PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH ALIRAN FLUIDA SISKO PADA PIPA LURUS ISNA ALDILLA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH ALIRAN FLUIDA SISKO PADA PIPA LURUS ISNA ALDILLA"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH ALIRAN FLUIDA SISKO PADA PIPA LURUS ISNA ALDILLA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 ii ABSTRAK ISNA ALDILLA. Penggunaan Metode Perturbasi Homotopi untuk Menyelesaikan Masalah Aliran Fluida Sisko pada Pipa Lurus. Dibimbing oleh JAHARUDDIN dan SISWANDI Fluida Sisko merupakan fluida cair yang memiliki peranan penting dalam kehidupan seharihari dan banyak digunakan dalam proses industri. Model matematika untuk menjelaskan kecepatan aliran dan tegangan geser fluida Sisko diturunkan berdasarkan hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum dan dinyatakan dalam koordinat silinder. Dalam penurunan model, diasumsikan kecepatan partikel fluida hanya bergantung pada gerak melingkar sepanjang pipa. Model matematika yang diperoleh berupa masalah nilai batas yang bentuknya taklinear. Model ini diselesaikan dengan metode perturbasi homotopi. Metode perturbasi homotopi merupakan suatu metode pendekatan analitik untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Berdasarkan metode ini, penyelesaian model matematika untuk fluida Sisko dinyatakan dalam bentuk deret pangkat. Dengan menggunakan bantuan software Maple 13, kecepatan aliran dan tegangan geser fluida Sisko diberikan dalam bentuk grafik. Berdasarkan grafik, diperoleh bahwa kecepatan partikel fluida meningkat pada pusat pipa dengan meningkatnya kekentalan fluida. Kata Kunci : metode perturbasi homotopi, model fluida Sisko, masalah taklinear

3 ABSTRACT ISNA ALDILLA. The Use of Homotopy Perturbation Method to Solve Problems of Sisko Fluid Flow in a Straight Pipe. Supervised by JAHARUDDIN and SISWANDI Sisko fluid is a liquid, which has an important role in daily life as well as in industrial processes. A mathematical model to describe the flow velocity and shear stress of Sisko fluid is derived from the laws of mass and momentum conservations. The model can be expressed in cylindrical coordinates. In the model formulation, the velocity of fluid particle is assumed to depend only on the circular motion along the pipe. The obtained model is a nonlinear boundary value problem. The problem can be solved by homotopy perturbation method, which is an analytical method to solve a nonlinear problem. Using this method, the solution of Sisko fluid model is given in the form of power series. Using Maple 13 software, the flow velocity and shear stress for Sisko fluid are graphically sketched. Based on the graphs, it can be observed that the velocity of fluid at the center of the pipe increases by increasing viscosity. Keywords : homotopy perturbation method, Sisko fluid model, nonlinear problem

4 iv PENGGUNAAN METODE PERTUBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH ALIRAN FLUIDA SISKO PADA PIPA LURUS ISNA ALDILLA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

5 Judul Nama NIM : Penggunaan Metode Perturbasi Homotopi untuk Menyelesaikan Masalah Aliran Fluida Sisko pada Pipa Lurus : Isna Aldilla : G Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Jaharuddin, MS. Drs. Siswandi, M.Si. NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen Matematika Dr. Berlian Setiawaty, MS. NIP Tanggal Lululs :

6 vi PRAKATA Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia, izin, dan pertolongan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari peranan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Keluargaku tercinta: Ayah dan Ibu (terima kasih atas doa, dukungan, kesabaran, kepercayaan, kasih sayang, motivasi dan segalanya), Nenek (atas doa dan dukungan yang terus menerus), Kakak dan adik-adikku (terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayang), serta keluarga besar baik dari Ayah maupun Ibu (terima kasih atas doa, kasih sayang, dan motivasinya), 2. Dr. Jaharuddin, MS selaku dosen pembimbing I atas segala kesabaran, ilmu dan masukkannya selama membimbing penulis, 3. Drs. Siswandi, M.Si selaku dosen pembimbing II atas segala kesabaran, ilmu dan masukkannya selama membimbing penulis, 4. Drs. Ali Kusnanto M.Si selaku dosen penguji, Dra. Nur Aliatiningtyas, MS selaku dosen pembimbing akademik, dan seluruh dosen Departemen Matematika FMIPA IPB, 5. Staf Departemen Matematika: Pak Yono, Mas Heri, Mas Deni, Bu Ade, Bu Susi, Pak Bono, Pak Acep, dan lainnya (terima kasih atas bantuan dan motivasinya), 6. Teman-teman satu bimbingan: Santi Susilawati dan Tika Purwanti yang selalu saling mengingatkan dan memberi motivasi dalam penyusunan skripsi ini, 7. Teman-teman mahasiswa Matematika angkatan 45: Vivi, Rischa, Wulan, Fenny, Aci, Gita, Bolo, Mega, Dina, Putri, Nurul, Yunda, Fitryah, Anggun, Finata, Dewi, Mya, Rini, Dono, Prama, Chastro, izzudin, Fuka, Ade, Tiwi, Pipin, Fikri, Haryanto, Irwan, Ari, Herlan, Arbi, Dimas, Beni, Ito, Ryan, Risman, Wahidi, Ridwan, Nurhadi, Hendri, Rianiko, Agustina, Haya, Nova, Dini, Heru, Aisyah, Bram, Anisa, Kunedi, Khafidz, Irma dan semua atas doa, dukungan semangatnya serta kebersamaannya selama 3 tahun di Math 45, 8. Kakak-kakak Matematika angkatan 44: Kak Ruhiyat, Kak Ririh, Kak Yuyun, Kak Nurul, Kak Imam, Kak Ali, Kak Rofi, Kak Mutia, Kak Ima, Kak Della, Kak Tyas, Kak Fitri, Kak Denda, Kak Wenti, Kak Deva, Kak Ayum, Kak Istiti, Kak Cepy, dkk yang telah memberi bantuan serta dukungannya, 9. Sahabat terbaik SMA: Aeni, Aisah, Yuristinda, Iis, Hanni, Dwi atas motivasi, dukungannya serta kebersamaan yang penuh warna, 10. Adik-adik Matematika angkatan 46 dan 47: Amel, Mirna, Ivon, Desyi, Syaepul, Rudi, Dian, Dio, Bari, Ihsan, Tita, Fenny, Uwie, Irma, Rahmi, Melisa, Windi, Putri, Yoyok, Andri, Reni, Dayat, dkk yang telah memberi dukungan, doa, dan dukungannya, 11. Teman-teman Pondok Shinta I : Frida, Tiur, Della, Nuy, Tata, Dania, Anas dan Riska atas doa, motivasi dan dukungannya, 12. Teman-teman A24 TPB, Asrama Putri A3 lorong 2, EO Koperasi Mahasiswa dan GUMATIKA IPB atas rasa kekeluargaan yang telah diberikan, 13. Teman-teman lainnya yang telah mendukung selama ini, baik moril maupun materil. Penulis menyadari bahwa dalam karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Bogor, Mei 2012 Isna Aldilla

7 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Yogyakarta pada tanggal 13 Maret 1990 sebagai anak kedua dari lima bersaudara, anak dari pasangan Bapak Sudiyatmo dan Ibu Wahyu Harjanti. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2002 di SDN 15 Jakarta, dilanjutkan pendidikan menengah pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 2005 di SMPN 9 Jakarta dan pendidikan lanjutan menengah atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2008 di SMAN 58 Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), Tingkat Persiapan Bersama. Pada tahun 2009, penulis memilih mayor Matematika pada Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis tercatat sebagai staff Event Organizer Koperasi Mahasiswa periode 2008/2010. Selain itu penulis aktif pada kegiatan kemahasiswaan Gumatika (Gugus Mahasiswa Matematika) sebagai staf Departemen Sosial Informasi dan Komunikasi periode 2009/2010 dan ketua Departemen Sosial Informasi dan Komunikasi periode 2010/2011. Berbagai kegiatan kepanitian penulis ikuti selama menjadi mahasiswi seperti Seminar Kewirausahaan 2010 sebagai Master of Ceremony, Matematika Ria 2010 sebagai staf Divisi Acara dan Matematika Ria 2011 sebagai Koordianator Acara.

8 viii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. ix ix I II III IV PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Sistematika Penulisan 1 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Koordinat Silinder Aliran Fluida pada Pipa Lurus Persamaan Dasar Aliran Fluida Metode Perturbasi Homotopi PEMBAHASAN 3.1 Asumsi dan Model Analisis Metode Aplikasi Metode SIMPULAN Simpulan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 17

9 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Sistem Koordinat Silinder Kesetimbangan Massa. 4 3 Perbandingan penyelesaian eksak dan penyelesaian dengan menggunakan metode perturbasi homotopi pada masalah nilai awal (2.16) Sistem fisis dengan kecepatan hanya dalam arah-z Profil kecepatan fluida Newtonian dan fluida Sisko dengan perubahan nilai viskositas Profil kecepatan fluida Newtonian dan fluida Sisko dengan perubahan parameter pencampuran fluida 12 7 Profil tegangan geser fluida Newtonian dan fluida Sisko dengan perubahan nilai viskositas Profil tegangan geser fluida Newtonian dan fluida Sisko dengan perubahan parameter pencampuran fluida DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Penyelesaian Masalah Nilai Awal (2.16) Penurunan Persamaan (3.11) Penurunan Persamaan (3.12) Penurunan Persamaan (3.21) Program Mapple untuk Gambar Program Mapple untuk Gambar Program Mapple untuk Gambar Program Mapple untuk Gambar 8 36 ix

10 x I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya jaman, sektor industri dan teknologi semakin berkembang pesat dengan digunakannya fluida berbentuk cairan (liquid) dalam proses industri. Misalnya dalam bidang industri, fluida cair digunakan sebagai bahan pembuat plastik, cairan pelumas, pembuatan lilin dan sebagainya. Secara umum fluida yang memenuhi hukum Newton disebut fluida Newtonian di mana terdapat hubungan antara gaya yang bekerja dengan gerak yang disebabkannya. Banyak jenis fluida yang bersifat Newtonian seperti air, beberapa jenis minyak dan berbagai jenis gas di mana kekentalannya tidak berubah seiring perubahan waktu. Namun kemajuan teknologi telah membawa dampak terhadap fluida dengan ditandainya berbagai penyimpangan terhadap hukum Newton yang mengakibatkan fluida Newtonian jarang digunakan dalam proses industri. Fluida non Newtonian merupakan bentuk dari penyimpangan fluida terhadap hukum Newton. Kebanyakan fluida yang terdapat di alam tidak bersifat Newtonian tetapi bersifat non Newtonian seperti cat, tinta, minyak pelumas, lumpur, dan sebagainya yang banyak digunakan pada bidang industri. Pembahasan lebih rinci mengenai dinamika fluida terdapat dalam ilmu yang memelajari perilaku fluida yaitu mekanika fluida. Mekanika fluida adalah suatu ilmu yang memelajari perilaku fluida baik dalam keadaan diam (static) maupun bergerak (dynamic). Fluida memiliki sifat tidak menolak terhadap perubahan bentuk dan mengambil bentuk dari wadah yang ditempatinya. Sifat ini biasanya dikarenakan ketidakmampuan fluida mengadakan tegangan geser (shear stress) dalam pusat massa sehingga keberadaan tekanan menjadi sangat penting dalam mengarakterisasi bentuk fluida. Dapat disimpulkan bahwa fluida adalah zat atau entitas yang terdeformasi secara berkesinambungan apabila diberi tegangan geser sekecil apapun. Berdasarkan definisi, fluida dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu zat cair dan gas. Perbedaan antara keduanya juga bersifat teknis, yaitu berhubungan dengan akibat gaya kohesif [Munson, Young, Okiishi, 2004]. Model matematika dapat digunakan sebagai penjelasan terhadap suatu fenomena alam yang sering muncul dalam permasalahan di bidang biologi, fisika, ekonomi, teknik, dan lainnya. Salah satu model matematika yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini didasarkan pada jenis mekanika fluida bergerak (dynamic). Model cairan non Newtonian dalam aliran mampat menimbulkan persamaan differensial taklinear. Secara analitik masalah taklinear sulit untuk dicari solusinya. Fluida Sisko merupakan salah satu jenis dari fluida non Newtonian karena perilakunya yang menyimpang dari hukum Newton membuat fluida tersebut sulit mengalir dalam pipa tanpa adanya kerja yang diberikan. Permasalahan yang timbul akibat perilaku fluida Sisko tersebut akan menjadi penghambat bagi kerja industri. Oleh karena itu model matematika dibuat berdasarkan persamaan fluida Sisko yang telah ditentukan dan persamaan yang berlaku terhadap fluida secara umum seperti hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai perilaku fluida Sisko dalam pipa lurus dengan menggunakan metode perturbasi homotopi yang diperkenalkan oleh He (2000). 1.2 Tujuan Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan karya ilmiah ini adalah: 1. Menggunakan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan model aliran fluida Sisko melalui pipa lurus. 2. Mengetahui profil kecepatan dan tegangan geser fluida Sisko berdasarkan nilai viskositas fluida dan parameter pencampuran fluida. 1.3 Sistematika Penulisan Karya ilmiah ini terdiri atas empat bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi uraian mengenai latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. Bab kedua merupakan landasan teori yang berisi sistem koordinat silinder, aliran fluida pada pipa lurus, persamaan aliran fluida serta konsep metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan masalah taklinear. Bab ketiga merupakan pembahasan yang berisi asumsi dan model Sisko, analisis metode perturbasi homotopi yang digunakan untuk menyelesaikan model Sisko, aplikasi metode untuk persamaan differensial umum, dan penyelesaian model Sisko dengan menggunakan metode perturbasi homotopi. Bab terakhir pada tulisan ini berisi kesimpulan dari keseluruhan penulisan.

11

12 2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teori-teori yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah ini. Teori-teori tersebut meliputi sistem koordinat silinder, aliran fluida pada pipa lurus, persamaan dasar aliran fluida, serta metode perturbasi homotopi yang disarikan dari [He, 2000]. 2.1 Sistem Koordinat Silinder Beberapa persamaan differensial dapat dijelaskan dalam koordinat silinder. Dengan koordinat silinder, tempat kedudukan sebuah titik ditunjukkan oleh koordinat-koordinat, dan. Koordinat adalah jarak radial dari sumbu-, adalah sudut yang diukur dari sebuah garis sejajar dengan sumbu- (dengan arah yang berlawanan jarum jam dianggap positif) dan adalah koordinat sepanjang sumbu-. Hubungan antara koordinat kartesian dengan koordinat silinder dapat dilihat pada Gambar 1 berikut : Misalkan adalah suatu fungsi skalar, maka turunan vektor kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut : dengan merupakan suatu operator turunan yang didefinisikan sebagai berikut : 2.2 Aliran Fluida pada Pipa Lurus Berbagai karakteristik aliran fluida pada umumnya merupakan fungsi ruang dan waktu. Dalam aliran tiga dimensi karakteristik aliran fluida dapat berubah pada koordinat, dan yang merupakan fungsi dari waktu. Secara matematis kecepatan aliran fluida dapat dituliskan sebagai berikut : Beberapa karakteristik umum dari aliran fluida adalah aliran dapat merupakan aliran tunak atau taktunak, termampatkan atau taktermampatkan dan aliran kental atau takkental. Jika kecepatan partikel yang diberikan konstan terhadap waktu, maka aliran fluida dikatakan tunak. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut [Faber, 1995] : Gambar 1 Sistem Koordinat Silinder. Berdasarkan Gambar 1 diperoleh hubungan berikut : dengan Komponen-komponen kecepatan pada sistem koordinat silinder adalah kecepatan radial, kecepatan tangensial dan kecepatan aksial. Selanjutnya, kecepatan pada sebuah titik sembarang dapat dinyatakan sebagai :. Aliran fluida dapat pula dikatakan taktermampatkan (incompressible), jika fluida yang mengalir tidak mengalami perubahan volume atau massa jenis ketika ditekan. Secara matematis aliran fluida taktermampatkan dapat ditulis sebagai berikut: di mana, dan masing-masing adalah vektor-vektor satuan dalam arah, dan. Selanjutnya, jika terdapat aliran fluida di mana tegangan geser diabaikan, maka aliran disebut takkental (inviscid). Fluida yang memiliki karakteristik aliran fluida

13 3 taktermampatkan dan takkental disebut fluida ideal. Dalam banyak hal, fluida memiliki beberapa sifat untuk penyederhanaan matematis seperti aliran fluida bersifat seragam dan laminar. Suatu aliran dikatakan seragam apabila kecepatan fluida baik arah maupun besarnya tidak berubah dari titik ke titik sepanjang alirannya dalam waktu singkat, sehingga bentuk persamaan suatu aliran seragam dapat ditulis sebagai berikut : dengan merupakan vektor arah. Aliran fluida dikatakan sebagai aliran laminar apabila partikel fluida bergerak berlapis-lapis seperti bentuk lembaran-lembaran tipis. Pada aliran laminar partikel fluida bergerak sepanjang alirannya berupa garis lurus yang sejajar dalam lapisan-lapisan fluida. Oleh karena itu garis-garis laluannya tidak akan berpotongan satu sama lain. Hal ini terjadi pada kecepatan aliran yang rendah sehingga menyebabkan gaya yang ditimbulkan akibat kekentalan (viscosity) fluida ini menjadi sangat menonjol. Kekentalan suatu fluida menyebabkan terjadinya gerakan relatif antar lapisan fluida yang bergerak sesuai kecepatan masingmasing sehingga timbul tegangan geser. Besarnya tegangan geser yang terjadi bervariasi dari titik ke titik pada penampang aliran. Tegangan geser mencapai maksimum saat batasan fluida terpenuhi dan perlahanlahan menurun dengan bertambahnya jarak lapisan. Tegangan geser dapat menghambat aliran suatu fluida sehingga menyebabkan terjadinya penurunan tekanan sepanjang penampang aliran. Sebagaimana diketahui, fluida terdiri atas aliran fluida Newtonian dan fluida non Newtonian. Untuk fluida pada umumnya, tegangan geser dan kecepatan dikaitkan dalam hubungan berikut : dengan merupakan tegangan geser pada fluida dan merupakan kekentalan fluida (viscosity) [Munson, Young, Okiishi, 2004]. Fluida Sisko merupakan salah satu fluida non Newtonian yang sangat langka sehingga untuk mendapatkannya pun sangat sulit. Fluida Sisko merupakan salah satu fluida yang memiliki karakteristik plastik Bingham dan bentukknya berupa plastik padat. Tegangan geser dan regangan geser fluida Sisko memiliki hubungan linier. Hal ini berarti bahwa fluida Sisko akan mengalir seperti air pada saat mencapai regangan geser tertentu. Contoh nyata dari fluida Sisko adalah lumpur. Pada beberapa kasus fluida ini digunakan dalam proses pengeboran yang diedarkan atau dipompakan dari permukaan melalui pipa bor menuju mata bor dan kemudian kembali ke permukaan melalui Annulus (celah antara pipa bor dengan lubang sumur). Dengan demikian untuk aliran fluida Sisko dalam pipa annulus dengan gerakan yang dimulai dari luar pipa memiliki persamaan tegangan geser sebagai berikut [Khan, Munawar, Abbasbandy, 2010]: (2.2) dengan tekanan, tegangan indentitas, dan merupakan tegangan geser ekstra. Tegangan geser ekstra adalah tambahan tegangan yang terjadi pada aliran fluida Sisko yang didefinisikan sebagai berikut : [. / ] di mana dalam koordinat silinder, dinyatakan oleh [Shafieenejad et.al, 2009]: [ dengan (2.3) ] (2.4) Besaran dan merupakan parameterparameter yang bergantung pada jenis fluida yang ditinjau. 2.3 Persamaan Dasar Aliran Fluida Gerak partikel fluida dikendalikan oleh dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum. Persamaan dasar fluida didapatkan dari kedua hukum tersebut. Dalam hal ini diasumsikan sifat fisis dari gerak partikel fluida berupa elemen luas dalam dua dimensi, sehingga untuk setiap partikelnya akan diberikan koordinat dan

14 4 yang merupakan fungsi dari waktu. Aliran fluida ini dideskripsikan sebagai suatu titik di bidang yang bergerak seperti partikel fluida sepanjang waktu. Peubah dan masingmasing menyatakan komponen kecepatan partikel dalam arah horizontal dan vertikal yang bergantung pada peubah, dan. Rapat massa fluida dinyatakan oleh. ρw z z x Dalam notasi vektor, turunan total dari terhadap waktu dapat ditulis sebagai berikut: ( ) dengan ( ). Jika diasumsikan bahwa aliran terjadi pada fluida taktermampatkan (incompressible), yaitu : z z z ρu x z ρw z x ρu x x z maka persamaan (2.5) memberikan persamaan berikut : x Gambar 2 Kesetimbangan Massa. Menurut hukum kekekalan massa, laju perubahan massa dalam elemen luas pada Gambar 2 adalah selisih antara massa yang masuk dan massa yang keluar. Laju perubahan massa pada arah sumbu- adalah : dan pada arah sumbu- adalah : sehingga laju perubahan massa fluida adalah : Untuk dan, diperoleh : yang dikenal dengan persamaan kontinuitas. Persamaan tersebut menggambarkan perubahan rapat massa pada suatu titik tetap, sebagai hasil dari perubahan pada vektor kecepatan massa. Didefinisikan turunan total dari terhadap waktu, yaitu : x x atau (2.6) [Faber, 1995]. Persamaan kontinuitas dapat digunakan sesuai dengan sistem koordinat silinder. Persamaan kontinuitas pada koordinat silinder dapat dinyatakan sebagai berikut [Acheson, 1990] : Jika fluida dengan kerapatan konstan di seluruh medan aliran, maka persamaan di atas menjadi : (2.7) Hukum kekekalan momentum diturunkan dari persamaan Navier-Stokes. Persamaan Navie-Stokes adalah serangkaian persamaan yang menjelaskan pergerakan dari suatu fluida baik cairan maupun gas. Persamaanpersamaan ini menyatakan bahwa perubahan momentum partikel-partikel fluida bergantung hanya pada gaya gesekan (viskositas) yang bekerja pada fluida. Oleh karena itu, persamaan Navier-Stokes menjelaskan kesetimbangan gaya-gaya yang bekerja pada fluida. Bentuk umum persamaan Navier- Stokes adalah : (2.8)

15 5 dengan tekanan, menyatakan tegangan geser pada fluida dan merupakan gaya badan, yaitu sebuah gaya yang bekerja pada sistem. Gaya gravitasi dan gaya elektromagnetik merupakan contoh dari gaya badan [Batchelor, 1967]. Misalkan fluida pada pipa lurus yang dinyatakan dalam sistem koordinat silinder, perubahan tekanan hanya terjadi sepanjang sumbu- atau secara matematis dapat ditulis : dan aliran fluida hanya sepanjang sumbu- (yaitu ), maka persamaan (2.7) menjadi: [ ], dan suatu fungsi H sebagai berikut : atau [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] (2.13) Berdasarkan persamaan (2.13), maka untuk dan masing-masing memberikan persamaan berikut: dan ( ) [ ] [ ] ( ) [ ] Jika diasumsikan kecepatan dalam arah- saja, maka persamaan (2.8) menjadi : [ ] (2.9) Persamaan (2.9) merupakan persamaan Navier-Stokes. 2.4 Metode Perturbasi Homotopi Berikut ini diberikan ilustrasi konsep dasar metode perturbasi homotopi berdasarkan alur pada pustaka [He, 2000]. Misalkan diberikan persamaan differensial sebagai berikut : [ ] (2.10) dengan suatu operator turunan taklinear dan fungsi yang akan ditentukan dan bergantung pada peubah bebas. Selanjutnya, didefinisikan pula suatu operator linear yang memenuhi : [ ] bila (2.11) Operator secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu dan yang masingmasing merupakan operator linear dan taklinear. Jadi persamaan differensial (2.10) dapat ditulis: [ ] [ ] (2.12) Menurut persamaan (2.10) dan persamaan (2.11) diperoleh bahwa fungsi : dan masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan dan ( ) ( ) Dengan demikian peningkatan nilai dari 0 ke 1 menyatakan perubahan nilai dari [ ] [] ke [ ]. Dalam topologi, proses ini disebut deformasi, sedangkan [ ] [] dan [ ] disebut homotopi. Proses deformasi yang ditinjau meliputi deformasi orde nol dan orde tinggi. Pada deformasi orde nol memberikan penyelesaian awal, sedangkan deformasi orde tinggi memberikan penyelesaian. Untuk menentukan dilakukan sebagai berikut. Jika persamaan (2.13) diturunkan terhadap hingga kali dan dihitung pada kemudian dibagi oleh, maka diperoleh persamaan berikut : Misalkan pendekatan awal yang memenuhi persamaan (2.10) dan [ ] suatu parameter. Didefinisikan fungsi real

16 6 dan dinotasikan Deret Taylor dari fungsi terhadap disekitar adalah : masalah nilai awal yang dinyatakan oleh sistem persamaan differensial berikut : dengan syarat awal (2.16) Penyelesaian eksak masalah nilai awal (2.16) adalah atau (2.14) Dalam metode perturbasi homotopi, fungsi yang dinyatakan pada persamaan (2.14) merupakan penyelesaian dari persamaan :. (2.18) Berikut ini akan dicari penyelesaian dari masalah nilai awal persamaan (2.16) dengan menggunakan metode perturbasi homotopi. Selanjutnya didefinisikan operator linear sebagai berikut : [ ] Berdasarkan persamaan (2.13), maka diperoleh dan [ ] [ ] [ ] Jadi untuk dari persamaan (2.14), diperoleh Berdasarkan persamaan (2.13) diperoleh persamaan berikut : Karena, maka diperoleh (2.15) Hasil ini menunjukkan hubungan antara penyelesaian eksak dari persamaan (2.10) dengan pendekatan awal, dan, diperoleh dengan menggunakan metode perturbasi. Jika persamaan (2.14) disubstitusikan ke dalam persamaan (2.13), maka diperoleh dengan cara menyamakan koefisien perpangkatan. Selanjutnya, tinjau (2.19) Misalkan penyelesaian persamaan (2.19) dinyatakan dalam persamaan berikut: (2.20) Jika persamaan (2.20) disubstitusikan ke dalam persamaan (2.19), kemudian dipisahkan berdasarkan derajat kepangkatan, maka koefisien memberikan persamaan berikut : Jika persamaan (2.21) diintegralkan dua kali terhadap dan memilih pendekatan awal, maka diperoleh :

17 7 Penurunan dapat dilihat dalam lampiran 1. Selanjutnya, diperoleh penyelesaian dari persamaan (2.16) dengan syarat awal pada persamaan (2.17) hingga orde keempat sebagai berikut : Gambar 3 Perbandingan penyelesaian eksak dan penyelesaian dengan menggunakan metode perturbasi homotopi pada masalah nilai awal (2.16). Berdasarkan Gambar 3 diperoleh bahwa penyelesaian pendekatan dari masalah nilai awal (2.16) mendekati penyelesaian eksaknya dengan cukup baik. Hasil ini menunjukkan bahwa metode perturbasi homotopi dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan diffrensial dengan nilai awal atau nilai batas yang diberikan.

18 III PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas penggunaan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan model Sisko dalam masalah aliran fluida non Newtonian melalui pipa lurus. 3.1 Asumsi dan Model Berikut akan diturunkan suatu model matematika pada masalah aliran fluida melalui pipa lurus dalam sistem koordinat silinder. Persamaan dasar fluida yang ditinjau diberikan pada persamaan (2.6) dan (2.8) yang dituliskan sebagai berikut: dan (3.1) Penurunan persamaan dasar fluida dilakukan berdasarkan asumsi-asumsi berikut: 1. Aliran fluida pada pipa dalam keadaan tunak. 2. Aliran fluida merupakan aliran laminar dan seragam. 3. Gaya gravitasi diabaikan. 4. Aliran fluida hanya dalam arah sumbu-. Misalkan kecepatan aliran fluida dinyatakan dalam persamaan berikut : ( ) (3.3) (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh. / sehingga dari persamaan (2.3) diperoleh Jadi, berdasarkan persamaan (2.2) diperoleh ( ) (3.5) Jika persamaan (2.1) dan (3.5) disubstitusikan ke dalam persamaan (3.2) serta gaya badan diabaikan, maka diperoleh * + (3.6) hanya dalam arah sumbu-. Dalam arah dan, masing-masing diperoleh dengan adalah kecepatan fluida dalam arah sumbu- yang hanya bergantung pada. Domain fluida yang ditinjau diberikan oleh Gambar 4 dengan dan masing-masing sumbu vertikal dan horizontal. dan (3.7) (3.8) Dari persamaan (3.7) dan (3.8) dapat disimpulkan bahwa. Berdasarkan sistem fisis yang digambarkan pada Gambar 4 diperoleh syarat batas berikut : Gambar 4 Sistem fisis dengan kecepatan hanya dalam arah-. Berikut ini akan ditentukan berdasarkan persamaan (2.2). Jika persamaan, (3.9) dengan mensubstitusi persamaan (3.4) ke dalam syarat batas (3.9) didapatkan :

19 9 Dengan demikian model matematika bagi kecepatan aliran fluida Sisko pada pipa lurus dinyatakan oleh masalah nilai batas berikut : fluida Newtonian, sedangkan untuk fluida Sisko yang merupakan fluida non Newtonian. Tekanan fluida pada kondisi stabil dinyatakan oleh : dengan syarat batas :, * + (3.10) Tegangan geser aliran fluida Sisko yang dinyatakan oleh persamaan (3.4) dan kecepatan aliran fluida Sisko yang diperoleh dari masalah nilai batas pada persamaan (3.10) masih berupa variabel fisis. Oleh karena itu, perlu dilakukan penondimensionalan. Definisikan variabel tak berdimensi sebagai berikut : dengan didefinisikan sebagai berikut : ( ) yang menyatakan rasio antara rata-rata kecepatan fluida pada pipa ( ) dengan jari-jari pipa. Masalah nilai batas pada persamaan (3.10) menjadi : * + dengan syarat batas :, (3.11) setelah tanda (*) diabaikan. Persamaan (3.11) merupakan model matematika kecepatan aliran fluida Sisko dalam pipa yang dipengaruhi oleh jari-jari penampang pipa, tekanan, parameter pencampuran fluida tegangan geser fluida Sisko dan viskositas fluida. Untuk dengan tekanan dalam kondisi kesetimbangan. Jadi berdasarkan persamaan (3.4), tegangan geser dalam variabel tak berdimensi adalah Persamaan (3.12) merupakan model matematika tegangan geser fluida Sisko dalam pipa yang dipengaruhi oleh jari-jari penampang pipa dan viskositas fluida. Penurunan persamaan (3.11) dan (3.12) dapat dilihat pada lampiran 2 dan Analisis Metode Dalam karya ilmiah ini akan dibahas penyelesaian masalah aliran fluida non Newtonian dengan menggunakan metode perturbasi homotopi. Berikut ini akan dibahas perluasan dari konsep dasar metode homotopi yang disarikan dari [Liao, 2004] seperti yang diuraikan pada landasan teori. Untuk itu diperlukan fungsi yang tidak hanya bergantung pada dan, tetapi juga bergantung pada parameter bantu dan fungsi bantu. Misalkan fungsi H dinyatakan sebagai berikut : [ ] [ ] (3.13) Selanjutnya, misalkan fungsi merupakan penyelesaian dari persamaan berikut : atau ( ) [ ] [ ]. Berdasarkan persamaan (3.13), maka untuk dan masing-masing memberikan persamaan berikut : [ ]

20 10 dan [ Berdasarkan persamaan (2.10) dan persamaan (2.11), maka penyelesaian dari persamaan dan masing-masing adalah dan Kedua penyelesaian di atas bergantung pada parameter bantu dan fungsi bantu T (r). Pemilihan pendekatan awal, dan operator linear perlu memperhatikan validitas dari metode homotopi. Dengan pemilihan ini terjamin adanya fungsi dan turunan-turunannya terhadap untuk setiap [ ]. Turunan ke dari fungsi terhadap yang dihitung di adalah: dan dinotasikan Deret Taylor dari fungsi di sekitar adalah (3.16) Karena, maka diperoleh (3.17) Hasil ini menunjukkan hubungan antara penyelesaian eksak dari persamaan (2.10) dengan pendekatan awal dan yang akan ditentukan. Persamaan untuk menentukan diperoleh dengan menggunakan metode perturbasi, di mana persamaan (3.15) disubstitusikan ke dalam persamaan (3.14), kemudian menyamakan koefisien dari kepangkatan. 3.3 Aplikasi Metode Pada aliran fluida Sisko dalam pipa, hubungan antara tegangan geser dan regangan gesernya bersifat linear. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana profil kecepatan dan tegangan geser yang terjadi pada aliran fluida Sisko di dalam pipa. Untuk lebih memahami metode yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, tinjau persamaan (3.11) yang merupakan model matematika bagi kecepatan aliran fluida Sisko pada pipa lurus dan ditulis kembali sebagai berikut : dengan syarat batas : * + atau { (3.18) Berdasarkan persamaan (3.14) dan persamaan (3.18) diperoleh [ * Selanjutnya dengan pemilihan,,, dan juga mengakibatkan kekonvergenan dari deret (3.15) di. Jadi untuk, dari persamaan (3.15) diperoleh + ] (3.19)

21 11 dengan [ ] suatu parameter dan merupakan pendekatan awal. Parameter mengalami peningkatan dari 0 sampai 1. Misalkan penyelesaian dari persamaan (3.19) dinyatakan dalam deret kuasa berikut : (3.20) Jika persamaan (3.20) disubstitusi ke dalam persamaan (3.19), maka koefisien memberikan persamaan berikut dengan syarat batas : Koefisien { memberikan persamaan berikut ( *( ) ( ) ) ( ) + Sebagai pendekatan awal di pilih sehingga diperoleh penyelesaian untuk koefisien, yaitu : Penyelesaian untuk koefisien adalah : Penyelesaian untuk koefisien adalah : Berdasarkan persamaan (3.20), maka penyelesaian dari masalah nilai batas pada persamaan (3.18) dapat ditulis : atau dengan syarat batas : { Koefisien memberikan persamaan berikut * + [ + (3.21) Penurunan persamaan (3.21) dapat dilihat pada lampiran 4. Selanjutnya, dengan menurunkan persamaan (3.21) satu kali terhadap, maka persamaan (3.12) memberikan tegangan geser berikut : dengan syarat batas : { ( ) (3.22)

22 12 Jika persamaan (3.22) dikalikan dengan konstanta, maka besarnya gaya hambat pada tegangan geser fluida adalah * ( ) + (3.23) Persamaan (3.21) dan (3.23) masingmasing merupakan kecepatan dan tegangan geser aliran fluida Sisko dalam pipa. Berikut ini akan diberikan profil kecepatan aliran fluida Sisko dan tegangan geser secara grafis Grafik Kecepatan Aliran Perubahan kecepatan fluida di dalam pipa sangat dipengaruhi oleh nilai viskositas dan parameter pencampuran fluida. Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan grafik kecepatan aliran terhadap jarak dari pusat pipa ke partikel fluida. Berdasarkan kedua gambar tersebut, besarnya kecepatan aliran fluida pada suatu pipa akan mendekati nol pada dinding pipa dan kecepatan akan mencapai maksimum pada tengah-tengah pipa. Gambar 5 Profil kecepatan fluida Newtonian dan fluida Sisko dengan perubahan nilai viskositas. Gambar 6 Profil kecepatan fluida Newtonian dan fluida Sisko dengan perubahan parameter pencampuran fluida. Gambar 5 menunjukkan perubahan kecepatan partikel fluida dalam pipa sesuai dengan perubahan nilai viskositas dalam cairan yang berbeda. Kecepatan partikel fluida Newtonian dengan nilai viskositas dalam kasus pencampuran dua fluida yang berbeda bergerak dari dinding pipa, ke dinding pipa. Pada, kecepatan partikel fluida Newtonian adalah nol dan saat mencapai pusat pipa maka kecepatan aliran maksimum yaitu 0.5 satuan kecepatan. Namun untuk partikel fluida Sisko dengan kenaikan nilai viskositas yaitu, dan kecepatan aliran bergerak dari ke masingmasing memberikan kecepatan sebesar -0.14, dan dan kecepatan maksimum masing-masing dicapai sebesar 0.5, 0.54 dan Hal ini dikarenakan gaya gesekan yang diberikan oleh pipa pada partikel fluida Sisko dan gaya gesekan yang diberikan oleh campuran fluida yang bergerak dengan kecepatan berbeda sehingga kecepatan partikel fluida Sisko tidak konstan di sepanjang dinding pipa. Dapat diamati bahwa dengan meningkatnya viskositas pada fluida Sisko, kecepatan partikel fluida Sisko menjadi lebih kecil dari partikel fluida

23 13 Newtonian. Namun saat mencapai pusat pipa kecepatan aliran fluida Sisko menjadi lebih besar dan semakin menjauhi fluida Newtonian. Gambar 6 menunjukkan perubahan kecepatan fluida dalam pipa terhadap parameter pencampuran fluida dalam cairan yang berbeda. Kecepatan partikel fluida Newtonian dengan pencampuran dua fluida dalam pipa sama seperti kecepatan aliran pada Gambar 5. Namun untuk partikel fluida Sisko dengan nilai viskositas, kecepatan aliran bergerak dari dinding pipa, ke dinding pipa dengan kecepatan -0,1 dan saat mencapai pusat pipa, kecepatan aliran maksimum dicapai sebesar 0.49 satuan kecepatan. Untuk partikel fluida Sisko dengan parameter pencampuran tiga fluida yang Grafik Tegangan Geser Tegangan geser terjadi karena adanya pergerakan relatif antar partikel-partikel fluida sehingga dengan kecepatan aliran yang berbeda-beda pada setiap titiknya, tegangan geser yang terjadi pun berbeda-beda. berbeda, kecepatan aliran bergerak dari dinding pipa, ke dinding pipa dengan kecepatan nol dan saat mencapai pusat pipa, kecepatan aliran maksimumnya adalah 0.49 satuan kecepatan. Untuk partikel fluida Sisko dengan parameter pencampuran empat fluida yang berbeda, aliran bergerak dari dinding pipa, ke dinding pipa dengan kecepatan -0,12 dan saat mencapai pusat pipa, kecepatan aliran maksimumnya adalah satuan kecepatan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin banyaknya pencampuran fluida pada partikel fluida Sisko, maka kecepatan partikel fluida Sisko semakin mendekati kecepatan partikel fluida Newtonian Berikut ini akan dibandingkan perubahan tegangan geser pada fluida Newtonian dan fluida Sisko dengan perubahan viskositas fluida dan parameter pencampuran fluida. Gambar 7 Profil tegangan geser fluida Newtonian dan fluida Sisko dengan perubahan viskositas. Gambar 7 menunjukkan perubahan tegangan geser partikel fluida dalam pipa sesuai dengan nilai viskositas dalam cairan yang berbeda. Tegangan geser partikel fluida Newtonian dan fluida Sisko bergerak dari pusat pipa ke dinding pipa. Besarnya tegangan geser pada partikel fluida Gambar 8 Profil tegangan geser fluida Newtonian dan fluida Sisko dengan perubahan parameter pencampuran fluida Newtonian dalam kasus pencampuran dua fluida yang berbeda adalah nol pada pusat pipa. Jika partikel fluida menjauhi pusat pipa, maka tegangan geser akan meningkat dan mencapai maksimum pada jarak 0,7 dari pusat pipa. Untuk partikel fluida Sisko dengan peningkatan viskositas yaitu

24 14, dan, diperoleh bahwa tegangan geser semakin besar saat menuju dinding pipa. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi gaya viskositas yang diberikan oleh pipa akan memperbesar tegangan geser fluida Sisko dari pusat pipa ke dinding pipa. Gambar 8 menunjukkan perubahan tegangan geser sesuai dengan parameter pencampuran fluida. Untuk partikel fluida Newtonian pergerakan tegangan geser sama seperti tegangan geser pada Gambar 7. Untuk partikel fluida Sisko dengan parameter pencampuran tiga fluida yang berbeda dan empat fluida yang berbeda, tegangan geser mencapai maksimum saat berada pada jarak 0,7 dari pusat pipa. Nilai ini akan menjauhi tegangan geser partikel fluida Newtonian dan semakin mengecil saat menuju dinding pipa. Namun untuk partikel fluida Sisko dengan parameter pencampuran dua fluida yang berbeda, tegangan geser mencapai maksimum pada dinding pipa. Dapat dilihat bahwa apabila semakin banyak pencampuran fluida pada partikel fluida Sisko, maka tegangan geser partikel fluida Sisko memiliki batas maksimum yang berbeda-beda namun lebih besar dari tegangan geser partikel fluida Newtonian.

25 IV SIMPULAN Aliran fluida Sisko yang ditinjau diasumsikan berupa aliran fluida yang tunak, laminar dan seragam. Masalah aliran fluida Sisko pada pipa lurus diselesaikan dengan metode perturbasi homotopi. Metode perturbasi homotopi merupakan salah satu metode analitik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Penggunaan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan model fluida Sisko pada suatu aliran dalam pipa lurus ternyata sederhana, karena hanya melibatkan pengintegralan biasa. Berdasarkan metode perturbasi homotopi diperoleh bahwa semakin tinggi orde yang digunakan semakin terlihat perilaku fluida Sisko dalam pipa. Profil kecepatan dan tegangan geser fluida Sisko terhadap viskositas dan parameter pencampuran fluida pada pipa lurus digambarkan secara grafis dengan menggunakan bantuan software Maple 13. Berdasarkan grafik diperoleh bahwa besarnya kecepatan aliran fluida pada pipa akan mendekati nol pada dinding pipa dan kecepatan aliran akan mencapai maksimum pada pusat pipa. Sebaliknya, besarnya tegangan geser fluida pada pipa akan mendekati nol pada pusat pipa dan tegangan geser akan mencapai maksimum pada dinding pipa. Hasil lain dari penelitian ini, diperoleh bahwa semakin besar viskositas pada fluida Sisko, nilai kecepatan maksimum fluida Sisko menjadi lebih besar dibandingkan dengan nilai kecepatan maksimum untuk fluida Newtonian dan tegangan geser fluida Sisko menjadi lebih besar dibandingkan dengan tegangan geser fluida Newtonian. Sebaliknya semakin besar parameter pencampuran fluida pada fluida Sisko, nilai kecepatan maksimum fluida Sisko menjadi lebih kecil dibandingkan dengan nilai kecepatan maksimum untuk fluida Newtonian dan tegangan geser fluida Sisko menjadi lebih besar dibandingkan dengan tegangan geser fluida Newtonian.

26 DAFTAR PUSTAKA Acheson DJ Elementary Fluid Dynamics, Oxford Applied Mathematics and Computing Science Series. Cambdridge Univ. Press. London. Batchelor GK An Introduction to Fluid Dynamics, Cambridge University Press. London. Faber TE Fluid Dynamics for Physicists. Cambdridge Univ. Press. London. He JH A coupling method of homotopy technique and perturbation technique for nonlinear problems. International Journal Nonlinear Mechanic., Vol.35, No.1: Liao S Beyond Perturbation: Introduction to the Homotopi Analysis Method. Boca Raton, London, New York Washington, D.C. Munson BR, Young DF, Okiishi TH Mekanika Fluida. Edisi Keempat Harinaldi dan Budiarso, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Fundamental of Fluid Mechanics. Shafieenejad I, Moallemi N, Afshari HH, Novinzadeh AB Application of He s Homotopy Perturbation Method for Pipe Flow of non-newtonian Fluid. Adv. Studies Theor. Phys, vol.3, No.5. Khan M, Munawar S, Abbasbandy S Steady Flow and Heat Transfer of a Sisko Fluid In Annular Pipe (Journal of Heat and Mass Transfer). 53: Departmen of Mathematics, Pakistan.

27

28 LAMPIRAN

29

30 18 Lampiran 1 Penyelesaian Masalah Nilai Awal (2.16) Perhatikan persamaan (2.16) berikut : dengan syarat awal dan Jika persamaan (2.20) disubstitusikan ke dalam persamaan (2.19), maka diperoleh dengan nilai awal,, dan sebagai pendekatan awal. Setelah dipisahkan berdasarkan derajat kepangkatan dari, koefisien masingmasing memberikan persamaan berikut : masing- Jika persamaan di atas diintegralkan dua kali terhadap, koefisien masing memberikan penyelesaian berikut :

31 19 Dengan demikian penyelesaian masalah nilai awal (2.16) dengan syarat awal dan hingga orde keempat adalah

32 20 Lampiran 2 Penurunan Persamaan (3.11) Tinjau persamaan (3.10) yang merupakan persamaan kecepatan aliran dari fluida Sisko * + Definisikan variabel tak berdimensi sebagai berikut dengan ( ) dan Karena dan ( ) maka bentuk persamaan tak berdimensi dari persamaan (3.10) dapat ditulis : ( ) * ( ) + atau ( ) * ( ) + Jika kedua ruas pada persamaan di atas dikalikan dengan, maka diperoleh atau * + * +

33 21 atau * + Jika tanda (*) diabaikan, maka diperoleh persamaan berikut : * +

34 22 Lampiran 3 Penurunan Persamaan (3.12) Tinjau persamaan (3.4) yang merupakan persamaan tegangan geser bagi fluida Sisko berikut : Didefinisikan variabel tak berdimensi sebagai berikut dengan ( ) Karena maka bentuk persamaan tak berdimensi dari persamaan (3.4) dapat ditulis : ( ) ( ) ( ) ( ) sehingga diperoleh atau Jika tanda (*) diabaikan, maka diperoleh persamaan berikut

35 23 Lampiran 4 Penurunan Persamaan (3.21) Tinjau persamaan (3.20) sebagai berikut : Jika persamaan (3.20) diturunkan terhadap, maka diperoleh Jika persamaan diatas diturunkan untuk yang kedua kalinya, maka diperoleh Jika bentuk dan turunan-turunannya disubstitusikan ke dalam persamaan (3.19), maka diperoleh * + * ( * ( ) ) atau ( ) + + * ( ) + * *( ( ) ) + +

36 24 atau ( ) ( ) 0 *( ) ( ) ( )+ ( )1 [ 0( ) *( ) ( ) ( )+1] atau ( ) ( ) 0 *( ) ( ) ( ) ( ) ( )+ ( )1 [ 0( ) *( ) ( ) ( ) ( ) ( )+1] atau

37 25 ( ) ( ) 0 *( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ( ) ( ) ( ) ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )+ 1 0 * ( ) ( ) ( ) ( ) ( )+1 atau ( ) ( ) * ( ) ( )+ 0 *( ) ( ) ( ) ( ) ( )+1 [ *( ) ( ) +] 0 *( ) ( ) ( )+1 atau

38 26, -, ( ) ( ) *( ) ( ) + -, *( ) ( ) ( ) ( ) ( )+ *( ) ( ) ( )+- Koefisien memberikan persamaan berikut : Koefisien memberikan persamaan berikut : ( ) ( ) *( ) ( ) + Koefisien memberikan persamaan berikut : *( ) ( ) ( ) ( ) ( )+ *( ) ( ) ( )+ Berikut ini akan ditentukan bentuk syarat batasnya. Berdasarkan persamaan (3.20) dan syarat batas (3.18), maka diperoleh koefisien memberikan syarat batas { koefisien memberikan syarat batas {

39 27 koefisien memberikan syarat batas { Berikut ini akan ditentukan penyelesaian,, dan. Misalkan dipilih, maka diperoleh Jika bentuk berikut dan turunan-turunannya disuubstitusikan ke dalam masalah nilai batas untuk ( ) ( ) *( ) ( ) + dengan syarat batas berikut maka diperoleh [ [ ] ] Jika persamaan di atas diintegralkan terhadap, maka diperoleh Jika syarat batas di atas digunakan, maka diperoleh sehingga Jika persamaan di atas diintegralkan terhadap, maka diperoleh Jika syarat batas digunakan, maka diperoleh sehingga

40 28 Jika bentuk dan serta turunan-turunannya disubstitusikan ke dalam masalah nilai batas untuk berikut *( ) ( ) ( ) ( ) ( )+ *( ) ( ) ( )+ dengan syarat batas berikut maka diperoleh, * ( ) + *( ) ( )+- Jika persamaan di atas diintegralkan terhadap, maka diperoleh Jika syarat batas di atas digunakan, maka diperoleh sehingga Jika persamaan di atas diintegralkan terhadap, maka diperoleh Jika syarat batas digunakan, maka diperoleh sehingga

41 29 Maka penyelesaian persamaan (3.20) dapat ditulis atau

42 30 Lampiran 5 Program Maple untuk Gambar 5

43 31

44 32 Lampiran 6 Program Maple untuk Gambar 6

45 33

46 34 Lampiran 7 Program Maple untuk Gambar 7

47 35

48 36 Lampiran 8 Program Maple untuk Gambar 8

49 37.

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH ALIRAN FLUIDA SISKO PADA PIPA LURUS ISNA ALDILLA

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH ALIRAN FLUIDA SISKO PADA PIPA LURUS ISNA ALDILLA PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH ALIRAN FLUIDA SISKO PADA PIPA LURUS ISNA ALDILLA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. Misalkan adalah suatu fungsi skalar, maka turunan vektor kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut :

II LANDASAN TEORI. Misalkan adalah suatu fungsi skalar, maka turunan vektor kecepatan dapat dituliskan sebagai berikut : 2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teori-teori yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah ini. Teori-teori tersebut meliputi sistem koordinat silinder, aliran fluida pada pipa lurus, persamaan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh III PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas penggunaan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan model Sisko dalam masalah aliran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE ITERASI VARIASI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH OSILASI BERPASANGAN SANTI SUSILAWATI

PENGGUNAAN METODE ITERASI VARIASI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH OSILASI BERPASANGAN SANTI SUSILAWATI PENGGUNAAN METODE ITERASI VARIASI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH OSILASI BERPASANGAN SANTI SUSILAWATI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BURGERS DAN PENERAPANNYA PADA MASALAH ARUS LALU LINTAS CHRISTOPHER DANNY

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BURGERS DAN PENERAPANNYA PADA MASALAH ARUS LALU LINTAS CHRISTOPHER DANNY PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BURGERS DAN PENERAPANNYA PADA MASALAH ARUS LALU LINTAS CHRISTOPHER DANNY DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya. 2 II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas teoriteori yang mendukung karya tulis ini. Teoriteori tersebut meliputi persamaan diferensial penurunan persamaan KdV yang disarikan dari (Ihsanudin, 2008;

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI NURI ANGGI NIRMALASARI

ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI NURI ANGGI NIRMALASARI ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI NURI ANGGI NIRMALASARI 127 1 17 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH TUJUAN MANFAAT LATAR BELAKANG Fluida

Lebih terperinci

KECEPATAN ALIRAN FLUIDA SISKO PADA KEADAAN STEADY DALAM PIPA DENGAN POSISI MIRING SKRIPSI. Oleh Prisko Nur Hidayat NIM

KECEPATAN ALIRAN FLUIDA SISKO PADA KEADAAN STEADY DALAM PIPA DENGAN POSISI MIRING SKRIPSI. Oleh Prisko Nur Hidayat NIM KECEPATAN ALIRAN FLUIDA SISKO PADA KEADAAN STEADY DALAM PIPA DENGAN POSISI MIRING SKRIPSI Oleh Prisko Nur Hidayat NIM 071810101078 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA

PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MODEL MANGSA PEMANGSA TIGA SPESIES DENGAN METODE HOMOTOPI YULI RAHMAWATI

PENYELESAIAN MODEL MANGSA PEMANGSA TIGA SPESIES DENGAN METODE HOMOTOPI YULI RAHMAWATI PENYELESAIAN MODEL MANGSA PEMANGSA TIGA SPESIES DENGAN METODE HOMOTOPI YULI RAHMAWATI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH ROTASI ALIRAN FLUIDA KENTAL VON KARMAN MENGGUNAKAN METODE HOMOTOPI RANDITA GUSTIAN PUTRI

PENYELESAIAN MASALAH ROTASI ALIRAN FLUIDA KENTAL VON KARMAN MENGGUNAKAN METODE HOMOTOPI RANDITA GUSTIAN PUTRI PENYELESAIAN MASALAH ROTASI ALIRAN FLUIDA KENTAL VON KARMAN MENGGUNAKAN METODE HOMOTOPI RANDITA GUSTIAN PUTRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES ORDE TINGGI DENGAN METODE EKSPANSI RESTY BANGUN PRATIWI

PENYELESAIAN PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES ORDE TINGGI DENGAN METODE EKSPANSI RESTY BANGUN PRATIWI PENYELESAIAN PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES ORDE TINGGI DENGAN METODE EKSPANSI RESTY BANGUN PRATIWI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN ALIRAN BUSA CAIR RISA SAWITRI

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN ALIRAN BUSA CAIR RISA SAWITRI PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN ALIRAN BUSA CAIR RISA SAWITRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH GELOMBANG PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI ANGGRAENI PUTRISIA

PENYELESAIAN MASALAH GELOMBANG PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI ANGGRAENI PUTRISIA PENYELESAIAN MASALAH GELOMBANG PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI ANGGRAENI PUTRISIA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

SIMULASI CFD PERSAMAAN NAVIER STOKES UNTUK ALIRAN FLUIDA TUNAK LAMINAR DI ANTARA PLAT SEJAJAR SKRIPSI AZMAH DINA TELAUMBANUA

SIMULASI CFD PERSAMAAN NAVIER STOKES UNTUK ALIRAN FLUIDA TUNAK LAMINAR DI ANTARA PLAT SEJAJAR SKRIPSI AZMAH DINA TELAUMBANUA SIMULASI CFD PERSAMAAN NAVIER STOKES UNTUK ALIRAN FLUIDA TUNAK LAMINAR DI ANTARA PLAT SEJAJAR SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains AZMAH DINA TELAUMBANUA

Lebih terperinci

Tinjauan Aliran Fluida dengan Menggunakan Metode Homotopi

Tinjauan Aliran Fluida dengan Menggunakan Metode Homotopi Tinjauan Aliran Fluida dengan Menggunakan Metode Homotopi Abd. Djabar Mohidin Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Dalam makalah ini, akan dibahas tinjauan matematis mengenai

Lebih terperinci

MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM

MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK RIDWAN IDHAM. Model

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI

ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI ANALISIS ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO DALAM KEADAAN STEDI Abstrak Nama Mahasiswa : Nuri Anggi Nirmalasari NRP : 1207 100 017 Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Prof. DR. Basuki

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK IHDA ANISSA INDRIASTUTI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK IHDA ANISSA INDRIASTUTI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK IHDA ANISSA INDRIASTUTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Pengantar Oseanografi V

Pengantar Oseanografi V Pengantar Oseanografi V Hidro : cairan Dinamik : gerakan Hidrodinamika : studi tentang mekanika fluida yang secara teoritis berdasarkan konsep massa elemen fluida or ilmu yg berhubungan dengan gerak liquid

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS NOVIA YULIANI

PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS NOVIA YULIANI PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MODEL PENYEBARAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS NOVIA YULIANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR

METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak BAB II DASAR TEORI Ada beberapa teori yang berkaitan dengan konsep-konsep umum mengenai aliran fluida. Beberapa akan dibahas pada bab ini. Diantaranya adalah hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum.

Lebih terperinci

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER STOKES DALAM BENTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL UNTUK GERAK FLUIDA LAMINER SKRIPSI RAHMAYANTI HARAHAP

PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER STOKES DALAM BENTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL UNTUK GERAK FLUIDA LAMINER SKRIPSI RAHMAYANTI HARAHAP PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER STOKES DALAM BENTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL UNTUK GERAK FLUIDA LAMINER SKRIPSI RAHMAYANTI HARAHAP 070801001 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGTAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA

PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA A. Statika Fluida

MEKANIKA FLUIDA A. Statika Fluida MEKANIKA FLUIDA Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida, jelas bahwa bukan benda tegar, sebab jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Molekul-molekul

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA DENGAN SYARAT BATAS DAN ANALISA ALIRAN FLUIDA KONVEKSI BEBAS PADA PELAT HORIZONTAL. Leli Deswita 1)

MODEL MATEMATIKA DENGAN SYARAT BATAS DAN ANALISA ALIRAN FLUIDA KONVEKSI BEBAS PADA PELAT HORIZONTAL. Leli Deswita 1) MODEL MATEMATIKA DENGAN SYARAT BATAS DAN ANALISA ALIRAN FLUIDA KONVEKSI BEBAS PADA PELAT HORIZONTAL Leli Deswita ) ) Jurusan Matematika FMIPA Universitas Riau Email: deswital@yahoo.com ABSTRACT In this

Lebih terperinci

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG Jurnal LOG!K@, Jilid 6, No. 1, 2016, Hal. 11-22 ISSN 1978 8568 SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG Afo Rakaiwa dan Suma inna Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Suatu sistem transfer fluida dari suatu tempat ke tempat lain biasanya terdiri dari pipa,valve,sambungan (elbow,tee,shock dll ) dan pompa. Jadi pipa memiliki peranan

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PELABELAN (k, d)-graceful PADA T P -TREE DAN SUBDIVISI DARI T P -TREE SYAIFUL BAHRI

PELABELAN (k, d)-graceful PADA T P -TREE DAN SUBDIVISI DARI T P -TREE SYAIFUL BAHRI PELABELAN (k, d)-graceful PADA T P -TREE DAN SUBDIVISI DARI T P -TREE SYAIFUL BAHRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRAK SYAIFUL

Lebih terperinci

FISIKA DASR MAKALAH HUKUM STOKES

FISIKA DASR MAKALAH HUKUM STOKES FISIKA DASR MAKALAH HUKUM STOKES DISUSUN OLEH Astiya Luxfi Rahmawati 26020115120033 Ajeng Rusmaharani 26020115120034 Annisa Rahma Firdaus 26020115120035 Eko W.P.Tampubolon 26020115120036 Eva Widayanti

Lebih terperinci

Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi

Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi 1 Jurnal Matematika, Statistika, & Komputasi Vol 5 No 1, 1-9, Juli 2008 Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi Sri Sulasteri Jurusan Pend. Matematika UIN Alauddin Makassar Jalan Sultan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan 6, 1 (2.52) Berdasarkan persamaan (2.52), maka untuk 0 1 masing-masing memberikan persamaan berikut:, 0,0, 0, 1,1, 1. Sehingga menurut persamaan (2.51) persamaan (2.52) diperoleh bahwa fungsi, 0, 1 masing-masing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mekanika Fluida Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinyu yang mempelajari tentang fluida (dapat berupa cairan dan gas). Fluida sendiri merupakan zat yang bisa

Lebih terperinci

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 8. FLUIDA Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tegangan Permukaan Viskositas Fluida Mengalir Kontinuitas Persamaan Bernouli Materi Kuliah 1 Tegangan Permukaan Gaya tarik

Lebih terperinci

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK ANALISA ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA SIRKULAR DAN PIPA SPIRAL UNTUK INSTALASI SALURAN AIR DI RUMAH DENGAN SOFTWARE CFD Oleh : MARIO RADITYO PRARTONO 1306481972 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MODEL EPIDEMI SEIV DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI HANI ASRI GUARDIANI

PENYELESAIAN MODEL EPIDEMI SEIV DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI HANI ASRI GUARDIANI PENYELESAIAN MODEL EPIDEMI SEIV DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI HANI ASRI GUARDIANI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluida Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Model Slip di Bawah Pengaruh Gaya Gravitasi

Analisis Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Model Slip di Bawah Pengaruh Gaya Gravitasi Vol. 14, No. 1, 69-76, Juli 017 Analisis Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Model Slip di Bawah Pengaruh Gaya Gravitasi Sri Sulasteri Abstrak Hal yang selalu menjadi perhatian dalam lapisan fluida

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER GANJIL 2012/2013

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER GANJIL 2012/2013 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER GANJIL 2012/2013 Mata Kuliah : Fisika Dasar/Fisika Pertanian Kode / SKS : PAE 112 / 3 (2 Teori + 1 Praktikum) Status : Wajib Mata Kuliah

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

PEMODELAN ALIRAN FLUIDA PADA RESERVOIR PANAS BUMI

PEMODELAN ALIRAN FLUIDA PADA RESERVOIR PANAS BUMI PEMODELAN ALIRAN FLUIDA PADA RESERVOIR PANAS BUMI Nama : Frima Yulita Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 16 Juli 1984 NIM : 10202017 Alamat : Komp. Puri Cipageran Indah blok A. No 207 Cimahi Utara 40511 No

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA 13321070 4 Konsep Dasar Mekanika Fluida Fluida adalah zat yang berdeformasi terus menerus selama dipengaruhi oleh suatutegangan geser.mekanika fluida disiplin ilmu

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Dasar

BAB 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Dasar BAB 2 Landasan Teori Objek yang diamati pada permasalahan ini adalah lapisan fluida tipis, yaitu akan dilihat perubahan ketebalan dari lapisan fluida tipis tersebut dengan adanya penambahan surfaktan ke

Lebih terperinci

FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT

FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT LUQMAN BUCHORI, ST, MT luqman_buchori@yahoo.com DR. M. DJAENI, ST, MEng JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP Peristiwa Perpindahan : Perpindahan Momentum Neraca momentum

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law

PENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law PENGUKURAN VISKOSITAS RINI YULIANINGSIH Review Viskositas Newtonian Non Newtonian Power Law yz = 0 + k( yz ) n Model Herschel-Bulkley ( yz ) 0.5 = ( 0 ) 0.5 + k( yz ) 0.5 Model Casson Persamaan power law

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN PADA MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN KOEFISIEN INTERVAL ANA FARIDA

PENGOPTIMUMAN PADA MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN KOEFISIEN INTERVAL ANA FARIDA i PENGOPTIMUMAN PADA MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR DENGAN KOEFISIEN INTERVAL ANA FARIDA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i ABSTRAK ANA

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH KONEKTIVITAS DI AREA KONSERVASI DENGAN ALGORITME HEURISTIK NUR WAHYUNI

PENYELESAIAN MASALAH KONEKTIVITAS DI AREA KONSERVASI DENGAN ALGORITME HEURISTIK NUR WAHYUNI PENYELESAIAN MASALAH KONEKTIVITAS DI AREA KONSERVASI DENGAN ALGORITME HEURISTIK NUR WAHYUNI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ABSTRAK NUR

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LENGKAP UNTUK PEMODELAN MATEMATIKA ALIRAN FLUIDA SATU DIMENSI PADA PIPA JUDUL SKRIPSI. Oleh Nur Endah Ardiyanti

SISTEM PERSAMAAN LENGKAP UNTUK PEMODELAN MATEMATIKA ALIRAN FLUIDA SATU DIMENSI PADA PIPA JUDUL SKRIPSI. Oleh Nur Endah Ardiyanti SISTEM PERSAMAAN LENGKAP UNTUK PEMODELAN MATEMATIKA ALIRAN FLUIDA SATU DIMENSI PADA PIPA JUDUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika fluida adalah salah satu disiplin ilmu yang mengkaji perilaku dari zat cair dan gas dalam keadaan diam ataupun bergerak dan interaksinya dengan benda padat.

Lebih terperinci

MASALAH PENJADWALAN KERETA SECARA PERIODIK DENGAN BIAYA MINIMUM PADA JALUR GANDA MUHAMMAD RIZQY HIDAYATSYAH

MASALAH PENJADWALAN KERETA SECARA PERIODIK DENGAN BIAYA MINIMUM PADA JALUR GANDA MUHAMMAD RIZQY HIDAYATSYAH MASALAH PENJADWALAN KERETA SECARA PERIODIK DENGAN BIAYA MINIMUM PADA JALUR GANDA MUHAMMAD RIZQY HIDAYATSYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata Kuliah : Fisika Dasar 1 Kode/SKS : FIS 1 / 3 (2-3) Deskrisi : Mata Kuliah Fisika Dasar ini diberikan untuk mayor yang memerlukan dasar fisika yang kuat, sehingga

Lebih terperinci

FLUIDA DINAMIS. Ciri-ciri umum dari aliran fluida :

FLUIDA DINAMIS. Ciri-ciri umum dari aliran fluida : FLUIDA DINAMIS Dalam fluida dinamis, kita menganalisis fluida ketika fluida tersebut bergerak. Aliran fluida secara umum bisa kita bedakan menjadi dua macam, yakni aliran lurus alias laminar dan aliran

Lebih terperinci

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi titik berat, dan momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari.benda tegar (statis dan Indikator Pencapaian Kompetensi: 3.1.1

Lebih terperinci

MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS. KARTIKA YULIANTI NIM : Program Studi Matematika

MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS. KARTIKA YULIANTI NIM : Program Studi Matematika MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh KARTIKA YULIANTI NIM : 20106010 Program Studi Matematika

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN FISIS, AUTOMATA GAS KISI, DAN ANALITIS ALIRAN GLISERIN TESIS. ADITYA SEBASTIAN ANDREAS NIM: Program Studi Fisika

KAJIAN PEMODELAN FISIS, AUTOMATA GAS KISI, DAN ANALITIS ALIRAN GLISERIN TESIS. ADITYA SEBASTIAN ANDREAS NIM: Program Studi Fisika KAJIAN PEMODELAN FISIS, AUTOMATA GAS KISI, DAN ANALITIS ALIRAN GLISERIN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ADITYA SEBASTIAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa ALIRAN STEDY MELALUI SISTEM PIPA Persamaan kontinuitas Persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP FENOMENA PERPINDAHAN LUQMAN BUCHORI, ST, MT luqman_buchori@yahoo.com JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP Peristiwa Perpindahan : Perpindahan Momentum Neraca momentum Perpindahan Energy (Panas) Neraca

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

Simulasi Numerik Aliran Fluida pada Permukaan Peregangan dengan Kondisi Batas Konveksi di Titik-Stagnasi

Simulasi Numerik Aliran Fluida pada Permukaan Peregangan dengan Kondisi Batas Konveksi di Titik-Stagnasi JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) A-83 Simulasi Numerik Aliran Fluida pada Permukaan Peregangan dengan Kondisi Batas Konveksi di Titik-Stagnasi Ahlan Hamami, Chairul

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE ELEMEN HINGGA DALAM PERSOALAN ALIRAN DARAH PADA PEMBULUH DARAH SKRIPSI ABNIDAR HARUN POHAN

IMPLEMENTASI METODE ELEMEN HINGGA DALAM PERSOALAN ALIRAN DARAH PADA PEMBULUH DARAH SKRIPSI ABNIDAR HARUN POHAN IMPLEMENTASI METODE ELEMEN HINGGA DALAM PERSOALAN ALIRAN DARAH PADA PEMBULUH DARAH SKRIPSI ABNIDAR HARUN POHAN 120803006 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI OPTIMAL UNTUK ALOKASI KEKAYAAN KE DALAM KONSUMSI DAN INVESTASI PELI SUKARSO

PENENTUAN SOLUSI OPTIMAL UNTUK ALOKASI KEKAYAAN KE DALAM KONSUMSI DAN INVESTASI PELI SUKARSO PENENTUAN SOLUSI OPTIMAL UNTUK ALOKASI KEKAYAAN KE DALAM KONSUMSI DAN INVESTASI PELI SUKARSO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRAK

Lebih terperinci

Analisis Model Fluida Casson untuk Aliran Darah dalam Stenosis Arteri

Analisis Model Fluida Casson untuk Aliran Darah dalam Stenosis Arteri Analisis Model Fluida Casson untuk Aliran Darah dalam Stenosis Arteri Riri Jonuarti* dan Freddy Haryanto Diterima 21 Mei 2011, direvisi 15 Juni 2011, diterbitkan 2 Agustus 2011 Abstrak Beberapa peneliti

Lebih terperinci

Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification)

Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification) Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification) Didasarkan pada tinjauan tertentu, aliran fluida dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan. Dalam ulasan ini, fluida yang lebih banyak dibahas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan. Persamaan diferensial parsial memegang peranan penting di dalam

TINJAUAN PUSTAKA. diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan. Persamaan diferensial parsial memegang peranan penting di dalam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Parsial Persamaan yang mengandung satu atau lebih turunan parsial suatu fungsi (yang diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan diferensial

Lebih terperinci

PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH

PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI

ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA

I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA DEFINISI Mekanika fluida gabungan antara hidraulika eksperimen dan hidrodinamika klasik Hidraulika dibagi 2 : Hidrostatika Hidrodinamika PERKEMBANGAN HIDRAULIKA

Lebih terperinci

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika.

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. MATA KULIAH : FISIKA DASAR TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. POKOK BAHASAN: Pendahuluan Fisika, Pengukuran Dan Pengenalan Vektor

Lebih terperinci

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN SKS : 3 HIROLIKA Oleh : Acep Hidayat,ST,MT. Jurusan Teknik Perencanaan Fakultas Teknik Perencanaan dan Desain Universitas Mercu Buana Jakarta 2011 MODUL 12 HUKUM KONTINUITAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mekanika Fluida Zat yang tersebar di alam dibedakan dalam tiga keadaan (fase), yaitu fase padat, cair dan gas. Karena fase cair dan gas memiliki karakter tidak mempertahankan

Lebih terperinci

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien

Lebih terperinci

2. FLUIDA STATIS (FLUID AT REST)

2. FLUIDA STATIS (FLUID AT REST) 2. FLUIDA STATIS (FLUID AT REST) 2.1. PENGERTIAN DASAR Fluida Statis secara prinsip diartikan sebagai situasi dimana antar molekul tidak ada perbedaan kecepatan. Hal ini dapat terjadi dalam keadaan (1)

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc.

TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc. TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MENGGUNAKAN METODE MESHLESS LOCAL PETROV- GALERKIN DAN SIMULASI FLUENT OLEH : Mochamad Sholikin (1207 100 056) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki

Lebih terperinci

INVERS DARI MATRIKS TRIDIAGONAL JACOBI FANI RIAMARLI

INVERS DARI MATRIKS TRIDIAGONAL JACOBI FANI RIAMARLI INVERS DARI MATRIKS TRIDIAGONAL JACOBI FANI RIAMARLI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK FANI RIAMARLI. Invers dari Matriks Tridiagonal

Lebih terperinci

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Edy Sriyono Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Aliran Pipa vs Aliran Saluran Terbuka Aliran Pipa: Aliran Saluran Terbuka: Pipa terisi penuh dengan zat cair Perbedaan tekanan mengakibatkan

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER PIPA INLET TERHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH DIAMETER PIPA INLET TERHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM PENGARUH DIAMETER PIPA INLET TERHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Tugas Akhir Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Kelulusan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Bab II Model Lapisan Fluida Viskos Tipis Akibat Gaya Gravitasi

Bab II Model Lapisan Fluida Viskos Tipis Akibat Gaya Gravitasi Bab II Model Lapisan Fluida Viskos Tipis Akibat Gaya Gravitasi II.1 Gambaran Umum Model Pada bab ini, kita akan merumuskan model matematika dari masalah ketidakstabilan lapisan fluida tipis yang bergerak

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE ANALISIS HOMOTOPI PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER-KdV DINI FITRI

PENGGUNAAN METODE ANALISIS HOMOTOPI PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER-KdV DINI FITRI PENGGUNAAN METODE ANALISIS HOMOTOPI PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER-KdV DINI FITRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Hukum Newton pada Aliran Fluida Applica'on of Newton s Second Law to a Flowing Fluid. Fisika untuk Teknik Sipil 1

Hukum Newton pada Aliran Fluida Applica'on of Newton s Second Law to a Flowing Fluid. Fisika untuk Teknik Sipil 1 Hukum Newton pada Aliran Fluida Applica'on of Newton s Second Law to a Flowing Fluid Fisika untuk Teknik Sipil 1 Hukum II Newton pada Aliran Fluida Applica'on of Newton s Second Law to a Flowing Fluid

Lebih terperinci

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Imaddudin Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Distribusi Air Bersih Pada Sistem Perpipaan Di Suatu Kawasan Perumahan

Distribusi Air Bersih Pada Sistem Perpipaan Di Suatu Kawasan Perumahan JURNAL SAINS POMITS Vol. 1, No. 1, 2013 1-6 1 Distribusi Air Bersih Pada Sistem Perpipaan Di Suatu Kawasan Perumahan Annisa Dwi Sulistyaningtyas, Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc. Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

Kata Kunci :konveksi alir bebas; viskos-elastis; bola berpori 1. PENDAHULUAN

Kata Kunci :konveksi alir bebas; viskos-elastis; bola berpori 1. PENDAHULUAN PEMODELAN PENGARUH PANAS TERHADAP ALIRAN FLUIDA KONVEKSI BEBAS YANG MELALUI BOLA BERPORI Mohamad Tafrikan, Basuki Widodo, Choirul Imron. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH DAUR ULANG NUTRISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI NURUL AIN

PENYELESAIAN MASALAH DAUR ULANG NUTRISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI NURUL AIN PENYELESAIAN MASALAH DAUR ULANG NUTRISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI NURUL AIN DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRACT

Lebih terperinci

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT  JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP FENOMENA PERPINDAHAN LUQMAN BUCHORI, ST, MT luqman_buchori@yahoo.com luqmanbuchori@undip.ac.id JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP Peristiwa Perpindahan : Perpindahan Momentum Neraca momentum Perpindahan

Lebih terperinci

1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta 1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Pendahuluan Dalam bagian ini kita mengkhususkan diri pada materi

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MODEL DISTRIBUSI SUHU BUMI DI SEKITAR SUMUR PANAS BUMI DENGAN METODE KOEFISIEN TAK TENTU. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.

PENYELESAIAN MODEL DISTRIBUSI SUHU BUMI DI SEKITAR SUMUR PANAS BUMI DENGAN METODE KOEFISIEN TAK TENTU. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. PENYELESAIAN MODEL DISTRIBUSI SUHU BUMI DI SEKITAR SUMUR PANAS BUMI DENGAN METODE KOEFISIEN TAK TENTU Lutfiyatun Niswah 1, Widowati 2, Djuwandi 3 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM BENTUK KEDUA UNTUK ALIRAN FLUIDA PADA CELAH PINTU AIR TUGAS AKHIR PANDU AGUNG LAKSONO NIM

PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM BENTUK KEDUA UNTUK ALIRAN FLUIDA PADA CELAH PINTU AIR TUGAS AKHIR PANDU AGUNG LAKSONO NIM PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM BENTUK KEDUA UNTUK ALIRAN FLUIDA PADA CELAH PINTU AIR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Studi Matematika Institut Teknologi Bandung oleh: PANDU

Lebih terperinci