PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BURGERS DAN PENERAPANNYA PADA MASALAH ARUS LALU LINTAS CHRISTOPHER DANNY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BURGERS DAN PENERAPANNYA PADA MASALAH ARUS LALU LINTAS CHRISTOPHER DANNY"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BURGERS DAN PENERAPANNYA PADA MASALAH ARUS LALU LINTAS CHRISTOPHER DANNY DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

2 2

3 3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Metode Perturbasi Homotopi untuk Menyelesaikan Persamaan Burgers dan Penerapannya pada Masalah Arus Lalu Lintas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun Sumber informasi yang berasal dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor Bogor, Oktober 2013 Christopher Danny NIM G

4 4 ABSTRAK CHRISTOPHER DANNY Penggunaan Metode Perturbasi Homotopi untuk Menyelesaikan Persamaan Burgers dan Penerapannya pada Masalah Arus Lalu Lintas Dibimbing oleh JAHARUDDIN dan FARIDA HANUM Masalah arus lalu lintas sering berupa masalah kemacetan, kecelakaan kendaraan bermotor, dan pelanggaran aturan lalu lintas Kecelakaan lalu lintas sering terjadi karena pengemudi kendaraan tidak dapat mengendalikan kecepatan kendaraannya Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh pengemudi kendaraan agar dapat mengendalikan kecepatan kendaraannya adalah melaju dengan kecepatan yang diperkenankan pada saat kondisi-kondisi tertentu di jalan Pada masalah arus lalu lintas ini akan dikaji besaran kecepatan yang diperkenankan yang mengacu pada persamaan Burgers Persamaan Burgers diselesaikan dengan metode perturbasi homotopi Hasil yang diperoleh dengan metode perturbasi homotopi dibandingkan dengan metode numerik Kata kunci: persamaan Burgers, metode perturbasi homotopi, masalah arus lalu lintas ABSTRACT CHRISTOPHER DANNY The Use of Homotopy Perturbation Method for Solving the Burgers Equation and Implementing Traffic Flow Problems Supervised by JAHARUDDIN and FARIDA HANUM Traffic flow problems are frequently referred as problems of congestion, accidents and traffic violations Traffic accidents often occur because the vehicle drivers can not control the speed of their vehicle One of the efforts that must be made by the vehicle drivers to control the speed of their vehicle is driving under the road speed limit On this traffic flow problems, the road speed limit will be assessed based on the Burgers equation The Burgers equation can be solved by the homotopy perturbation methods The results of the homotopy perturbation method will be compared to the results of numerical methods Keywords : Burgers equation, homotopy perturbation method, traffic flow problems

5 5 PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BURGERS DAN PENERAPANNYA PADA MASALAH ARUS LALU LINTAS CHRISTOPHER DANNY Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Penggunaan Metode Perturbasi Homotopi untuk Menyelesaikan Persamaan Burgers dan Penerapannya pada Masalah Arus Lalu Lintas Nama Christopher Danny NIM : Disetujui oleh Dr J aharuddin, MS Pembimbing I Dra Farida Hanum, MSi Pembimbing II Tanggal Lulus: 22 OCT 2 11

8 vii Judul Skripsi : Penggunaan Metode Perturbasi Homotopi untuk Menyelesaikan Persamaan Burgers dan Penerapannya pada Masalah Arus Lalu Lintas Nama : Christopher Danny NIM : G Disetujui oleh Dr Jaharuddin, MS Pembimbing I Dra Farida Hanum, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Berlian Setiawaty, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

9 viii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Penulisan karya ilmiah ini juga tidak lepas dari bantuan beberapa pihak Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1 Bapak Ramot Mulia Tunggal Sitompul dan ibu Roseline Yather Aden, beserta adik Samuel Christie, seluruh keluarga atas semua doa, dukungan, semangat, pengorbanan, nasihat, pendidikan, perhatian, cinta dan kasih sayangnya, 2 Dr Jaharuddin, MS, Dra Farida Hanum, MSi dan Drs Siswandi, MSi masing-masing sebagai dosen pembimbing I, dosen pembimbing II dan dosen penguji luar atas semua ilmu, kesabaran, motivasi, dan bantuannya selama penulisan skripsi ini, 3 Dosen dan staf penunjang Departemen Matematika atas semua ilmu dan bantuannya, 4 Kakak Matematika 43, adik Matematika 45 dan 46 atas bantuan, saran dan semua ilmunya, teman-teman Matematika 44, Andrew, Daniel, Josia, Parulian dan temanteman lainnya di luar Departemen Matematika IPB atas kebersamaan, bantuan, dukungan dan motivasinya selama ini Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi penelitianpenelitian selanjutnya Bogor, Oktober 2013 Christopher Danny

10 ix DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penulisan 2 LANDASAN TEORI 2 Persamaan Burgers 2 Masalah Arus Lalu Lintas 6 Metode Numerik 8 Metode Perturbasi Homotopi 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Aplikasi Metode 10 Kasus pertama : Masalah arus lalu lintas 10 Kasus kedua : Persamaan Burgers berdimensi dua 13 SIMPULAN 15 DAFTAR PUSTAKA 15 RIWAYAT HIDUP 30

11 x DAFTAR GAMBAR 1 Sistem koordinat fluida dua dimensi 2 2 Penyelesaian masalah nilai awal (48) dan (49) dengan metode numerik dan metode perturbasi homotopi untuk dan 12 3 Tingkat kepadatan mobil yang dinyatakan dalam tiga dimensi pada saat 4 Tingkat kepadatan kendaraan yang dinyatakan dalam dua dimensi untuk,,, dan DAFTAR LAMPIRAN 1 Penurunan Persamaan (3), (6), dan (8) 17 2 Penurunan Persamaan (17), (18), dan (19) 18 3 Penurunan Persamaan (22) 19 4 Penurunan Persamaan (23) 20 5 Penurunan Persamaan (27) 21 6 Penurunan Persamaan (34) dan (35) 22 7 Penurunan Persamaan (52) dan (53) 23 8 Penurunan Persamaan (59), (60), (61), dan (62) 26

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Model matematika dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi di alam dan dalam kehidupan sehari-hari Umumnya model matematika tersebut berupa masalah taklinear Masalah arus lalu lintas adalah contoh masalah dalam kehidupan sehari-hari Masalah arus lalu lintas sering berupa masalah kemacetan, kecelakaan kendaraan bermotor, dan pelanggaran lalu lintas Kecelakaan lalu lintas sering terjadi karena pengemudi kendaraan tidak dapat mengendalikan kecepatan kendaraannya Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh pengemudi kendaraan agar dapat mengendalikan kecepatan kendaraannya adalah melaju dengan kecepatan yang diperkenankan pada saat kondisi-kondisi tertentu di jalan Pada karya ilmiah ini akan dikaji besaran kecepatan yang diperkenankan yang mengacu pada persamaan Burgers Selain digunakan pada masalah arus lalu lintas, persamaan Burgers juga muncul pada masalah mekanika fluida, khususnya sebagai model persamaan untuk kecepatan aliran fluida, dinamika gas, dan gerak gelombang Persamaan Burgers pertama kali diperkenalkan oleh Johannes Martinus Burgers (1939) Persamaan Burgers telah digunakan oleh banyak peneliti Burns et al (1998) telah menyelesaikan persamaan Burgers dengan faktor gesekan secara numerik, Taghizadeh et al (2011) menyelesaikan persamaan Burgers dengan menggunakan metode transformasi diferensial tereduksi, Piao et al (2012) menyelesaikan persamaan Burgers berdimensi satu dengan suatu metode numerik, dan masih banyak lagi peneliti yang telah menggunakan persamaan Burgers Persamaan Burgers dapat diturunkan dari persamaan Navier Stokes Persamaan Navier Stokes didapat dari persamaan dasar fluida Persamaan dasar fluida merupakan persamaan-persamaan gerak aliran fluida Penurunan persamaan dasar fluida ini dilakukan berdasarkan hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum Setiap hukum memberikan persamaan yang selanjutnya dinamakan persamaan kontinuitas untuk hukum kekekalan massa dan persamaan gerak untuk hukum kekekalan momentum Persamaan kontinuitas diturunkan dengan asumsi fluida yang ditinjau tak termampatkan (incompressible) dengan rapat massa yang homogen dan gerak partikel fluida yang tak berotasi (irrotational) Persamaan gerak diturunkan dengan asumsi fluida mengalami transfer momentum, yaitu adanya sirkulasi aliran fluida (convection) dan momentum yang dipindahkan akibat adanya perbedaan tiap lapis aliran Analog dengan penurunan persamaan Burgers dari persamaan Navier Stokes, persamaan Burgers pada masalah arus lalu lintas diturunkan berdasarkan analogi bahwa rapat massa fluida dinyatakan oleh kepadatan kendaraan sehingga persamaan kontinuitas berlaku Model persamaan untuk masalah arus lalu lintas merupakan persamaan Burgers berdimensi satu Pada karya ilmiah ini, akan digunakan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan persamaan Burgers berdimensi satu dan berdimensi dua Konsep dari metode perturbasi homotopi pertama kali diajukan oleh He JH pada tahun 2000 Metode ini merupakan kombinasi dari bentuk homotopi dan metode perturbasi Dalam metode ini, penyelesaiannya diberikan dalam bentuk deret tak hingga Metode perturbasi homotopi bergantung pada suatu parameter kecil dalam persamaan Banyak peneliti telah menggunakan metode perturbasi homotopi, seperti He (2000) mengkaji teknik homotopi dan teknik perturbasi untuk suatu masalah taklinear, Shafieenejad et al

13 2 (2009) menggunakan metode perturbasi homotopi pada masalah aliran pipa fluida non Newtonian, dan masih banyak lagi peneliti yang telah menggunakan metode perturbasi homotopi Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penulisan ini ialah: 1) menurunkan kembali persamaan Burgers dari persamaan Navier Stokes dan memperluas pada masalah arus lalu lintas, 2) menggunakan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan masalah arus lalu lintas dan persamaan Burgers berdimensi dua dan membandingkan hasil-hasilnya dengan metode numerik, 3) menafsirkan hasil-hasil yang diperoleh dari metode perturbasi homotopi pada penyelesaian masalah arus lalu lintas dan persamaan Burgers berdimensi dua LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teori-teori yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini Teori-teori tersebut meliputi persamaan Burgers yang disarikan dari (Landajuela 2011), dan konsep dasar metode perturbasi homotopi yang disarikan dari (Taghizadeh et al 2011) Persamaan Burgers Persamaan Burgers diturunkan dari persamaan dasar fluida Persamaan dasar fluida diturunkan berdasarkan kesetimbangan massa terhadap elemen luas yang dilalui partikel fluida, seperti pada Gambar 1 Pada elemen luas tersebut, laju perubahan massa rata-rata merupakan selisih antara massa rata-rata yang masuk dan yang keluar Misalkan merupakan rapat massa fluida dan kecepatan partikel fluida dalam arah sumbu dan sumbu masing-masing dinotasikan dengan dan Rata-rata massa yang masuk pada elemen luas dalam arah x dan z masing-masing adalah dan Rata-rata massa yang keluar dalam arah x dan z adalah dan Gambar 1 Sistem koordinat fluida dua dimensi

14 Berdasarkan kesetimbangan massa, maka laju perubahan massa dalam elemen luas tersebut adalah 3 [ ] [ ] (1) Jika persamaan (1) dibagi dengan, maka diperoleh * [ ] + * [ ] + (2) sehingga untuk dan, diperoleh * + (3) Persamaan (3) menyatakan rata-rata perubahan rapat massa sebagai hasil dari perubahan pada vektor kerapatan massa, dengan ( ) Persamaan (3) dikenal sebagai persamaan kontinuitas Penulisan bentuk lain dari persamaan (3) adalah dengan menggunakan operator sebagai simbol untuk turunan total terhadap waktu t, yaitu (4) Jadi turunan total dari Persamaan (3) menjadi terhadap waktu t adalah (5) * + (6) Berdasarkan asumsi bahwa fluida yang ditinjau tak termampatkan (incompressible), yaitu maka (7) (penurunan persamaan (3), (6), dan (8) dapat dilihat pada Lampiran 1) Persamaan (8) merupakan persamaan kontinuitas untuk fluida yang takmampat (8)

15 4 Hukum kekekalan momentum didasarkan pada kesetimbangan momentum Pada elemen luas dalam Gambar 1, laju perubahan momentum merupakan selisih antara momentum yang masuk dan yang keluar serta ditambah dengan gaya-gaya yang bekerja pada elemen luas tersebut Dalam arah-x, momentum yang masuk ialah dan momentum yang keluar ialah Dalam arah-z, momentum yang masuk adalah dan yang keluar adalah Jadi kesetimbangan momentum pada komponen-x adalah [ ] [ ], (9) dan pada komponen-z adalah [ ] [ ] (10) Misalkan tegangan geser diperhatikan, maka tegangan geser pada arah perpindahan momentum pada komponen-x dan arah kecepatan terhadap sumbu-x dinotasikan sebagai Tegangan geser pada arah perpindahan momentum-z dan arah kecepatan-x dinotasikan sebagai Tegangan geser pada arah perpindahan momentum-x dan arah kecepatan-z dinotasikan sebagai Tegangan geser pada arah perpindahan momentum-z dan arah kecepatan-z dinotasikan sebagai Tegangan geser pada komponen-x adalah [ ] [ ] (11) Tegangan geser pada komponen-z adalah [ ] [ ] (12) Faktor lain yang terlibat dalam hukum momentum ialah gaya-gaya yang terjadi pada elemen luas Gaya-gaya tersebut muncul sebagai tekanan fluida p dan gaya gravitasi Jadi jumlah gaya yang bekerja dalam arah-x adalah [ ] (13) sedangkan jumlah gaya yang bekerja dalam arah-z adalah [ ] (14) Perubahan rata-rata momentum dalam elemen luas pada arah-x adalah ( ) (15) Perubahan rata-rata momentum dalam elemen luas pada arah-z adalah ( ) (16) Jika perubahan rata-rata momentum dalam elemen luas dan hasil-hasil dari Persamaan (9), (10), (11), (12), (13), (14), (15), dan (16) digunakan pada hukum kekekalan momentum, kemudian persamaan yang diperoleh dibagi dengan, dan limit dari dan diambil menuju ke nol, maka diperoleh masing-masing komponen-x dan z sebagai berikut: ( ) ( ) (17)

16 5 ( ) ( ) (18) Persamaan (17) dan (18) dapat ditulis dalam notasi vektor seperti berikut : [ ] (19) dengan, ( ), ( ), dan ( ) Persamaan (19) disebut persamaan dasar fluida Penurunan persamaan (17), (18), dan (19) dapat dilihat di Lampiran 2 Dengan menggunakan persamaan kontinuitas (5), maka persamaan (17) dan (18) masing-masing menjadi ( ) (20) ( ) (21) Dalam notasi vektor, persamaan (20) dan (21) ditulis (22) Persamaan (22) disebut persamaan Navier Stokes Penurunan persamaan (22) dapat dilihat di Lampiran 3 Tegangan geser erat kaitannya dengan aliran fluida kental (viscous fluid) Konstanta kekentalan (viscosity) fluida dinotasikan sebagai Hubungan antara dan ialah dan,,, Jadi persamaan (22) menjadi (23) Penurunan persamaan (23) dapat dilihat di Lampiran 4 Selanjutnya asumsikan gaya yang bekerja pada sistem hanya gaya gesekan sedangkan gaya luar (external force) diabaikan Gaya luar (external force) yang bekerja pada sistem adalah gaya yang diakibatkan oleh tekanan (p) dan gaya gravitasi (g) Persamaan (23) menjadi ( ) ( )

17 6 ( ) ( ) (24) Kekentalan erat kaitannya dengan kekentalan kinematik (kinematic viscosity) Kekentalan dibagi rapat massa fluida disebut sebagai kekentalan kinematik yang dinotasikan sebagai, yaitu Jika persamaan (24) dibagi dengan rapat massa fluida akan diperoleh ( ) ( ) (25) Khusus untuk masalah satu dimensi, persamaan (25) memberikan (26) Persamaan (26) merupakan persamaan Burgers berdimensi satu Secara umum persamaan Burgers berdimensi n adalah ( ) ( ) (27) Penurunan persamaan (27) dapat dilihat di Lampiran 5 Salah satu contoh masalah yang memunculkan persamaan Burgers adalah masalah arus lalu lintas Berikut ini diberikan penggunaan persamaan Burgers berdimensi satu pada masalah arus lalu lintas Masalah Arus Lalu Lintas Pada masalah arus lalu lintas berdimensi satu, diasumsikan mobil melaju di jalan raya Mobil melaju dalam satu arah (misalkan dalam arah horizontal) Kepadatan mobil di jalan dilambangkan dengan dengan x dan t masing-masing ialah koordinat horizontal dan waktu Misalkan adalah nilai pada dengan adalah nilai pada saat mobil dalam keadaan berhimpitan bumper ke bumper Jika diasumsikan kepadatan mobil konstan, yaitu (28) maka, (29) dengan v kecepatan kendaraan dalam arah-x Secara umum, bila kecepatan kendaraan berubah, maka diperoleh persamaan berikut:

18 (30) dengan Namun kenyataannya kendaraan tidak melaju konstan Seorang pengendara terkadang harus melambatkan kecepatan kendaraannya pada saat kondisi lalu lintas padat sehingga dengan kata lain, kecepatan kendaraan sebagai fungsi dari kepadatan kendaraan Selain itu, f juga dipengaruhi oleh faktor perlambatan (seperti angin dan lain-lain), dengan konstanta perlambatan dinotasikan D Jadi didefinisikan fungsi f sebagai berikut: 7 (31) Pada situasi lalu lintas di jalan raya, pengendara cenderung untuk mengemudi pada kecepatan tertentu (yang merupakan batas kecepatan maksimum), tetapi dengan kondisi lalu lintas yang semakin padat, pengemudi akan melambatkan kecepatan dari kecepatan maksimum yang diizinkan Hubungan paling sederhana dari situasi tersebut dapat dijelaskan oleh persamaan berikut: (32) Berdasarkan persamaan (32), jika kepadatan mobil (tidak padat), maka pengendara mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan maksimum Namun, jika (sangat padat), maka mobil berhenti (v = 0) Jika persamaan (31) dan (32) disubstitusikan ke dalam persamaan (30), maka diperoleh * + Selanjutnya didefinisikan variabel tak berdimensi berikut: dengan persamaan (33) maka diperoleh:,, dan, (33) Jika variabel tak berdimensi di atas disubstitusikan ke dalam [ ], dengan dan (34) Jika dimisalkan, maka persamaan (34) menjadi (35) Penurunan persamaan (34) dan (35) dapat dilihat di Lampiran 6 Persamaan (35) merupakan persamaan Burgers berdimensi satu, seperti pada persamaan Burgers (26) yang akan diselesaikan dengan metode numerik dan metode perturbasi homotopi Berikut ini konstruksi numerik persamaan Burgers (26) dan konsep dasar metode perturbasi homotopi

19 8 Metode Numerik Misalkan persamaan Burgers (26) dinyatakan sebagai berikut: [ ], dengan (36) Jika kedua ruas pada persamaan (36) diintegralkan terhadap x dari sampai, maka diperoleh [ ] [ ] (37) Pendekatan numerik dari setiap suku pada persamaan (37) adalah: ( ) [ ] [ ( ) ( )] [ ( ) ( ) ( ) ( ) ] ( ) ( ) ( ), dan [ ] ( )/ ( )/ Jika bentuk-bentuk di atas disubstitusikan ke dalam persamaan (37), kemudian dibagi dengan h, maka diperoleh / / (38) dengan Jika diskretisasi turunan terhadap waktu digunakan, maka diperoleh rumus rekursif dari penyelesaian numerik persamaan Burgers (36) sebagai berikut: ( / / ), (39) dengan ( ) merupakan rata-rata dan

20 9 Metode Perturbasi Homotopi Berikut ini diberikan konsep dasar metode perturbasi homotopi berdasarkan alur pada (Taghizadeh et al 2011) Untuk mengilustrasikan ide dasar dari metode ini, diberikan persamaan diferensial taklinear berikut: dengan kondisi batasnya adalah [ ] (40) ( ) (41) dengan operator turunan taklinear, operator batas, fungsi yang diketahui, Ω adalah domain, adalah batas dari domain Ω dan adalah fungsi yang akan ditentukan yang bergantung pada Operator dapat dikatakan terpisah dalam dua bagian yaitu dan, dengan adalah operator linear dan adalah operator taklinear, sehingga persamaan (40) dapat ditulis sebagai berikut: [ ] [ ] (42) Dalam metode homotopi, dikonstruksikan suatu homotopi berikut: yang memenuhi persamaan berikut: [ ] [ ] [ ] ( ), (43) dengan adalah fungsi perturbasi homotopi, [ ] adalah suatu parameter, dan adalah pendekatan awal dari penyelesaian persamaan (40) yang memenuhi kondisi awal Jelas bahwa: Berdasarkan persamaan (43), maka penyelesaian persamaan masing-masing diperoleh (44) (45) dan dan Proses peningkatan nilai p dari 0 ke 1 yang mengakibatkan perubahan v(r,p) dari ke u(r) disebut deformasi Bentuk dan disebut sebagai homotopi dalam topologi Jika parameter ; yang disebut parameter kecil digunakan dalam perturbasi klasik, maka diasumsikan bahwa persamaan (44) dan (45) dapat dinyatakan sebagai deret kuasa dalam yaitu: (46)

21 10 Jika berikut:, maka diperoleh penyelesaian pendekatan dari persamaan (43) sebagai Kombinasi dari metode perturbasi dan metode homotopi disebut metode perturbasi homotopi Deret (47) adalah konvergen bagi banyak kasus Bagaimanapun juga, tingkat kekonvergenan deret (47) bergantung pada operator taklinear (47) HASIL DAN PEMBAHASAN Kasus pertama : Masalah arus lalu lintas Aplikasi Metode Tinjau model persamaan untuk masalah arus lalu lintas yang diberikan dalam persamaan Burgers (48) berikut: Misalkan syarat awal diberikan dalam bentuk: (48), (49) dengan kata lain pada posisi awal tingkat kepadatan mobil lebih kecil dari setengah tingkat kepadatan maksimum, kemudian pada posisi akhir tingkat kendaraan tidak padat Berikut ini akan dicari penyelesaian dari masalah nilai awal persamaan (48) dan (49) dengan menggunakan metode perturbasi homotopi Misalkan didefinisikan operator linear L dan operator taklinear A sebagai berikut: dan Berdasarkan persamaan (43) diperoleh persamaan berikut: ( ) ( ) (50) Asumsikan penyelesaian dari persamaan (50) dengan bentuk deret berikut: (51)

22 Jika persamaan (51) disubstitusikan ke dalam persamaan (50), kemudian dipisahkan berdasarkan koefisien kepangkatan p, maka koefisien dan masingmasing memberikan persamaan berikut: 11 (52) Secara umum, koefisien berbentuk: ( ) Pendekatan awal dipilih berdasarkan syarat awal pada persamaan (49) yaitu: sehingga diperoleh pula syarat-syarat awal berikut:, Penyelesaian persamaan (52) untuk n= 0,1,2,3,4,5,6,7,8 masing-masing adalah ( ) ( ) ( ) ( ) sedangkan,,, dan dapat dilihat pada Lampiran 7 Dengan demikian penyelesaian dari persamaan (48) dengan syarat awal pada persamaan (49) hingga orde ke-delapan dengan menggunakan metode perturbasi homotopi adalah Penurunan persamaan (52) dan (53) dapat dilihat di Lampiran 7 Berdasarkan persamaan (48) dan (49), diperoleh grafik penyelesaian numerik dan grafik penyelesaian dengan menggunakan metode perturbasi homotopi yang dinyatakan dalam dua dimensi pada saat faktor perlambatan, dan [ ] Gambar 2 menyatakan grafik penyelesaian numerik dan grafik penyelesaian dengan menggunakan metode perturbasi homotopi untuk masalah nilai awal (48) dan (49) dengan, dan [ ] (53)

23 12 u(x,t) Metode Perturbasi Homotopi Metode Numerik Gambar 2 Penyelesaian masalah nilai awal (48) dan (49) dengan metode numerik dan metode perturbasi homotopi untuk dan Dari Gambar 2 diperoleh bahwa penyelesaian masalah nilai awal (48) dan (49) menggunakan metode perturbasi homotopi konsisten dengan penyelesaian menggunakan metode numerik dengan rata-rata galat Gambar 3 menunjukkan tingkat kepadatan mobil pada posisi x dan waktu t yang dinyatakan dalam tiga dimensi dengan menggunakan metode numerik Misalkan kecepatan maksimum pada suatu jalan raya yang diperkenankan adalah 60 km/jam dengan panjang jalan raya tersebut adalah 60 km Jadi km/jam, km, dan Gambar 3 menunjukkan tingkat kepadatan mobil yang diperoleh berdasarkan dengan u penyelesaian masalah nilai awal (48) dan (49) dan x x Gambar 3 Tingkat kepadatan mobil saat t yang dinyatakan dalam tiga dimensi pada Berdasarkan Gambar 3, dengan diperoleh bahwa pada posisi x=0 untuk setiap waktu, tingkat kepadatan sebesar Dengan bertambahnya jarak yang ditempuh kendaraan, tingkat kepadatan mobil semakin berkurang tetapi untuk tingkat kepadatan mobil tidak nol

24 Gambar 4 menunjukkan tingkat kepadatan kendaraan yang dinyatakan dalam dua dimensi dengan menggunakan metode numerik, untuk,,,, dan t Gambar 4 Tingkat kepadatan kendaraan yang dinyatakan dalam dua dimensi untuk,,, dan Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin kecil ( mendekati nol), maka akan semakin kecil ( mendekati nol) sehingga tingkat kepadatan kendaraan akan semakin kecil (tidak padat) Ini berarti kondisi lalu lintas di suatu jalan raya akan semakin lancar Kasus kedua : Persamaan Burgers berdimensi dua Tinjau model persamaan Burgers berdimensi dua sebagai berikut: ( ) ( ) Misalkan syarat awal diberikan dalam bentuk: Penyelesaian eksak masalah nilai awal (54) dan (55) adalah (54) (55) (56) Berikut ini akan dicari penyelesaian dari masalah nilai awal persamaan (54) dan (55) dengan metode perturbasi homotopi Misalkan didefinisikan operator linear L dan operator taklinear A sebagai berikut: dan ( ) ( )

25 14 Berdasarkan persamaan (43) diperoleh persamaan berikut : ( ) ( ) ( )/ (57) Misalkan penyelesaian dari persamaan (57) dengan bentuk sebagai berikut: (58) Jika persamaan (58) disubstitusikan ke dalam persamaan (57), kemudian dipisahkan berdasarkan koefisien kepangkatan p, maka koefisien dan masing-masing memberikan persamaan berikut: (59) Secara umum, koefisien berbentuk: ( ) ( ), Pendekatan awal dipilih berdasarkan syarat awal pada persamaan (55) yaitu:, sehingga diperoleh pula syarat-syarat awal awal berikut: Penyelesaian persamaan (59) untuk n= 0,1,2,3, masing-masing adalah Secara umum, berbentuk: (60) Dengan demikian penyelesaian dari persamaan (54) dengan syarat awal pada persamaan (55) dengan metode perturbasi homotopi adalah: (61) Jika deret geometri digunakan, maka diperoleh penyelesaian dari persamaan (54) dengan syarat awal pada persamaan (55) dengan metode perturbasi homotopi:, (62)

26 Hasil ini menunjukkan kesesuaian dengan penyelesaian eksak (56) dari masalah nilai awal (54) dan (55) Dengan demikian metode perturbasi homotopi dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan Burgers berdimensi dua Akurasi dari metode ini sangat tinggi untuk menyelesaikan persamaan Burgers berdimensi dua Penurunan persamaan (59), (60), (61), dan (62) dapat dilihat di Lampiran 8 15 SIMPULAN Persamaan Burgers berdimensi satu diaplikasikan pada masalah arus lalu lintas Persamaan Burgers untuk masalah arus lalu lintas dapat diselesaikan dengan menggunakan metode perturbasi homotopi dan metode numerik Penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi konsisten dengan penyelesaian dengan metode numerik Hal ini menunjukkan bahwa metode perturbasi homotopi memberikan pendekatan dengan akurasi yang lebih tinggi Apabila diberikan faktor perlambatan maka pada posisi awal x=0 tingkat kepadatan mobil sebesar , kemudian dengan bertambahnya jarak yang ditempuh kendaraan, tingkat kepadatan mobil semakin berkurang dan untuk waktu yang lama tingkat kepadatan mobil tidak nol Hasil yang diperoleh pada masalah arus lalu lintas juga menunjukkan bahwa semakin kecil ( mendekati nol), maka akan semakin kecil ( mendekati nol) sehingga tingkat kepadatan kendaraan akan semakin kecil (tidak padat) Ini berarti kondisi lalu lintas di suatu jalan raya akan semakin lancar Persamaan Burgers berdimensi dua dapat diselesaikan dengan metode perturbasi homotopi Hasil yang diperoleh dengan metode perturbasi homotopi sangat dekat dengan penyelesaian eksaknya Semakin tinggi orde yang digunakan, maka didapatkan penyelesaian eksaknya Hasil dari metode perturbasi homotopi juga menunjukkan tingkat validitas serta keakuratan yang tinggi Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa metode perturbasi homotopi dapat digunakan untuk menentukan penyelesaian masalah nilai awal persamaan linear dan taklinear dengan orde tinggi DAFTAR PUSTAKA Burns J, Balogh A, Gilliam DS, Shubov VI 1998 Numerical stationary solutions for a viscous Burgers equation Journal of Mathematical Systems, Estimation, and Control 8(2):1-16 He JH 2000 A coupling method of homotopy technique and perturbation technique for nonlinear problems International Journal of Nonlinear Mechanic 35(1):37-43 Liao SJ 2004 Beyond Perturbation: Introduction to the Homotopy Analysis Method New York (US): Boca Raton Landajuela M 2011 Burgers Equation Paris (FR): Basque Center for Applied Mathematics Piao XF, Kim SD, Kim P, Kim DH 2012 A new time stepping method for solving one dimensional Burgers equation Kyungpook Mathematical Journal 52(3): doi:105666/kmj

27 16 Shafieenejad I, Moallemi N, Afshari HH, Novinzadeh AB 2009 Application of He s homotopy perturbation method for pipe flow of non-newtonian fluid Adv Studies Theor Phys 3(5): Taghizadeh N, Akbari M, Afshari HH, Ghelichzadeh A 2011 Exact solution of Burgers equation by homotopy perturbation method and reduced differential transformation method Australian Journal of Basic and Applied Sciences 5(5):

28 17 Lampiran 1 Penurunan Persamaan (3), (6), dan (8) Perhatikan persamaan berikut: [ ] [ ] (1) Jika persamaan (1) dibagi dengan luas dan untuk dan, maka diperoleh,* [ ] + * [ ] +- * + (3) * + Penulisan bentuk lain dari persamaan (3) adalah dengan menggunakan operator sebagai simbol untuk turunan total terhadap waktu t, yaitu (4) sehingga turunan total dari terhadap waktu t adalah (5) sehingga persamaan (3) menjadi (6) dengan ( ) Berdasarkan asumsi bahwa fluida yang ditinjau tak termampatkan (incompressible), yaitu maka, (8) Persamaan (8) merupakan persamaan kontinuitas untuk fluida yang tak mampat

29 18 Lampiran 2 Penurunan Persamaan (17), (18), dan (19) Perubahan rata-rata momentum dalam elemen luas pada arah-x dan untuk adalah, [ ] [ ] [ ] dan [ ] [ ] - ( ) ( ) (17) Perubahan rata-rata momentum dalam elemen luas pada arah-z dan untuk dan adalah, [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] - ( ) ( ) (18) Persamaan (17) dan (18) dapat ditulis dalam notasi vektor seperti berikut : ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) [ ] (19) Persamaan (19) disebut persamaan dasar fluida

30 19 Lampiran 3 Penurunan Persamaan (22) Diketahui persamaan dasar fluida : [ ] ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ( ) ( ) ( ) ( ) ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

31 20 ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (22) Persamaan (22) disebut persamaan Navier Stokes Lampiran 4 Penurunan Persamaan (23) Diketahui persamaan Navier Stokes: ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ( ) ( ) ( ) ( ) ) ( ) ( )

32 21 ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (23) Lampiran 5 Penurunan Persamaan (27) Diketahui persamaan (23): ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Karena variabel dan disebut sebagai gaya luar (external force) sehingga variabel dan diabaikan dan kecepatan dalam satu arah saja, yaitu arah-, maka persamaan (23) akan menjadi ( ) ( ) (24)

33 22 Jika persamaan (24) dibagi dengan, maka diperoleh ( ) ( ) (25) dengan Jika mempertimbangkan masalah satu dimensi, maka persamaan (25) menghasilkan : Persamaan (26) merupakan persamaan Burgers berdimensi satu Persamaan umum dari persamaan Burgers, yaitu : ( ) ( ) (26) (27) Lampiran 6 Penurunan Persamaan (34) dan (35) Diketahui persamaan (31) dan (32) berikut: (31) (32) Berdasarkan persamaan (32), jika kepadatan mobil (tidak padat) maka pengendara melaju kendaraannya dengan kecepatan maksimum Namun, jika (sangat padat), maka mobil berhenti (v = 0) Jika persamaan (31) dan (32) disubstitusikan ke dalam persamaan (30), maka diperoleh [ ] [ [ ] ] * + (33) Selanjutnya didefinisikan variabel tak berdimensi berikut:,, dan, dengan

34 Jika variabel tak berdimensi di atas disubstitusikan ke dalam persamaan (33), maka diperoleh: * ( ) + [ ] [ ] [ ] [ ], dengan dan (34) 23 Misalkan:, maka persamaan (34) memberikan (35) Persamaan (35) merupakan persamaan Burgers berdimensi satu, seperti pada persamaan Burgers (26) Lampiran 7 Penurunan Persamaan (52) dan (53) Tinjau model persamaan Burgers (48) berikut: (48) Misalkan syarat awal diberikan dalam bentuk:, (49) Misalkan didefinisikan operator linear L dan operator taklinear A sebagai berikut: dan

35 24 Berdasarkan persamaan (43) diperoleh persamaan berikut : ( ) ( ) (50) Asumsikan penyelesaian dari persamaan (50) dalam bentuk deret berikut: (51) Jika persamaan (51) diturunkan satu kali terhadap dan diturunkan dua kali terhadap, maka diperoleh : Jika hasil-hasil di atas disubstitusikan ke dalam persamaan (50), maka diperoleh: ( ) ( ( )) ( )/ ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Kemudian persamaan di atas dipisahkan berdasarkan koefisien kepangkatan p, maka koefisien dan masing-masing memberikan persamaan berikut: (52) Secara umum, koefisien berbentuk: ( )

36 25 Pendekatan awal dipilih berdasarkan syarat awal pada persamaan (49) yaitu:, sehingga diperoleh pula syarat-syarat awal berikut: Penyelesaian persamaan (52) untuk n= 0,1,2,3,4 diperoleh sebagai berikut: Koefisien memberikan penyelesaian: dengan penyelesaian Koefisien memberikan penyelesaian: dengan penyelesaian ( ) Koefisien memberikan penyelesaian: dengan penyelesaian ( ) Koefisien memberikan penyelesaian :

37 26 dengan penyelesaian ( ) Koefisien memberikan penyelesaian : dengan penyelesaian ( ) Dengan demikian penyelesaian dari persamaan (48) dengan syarat awal pada persamaan (49) hingga orde ke-n dengan menggunakan metode perturbasi homotopi adalah (53) Lampiran 8 Penurunan Persamaan (59), (60), (61), dan (62) Tinjau model persamaan untuk persamaan Burgers berdimensi dua (54) berikut: ( ) ( ) Misalkan syarat awal diberikan dalam bentuk: Penyelesaian eksak masalah nilai awal (54) dan (55) adalah (54) (55) (56) Misalkan didefinisikan operator linear L dan operator taklinear A sebagai berikut: dan ( ) ( ) Berdasarkan persamaan (43) diperoleh persamaan berikut : ( ) ( ) ( )/ (57) Asumsikan penyelesaian dari persamaan (57) dengan bentuk sebagai berikut: (58)

38 27 Jika persamaan (58) diturunkan satu kali terhadap dan, maka diperoleh : dan diturunkan dua kali terhadap Jika hasil-hasil di atas disubstitusikan ke dalam persamaan (57), maka diperoleh: ( ) ( ) ( ) ( ) ( Kemudian pisahkan berdasarkan koefisien kepangkatan p, maka koefisien dan masing-masing memberikan persamaan berikut: ) (59) Secara umum, koefisien berbentuk: ( ) ( ), Pendekatan awal dipilih berdasarkan syarat awal pada persamaan (55) yaitu: sehingga diperoleh pula syarat-syarat awal berikut: Penyelesaian persamaan (59) untuk n= 0,1,2,3 diperoleh sebagai berikut:,

39 28 Koefisien memberikan: dengan penyelesaian Koefisien memberikan: dengan penyelesaian: Jika syarat awal Koefisien memberikan: digunakan, maka diperoleh dengan penyelesaian: [ ] Jika syarat awal digunakan, maka diperoleh Koefisien memberikan penyelesaian : dengan penyelesaian: Jika syarat awal Secara umum, berbentuk: [ ] digunakan, maka diperoleh (60) Dengan demikian penyelesaian dari persamaan (54) dengan syarat awal pada persamaan (55) dengan menggunakan metode perturbasi homotopi adalah:

40 29 = (61) Jika deret geometri digunakan, maka diperoleh penyelesaian dari persamaan (54) dengan syarat awal pada persamaan (55) dengan metode perturbasi homotopi: ( ) ( ), (62) Hasil ini menunjukkan kesesuaian dengan penyelesaian eksak dari masalah nilai awal (54) dan (55) Dengan demikian metode perturbasi homotopi dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan Burgers berdimensi dua Akurasi dari metode ini sangat tinggi untuk menyelesaikan persamaan Burgers berdimensi dua

41 30 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Desember 1988 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, anak dari pasangan Ramot Mulia Tunggal Sitompul dan Roseline Yather Aden Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu di TK Teladan lulus pada tahun 1995, SD Santo Antonius 1 Jakarta Timur lulus pada tahun 2001, SMP Marsudirini Jakarta Timur lulus pada tahun 2004, SMA Negeri 31 Jakarta Timur lulus pada tahun 2007 dan pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI di Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Gugus Mahasiswa Matematika (GUMATIKA) sebagai staf divisi Keilmuan pada tahun 2009 Berbagai kegiatan kepanitiaan penulis ikuti selama menjadi mahasiswa matematika seperti Matematika Ria 2009 sebagai staf divisi Khusus dan Pelatihan Komputasi (PLATKOM) 2009 sebagai ketua panitia

II LANDASAN TEORI. Misalkan adalah suatu fungsi skalar, maka turunan vektor kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut :

II LANDASAN TEORI. Misalkan adalah suatu fungsi skalar, maka turunan vektor kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut : 2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teori-teori yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah ini. Teori-teori tersebut meliputi sistem koordinat silinder, aliran fluida pada pipa lurus, persamaan

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya. 2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teoriteori yang mendukung karya tulis ini. Teoriteori tersebut meliputi persamaan diferensial penurunan persamaan KdV yang disarikan dari (Ihsanudin, 2008;

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh III PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas penggunaan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan model Sisko dalam masalah aliran

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH GELOMBANG PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI ANGGRAENI PUTRISIA

PENYELESAIAN MASALAH GELOMBANG PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI ANGGRAENI PUTRISIA PENYELESAIAN MASALAH GELOMBANG PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI ANGGRAENI PUTRISIA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MODEL MANGSA PEMANGSA TIGA SPESIES DENGAN METODE HOMOTOPI YULI RAHMAWATI

PENYELESAIAN MODEL MANGSA PEMANGSA TIGA SPESIES DENGAN METODE HOMOTOPI YULI RAHMAWATI PENYELESAIAN MODEL MANGSA PEMANGSA TIGA SPESIES DENGAN METODE HOMOTOPI YULI RAHMAWATI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH ROTASI ALIRAN FLUIDA KENTAL VON KARMAN MENGGUNAKAN METODE HOMOTOPI RANDITA GUSTIAN PUTRI

PENYELESAIAN MASALAH ROTASI ALIRAN FLUIDA KENTAL VON KARMAN MENGGUNAKAN METODE HOMOTOPI RANDITA GUSTIAN PUTRI PENYELESAIAN MASALAH ROTASI ALIRAN FLUIDA KENTAL VON KARMAN MENGGUNAKAN METODE HOMOTOPI RANDITA GUSTIAN PUTRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak BAB II DASAR TEORI Ada beberapa teori yang berkaitan dengan konsep-konsep umum mengenai aliran fluida. Beberapa akan dibahas pada bab ini. Diantaranya adalah hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH ALIRAN FLUIDA SISKO PADA PIPA LURUS ISNA ALDILLA

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH ALIRAN FLUIDA SISKO PADA PIPA LURUS ISNA ALDILLA PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH ALIRAN FLUIDA SISKO PADA PIPA LURUS ISNA ALDILLA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Tinjauan Aliran Fluida dengan Menggunakan Metode Homotopi

Tinjauan Aliran Fluida dengan Menggunakan Metode Homotopi Tinjauan Aliran Fluida dengan Menggunakan Metode Homotopi Abd. Djabar Mohidin Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Dalam makalah ini, akan dibahas tinjauan matematis mengenai

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES ORDE TINGGI DENGAN METODE EKSPANSI RESTY BANGUN PRATIWI

PENYELESAIAN PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES ORDE TINGGI DENGAN METODE EKSPANSI RESTY BANGUN PRATIWI PENYELESAIAN PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES ORDE TINGGI DENGAN METODE EKSPANSI RESTY BANGUN PRATIWI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS NOVIA YULIANI

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS NOVIA YULIANI PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS NOVIA YULIANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN ALIRAN BUSA CAIR RISA SAWITRI

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN ALIRAN BUSA CAIR RISA SAWITRI PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN ALIRAN BUSA CAIR RISA SAWITRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan 6, 1 (2.52) Berdasarkan persamaan (2.52), maka untuk 0 1 masing-masing memberikan persamaan berikut:, 0,0, 0, 1,1, 1. Sehingga menurut persamaan (2.51) persamaan (2.52) diperoleh bahwa fungsi, 0, 1 masing-masing

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MODEL EPIDEMI SEIV DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI HANI ASRI GUARDIANI

PENYELESAIAN MODEL EPIDEMI SEIV DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI HANI ASRI GUARDIANI PENYELESAIAN MODEL EPIDEMI SEIV DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI HANI ASRI GUARDIANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR

METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Painleve Menggunakan Metode Dekomposisi Adomian Laplace

Penyelesaian Persamaan Painleve Menggunakan Metode Dekomposisi Adomian Laplace Penyelesaian Persamaan Painleve Menggunakan Metode Dekomposisi Adomian Laplace M. Nizam Muhaijir 1, Wartono 2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

GERAK LURUS Kedudukan

GERAK LURUS Kedudukan GERAK LURUS Gerak merupakan perubahan posisi (kedudukan) suatu benda terhadap sebuah acuan tertentu. Perubahan letak benda dilihat dengan membandingkan letak benda tersebut terhadap suatu titik yang diangggap

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE ITERASI VARIASI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH OSILASI BERPASANGAN SANTI SUSILAWATI

PENGGUNAAN METODE ITERASI VARIASI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH OSILASI BERPASANGAN SANTI SUSILAWATI PENGGUNAAN METODE ITERASI VARIASI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH OSILASI BERPASANGAN SANTI SUSILAWATI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI

PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI oleh AMELIA FEBRIYANTI RESKA M0109008 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA DENGAN SYARAT BATAS DAN ANALISA ALIRAN FLUIDA KONVEKSI BEBAS PADA PELAT HORIZONTAL. Leli Deswita 1)

MODEL MATEMATIKA DENGAN SYARAT BATAS DAN ANALISA ALIRAN FLUIDA KONVEKSI BEBAS PADA PELAT HORIZONTAL. Leli Deswita 1) MODEL MATEMATIKA DENGAN SYARAT BATAS DAN ANALISA ALIRAN FLUIDA KONVEKSI BEBAS PADA PELAT HORIZONTAL Leli Deswita ) ) Jurusan Matematika FMIPA Universitas Riau Email: deswital@yahoo.com ABSTRACT In this

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pemodelan matematika telah berkembang seiring perkembangan matematika sebagai alat analisis berbagai masalah nyata. Dalam pengajaran mata kuliah pemodelan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE ANALISIS HOMOTOPI PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER-KdV DINI FITRI

PENGGUNAAN METODE ANALISIS HOMOTOPI PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER-KdV DINI FITRI PENGGUNAAN METODE ANALISIS HOMOTOPI PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER-KdV DINI FITRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI

SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan. Persamaan diferensial parsial memegang peranan penting di dalam

TINJAUAN PUSTAKA. diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan. Persamaan diferensial parsial memegang peranan penting di dalam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Parsial Persamaan yang mengandung satu atau lebih turunan parsial suatu fungsi (yang diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan diferensial

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada

Lebih terperinci

KONSTRUKSI MODEL MATEMATIKA PENURUNAN HUKUM KEKEKALAN MASSA GUNA MENGURANGI KEMACETAN ARUS LALU LINTAS DI INDONESIA

KONSTRUKSI MODEL MATEMATIKA PENURUNAN HUKUM KEKEKALAN MASSA GUNA MENGURANGI KEMACETAN ARUS LALU LINTAS DI INDONESIA KONSTRUKSI MODEL MATEMATIKA PENURUNAN HUKUM KEKEKALAN MASSA GUNA MENGURANGI KEMACETAN ARUS LALU LINTAS DI INDONESIA Oleh: PRIHANTINI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH STURM-LIOUVILLE DARI PERSAMAAN GELOMBANG SUARA DI BAWAH AIR DENGAN METODE BEDA HINGGA

PENYELESAIAN MASALAH STURM-LIOUVILLE DARI PERSAMAAN GELOMBANG SUARA DI BAWAH AIR DENGAN METODE BEDA HINGGA PENYELESAIAN MASALAH STURM-LIOUVILLE DARI PERSAMAAN GELOMBANG SUARA DI BAWAH AIR DENGAN METODE BEDA HINGGA oleh FIQIH SOFIANA M0109030 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika.

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. MATA KULIAH : FISIKA DASAR TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. POKOK BAHASAN: Pendahuluan Fisika, Pengukuran Dan Pengenalan Vektor

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG Jurnal LOG!K@, Jilid 6, No. 1, 2016, Hal. 11-22 ISSN 1978 8568 SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG Afo Rakaiwa dan Suma inna Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Lebih terperinci

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Imaddudin Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA JENIS KEDUA. Edo Nugraha Putra ABSTRACT ABSTRAK 1.

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA JENIS KEDUA. Edo Nugraha Putra ABSTRACT ABSTRAK 1. METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA JENIS KEDUA Edo Nugraha Putra Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE TRANSFORMASI ANALISIS HOMOTOPI (HATM) PADA PERSAMAAN + =

APLIKASI METODE TRANSFORMASI ANALISIS HOMOTOPI (HATM) PADA PERSAMAAN + = APLIKASI METODE TRANSFORMASI ANALISIS HOMOTOPI (HATM) PADA PERSAMAAN + = (Skripsi) Oleh NOVIANTI SAGITA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2016 ABSTRAK

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS PADA GERAK GELOMBANG SOLITER INTERNAL STUDI KASUS PADA FLUIDA DUA LAPISAN RIDZAN DJAFRI

PENGARUH ARUS PADA GERAK GELOMBANG SOLITER INTERNAL STUDI KASUS PADA FLUIDA DUA LAPISAN RIDZAN DJAFRI PENGARUH ARUS PADA GERAK GELOMBANG SOLITER INTERNAL STUDI KASUS PADA FLUIDA DUA LAPISAN RIDZAN DJAFRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR JAHARUDDIN Departeen Mateatika, Fakultas Mateatika dan Iu Pengetahuan Ala, Institut Pertanian Bogor Jln. Meranti, Kapus IPB Draaga, Bogor 1668,

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL FRAKSIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH STURM-LIOUVILLE FRAKSIONAL

METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL FRAKSIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH STURM-LIOUVILLE FRAKSIONAL METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL FRAKSIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH STURM-LIOUVILLE FRAKSIONAL oleh ASRI SEJATI M0110009 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

PENERAPAN TRANSFORMASI SHANK PADA METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

PENERAPAN TRANSFORMASI SHANK PADA METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT PENERAPAN TRANSFORMASI SHANK PADA METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Muliana 1, Syamsudhuha 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER STOKES DALAM BENTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL UNTUK GERAK FLUIDA LAMINER SKRIPSI RAHMAYANTI HARAHAP

PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER STOKES DALAM BENTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL UNTUK GERAK FLUIDA LAMINER SKRIPSI RAHMAYANTI HARAHAP PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER STOKES DALAM BENTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL UNTUK GERAK FLUIDA LAMINER SKRIPSI RAHMAYANTI HARAHAP 070801001 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGTAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi

Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi 1 Jurnal Matematika, Statistika, & Komputasi Vol 5 No 1, 1-9, Juli 2008 Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi Sri Sulasteri Jurusan Pend. Matematika UIN Alauddin Makassar Jalan Sultan

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tujuan Pembelajaran Umum: 1 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar persamaan diferensial 2 Mahasiswa mampu menggunakan konsep dasar persamaan diferensial untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA

PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR Rino Martino 1 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya

Lebih terperinci

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA ASRI BUDI HASTUTI 1205 100 006 Dosen Pembimbing: Drs. Kamiran, M.Si Pendahuluan Kontrol optimal temperatur fluida suatu kontainer

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE ELEMEN HINGGA DALAM PERSOALAN ALIRAN DARAH PADA PEMBULUH DARAH SKRIPSI ABNIDAR HARUN POHAN

IMPLEMENTASI METODE ELEMEN HINGGA DALAM PERSOALAN ALIRAN DARAH PADA PEMBULUH DARAH SKRIPSI ABNIDAR HARUN POHAN IMPLEMENTASI METODE ELEMEN HINGGA DALAM PERSOALAN ALIRAN DARAH PADA PEMBULUH DARAH SKRIPSI ABNIDAR HARUN POHAN 120803006 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

METODE ANALISIS HOMOTOPI PADA SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR TAK HOMOGEN ORDE SATU. (Skripsi) Oleh ATIKA FARADILLA

METODE ANALISIS HOMOTOPI PADA SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR TAK HOMOGEN ORDE SATU. (Skripsi) Oleh ATIKA FARADILLA METODE ANALISIS HOMOTOPI PADA SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL LINEAR TAK HOMOGEN ORDE SATU (Skripsi) Oleh ATIKA FARADILLA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Model Slip di Bawah Pengaruh Gaya Gravitasi

Analisis Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Model Slip di Bawah Pengaruh Gaya Gravitasi Vol. 14, No. 1, 69-76, Juli 017 Analisis Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Model Slip di Bawah Pengaruh Gaya Gravitasi Sri Sulasteri Abstrak Hal yang selalu menjadi perhatian dalam lapisan fluida

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. Berdasarkan persamaan (2.15) dan persamaan (2.16), fungsi kontinu dan masing-masing sebagai berikut : dan = 3

III PEMBAHASAN. Berdasarkan persamaan (2.15) dan persamaan (2.16), fungsi kontinu dan masing-masing sebagai berikut : dan = 3 8 III PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas penggunaan metode iterasi variasi untuk menyelesaikan suatu persamaan diferensial integral Volterra orde satu yang terdapat pada masalah osilasi berpasangan.

Lebih terperinci

Solusi Numerik Persamaan Gelombang Dua Dimensi Menggunakan Metode Alternating Direction Implicit

Solusi Numerik Persamaan Gelombang Dua Dimensi Menggunakan Metode Alternating Direction Implicit Vol. 11, No. 2, 105-114, Januari 2015 Solusi Numerik Persamaan Gelombang Dua Dimensi Menggunakan Metode Alternating Direction Implicit Rezki Setiawan Bachrun *,Khaeruddin **,Andi Galsan Mahie *** Abstrak

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA

PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton III.1 Stress dan Strain Salah satu hal yang penting dalam pengkonstruksian model proses deformasi suatu fluida adalah

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menentukan solusi persamaan gerak jatuh bebas berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

Metode Beda Hingga untuk Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial

Metode Beda Hingga untuk Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Metode Beda Hingga untuk Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Ikhsan Maulidi Jurusan Matematika,Universitas Syiah Kuala, ikhsanmaulidi@rocketmail.com Abstract Artikel ini membahas tentang salah satu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

METODE ITERASI VARIASIONAL PADA MASALAH STURM-LIOUVILLE

METODE ITERASI VARIASIONAL PADA MASALAH STURM-LIOUVILLE METODE ITERASI VARIASIONAL PADA MASALAH STURM-LIOUVILLE oleh HILDA ANGGRIYANA M0109035 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika JURUSAN

Lebih terperinci

Jurnal MIPA 37 (2) (2014): Jurnal MIPA.

Jurnal MIPA 37 (2) (2014): Jurnal MIPA. Jurnal MIPA 37 (2) (2014): 192-199 Jurnal MIPA http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jm PENYELESAIAN PERSAMAAN DUFFING OSILATOR PADA APLIKASI WEAK SIGNAL DETECTION MENGGUNAKAN METODE AVERAGING Z A Tamimi

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) PADA SUATU RUANGAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA SKRIPSI LAMTIUR SIMBOLON

OPTIMASI PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) PADA SUATU RUANGAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA SKRIPSI LAMTIUR SIMBOLON OPTIMASI PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) PADA SUATU RUANGAN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA SKRIPSI LAMTIUR SIMBOLON 130803065 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE HOMOTOPY PERTURBASI UNTUK PERSAMAAN NONLINEAR DAN MEMBANDINGKAN DENGAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN ABSTRACT

MODIFIKASI METODE HOMOTOPY PERTURBASI UNTUK PERSAMAAN NONLINEAR DAN MEMBANDINGKAN DENGAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN ABSTRACT MODIFIKASI METODE HOMOTOPY PERTURBASI UNTUK PERSAMAAN NONLINEAR DAN MEMBANDINGKAN DENGAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Handico Z Desri 1, Syamsudhuha 2, Zulkarnain 2 1 Mahasiswa Program Studi S1

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA SKRIPSI

ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA SKRIPSI ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA SKRIPSI SELVA PUTRI ARISWANA PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016 ANALISIS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Persamaan Diferensial (Bronson dan Costa, 2007) terhadap satu atau lebih dari variabel-variabel bebas (independent

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Persamaan Diferensial (Bronson dan Costa, 2007) terhadap satu atau lebih dari variabel-variabel bebas (independent 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial (Bronson dan Costa, 2007) Persamaan differensial adalah suatu persamaan yang memuat turunan terhadap satu atau lebih dari variabel-variabel bebas (independent

Lebih terperinci

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 8. FLUIDA Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tegangan Permukaan Viskositas Fluida Mengalir Kontinuitas Persamaan Bernouli Materi Kuliah 1 Tegangan Permukaan Gaya tarik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc.

TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc. TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MENGGUNAKAN METODE MESHLESS LOCAL PETROV- GALERKIN DAN SIMULASI FLUENT OLEH : Mochamad Sholikin (1207 100 056) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mekanika Fluida Zat yang tersebar di alam dibedakan dalam tiga keadaan (fase), yaitu fase padat, cair dan gas. Karena fase cair dan gas memiliki karakter tidak mempertahankan

Lebih terperinci

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR Birmansyah 1, Khozin Mu tamar 2, M. Natsir 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL POPULASI VOLTERRA ERNI JUNI ARTI

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL POPULASI VOLTERRA ERNI JUNI ARTI PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL POPULASI VOLTERRA ERNI JUNI ARTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 ABSTRACT ERNI

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal (SWE)

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal (SWE) Bab 2 Landasan Teori Dalam bab ini akan dibahas mengenai Persamaan Air Dangkal dan dasar-dasar teori mengenai metode beda hingga untuk menghampiri solusi dari persamaan diferensial parsial. 2.1 Persamaan

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK ARUS LALU LINTAS PADA JARINGAN JALAN MENGGUNAKAN METODE GODUNOV

SIMULASI NUMERIK ARUS LALU LINTAS PADA JARINGAN JALAN MENGGUNAKAN METODE GODUNOV SIMULASI NUMERIK ARUS LALU LINTAS PADA JARINGAN JALAN MENGGUNAKAN METODE GODUNOV Erwin Budi Setiawan 1, Dede Tarwidi 2, Ilyana Fadhilah 3 1,2,3 Jurusan Ilmu Komputasi Universitas Telkom, Bandung 1 erwinbudisetiawan@telkomuniversity.ac.id,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA DENGAN METODA DEKOMPOSISI ADOMIAN

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA DENGAN METODA DEKOMPOSISI ADOMIAN PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA DENGAN METODA DEKOMPOSISI ADOMIAN Okmi Zerlan 1*, M. Natsir 2, Eng Lily 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen JurusanMatematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS. KARTIKA YULIANTI NIM : Program Studi Matematika

MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS. KARTIKA YULIANTI NIM : Program Studi Matematika MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh KARTIKA YULIANTI NIM : 20106010 Program Studi Matematika

Lebih terperinci

KINEMATIKA STAF PENGAJAR FISIKA IPB

KINEMATIKA STAF PENGAJAR FISIKA IPB KINEMATIKA STAF PENGAJAR FISIKA IPB KINEMATIKA Mempelajari gerak sebagai fungsi dari waktu tanpa mempedulikan penyebabnya Manfaat Perancangan suatu gerak: Jadwal kereta, pesawat terbang, dll Jadwal pits

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut. BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang penurunan model persamaan gelombang satu dimensi. Setelah itu akan ditentukan persamaan gelombang satu dimensi dengan menggunakan penyelesaian analitik

Lebih terperinci

Kinematika. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com 1

Kinematika. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com 1 Kinematika Hoga saragih hogasaragih.wordpress.com 1 BAB II Penggambaran Gerak Kinematika Dalam Satu Dimensi Mempelajari tentang gerak benda, konsep-konsep gaya dan energi yang berhubungan serta membentuk

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM Oleh: WULAN ANGGRAENI G54101038 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS METODE DEKOMPOSISI SUMUDU DAN MODIFIKASINYA DALAM MENENTUKAN PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR

ANALISIS METODE DEKOMPOSISI SUMUDU DAN MODIFIKASINYA DALAM MENENTUKAN PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 2 (2016), hal 103-112 ANALISIS METODE DEKOMPOSISI SUMUDU DAN MODIFIKASINYA DALAM MENENTUKAN PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI NURI ANGGI NIRMALASARI

ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI NURI ANGGI NIRMALASARI ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI NURI ANGGI NIRMALASARI 127 1 17 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH TUJUAN MANFAAT LATAR BELAKANG Fluida

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH ALIRAN FLUIDA SISKO PADA PIPA LURUS ISNA ALDILLA

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH ALIRAN FLUIDA SISKO PADA PIPA LURUS ISNA ALDILLA PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH ALIRAN FLUIDA SISKO PADA PIPA LURUS ISNA ALDILLA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

FISIKA DASR MAKALAH HUKUM STOKES

FISIKA DASR MAKALAH HUKUM STOKES FISIKA DASR MAKALAH HUKUM STOKES DISUSUN OLEH Astiya Luxfi Rahmawati 26020115120033 Ajeng Rusmaharani 26020115120034 Annisa Rahma Firdaus 26020115120035 Eko W.P.Tampubolon 26020115120036 Eva Widayanti

Lebih terperinci

DERET TAYLOR UNTUK METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN ABSTRACT

DERET TAYLOR UNTUK METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN ABSTRACT DERET TAYLOR UNTUK METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Lucy L. Batubara 1, Deswita. Leli 2, Zulkarnain 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius BAB III GERAK LURUS Pada bab ini kita akan mempelajari tentang kinematika. Kinematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan penyebab timbulnya gerak. Sedangkan ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Pengantar Oseanografi V

Pengantar Oseanografi V Pengantar Oseanografi V Hidro : cairan Dinamik : gerakan Hidrodinamika : studi tentang mekanika fluida yang secara teoritis berdasarkan konsep massa elemen fluida or ilmu yg berhubungan dengan gerak liquid

Lebih terperinci

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM

MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK RIDWAN IDHAM. Model

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO

UNIVERSITAS DIPONEGORO UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISA PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN DAN SLIP TERHADAP PERFORMANSI PELUMASAN PADA KONTAK SLIDING MENGGUNAKAN METODE VOLUME HINGGA TUGAS AKHIR RIFKI WIJAYA L2E 006 075 FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Penerapan Metode Multiple Scales untuk Masalah Galloping pada DuaSpans Kabel Transmisi

Penerapan Metode Multiple Scales untuk Masalah Galloping pada DuaSpans Kabel Transmisi Penerapan Metode Multiple Scales untuk Masalah Galloping pada DuaSpans Kabel Transmisi Eristia Arfi 1 1 Prodi Matematika terapan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

Bab II Model Lapisan Fluida Viskos Tipis Akibat Gaya Gravitasi

Bab II Model Lapisan Fluida Viskos Tipis Akibat Gaya Gravitasi Bab II Model Lapisan Fluida Viskos Tipis Akibat Gaya Gravitasi II.1 Gambaran Umum Model Pada bab ini, kita akan merumuskan model matematika dari masalah ketidakstabilan lapisan fluida tipis yang bergerak

Lebih terperinci

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI Yuni Yulida Program Studi Matematika FMIPA Unlam Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km. 36

Lebih terperinci

Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai perubahan kecepatan dibagi waktu yang diperlukan untuk perubahan tersebut.

Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai perubahan kecepatan dibagi waktu yang diperlukan untuk perubahan tersebut. PERCEPATAN Sebuah benda yang kecepatannya berubah tiap satuan waktu dikatakan mengalami percepatan. Sebuah mobil yang kecepatannya diperbesar dari nol sampai 90 km/jam berarti dipercepat. Apabila sebuah

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci