjadi penggunaan campur kode ke luar dilakukan oleh guru, yang ditandai dengan kata supporter dan kipper. Campur kode ke luar berasal dari bahasa Inggris. Fungsi penggunaan campur kode adalah untuk menjelaskan pelaku-pelaku olahraga sepak bola. Katakata tersebut biasa dipakai dan lebih dipahami oleh siswa dibandingakan dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa Jawa. Data [D38/KEM6] Guru : Iki tugas individu. Saumpama wektune ora cukup, sik liyane maju ing liya wektu. Ini tugas individu. Seandainya waktu tidak cukup, yang lainnya maju dilain waktu. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Penggunaan campur kode berwujud

8 41 kata ini ditandai dengan kata individu. Kata individu berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode dalam data ini memiliki fungsi mempermudah guru untuk menyampaikan maksud tuturan, bahwa tugas tersebut dikerjakan bukan secara kelompok. Faktor penyebab penggunaan campur kode dalam data ini adalah faktor kebiasaan guru menggunakan kata individu yang dimaksudkan tidak secara berkelompok. Data [D40/KEM6] Guru : Sing isih kurang cetha bisa ngamati wit lombok iki. Yen ana sing ngalami kesulitan, ora cetha pareng mundhut pirsa karo bu guru. Yang masih belum jelas bisa mengamati tanaman cabai ini. Kalau ada yang mengalami kesulitan, belum jelas bisa bertanya kepada bu guru. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata kesulitan. Campur kode tersebut terjadi karena guru tidak memiliki kosakata dalam bahasa Jawa yang menyebutkan istilah kata kesulitan. Secara spontanitas guru menggunakan kata kesulitan dalam tuturannya saat memberikan info yang menyatakan bagi yang mengalami kesulitan dan belum jelas bisa untuk bertanya kepada guru. Fungsi penggunaan campur kode dalam data ini untuk mempermudah guru menyampaikan info kepada para siswa. Data [D42/KEM6] Guru : Sing wis rampung coba dieling-eling, kanggo makili kancane maju nglaporake hasil pengamatan. Ora kudu plek karo tulisane, oleh diwolak-walik. Dadi modele ora model ngapalke, tapi memahami.

9 42 Bagi yang sudah selesai coba diingat-ingat, untuk mewakili temannya melaporkan hasil pengamatan. Tidak harus persis dengan tulisan, boleh dibolak-balik. Jadi modelnya bukan menghafal, tapi memahami. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata model. Campur kode dalam data ini terjadi karena penggunaan kata model dirasa paling pas oleh guru untuk digunakan dalam tuturannya. Fungsi penggunaan kata model untuk lebih memudahkan penyampaian tuturan guru saat menjelaskan tugas kepada para siswa. Data [D50/SOK3] Guru : Mulai saiki yen bu guru nerangke ana sing guyon dhewe entuk sanksi. Sanksinya apa? Mulai sekarang kalau bu guru menjelaskan ada yang bercanda sendiri akan mendapat sanksi. Sanksinya apa? Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata sanksi. Kata tersebut berasal dari bahasa Indonesia yang artinya hukuman. Penggunaan campur kode dalam data ini disebabkan adanya faktor guru yang pandai dan paham penggunaan istilah-istilah lain untuk menyebut kata hukuman. Fungsi campur kode yang dilakukan oleh guru untuk menguatkan tuturan yang disampaikan kepada para siswa. Data [D51/SOK3] Guru : Critane sampun ngerti napa dereng? Ceritanya sudah mengerti belum? Siswa : Sampun. Sudah.

10 43 Guru : Saiki yen wis ngerti, jawab pitakone bu guru. Sekarang kalau sudah mengerti, jawab pertanyaan bu guru. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata jawab. Kata jawab digunakan dengan alasan kebiasaan guru yang menggunakan kata tersebut untuk mengganti kata wangsuli sedangkan siswa lebih paham penggunaan kata jawab ketimbang kata wangsuli. Fungsi campur kode dalam data ini adalah memudahkan guru untuk menyampaikan maksud tuturan kepada para siswa yang berlatar belakang kurangnya penguasaan bahasa Jawa. Data [D60/SOK6] Guru : Pelajaran basa Jawa dina iki njupuk tema olahraga. Apa olahraga ki gur senam tok to? Pelajaran bahasa Jawa hari ini mengambil tema olahraga. Apa olahraga itu hanya senam saja? Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai oleh kata pelajaran dan kata tema. Peristiwa campur kode ke dalam dalam data ini bersumber dari bahasa Indonesia. Penyisipan kata tersebut dilakukan secara spontanitas oleh guru untuk menjelaskan materi yang akan diajarkan. Campur kode dilakukan untuk memudahkan guru menyampaikan maksud dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Data [D61/SOK6] Guru : Wacan sik judule olahraga Hikking disimak ya. Bu guru maos dhisik. Bacaan yang judulnya olahraga Hikking diperhatikan ya. Bu guru baca dulu. Siswa : Nggih, bu.

11 44 Iya, bu. Data [D62/SOK6] Guru : Kui mau kancamu wis makili maca wacan sing judule Hikking. Saiki goleki tembung-tembung sing kowe durung ngerti tegese, sing urung ngerti artine. Itu tadi temanmu sudah mewakili membaca bacaan yang judulnya Hikking. Sekarang cari kata-kata yang kalian belum paham artinya. Kutipan data [D61/SOK6] dan [D62/SOK6] merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke luar yang ditandai dengan kata hikking. Faktor penyebab penggunaan kata hikking karena guru menyesuaikan dengan materi yang berada pada buku. Dalam buku pembelajaran bahasa Jawa kelas enam terdapat bacaan dengan tema olahraga yang berjudul hikking. Faktor materi pembelajaran yang terdapat dalam buku mengakibatkan terjadinya campur kode ke luar yang dilakukan oleh guru saat pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Fungsinya untuk menyampaikan materi pembelajaran bahasa Jawa yang sesuai dengan buku tersebut. Data [D64/SEM6] Guru : Sing pertama Hengki dadi Ratno, Tyas dadi Jumari. Yang pertama Hengki jadi Ratno, Tyas jadi jumari. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata pertama. Campur kode dalam data ini dimaksudkan untuk mengganti kata dalam bahasa Jawa yaitu kata sepisan. Kata pertama biasa digunakan oleh guru untuk menunjukkan siswa yang nomor satu. Faktor kebiasaan menjadi alasan dalam penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru dalam data ini. Fungsi

12 45 campur kode yang dilakukan oleh guru dalam data ini mempermudah guru menyampaikan maksud kepada para siswa, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Data [D70/SEM3] Siswa : Halaman pinten bu? Halaman berapa bu? Guru : Halaman enem. Halaman enam. Data [D89/KEM3] Siswa : Halaman pinten bu? Halaman berapa bu? Guru : Halaman pitu. Halaman tujuh. Data [D92/KEM3] Siswa : Halaman pinten bu? Halaman berapa bu? Guru : Halaman sewelas. Halaman sebelas. Pada kutipan data [D70/SEM3], [D89/KEM3] dan [D92/KEM3] di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata halaman. Guru dan siswa biasa menyebut kata kaca dengan kata halaman. Faktor kebiasaan inilah yang menjadi sebab terjadinya penggunaan campur kode. Fungsi campur kode yang terdapat dalam kutipan data tersebut untuk mempermudah penyampaian tuturan, sehingga guru dan siswa dapat menjalin komunikasi dengan baik dalam pembelajaran bahasa Jawa. Data [D77/SEM3] Guru : Aldo nulise ora cedhak-cedhak nanti mripate sakit.

13 46 Aldo nulisnya jangan dekat-dekat nanti matanya sakit. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata nanti. Campur kode ini terjadi karena faktor spontanitas saat guru memberikan nasihat kepada salah seorang siswanya untuk tidak menulis dengan jarak mata yang terlalu dekat karena mengakibatkan mata sakit. Fungsi penggunaan campur kode yang terjadi dalam data ini untuk mempermudah guru menyampaikan nasihat kepada siswanya. Data [D84/SEM3] Siswa : biji berapa bu? nilai berapa bu? Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata berapa. Siswa melakukan campur kode untuk bertanya kepada guru. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh siswa ini karena pemahaman bahasa Jawa siswa yang tidak baik sehingga siswa lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia saat bertanya. Fungsi campur kode yang dilakukan oleh siswa dalam data tersebut dimaksudkan untuk memperhalus tuturannya. Data [D85/KEM6] Guru : Dina iki bu guru maringi pelajaran bab ngritik. Sapa sing rung tau krungu tembung ngritik? Sapa sing wis tau ngritik? Saiki sakdurunge bocah-bocah ibu paring penjelasan bab ngritik, coba menehi saran tumrap awakke dhewe. Hari ini bu guru mengajar pelajaran bab mengkritik. Siapa yang belum pernah mendengar kata mengkritik? Siapa yang pernah

14 47 mengkritik? Sekarang sebelum anak-anak ibu beri penjelasan bab mengkritik, coba berikan saran pada dirinya sendiri. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata saran. Campur kode yang terjadi dalam data ini dilakukan oleh guru saat memberikan tugas kepada siswa. Kata saran dimaksudkan untuk memberikan masukan, kata ini dipilih karena lebih mudah dan lebih singkat untuk mengutarakan maksud tersebut. Fungsi campur kode yang dilakukan oleh guru dalam kutipan data di atas memudahkan guru menyampaikan maksud kepada siswa. Data [D96/SOK3] Guru : Lupa kabeh. Lupa semua. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata lupa. Campur kode dilakukan oleh guru saat mendengar siswanya mengatakan lupa dengan materi yang pernah diajarkan sebelumnya. Faktor penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru adalah faktor spontanitas karena guru mendapatkan siswanya mengatakan lupa. Fungsi campur kode dalam data ini untuk memperjelas tuturan bahwa semua siswanya lupa dengan materi yang sudah diajarkan. Data [D100/SOK3] Guru : Khusus kanggo mas Rifan ngapalke nang ngumah, nggih. Kancane wis apal kabeh ya, ndak ketinggalan. Mbak Fafa nek lali nggawa buku diingatkan mbak Lala nggih. Mosok saben-saben lali nggawa buku.

15 48 Khusus untuk mas Rifan menghafal dirumah ya. Temannya sudah hafal semua, nanti ketinggalan. Mbak Fafa kalau lupa membawa buku diingatkan mbak Lala ya. Masak sering lupa bawa buku. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode ke dalam yang berwujud kata ditandai dengan kata diingatkan. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru dalam penelitian ini adalah faktor spontanitas guru untuk menegaskan permintaanya kepada salah seorang siswa agar mengingatkan temannya yang sering lupa membawa buku. Data [D114/SOK6] Guru : Kukune ora panjang-panjang, ora nggawa senjata tajam ke sekolah, kui juga kanggo biji. Ora gur pinter leh pelajaran tok. Kukunya tidak panjang-panjang, tidak membawa senjata tajam ke sekolah, itu juga sebagai nilai. Tidak hanya pandai dalam pelajaran saja. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode berwujud kata dalam penelitian ini ditandai dengan kata pelajaran. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru dalam kutipan data ini adalah faktor spontaniats guru. Kata pelajaran yang dimaksudkan oleh guru adalah bidang akademik atau mata pelajaran. Fungsi penggunaan campur kode dalam data ini untuk mempertegas nasihat guru bahwa bukan hanya kepandaian akademik saja yang menjadi penilaian, tetapi juga kebersihan dan ketertiban siswa dalam melaksanakan peraturan sekolah. Tuturan terjadi saat guru menjelaskan materi pelajaran bahasa Jawa kepada para siswa,

16 49 dan situasi berubah karena ada siswa yang belum selesai mengerjakan. Awalnya guru mengajar dengan santai namun kemudian nadanya berubah menjadi lebih serius, sehingga terjadi tuturan seperti pada data [D114/SOK6]. Data [D116/SOK6] Guru :Nggih, saiki tak teruske pelajaran dina iki. Tolong yang piket, dibersihkan papan tulisnya. Saiki bu Endang arep maos wacan, dimirengke sing tenanan. Ya, sekarang saya teruskan pelajaran hari ini. Tolong yang piket, dibersihkan papan tulisnya. Sekarang bu Endang akan membaca bacaan, didengarkan dengan serius. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode berwujud kata dalam data ini ditandai dengan kata pelajaran. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru adalah faktor kebiasaan guru yang menyebut piwulang dengan pelajaran. Fungsi campur kode dalam data ini dilakukakan untuk mempermudah guru menyampaikan informasi kepada siswa bahwa guru akan melanjutkan pelajaran. Data [D121/SOK3] Guru : Sakniki dibukak buku dimensi kaca nembelas. Kaca kui halaman. Sekarang dibuka buku dimensi halaman enam belas. Kaca itu halaman. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata halaman. Campur kode dalam kutipan data ini dilakukan oleh guru saat menjelaskan pengertian kaca. Faktor kebiasaan guru dan siswa dalam menyebut kata kaca dengan kata halaman menjadi faktor penggunaan campur kode dalam data ini.

17 50 Guru dengan sengaja bercampur kode untuk memperjelas tuturan sebelumnya agar siswa paham dengan maksud yang disampaikan oleh guru. Data [D123/SOK3] Guru : Garwane, bojone prabu Pandhu Dewanata pira mas Rifan? Istrinya prabu Pandhu Dewanata berapa mas Rifan? Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata garwane. Campur kode dalam data ini bersumber dari bahasa Jawa ragam krama. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru adalah faktor kesengajaan guru untuk memberikan penjelasan kepada para siswa dengan bahasa Jawa ragam krama dan ngoko untuk menyebut istilah istri. Fungsi campur kode dalam data ini, untuk menjelaskan materi pembelajaran dengan lebih jelas dan mudah dipahami oleh siswa. Data [D128/SEM3] Guru : Sudah, saiki disimak panggonan kawruh basa, itu yang dulu kalian tulis dibuku catatan. Kui leh nulis rada cepet ya, dibuku tumpukan kasih tanggal ya. Sudah, sekarang diperhatikan bab kawruh basa, itu yang dulu kalian tulis dibuku catatan. Itu nulisnya lebih ceppat ya, dibuku tumpukan kasih tanggal. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode berwujud kata dalam data ini ditandai dengan kata sudah. Fungsi campur kode yang dilakukan oleh guru dalam data ini untuk mempertegas tuturan. Campur kode tersebut dimaksudkan agar siswa menyudahi pekerjaan sebelumnya dan beralih ke perintah selanjutnya.

18 51 Data [D130/SEM6] Guru : Tulisane diperhatikan antarane nganggo DH karo D. Coba Lita, nomer siji. Tulisannya diperhatikan antara menggunakan DH dengan D. coba Lita, nomor satu. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode berwujud kata dalam data ini ditandai dengan kata diperhatikan. Campur kode yang dilakukan oleh guru dalam data ini dimaksudkan untuk mempertegas penjelasannya kepada siswa supaya memperhatikan tulisan dalam pembelajaran bahasa Jawa. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru karena faktor spontanitas guru saat memberikan penjelasan kepada siswa. b. Wujud kata ulang Campur kode yang berwujud kata ulang merupakan campur kode dengan penyisipan kata ulang. Dalam pembelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar jarang ditemukan campur kode yang berwujud kata ulang. Penggunaan campur kode berwujud kata ulang dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 3 kata ulang yang terdapat pada 3 data. Data [D24/KEM6] Guru : Olahraga sing paling murah, marai awak sehat yaiku jalanjalan, tujuane apa? Olahraga yang paling murah, membuat badan sehat yaitu jalanjalan, tujuannya apa? Siswa : Ben pikirane dadi fresh. Agar pikiran menjadi fresh.

19 52 Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata ulang dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode dalam kutipan data ini ditandai dengan kata ulang jalanjalan. Campur kode yang terjadi dilakukan saat guru bertanya kepada para siswa yang ditandai dalam kutipan Olahraga sing paling murah, marai awak sehat yaiku jalan-jalan, tujuane apa?. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru adalah faktor kebiasaan guru menggunakan bahasa Indonesia dalam setiap pelajaran, sehingga mempengaruhi spontanitas bahasa yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa. Penggunaan kata jalan-jalan dimaksudkan untuk menyebut kata ulang mlaku-mlaku dalam bahasa Jawa. Campur kode terjadi saat guru menjelaskan materi bahasa Jawa dengan tema olahraga, hal ini dilakukan agar siswa lebih mudah menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Data [D43/KEM6] Guru : Ora ana lho sing nggarap santai-santai. Yen ora rampung ya salahe dhewe. Pun cekap nggih? Tidak ada yang mengerjakan dengan santai-santai. Kalau tidak selesai salahnya sendiri. Sudah selesai ya? Siswa : Sampun. Sudah. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata ulang dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode ditandai dengan kata ulang santai-santai yang diucapkan oleh guru dalam kutipan Ora ana lho sing nggarap santai-santai. Yen ora rampung ya salahe dhewe. Pun cekap nggih?. Guru bermaksud mengingatkan kepada para siswa untuk tidak mengerjakan tugas dengan

20 53 seenaknya sendiri. Faktor penyebab penggunaan kata ulang santai-santai adalah faktor kesengajaan guru untuk memberikan penegasan pada tuturannya. Data [D114/SOK6] Guru : Kukune ora panjang-panjang, ora nggawa senjata tajam ke sekolah, kui juga kanggo biji. Ora gur pinter leh pelajaran tok. Kukunya tidak panjang-panjang, tidak membawa senjata tajam ke sekolah, itu juga sebagai nilai. Tidak hanya pintar dalam pelajaran saja. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata ulang dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode dalam kutipan data ini ditandai dengan kata ulang panjang-panjang. Peristiwa campur kode yang terjadi dilakukan oleh guru saat memberikan nasihat kepada para siswa yang ditandai dalam kutipan Kukune ora panjang-panjang, ora nggawa senjata tajam ke sekolah, kui juga kanggo biji. Ora gur pinter leh pelajaran tok. Kata panjang-panjang digunakan untuk lebih mempertegas tuturan yang dilakukan oleh guru. Faktor yang melatar belakangi penggunaan campur kode oleh guru dalam data ini adalah faktor kesengajaan guru untuk memberikan penekanan pada setiap aturan sekolah yang disampaikan dalam nasihatya. c. Wujud frasa Campur kode berwujud frasa merupakan campur kode dengan penyisipan kelompok kata yang tidak berpredikat. Penggunaan campur kode berwujud frasa dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 31 frasa yang terdapat pada 27 data. Penggunaan campur kode berwujud frasa nampak pada penjelasan data-data berikut.

21 54 Data [D21/KEM6] Guru : Bocah-bocah minggu wingi wis dijelaske bu guru bab pacelathon. Bocah-bocah wis maju, wis mangsuli pitakon. Dina iki bu guru arep nerangke bab maca, atau membaca. Anak-anak minggu sudah ibu jelaskan bab percakapan. Anak-anak sudah maju, sudah menjawab pertanyaan. Hari ini ibu akan menjelaskan bab membaca. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode ditandai dengan frasa atau membaca yang diucapkan oleh guru. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru adalah faktor pemahaman bahasa siswa yang dianggap masih kurang, sehingga guru mengulang tuturan dengan makna yang sama dengan tuturan sebelumnya yang berbentuk frasa. Guru mengatakan bab maca kemudian mengatakan hal yang sama dalam bahasa Indonesia berbentuk frasa, yaitu atau membaca. Campur kode dilakukan untuk memperjelas tuturan guru saat menjelaskan materi pada pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Data [D31/KEM6] Guru : Terus ditulis, sing nulis sing tulisane paling apik. Jelas nggih? Terus ditulis, yang menulis yang tulisannya paling bagus. Jelas ya? Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Guru menggunakan campur kode untuk mengarahkan siswa mengerjakan tugas. Fungsi campur kode yang dilakukan guru dalam kutipan data ini adalah untuk memudahkan guru saat menyampaikan maksud kepada para siswa. Alasan guru menggunakan campur kode karena faktor kebiasaan guru

22 55 menggunakan bahasa Indonesia, sehingga guru masih terpengaruh penggunaan bahasa Indonesia saat mengajar bahasa Jawa. Data [D35/KEM6] Guru : Sing nemtoke pengamatan iku apa saja, napa mawon? Yang menentukan pengamatan itu apa saja, apa saja? Campur kode berwujud frasa yang ditandai dengan frasa apa saja merupakan campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode ini terjadi saat guru bertanya kepada siswa mengenai apa saja yang menjadi penentu pengamatan. Campur kode terjadi dengan guru mengulang frasa apa saja dengan frasa berbahasa Jawa napa mawon yang memiliki fungsi untuk membiasakan siswa menggunakan bahasa Jawa dengan sering mendengar dan mengetahui artinya. Diharapkan campur kode dengan pengulangan makna yang sama ini dapat membantu siswa belajar berbahasa Jawa. Faktor penyebab campur kode ini karena pemahaman bahasa Jawa yang dimiliki siswa masih kurang. Data [D36/KEM6] Guru : kedah wonten objekipun. Barang ingkang badhe dipunamati. Sakdurunge bocah-bocah nulis hasil pengamatan. Harus ada objeknya. Benda yang akan diamati sebelum kalian menulis hasil pengamatan. Campur kode berwujud frasa yang ditandai dengan frasa hasil pengamatan merupakan campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode dilakukan oleh guru saat memberikan penjelasan kepada para siswa dalam pelajaran bahasa Jawa. Penggunaan frasa hasil pengamatan dipengaruhi oleh penjelasan guru yang menggunakan aturan pengamatan dalam bahasa Indonesia. Faktor kesengajaan yang dilakukan oleh guru dalam melakukan

23 56 campur kode dimaksudkan agar siswa lebih mudah melaksanakan perintah dalam melaksanakan pengamatan. Data [D42/KEM6] Guru : Sing wis rampung coba dieling-eling, kanggo makili kancane maju nglaporake hasil pengamatan. Ora kudu plek karo tulisane, oleh diwolak-walik. Dadi modele ora model ngapalke, tapi memahami. Bagi yang sudah selesai coba diingat-ingat, untuk maju mewakili temannya melaporkan hasil pengamatan. Tidak harus persis dengan yang ditulis, boleh dibolak-balik. Jadi modelnya bukan model menghafal, tapi memahami. Kutipan data di atas menggunakan campur kode berwujud frasa yang merupakan campur kode ke dalam. Campur kode yang bersumber dari bahasa Indonesia ini ditandai dengan frasa hasil pengamatan dan tapi memahami. Frasa hasil pengamatan memiliki faktor penyebab dan fungsi yang sama dengan data [D36/KEM6], yaitu adanya faktor kesengajaan yang dilakukan oleh guru dengan memberikan penjelasan aturan pengamatan dalam bahasa Indonesia untuk mempermudah siswa melaksanakan pengamatan. Frasa tapi memahami digunakan oleh guru untuk memperjelas tuturan yang diucapkan oleh guru bahwa model yang digunakan bukan model menghafal, tetapi memahami isi dari hasil pengamatan yang sudah mereka tulis sebelumnya. Faktor penyebab penggunaan campur kode bewujud frasa tapi memahami adalah faktor kesengajaan guru memilih frasa tersebut. Data [D47/SOK3] Guru : Iya lancar, tapi karena basa Jawa kui beda karo basa Indonesia. Iya lancar, tapi karena bahasa Jawa itu berbeda dengan bahasa Indonesia.

24 57 Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam, yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa tapi karena. Campur kode terjadi karena seorang siswa tidak biasanya membaca dengan tidak lancar, kemudian guru menjelaskan bahwa membaca bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia itu berbeda. Frasa tapi karena sebagai penegas alasan yang disampaikan oleh guru tentang siswa yang membaca teks bahasa Jawa dengan tidak lancar. Data [D49/SOK3] Guru : Sapa mau sing ngrasakake maca angel? Ternyata yang namanya membaca basa Jawa beda karo membaca bahasa Indonesia. bukan ora isa, mung urung kulina. Siapa yang tadi merasakan membaca itu susah? Ternyata yang namanya membaca bahasa Jawa berbeda dengan membaca bahasa Indonesia. bukan tidak bisa, hanya belum terbiasa. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ternyata yang namanya membaca dan membaca bahasa Indonesia. campur kode yang terjadi dimaksudkan untuk memperjelas penjelasan guru mengenai adanya perbedaan membaca teks bahasa Jawa dengan teks bahasa Indonesia. Data [D58/SOK6] Guru : Bocah-bocah mau tangi jam pira? Ana sing ora subuhan, nggih boten? Anak-anak tadi bangun jam berapa? Ada yang tidak sholat subuh, iya tidak?

25 58 Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Jawa ragam krama. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa nggih boten untuk meminta persetujuan dari para siswa bahwa tadi pagi ada yang tidak subuhan. Campur kode yang bersumber dari bahasa Jawa ragam krama ini sengaja dilakukan dengan maksud untuk lebih memperhalus pertanyaan guru kepada siswa bahwa ada yang tidak melaksanakan subuhan. Data [D59/SOK6] Siswa : Aku mau tangi turu jam 6, langsung duduk lebare adus, njuk mangkat sekolah. Aku tadi bangun tidur jam 6, langsung duduk kemudian mandi, lalu berangkat sekolah. Campur kode berwujud frasa yang ditandai dengan frasa langsung duduk merupakan campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode ini terjadi karena siswa dengan spontan menceritakan kegiatan yang dilaksanakan dari bangun tidur hingga masuk ke dalam kelas tanpa banyak berpikir sehingga kosakata yang ke luar tidak tersusun dengan baik. Hal tersebut juga dilatarbelakangi oleh siswa yang jarang menggunakan bahasa Jawa secara baik. Tidak hanya pemilihan ragam bahasa Jawa yang kurang baik, namun juga penyisipan bahasa yang kurang pas. Penggunaan campur kode dalam hal ini semata-mata karena penutur, yaitu Bagas tidak terbiasa menggunakan bahasa Jawa sehingga kosakata yang dimiliki terbatas dan terjadilah penggunaan bahasa Indonesia dalam tuturannya. Selain faktor kebiasaan juga karena penutur secara spontanitas menggunakan pemilihan kata yang mudah untuk dimengerti. Fungsi penggunaan campur kode yang dilakukan oleh Bagas yaitu untuk memudahkan

26 59 melaksanakan perintah guru menyampaikan pesan dengan menceritakan hal-hal yang dilakukan dari bangun tidur sampai Bagas masuk ke dalam kelas. Data [D63/SEM6] Guru : Kaca sewelas, halaman sebelas. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa halaman sebelas. Guru melakukan campur kode dengan mengulang tuturan yang sama dari frasa berbahasa Jawa kaca sewelas menjadi halaman sebelas. Campur kode dilakukan agar siswa mengerti bahwa bahasa Jawa dari frasa halaman sebelas adalah kaca sewelas. Data [D66/SEM6] Guru :Pacelathon, tanya jawab atau percakapan. Wingi bahasa Indonesia hobi, saiki nang basa Jawa kesenengan, padha wae ya. Pacelathon, tanya Jawab atau percakapan. Kemarin bahasa Indonesia hobi, sekarang di bahasa Indonesia kesukaan, sama saja ya. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa tanya jawab atau percakapan dan bahasa Indonesia hobi. Pada kutipan frasa yang pertama yaitu frasa tanya jawab atau percakapan merupakan penjelasan dari istilah bahasa Jawa pacelathon. Campur kode pada kutipan frasa yang pertama sengaja dilakukan oleh guru untuk mempermudah penjelasan materi pembelajaran. Campur kode yang terjadi pada frasa kedua yaitu frasa bahasa

27 60 Indonesia hobi untuk mengingatkan kepada para siswa bahwa materi bahasa Jawa yang sedang diajarkan tersebut sama dengan materi bahasa Indonesia yang sudah diajarkan kemarin. Guru sengaja melakukan campur kode supaya siswa paham dengan materi yang sedang diajarkan. Data [D68/SEM6] Siswa : Pak, kalau lebih dari empat kalimat boleh? Guru : Ya boleh, malah apik. Ya boleh, malah bagus. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ya boleh saat guru menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Campur kode terjadi karena faktor spontanitas guru saat menjawab pertanyaan dari siswa yang berbahasa Indonesia, sehingga guru terpengaruh dan menggunakan bahasa Indonesia yang berbentuk frasa. Data [D74/SEM3] Guru : Wong-wong nang kutha kae biasane libur sabtu minggu, istilahe weekend digunake kanggo berlibur ke tempat rekreasi. Awakke dhewe jarang-jarang ya berlibur. Orang-orang yang tinggal di kota biasanya libur sabtu minggu, istilahnya weekend digunakan untuk berlibur ke tempat rekreasi. Kita jarang-jarang ya berlibur. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa libur sabtu minggu, frasa berlibur ke tempat rekreasi dan frasa jarang-jarang ya berlibur. Ketiga campur kode yang berwujud frasa tersebut terjadi karena guru

28 61 secara spontanitas bercerita dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Latar belakang guru yang lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa Jawa menjadi salah satu faktor penyebab spontanitas tersebut. Data [D75/SEM3] Guru : Biasane apa sing tidak diduga-duga? Kenang rawe ya, yang hewannya bening kalau kena rasanya kemranyas. Biasanya apa yang tidak diduga-duga? Kena rawe ya, yang hewannya bening kalau kena rasanya kemranyas. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa tidak diduga-duga. Campur kode terjadi saat guru menanyakan kepada siswa mengenai kejadian yang tidak terduga saat bermain ke laut. Frasa tersebut digunakan agar maksud tuturan yang disampaikan oleh guru dapat dengan mudah diterima oleh siswa. Data [D81/SEM3] Guru : Apa wae iku berarti lebih dari satu. Apa saja itu berarti lebih dari satu. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa berarti lebih dari satu. Campur kode dilakukan oleh guru saat menjelaskan kepada siswa mengenai pertanyaan yang menanyakan dengan kalimat apa wae. Fungsi campur kode yang dilakukan oleh guru pada kutipan data di atas untuk memperjelas maksud yang ditanyakan oleh siswa.

29 62 Data [D84/SEM3] Guru : Mentari salah berapa? Siswa : Betul semua, biji berapa bu? Betul semua, nilai berapa bu? Guru : Ya satus. Ya seratus. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa betul semua dan frasa berapa bu. Campur kode terjadi karena siswa secara spontan mencampur bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh tuturan guru dengan bahasa Jawa. Penguasaan bahasa siswa juga mempengaruhi terjadinya campur kode pada kutipan data tersebut. Data [D88/KEM6] Guru : Yang mana, sing endi? Siswa : Nomer sekawan. Nomor empat. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa yang mana. Campur kode dilakukan oleh guru secara spontan, ketika guru sadar bahwa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, kemudian guru melakukan tuturan dengan arti yang sama namun menggunakan bahasa Jawa untuk mengulang tuturan karena saat itu sedang berlangsung pembelajaran bahasa Jawa di kelas.

30 63 Data [D91/KEM3] Guru : Apa bedane pasar desa karo pasar kutha? Pasar kutha iku bukak saben dina, yen pasar desa bukak pada waktu tertentu. Nggih boten? Apa bedanya pasar desa dengan pasar kota? Pasar kota itu bukanya setiap hari, kalau pasar kota pada waktu tertentu. Iya tidak? Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa pada waktu tertentu yang digunakan guru untuk menjelaskan pasar kota. Guru melakukan campur kode karena faktor penguasaan bahasa Jawa guru yang diakui oleh dirinya sendiri masih kurang, sehingga memilih mencampur dengan bahasa Indonesia dalam tiap tuturannya. Data [D99/SOK3] Guru : Sesuk ki, yen saiki bisa maca nulis aksara Jawa tenanan, besuk kelas enam wis gampang banget. Kalau sekarang sudah bisa membaca dan menulis aksara Jawa, besuk kelas enam sudah sangat mudah. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa besuk kelas enam. Campur kode dilakukan oleh guru untuk mempertegas tuturan yang menyatakan bahwa apabila sekarang sudah benar-benar bisa membaca dan menulis aksara Jawa, nanti saat kelas enam sudah tidak kesulitan. Data [D109/SOK6] Guru : Apane yang belum selesai? Wis minggu wingi kok. Bu guru kan wis matur nek ana tugas bali ki njuk digarap. Nek ngene ki ra sinau mau bengi njuk lali to.

31 64 Apanya yang belum selesai? Sudah minggu kemarin kok. Bu guru kan sudah bilang kalau ada tugas pulang langsung dikerjakan. Kalau seperti ini semalam tidak belajar kan jadi lupa. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa yang belum selesai untuk bertanya kepada para siswa yang mengatakan bahwa pekerjaan rumah mereka belum selesai. Guru bercampur kode dengan sengaja karena pengaruh bahasa yang dipakai oleh siswa yaitu bahasa Indonesia. Data [D110/SOK6] Guru : Ada tugas to? Sapa sing wis rampung? Sapa sing rung rampung? Kenang apa kok urung rampung? Ada tugas kan? Siapa yang sudah selesai? Siapa yang belum selesai? Kenapa belum selesai? Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ada tugas. Guru melakukan campur kode untuk menyampaikan maksud bertanya kepada siswa yang ditandai dalam kutipan Ada tugas to? Faktor kebiasaan guru menggunakan bahasa Indonesia memberikan pengaruh guru bercampur kode saat menyapa siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa dikelas. Penggunaan kata to sebagai penegas dari kalimat yang menanyakan bahwa ada tugas. Tuturan tersebut menjadi tidak formal karena adanya penggunaan kata to. Data [D111/SOK6] Guru : Buku kok salah, kamu yang salah, alesan kok merga buku salah. Bu Endang kan wis ngandani nek ana PR, ana tugas njuk

32 65 dirampungke sik. Merga kenapa? Mesti lali, njuk ora digarap. Saiki tak maafkan, nek sesuk tiada ampun bagimu. Buku kok salah, kamu yang salah, alasan kok karena buku salah. Bu Endang kan sudah bilang kalau ada PR, ada tugas langsung diselesaikan. Karena apa? Pasti lupa, lalu tidak dikerjakan. Sekarang tak maafkan, kalau besuk tiada ampun bagimu. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa tak maafkan dan frasa tiada ampun bagimu. Kedua frasa tersebut digunakan oleh guru untuk mempertegas akibat yang didapatkan apabila ada siswa yang tidak mengerjakan tugas. Guru masih memberikan maaf untuk kesalahan sekarang, namun untuk yang akan datang guru tidak akan memberikan ampun, yang artinya bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas akan mendapat hukuman. Data [D113/SOK6] Guru : Sore belajar untuk mengerjakan tugas hari ini, mengko bengi belajar untuk besuk pagi. Dadi ra ana buku sing salah. Sing salah ki kowe. Ya Dewi, sing salah kowe, dudu bukune. Hari ini kalian saya beri toleransi, yen besuk wis ora. Sore belajar untuk mengerjakan tugas hari ini, nanti malam belajar untuk besuk pagi. Jadi tidak ada buku yang salah. Yang salah itu kalian. Ya Dewi, yang salah kamu, bukan bukunya. Hari ini kalian saya beri toleransi, kalau besuk sudah tidak. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa belajar untuk besuk pagi. Frasa ini digunakan guru untuk mempertegas tuturan guru saat memberikan nasihat. Guru mengatakan kepada siswa agar saat sore hari belajar untuk mengerjakan tugas yang tadi diberikan, dan malam hari belajar untuk mata

33 66 pelajaran yang akan diajarkan besuk, sehingga tidak ada lagi yang menyalahkan buku karena salah terbawa. Faktor penyebab campur kode yang dilakukan oleh guru adalah faktor spontanitas guru karena kesal terhadap kelakuan siswa yang tidak mengerjakan tugas rumah. Data [D114/SOK6] Guru : Kukune ora panjang-panjang, ora nggawa senjata tajam ke sekolah, kui juga kanggo biji. Ora gur pinter leh pelajaran tok. Kukunya tidak panjang-panjang, tidak membawa senjata tajam ke sekolah, itu juga untuk nilai. Tidak hanya pintar dipelajaran saja. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa senjata tajamke sekolah. Campur kode digunakan untuk memberikan penekanan pada aturan-aturan dalam sekolah yang juga mempengaruhi nilai selain kepintaran siswa dalam mata pelajaran. Guru mengatakan bahwa siswa tidak boleh memiliki kuku panjang dan juga tidak boleh membawa senjata tajam ke sekolah. Data [D115/SOK6] Guru : Apa to manfaate dolan? Tidak ada. Dolan ki ra marai pinter. Kalau kamu mau masuk SMP yang bagus, minimal SMP 36 itu kamu harus dapat nilai yang baik. Syukur mlebu SMP 2 kabeh. Cita-cita ki sing dhuwur. Apa manfaatnya bermain? Tidak ada. Bermain itu tidak membuat pintar. Kalau kamu mau masuk SMP yang bagus, minimal SMP 36 iu kamu harus dapat nilai yang baik. Syukur masuk SMP 2 semua. Cita-cita itu yang tinggi. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa

34 67 Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa tidak ada. Guru menggunakan campur kode dengan maksud mempertegas bahwa bermain itu tidak memiliki manfaat apapun, dan tidak menjadikan pintar. Campur kode dilakukan dengan sengaja oleh guru saat memberikan nasihat kepada para siswa. Data [D117/SOK6] Guru : Nggih, yang lain? Ayo liyane Bagas. Bu Endang wis bola-bali ngendika, jangan takut salah, jangan takut mencoba, karena dari salah akan jadi benar, jadi tahu. Nggih? iya, yang lain? Ayo selain Bagas. Bu Endang sudah berkali-kali bicara, jangan takut salah, jangan takut mencoba, karena dari salah akan jadi benar, jadi tahu. Ya? Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa yang lain yang dimaksudkan untuk menanyakan siswa lain yang akan membuat kalimat seperti Bagas. Fungsi alih kode dalam data tersebut untuk memudahkan guru menyampaikan maksud pertanyaannya kepada para siswa, agar siswa yang lain juga bisa memberikan contoh seperti Bagas. d. Wujud klausa Campur kode berwujud klausa merupakan campur kode dengan menyisipkan kelompok kata yang berpotensi untuk menjadi kalimat namun tidak bertanda baca pada penggunaannya. Penggunaan campur kode berwujud klausa dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 26 klausa yang terdapat pada 23 data.

35 68 Penggunaan campur kode berwujud klausa ini nampak pada penjelasan data-data berikut. Data [D4/KEM3] Guru : Sinten ingkang suarane seru? Siapa yang suaranya keras? Siswa : Mas Ajik, Bu. Guru : Nggih, coba mas Ajik dibaca. Ya, coba mas Ajik dibaca. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa coba mas Ajik dibaca. Campur kode dilakukan guru saat meminta seorang siswa untuk membaca. Alasan penggunaan campur kode untuk memudahkan guru menyampaikan maksud kepada siswa, yaitu meminta siswa untuk membaca. Guru menggunakan campur kode dengan sengaja, karena bahasa Indonesia dianggap lebih komunikatif untuk meminta siswa melaksanakan perintah. Data [D19/KEM3] Siswa : Bu guru, saya sudah tulis semuanya bu, njuk diringkes ya bu? Bu guru, saya sudah tulis semuanya bu, lalu diringkas ya bu? Guru : Iya, pakai bahasanya sendiri, nganggo ukarane dhewe. Diceritakan kembali dengan bahasamu sendiri. Isinya dari awal sampai akhir, tapi nganggo basamu dhewe. Iya, pakai bahasanya sendiri, pakai kalimatnya sendiri. Diceritakan kembali dengan bahasamu sendiri, isinya dari awal sampai akhir, tapi menggunakan bahasamu sendiri. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data ini dilakukan oleh siswa yang ditandai

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 4 WATES : VII/ Gasal : Bahasa Jawa : Unggah-ungguh : 80 menit A. Kompetensi Inti

Lebih terperinci

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen Oleh: Siyam Thohiroh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa siyam_thohiroh@yahoo.com

Lebih terperinci

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan.

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP N 4 WATES Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (80 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP N 4 WATES Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (80 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ditulis pada lembar pengamatan. Motivasi menulis yang diamati mengacu pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ditulis pada lembar pengamatan. Motivasi menulis yang diamati mengacu pada BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Awal Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Menulis Untuk mengetahui motivasi menulis siswa dalam pembelajaran dapat diketahui dari hasil observasi dan angket.

Lebih terperinci

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Oleh: Feni Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa fenia228@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan. C. Tujuan Pembelajaran

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan. C. Tujuan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP N 4 WATES Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (80 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN BAHASA JAWA. Kelas/Semester : VIII/ Semester 1

SILABUS PEMBELAJARAN BAHASA JAWA. Kelas/Semester : VIII/ Semester 1 SILABUS PEMBELAJARAN BAHASA JAWA Nama Sekolah : SMP N 1 Piyungan Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Kelas/Semester : III/ Semester 1 Alokasi Waktu : 34 Jam Kompetensi Inti: 1. Memahami pengetahuan (faktual,

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo

Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo Oleh: Mahasih Hesti Rochayati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa mahesti0509@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penerapan metode mind mapping peserta didik kelas V SDN Tunge 2 Wates

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penerapan metode mind mapping peserta didik kelas V SDN Tunge 2 Wates BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai proses dan hasil meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Jawa melalui penerapan metode mind

Lebih terperinci

SILABUS Satuan pendidikan : SMP N 2 DEPOK Kelas/Semester : VIII / Ganjil Kompetensi Inti :

SILABUS Satuan pendidikan : SMP N 2 DEPOK Kelas/Semester : VIII / Ganjil Kompetensi Inti : KI1 KI2 KI3 KI4 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. SILABUS Satuan pendidikan : SMP N 2 DEPOK Kelas/Semester : VIII / Ganjil Kompetensi Inti : Menghargai dan menghayati perilaku jujur,

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

TINGKAT TUTUR DALAM BAHASA JAWA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN GUWOKAJEN KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

TINGKAT TUTUR DALAM BAHASA JAWA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN GUWOKAJEN KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI ILMIAH TINGKAT TUTUR DALAM BAHASA JAWA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN GUWOKAJEN KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mncapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DIKSI DALAM NOVEL CLEMANG-CLEMONG KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Ria Hutaminingtyas NIM : 2102405609 Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Jurusan

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001 GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa oleh

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Kelas VII/ Semester 1 Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Jumlah 10 PG, 5 uraian Kurikulum : Kurikulum 2013 NO KOMPETENSI KOMPETENSI KELAS/

Lebih terperinci

Analisis Nilai Moral Rubrik Wacan Bocah dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember 2013 dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang

Analisis Nilai Moral Rubrik Wacan Bocah dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember 2013 dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang Analisis Nilai Moral Rubrik Wacan Bocah dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember 2013 dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang Oleh: Imroati Hasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Winiar Faizah Aruum 2102406672 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok : SMP N 2 Ngemplak : VII/1 : Bahasa Jawa : Unggah-ungguh dalam kehidupan A. Kompetensi Inti 1. Menghargai

Lebih terperinci

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 Oleh: Agus Suraningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail:

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 4 WATES : VII/ Gasal : Bahasa Jawa : Unggah-ungguh : 80 menit A. Kompetensi Inti

Lebih terperinci

1. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk berpamitan. 2. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk menyapa. 3. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk berkenalan.

1. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk berpamitan. 2. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk menyapa. 3. Menerapkan unggah-ungguh jawa untuk berkenalan. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP N 4 WATES Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (80 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) BERBANTUAN MEDIA KOMIK UNTUK PEMBELAJARAN MENULIS DIALOG BAHASA JAWA PADA SISWA KELAS VII SMP N 3 KAJEN SKRIPSI untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik

BAB II PEMBAHASAN. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik BAB II PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik itu gramatikal maupun leksikal) dan penanda koherensi dalam wacana Antologi Cerkak Puber Kedua karya Ary Nurdiana. Untuk

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Kelas VII/ Semester 1 Alokasi Waktu : 80 menit Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Jumlah 10 PG, 5 uraian Kurikulum : Kurikulum 2013 NO KOMPETENSI KOMPETENSI KELAS/

Lebih terperinci

Campur Kode Bahasa Indonesia dalam Percakapan Berbahasa Jawa pada Grup Kawruh Jawa di Facebook

Campur Kode Bahasa Indonesia dalam Percakapan Berbahasa Jawa pada Grup Kawruh Jawa di Facebook Campur Kode Bahasa Indonesia dalam Percakapan Berbahasa Jawa pada Grup Kawruh Jawa di Facebook oleh : Sundari Andayani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa sundari0492@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X DAN XI SMK MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X DAN XI SMK MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X DAN XI SMK MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Oleh: Yuliana Wardani program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa y.adinda@ymail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan:

Lebih terperinci

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Kompetensi Alokasi Waktu : SMP Negeri 1 Prambanan Klaten : Pendidikan Bahasa Jawa : VII/satu : Teks Cerita

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1 A V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Telah dihasil data mengenai alih kode dan campur kode bahasa Cirebon dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Kelas IV SDN II Karanganyar. erdasarkan data yang diperoleh

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 4 WATES : VII/ Gasal : Bahasa Jawa : Unggah-ungguh : 80 menit A. Kompetensi Inti

Lebih terperinci

Jawa 3 kanggo. Kelas III. Utama Basa. SD/MI, hal Buku Wasita. pengalaman iki kanthi becik! Instrumen. Semaken crita. Tertulis.

Jawa 3 kanggo. Kelas III. Utama Basa. SD/MI, hal Buku Wasita. pengalaman iki kanthi becik! Instrumen. Semaken crita. Tertulis. SILABUS Nama Sekolah : SD... Mata Pelajaran : Bahasa : III (Tiga) Semester : 1(Gasal) I. Standar Kompetensi Mendengarkan (Nyemak) Mampu mendengarkan dan memahami berbagai wacana lisan tentang cerita teman

Lebih terperinci

ANALISIS PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN DALAM KOLOM SING LUCU PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT EDISI FEBRUARI-JUNI TAHUN 2012

ANALISIS PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN DALAM KOLOM SING LUCU PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT EDISI FEBRUARI-JUNI TAHUN 2012 ANALISIS PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN DALAM KOLOM SING LUCU PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT EDISI FEBRUARI-JUNI TAHUN 2012 Oleh: Hidayatul Mukaromah program studi pendidikan bahasa

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nomor: 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nomor: 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nomor: 1 Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Kelas/Semester : III/1 Alokasi Waktu : 1 35 menit Standar Kompetensi Mendengarkan : Mampu mendengarkan dan memahami

Lebih terperinci

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA i ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Nila Haryu Kurniawati NIM : 2102407144 Prodi : Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

: Galih Prawita :

: Galih Prawita : LAPORAN INDIVIDU PROGRAM PENGALAMAN LAPANGANN (PPL) Periode 1 Juli - 17 September 2014 Lokasi : SMP N 5 Wates Jalan Tambak, Triharjo, Wates, D. I. Yogyakarta Disusun Oleh Nama NIM : Galih Prawita : 11205241054

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Arwah Setiawan (dalam Rahmanadji, 2009: 14) humor itu adalah rasa atau gejala

BAB II LANDASAN TEORI. Arwah Setiawan (dalam Rahmanadji, 2009: 14) humor itu adalah rasa atau gejala 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Humor Menurut Ensiklopedia Indonesia (dalam Jusuf, 1984: 5), kata humor berasal dari bahasa Yunani, yang berarti getah. Dalam kehidupan sehari-hari humor dapat diartikan

Lebih terperinci

NASKAH VIDEO. Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas IV SD Semester I Pokok Bahasan Mengenal Tokoh-Tokoh Wayang Sub pokok Mengenal Sifat Raden Arjuna

NASKAH VIDEO. Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas IV SD Semester I Pokok Bahasan Mengenal Tokoh-Tokoh Wayang Sub pokok Mengenal Sifat Raden Arjuna NASKAH VIDEO Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas IV SD Semester I Pokok Bahasan Mengenal Tokoh-Tokoh Wayang Sub pokok Mengenal Sifat Raden Arjuna Oleh : Niam Wahzudik KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TUTURAN YANG MENGANDUNG EMOSI DI KALANGAN REMAJA DESA RONGGOJATI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI: TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK

PENGGUNAAN TUTURAN YANG MENGANDUNG EMOSI DI KALANGAN REMAJA DESA RONGGOJATI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI: TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK PENGGUNAAN TUTURAN YANG MENGANDUNG EMOSI DI KALANGAN REMAJA DESA RONGGOJATI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI: TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB)

UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB) UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB) 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Bahasa Daerah (Basa Jawa) b. Semester : 2 (Dua) c. Kompetensi Dasar : 3.4 Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis karya fiksi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian 1. Subjek S 1Untuk mengetahui kemampuan translasi model representasi dari Real Script menjadi Gambar Statis subjek S 1, maka diberikan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER Kelas : IX Semester : I Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Tahun Pelajaran : 2013-2014 Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi yang Jumlah soal : (uraian) 2. Mengungkapkan

Lebih terperinci

A. RUMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE

A. RUMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE Cakrik omah panggang pe iki minangka cakrik omah jawa kang prasaja dhewe yen katandhingake karo cakrik-cakrik liyane. Dumadi saka papat utawa enem saka. Saka kang separo rada endhek

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN DAN PERGESERAN BAHASA JAWA DALAM PERCAKAPAN MEDIA SOSIAL JEJARING FACEBOOK

PEMERTAHANAN DAN PERGESERAN BAHASA JAWA DALAM PERCAKAPAN MEDIA SOSIAL JEJARING FACEBOOK PEMERTAHANAN DAN PERGESERAN BAHASA JAWA DALAM PERCAKAPAN MEDIA SOSIAL JEJARING FACEBOOK Oleh: Nita Sulistya Wati program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa niech_chan@yahoo.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

Kajian Humor pada Wacana Guyon dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember Tahun 2013

Kajian Humor pada Wacana Guyon dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember Tahun 2013 Kajian Humor pada Wacana Guyon dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember Tahun 2013 Oleh: Lutfiani Indah Permata Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Lutfiani22@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan produk dari suatu ujaran kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Riyana Widya Hapsari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail: Riyana.hapsari197@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA MAHASISWA PENUTUR NGAPAK DI LINGKUNGAN FBS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PEMAKAIAN BAHASA JAWA MAHASISWA PENUTUR NGAPAK DI LINGKUNGAN FBS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PEMAKAIAN BAHASA JAWA MAHASISWA PENUTUR NGAPAK DI LINGKUNGAN FBS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Anggraita Dyah Tantri NIM : 2102407090 Program

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Ke Alokasi Waktu Kemampuan berbahasa : SMP N 4 Wates : Bahasa Jawa : VIII/ Gasal : 1 (satu) : 2 x 40 menit :

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT BERBAHASA JAWA MELALUI METODE BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA ANAK KELOMPOK TK B DI TK PEDAGOGIA YOGYAKARTA

PENINGKATAN MINAT BERBAHASA JAWA MELALUI METODE BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA ANAK KELOMPOK TK B DI TK PEDAGOGIA YOGYAKARTA PENINGKATAN MINAT BERBAHASA JAWA MELALUI METODE BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA ANAK KELOMPOK TK B DI TK PEDAGOGIA YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL SKRIPSI Oleh Destrika Nurtanti NIM 11111247043

Lebih terperinci

Pemerolehan Bahasa Jawa Pada Kelompok Bermain Islam Terpadu Di Desa Karangmaja Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

Pemerolehan Bahasa Jawa Pada Kelompok Bermain Islam Terpadu Di Desa Karangmaja Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Pemerolehan Bahasa Jawa Pada Kelompok Bermain Islam Terpadu Di Oleh : Prastiti Setyaningrum Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Prastitiningrum@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM REMBUK DESA DI KELURAHAN JATIROTO KABUPATEN WONOGIRI

PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM REMBUK DESA DI KELURAHAN JATIROTO KABUPATEN WONOGIRI PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM REMBUK DESA DI KELURAHAN JATIROTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA JAWA MELALUI PESAN SINGKAT (SMS) ANTARA MAHASISWA DAN DOSEN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEGIATAN AKADEMIS

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA JAWA MELALUI PESAN SINGKAT (SMS) ANTARA MAHASISWA DAN DOSEN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEGIATAN AKADEMIS REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA JAWA MELALUI PESAN SINGKAT (SMS) ANTARA MAHASISWA DAN DOSEN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEGIATAN AKADEMIS Astiana Ajeng Rahadini, S. Pd., M. Pd.; Favorita Kurwidaria, S.S.,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERKARAKTER MATA PELAJARAN BAHASA JAWA KELAS III (3) SEMESTER 1 (GANJIL)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERKARAKTER MATA PELAJARAN BAHASA JAWA KELAS III (3) SEMESTER 1 (GANJIL) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERKARAKTER MATA PELAJARAN BAHASA JAWA KELAS III (3) SEMESTER 1 (GANJIL) 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN No. Nama Sekolah : Kelas/Semester : III (3) / 1 (ganjil) Tema

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PAMERAN BUKU MURAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 TANGGAL 27 NOVEMBER 2014

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PAMERAN BUKU MURAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 TANGGAL 27 NOVEMBER 2014 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PAMERAN BUKU MURAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 TANGGAL 27 NOVEMBER 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam

Lebih terperinci

Dialog Presiden - Peninjauan Program dan Kampung KB, Bantul, 10 Oktober 2016 Senin, 10 Oktober 2016

Dialog Presiden - Peninjauan Program dan Kampung KB, Bantul, 10 Oktober 2016 Senin, 10 Oktober 2016 Dialog Presiden - Peninjauan Program dan Kampung KB, Bantul, 10 Oktober 2016 Senin, 10 Oktober 2016 DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENINJAUAN PROGRAM DAN KAMPUNG KB (KELUARGA BERENCANA) DUSUN JASEM,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Tema : Kegiatan Sekolah : SDN... Mata Pelajaran : Bahasa Daerah (Jawa) Tema : Lingkungan Kelas / Semester : III (tiga) / 1 Alokasi Waktu : 10 X 35 menit ( 5 pertemuan)

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA JAWA ANAK USIA SD DI DESA TANJUNGREJO KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO

PENGGUNAAN BAHASA JAWA ANAK USIA SD DI DESA TANJUNGREJO KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO PENGGUNAAN BAHASA JAWA ANAK USIA SD DI DESA TANJUNGREJO KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO Oleh : Syaiful Anwar pendidikan bahasa dan sastra jawa anwarsindonesia@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Hasil Wawancara dengan Siswa. 1. Bagaimanakah cara mengajar guru PKn anda pada saat pembelajaran dikelas?

Hasil Wawancara dengan Siswa. 1. Bagaimanakah cara mengajar guru PKn anda pada saat pembelajaran dikelas? Hasil Wawancara dengan Siswa Nama : Kendy Mayo Kelas : XI IPS 2 1. Bagaimanakah cara mengajar guru PKn anda pada saat pembelajaran dikelas? Jawab : menerangkan dengan menggunakan LCD, ada tanya jawab.

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 1 TEMA: HIBURAN

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 1 TEMA: HIBURAN SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 1 TEMA: HIBURAN Standar Dasar 1. PKn Membiasakan hidup bergotong royong 2. IPS Memahami peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis Melaksanakan

Lebih terperinci

Campur Kode dalam Percakapandi LingkunganHome IndustriDesa Bugel Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Jawa Tengah

Campur Kode dalam Percakapandi LingkunganHome IndustriDesa Bugel Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Jawa Tengah Campur Kode dalam Percakapandi LingkunganHome IndustriDesa Bugel Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Jawa Tengah Oleh: Dina Kurniawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa dinakurniawati131@gmail.com

Lebih terperinci

B. Kompetensi Dasar K I Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

B. Kompetensi Dasar K I Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 1) SatuanPendidikan : SMP Negeri 1 Piyungan Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh basa Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Kompetensi

Lebih terperinci

B. Kompetensi Dasar K 1 Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

B. Kompetensi Dasar K 1 Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP ) SatuanPendidikan : SMP Negeri Piyungan Kelas/Semester : VII/ Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh basa Alokasi Waktu : x 0 menit A. Kompetensi

Lebih terperinci

Analisis Psikologis dan Nilai Moral dalam Roman T Spookhuis Karya Suparto Brata

Analisis Psikologis dan Nilai Moral dalam Roman T Spookhuis Karya Suparto Brata Analisis Psikologis dan Nilai Moral dalam Roman T Spookhuis Karya Suparto Brata Oleh: Syahriyatun Nikmah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa syahriyatun@gmail.com Abstrak: penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PADA ANAK-ANAK USIA 7 TAHUN 10 BULAN (Analisis Wacana)

TINDAK TUTUR PADA ANAK-ANAK USIA 7 TAHUN 10 BULAN (Analisis Wacana) TINDAK TUTUR PADA ANAK-ANAK USIA 7 TAHUN 10 BULAN (Analisis Wacana) Oleh: Joko Santoso 1 E-mail : joko.spbsi@gmail.com Abstract Events of speech act used by children to make requests to the partner said.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR LANGSUNG LITERAL DAN TIDAK LANGSUNG LITERAL PADA PROSES PEMBELAJARAN MICRO TEACHING

TINDAK TUTUR LANGSUNG LITERAL DAN TIDAK LANGSUNG LITERAL PADA PROSES PEMBELAJARAN MICRO TEACHING TINDAK TUTUR LANGSUNG LITERAL DAN TIDAK LANGSUNG LITERAL PADA PROSES PEMBELAJARAN MICRO TEACHING Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Oleh: Alip Rahman Sulistio Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa aliprahman16@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Drajat S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Drajat S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DI KALANGAN ANAK DIDIK DALAM PELAKSANAAN BELAJAR-MENGAJAR DI SDN 3 WIROKO KECAMATAN TIRTOMOYO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN 42 BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN Dalam bagian ini akan dikaji dan dideskripsikan secara kualilatif metakognisi siswa dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan model Flavell. Analisis

Lebih terperinci

BENTUK UJARAN BAHASA JAWA TATARAN FONOLOGI ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT BERAT SMP LUAR BIASA NEGERI SEMARANG (KAJIAN PSIKOLINGUISTIK)

BENTUK UJARAN BAHASA JAWA TATARAN FONOLOGI ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT BERAT SMP LUAR BIASA NEGERI SEMARANG (KAJIAN PSIKOLINGUISTIK) BENTUK UJARAN BAHASA JAWA TATARAN FONOLOGI ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT BERAT SMP LUAR BIASA NEGERI SEMARANG (KAJIAN PSIKOLINGUISTIK) SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Anggun Setyorini

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh. Nama. : Elok Wahyuni. : Bahasa dan Sastra Jawa NIM. Program. Jurusan FAKULTAS

SKRIPSI. oleh. Nama. : Elok Wahyuni. : Bahasa dan Sastra Jawa NIM. Program. Jurusan FAKULTAS PEROLEHAN BAHASAA JAWA ANAK PLAYGROUP AULIYAA KENDAL USIA 3-4 TAHUN SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama NIM : Elok Wahyuni : 2102407065 Program studi :Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. A. Kompetensi Inti KI1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. A. Kompetensi Inti KI1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SatuanPendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Pertemuan Alokasi Waktu : SMP N 3 Sewon : VII/Gasal : Bahasa Jawa : Unggah-ungguh basa : ke-2 : 2 x 40 menit

Lebih terperinci

BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI

BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nama : Dewi Larasati NIM : 2102408087 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS

Lebih terperinci

Alenia Kesatuan dan Kepaduan. Sri Hertanti Wulan

Alenia Kesatuan dan Kepaduan. Sri Hertanti Wulan Alenia Kesatuan dan Kepaduan Sri Hertanti Wulan Pengertian Alinea Alinea adalah himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. pembentukan sebuah alinea

Lebih terperinci

Nilai Moral dalam Novel Suminar Karya Tiwiek SA

Nilai Moral dalam Novel Suminar Karya Tiwiek SA Nilai Moral dalam Novel Suminar Karya Tiwiek SA Oleh: Bagas Prasetyo Nugroho Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Bagasprasetyonugroho09@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

Bahasa Jawa dan Pengajaran Bahasa

Bahasa Jawa dan Pengajaran Bahasa 1 Bahasa Jawa dan Pengajaran Bahasa oleh Dwi Puspitorini 1 dpr@cbn.net.id 1. PENGANTAR Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah dengan jumlah penutur yang paling banyak. Menurut catatan, jumlah penutur bahasa

Lebih terperinci

Konten Bab I. Huruf Lafal Contoh dalam Kata. a a sega, lunga, dara, jaka

Konten Bab I. Huruf Lafal Contoh dalam Kata. a a sega, lunga, dara, jaka Proses desain Jalan Cerita Dua orang anak laki-laki dan perempuan yang bersahabat, merencanakan wisata untuk mengisi waktu liburan sekolahnya. Mereka berangkat menggunakan kereta api. Beberapa jam kemudian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya tergolong masyarakat dwibahasawan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya tergolong masyarakat dwibahasawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia pada umumnya tergolong masyarakat dwibahasawan (bilingual). Hal ini terjadi karena umumnya masyarakat Indonesia menguasai dan menggunakan

Lebih terperinci

LAPORAN INDIVIDU. KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN DI SMP N 3 WONOSARI Disusun sebagai Pertanggungjawaban Pelaksanaan

LAPORAN INDIVIDU. KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN DI SMP N 3 WONOSARI Disusun sebagai Pertanggungjawaban Pelaksanaan LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN DI SMP N 3 WONOSARI Disusun sebagai Pertanggungjawaban Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Tahun Akademik 2016/2017 Disusun oleh: Ndaru Kartika

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kisi-kisi Pre Test Menulis Kalimat Sederhana Siswa Kelas II A SD Negeri Sinduadi 1 Mlati. 2. Menulis kembali kalimat. dan tanda titik.

Lampiran 1. Kisi-kisi Pre Test Menulis Kalimat Sederhana Siswa Kelas II A SD Negeri Sinduadi 1 Mlati. 2. Menulis kembali kalimat. dan tanda titik. Lampiran 1. Kisi-kisi Pre Test Menulis Kalimat Sederhana Siswa Kelas II A SD Negeri Sinduadi 1 Mlati No Kompetensi Dasar Indikator Bentuk Soal Item 1 Menulis kalimat 2. Menulis kembali kalimat Uraian 1

Lebih terperinci

Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung Ngonceki Impen pada Majalah Panjebar Semangat Edisi Maret Agustus 2014

Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung Ngonceki Impen pada Majalah Panjebar Semangat Edisi Maret Agustus 2014 Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung Ngonceki Impen pada Majalah Panjebar Semangat Edisi Maret Agustus 2014 Oleh: Siti Mudrikah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa sitimudrikah645@gmail.com

Lebih terperinci

Oleh : Wahyu Sriastuti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Oleh : Wahyu Sriastuti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa ANALISIS CAMPUR KODE BAHASA JAWA RAGAM KRAMA TOKOH HANDOKO DALAM NOVEL KUNARPA TAN BISA KANDHA KARYA SUPARTO BRATA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BERBICARA KELAS XII DI SMA Oleh : Wahyu Sriastuti

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Kompetensi Alokasi Waktu : SMP Negeri 1 Prambanan Klaten : Pendidikan Bahasa Jawa : VII/satu : Angka Jawa :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat Indonesia terdiri dari bermacam macam suku bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat Indonesia terdiri dari bermacam macam suku bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia terdiri dari bermacam macam suku bangsa dan bahasa bahasa. Selain dari suku bangsa asli Indonesia, terdapat suku bangsa asing yang berdiam di Indonesia

Lebih terperinci

WUJUD PRAGMATIK IMPERATIF DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI TAMAN PENDIDIKAN ALQURAN AL FALAH DESA SREBEGAN KECAMATAN CEPER KABUPATEN KLATEN

WUJUD PRAGMATIK IMPERATIF DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI TAMAN PENDIDIKAN ALQURAN AL FALAH DESA SREBEGAN KECAMATAN CEPER KABUPATEN KLATEN WUJUD PRAGMATIK IMPERATIF DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI TAMAN PENDIDIKAN ALQURAN AL FALAH DESA SREBEGAN KECAMATAN CEPER KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

KESALAHAN BERBAHASA JAWA PADA PAPAN NAMA PERTOKOAN DI KABUPATEN PEMALANG

KESALAHAN BERBAHASA JAWA PADA PAPAN NAMA PERTOKOAN DI KABUPATEN PEMALANG KESALAHAN BERBAHASA JAWA PADA PAPAN NAMA PERTOKOAN DI KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Nopita Ika Rahmawati NIM : 2102406677 Prodi : Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan memberikan informasi kepada sesama. Dalam hal ini, keberadaan bahasa diperlukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peristiwa komunikasi merupakan peristiwa yang dialami oleh setiap orang. Peristiwa komunikasi merupakan suatu peristiwa yang sangat majemuk. Untuk dapat

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA KOLOM PAK RIKAN DI KORAN MINGGUAN DIVA

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA KOLOM PAK RIKAN DI KORAN MINGGUAN DIVA TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA KOLOM PAK RIKAN DI KORAN MINGGUAN DIVA SKRIPSI disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Ikasari Indah Hibridani NIM : 2102406042 Prodi : Pendidikan

Lebih terperinci

Alhamdulillah, sudah lunas dan bisa langsung segera mengisi formulir di warnet.

Alhamdulillah, sudah lunas dan bisa langsung segera mengisi formulir di warnet. Tanggal 31 Mei 2010... Maaf mbak, uangnya receh... Banyak uang pecahan seribuan-nya. Belum sempat nukerin ini tadi. Tapi pas kok mbak jumlahnya itu Rp 150.00,- coba dihitung lagi. Ucap saya ke seorang

Lebih terperinci

NARASI KELISANAN DALAM TRADISI NGLIWETI PARI DESA JURANGJERO REMBANG

NARASI KELISANAN DALAM TRADISI NGLIWETI PARI DESA JURANGJERO REMBANG NARASI KELISANAN DALAM TRADISI NGLIWETI PARI DESA JURANGJERO REMBANG Skripsi Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Arie Ikha Safitri NIM : 2102407060 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

Ulangan Harian ke Kula.saking sekolah jam 1 siyang, menawi bapak.saking kantor jam 4 sonten.

Ulangan Harian ke Kula.saking sekolah jam 1 siyang, menawi bapak.saking kantor jam 4 sonten. Ulangan Harian ke- 1 Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester I. Wangsulana pitakenan ing ngandhap menika kanthi ngeping (X) ing aksara a, b, c, utawi d ingkang leres! 1. Unggah- ungguh saged ugi dipunsebat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan. 1st Spring Hujan lagi. Padahal ini hari Minggu dan tak ada yang berharap kalau hari ini akan hujan. Memang tidak besar, tapi cukup untuk membuat seluruh pakaianku basah. Aku baru saja keluar dari supermarket

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Alokasi Waktu : SMP Negeri 1 Prambanan : Bahasa Jawa : VII/1 : Tembang macapat Gambuh : 2 x 40 menit A. Kompetensi Inti

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK

ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi Sebagian Pernyataan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

SINESTESIA PADA TUTURAN MAHASISWA PBSJ FBS UNNES SKRIPSI

SINESTESIA PADA TUTURAN MAHASISWA PBSJ FBS UNNES SKRIPSI SINESTESIA PADA TUTURAN MAHASISWA PBSJ FBS UNNES SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Suciati Duwi Sartika NIM : 2102407125 Prodi Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa :

Lebih terperinci