HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dataran tinggi Dieng terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) berada di dua wilayah, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Wilayah terbesar Dataran Tinggi Dieng milik Kabupaten Banjarnegara dan merupakan dataran paling tinggi di Jawa (Sekneg RI 2007). Rata-rata ketinggiannya adalah kaki atau m dpl dengan suhu siang hari antara 15 0 C dan 10 0 C pada malam hari (Turasih 2011). Pada waktu musim kemarau, suhu dapat turun drastis di bawah titik 0 0 C. Dataran Tinggi Dieng dikelilingi gugusan gunung antara lain Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Perahu, Gunung Rogojembangan, serta Gunung Bismo. Kondisi penggunaan lahan hutan negara di Dieng berdasarkan citra Landsat ETM+ pada tahun 2005 adalah terdiri dari hutan, non hutan, cagar alam, dan danau/telaga. Dari keseluruhan luas wilayah penggunaan lahan seluas 483,300 ha (50,15%) berupa non hutan. Kondisi ideal hutan yang berada di Dieng idealnya berupa kawasan hutan lindung. Dataran Tinggi Dieng merupakan salah satu sentra penghasil kentang di Indonesia. Kondisi sosial ekomomi masyarakat rata-rata mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani dengan rata-rata 77,36% dari total keseluruhan penduduk yang bekerja (Winoto 2011). Berdasarkan data BPS (2010), produksi kentang dari Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 288,654 ton, sedangkan menurut Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara tahun 2009, kapasitas produksi kentang Kabupaten Banjarnegara adalah ,5 ton/tahun (DIPERTAN 2009). Hal ini menunjukkan Kabupaten Banjarnegara atau daerah Dataran Tinggi Dieng merupakan daerah produsen kentang yang sangat tinggi produktivitasnya. Karakteristik petani Jenis Kelamin. Jumlah contoh pada penelitian ini sebanyak 100 petani. Hampir seluruh contoh berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 97 persen (Tabel 4). Pertanian merupakan mata pencaharian utama mayoritas masyarakat Dataran

2 34 Tinggi Dieng. Oleh karenanya, pertanian umum dikelola oleh kepala keluarga yaitu suami (laki-laki). Pertanian baru dikelola oleh perempuan apabila suami tidak mampu mengelola pertanian, suami memiliki mata pencaharian lain, atau hal-hal lain yang menjadi pertimbangan khusus. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah n % Laki-laki 97 97,0 Perempuan 3 3,0 Total ,0 Usia. Usia contoh merupakan lama hidup contoh. Perbedaan usia konsumen akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek ataupun jenis produk (Sumarwan 2011). Rentang usia contoh dalam penelitian ini adalah tahun dengan rata-rata usia contoh adalah 35,79 tahun. Usia contoh ini termasuk dalam kategori usia dewasa awal, dewasa lanjut, separuh baya, dan tua menurut siklus hidup konsumen yang dikemukakan oleh Sumarwan (2011). Tabel 5 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (56%) tergolong dalam dewasa lanjut. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan usia Usia (tahun) Jumlah n % Dewasa awal (19-24) 1 1,0 Dewasa lanjut (25-35) 56 56,0 Separuh baya (36-50) 40 40,0 Tua (51-65) 3 3,0 Total ,0 Min - max (tahun) Rataan ± Sd 35,79 ± 6,33 Pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang akan memengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah yang kemudian menentukan proses keputusan dan pola konsumsi seseorang (Sumarwan 2011). Pendidikan dapat diketahui dari latar belakang pendidikan formal dan/atau informal yang pernah ditempuh contoh dalam satuan tahun. Pendidikan informal dalam penelitian ini adalah pendidikan pesantren yang umum ditempuh oleh masyarakat setempat setelah menempuh pendidikan formal

3 35 hingga jenjang SD atau SMP. Pendidikan yang telah ditempuh oleh contoh berada pada berbagai tingkat pendidikan. Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa persentase terbesar tingkat pendidikan contoh (41%) adalah SMP atau sederajat. Sedangkan persentase terendah tingkat pendidikan contoh (1%) adalah tidak sekolah dan Diploma 3. Hal yang menarik bahwa terdapat contoh yang menamatkan pendidikan sampai jenjang Strata 1 (S1) yaitu sebesar 3,0 persen. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan Pendidikan Jumlah n % Tidak Bersekolah 1 1,0 SD 35 35,0 SMP atau sederajat 41 41,0 SMA atau sederajat 17 17,0 Diploma 2 2 2,0 Diploma 3 1 1,0 Strata 1 (S1) 3 3,0 Total ,0 Penghasilan Tani. Penghasilan tani merupakan jumlah uang yang diperoleh contoh dari hasil pertanian kentang per bulan. Jumlah tersebut didapat dari jumlah uang yang didapat dari hasil panen dikurangi modal kemudian dibagi lama bulan masa tunggu panen kentang (4 bulan). Hasil menunjukkan penghasilan tani terendah dari contoh adalah Rp60.000,- dan penghasilan tani tertinggi adalah Rp ,-. Berdasarkan range yang jauh tersebut, pembagian kategori penghasilan tani dibuat dalam rentang 2 juta rupiah sehingga didapat gambaran bahwa lebih dari separuh contoh (60%) memiliki penghasilan tani dibawah 2 juta rupiah per bulan (Tabel 7). Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan penghasilan tani Penghasilan per Bulan dari Pertanian (Rp) Jumlah n % , , ,0 > ,0 Total ,0 Min - max (Rp) Rataan ± Sd ±

4 36 Pendapatan Keluarga. Pendapatan keluarga merupakan jumlah uang yang diperoleh keluarga contoh per bulan dari berbagai sumber pendapatan keluarga (pertanian dan sumber lain). Hasil pada Tabel 8 menunjukkan pendapatan keluarga contoh yang paling rendah adalah adalah Rp ,- dan pendapatan keluarga contoh paling tinggi adalah Rp ,-. Separuh contoh (50%) memiliki pendapatan keluarga dibawah 2 juta rupiah. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga Pendapatan Keluarga (Rp) Jumlah n % , , ,0 > ,0 Total ,0 Min - max (Rp) Rataan ± Sd ± Jumlah Sumber Pendapatan. Jumlah sumber pendapatan adalah jumlah semua sumber pendapatan keluarga contoh. Lebih dari separuh contoh (60%) memiliki jumlah sumber pendapatan 1 sumber, yaitu pertanian saja (Tabel 9). Jumlah sumber pendapatan mengindikasikan cadangan sumber pendapatan keluarga apabila pertanian tidak menghasilkan sesuai harapan karena pertanian merupakan bidang mata pencaharian yang sangat bergantung pada kondisi iklim dan cuaca serta harga pasar sehingga seringkali hasilnya susah diprediksi. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jumlah sumber pendapatan Jumlah Sumber Pendapatan Jumlah n % 1(pertanian saja) 60 60,0 2 (dua) 28 28,0 3 (tiga) 9 9,0 4 (empat) 2 2,0 5 (lima) 1 1,0 Total ,0 Karakteristik Pertanian Luas Lahan yang Diolah. Luas lahan yang diolah contoh dalam bertani kentang beragam dan memiliki range yang sangat jauh, yaitu luas terendah adalah 0,02 hektar dan terluas adalah 4 hektar. Pembagian kategori dilakukan dengan

5 37 membuat cut off point pada titik 1 dan 2 hektar. Petani dengan luas lahan lebih kecil dari 1 hektar mendominasi hasil contoh dengan persentase sebesar 69 persen (Tabel 10). Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan luas lahan yang diolah Luas Lahan yang Diolah (ha) Jumlah n % < ,0 1 1, , ,0 Total ,0 Min - max (ha) 0,02 4,00 Rataan ± Sd 0,77 ± 0,79 Status Kepemilikan Lahan. Status kepemilikan lahan pada umumnya akan menentukan peran petani dalam pengambilan keputusan terkait pengolahan lahan dan menggambarkan pula tingkatan kemampuan petani dalam kepemilikan lahan. Status kepemilikan lahan yang diolah contoh dalam bertani kentang dibedakan menjadi lahan majikan, dimana petani menjadi buruh dan tidak memiliki lahan sendiri; lahan sewa; lahan sendiri; dan petani yang memiliki lahan sendiri sekaligus menyewa lahan lain. Hasil pada Tabel 11 menunjukkan bahwa hampir tiga per empat contoh (74%) merupakan petani yang memiliki lahan sendiri. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan status kepemilikan lahan Status Kepemilikan Lahan Jumlah n % Lahan majikan (petani sebagai buruh) 1 1,0 Lahan sewa 4 4,0 Lahan sendiri 74 74,0 Lahan sendiri dan sewa 21 21,0 Total ,0 Pengalaman Berusaha Tani. Pengalaman berusaha tani mengindikasikan banyaknya hal yang telah dialami dan dipelajari petani dalam hal pertanian, baik dari pengalaman diri sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh selama rentang tahun tersebut akan menjadi sebuah proses belajar bagi konsumen yang berikutnya akan menyebabkan perubahan-perubahan perilaku, pengetahuan, dan sikap (Sumarwan 2011). Lamanya contoh bermata pencaharian sebagai petani kentang dihitung dalam satuan tahun lengkap

6 38 kemudian dikategorikan per 10 tahun. Lebih dari separuh contoh (53%) memiliki pengalaman berusaha tani selama tahun (Tabel 12). Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pengalaman berusaha tani Pengalaman Berusaha Tani (tahun) Jumlah n % < 10 tahun 28 28, tahun 53 53, tahun 14 14,0 30 tahun 5 5,0 Total ,0 Min - max (Rp) 0,40 37,00 Rataan ± Sd 13,34 ± 7,71 Motivasi Motivasi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen. Schiffman dan Kanuk (2004) mendefinisikan motivasi sebagai sebuah dorongan yang membuat seseorang melakukan suatu perbuatan. Dorongan tersebut merupakan produksi dari ketidaknyamanan sebagai hasil dari tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang. Tabel 13 Motivasi contoh terhadap pembelian pestisida organik Persentase (%) No Motivasi Tidak Setuju Setuju Motivasi Intrinsik Alasan Keamanan 1 Aman terhadap petani yang menggunakan pestisida Aman terhadap tanaman kentang Aman terhadap tanah/lahan pertanian 6 94 Alasan Keuntungan Ekonomi 4 Harganya sesuai dengan kualitas Meningkatkan daya jual Alasan Pembelajaran 6 Coba-coba Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan 6 94 Motivasi Ekstrinsik 8 Meniru-niru petani lain yang menggunakan pestisida organik Saran dari penyuluh pertanian Menggunakan pestisida organik akan menaikkan gengsi/kebanggaan 11 Ajakan teman-teman petani yang sudah menggunakan pestisida organik 48 52

7 39 Motivasi dalam penelitian ini merupakan faktor-faktor yang menjadi kekuatan pendorong atau menjadi alasan contoh untuk membeli pestisida organik. Tabel 13 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menjadi motivasi utama petani dalam pembelian dan/atau penggunaan pestisida organik adalah alasan keamanan (terhadap petani, tanaman kentang, maupun tanah/lahan pertanian) dan alasan pembelajaran (meningkatkan pengetahuan dan keterampilan). Meniru-niru petani lain yang menggunakan pestisida organik dan alasan untuk menaikkan gengsi/kebanggaan merupakan motivasi ekstrinsik yang paling tidak menjadi pertimbangan/motivasi utama konsumen dalam pembelian pestisida organik. Persepsi Persepsi, sama halnya dengan motivasi, merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen. Menurut Sumarwan (2011), persepsi konsumen adalah bagaimana seorang konsumen melihat realitas di luar dirinya atau dunia sekelilingnya. Persepsi ini akan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, harapan, dan kebutuhan seseorang. Persepsi dalam penelitian ini merupakan interpretasi contoh terhadap atribut-atribut pestisida organik. Tabel 14 menggambarkan sebaran contoh berdasarkan persepsi terhadap pestisida organik dengan semakin tinggi nilai mewakili persepsi semakin positif. Pernyataan mengenai keamanan pestisida organik terhadap petani, tanaman kentang, maupun lahan pertanian memiliki sebaran contoh sebagian besar di area positif (8 10), begitu pula dengan kemudahan aplikasi pestisida organik. Bahkan, hampir separuh contoh (n=49) mempersepsikan bahwa pestisida organik sangat aman terhadap tanah atau lahan pertanian. No Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan persepsi Pernyataan Jawaban Harga pestisida organik (sangat mahal - sangat murah) Ketuntasan dalam mengendalikan hama atau penyakit (sangat tidak tuntas sangat tuntas) Kecepatan daya bunuh atau daya basmi (sangat lambat sangat cepat)

8 40 No Tabel 14 Lanjutan Pernyataan Jawaban Keamanan terhadap tanaman kentang (sangat berbahaya sangat aman) Keamanan terhadap petani yang menggunakan pestisida (sangat berbahaya sangat aman) Keamanan terhadap tanah/lahan pertanian (sangat berbahaya sangat aman) Harga dikaitkan dengan kualitas (sangat tidak sesuai sangat sesuai) Kemudahan memperoleh pestisida organik (sangat sulit sangat mudah) Kondisi dan penampilan kemasan pestisida organik (sangat tidak menarik sangat menarik) Kemudahan aplikasi pestisida organik (sangat sulit sangat mudah) Gengsi dari pestisida organik (sangat tidak bergengsi sangat bergengsi) Lebih dari tiga per empat contoh (78%) memiliki persepsi sedang terhadap pestisida organik (Tabel 15). Hal tersebut berarti contoh memiliki pandangan dan interpretasi yang cukup positif terhadap atribut-atribut pestisida organik. Skor terendah persepsi contoh adalah 38 dan skor tertinggi adalah 104 dengan skor minimum dan maksimum yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 11 dan 110 (skala Semantik Diferensial 1-10 dengan 11 pertanyaan). Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan skor total persepsi Persepsi Jumlah n % Rendah (38-60) 11 11,0 Sedang (61-83) 78 78,0 Tinggi (84-104) 11 11,0 Total ,0 Min-max Rataan±Sd 73,61 ± 10,64

9 41 Dimensi TPB (Sikap terhadap Perilaku, Norma Subjektif, Persepsi Pengendalian Perilaku, dan Niat Pembelian) Sikap terhadap Perilaku. Sikap terhadap perilaku dalam penelitian ini merupakan sikap contoh terhadap perilaku atau tindakan penggunaan pestisida organik. Sikap terhadap perilaku memiliki dua komponen, yaitu: keyakinan perilaku dan evaluasi (Ajzen 1991). Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa proporsi terbesar contoh setuju memiliki keyakinan perilaku jika menggunakan pestisida organik akan mendapat banyak keuntungan (n=71), dapat menjaga kelestarian lingkungan (n=62), residu pestisida di kentang (n=71) dan di tanah (n=77) akan lebih sedikit, dan dapat menghindari kekebalan hama (n=66). Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap perilaku No Pernyataan Jawaban STS TS S SS Keyakinan perilaku 1 Saya akan mendapat banyak keuntungan apabila menggunakan pestisida organik Saya menggunakan pestisida organik agar dapat menjaga kelestarian lingkungan Residu pestisida di kentang akan lebih sedikit bila saya menggunakan pestisida organik 4 Residu pestisida di tanah akan lebih sedikit bila saya menggunakan pestisida organik 5 Saya dapat menghindari kekebalan hama bila menggunakan pestisida organik Evaluasi 6 Saya ingin memperoleh keuntungan seperti petani-petani lain yang menggunakan pestisida organik 7 Saya bangga bila dapat menjaga kelestarian lingkungan dengan menggunakan pestisida organik 8 Saya ingin residu pestisida di kentang sedikit Saya ingin residu pestisida di tanah sedikit Saya tidak ingin hama menjadi kebal terhadap pestisida Keterangan: STS=Sangat Tidak Setuju; TS=Tidak Setuju; S=Setuju; SS=Sangat Setuju Proporsi terbesar contoh pada aspek evaluasi juga berada pada tingkatan setuju bahwa petani ingin memperoleh keuntungan seperti petani-petani lain pengguna pestisida organik (n=75), bangga bila dapat menjaga kelestarian

10 42 lingkungan (n=58), ingin residu pestisida di kentang (n=67) dan di tanah (n=69) sedikit, dan tidak menginginkan hama menjadi kebal terhadap pestisida (n=65). Hal ini berarti mayoritas contoh memiliki kepercayaan perilaku dan evaluasi yang cukup baik terhadap penggunaan pestisida organik. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan skor sikap terhadap perilaku Sikap Jumlah n % Rendah (29-46) 43 43,0 Sedang (47-63) 40 40,0 Tinggi (64-80) 17 17,0 Total ,0 Min-max Rataan±Sd 51,36 ± 11,12 Hampir separuh contoh (43%) memiliki sikap terhadap perilaku penggunaan pestisida organik rendah dan dengan persentase yang tidak jauh berbeda (40%), contoh memiliki sikap terhadap perilaku dalam kategori sedang (Tabel 17). Hal tersebut berarti contoh belum memiliki memiliki keyakinan yang kuat bahwa menggunakan pestisida organik akan memberikan manfaat yang cukup banyak bagi contoh. Skor terendah sikap terhadap perilaku yang diperoleh contoh adalah 29 dan skor tertinggi adalah 80 dengan skor minimum dan maksimum yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 5 dan 80 (skala Likert 1-4 dengan 5 pasang pertanyaan). Norma subjektif. Norma subjektif dalam penelitian ini adalah persepsi contoh terhadap tekanan sosial (pikiran pihak-pihak yang dianggap berkepentingan dan memiliki harapan kepada contoh untuk menggunakan pestisida organik) dan sejauh mana keinginan contoh untuk memenuhinya. Norma subjektif memiliki dua komponen, yaitu: keyakinan normatif dan motivasi mematuhi (Ajzen 1991). Berdasarkan Tabel 18, proporsi terbesar contoh setuju memiliki kepercayaan normatif bahwa kebanyakan orang (n=63), keluarga (n=61), konsumen (n=69), penyuluh pertanian (n=68), dan teman-teman petani (n=62) contoh mengharapkan contoh menggunakan pestisida organik. Sama halnya pada aspek motivasi mematuhi, lebih dari separuh contoh (n=67) setuju untuk ingin melakukan apa yang dikatakan kebanyakan orang agar menggunakan

11 43 pestisida organik, dan mayoritas contoh setuju untuk ingin mematuhi keinginan keluarga (n=83), konsumen (n=80), penyuluh pertanian (n=86), dan teman-teman petani (n=86) untuk menggunakan pestisida organik. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas contoh yakin bahwa kebanyakan orang, keluarga, konsumen, penyuluh pertanian, dan teman-teman petani memiliki peran yang penting bagi contoh terhadap kemungkinan penggunaan pestisida organik. No Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan norma subjektif Pernyataan Jawaban STS TS S SS Keyakinan normatif Kebanyakan orang menginginkan saya menggunakan pestisida organik Keluarga saya menginginkan saya menggunakan pestisida organik Konsumen kentang saya menghendaki saya menggunakan pestisida organik Penyuluh pertanian mengatakan bahwa menggunakan banyak pestisida kimia tidak baik sehingga menganjurkan saya menggunakan pestisida organik Teman-teman petani saya menyarankan saya menggunakan pestisida organik Motivasi Mematuhi Saya ingin melakukan apa yang dikatakan kebanyakan orang agar saya menggunakan pestisida organik Saya ingin melakukan apa yang keluarga saya inginkan tentang pestisida organik Saya ingin melakukan apa yang konsumen saya kehendaki tentang pestisida organik Saya ingin mengikuti anjuran penyuluh pertanian agar menggunakan pestisida organik Saya ingin melakukan apa yang teman-teman petani saya sarankan tentang pestisida organik Keterangan: STS=Sangat Tidak Setuju; TS=Tidak Setuju; S=Setuju; SS=Sangat Setuju Tabel 19 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (54%) memiliki norma subjektif dalam kategori sedang. Hal tersebut berarti contoh memiliki keyakinan yang cukup kuat bahwa orang-orang di sekitarnya menginginkannya menggunakan pestisida organik dan contoh pun cukup ingin mematuhinya. Skor minimum dan maksimum yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 5 dan 80 (skala Likert 1-4 dengan 5 pasang pertanyaan).

12 44 Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan skor norma subjektif Jumlah Norma Subjektif n % Rendah (24-37) 30 30,0 Sedang (38-51) 54 54,0 Tinggi (52-64) 16 16,0 Total ,0 Min-max Rataan±Sd 42,23 ± 8,51 Persepsi Pengendalian Perilaku. Persepsi pengendalian perilaku berbeda dengan persepsi. Persepsi pengendalian perilaku dalam penelitian ini adalah persepsi contoh tentang faktor-faktor yang dapat menjadi pengendali perilaku penggunaan pestisida organik dan seberapa besar contoh dapat mengendalikannya. Persepsi pengendalian perilaku terdiri dari dua komponen, yaitu keyakinan pengendalian dan kekuatan faktor pengendalian (Ajzen 1991). Berdasarkan Tabel 20, proporsi terbesar contoh setuju memiliki keyakinan perilaku bahwa contoh bisa menggunakan pestisida organik apabila memiliki andil dalam pengambilan keputusan di lahan (n=84), harga pestisida organik relatif lebih murah atau sama dengan pestisida kimia (n=61), dan tersedia di tokotoko sekitar desa (n=74). Contoh juga setuju bahwa lebih mudah menggunakan pestisida organik apabila semakin sedikit ragam hama dan penyakit yang menyerang (n=75) dan memiliki alat-alat yang memadai untuk aplikasi pestisida organik (n=85). Sementara itu, hampir seluruh contoh (n=93) menyatakan tidak setuju pada pernyataan invers bahwa contoh tidak memiliki andil dalam pengambilan keputusan di lahan yang berarti mereka memiliki andil dalam pengambilan keputusan di lahan. Contoh juga tidak setuju pada pernyataan invers lainnya bahwa harga pestisida organik relatif lebih mahal daripada pestisida kimia (n=61). Lebih dari separuh contoh menyatakan setuju untuk ketiga pernyataan terakhir, yaitu bahwa hama dan penyakit yang menyerang pada masa tanam ini relatif beragam (pernyataan invers; n=79), contoh memiliki alat-alat yang memadai untuk aplikasi pestisida organik (n=63), dan toko-toko pertanian di sekitar desa contoh menjual pestisida organik (n=53). Hal ini berarti mayoritas contoh sudah memiliki kekuatan faktor pengendalian yang cukup tinggi untuk dapat

13 45 menggunakan pestisida organik, kecuali dalam hal terkait faktor hama dan penyakit yang menyerang pada masa tanam ini. No * 7* 8* 9 10 Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan persepsi pengendalian perilaku Pernyataan Jawaban STS TS S SS Keyakinan Pengendalian Saya yakin dapat menggunakan pestisida organik apabila saya memiliki andil dalam pengambilan keputusan di lahan ini Saya yakin saya bisa menggunakan pestisida organik bila harganya relatif sama atau lebih murah dibandingkan pestisida kimia Saya yakin semakin sedikit ragam hama dan penyakit yang menyerang akan semakin mudah saya menggunakan pestisida organik Pengaplikasian pestisida organik akan lebih mudah bila saya memiliki alat-alat yang memadai Saya akan menggunakan pestisida organik apabila terdapat di toko-toko pertanian di sekitar desa saya Kekuatan Faktor Pengendalian Saya tidak memiliki andil dalam pengambilan keputusan di lahan ini Harga pestisida organik relatif lebih mahal daripada pestisida kimia Hama dan penyakit yang menyerang pada masa tanam ini relatif beragam Saya memiliki alat-alat yang memadai untuk pengaplikasian pestisida organik Toko-toko pertanian di sekitar desa saya menjual pestisida organik Keterangan: STS=Sangat Tidak Setuju; TS=Tidak Setuju; S=Setuju; SS=Sangat Setuju; * Pernyataan invers Tabel 21 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (51%) memiliki persepsi pengendalian perilaku dalam kategori rendah. Hal tersebut berarti contoh memiliki keyakinan yang rendah akan kemampuannya dalam mengendalikan perilaku penggunaan pestisida organik. Skor terendah persepsi pengendalian perilaku yang diperoleh contoh adalah 32 dan skor tertinggi adalah 55 dengan skor minimum dan maksimum yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 5 dan 80 (skala Likert 1-4 dengan 5 pasang pertanyaan).

14 46 Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan skor persepsi pengendalian perilaku Persepsi Pengendalian Perilaku Jumlah n % Rendah (32-39) 51 51,0 Sedang (40-47) 31 31,0 Tinggi (48-55) 18 18,0 Total ,0 Min-max Rataan±Sd 40,88 ± 5,58 Niat Pembelian. Niat pembelian dalam penelitian ini adalah seberapa besar kecenderungan contoh untuk membeli pestisida organik yang diukur melalui kesetujuan contoh terhadap enam pernyataan yang diberikan. Hampir sebagian besar contoh menyatakan tidak setuju pada semua pernyataan invers dan setuju pada semua pernyataan lainnya (Tabel 22). Hal ini menunjukkan bahwa contoh memiliki niat pembelian yang cukup tinggi. No * 5* 6 Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan niat pembelian Pernyataan Jawaban STS TS S SS Saya akan membeli pestisida organik dalam bulan ini Saya akan membeli pestisida organik dalam 6 bulan ke depan Saya akan membeli pestisida organik dalam satu tahun ke depan Saya akan membeli pestisida organik hanya untuk masa tanam kentang sekarang Saya akan membeli pestisida organik hanya untuk masa tanam kentang berikutnya Saya akan membeli pestisida organik untuk setiap masa tanam Keterangan: STS=Sangat Tidak Setuju; TS=Tidak Setuju; S=Setuju; SS=Sangat Setuju; * Pernyataan invers Tabel 23 menunjukkan bahwa lebih dari tiga per empat contoh (77%) memiliki niat pembelian pestisida organik dalam kategori sedang. Hal tersebut berarti contoh memiliki kecenderungan yang cukup untuk membeli pestisida organik. Skor terendah niat pembelian pestisida organik yang diperoleh contoh adalah 13 dan skor tertinggi adalah 22 dengan skor minimum dan maksimum

15 47 yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 6 dan 24 (skala Likert 1-4 dengan 6 pertanyaan). Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan skor niat pembelian Niat Jumlah n % Rendah (13-15) 11 11,0 Sedang (16-18) 77 77,0 Tinggi (19-22) 12 12,0 Total ,0 Min-max Rataan±Sd 17,74 ± 1,82 Hubungan Antara Karakteristik Contoh dengan Motivasi, Persepsi, dan Dimensi TPB Hubungan Karakteristik Contoh dengan Motivasi. Tabel 24 menunjukkan bahwa semakin tinggi lama pendidikan contoh akan semakin rendah motivasi (r= -0,167; p<0,1) dan motivasi eksternal (r= -0,180; p<0,1) contoh terhadap pestisida organik. Hasil menunjukkan pula semakin banyak jumlah sumber pendapatan contoh, semakin besar motivasi contoh terhadap pestisida organik (r=0,190; p<0,1). Berbeda dengan jumlah sumber pendapatan, pendapatan keluarga tidak memiliki hubungan dengan motivasi. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa jumlah sumber pendapatan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan keluarga yang berarti meningkatnya jumlah sumber pendapatan tidak seiring dengan peningkatan pendapatan keluarga. Tabel 24 Hubungan karakteristik contoh dengan motivasi Koefisien Korelasi Karakteristik Contoh Motivasi Motivasi Motivasi Intrinsik Ekstrinsik Jenis Kelamin S -0,001-0,047 0,039 Usia -0,023-0,035 0,001 Lama Pendidikan -0,167* -0,111-0,180* Penghasilan Tani per Bulan -0,038-0,062 0,010 Pendapatan Keluarga per Bulan -0,007-0,026 0,022 Jumlah Sumber Pendapatan 0,190* 0,157 0,162 Luas Lahan yang Diolah -0,020-0,050 0,028 Status Kepemilikan Lahan S -0,036 0,002-0,001 Pengalaman Berusaha Tani -0,081-0,066-0,070 Keterangan: S ) Menggunakan alat analisis korelasi Spearman; *)nyata pada p<0,1; **) nyata pada p<0,05

16 48 Hubungan Karakteristik Contoh dengan Persepsi. Berdasarkan hasil uji korelasi yang ditampilkan pada Tabel 25, diketahui bahwa jumlah sumber pendapatan petani berkorelasi positif sangat signifikan dengan persepsi (r=0,237; p<0,05). Hal tersebut berarti semakin banyak jumlah sumber pendapatan petani, semakin baik persepsi petani terhadap pestisida organik. Karakteristik lain yang memiliki hubungan dengan persepsi adalah pengalaman berusaha tani. Hubungan antara kedua hal tersebut merupakan korelasi negatif yang signifikan (r= -0,166; p<0,1) yang berarti semakin lama pengalaman petani dalam berusaha tani, semakin buruk persepsi petani terhadap pestisida organik. Tabel 25 Hubungan karakteristik contoh dengan persepsi Karakteristik Contoh Koefisien Korelasi Alat Analisis Jenis Kelamin -0,004 Korelasi Spearman Usia -0,111 Korelasi Pearson Lama Pendidikan 0,046 Korelasi Pearson Penghasilan Tani per Bulan -0,084 Korelasi Pearson Pendapatan Keluarga per 0,002 Korelasi Pearson Bulan Jumlah Sumber Pendapatan 0,237** Korelasi Pearson Luas Lahan yang Diolah 0,065 Korelasi Pearson Status Kepemilikan Lahan -0,090 Korelasi Spearman Pengalaman Berusaha Tani -0,166* Korelasi Pearson Keterangan: *)nyata pada p<0,1; **) nyata pada p<0,05 Hubungan Karakteristik Contoh dengan Dimensi TPB. Tabel 26 menunjukkan hasil analisis korelasi antara karakteristik contoh dengan komponen-komponen TPB. Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa jenis kelamin petani memiliki korelasi negatif signifikan dengan norma subjektif (r= - 0,176; p<0,1) dan sangat signifikan dengan persepsi pengendalian perilaku (r = - 0,202; p<0,05). Hal ini berarti contoh petani perempuan akan memiliki norma subjektif dan persepsi pengendalian perilaku lebih tinggi daripada contoh petani laki-laki. Selain itu, luas lahan yang diolah contoh memiliki korelasi positif signifikan dengan sikap terhadap perilaku (r=0,171; p<0,1) yang berarti semakin luas lahan yang diolah contoh, semakin baik sikap contoh terhadap perilaku penggunaan pestisida organik. Hal unik yang tampak dari hasil analisis hubungan ini adalah tidak ada karakteristik contoh yang memiliki hubungan dengan niat pembelian pestisida organik pada contoh.

17 49 Tabel 26 Hubungan karakteristik contoh dengan komponen TPB Koefisien Korelasi dengan Komponen TPB Karakteristik Contoh Sikap terhadap Perilaku Norma Subjektif Persepsi Pengendalian Perilaku Niat Pembelian Jenis Kelamin S -0,026-0,176* -0,202** -0,085 Usia -0,118 0,023-0,117-0,126 Lama Pendidikan 0,021-0,048-0,073-0,023 Penghasilan Tani per -0,042-0,077-0,053 0,009 Bulan Pendapatan Keluarga per 0,004-0,078-0,079-0,005 Bulan Jumlah Sumber 0,112 0,052-0,102 0,146 Pendapatan Luas Lahan yang Diolah 0,171* 0,126 0,079 0,052 Status Kepemilikan 0,051-0,002-0,037-0,084 Lahan S Pengalaman Berusaha Tani -0,088-0,037-0,107-0,130 Keterangan: S ) Menggunakan alat analisis korelasi Spearman; *)nyata pada p<0,1; **) nyata pada p<0,05 Hubungan Antara Motivasi dan Persepsi dengan Niat Pembelian Motivasi dan persepsi contoh memiliki hubungan positif yang sangat signifikan dengan niat pembelian. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi petani maka akan semakin tinggi pula niat pembelian pestisida organik pada petani (r=0,405; p<0,01). Begitu pula dengan persepsi petani, semakin tinggi persepsi petani terhadap pestisida organik maka semakin tinggi niat pembelian pestisida organik pada petani (r=0,323; p<0,01). Hal tersebut disajikan dalam Tabel 27. Tabel 27 Hubungan motivasi dan persepsi dengan niat pembelian Variabel Koefisien Korelasi Pearson Motivasi 0,405*** Persepsi 0,323*** Keterangan: *)nyata pada p<0,1; **) nyata pada p<0,05; ***)nyata pada p<0,01 Analisis SEM untuk Theory of Planned Behavior Goodness of Fit Test. Penilaian kecocokan antara model TPB dari SEM dengan data hasil penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi model secara keseluruhan. Evaluasi tersebut didasarkan pada tujuh uji statistik menurut Solimun (2002), yakni Uji Chi-square dan significance probability (p-value), Root Mean Square Residual (RMR), Root Mean Square Error of Approximation

18 50 (RMSEA), Goodness of Fit (GFI), Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI), Comparative Fit Index (CFI), dan Akaike Information Criterion (AIC). Chisquare dan significance probability (p-value) digunakan untuk menguji seberapa dekat kecocokan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian model. Wijanto (2008) menyatakan bahwa semakin kecil nilai chi-square berarti semakin baik karena semakin kecil perbedaan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian model dan p-value yang diinginkan yaitu lebih dari atau sama dengan 0,05. Nilai chi-square model yang didapat dari penelitian ini yaitu 70,18 yang tergolong dalam nilai yang cukup besar dengan nilai p-value<0,05. Dapat disimpulkan bahwa dari uji chi-square, kecocokan model ini kurang baik. Standardized RMR mewakili nilai rerata seluruh standardized residuals dan memiliki rentang dari 0 sampai 1 (Wijanto 2008). Nilai standardized RMR pada model ini lebih dari 0,05 (0,07) yang berarti model ini memiliki kecocokan kurang baik. RMSEA merupakan kriteria yang paling informatif dalam SEM (Wijanto 2008). Nilai RMSEA pada model ini adalah 0,07 ( 0,08) yang menandakan model ini memiliki kecocokan yang baik. GFI membandingkan model yang dihipotesiskan dengan tidak ada model sama sekali (Wijanto 2008). Nilai GFI pada model ini adalah 0,9 ( 0,90) yang menunjukkan bahwa model ini memiliki kecocokan yang baik. AGFI merupakan perluasan dari GFI (Joreskog dan Sorbom 1989 dalam Wijanto 2008). Nilai AGFI pada model ini adalah 0,83 (0,80-0,9) yang menandakan bahwa model ini memiliki kecocokan yang cukup baik (marginal fit). Nilai CFI model ini adalah 0,94 ( 0,90) yang menunjukkan bahwa model ini memiliki kecocokan yang baik. Ukuran kecocokan pada model SEM yang terakhir digunakan adalah AIC. Kecocokan model berdasarkan nilai AIC pada model tunggal ditentukan dengan selisih antara AIC model dengan AIC saturated yang jauh lebih kecil daripada selisih antara AIC independence dengan AIC saturated. AIC model penelitian ini yakni 132,06, AIC saturated yakni 156,00, dan AIC independence yakni 468,18. Selisih antara AIC model dengan AIC saturated jauh lebih kecil daripada selisih antara AIC independence dengan AIC saturated. Hal ini menunjukkan bahwa model penelitian ini sudah baik. Tabel 28 menunjukkan

19 51 hasil kecocokan model TPB yang didapat dari hasil penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa kecocokan data dengan model sudah cukup baik. Tabel 28 Kecocokan model TPB dari SEM dengan data hasil penelitian Goodness of Fit Cut-off Hasil Statistik GOF Kecocokan (GOF) Chi- Square Nilai yang kecil; p 0,05 70,18 ; p=0,012 Kurang Baik RMR Standardized RMR 0,05 0,07 Kurang Baik RMSEA 0,08 0,07 Baik 0,08 < RMSEA 0,1 GFI 0,90 0,90 Baik 0,8 GFI < 0,9 AGFI 0,90 0,83 Cukup baik 0,8 GFI < 0,9 CFI 0,90 0,94 Baik 0,8 GFI < 0,9 AIC Selisih antara AIC model dengan AIC saturated jauh lebih kecil daripada selisih antara AIC independence dengan AIC saturated AIC model = 132,06 AIC saturated = 156,00 AIC independence = 468,18 Baik Analisis Model SEM. Analisis model SEM dapat dilakukan terhadap model pengukuran dan model struktural. Analisis SEM menghasilkan model yang menggambarkan hubungan pengaruh antara sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku terhadap niat pembelian. Variabel laten eksogen dari model TPB ini adalah sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku sedangkan variabel teramati yang mengukur variabel-variabel laten eksogen tersebut antara lain keyakinan perilaku, evaluasi, keyakinan normatif, motivasi mematuhi, keyakinan pengendalian, dan kekuatan faktor pengendalian. Variabel laten endogen dari model TPB ini adalah niat pembelian yang terukur dari variabel teramati niat pada bulan ini, niat 6 bulan ke depan, niat 1 tahun ke depan, niat tidak hanya musim tanam ini saja, niat tidak hanya musim tanam berikutnya saja, dan niat setiap musim tanam. Gambar 5 menunjukkan diagram lintas untuk model ini.

20 52 0,30 0,32 Keyakinan Perilaku Evaluasi 0,83 Sikap terhadap Perilaku 0,83 0,70 Niat bulan ini Niat 6 bulan ke depan 0,51 0,67 0,11 0,58 0,17 0,61 Keyakinan Normatif Motivasi Mematuhi 0,91 0,63 Norma Subjektif 0,06 0,65 Niat Pembelian 0,46 0,40 0,58 Niat 1 tahun ke depan Niat tidak hanya musim tanam ini saja 0,79 0,84 0,00 Keyakinan Pengendalian 1,00 Persepsi Pengendalian Perilaku 0,61 Niat tidak hanya musim tanam berikutnya saja 0,66 1,00 Kekuatan Faktor Pengendalian 0,03 Niat setiap musim tanam 0,63 Gambar 5 Diagram lintas model TPB Model Pengukuran. Variabel teramati merupakan indikator atau refleksi dari variabel laten. Permodelan dalam analisis SEM dapat disederhanakan dengan menjadikan skor variabel laten (Latent Variable Score/LVS atau Composite Index) sebagai nilai variabel teramati (Wijanto 2008). Variabel keyakinan perilaku, evaluasi, keyakinan normatif, motivasi mematuhi, keyakinan pengendalian, dan kekuatan faktor pengendalian masing-masing diukur dalam 5 pernyataan dalam kuesioner. Skor penjumlahan dari kelima pernyataan tersebut dijadikan sebagai skor variabel laten (Latent Variable Score/LVS) yang kemudian dipakai sebagai nilai variabel teramati dalam analisis SEM. Rata-rata dan rentang LVS/Composite Index dari setiap variabel teramati tersebut ditampilkan dalam Tabel 29.

21 53 Tabel 29 Sebaran nilai skor variabel laten Variabel Teramati Rentang skor Rata-rata Skor Keyakinan perilaku ,46 Evaluasi ,42 Keyakinan normatif ,28 Motivasi mematuhi ,62 Keyakinan pengendalian ,67 Kekuatan faktor pengendalian ,06 Kontribusi dari setiap variabel teramati terhadap variabel latennya ditunjukkan oleh besarnya nilai loading factor atau faktor muatan (λ). Tingkat signifikansi dari kontribusi tersebut ditunjukkan oleh nilai t-value. Wijanto (2008) menyatakan bahwa t-value dikatakan signifikan apabila lebih besar dari nilai kritis ( 1,96). Gambar 6 Model pengukuran sikap terhadap perilaku Variabel laten sikap terhadap perilaku direfleksikan oleh dua buah variabel teramati, yaitu keyakinan perilaku dan evaluasi. Gambar 6 menampilkan bahwa masing-masing variabel teramati tersebut memiliki nilai faktor muatan (λ) yang sama besar, yaitu 0,83 dengan nilai signifikansi lebih besar dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa variabel keyakinan perilaku dan evaluasi memiliki kontribusi yang sama besar terhadap variabel sikap terhadap perilaku. Gambar 7 Model pengukuran norma subjektif

22 54 Variabel laten norma subjektif dibangun variabel teramati keyakinan normatif dan motivasi mematuhi. Gambar 7 menunjukkan bahwa masing-masing variabel teramati tersebut memiliki nilai faktor muatan (λ) berturut-turut 0,91 dan 0,63 dengan dengan nilai signifikansi lebih besar dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa variabel keyakinan normatif lebih berkontribusi dalam merefleksikan variabel norma subjektif. Gambar 8 Model pengukuran persepsi pengendalian perilaku Variabel laten persepsi pengendalian perilaku dicerminkan oleh dua buah variabel teramati, yaitu keyakinan pengendalian dan kekuatan faktor pengendalian. Gambar 8 menunjukkan bahwa masing-masing variabel teramati tersebut memiliki nilai faktor muatan (λ) sebesar 1,00 dan 0,03 dengan nilai signifikansi variabel keyakinan pengendalian lebih besar dari 1,96 sedangkan nilai signifikansi variabel kekuatan faktor pengendalian lebih kecil dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa variabel persepsi pengendalian perilaku hanya tercermin dari variabel keyakinan pengendalian. Variabel laten endogen, niat pembelian, diindikasikan oleh enam buah variabel teramati. Gambar 9 menunjukkan bahwa variabel teramati yang memiliki nilai faktor muatan (λ) paling besar adalah variabel niat bulan ini dengan nilai signifikansi lebih besar dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa variabel niat bulan ini merupakan variabel yang berkontribusi paling besar terhadap variabel niat pembelian. Meskipun demikian, variabel-variabel teramati yang lain juga memiliki kontribusi yang nyata terhadap pembentukan niat pembelian pestisida organik.

23 55 Gambar 9 Model pengukuran niat pembelian Model Struktural. Parameter yang menunjukkan regresi variabel laten endogen terhadap variabel laten eksogen disebut dengan nilai gamma (γ) (Wijanto 2008). Nilai gamma berkisar antara 0 sampai 1, semakin mendekati nol menunjukkan pengaruh yang semakin kecil. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa sikap terhadap perilaku dan norma subjektif tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pembentukan intensi. Tabel 30 Pengaruh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku terhadap niat pembelian Variabel Laten Eksogen Nilai Gamma (γ) T-value Sikap terhadap perilaku 0,11 0,67 Norma subjektif 0,06 0,54 Persepsi pengendalian perilaku 0,65 3,97 Tabel 30 memperlihatkan besarnya nilai gamma pada variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen. Nilai t kedua variabel tersebut hanya sebesar 0,67 dan 0,54 (<1,96) sehingga tidak memiliki nilai yang signifikan. Sementara itu, persepsi pengendalian perilaku memberikan pengaruh yang positif nyata terhadap pembentukan intensi sebesar 0,65 dengan nilai t sebesar 3,97 (>1,96). Hal ini berarti 65% dari variasi niat pembelian dijelaskan oleh variasi dari persepsi pengendalian perilaku. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 0, yaitu

24 56 sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku tidak semua memiliki pengaruh terhadap niat pembelian, diterima. Pembahasan Penggunaan pestisida organik merupakan salah satu cara dalam upaya perlindungan tanaman terutama dari serangan hama dan penyakit yang akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen. Perilaku penggunaan atau pembelian pestisida organik yang dijual di pasaran dapat diprediksi melalui niat pembelian petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap pestisida organik karena niat merupakan prediktor yang baik untuk sebuah perilaku (Ajzen 2002). Niat beli konsumen berkaitan erat dengan motivasi yang dimilikinya untuk memakai atau membeli produk tertentu karena motivasi merupakan kekuatan pendorong yang membuat seseorang melakukan suatu perbuatan seperti pembelian. Niat pembelian konsumen juga berkaitan dengan persepsinya terhadap suatu produk. Persepsi positif konsumen terhadap suatu produk akan menimbulkan keinginan bagi konsumen untuk membeli produk tersebut. Sebaliknya, bila konsumen memiliki persepsi negatif terhadap suatu produk maka tidak akan timbul keinginan dalam diri konsumen untuk membeli atau mengonsumsi produk tersebut. Selain itu, menurut Ajzen (2002), niat seseorang terhadap perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norms), dan persepsi pengendalian perilaku (perceived behavioral control) yang dikenal dengan Theory of Planned Behavior (TPB). Berdasarkan hal tersebut, niat seseorang terhadap perilaku tertentu berkaitan dengan motivasi dan persepsinya terhadap perilaku atau produk yang bersangkutan dan dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku. Secara umum, jika seseorang memiliki motivasi yang kuat, memiliki persepsi yang baik, mempunyai sikap positif terhadap pembelian, dan mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar untuk membeli pestisida organik, serta merasa bahwa tidak banyak hambatan untuk melaksanakannya, maka niat untuk melakukan pembelian pestisida organik akan semakin kuat. Dengan demikian, peluang orang tersebut untuk berperilaku menggunakan pestisida organik akan tinggi.

25 57 Motivasi Motivasi petani kentang Dataran Tinggi Dieng untuk membeli pestisida organik didominasi oleh alasan intrinsik yaitu untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dan alasan keamanan, baik keamanan terhadap petani yang menggunakan pestisida, tanaman kentang, maupun tanah/lahan pertanian. Alasan intrinsik ini berkembang di kalangan petani kentang yang lebih dari separuhnya merupakan petani muda. Turasih (2011) mengungkapkan bahwa petani muda lebih cepat menerima hal-hal yang dianjurkan, lebih berani menanggung risiko, dan lebih dinamis dalam rangka untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berharga bagi perkembangannya dalam berusaha tani sehingga motivasi intrinsik merupakan motivasi yang lebih memengaruhi perilakunya. Uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa lama pendidikan memiliki hubungan negatif signifikan dengan motivasi petani kentang terhadap pembelian pestisida organik. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani kentang maka semakin rendah pula motivasi petani kentang untuk membeli pestisida organik. Penjelasan mengenai hal ini diperoleh setelah menganalisis pula hubungan antara lama pendidikan dengan motivasi intrinsik dan ekstrinsik petani kentang dalam pembelian pestisida organik. Lama pendidikan diketahui memiliki hubungan negatif signifikan dengan motivasi ekstrinsik petani kentang terhadap pembelian pestisida organik. Penelitian ini menggunakan instrumen motivasi yang terdiri dari pernyataan mengenai motivasi intrinsik dan ekstrinsik sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab adanya hubungan negatif signifikan antara lama pendidikan dengan motivasi adalah adanya hubungan yang sama antara lama pendidikan dengan motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul dari luar atau orang lain (Padmowihardjo 1994 dalam Rukka 2003). Konsumen terdorong untuk melakukan suatu perilaku karena alasan yang ditimbulkan oleh faktor luar seperti ajakan orang, perintah orang, gengsi, dan lain sebagainya. Terkait dengan motivasi ekstrinsik petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap pembelian pestisida organik, semakin lama pendidikan petani kentang, yang artinya semakin berkembang wawasan dan kesadaran petani akan manfaat

26 58 pestisida organik, maka semakin rendah motivasi ekstrinsik petani untuk membeli pestisida organik. Petani dengan pendidikan yang lebih tinggi akan berpikiran bahwa penggunaan pestisida organik yang memiliki banyak manfaat demi kelestarian lingkungan tidak selayaknya didasarkan pada alasan yang sebatas mengikuti perkataan orang lain. Petani memandang bahwa pestisida organik memiliki fungsi utilitarian yang lebih perlu diperhatikan daripada fungsi sosial. Hal ini selaras dengan pendapat Sumarwan (2011) bahwa tingkat pendidikan seseorang akan memengaruhi cara berpikir dan cara pandangnya terhadap suatu masalah. Hubungan positif signifikan terdapat antara jumlah sumber pendapatan petani kentang dengan motivasi petani kentang untuk membeli pestisida organik. Semakin banyak sumber pendapatan petani kentang maka semakin banyak dan kuat pula motivasi petani untuk membeli pestisida organik. Pertanian merupakan bidang mata pencaharian yang sangat bergantung pada kondisi iklim dan cuaca serta harga pasar sehingga seringkali hasilnya susah diprediksi. Jumlah sumber pendapatan petani merupakan indikator untuk banyaknya jumlah sumber pendapatan cadangan keluarga petani apabila pertanian tidak menghasilkan sesuai harapan. Semakin banyak jumlah sumber pendapatan petani kentang maka akan semakin berani pula petani kentang untuk menghadapi risiko termasuk risiko gagal bila mencoba menggunakan pestisida organik. Keberanian inilah yang kemudian membuat petani kentang memiliki motivasi yang lebih banyak dan kuat untuk membeli pestisida organik, pestisida yang dianggap belum seampuh pestisida kimia. Pendapatan keluarga petani tidak memiliki hubungan dengan motivasi selayaknya jumlah sumber pendapatan petani. Hal ini dikarenakan jumlah pendapatan petani tidak menentukan besar pendapatan petani. Persepsi Mayoritas petani kentang Dataran Tinggi Dieng mempersepsikan pestisida organik cenderung aman sampai sangat aman terhadap petani yang menggunakan, terhadap tanaman kentang, dan terhadap tanah/lahan pertanian. Mereka juga berpersepsi bahwa aplikasi pestisida organik cenderung mudah sampai sangat mudah. Hasil lain yang berkaitan dengan persepsi adalah persepsi petani kentang

27 59 terhadap harga dan ketuntasan pestisida organik dalam mengendalikan hama atau penyakit relatif sedang, kecepatan daya bunuh atau daya basminya cenderung lambat, harga dikaitkan dengan kualitas cenderung sesuai, kemudahan memperolehnya cenderung sulit, dan kondisi dan penampilan kemasannya serta gengsinya cenderung menarik dan bergengsi. Secara umum, persepsi petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap pestisida organik berada pada kategori sedang atau cukup positif. Hubungan antara karakteristik dengan persepsi yang tampak dari penelitian ini adalah hubungan positif signifikan antara jumlah sumber pendapatan petani kentang dengan persepsi petani terhadap pestisida organik. Semakin banyak sumber pendapatan petani kentang maka semakin positif persepsinya terhadap pestisida organik. Persepsi petani kentang terhadap pestisida organik sedikit banyak diperoleh dengan membandingkan pestisida organik dengan pestisida kimia yang sudah pernah mereka gunakan. Petani yang memiliki jumlah sumber pendapatan banyak akan lebih berani untuk mencoba atau menggunakan pestisida organik dan akan lebih menolerir kerugian waktu, tenaga, dan uang yang mungkin timbul akibat penggunaan tersebut. Semakin banyaknya jumlah sumber pendapatan petani kentang Dataran Tinggi Dieng diduga membuat petani kentang memiliki ambang berbeda (the differential threshold) yang lebih besar terutama pada atribut-atribut yang berkaitan dengan sumberdaya. Ambang berbeda adalah perbedaan minimal yang dapat dideteksi konsumen dari dua stimulus yang mirip (Schiffman & Kanuk 2004). Petani kentang dengan jumlah sumber pendapatan semakin banyak akan mempersepsikan bahwa selisih 2-3 hari dalam pembasmian hama belum tergolong lama, begitu pula dalam toleransi ketuntasan pengendalian hama, harga, kesesuaian harga dengan kualitas, dan kemudahan memperoleh pestisida organik. Hubungan lain antara karakteristik dengan persepsi yaitu hubungan negatif signifikan antara pengalaman berusaha tani dengan persepsi petani kentang Dataran Tinggi Dieng. Semakin lama pengalaman petani kentang semakin rendah persepsinya terhadap pestisida organik. Hal ini diduga karena semakin lama petani memiliki pengalaman maka petani semakin terbiasa menggunakan pestisida kimia

28 60 dan pada akhirnya menganggap pestisida organik kurang ampuh dan kurang menguntungkan dari sisi produktivitas hasil tani. Pada dasarnya pestisida organik memang relatif membutuhkan waktu lebih lama daripada pestisida kimia dalam mematikan hama atau membasmi penyakit (Dadang & Prijono 2008). Theory of Planned Behavior Sikap terhadap Perilaku. Hampir separuh petani kentang Dataran Tinggi Dieng memiliki sikap dalam kategori rendah terhadap perilaku pembelian pestisida organik dan hampir separuh pula petani kentang memiliki sikap dalam kategori sedang. Hal ini berarti sebagian besar petani kentang memiliki sikap cukup positif terhadap perilaku pembelian pestisida organik. Ditilik dari jawabanjawaban atas pernyataan dalam kuesioner, mayoritas petani kentang menunjukkan sikap cukup positif terhadap perilaku pembelian pestisida organik dengan keyakinan bahwa bila menggunakan pestisida organik mereka akan dapat menjaga kelestarian lingkungan serta residu pestisida di kentang dan di tanah akan lebih sedikit. Hal ini selaras dengan manfaat-manfaat pestisida organik yang sering dikemukakan dalam berbagai literatur melalui media massa maupun penyuluhanpenyuluhan dan menunjukkan bahwa petani kentang Dataran Tinggi Dieng sudah terpapar informasi mengenai keuntungan-keuntungan pestisida organik. Akan tetapi, masih cukup banyak petani kentang yang merasa belum yakin bahwa mereka akan mendapat banyak keuntungan dan dapat menghindari kekebalan hama apabila menggunakan pestisida organik. Sementara itu, evaluasi petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap perilaku penggunaan pestisida organik ditunjukkan dengan mayoritas petani ingin mendapatkan semua manfaat tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara luas lahan dengan sikap petani kentang Dataran Tinggi Dieng terhadap perilaku penggunaan pestisida organik. Semakin luas lahan yang diolah petani kentang semakin positif sikap petani kentang terhadap perilaku penggunaan pestisida organik. Norma Subjektif. Lebih dari separuh petani kentang Dataran Tinggi Dieng memiliki norma subjektif dalam kategori sedang dengan memiliki kepercayaan normatif bahwa kebanyakan orang, keluarga, konsumen, penyuluh pertanian, serta

Motivasi. Persepsi. Sikap Keyakinan perilaku Evaluasi konsekuensi. Norma subjektif Keyakinan normatif Motivasi mematuhi

Motivasi. Persepsi. Sikap Keyakinan perilaku Evaluasi konsekuensi. Norma subjektif Keyakinan normatif Motivasi mematuhi 19 KERANGKA PEMIKIRAN Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa niat merupakan satu faktor internal (individual) yang memengaruhi perilaku konsumen. Niat merupakan bentuk pikiran yang nyata dari rencana

Lebih terperinci

VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS

VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS VIII ANALISIS SERVICE QUALITY DALAM MEMBENTUK KEPUASAN DAN LOYALITAS Faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen dapat diidentifikasi dengan melihat faktor eksternal dan internak yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Data diambil menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada konsumen Indomaret Point Pandanaran di kota Semarang. Populasi

Lebih terperinci

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM)

ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) VII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) Strutural Equation Model (SEM) merupakan suatu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel laten dengan variabel teramati sebagai

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS STRUCTUAL EQUATION MODEL (SEM)

VIII. ANALISIS STRUCTUAL EQUATION MODEL (SEM) Atribut yang ditetapkan pada variabel kepuasan merupakan atribut mengenai kepuasan konsumen secara keseluruhan (overall satisfaction). Berdasarkan sebaran pilihan responden, lebih dari setengah dari jumlah

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi 3.2. Jenis Penelitian 3.3. Teknik Pengambilan Sampel

3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi 3.2. Jenis Penelitian 3.3. Teknik Pengambilan Sampel 3. METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada 12 Februari 2016 hingga13 April 2016 di Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 41 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam bab 4 ini meliputi gambaran umum yang menjadi subyek penelitian, analisis model SEM,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2016. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian berada di Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

VIII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM)

VIII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) VIII ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODEL (SEM) Stuctural Equation Model merupakan suatu teknik statistik yang mampu menganalisis pola hubungan antara variabel laten dan indikatornya, variabel laten yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah kelompok subyek yang hendak digeneralisasikan oleh hasil penelitian (Sugiyono, 2014). Sedangkan Arikunto (2010) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 103 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Survei Dari 25 kantor LPND sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 11 Tahun 2005, No. 81 Tahun 2006, No. 08 Tahun 2008, dan No. 09 Tahun 2008,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perkembangan teknologi komunikasi informasi membuat konsumen semakin kritis memilih produk untuk memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut memaksa dunia usaha

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan

BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI. responden yang berada di Sumatera Utara. Karakteristik responden merupakan BAB 5 ANALISIS HASIL STUDI 5.1 Deskripsi Umum Sampel Penelitian Setelah dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden maka hasil kuesioner yang layak dan secara penuh mengisi kuesioner berjumlah 134

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPUTUSAN HUTANG Bab ini akan memaparkan analisis terhadap faktor-faktor yang menentukan keputusan hutang pada pemilik usaha tenun dengan menggunakan Theory Planned

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Deskriptif 1. Analisis secara deskriptif Bagian ini akan membahas hasil pengolahan data yang telah dikumpulkan dari lapangan berdasarkan karakteristik

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian

Bab 3. Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian mengenai pengujian model Theory Planned Behavior dalam menentukan pengaruh sikap siswa, norma subjektif,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior

TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior TINJAUAN PUSTAKA Theory of Planned Behavior Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa niat merupakan satu faktor internal (individual) yang memengaruhi perilaku konsumen. Salah satu teori yang membahas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Responden Pada bab IV ini akan menampilkan hasil penelitian yang berupa gambaran umum objek penelitian dan data deskriptif serta menyajikan hasil komputasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini menganalisa bagaimana pengaruh kepribadian, komunikasi, dan kelompok referensi terhadap pengambilan keputusan konsumen menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 47 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Takalar dan Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja (purpossive),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang akan menjadi sasaran dalam penelitian ilmiah, objek penelitian yang akan dilakukan menjadi sasaran dalam

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. Structural Equation Modeling (SEM) adalah alat analisis statistik yang dipergunakan untuk menyelesaikan model bertingkat secara serempak yang tidak dapat diselesaikan oleh persamaan regresi linear. SEM

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. langsung kepada responden yang mengisi kuesioner pada aplikasi google form di

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. langsung kepada responden yang mengisi kuesioner pada aplikasi google form di 30 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengumpulan Data Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitiannya adalah mahasiswa program studi akuntansi Universitas Islam Indonesia. Kuesioner

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk BAB III METODE PENELITIAN Bab ini bertujuan untuk memberikan suatu dasar yang valid dan reliabel untuk menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi yang diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh karyawan yang menggunakan sistem ERP di PT Angkasa Pura II

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh karyawan yang menggunakan sistem ERP di PT Angkasa Pura II 62 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Data penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada seluruh karyawan yang menggunakan sistem ERP di PT Angkasa Pura II (Persero).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini adalah masyarakat kecamatan cengkareng jakarta barat. Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini adalah masyarakat kecamatan cengkareng jakarta barat. Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ini menganalisa bagaimana pengaruh sikap konsumen dan citra merek terhadap minat beli telepon seluler lumia. Subjek yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Distribusi Responden Berdasarkan Usia V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS DESKRIPTIF 5.1.1 Deskriptif Responden Distribusi Responden Berdasarkan Usia 1% 15% 19% 15-24 25-30 31-44 45-65 65% Gambar 3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Distribusi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. pengujian model, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Analisis yang dilakukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. pengujian model, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Analisis yang dilakukan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab IV berisi tentang deskripsi responden, pengujian instrumen penelitian, pengujian model, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Analisis yang dilakukan terhadap data

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini bertujuan untuk mengungkap hasil analisis data penelitian dan pembahasannya. Pembahasan diawali dengan dimulai hasil statistik deskriptif yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian Demografi data dari objek penelitian dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 4.1, yaitu berisi data mengenai umur mahasiswa, jenis kelamin

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Restoran Pia Apple Pie yang berlokasi di jalan Pangrango 10 Bogor. Penentuan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Pada bagian ini dilakukan proses pengumpulan dan pengolahan data tahap awal serta pengumpulan data tahap akhir. Pengumpulan data pada penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dimulai dari pemikiran tentang peremajaan es krim Wall s Magnum, merubah konsep menjadi blow me away dengan pengalaman yang kompleks dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN v vii ix 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 7 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN BAB III DESAIN PENELITIAN Bagian ini akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan desain yang dipergunakan dalam penelitian antara lain : jenis penelitian, populasi dan sampel, pengukuran konsep, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Responden dalam penelitian ini yaitu sales engineer PT.Omron Electronics yang berada di Jakarta, Surabaya, Semarang dan Medan. Pola pencarian responden dilakukan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Analisis Kecocokan Pada analisis hasil, bagian utama yang dibahas adalah mengenai tingkat kecocokan antara data dengan model, validitas dan reliabilitas model pengukuran serta

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 62 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Deskriptif Responden Dari 105 kuesioner yang dikembalikan oleh responden, dapat diketahui bahwa karyawan terbagi dalam beberapa unit kerja di KPSBU Jabar, yaitu

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 44 BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Pelaksanaan Pre-test Untuk menguji konstruk pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner, peneliti melakukan pre-test kepada 30 responden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alasan memilih Kabupaten Ngawi, Jawa Timur karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi

BAB III METODE PENELITIAN. dalam menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi BAB III METODE PENELITIAN Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel dalam menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga informasi yang dihasilkan dapat dipercaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh persepsi atas suatu harga (price

Lebih terperinci

With AMOS Application

With AMOS Application ASUMSI DAN PERSYARATAN PADA STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) With AMOS Application Eko Budi Setiawan, S.Kom., M.T. Asumsi dan persyaratan penting saat menggunakan SEM 1. Sample Size 2. Normalitas Data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kebayoran, Jakarta Selatan selama penelitian. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang dipilih sebagai tempat penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Kebayoran, Jakarta Selatan selama penelitian. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang dipilih sebagai tempat penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Industri ini mengacu pada kegiatan operasional percetakan dan obyek penelitian ini ialah untuk mengetahui besarnya pengaruh Kepercayaan Pelanggan dan Kualitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Deskripsi data penelitian, mencakup uraian tentang gambaran umum dari setiap variabel penelitian yang terdiri dari: Kinerja Pegawai (Y), Budaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Obyek Penelitian. Universitas Trisakti angkatan sebagai respondennya. Dari penyebaran kuesioner

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Obyek Penelitian. Universitas Trisakti angkatan sebagai respondennya. Dari penyebaran kuesioner BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Gambaran Umum Responden Objek penelitian yang ditetapkan adalah mahasiswa Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti angkatan 2006-2010

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Subjek dari penelitian ini adalah konsumen Hero Supermarket di Kota Yogyakarta, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Hero Supermarket di

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Observasi Lapangan Observasi lapangan yang peneliti lakukan adalah dengan mendistribusikan 385 kuesioner kepada pengendara sepeda motor di gedung UOB Plaza. Setiap

Lebih terperinci

HASIL. Faktor Internal

HASIL. Faktor Internal Jenis Kelamin HASIL Faktor Internal Lebih dari separuh konsumen (66,9%) berjenis kelamin perempuan, sementara 33,1 persen sisanya laki-laki. Dapat dilihat bahwa konsumen perempuan lebih mendominasi pasar

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 No. Responden : KUESIONER

LAMPIRAN 1 No. Responden : KUESIONER LAMPIRAN 1 No. Responden : KUESIONER Kepada : Yth. Responden Dengan hormat, Terima kasih atas partisipasi anda menjadi salah satu responden dan secara sukarela mengisi kuesioner ini. Saya mahasiswi Universitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani Identitas petani merupakan suatu tanda pengenal yang dimiliki petani untuk dapat diketahui latar belakangnya. Identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perusahaan, para karyawan merupakan salah satu aset inti yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perusahaan, para karyawan merupakan salah satu aset inti yang penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perusahaan, para karyawan merupakan salah satu aset inti yang penting untuk melaksanakan kegiatan. Mereka memberi pengaruh besar terhadap kondisi perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Salah satu merek es krim PT Unilever, Magnum kini hadir dengan varian baru. Magnum bukanlah merek produk es krim yang baru bagi masyarakat. Diluncurkannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Alasan memilih Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah karena untuk memudahkan penulis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Profil Responden Bagian ini akan membahas karakteristik responden. Karakteristik dasar responden yang ditanyakan adalah jenis kelamin, pendidikan formal terakhir, usia, jenis

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Pelaksanaan Pre-Test Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pre-test terlebih dahulu sebelum menyebarkan kuesioner yang sebenarnya kepada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Untuk mencapai tujuan yang telah disebutkan di bagian pendahuluan, maka metodologi penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut. MULAI PERUMUSAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1. Hasil Observasi Lapangan Kuesioner diberikan pada karyawan yang bekerja pada rumah sakit, yang dalam kasus ini adalah suster. Dengan jumlah soal untuk karyawan sebanyak 41

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Literatur Dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini harus sesuai dengan Metode penelitian, langkah awal yaitu melakukan studi literatur dan jurnal yang

Lebih terperinci

KUESIONER. 2. Berapa usia anda? a tahun c tahun b tahun d. > 26 tahun

KUESIONER. 2. Berapa usia anda? a tahun c tahun b tahun d. > 26 tahun 72 KUESIONER Berilah tanda (X) pada salah satu pilihan anda : I. Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin anda? a. Laki-laki b. Perempuan Nama Responden: Tujuan Kuesioner Penelitian Kuesioner ini bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI UNTUK MENGETAHUI KESADARAN BERLALU LINTAS PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI SURABAYA TIMUR

ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI UNTUK MENGETAHUI KESADARAN BERLALU LINTAS PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI SURABAYA TIMUR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI UNTUK MENGETAHUI KESADARAN BERLALU LINTAS PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI SURABAYA TIMUR Oleh : M Mushonnif Efendi (1310 105 019) Dosen Pembimbing : Jerry Dwi Trijoyo Purnomo, S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat diyakini kebenarannya secara ilmiah. Studi penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. dapat diyakini kebenarannya secara ilmiah. Studi penelitian ini menggunakan 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis mengenai hubungan antar variabel berdasarkan fakta empiris dan dapat diyakini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan terbagi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan terbagi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil waktu dan lokasi penelitian pada wilayah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data dan Tehnik Pengumpulan Data Data yang di gunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer. Menurut Azwar (2009) data primer adalah data yang di peroleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh guru PAUD di Salatiga, dengan menggunakan sampel guru PAUD di Salatiga yang diambil dari 3 kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada masyarakat yang melakukan pembelian ikan laut baik di pasar tradisional maupun pasar modern di wilayah Kabupaten Ngawi. Kabupaten Ngawi terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Proses penelitian ini di awali dengan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di tempat penelitian, melakukan perumusan masalah dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang ditinjau dari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi.

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

Hasil Model Awal Model Persamaan Struktural untuk Pengaruh Sertifikasi terhadap Kinerja dan Kompetensi

Hasil Model Awal Model Persamaan Struktural untuk Pengaruh Sertifikasi terhadap Kinerja dan Kompetensi Lampiran 1: Hasil Model Awal Model Persamaan Struktural untuk Pengaruh Sertifikasi terhadap Kinerja dan Kompetensi Raw Data from file 'F:\pa_mughni\PRE.psf' Sample Size = 72 Latent Variables S KI KO Relationships

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Kantor Sekretariat Pemerintah Provinsi Bali

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Kantor Sekretariat Pemerintah Provinsi Bali BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kantor Sekretariat Pemerintah Provinsi Bali Kantor Sekretariat Pemerintah Daerah Provinsi Bali terletak di jalan Niti Mandala Renon Denpasar dengan perangkat Daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Infomedia Solusi Humanika (INSANI) yang beralamatkan di Jl RS Fatmawati No 75 Jakarta Selatan didirikan di Jakarta pada 24 Oktober 2012 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis pendekatan dan penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel secara langsung dari populasi,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance

BAB V PEMBAHASAN. estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Konfirmatori Analisis faktor konfirmatori dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan estimasi loading factor, bobot loading factor (factor score wight), dan error variance

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Obyek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data dan obyek pada penelitian ini adalah Waroeng Spesial Sambal di Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jooyeon Ha dan Soo Cheong Jang (2009). Rancangan yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jooyeon Ha dan Soo Cheong Jang (2009). Rancangan yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jooyeon Ha dan Soo Cheong Jang (2009). Rancangan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai macam perubahan yang terjadi di setiap aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, sosial

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. nilai rata-rata (mean), simpangan baku (standard deviation), nilai minimum (min),

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. nilai rata-rata (mean), simpangan baku (standard deviation), nilai minimum (min), 1 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan penjabaran jawaban responden yang bertujuan untuk memberikan jawaban atau deskriptif suatu data yang ditinjau dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Jumlah karyawan operasional Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas pemadam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian yang bertujuan untuk meneliti adanya pengaruh persepsi biaya, persepsi kenyamanan, dan persepsi resiko terhadap minat beli situs tokobagus.com. Karena itulah

Lebih terperinci

c) Usia: 1. Usia tahun 3. Usia tahun 2. Usia tahun

c) Usia: 1. Usia tahun 3. Usia tahun 2. Usia tahun Lampiran 1 Kuesioner Responden yang terhormat, Perkenankanlah saya, mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, mohon bantuan Anda untuk meluangkan waktu mengisi/menjawab

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan gabungan antara penelitian explanatory dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Metode penelitian explanatory digunakan karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data ini dikumpulkan dari berbagai sumber, antara lain data Survey Demografi dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembar kuesioner penilaian prestasi kerja dan promosi jabatan karyawan

Lampiran 1. Lembar kuesioner penilaian prestasi kerja dan promosi jabatan karyawan Lampiran 1. Lembar kuesioner penilaian prestasi kerja dan promosi jabatan karyawan KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja terhadap Promosi Jabatan Karyawan PT X Bogor Terima kasih atas

Lebih terperinci

VII. ANALISIS HUBUNGAN KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PIA APPLE PIE BOGOR

VII. ANALISIS HUBUNGAN KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PIA APPLE PIE BOGOR VII. ANALISIS HUBUNGAN KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PIA APPLE PIE BOGOR 7.1. Hasil Analisis SEM (Structural Equation Modelling) Model pada penelitian ini terdiri dari enam variabel laten, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Indonesia telah dikeluarkan, baik dalam bentuk peraturan perundang-undangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Indonesia telah dikeluarkan, baik dalam bentuk peraturan perundang-undangan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Jumlah perokok dari waktu ke waktu mengalami peningkatan, baik dikalangan laki-laki maupun perempuan. Meskipun regulasi pengendalian masalah

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI Definisi 1 (Prestasi Belajar) b. Faktor Eksternal Definisi 2 (Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi) a.

II LANDASAN TEORI Definisi 1 (Prestasi Belajar) b. Faktor Eksternal Definisi 2 (Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi) a. II LANDASAN TEORI Definisi 1 (Prestasi Belajar) Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mengetahui pengaruh literasi keuangan yang mempengaruhi terciptanya

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mengetahui pengaruh literasi keuangan yang mempengaruhi terciptanya BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Gambaran Subyek Penelitian Subyek pada penelitian ini adalah responden yang merupakan keluarga di wilayah Surabaya, Sidoarjo dan Mojokerto. Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bagian ini bertujuan untuk mengungkap hasil penelitian dan pembahasannya. Tahapan awal dalam menganalisis data yang dilakukan yaitu dimulai dengan

Lebih terperinci

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KERIPIK KENTANG (Studi Kasus pada Agronas Gizi Food, Kota Batu) ABSTRAK

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KERIPIK KENTANG (Studi Kasus pada Agronas Gizi Food, Kota Batu) ABSTRAK PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KERIPIK KENTANG (Studi Kasus pada Agronas Gizi Food, Kota Batu) Nur Amalia Ma rufah 1, Panji Deoranto 2, Rizky Luthfian Ramadhan Silalahi 2* 1 Alumni,

Lebih terperinci

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen 55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data, baik data yang bersifat data sekunder maupun data primer, dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013).

Lebih terperinci

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik dan tanggapan responden terhadap item-item pertanyaan dalam kuesioner. Responden

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Salah satu tahap dalam penelitian adalah proses pengumpulan dan pengolahan data. Pada tahap ini berisikan penjelasan mengenai jenis data yang diperlukan, teknik dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan tujuannya penelitian ini termasuk applied research atau penelitian terapan yang mana didalamnya terdapat solusi atas suatu permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) merupakan salah satu produsen motor yang memiliki pangsa pasar cukup luas. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Pelaksanaan Survei Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan hotel bintang tiga di wilayah kota Cirebon. Ukuran sampel yang digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH HUMAN CAPITAL DAN CORPORATE VALUE TERHADAP KINERJA KARYAWAN

PENGARUH HUMAN CAPITAL DAN CORPORATE VALUE TERHADAP KINERJA KARYAWAN PENGARUH HUMAN CAPITAL DAN CORPORATE VALUE TERHADAP KINERJA KARYAWAN Putiri Bhuana Katili 1),Mutia Adha 2) Jurusan Teknik Industri, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Jend.Sudirman Km.3 Cilegon, Banten

Lebih terperinci