KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir"

Transkripsi

1 49 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kemampuan masyarakat (peternak) untuk berpartisipasi dalam pembangunan harus didahului oleh suatu proses belajar untuk memperoleh dan memahami informasi, kemudian memprosesnya menjadi pengetahuan tentang adanya kesempatan-kesempatan bagi dirinya, melatih diri agar mampu berbuat, dan termotivasi agar mau benar-benar bertindak (Slamet, 2003). Kegiatan proses belajar tentang sesuatu program dapat mencapai hasil yang baik dalam waktu yang lebih singkat, diperlukan usaha -usaha khusus yang bersistem dan berstrategi di bidang pendidikan non -formal. Lingkup tugas tersebut merupakan kerja Penyuluhan, yang merupakan pendidikan non -formal untuk semua orang, untuk menolong dirinya sendiri, melalui belajar sambil be kerja dan dengan melihat menjadi yakin secara kontinyu untuk meningkatkan kualitas hidupnya (Lionberger dan Gwin, 1982; Dahama dan Bhatnagar, 1985). Sebagai suatu disiplin ilmu, penyuluhan pembangunan tidak akan pernah berdiri sendiri. Slamet (2003) menegaskan bahwa praktek penyuluhan pembangunan di lapangan jelas sekali menuntut pendekatan interdisiplin. Menurut beliau, pembangunan pertanian di Indonesia dapat berhasil karena sejak semula menggunakan pendekatan interdisiplin ilmu-ilmu pertanian, ekonomi, sosiologi dan komunikasi yang dirangkum oleh ilmu penyuluhan pembangunan (Slamet, 1992; Slamet, 2003). Lebih lanjut, Slamet (2003) mensinyalir bahwa para petani Indonesia sebagai khalayak sasaran penyuluhan pembangunan telah berubah secara nyata. Pada umumnya profil populasi petani Indonesia juga telah berubah secara positif. Secara makro populasi petani telah menjadi lebih kecil jumlahnya secara persentil tetapi lebih tinggi kualitasnya, yang ditandai oleh lebih baiknya tingkat pendidikan mereka, lebih me ngenal kemajuan, kebutuhannya meningkat, harapan-harapannya juga meningkat, serta pengetahuan dan keterampilan bertaninya juga telah jauh lebih baik. Para petani kini telah memiliki pola komunikasi yang terbuka. Mereka telah lebih mampu berkomunikasi dengan orang-orang dari luar sistem sosialnya, dan

2 50 telah lebih mampu berkomunikasi secara impersonal melalui berbagai media massa (Slamet, 1995; Kasryno, 1995; dan Slamet, 2003). Pernyataan yang dikemukakan Slamet dan Kasryno ini sebenarnya telah diungkapkan oleh Hagen (1962), bahwa berubahnya petani dalam berusahatani disebabkan karena berubahnya pengetahuan petani, pengetahuan itu sendiri banyak dipengaruhi oleh fungsi informasi. Dalam kaitan ini pengaruh media massa seperti siaran radio, televisi, suratkabar dan berbagai terbitan lainnya, dapat mendorong lebih cepatnya penerimaan gagasan dan teknologi baru yang disampaikan dalam penyuluhan pembangunan pertanian, di samping interaksi sosial secara langsung. Dari ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku komunikasi petani, termasuk dalam hal ini peternak sapi potong dalam mengikuti kegiatan penyuluhan diduga telah bergeser, yang dulunya dominan memanfaatkan informasi penyuluhan melalui saluran komunikasi interpersonal lewat sistem penyuluhan tetesan min yak bersifat top down ke sistem penyuluhan LAKU (latihan dan kunjungan), dan kini diduga sudah lebih memanfaatkan atau terdedah informasi penyuluhan melalui media massa. Komunikasi sebagai gejala sosial yang turut membentuk perilaku dipengaruhi oleh dua faktor dominan, yaitu pertama: faktor struktural yang di dalamnya termasuk aspek karakteristik personal, pelapisan sosial, dan ketersediaan sarana-prasarana yang memberikan kemudahan mendapatkan informasi (accessibility). Kedua, adalah penerimaan informasi (acceptability) menyangkut aspek kultural (kebudayaan). Jadi keberhasilan komunikasi ditinjau dari ada tidaknya hambatan struktural (karakteristik personal) dan penerimaan (kultural). Dari kerangka berpikir di atas dapat dilakukan eksplorasi teoritikal mengenai kasus-kasus yang menimbulkan gagasan untuk melakukan penelitian mengenai karakteristik personal dikaitkan dengan tingkat pengunaan media massa dan jaringan komunikasi di perdesaan. Pertama, mengapa penelitian komunikasi yang menjadi fokus pe ngamatan? Karena, ingin melihat bagaimana pola jaringan komunikasi di antara peternak sapi potong. Apakah benar telah terjadi perubahan perilaku pada khalayak sasaran penyuluhan ke arah perilaku komunikasi impersonal. Diduga telah terjadi pergeseran tingkat pemanfaatan media massa oleh peternak untuk

3 51 mendapatkan informasi. Dalam penelitian ini pergeseran dilihat dari perbedaan penggunaan media komunikasi oleh peternak maju dibandingkan dengan peternak kurang maju. Peternak kurang maju, kurang memanfaatkan media massa dalam mendapatkan informasi dan lebih mengandalkan media interpersonal. Sebaliknya, peternak maju tingkat pemanfaatan media massanya lebih besar dibandingkan pada peternak kurang maju dalam mendapatkan informasi. Kedu a, karena metode penelitian ini menggunakan hubungan-hubungan interpersonal sebagai unit analisis, maka jaringan komunikasi dapat juga dijadikan peubah yang turut diamati sebagai peubah terikat. Ketiga, peubah terikat lain yang juga ingin dipelajari adalah perubahan informasi yang terjadi pada kegiatan penyuluhan sapi potong, diukur berdasarkan peubah distorsi pesan. Mengingat obyek studi mengenai jaringan komunikasi ini adalah seluruh partisipan kelompok peternak, maka karakteristik peternak tersebut otomatis dapat diartikan juga sebagai pelapisan sosial. Pelapisan di sini atau karakteristik personal haruslah dipandang sebagai suatu kontinum agar dapat diuji secara statistik, untuk melihat perbedaan kategori karakteristik personal mana yang menghalangi komunikasi antara anggota jaringan komunikasi dengan orang-orang yang tidak menjadi anggota jaringan komunikasi. Rogers (1995) menyatakan bahwa jaringan komunikasi akan lebih mudah terbentuk di antara orang-orang yang mempunyai persamaan atribut. Faktor karakteristik personal yang diduga mempengaruhi jaringan komunikasi tersebut adalah: pendidikan formal, kelas ekonomi dan kepemilikan media massa. Faktor tingkat pemanfaatan media massa oleh peternak dilihat berdasarkan perilaku keterdedahan media massa (media exposure) meliputi: keterdedahan terhadap siaran radio, televisi dan suratkabar ) dalam mencari dan menerima informasi. Adapun faktor perilaku responden dalam memanfaatkan media interpersonal dilihat dari perilaku komunikasi interpersonal peternak sapi potong dalam mencari, menerima, mengklarifikasi dan menyebarkan terpaan pesan dari media massa atau diperoleh dari sumber interpersonal lain. Ketiga faktor ini diduga berhubungan dengan peran komunikasi anggota kelompok dalam jaringan komunikasi sapi potong. Dimana ketiga faktor tersebut pada penelitia n ini dijadikan sebagai peubah bebas. Walaupun demikian, diduga karakteristik personal pun berhubungan dengan perilaku

4 52 keterdedahan media massa dan perilaku memanfaatkan media interpersonal. Keterkaitan antar peubah yang berhubungan terhadap peran komunikasi peternak anggota kelompok dalam jaringan komunikasi penyuluhan ini, digambarkan dalam model penelitian seperti tersaji pada Gambar 2 berikut. Karakteristik Personal: X 1 = Tingkat p endidikan X 2 = Kelas ekonomi X 3 = Pemilikan media massa Perilaku komunikasi interpersonal (X 4) Keterdedahan Media Massa: X 5 = Keterdedahan radio X 6 = Keterdedahan televisi X 7 = Keterdedahan suratkabar Peran-peran komunikasi anggota kelompok dalam Jaringan Komunikasi Penyuluhan (Y 1 ) D I S T O R S I Y 2 X 8 = Pemuka pendapat Gambar 2. Kerangka berpikir model hubungan berba gai peubah penelitian Desa lokasi penelitian ini dapat dikategorikan sebagai desa terbuka. Artinya mudah disentuh oleh berbagai macam informasi yang berasal dari luar desa, karena adanya berbagai prasarana dan fasilitas media massa. Prasarana tersebut misalnya jalan aspal, fasilitas kesehatan, pasar dan koperasi (KUD). Sarana pelayanan ini juga menjadi ajang tempat pertemuan untuk saling tukar-menukar informasi bagi orang-orang yang saling berjumpa di tempat-tempat tersebut. Selain media massa, informasi yang sampai ke warga masyarakat di lokasi penelitian lewat saluran birokrasi desa, penyuluh lapangan, pedagang, pemodal, pendamping, ketua kelompok, melalui sesama anggota kelompok, rumah ibadah dan sebagainya. Dengan adanya berbagai prasarana, media massa dan berbagai lembaga yang mampu menyalurkan berbagai informasi tersebut, maka desa lokasi penelitian ini dapatlah dikatakan penyaluran informasinya sejalan dengan model komunikasi

5 53 banyak tahap. Kelemahan model ini adalah tidak mampu menggambarkan orangorang yang tidak terlibat pada jaringan komunikasi interpersonal dan tidak dipengaruhi oleh pemuka pendapat, tetapi selalu nampak pada hampir setiap penelitian yang menggunakan metode analisis jaringan komunikasi. Mereka ini juga perlu dikenai atau disentuh informasi, atau bahkan yang paling membutuhkan informasi untuk dapat serta memanfaatkan fasilitas dan kemudahan yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka pembangunan perdesaan. Orang-orang inilah yang disebut sebagai pemencil (Rogers dan Kincaid, 1981). Untuk memperjelas proses terjadinya jaringan komunikasi sapi potong pada kelompok ternak di desa penelitian, Gambar 3 berikut ini mencoba memvisualisasi proses pembentukan jaringan tersebut yang mampu menggambarkan para pemencil jaringan komunikasi yang dite liti. TAHAP PERTAMA TAHAP KEDUA (1) (2) (3) Sebelum terkena Sesudah terkena Jaringan yang terbentuk informasi informasi setelah terkena informasi Gambar 3. Proses pembentukan jaringan komunikasi Ilustrasi (1) dan (2) adalah kepala keluarga belum membentuk jaringan komunikasi. Pada ilustrasi (2) kepala keluarga sudah mendapat informasi, yang kemungkinan diperoleh dari berbagai macam saluran, forum dan media. Sedangkan ilustrasi (3) terlihat sejumlah kepala keluarga peternak sapi potong membentuk jaringan komunikasi dengan cara bertanya kepada orang-orang yang dipercayainya sebagai usaha konfirmasi ata s informasi yang didapatnya.

6 54 Dari Gambar 3 terlihat bahwa hanya sebagian dari warga desa atau anggota kelompok peternak yang memberikan respons terhadap informasi yang diterimanya dari berbagai saluran dengan mencari tambahan informasi atau mengonfirmasikan informasi tersebut kepada jaringan sosialnya. Orang-orang inilah yang kemudian menjadi anggota jaringan komunikasi yang mendapatkan tambahan informasi melalui jaringan sosialnya. Sedangkan sebagian lagi tidak berusaha menanyakan kembali atau mengonfirmasikan informasi yang telah mereka terima. Dalam kerangka teori, studi empirik menunjukkan bahwa orang-orang yang mempunyai banyak hubungan cenderung memiliki informasi dan pengaruh yang besar. Orang-orang ini disebut sebagai pemuka pendapat. Tentu saja hal ini juga berlaku di desa lokasi penelitian, dimana masyarakat desa di Jawa umumnya menggunakan orientasi nilai paternalistik yang menyebabkan peranan pemuka pendapat sangat besar dalam derap dinamika masyarakat. Terutama dalam hal pengambilan keputusan, dimana orang-orang cenderung membentuk pola jaringan komunikasi yang memusat kepada orang-orang tertentu, yaitu mereka yang kelas ekonominya relatif lebih tinggi dan memiliki semacam kredibilitas karena dianggap mengetahui atau memang memahami hal-hal yang ingin diketahui oleh anggota masyarakatnya. Di samping itu, karena jaringan komunikasi sapi potong yang diteliti ini merupa kan program pemerintah, maka yang menjadi pemuka pendapat semestinya cenderung pula adalah orang-orang yang juga mempunyai status formal. Karena desa yang dipilih sebagai lokasi penelitian bukan termasuk desa dengan masyarakat sudah maju, maka pemuka pendapatnya cenderung bersifat polimorfik. Artinya, seorang pemuka pendapat dapat menjadi sumber informasi lebih dari satu jenis informasi. Hal ini dimungkinkan karena pemuka pendapat ialah orang yang mobilita s dan kontak sosialnya tinggi. Hipotesis Penelitian Hipotesis utama yang diuji dalam penelitian ini adalah terjadi pergeseran tingkat pemanfaatan media massa oleh peternak sapi potong untuk mendapatkan informasi. Dengan melihat asumsi pada kerangka berpikir di atas yang menyebutkan, peternak sapi potong dalam penelitian ini dibagi menjadi dua

7 golongan yakni peternak kurang maju dan peternak maju sebagai pengganti dimensi waktu. Dimana indikasi perbedaan pemanfaatan media massa antara peternak maju dan kurang maju, menunjukkan pergeseran tingkat pemanfaatan media massa. Termasuk perbedaan di antara masing-masing kategori berdasarkan tingkat pendidikan formal dan status ekonomi peternak sapi potong dalam memanfaatkan media massa untuk mendapatkan informasi, merupakan indikator terjadinya pergeseran pemanfaatan media massa. Sehingga pengujian hipotesis pertama di atas, dapat ditunjukkan oleh hipotesis kerja sebagai berikut: H 1a = adanya perbedaan nyata tingkat pemanfaatan media massa untuk mendapatkan informasi antara peternak maju dengan kurang maju. H 1b = di antara masing-masing peubah personal (tingkat pendidikan, kelas ekonomi, pemilikan media massa) dan perilaku pemanfaatan media interpersonal peternak, terdapat perbedaan nyata tingkat pemanfaatan media massa untuk informasi dari lokasi yang berbeda. Selain hipotesis utama di atas, dari kerangka berpikir tentang keterkaitan antar peubah yang berhubungan terhadap peran komunikasi peternak anggota kelompok dalam jaringan komunikasi sapi potong, dirumuskan pula beberapa hipotesis kerja sebagai berikut: H2 = Terdapat hubungan nyata antara karakteristik personal dengan keterdedahan media massa. H 3 = Terdapat hubungan nyata antara karakteristik personal dengan perilaku komunikasi interpersonal informal. H 4 = Terdapat hubungan nyata antara karakteristik personal dengan peran komunikasi anggota kelompok dalam jaringan komunikasi sapi potong. H 5 = Terdapat hubungan nyata antara perilaku komunikasi interpersonal dengan peran komunikasi anggota kelompok dalam jaringan komunikasi sapi potong. H 6 = Terdapat hubungan nyata antara keterdedahan media massa dengan peran komunikasi anggota kelompok dalam jaringan komunikasi sapi potong. H 7 = Terdapat hubungan nyata antara peran komunikasi anggota kelompok dalam jaringan komunikasi sapi potong dengan distorsi informasi. 55

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Pandeglang merupakan sentra populasi kerbau di Provinsi Banten dengan jumlah populasi kerbau sebesar 29.106 ekor pada tahun 2012 (Arfiani, 2016). Beternak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan ialah suatu istilah yang secara baku telah digunakan untuk menunjukkan suatu kegiatan pendidikan non-formal yang semula hanya ditujukan kepada petani ataupun peternak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi. komunikasi menjadi kebutuhan dasar dalam hidupnya. Bagaimanapun juga

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi. komunikasi menjadi kebutuhan dasar dalam hidupnya. Bagaimanapun juga TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Dalam proses kehidupan sejak lahir manusia perlu komunikasi. Karena itu, komunikasi menjadi kebutuhan dasar dalam hidupnya. Bagaimanapun juga manusia tidak bisa melepaskan dirinya

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini ialah semua Kelompok Tani di Daerah Aliran Sungai Desa

METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini ialah semua Kelompok Tani di Daerah Aliran Sungai Desa .-.^0... BAB in -'- - METODOLOGI PENELITIAN. 1. Populasi Penelitian >t i**': Populasi penelitian ini ialah semua Kelompok Tani di Daerah Aliran Sungai Desa Kampar dan Kelurahan Air Tiris di Kecamatan Air

Lebih terperinci

dari komunikasi massa dalam kehidupan masyarakat. Berikutnya pada Modul 5 dibahas materi tentang komunikasi personal. Di dalamnya secara mendetail

dari komunikasi massa dalam kehidupan masyarakat. Berikutnya pada Modul 5 dibahas materi tentang komunikasi personal. Di dalamnya secara mendetail i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Sosiologi Komunikasi ini merupakan mata kuliah yang sudah bersifat terapan bagi mahasiswa yang mengambil jurusan Sosiologi Perekonomian dan Masalah Sosial di Universitas

Lebih terperinci

budaya Sosiologi Komunikasi ekonomi

budaya Sosiologi Komunikasi ekonomi KOMPLEKSITAS STUDI MASSA budaya teknologi sosiologi negara Sosiologi Komunikasi Hokum, agama, administrasi ekonomi Saat ini,kendali arah perkembangan sosiologi komunikasi ditentukan oleh pesatnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan PENGANTAR Latar Belakang Pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Penciptaan inovasi pertanian oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan Litbang) Pertanian serta aplikasinya terus dilakukan melalui berbagai program penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya PENDAHULUAN Latar Belakang Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya secara individu maupun kelompok bila berhadapan dengan penyakit atau kematian, kebingungan dan ketidaktahuan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Petani Peternak Sapi Petani peternak merupakan orang yang melakukan kegiatan mengembangbiakkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan penduduk Indonesia. Permintaan akan beras meningkat pesat seiring dengan

Lebih terperinci

PERAN KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN SEMARANG, PROPINSI JAWA TENGAH

PERAN KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN SEMARANG, PROPINSI JAWA TENGAH PERAN KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN SEMARANG, PROPINSI JAWA TENGAH Siwi Gayatri dan Dyah Mardiningsih Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang siwi_gayatri@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu upaya untuk membantu kelancaran pembangunan pertanian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu upaya untuk membantu kelancaran pembangunan pertanian yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai negara agraris Indonesia menempatkan pertanian sebagai sektor sentral yang didukung oleh tersebarnya sebagian besar penduduk Indonesia yang hidup sebagai

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia responden pemuka tani yang terpilih dalam penelitian ini bervariasi di antara 34

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia responden pemuka tani yang terpilih dalam penelitian ini bervariasi di antara 34 , -. -J,. - - BABIV '/ -..,r^.:r v-j HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Data Penelitian. 1.1. Usia Responden. Usia responden pemuka tani yang terpilih dalam penelitian ini bervariasi di antara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Perkembangan Komunikasi Pembangunan

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Perkembangan Komunikasi Pembangunan 7 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Perkembangan Komunikasi Pembangunan Komunikasi menurut Rogers dan Shoemaker (1971) adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

Latar Belakang PENDAHULUAN

Latar Belakang PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk Maluku, tidak saja mempunyai andil yang cukup penting dalam sektor pertanian, tetapi telah pula menimbulkan

Lebih terperinci

Pada perkembangan dikade terakhir ini supervisi menjadi tonggak untuk. guru harus mampu saling isi mengisi dalam bentuk yang baik dan bernilai tambah

Pada perkembangan dikade terakhir ini supervisi menjadi tonggak untuk. guru harus mampu saling isi mengisi dalam bentuk yang baik dan bernilai tambah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan dikade terakhir ini supervisi menjadi tonggak untuk memperbaiki pendidikan yang efektif dan efesien seiring perkembangan zaman sekarang ini,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 48 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka beberapa kesimpulan dapat dibuat. Pertama, hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa Pemkab Sragen, dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Difusi Inovasi Sejumlah konsep dan teori mengenai difusi inovasi yang dirujuk dari Rogers dan Shoemaker (1971) dan Rogers (1995) yang dikemukakan dalam subbab ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 27 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Persoalan mengenai kesejahteraan, peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan serta kemandirian pangan masih menjadi persoalan yang penting di

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto

Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto Masyarakat memiliki struktur dan lapisan (layer) yang bermacam-macam, ragam struktur dan lapisan masyarakat tergantung pada kompleksitas masyarakat itu sendiri. Semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian akan dilakukan yaitu di Kelompok Bermain Bunga Nusantara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN MEDIA KOMUNIKASI

STRATEGI PEMBANGUNAN MEDIA KOMUNIKASI STRATEGI PEMBANGUNAN MEDIA KOMUNIKASI Modul 7 Perencanaan Pesan dan Media MENGGUNAKAN MEDIA DALAM KOMUNIKASI KELOMPOK ATAU PRESENTASI Kegiatan Belajar 1 MENGAPA MENGGUNAKAN MEDIA? Curtis, dkk: Media visual

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

pelaksanaan dalam penyaluran KKP di pedesaan. Penelitian ini melibatkan

pelaksanaan dalam penyaluran KKP di pedesaan. Penelitian ini melibatkan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini ingin mengetahui faktor yang mempengaruhi pola pelaksanaan dalam penyaluran KKP di pedesaan. Penelitian ini melibatkan karakteristik petani,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah merupakan wilayah, pengembangan kakao yang cukup potensial. Komoditi ini merupakan sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan membuat dan berbagi informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling pengertian. Tujuan komunikasi dalam konteks komunikasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang

I PENDAHULUAN. Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang dapat menghasilkan susu dan daging. Ternak tersebut dapat dijadikan salah satu alternatif untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 45 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian

Lebih terperinci

1, Latar Belakang, Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

1, Latar Belakang, Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian I, PENDAHULUAN 1, Latar Belakang, Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian Di dalam Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Kope- rasi dalam PELITA IV dinyatakan, bahwa sampai dengan akhir PELITA I11

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Petani, Kelompok Tani, dan Gabungan Kelompok Tani

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Petani, Kelompok Tani, dan Gabungan Kelompok Tani 5 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Petani, Kelompok Tani, dan Gabungan Kelompok Tani Pengertian petani menurut Peraturan Menteri Pertanian (2007) adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelusuran terhadap makna pembangunan, tidak dapat dilepaskan dari manusia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penelusuran terhadap makna pembangunan, tidak dapat dilepaskan dari manusia PENDAHULUAN Latar Belakang Penelusuran terhadap makna pembangunan, tidak dapat dilepaskan dari manusia yang sering dipandang sebagai subyek maupun obyek pembangunan. Titik tolak dari falsafah pembangunan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Responden pada penelitian ini adalah peternak yang berdiam di Desa Dompu, Moyo Mekar dan Desa Sepakat Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-Dasar Komunikasi, Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, hal:

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-Dasar Komunikasi, Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi, dewasa ini media komunikasi dan komunikasi massa menjadi bagian integral dalam kehidupan. Sebagaimana dikutip Mugniesyah

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok. Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan

PEMBAHASAN. Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok. Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan PEMBAHASAN Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan pemimpin kelompok sangat dirasakan manfaatnya terutama dalam memotivasi

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir. kualitas hidup rakyat melalui peningkatan partisipasinya secar aktif dalam

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Kerangka Berpikir. kualitas hidup rakyat melalui peningkatan partisipasinya secar aktif dalam 28 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah adanya peningkatan kualitas hidup rakyat melalui peningkatan partisipasinya secar aktif dalam pembangunan,

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI. Komunikasi Massa dan Masyarakat. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

TEORI KOMUNIKASI. Komunikasi Massa dan Masyarakat. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: TEORI KOMUNIKASI Komunikasi Massa dan Masyarakat Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses yang mana paratisipan-partisipannya saling membuat dan saling bertukar tanda informasi dari seseorang kepada yang lainnya dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI

DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI Oleh: Gres Kurnia (071015025) - B Email: grassgresy@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA Adanya komponen waktu dalam proses difusi, dapat mengukur tingkat keinovativan dan laju

Lebih terperinci

Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr Ir Martua Sihaloho, SP MSi

Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr Ir Martua Sihaloho, SP MSi Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Efektivitas Penyaluran Informasi dalam Komunikasi Dua Langkah di Masyarakat Pedesaan Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I34120145 Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DAN BERFIKIR KRITIS

KOMUNIKASI DAN BERFIKIR KRITIS KOMUNIKASI DAN BERFIKIR KRITIS Disampaikan dalam Orientasi Perguruan Tinggi dan Kehidupan Kampus Universitas Slamet Riyadi Surakarta Tahun Akademik 2016 2017 Kamis, 15 September 2016 Oleh: SUGIARYO K.UPT

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: Sosiologi Khalayak Fakultas ILMU KOMUNIKASI Yuliawati, S.Sos, M.IKom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Masyarakat MacIver dan Page:

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Paradigma Adopsi Inovasi Paradigma lama kebijakan pembangunan selama ini mengalami distorsi terhadap pluralitas bangsa dengan melakukan perencanaan program

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Penelitian ini dimulai dengan melihat karakteristik orang tua tunggal dan

KERANGKA PEMIKIRAN. Penelitian ini dimulai dengan melihat karakteristik orang tua tunggal dan KERANGKA PEMIKIRAN Kemandirian menentukan keberhasilan dalam kehidupan seseorang. Kemandirian meliputi aspek emosi, ekonomi, intelektual dan sosial. Kemandirian anak ditandai dengan kemampuan berinisiatif

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media pembelajaran merupakan komponen kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Media pembelajaran merupakan komponen kegiatan pembelajaran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media pembelajaran merupakan komponen kegiatan pembelajaran yang tidak bisa diabaikan dan sudah merupakan bagian integral dari sistem intruksional dan sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang maknanya adalah sama. Apabila dua orang sedang berkomunikasi berarti mereka

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris karena dari 186 juta hektar luas daratan Indonesia sekitar 70 persennya lahan tersebut digunakan untuk usaha pertanian. Selain daratan,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA NELAYAN DALAM MENGGUNAKAN MEDIA MASSA SEBAGAI SUMBER INFORMASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA NELAYAN DALAM MENGGUNAKAN MEDIA MASSA SEBAGAI SUMBER INFORMASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA NELAYAN DALAM MENGGUNAKAN MEDIA MASSA SEBAGAI SUMBER INFORMASI (Related Factors To Fisheries Housewife s Behavior In Using Mass Media As

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 51 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Suyanto dan Sutinah (2008) melibatkan lima komponen informasi ilmiah

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dalam penelitian ini diawali dari fenomena-fenomena yang berkembang di masyarakat yaitu (1) perubahan lingkungan strategis seperti perdagangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan suatu program yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja dan pengentasan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Sosial Masyarakat tidak dapat dibayangkan dalam suatu keadaan yang tetap dan diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat akan selalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media yang paling mudah dijangkau oleh berbagai kalangan, baik kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah. Harga televisi yang ramah di kantung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 27 Mei 2006 telah menyebabkan kerusakan infrastruktur dan psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial, dimana satu sama lain saling menumbuhkan yang didalamnya akan terbentuk dan terjalin suatu interaksi atau hubungan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) KUD dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian dengan melandaskan

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 47 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 6.1 Keterdedahan Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi, namun telah dipandang sebagai sumber daya yang penting bagi kemajuan suatu perusahaan. Manusia sebagai kunci keberhasilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Kualitatif Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif

Lebih terperinci

Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan

Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Modul ke: Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan adalah fenomena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan adanya inovasi teknologi seperti, Televisi, Radio, Laptop,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan adanya inovasi teknologi seperti, Televisi, Radio, Laptop, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi saat ini perkembangannya semakin pesat. Salah satunya ditandai dengan adanya inovasi teknologi seperti, Televisi, Radio, Laptop, Handphone, Faksimile,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN INSTRUMEN PENELITIAN Dalam penelitian kali ini kami ingin mengetahui bagaimana dinamika struktur sosial yang ada di desa Wiyurejo dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Agar kami

Lebih terperinci

TANGGAPAN ORANG TUA TENTANG INFORMASI JAJANAN SEKOLAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA. Oleh. Poppy Suryanti *), Toni Wijaya *)

TANGGAPAN ORANG TUA TENTANG INFORMASI JAJANAN SEKOLAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA. Oleh. Poppy Suryanti *), Toni Wijaya *) TANGGAPAN ORANG TUA TENTANG INFORMASI JAJANAN SEKOLAH YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA Oleh Poppy Suryanti *), Toni Wijaya *) *) Alumni program sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung

Lebih terperinci

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK PERSEPSI PETANI TENTANG DETERMINAN SELEKSI SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENERIMAAN INFORMASI USAHATANI PADI (KASUS PETANI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN) Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Desain Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Bogor, dengan sasaran adalah masyarakat Aceh yang ada di Bogor. Pengumpulan data dilakukan selama 3 bulan yakni, April - Juni

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh dan Penyuluhan Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh dan Penyuluhan Pertanian 7 TINJAUAN PUSTAKA Penyuluh dan Penyuluhan Pertanian Menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, yang dimaksud dengan penyuluhan pertanian, perikanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha membantu individu dalam mengembangkan potensinya agar mencapai perwujudan diri. Perwujudan diri akan tampak dari

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Bab ini akan menyajikan data data yang telah peneliti dapatkan dari para responden. Data tersebut kemudian diolah dengan bantuan program SPSS 15.0 for Windows. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia secara terus menerus telah dilakukan dengan baik secara konvensional maupun inovatif, seperti pelatihan dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sarana promosi yang cukup efektif untuk meningkatkan brand awareness dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sarana promosi yang cukup efektif untuk meningkatkan brand awareness dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan bentuk komunikasi yang masuk dalam setiap ruang kehidupan sehari-hari. Iklan itu sendiri sebagai media informasi yang telah berperan penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

KATALOG KASUS PENGGUNAAN. Gunakan Yammer sebagai tempat bersosialisasi dan mulai berkolaborasi, berinovasi, dan ikut terlibat.

KATALOG KASUS PENGGUNAAN. Gunakan Yammer sebagai tempat bersosialisasi dan mulai berkolaborasi, berinovasi, dan ikut terlibat. KATALOG KASUS PENGGUNAAN Gunakan Yammer sebagai tempat bersosialisasi dan mulai berkolaborasi, berinovasi, dan ikut terlibat. Katalog Kasus Penggunaan Yammer Yammer adalah tempat bersosialisasi yang memudahkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

KEGIATAN PENGEMBANGAN INOVASI PERTANIAN MELALUI INISIATIF LOKAL POOR FARMERS INCOME IMPROVEMENT THROUGH INNOVATION. Tahun Anggaran 2007

KEGIATAN PENGEMBANGAN INOVASI PERTANIAN MELALUI INISIATIF LOKAL POOR FARMERS INCOME IMPROVEMENT THROUGH INNOVATION. Tahun Anggaran 2007 KEGIATAN PENGEMBANGAN INOVASI PERTANIAN MELALUI INISIATIF LOKAL POOR FARMERS INCOME IMPROVEMENT THROUGH INNOVATION Tahun Anggaran 2007 STRATEGI PENYULUHAN DAN PERANANNYA TERHADAP KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak (individu maupun kelompok) kepada pihak (individu atau kelompok) lainnya. komunikasi merupakan penyampaian

Lebih terperinci

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK Penerapan program sistem integrasi tanaman-ternak yang dilakukan secara partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan

Lebih terperinci

HAK PUBLIK MEMPEROLEH INFORMASI DAN KEBEBASAN PERS Oleh Ashadi Siregar

HAK PUBLIK MEMPEROLEH INFORMASI DAN KEBEBASAN PERS Oleh Ashadi Siregar 1 HAK PUBLIK MEMPEROLEH INFORMASI DAN KEBEBASAN PERS Oleh Ashadi Siregar ( 1 ) Ruang hidup bagi media pers/jurnalisme secara ideal menuntut landasan nilai kebebasan pers. Secara ideal normatif, nilai ini

Lebih terperinci

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PERTEMUAN 5 UNIVERSITAS MERCU BUANA MODUL 5 (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. POKOK BAHASAN: Proses dan Interaksi Sosial DESKRIPSI: Materi berupa uraian tentang struktur

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Penelitian

1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi yang berkembang selalu dibutuhkan manusia untuk mendapatkan informasi dan juga berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan pun semakin luas, tidak

Lebih terperinci

BAB I. komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass. communication (media komunikasi massa).

BAB I. komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass. communication (media komunikasi massa). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terdapat banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh para ahli. Komunikasi massa adalah komunikasi yang terdiri dari media cetak dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, serta pembahasan dan temuan empirik, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1 Pengalaman

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Di masa Orde Baru, komunikasi pembangunan yang ditujukan untuk

BAB VI KESIMPULAN. Di masa Orde Baru, komunikasi pembangunan yang ditujukan untuk BAB VI KESIMPULAN Di masa Orde Baru, komunikasi pembangunan yang ditujukan untuk pedesaan merupakan prioritas utama pemerintah yang dijalankan melalui berbagai cara. Perekonomian Indonesia yang sangat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (1998:15) pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman

Lebih terperinci

b. Zona-2 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,315,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 927,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun 1,190,000

b. Zona-2 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,315,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 927,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun 1,190,000 A. BIAYA IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK 1. JASA PENYIARAN RADIO 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,460,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 1,030,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun

Lebih terperinci