PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Verawati Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota) bertanggungjawab dalam mengkoordinasikan berbagai pihak yang bertujuan untuk membangun masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam pelaksanaan pembangunan tersebut dunia usaha juga dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung melalui berbagai program yang dirancang secara mandiri ataupun melibatkan pihak lain (pemerintah dan masyarakat), namun semua itu tidak akan berhasilguna tanpa adanya partisipasi masyarakat sebagai obyek dan subyek pembangunan. Dunia usaha terutama perusahaan besar dan menengah yang berkembang dengan memanfaatkan sumberdaya alam maupun memanfaatkan masyarakat sebagai potensi pasar hasil produksinya, sudah sewajarnya mereka ikut berpartisipasi dalam membangun masyarakat. Paradigma pembangunan saat ini telah diwarnai konsep pemberdayaan yang melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat, sehingga ketiga pihak memiliki tanggungjawab yang seimbang dalam mencapai tujuan pembangunan di segala bidang. Mereka harus bersinergi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap hasil-hasil pembangunan yang dilaksanakan. Pemerintah dan pemerintah daerah diharapkan mampu mengkoordinasikan berbagai program atau kegiatan yang ada, sehingga memungkinkan masyarakat berpartisipasi aktif, dan swasta (terutama perusahaan atau korporasi yang mengeksploitasi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di suatu wilayah) berkontribusi secara wajar di dalam pembangunan daerah sebagai implementasi tanggung-jawab sosialnya. Pembangunan yang membutuhkan anggaran cukup besar dan cenderung selalu bertambah dari tahun ke tahun, selama ini hampir seluruhnya menjadi tanggungjawab pemerintah. Kecenderungan tersebut terjadi pada anggaran pembangunan nasional (APBN) dan anggaran pembangunan daerah (APBD). APBD Lampung tahun anggaran 2007 mencapai Rp1,6 triliun dengan total penerimaan sebesar Rp1,066 trilyun dan total PAD Rp485 juta, dari nilai tersebut
2 2 selama ini peran dan kontribusi perusahaan dan BUMN kurang optimal. Hal itu disebabkan peraturan yang mengatur keberadaan dan tanggungjawab social perusahaan dan BUMN belum dijalankan sebagaimana mestinya. Potensi perusahaan dan BUMN di Lampung cukup besar, mengingat jumlah perusahaan besar dan menengah yang beroperasi di Provinsi Lampung pada tahun 2005 mencapai 194 buah (BPS Lampung, 2005). Perusahaan-perusahaan tersebut telah lama beroperasi dan mengeksploitasi kekayaan setempat (terutama lahan pertanian) sebagai salah satu faktor produksi yang dominan, namun demikian perkembangan pembangunan wilayah belum selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang ada. Pemerintah menegaskan bahwa setiap perusahaan yang mengelola sumberdaya alam memiliki kewajiban untuk bertanggungjawab terhadap peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat di sekitarnya. Tanggungjawab yang dibebankan kepada perusahaan tersebut dituangkan dalam Keputusan Menteri BUMN Nomer: KEP-236/ MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 dan Undang-Undang Nomer: 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang ditetapkan bulan Juli Pada pasal 74 dinyatakan: (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan; (2) Tanggungjawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Hal tersebut ternyata masih memunculkan dua kelompok yang berseberangan dalam menafsirkan implikasi dari pasal tersebut. Di satu pihak mereka setuju terhadap kewajiban melaksanakan tanggungjawab sosial bagi perusahaan yang memanfaatkan sumberdaya alam, di lain pihak mereka tidak setuju terhadap formalisasi aturan tersebut seperti yang diminta kamar dagang dan industri (Kadin) untuk mencabut pengaturan tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa di lingkup manajemen perusahaan masih terdapat perbedaan cara pandang maupun pemahaman terhadap tanggungjawab sosial perusahaan, meskipun jauh sebelum disahkannya Undang-undang tersebut beberapa perusahaan nasional dan multinasional telah melaksanakan tanggungjawab sosialnya (corporate social responsibility / CSR) melalui beragam program atau kegiatan yang dilakukan secara mandiri atau melibatkan pihak ketiga.
3 3 Pelaksanaan CSR oleh perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan prinsip profit, planet, dan people (3 P). Untuk kelangsungan aktivitas sebagai badan usaha, perusahaan selalu berupaya mendapatkan keuntungan (profit) namun dalam aktivitasnya tidak boleh mengabaikan kelestarian sumberdaya alam lingkungan (planet) dan memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya (people). Manfaat tersebut akan lebih opimal apabila mereka memiliki persepsi dan pemahaman yang benar terhadap konsep tanggungjawab sosial perusahaan sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam implementasi program CSR di wilayahnya. Dari tiga prinsip tersebut diharapkan secara ekonomi perusahaan mendapatkan keuntungan dengan cara yang jujur, terjadi keseimbangan antara jumlah keuntungan yang diperoleh dengan upaya perbaikan lingkungan, serta kehidupan bersama antara masyarakat dengan lingkungan yang serasi. Dengan demikian keberadaan perusahaan di suatu wilayah dapat membantu terwujudnya cita-cita pembangunan bekelanjutan. Keberadaan perusahaan di suatu wilayah seharusnya juga mempertimbangkan manfaat yang dapat dirasakan masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan. Dalam perspektif social justice masyarakat sekitar perusahaan juga ikut diberdayakan, sehingga terjadi proses empowerment, melalui kegiatankegiatan pelatihan (capacity building) yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, masyarakat juga dibantu fasilitas (dana, sarana, dan prasarana) agar mereka dapat bekerja dan menciptakan peluang usaha (creating opportunities) untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Dari segi perspektif ecological masyarakat diharapkan ikut menjaga keberlanjutan (sustainability) perusahaan tersebut. Provinsi Lampung merupakan provinsi termiskin kedua di Pulau Sumatra dengan jumlah penduduk miskin mencapai jiwa (BPS, 2007), namun di provinsi tersebut beroperasi sejumlah 194 perusahaan besar dan menengah, khususnya perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dan industri berbasis pertanian (agroindustri). Data tersebut menggambarkan dua kondisi yang bertolak belakang, semestinya kehadiran perusahaan-perusahaan di suatu wilayah dapat mempercepat pembangunan daerah termasuk dalam mengurangi jumlah penduduk miskin. Perusahaan-perusahaan tersebut berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau government corporate seperti PTPN VII (dahulu PTP X dan PT Bunga Mayang Divisi Pabrik Gula PTP XXV), maupun perusahaan swasta atau private corporate seperti CV Bumi Waras Group, PT
4 4 Gunung Madu Plantation, PT GGP, dan sebagainya. Perusahaan-perusahaan tersebut beroperasi dengan mengeksploitasi kekayaan setempat (terutama lahan pertanian) sebagai salah satu faktor produksi yang dominan. Perusahaanperusahaan tersebut memproduksi bahan mentah, setengah jadi, atau bahan jadi yang berorientasi ekspor. Perusahaan-perusahaan agroindustri tersebut sudah beroperasi cukup lama, bahkan ada yang beroperasi sejak zaman penjajahan Belanda, seperti PTPN VII sebelum dinasionalisasi merupakan perkebunan ( onderneming ) milik penjajah Belanda. Keberadaan perusahaan tersebut di lingkungan masyarakat membawa dampak fisik dan sosial ekonomi yang beragam baik yang bersifat positif maupun negatif. Dampak sosial ekonomi yang positif dirasakan seperti penyerapan tenaga kerja, peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat sekitar, dan sebagainya. Namun demikian, dampak negatif yang bersifat fisik terutama dirasakan adanya dampak lingkungan seperti pencemaran lingkungan, serta dampak sosial seperti munculnya konflik antara masyarakat sekitar dengan manajemen perusahaan. Munculnya dampak sosial dari keberadaan perusahaan di suatu wilayah salah satunya disebabkan perusahaan tersebut tidak, belum, atau kurang peduli terhadap masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang dapat mendukung keberlanjutan keberadaan perusahaan tersebut. Bila perusahaan kurang peka terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar dapat memicu terjadinya konflik antara masyarakat sekitar dengan perusahaan. Kondisi sosial ekonomi yang kurang berpihak pada masyarakat tersebut mestinya dapat dijadikan media atau wahana bagi perusahaan untuk mempererat hubungan sosial dengan anggota masyarakat sekitar. Hubungan yang ada saat ini cenderung menjadikan masyarakat tidak atau kurang mandiri karena perusahaan melaksanakan program CSR dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat karitatif. Oleh karena itu, perusahaan dalam merancang program pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitarnya semestinya mempertimbangkan kebutuhan masyarakat tersebut. Dengan kata lain implementasi CSR oleh perusahaan semestinya memperhatikan sasaran sebagai individu dan atau kelompok masyarakat yang memiliki latar latar belakang dan karakter yang cukup kompleks. Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia dan beberapa perusahaan agroindustri di Provinsi Lampung telah melaksanakan sebagian tanggungjawab sosialnya melalui upaya pembangunan wilayah maupun upaya pemberdayaan
5 5 ekonomi masyarakat, baik di sekitar perusahaan maupun di beberapa wilayah di Provinsi Lampung. Kegiatan tersebut berupa pemberian bantuan dana bagi pembangunan wilayah sekitar dalam bentuk sarana-prasarana umum, saranaprasarana pendidikan, sarana-prasarana ibadah, maupun dalam bentuk pelatihan, pendampingan, dan atau penyuluhan di bidang ekonomi produktif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, dan sebagainya. Berbagai kegiatan tersebut oleh perusahaan dianggap sebagai bentuk tanggungjawab sosialnya dalam pembangunan masyarakat di sekitarnya. Beberapa kegiatan tersebut dimaksudkan agar masyarakat memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui usaha yang bersifat produktif. Proses pelaksanaan program CSR oleh perusahaan tersebut sampai saat ini belum melibatkan masyarakat sekitar sebagai sasaran program dalam perencanaan kegiatannya, sehingga keberhasilan program tersebut kurang optimal. Identifikasi kebutuhan masyarakat sekitar perusahaan belum dilakukan oleh perusahaan dalam memulai implementasi CSR tersebut. Keberhasilan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai peubah, baik peubah internal individu masyarakat maupun peubah eksternal seperti dinamika kelompok masyarakat, kualitas program, maupun kualitas pendukung lainnya. Masyarakat sekitar perusahaan sebagai sasaran program CSR juga merupakan bagian dari masyarakat suatu wilayah yang menjadi sasaran program pembangunan (pemberdayaan) dari pemerintah (pusat atau daerah), dengan demikian masyarakat sekitar perusahaan dimungkinkan terkena program yang bisa jadi saling tumpang tindih (overlapping). Kondisi tersebut dapat dihindari bila semua pihak dapat berkoordinasi, sehingga dapat dihindari adanya tumpang tindih kegiatan dan merancang program yang saling melengkapi (komplementer). Sampai saat ini masih jarang dilakukan penelitian akademis yang mengkaji pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut, serta seberapa besar kontribusinya dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Masalah Penelitian (1) Bagaimana pemahaman masyarakat sekitar dan jajaran manajemen perusahan terhadap konsep tanggungjawab sosial perusahaan?
6 6 (2) Apakah implementasi CSR mampu mengubah pengetahuan, keterampilan, dan sikap masyarakat dalam berusaha? (3) Apakah implementasi CSR dapat mempengaruhi tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga masyarakat sekitar perusahaan? (4) Apa yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan keberhasilan implementasi program CSR? Tujuan Penelitian (1) Mengkaji pemahaman konsep tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) oleh masyarakat sekitar perusahaan agroindustri dan manajemen perusahaan agroindustri. (2) Mengkaji pengaruh pelaksanaan program CSR terhadap peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap masyarakat sasaran dalam berusaha ekonomi produktif. (3) Mengkaji pengaruh kegiatan CSR terhadap tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga masyarakat sekitar perusahaan. (4) Merumuskan model pemberdayaan ekonomi masyarakat berdasarkan peubah-peubah yang diteliti yang sesuai bagi pelaksanaan CSR oleh perusahaan di Provinsi Lampung. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dirinci sesuai dengan pemanfaatannya bagi pengembangan ilmu pengetahuan (akademik) dan pengembangan praktis, antara lain sebagai berikut. Manfaat akademik (1) Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu penyuluhan pembangunan dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat. (2) Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan metode penelitian ilmu penyuluhan pembangunan melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Manfaat praktis (1) Bagi perusahaan, sebagai masukan dan perbaikan dalam implementasi tanggungjawab sosial perusahaan dalam mengembangkan ekonomi masyarakat sekitarnya.
7 7 (2) Bagi pemerintah/pemerintah daerah, sebagai sumbangan pemikiran dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan pembangunan, pelayanan, dan pemberdayaan masyarakat di wilayah sekitar perusahaan. Definisi Istilah (1) Tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) adalah komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kontribusi dan program yang ditentukan dan atau dijalankan oleh perusahaan. (2) Pemberdayaan masyarakat adalah upaya kapasitasi atau peningkatan kemampuan seseorang sehingga mampu (berdaya), tahu (mengerti), termotivasi, dapat memanfaatkan peluang, bersinergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani mengambil risiko, mamapu mencari dan menangkap informasi, serta mampu bertindak sesuai situasi. (3) Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah upaya peningkatan kemampuan seseorang sehingga mampu (berdaya), tahu (mengerti), termotivasi, mampu bekerjasama, dapat memanfaatkan peluang, mampu mengambil keputusan, dan berani mengambil risiko dalam berusaha ekonomi produktif yang dapat dilakukan melalui penguatan pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji atau upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan keterampilan. (4) Masyarakat sekitar perusahaan adalah sekelompok warga negara yang secara formal bertempat tinggal di suatu wilayah administrasi tertentu (kampung/desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi) yang lokasinya berbatasan langsung atau tidak langsung dengan areal operasional (lahan, perkebunan, pabrik) suatu perusahaan. (5) Persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh seseorang sehingga merupakan sesuatu yang berarti. Persepsi tentang CSR adalah penginterpretasian seseorang individu tentang apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana dan mengapa suatu perusahaan melaksanakan program CSR bagi masyarakat di sekitarnya. (6) Perusahaan agroindustri adalah badan usaha milik swasta atau pemerintah yang bergerak di bidang penanaman dan atau pengolahan hasil-hasil
8 8 pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan). (7) Pola kemitraan adalah pola kerjasama antara kelompok masyarakat sekitar perusahaan dengan perusahaan agroindustri, koperasi, atau pelaku usaha lain dalam rentang waktu tertentu. (8) Stakeholders (pemangku kepentingan) adalah pihak-pihak terkait dalam suatu kerjasama antar berbagai pihak yang dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembagalembaga swadaya masyarakat, media massa, dan pemerintah selaku regulator. (9) Fasilitator adalah seseorang yang bertindak atas nama individu dan atau lembaga dalam membantu pihak lain yang dapat berperan sebagai penyuluh, komunikator, pengajar, analisator, penasehat dan motivator serta memberikan bimbingan, arahan dan alternatif pemecahan masalah serta menjembatani kepentingan antar berbagai pihak melalui proses transfer pengetahuan, keterampilan dan sikap yang tertentu. (10) Tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga adalah suatu ukuran untuk menggambarkan kemampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi usaha ekonomi produktifnya yang dilihat dari pendapatan usaha ekonomi produktif, kemandirian dalam mengambil keputusan, dan kemapanan usahanya. (11) Tingkat kesejahteraan masyarakat merupakan suatu kondisi seseorang anggota masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan minimal atau kebutuhan pokok yang meliputi pangan, pakaian, dan tinggal yang layak serta mendapatkan cukup asupan makanan yang bergizi sehingga mereka dapat hidup sehat dan melakukan aktivitas rutin dan atau bekerja. (12) Model adalah abstraksi realitas yang menggambarkan suatu hubungan keterkaitan antar peubah yang disederhanakan dan merupakan penggambaran atau penghampiran dari realita empirik untuk mempermudah analisis. Model diperoleh melalui perpaduan antara teori dan kondisi empiris yang didasarkan pada asumsi tertentu serta dapat diuraikan dengan jelas komponen-komponennya sehingga pengguna model dapat dengan mudah menerapkannya.
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
55 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Sebagai badan, suatu peran tidak dapat tumbuh dan berkembang sendiri tanpa adanya partisipasi masyarakat. Selain sebagai institusi ekonomi, peran juga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau konsep
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai dengan kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam pembangunan nasional. Pembangunan merupakan suatu usaha yang terencana untuk menciptakan kondisi
Lebih terperincikepentingan pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari pemangku kepentingan pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan
Lebih terperinciBUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciLAMPIRAN. 1. Surat Tugas 2. Daftar hadir peserta pengabdian masyarakat 3. Materi pengabdian masyarakat 4. Foto kegiatan
LAMPIRAN 1. Surat Tugas 2. Daftar hadir peserta pengabdian masyarakat 3. Materi pengabdian masyarakat 4. Foto kegiatan 25 26 27 28 PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Peningkatan Kesadaran Hukum Pelaku Usaha Kecil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis adalah meningkatkan keuntungan. Logika ekonomi neoklasik adalah bahwa dengan meningkatnya keuntungan dan kemakmuran
Lebih terperinciBAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32
BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa misi terpenting dalam pembangunan adalah untuk
Lebih terperinci2014, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
No. 364, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Pemberdayaan Masyarakat. Pengelolaan. DAS. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan H. R. Bowen (1953), muncul sebagai akibat karakter perusahaan yang
Lebih terperinciIMPLEMENTASI BOGOR BOGOR S U M A R Y O
IMPLEMENTASI TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) DALAM PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: KASUS DI PROVINSI LAMPUNG S U M A R Y O SEKOLAH PASCASARJANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan sebagai modal dasar pembangunan perlu dipertahankan keberadaannya dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Luas kawasan hutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa
Lebih terperinciWALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN SEBAGAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Arutmin adalah salah satu perusahaan penghasil dan pengekspor batubara terbesar di Indonesia. PT. Arutmin pertama kali menandatangani kontrak penambangan batubara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin ketatnya persaingan dalam bisnis usaha di Indonesia mendorong banyak perusahaan untuk lebih berpikir ke depan guna menjalankan strategi yang terbaik
Lebih terperinci-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG
-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. KONTEKS MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONTEKS MASALAH Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan yang lain. Kehidupan manusia di bumi ini adalah suatu sistem, yang saling berkaitan satu sama lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan arti keseimbangan antar aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak perusahaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan yang dihadapi dunia begitu cepat dan dinamis. Perkembangan ekonomi tentunya memberikan perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan perekonomian dan masyarkat luas, sehingga suatu perusahaan tidak
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,
Lebih terperinciDUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT
DUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT Dayat Program Studi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Bogor E-mail: sttp.bogor@deptan.go.id RINGKASAN Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan suatu wacana yang sedang mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Wacana CSR tersebut digunakan oleh perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh sektor pertanian. Sehingga pembangunan yang menonjol juga berada pada sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Mayoritas masyarakat Indonesia bekerja di bidang pertanian, sehingga Indonesia merupakan masuk pada kategori negara yang sedang berkembang hingga saat ini. Di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi yang strategis serta tanggung jawab terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional yang dinilai berhasil pada hakikatnya adalah yang dilakukan oleh dan untuk seluruh rakyat. Dengan demikian, dalam upaya mencapai sasaran-sasaran
Lebih terperincidiubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang: Mengingat:
Lebih terperinciPengantar. responsibility (CSR).
Pengantar Perusahaan mengejar laba memang sudah menjadi wataknya. Tetapi jika kemudian sebuah perusahaan juga ikut repot-repot melibatkan diri dalam suatu gerakan mencerdaskan bangsa melalui pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (shareholders) namun juga bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan suatu perusahaan secara langsung maupun tidak langsung memiliki dampak yang dirasakan tidak hanya bagi para pemegang saham (shareholders) namun juga bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang tentunya mempunyai peranan sangat penting terhadap kelangsungan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KATINGAN, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.
BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan
Lebih terperinciA. PENGERTIAN STAKEHOLDERS
A. PENGERTIAN STAKEHOLDERS Stakeholder dapat diartikan sebagai segenap pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang sedang diangkat. Misalnya bilamana isu perikanan, maka stakeholder dalam hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan dan tantangan yang semakin ketat. Untuk menghadapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek Lapangan Seiring perkembangan zaman yang sangat pesat pada saat ini, menimbulkan persaingan dan tantangan yang semakin ketat. Untuk menghadapi hal tersebut
Lebih terperinciPROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY STRATEGI DAN KEBIJAKAN
PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY STRATEGI DAN KEBIJAKAN Tanggung jawab perusahaan tersebut dituangkan dalam bentuk kepedulian Bank Riau Kepri dengan menyediakan dana bagi kepentingan pembangunan
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciCONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN
CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN PENDAHULUAN Sektor pertanian (dalam arti luas termasuk peternakan, perikanan dan kehutanan) merupakan sektor yang paling besar menyerap
Lebih terperinciNOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT
NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN
Lebih terperinciBUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 15 TAHUN 2011
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 15 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciKEBIJAKAN KEMENTERIAN BUMN TENTANG PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
KEBIJAKAN KEMENTERIAN BUMN TENTANG PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISAMPAIKAN OLEH : ASDEP PEMBINAAN KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PADA ACARA RAKOR PENGUATAN KERJASAMA PENGELOLAAN PELUANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan dikembangkan. Citra pada dasarnya merupakan salah satu harapan yang ingin dicapai perusahaan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini terjadi sungguh ironis, pasalnya kekayaan alam yang melimpah namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas. Sebagai negara kepulauan dengan 17.508 pulau dan daratan 1,9 juta km² serta perairan 5,4 juta km² didalamnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari stakeholder pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana
Lebih terperinciDRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2016 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul. Penyelenggaraan,tanggungjawab,sosial.
1 2015 No.04,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul. Penyelenggaraan,tanggungjawab,sosial. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin
Lebih terperinciLD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingkat kehidupan ekonomi masyarakat yang terus berkembang berpengaruh kepada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kehidupan ekonomi masyarakat yang terus berkembang berpengaruh kepada perkembangan dunia usaha, hal ini ditandai dengan munculnya berbagai perusahaan yang berskala
Lebih terperinciBUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA
BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat ketat, hal itu juga berdampak pada perubahan tingkat kesadaran masyarakat mengenai perkembangan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang: a. bahwa setiap perusahaan harus dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia.
Lebih terperinciWALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR,
Lebih terperinciPUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)
ABSTRAK KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA Pelaksanaan otonomi daerah telah membawa perubahan yang mendasar di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan tersebut tentunya tidak hanya berdampak pada sistem
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan dikendalikan oleh sistem yang dinamis dalam melakukan kegiatan operasionalnya untuk mempertahankan keberadaan dan menjalankan fungsinya. Selain mempertahankan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Berdasarkan UNFPA (2003) dalam Population and Development Strategies Series
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa waktu dalam dasawarsa terakhir ini, konsep mengenai programprogram Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sering dipandang sebagai pedang bermata dua, perusahaan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar, namun di sisi lain perusahaan
Lebih terperinciBUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN. HIDUP. Sumber Daya Alam. Perkebunan. Pengembangan. Pengolahan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308) PENJELASAN ATAS
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini wacana tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini wacana tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Corporate Social Responsibity (CSR) menjadi perhatian serius dari berbagai kalangan masyarakat luas,
Lebih terperinciBUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan ekonomi dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi, baik perorangan yang menjalankan perusahaan maupun badan-badan usaha, baik yang mempunyai kedudukan sebagai badan
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan bisnis saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk mampu memiliki langkahlangkah inovatif yang mampu memberi daya saing dengan kompetitor. Selain
Lebih terperinciBUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR...
BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG FASILITASI PENYELENGGARAAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a.
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa privatisasi Badan Usaha Milik Negara
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1992 Nomor
No.1832, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Kawasan Pertanian. Pengembangan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/Permentan/RC.040/11/2016 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki arti yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 dan
Lebih terperinciBUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING)
Modul ke: BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Corporate Social Responsbility (E-LEARNING) Fakultas Pascasarjana Dr. Anik Tri Suwarni, MM. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id KASUS PEMBUKA Pandangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang timbul dari perkembangan dan peradaban masyarakat. Semakin tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanggung jawab sosial muncul dan berkembang sejalan dengan adanya hubungan antara perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan oleh dampak yang timbul dari perkembangan
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PERAN KEPALA DAERAH DALAM MENGURANGI TINGKAT KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN
EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PERAN KEPALA DAERAH DALAM MENGURANGI TINGKAT KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN Oleh: Rasbin, S.TP., M.SE. Peneliti Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik PUSAT PENELITIAN BADAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan
BAB I PENDAHULUAN 14. Latar Belakang Masalah Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BUMN untuk melaksanakan Program
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. satu sumber daya utama. Tiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modernisasi dan globalisasi saat ini, kebutuhan informasi dan teknologi semakin meningkat sejalan dengan persaingan semakin ketat pada setiap sektor
Lebih terperinciBUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
1 BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini, banyak perusahaan menghadapi tugas tambahan yang berkaitan dengan kebijakan sosial pada praktik bisnis yang bertanggung jawab. Perusahaan berusaha meningkatkan
Lebih terperinciModel Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN
BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LOMBOK TENGAH, Menimbang : a. bahwa kekayaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan
18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan perusahaan yang pesat. Perusahaan
Lebih terperinciBAB 10 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 10 KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang pertama adalah ditemukan bahwa kebijakan pemerintah tidak memberikan
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa setiap perusahaan harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Isu mengenai lingkungan bukan lagi merupakan suatu isu yang baru. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya perkembangan teknologi
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : IRMA NURYANI L2D 001 436 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 3 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 3 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA CILEGON CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CCSR) DI KOTA CILEGON
Lebih terperinciBAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari kegiatan atau tindakan ekonomi perusahaan. Kegiatan produksi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan bisnis tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan keuntungan secara maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan seringkali
Lebih terperinci