SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN
|
|
- Herman Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung Ilir. Sikap ini ditunjukkan oleh penilaian petani terhadap aspekaspek konversi lahan yang meliputi faktor penyebab konversi lahan, pola konversi lahan dan pemanfaatan lahan yang dikonversi, serta dampak konversi lahan terhadap kehidupan petani. terhadap konversi lahan pertanian dibagi menjadi empat kategori yaitu sangat,, tidak, dan sangat tidak. Pernyataan yang diberikan merupakan pernyataan yang menunjukkan penilaian positif terhadap konversi lahan pertanian. Berdasarkan penilaian dari pernyataan yang diberikan, skor terendah dimiliki oleh responden (petani) yang menunjukkan sikap sangat terhadap konversi lahan pertanian. Sementara skor tertinggi dimiliki oleh responden yang menunjukkan sikap sangat tidak terhadap adanya konversi lahan pertanian. Skor ini diperoleh melalui jawaban responden saat mengisi kuesioner penelitian. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan sikap responden (petani) terhadap konversi lahan pertanian. Tabel 6 Jumlah responden menurut sikap terhadap konversi lahan pertanian di Desa Cihideung Ilir Kategori sikap Jumlah responden (Orang) Persentse (%) Tidak Tidak Berdasarkan tabel diatas, sebanyak 42 responden (petani) memiliki sikap tidak terhadap konversi lahan pertanian. Posisi kedua dengan selisih yang cukup jauh dimiliki oleh petani yang sangat tidak terhadap konversi lahan. Sementara petani yang menilai bahkan sangat terhadap konversi lahan pertanian berturut-turut berjumlah lima dan satu orang. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang terwakili oleh 60 responden memiliki sikap tidak terhadap alih fungsi lahan pertanian. Konversi lahan pertanian di lokasi penelitian sebagian besar dimanfaatkan untuk perumahan. Berdasarkan hasil wawancara, sekitar 11,7% responden menyatakan tidak terhadap konversi lahan pertanian menjadi perumahan tetapi menyatakan terhadap konversi lahan pertanian menjadi pabrik atau industri yang dapat menyerap tenaga kerja. Sementara 1,7 persen menyatakan tidak terhadap alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan kecuali untuk membangun rumah pribadi. Data tersebut menunjukkan bahwa sebesar 13,3% menunjukkan sikap terhadap konversi lahan pertanian, namun tergantung pada pemanfaatan lahan yang dikonversi.
2 56 terhadap konversi lahan pertanian diduga memiliki hubungan dengan karakteristik individu responden. Karakteristik tersebut antara lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan tani, jumlah tanggungan dalam keluarga, tingkat pendapatan, dan penguasaan dan luas lahan oleh petani. Jenis kelamin dibedakan menjadi perempuan dan laki-laki. terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 7 terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Tidak Laki-laki 1 (1.7%) 3 (5.0%) 29 (48.3%) 9 (15.0%) 42 (70.0%) Perempuan 0 (0.0%) 2 (3.3%) 13 (21.7%) 3 (5.0%) 18 (30.0%) 1 (1.7%) 5 (8.3%) 42 (70.0%) 12 (20.0%) 60 (100.0%) Tabel diatas menunjukkan bahwa sekitar 63,3% dari 70,0% responden berjenis kelamin laki-laki cenderung memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan responden laki-laki yang menyatakan tidak sebanyak 48,3% dan sangat tidak sebanyak 15,0%. Sikap negatif terhadap konversi lahan juga ditunjukkan oleh 26,7% dari 30,0% responden berjenis kelamin perempuan. Sikap negatif ditunjukkan dengan pernyataan responden perempuan yang menyatakan tidak sebanyak 21,7% dan sangat tidak sebanyak 5,0%. Tabel tersebut menyimpulkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Karakteristik responden berikutnya adalah usia. Penggolongan usia responden dilakukan berdasarkan sebaran data di lapangan (data emik). Usia responden digolongkan menjadi muda (<45 tahun), sedang (46-62 tahun), dan tua (>62 tahun). Data di lapangan menunjukkan bahwa jumlah petani didominasi oleh petani berusia sedang. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa petani yang berusia tua telah berkurang jumlahnya karena tidak mampu secara fisik untuk bekerja di sawah. Sementara petani yang berusia muda memiliki minat yang kurang terhadap pekerjaan tani. terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan usia responden dapat dilihat sebagai berikut.
3 57 Tabel 8 terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan usia Kategori usia Tidak Muda (< 45 th) Sedang (46-62 th) Tua (> 62 th) 0 (0.0%) 1 (1.7%) 13 (21.7%) 2 (3.3%) 16 (26.7%) 1 (1.7%) 2 (3.3%) 24 (40.0%) 8 (13.3%) 35 (58.3%) 0 (0.0%) 2 (3.3%) 5 (8.4%) 2 (3.3%) 9 (15.0%) 1 (1.7%) 5 (8.3%) 42 (70.0%) 12 (19.9%) 60 (100.0%) Tabel diatas menunjukkan bahwa sekitar 25,0% dari 26,7% responden berusia muda cenderung memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan responden berusia muda yang menyatakan tidak sebanyak 21,7% dan sangat tidak sebanyak 3,3%. Sikap negatif terhadap konversi lahan juga ditunjukkan oleh sekitar 53,3% dari 58,3% responden berusia sedang. Sikap negatif ditunjukkan dengan pernyataan responden berusia sedang yang menyatakan tidak sebanyak 40,0% dan sangat tidak sebanyak 13,3%. Sikap yang sama ditunjukkan juga oleh sekitar 11,7% dari 15,0% responden berusia tua. Sikap negatif ditunjukkan dengan pernyataan responden berusia tua yang menyatakan tidak sebanyak 8,4% dan sangat tidak sebanyak 3,3%. Tabel tersebut menyimpulkan bahwa baik responden berusia muda, sedang, maupun tua memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Tingkat pendidikan responden digolongkan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kategori rendah dimiliki oleh responden dengan tingkat pendidikan SD atau sederajat, kategori sedang dimiliki oleh responden dengan tingkat pendidikan SMP atau sederajat, dan tingkat pendidikan tinggi dimiliki oleh responden dengan tingkat pendidikan SMA atau sederajat. Sikap petani terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat sebagai berikut.
4 58 Tabel 9 terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat pendidikan Tidak Rendah (SD) Sedang (SMP) Tinggi (SMA) 1 (1.7%) 4 (6.7%) 31 (51.6%) 10 (16.7%) 46 (76.7%) 0 (0.0%) 1 (1.7%) 4 (6.6%) 0 (0.0%) 5 (8.3%) 0 (0.0%) 0 (0.0%) 7 (11.7%) 2 (3.3%) 9 (15.0%) 1 (1.7%) 5 (8.4%) 42 (70.0%) 12 (19.9%) 60 (100.0%) Tabel diatas menunjukkan bahwa sekitar 68,3% dari 76,7% responden berpendidikan rendah cenderung memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan responden berpendidikan rendah yang menyatakan tidak sebanyak 51,6% dan sangat tidak sebanyak 16,7%. Sikap negatif terhadap konversi lahan juga ditunjukkan oleh sekitar 6,6% dari 8,3% responden berpendidikan sedang. Sikap negatif ditunjukkan dengan pernyataan responden berusia sedang yang menyatakan tidak sebanyak 6,6%. Sikap yang sama ditunjukkan juga oleh seluruh responden berpendidikan tinggi. Sikap negatif ditunjukkan dengan pernyataan responden berpendidikan tinggi yang menyatakan tidak sebanyak 11,7% dan sangat tidak sebanyak 3,3%. Responden berpendidikan tinggi tidak ada satu pun yang memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Tabel tersebut menyimpulkan bahwa baik responden berpendidikan rendah, sedang, maupun tinggi memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Status pekerjaan tani adalah status yang dipilih oleh responden dalam bekerja sebagai petani maupun buruh tani. Status ini dikategorikan menjadi dua, yaitu status pekerjaan tani sebagai pekerjaan utama dan sampingan. Status ini sulit dilihat ketika responden memiliki pekerjaan lain selain bertani. Oleh karena itu, perlu diketahui berdasarkan pertanyaan yang diberikan mengenai status mana yang dipilih oleh responden. Berikut ini disajikan tabel untuk mengetahui sikap petani terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan status pekerjaan bertani.
5 59 Tabel 10 terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan status pekerjaan bertani Status pekerjaan bertani Tidak Utama 1 (1.7%) 4 (6.6%) 29 (48.3%) 9 (15.0%) 43 (71.7%) Sampingan 0 (0.0%) 1 (1.7%) 13 (21.6%) 3 (5.0%) 5 (28.3%) 1 (1.7%) 5 (8.3%) 42 (70.0%) 12 (20.0%) 60 (100.0%) Tabel diatas menunjukkan bahwa sekitar 63,3% dari 71,7% responden berstatus pekerjaan tani sebagai pekerjaan utama cenderung memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan responden berstatus pekerjaan tani sebagai pekerjaan utama yang menyatakan tidak sebanyak 48,3% dan sangat tidak sebanyak 15,0%. Sikap negatif terhadap konversi lahan juga ditunjukkan oleh sekitar 26,6% dari 28,3% responden berstatus pekerjaan tani sebagai pekerjaan sampingan. Sikap negatif ditunjukkan dengan pernyataan responden berstatus pekerjaan tani sebagai pekerjaan sampingan yang menyatakan tidak sebanyak 21,6% dan sangat tidak sebanyak 5,0%. Tabel tersebut menyimpulkan bahwa baik responden berstatus pekerjaan tani sebagai pekerjaan utama maupun sampingan memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah orang dalam keluarga yang masih ditanggung biaya hidupnya oleh responden. Penggolongan jumlah tanggungan dalam keluarga dilakukan berdasarkan sebaran data di lapangan. Jumlah tanggungan dalam keluarga digolongkan menjadi sedikit, sedang, dan banyak. Kategori jumlah tanggungan dalam keluarga yang tergolong sedikit dimiliki oleh responden yang memiliki tanggungan < 3 orang, jumlah tanggungan sedang antara 3 5 orang, dan jumlah tanggungan banyak dimiliki oleh responden yang memiliki tanggungan > 5 orang. terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan jumlah tanggungan dalam keluarga dapat dilihat pada tabel berikut.
6 60 Tabel 11 terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan jumlah tanggungan dalam keluarga Jumlah tanggungan dalam keluarga Tidak Sedikit (< 3 orang) Sedang (3 5 orang) Banyak (> 5 orang) 0 (0.0%) 2 (3.3%) 14 (23.4%) 8 (13.3%) 24 (40.0%) 1 (1.7%) 3 (5.0%) 26 (43.3%) 3 (5.0%) 33 (55.0%) 0 (0.0%) 0 (0.0%) 2 (3.3%) 1 (1.7%) 3 (5.0%) 1 (1.7%) 5 (8.3%) 42 (70.0%) 12 (20.0%) 60 (100.0%) Data pada tabel menunjukkan bahwa sekitar 36,7% dari 40,0% responden yang memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga tergolong sedikit cenderung memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan responden yang memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga tergolong sedikit yang menyatakan tidak sebanyak 23,4% dan sangat tidak sebanyak 13,3%. Sikap negatif terhadap konversi lahan juga ditunjukkan oleh sekitar 48,3% dari 55,0% responden yang memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga tergolong sedang. Sikap negatif ditunjukkan dengan pernyataan responden yang memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga tergolong sedang yang menyatakan tidak sebanyak 43,3% dan sangat tidak sebanyak 5,0%. Sikap yang sama ditunjukkan juga oleh seluruh responden yang memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga tergolong banyak. Sikap negatif ditunjukkan dengan pernyataan responden yang memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga tergolong banyak yang menyatakan tidak sebanyak 3,3% dan sangat tidak sebanyak 1,7%. Responden yang memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga tergolong banyak tidak ada satu pun yang memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Tabel tersebut menyimpulkan bahwa baik responden yang memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga tergolong sedikit, sedang, maupun banyak memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Tingkat pendapatan adalah besarnya pendapatan yang diperoleh responden dari pekerjaannya. Pekerjaan responden terbagi menjadi pekerjaan tani dan pekerjaan non tani bagi responden yang memiliki pekerjaan lain selain bertani. Penggolongan tingkat pendapatan responden dilakukan berdasarkan sebaran data di lapangan. Tingkat pendapatan dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Tingkat pendapatan tergolong rendah dimiliki oleh responden yang berpendapatan < Rp per tahun. Tingkat pendapatan tergolong sedang dimiliki oleh responden yang berpendapatan Rp Rp per tahun. Tingkat pendapatan tinggi dimiliki oleh responden yang berpendapatan > Rp per tahun. terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada tabel berikut.
7 61 Tabel 12 terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan tingkat pendapatan Tingkat pendapatan Tidak Rendah 0 (0.0%) 3 (5.0%) 18 (30.0%) 5 (8.3%) 26 (43.3%) Sedang 1 (1.7%) 1 (1.7%) 12 (20.0%) 4 (6.6%) 18 (30.0%) Tinggi 0 (0.0%) 1 (1.7%) 12 (20.0%) 3 (5.0%) 16 (26.7%) 1 (1.7%) 5 (8.3%) 42 (70.0%) 12 (20.0%) 60 (100.0%) Data pada tabel menunjukkan bahwa sekitar 38,3% dari 43,3% responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah cenderung memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah yang menyatakan tidak sebanyak 30,0% dan sangat tidak sebanyak 8,3%. Sikap negatif terhadap konversi lahan juga ditunjukkan oleh sekitar 26,6% dari 30,0% responden yang memiliki tingkat pendapatan sedang. Sikap negatif ditunjukkan dengan pernyataan responden yang memiliki tingkat pendapatan sedang yang menyatakan tidak sebanyak 20,0% dan sangat tidak sebanyak 6,6%. Sikap yang sama ditunjukkan juga oleh sekitar 25,0% dari 26,7% responden yang memiliki tingkat pendapatan tinggi. Sikap negatif ditunjukkan dengan pernyataan responden yang memiliki tingkat pendapatan tinggi yang menyatakan tidak sebanyak 20,0% dan sangat tidak sebanyak 5,0%. Tabel tersebut menyimpulkan bahwa baik responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah, sedang, maupun tinggi memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Karakteristik individu yang terakhir adalah penguasaan dan luas lahan oleh petani. Penguasaan dan luas lahan oleh petani menjelaskan mengenai kepemilikan dan luas lahan yang dapat diakses oleh petani dan buruh tani. Penguasaan dan luas lahan oleh petani dikategorikan menjadi petani berlahan luas, petani berlahan sempit, dan petani tak berlahan (buruh tani). Petani dikatakan berlahan luas jika petani tersebut memiliki lahan dengan luas > 2 ha. Petani dikatakan berlahan sempit jika petani tersebut memiliki lahan dengan luas < 2 ha. Sedangkan dikatakan petani tak berlahan (buruh tani) jika petani tersebut tidak memiliki lahan. Berikut ini adalah sikap petani terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan luas dan penguasaan lahan oleh petani.
8 62 Tabel 13 terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan luas dan penguasaan lahan oleh petani Kategori luas dan penguasaan lahan oleh petani Tidak Petani berlahan luas ( > 2 ha ) Petani berlahan sempit ( < 2 ha ) Petani tak berlahan 0 (0.0%) 1 (1.7%) 13 (21.7%) 6 (10.0%) 20 (33.4%) 0 (0.0%) 3 (5.0%) 15 (25.0%) 2 (3.3%) 20 (33.3%) 1 (1.7%) 1 (1.7%) 14 (23.3%) 4 (6.6%) 20 (33.3%) 1 (1.7%) 5 (8.4%) 42 (70.0%) 12 (19.9%) 60 (100.0%) Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa baik petani berlahan luas, petani berlahan sempit, maupun petani tak berlahan (buruh tani) cenderung memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan persentase untuk pernyataan tidak sebanyak 21,7% untuk petani berlahan luas, 25,0% untuk petani berlahan sempit, dan 23,3% untuk petani tak berlahan (buruh tani) dari total pernyataan tidak sebanyak 70,0%. Sementara pernyataan sangat tidak sebanyak 10,0% untuk petani berlahan luas, 3,3% untuk petani berlahan sempit, dan 6,6% untuk petani tak berlahan (buruh tani) dari total pernyataan sangat tidak sebanyak 19,9%. Berdasarkan tabel yang telah disajikan mengenai sikap petani terhadap konversi lahan pertanian berdasarkan karakteristik individu (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan bertani, jumlah tanggungan dalam keluarga, tingkat pendapatan, serta luas dan penguasaan lahan oleh petani) dapat disimpulkan bahwa 90% petani (70% tidak dan 20% sangat tidak ) memiliki sikap negatif terhadap konversi lahan pertanian. Sikap ini menggambarkan bahwa konversi lahan yang dilakukan bukan hal yang diinginkan oleh petani maupun masyarakat setempat pada umumnya. Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Sikap Terhadap Konversi Lahan Pertanian Nurjanah (2011) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa karakteristik individu dapat mempengaruhi sikap. Karakteristik tersebut meliputi usia, pendidikan, tingkat pendapatan, luas lahan pekarangan, status rumah dan pekarangan, dan pengeluaran dalam keluarga. Penelitian lain dilakukan oleh
9 Pertiwi (2011) yang menjelaskan mengenai faktor internal yang dapat mempengaruhi sikap. Faktor internal tersebut adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Pada penelitian ini karakteristik individu yang diuji antara lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan bertani, jumlah tanggungan dalam keluarga, tingkat pendapatan, serta penguasaan dan luas lahan oleh petani. Karakteristik individu yang diuji dihubungkan dengan sikap petani terhadap konversi lahan pertanian di Desa Cihideung Ilir. Karakteristik tersebut diuji melalui uji korelasi chi-square dan uji korelasi rank spearman untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dengan sikap petani terhadap konversi lahan pertanian. Uji korelasi chi-square digunakan untuk karakteristik jenis kelamin. Sementara uji korelasi rank spearman digunakan untuk karakteristik usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan bertani, jumlah tanggungan dalam keluarga, tingkat pendapatan, serta luas dan penguasaan lahan oleh petani. 63 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Sikap Petani terhadap Konversi Lahan Pertanian Hasil uji korelasi chi-square (terlampir) menunjukkan bahwa nilai sigma yang diperoleh adalah 0,843. Nilai ini menunjukkan besaran yang lebih dari nilai α yaitu 0,05. Berdasarkan nilai tersebut, dapat dilihat bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara jenis kelamin dengan sikap petani terhadap konversi lahan pertanian di Desa Cihideung Ilir. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat baik laki-laki maupun perempuan tidak memiliki perbedaan sikap terhadap konversi lahan pertanian. Berdasarkan hasil wawancara, perempuan maupun laki-laki beranggapan bahwa konversi lahan pertanian sama sekali tidak membawa keuntungan atau perubahan positif lainnya untuk kehidupan mereka. Sebagian besar perempuan yang bekerja sebagai buruh tani menganggap bahwa konversi lahan dapat mengancam pekerjaan mereka. Hal yang sama dirasakan oleh petani dan buruh tani laki-laki yang memandang bahwa konversi lahan yang dilakukan hanya menguntungkan pihak luar dan menekan kehidupan petani. Hubungan Antara Usia dengan Sikap Petani terhadap Konversi Lahan Pertanian Usia merupakan salah satu karakteristik individu yang diduga memiliki hubungan dengan sikap terhadap konversi lahan. Semakin muda usia seseorang diduga akan semakin terhadap konversi lahan pertanian. Dugaan ini berawal dari pemikiran bahwa minat generasi muda semakin berkurang terhadap pertanian. Berdasarkan hasil uji statistik (terlampir) ternyata usia petani tidak memiliki hubungan yang nyata dengan sikap petani terhadap konversi lahan pertanian di Desa Cihideung Ilir. Hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa petani atau buruh tani yang berusia muda, sedang, maupun tua hampir memiliki pandangan dan sikap yang sama terhadap adanya konversi lahan pertanian, khususnya menjadi
10 64 perumahan. Bagi mereka, lahan pertanian yang dikonversi khususnya menjadi perumahan tidak memberikan jaminan bagi masa depan. Namun konversi lahan menjadi pabrik atau industri masih memberikan harapan bagi mereka yang berusia muda untuk bekerja di pabrik atau industri yang dibangun. Berbeda halnya dengan petani atau buruh tani yang berusia sedang dan tua, mereka beranggapan bahwa bertani adalah pekerjaan yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani terhadap Konversi Lahan Pertanian Tingkat pendidikan diduga memiliki hubungan yang nyata dengan sikap petani terhadap konversi lahan pertanian. Semakin tinggi tingkat pendidikan diduga semakin menunjukkan sikap tidak terhadap konversi lahan pertanian. Dugaan ini berawal dari pemikiran bahwa tingkat pendidikan yang tinggi dapat membawa seseorang untuk berpikir jangka panjang. Artinya, individu mampu mempertimbangkan perilaku yang dilakukan saat ini akan memiliki dampak terhadap masa mendatang. Sebaliknya, tingkat pendidikan yang rendah tidak berpikir jangka panjang sehingga sikap yang ditunjukkan adalah terhadap konversi lahan pertanian. Hasil uji korelasi rank spearman (terlampir) menunjukkan bahwa nilai sigma yang diperoleh adalah 0,941. Nilai ini menujukkan tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan petani dengan sikap petani terhadap konversi lahan pertanian di Desa Cihideung Ilir. terhadap konversi lahan pertanian tidak dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan rendah, sedang, maupun tinggi. Hampir seluruh masyarakat memiliki pandangan untuk masa mendatang bahwa konversi lahan pertanian yang dilakukan secara terus menerus, petani maupun buruh tani memiliki kemungkinan besar untuk kehilangan pekerjaannya. Hubungan Antara Status Pekerjaan Bertani dengan Sikap Petani terhadap Konversi Lahan Pertanian Status pekerjaan bertani merupakan karakteristik individu yang diduga memiliki hubungan nyata dengan sikap petani terhadap konversi lahan pertanian. Status pekerjaan bertani sebagai pekerjaan utama diduga memiliki kecenderungan sikap yang tidak terhadap konversi lahan pertanian. Sebaliknya, status pekerjaan bertani sebagai pekerjaan sampingan memiliki kecenderungan sikap yang terhadap konversi lahan pertanian. Dugaan ini berawal dari pemikiran bahwa bertani sebagai pekerjaan utama memiliki ketergantungan yang lebih tinggi terhadap lahan pertanian. Hal ini karena pekerjaan bertani adalah pekerjaan yang dianggap lebih mampu memenuhi kebutuhan pokok. Sedangkan pekerjaan tani sebagai pekerjaan sampingan memiliki ketergantungan yang lebih rendah terhadap lahan pertanian. Hal ini karena pekerjaan lain selain bertani dinilai dapat lebih memenuhi kebutuhan pokok, dan pekerjaan tani sebagai pekerjaan penunjang untuk menambah memenuhi kebutuhan pokok.
11 Berdasarkan hasil uji korelasi rank spearman, dugaan tersebut ternyata salah. Nilai sigma yang diperoleh dari hasil pengolahan data adalah 0,896. Status pekerjaan bertani ternyata tidak memiliki hubungan dengan sikap petani terhadap konversi lahan pertanian di Desa Cihideung Ilir. terhadap konversi lahan pertanian tidak dibedakan berdasarkan status pekerjaan bertani sebagai pekerjaan utama maupun sampingan. Sebagian besar petani maupun buruh tani yang yang memiliki status pekerjaan bertani sebagai yang utama menujukkan sikap tidak terhadap konversi lahan pertanian. Hal yang sama ditunjukkan oleh petani dan buruh tani yang memiliki stataus pekerjaan tani sebagai sampingan. Konversi lahan pertanian secara terus menerus dapat menyebabkan pengurangan pendapatan bahkan tidak memiliki pendapatan sama sekali karena pekerjaan bertani terancam tidak dapat dilakukan kembali. 65 Hubungan Antara Jumlah Tangungan dalam Keluarga dengan Sikap Petani terhadap Konversi Lahan Pertanian Jumlah tanggungan dalam keluarga diduga memiliki hubungan nyata dengan sikap petani terhadap konversi lahan pertanian. Semakin banyak jumlah tanggungan dalam keluarga diduga cenderung memiliki sikap tidak terhadap konversi lahan pertanian dan sebaliknya. Dugaan ini berawal dari pemikiran bahwa jumlah tanggungan yang banyak membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sedangkan konversi lahan pertanian yang terus dilakukan dapat menyebabkan pendapatan mereka berkurang, sehingga kondisi mereka semakin sulit. Hasil uji statistik (terlampir) mengatakan bahwa dugaan tersebut tidak diterima. Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai sigma yang diperoleh sebesar 0,142. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah tanggaungan dalam keluarga tidak memiliki hubungan nyata dengan sikap petani terhadap konversi lahan pertanian di Desa Cihideung Ilir. terhadap konversi lahan pertanian tidak dibedakan berdasarkan jumlah tanggungan dalam keluarga dengan kategori sedikit, sedang, maupun banyak. Bagi mereka, banyaknya tanggungan dalam keluarga tidak mempengaruhi sikap atau tidak terhadap konversi lahan pertanian. Hubungan Antara Tingkat Pendapatan dengan Sikap Petani terhadap Konversi Lahan Pertanian Tingkat pendapatan diduga memiliki hubungan nyata dengan sikap petani terhadap konversi lahan pertanian. Semakin tinggi tingkat pendapatan diduga cenderung memiliki sikap terhadap konversi lahan pertanian, dan sebaliknya. Awal pemikiran dugaan ini adalah responden yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi masih dapat berusaha di bidang lain dengan modal pendapatan yang dimilikinya. Kondisi ini menyebabkan responden tidak memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap lahan pertanian. Sebaliknya, responden yang memiliki pendapatan yang lebih rendah dianggap tidak mampu untuk berusaha di bidang lain.
12 66 Hasil uji statistik (terlampir) ternyata tidak membenarkan dugaan tersebut. Nilai sigma yang diperoleh berada dibawah nilai α yaitu sebesar 0,797. Hal ini menujukkan bahwa tingkat pendapatan tidak memiliki hubungan nyata dengan sikap petani terhadap konversi lahan pertanian di Desa Cihideung Ilir. Sikap petani terhadap konversi lahan pertanian tidak dibedakan berdasarkan tingkat pendapatan rendah, sedang, maupun tinggi. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar responden yang memiliki pendapatan lebih tinggi ternyata menyikapi secara negatif terhadap konversi lahan pertanian, terutama yang dimanfaatkan untuk perumahan. Sikap yang sama ditunjukkan oleh sebagian besar responden berpendapatan rendah. Hubungan Antara Luas dan Penguasaan Lahan oleh Petani dengan Sikap Petani terhadap Konversi Lahan Pertanian Karakteristik individu trerakhir yang diduga berhubungan nyata dengan sikap petani terhadap konversi lahan pertanian adalah luas dan penguasaan lahan oleh petani. Diduga bahwa semakin luas lahan yang dikuasai oleh petani maupun buruh tani maka semakin menunjukkan sikap tidak terhadap konversi lahan pertanian. Dugaan ini berawal dari pemikiran bahwa pendapatan petani berlahan luas sebagian besar diperoleh dari hasil bertani, sehingga petani ini memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap lahan pertanian. Secara statistik, ternyata dugaan tersebut tidak dapat diterima. Hasil uji korelasi rank spearman (terlampir) menunjukkan bahwa nilai sigma yang diperoleh sebesar 0,370. Nilai tersebut menujukkan bahwa luas dan penguasaan lahan oleh petani tidak memiliki hubungan yang nyata dengan sikap petani terhadap konversi lahan pertanian di Desa Cihideung Ilir. terhadap konversi lahan pertanian tidak dibedakan berdasarkan luas dan penguasaan lahan oleh petani sebagai petani berlahan luas, petani berlahan sempit, dan petani tak berlahan (buruh tani). Hasil wawancara menunjukkan bahwa beberapa petani berlahan baik luas maupun sempit berencana untuk mewariskan lahan tersebut kepada keturunan mereka. Mereka menganggap bahwa nilai lahan akan berubah dari waktu ke waktu (semakin mengalami peningkatan). Oleh karena itu, lahan yang dimiliki lebih baik digunakan untuk investasi bagi masa depan, sehingga sebagian besar sikap yang ditunjukkan adalah tidak terhadap konversi lahan pertanian. Sikap yang sama ditunjukkan oleh buruh tani. Sebagian besar buruh tani berpikir bahwa konversi lahan pertanian yang dilakukan secara terus menerus berisiko untuk melempar mereka ke dalam juramg kemiskinan.
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT
41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani
Lebih terperinciBAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)
Lebih terperinciBAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi
Lebih terperinciTabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki
BAB V KARAKTERISTIK, TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN RESPONDEN, DAN EKUITAS MEREK 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
Lebih terperinciBAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI
BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI Hubungan antara karakteristik peserta produk pembiayaan BMT Swadaya Pribumi dan dalam
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR
BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,
Lebih terperinciBAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY)
BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY) 5.1 Karakteristik Karakteristik pendengar merupakan salah satu faktor yang diduga
Lebih terperinciBAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU
BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut
Lebih terperinciBAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI
BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI 9.1 Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi dalam Pemenuhan Kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis Gender Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi pada penelitian ini
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Desa Kembang Kuning terbagi atas tiga dusun atau kampung, yakni Dusun I atau Kampung Narogong, Dusun II atau Kampung Kembang Kuning, dan Dusun III atau Kampung Tegal Baru. Desa
Lebih terperinciV. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA
63 V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA Bab berikut membahas struktur pasar tenaga kerja yang ada di Indonesia. Tampak bahwa sebagian besar tenaga kerja Indonesia terserap di sektor jasa. Sektor jasa
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian... 7 1.4 Manfaat Penelitian... 7 1.5 Ruang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan
Lebih terperinciBAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan
Lebih terperinciBAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU
68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu
Lebih terperinciTINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA Tingkat kesejahteraan dalam CV TKB dianalisis dengan analisis gender. Alat analisis gender
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Jumlah karyawan operasional Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas pemadam
Lebih terperinciBAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR
54 BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 6.1 Karakteristik Responden Penelitian ini memiliki responden sebanyak 30 orang, jumlah ini didapatkan dari banyaknya aparatur Desa Bantarjati, dari mulai anggota
Lebih terperinciAgri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN , Volume 12 Nomor 3A, November 2016 : 47-66
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907 4298, Volume 12 Nomor 3A, November 2016 : 47-66 SIKAP PEMILIK LAHAN TERHADAP ALIH FUNGSI LAHAN DI DESA KALASEY SATU Saiful Sarayar Rine Kaunang Mex L. Sondakh ABSTRACT
Lebih terperinciANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB
ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB Tingkat perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB dianalisis dengan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Karakteristik Individu 6.1.1. Umur BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dan berada pada rentang usia 40 sampai 67 tahun. Sebaran responden hampir
Lebih terperinciBAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK
BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK 6.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Kepedulian, dan Ekuitas Merek
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Mina Padi 1. Umur Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir petani dalam melaksanakan usaha taninya, hal tersebut juga berkaitan
Lebih terperinciV. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN
V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN 5.1 Karakteristik Responden Karyawan Harian Jurnal Bogor yang menjadi responden pada penelitian ini berjumlah 35 orang. Dari 35 orang tersebut,
Lebih terperinciBAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN
49 BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Profil relawan PNPM-MP Kelurahan Situ Gede dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Sebanyak 125 mahasiswa STIS yang menjadi responden penelitian, 40 (32.00%) di antaranya laki-laki dan 85 (68.00%) lainnya perempuan. Rasio mahasiswa laki-laki
Lebih terperinciBAB IV PROFIL DESA BANJARWARU
BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat
Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian dijumpai 35 anak yang dirawat di bangsal
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Karakteristik subyek penelitian. Selama periode penelitian dijumpai 35 anak yang dirawat di bangsal gastroenterohepatologi yang sesuai dengan kriteria penelitian. Karakteristik
Lebih terperinciBAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009
BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2 Sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 adalah kecenderungan seorang pemilih
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan, mendeskripsikan dan memaparkan fakta-fakta
Lebih terperinciTabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011
59 BAB VII HUBUNGAN PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN LAHAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI 7.1 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Pendapatan Pertanian Penguasaan lahan merupakan
Lebih terperinciBAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)
58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017
Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama buah dan sayuran masih terbuka lebar, karena jutaan hektar lahan kering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian hortikultura dewasa ini masih bercirikan petani yang pada umumnya miskin, produktivitas dan mutu produksi rendah, serta kontinuitas produksi belum mantap.
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari
54 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Pugung 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah 18.540,56 Ha yang terdiri dari 27 pekon/desa, 1.897 Ha
Lebih terperinciI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
I. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Profil Responden 1. Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin Dilihat dari jenis kelamin pasien diketahui tidak ada perbedaan jumlah yang besar antara
Lebih terperinciVI. KESIMPULAN DAN SARAN. yang sudah terkumpul pada bab kesimpulan.
117 VI. KESIMPULAN DAN SARAN Setelah mengetahui fakta yang ada di lapangan, penulis memberikan kesimpulan mengenai hasil penelitiannya di lapangan berdasarkan data-data yang sudah terkumpul pada bab kesimpulan.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain Penelitian
31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK
PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK (Kasus: Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) Oleh: MENDEZ FARDIAZ A14202050
Lebih terperinciBAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA
48 BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA Bab ini menjelaskan dan menganalisa hubungan antara faktor internal (meliputi ; jenis kelamin, pendidikan, umur dan status sosial) dan faktor
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015
No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Gamping merupakan rumah sakit pendidikan Universitas
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini dilaksanakan di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu rumah sakit umum milik yayasan Muhammadiyah yang terletak di jalan Wates KM 5,5,
Lebih terperinciBAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB
BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dibidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel. Metode yang digunakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesadaran masyarakat dalam membayar PBB di Desa Kadirejo.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan mendeskripsikan tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini akan menjawab masalah penelitian pada Bab
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah merupakan Rumah Sakit
Lebih terperinciVI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN
VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani
Lebih terperinciBAB VI MOTIVASI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
BAB VI MOTIVASI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Motivasi Khalayak Langsung Acara Musik Derings Motivasi merupakan suatu alasan atau dorongan yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah
Lebih terperinciREFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI
46 REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI Kesejahteraan Petani Reforma agraria merupakan suatu alat untuk menyejahterakan rakyat. Akan tetapi, tidak serta merta begitu saja kesejahteraan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Limboto Barat Desa Daenaa selama ± 1 minggu. Sampel dihitung dengan menggunakan tabel penentuan besarnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil
49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Dalam bab ini dibahas mengenai hasil penelitian yang dilaksanakan, yaitu berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden.
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan Tlanakan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Pamekasan yang memiliki luas wilayah 48,10 Km 2 dan terletak
Lebih terperinciBAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi
47 BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian serta interpretasi dari hasil penelitian tersebut. Akan dijabarkan gambaran umum responden dan hasil dari analisa
Lebih terperinciV. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
95 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Pola konsumsi rumah tangga di Lampung
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep VARIABEL BEBAS Konsumsi Minuman Beralkohol Frekuensi konsumsi minuman beralkohol Banyaknya konsumsi minuman beralkohol VARIABEL TERIKAT Kejadian Obesitas Abdominal
Lebih terperinciKONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015
BPS KABUPATEN SEKADAU No.06/11/6109/Th. II, 17 November 2016 KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 SEBESAR 2,97 PERSEN Persentase angkatan
Lebih terperinciBAB III PENDEKATAN LAPANGAN
BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah (Lampiran 1). Lokasi penelitian ditentukan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Kebijakan Optimalisasi dan Pemeliharaan JITUT 5.1.1 Umur (X 1 ) Berdasarkan hasil penelitian terhadap
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015
No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Responden pada penelitian ini adalah peternak yang berdiam di Desa Dompu, Moyo Mekar dan Desa Sepakat Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat dengan karakteristik
Lebih terperinciBAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR
62 BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR 6.1 Agenda Pendengar Agenda pendengar adalah tingkat perbedaan penonjolan suatu berita menurut opini pendengar dan pengetahuan mereka.
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kecamatan tulang bawang Tengah merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten
Lebih terperinciBAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN
BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN 7.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kesukaan pada
Lebih terperinciBAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
69 BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan PNPM-MP Motivasi responden dalam penelitian ini diartikan sebagai dorongan atau kehendak yang menyebabkan
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
231 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kualitas remaja mencakup kecerdasan intelektual (IQ), status gizi (IMT/U), dan kecerdasan emosi. a) Analisis deskriptif terhadap kecerdasan intelektual menunjukkan
Lebih terperinciPada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian
31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI
Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci. Data kuantitatif diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, dan analisis
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Kasihan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN 1 N
32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan
28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS Rahmadhiana Febrianika *), Bagoes Widjanarko **), Aditya Kusumawati ***) *)Mahasiswa Peminatan PKIP FKM
Lebih terperinciBAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN
47 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 6.1 Keterdedahan Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya Kondisi Geografis
25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Balumbang Jaya merupakan salah satu kelurahan yang berada dalam wilayah administratif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk menggambarkan hubungan antara
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Tilote sebagai salah satu pelayanan dasar dan terdepan di Kecamatan Tilango memberikan pelayanan rawat jaan dan rawat
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015
No. 31/05/15/Th. IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,73 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi pada Februari 2015 mencapai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. dilakukan adalah persiapan penelitian, di antaranya:
70 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan studi penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan sawah memiliki manfaat sebagai media budidaya yang menghasilkan bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki manfaat bersifat fungsional
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Secara geografis Kabupaten Badung terletak antara
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Secara geografis Kabupaten Badung terletak antara 8 14 20 8 50 48 Lintang Selatan dan 115 05 00 115 26 16 Bujur Timur dengan luas wilayah 418,52
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.
41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa penelitian yaitu Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Data profil Desa Tahun 2009 menyebutkan luas persawahan 80 ha/m 2, sedangkan
Lebih terperinciBAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS
86 BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai hubungan perilaku konsumsi dengan sikap terhadap singkong, jagung, dan ubi.
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten
BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.
BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Bogor yang merupakan kawasan
Lebih terperinci