HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Responden pada penelitian ini adalah peternak yang berdiam di Desa Dompu, Moyo Mekar dan Desa Sepakat Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat dengan karakteristik peternak yang tersaji pada Tabel 3 yang meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, rata-rata penghasilan/bulan, luas lahan, jumlah ternak sapi potong dan jumlah ternak lain yang dimiliki. Umur Sebanyak 75,86% peternak berada di usia antara tahun dan peternak dengan usia di antara tahun memiliki persentase 24,14% dari seluruh responden yang diambil. Hal ini memperlihatkan bahwa pekerjaan beternak banyak dilakukan oleh peternak peternak yang berusia muda, kondisi tubuh yang masih kuat memudahkan responden untuk melakukan aktivitas-aktivitas beternak sapi potong seperti mengambil pakan rumput, merawat dan menjaga kebutuhan harian ternak. Berdasarkan Data Statistik Indonesia yang mengkategorikan bahwa usia kerja atau produktif adalah usia tahun, maka dapat dilihat bahwa usaha beternak di wilayah Kabupaten Sumbawa menyerap sebagian besar tenaga kerja di usia produktif yaitu pekerja dengan usia antara tahun. Pendidikan Pendidikan merupakan usaha untuk merubah kelakuan manusia. Atau sebagai keseluruhan pengalaman seseorang. Proses pendidikan seseorang harus belajar dan berusaha mencari pengalaman sendiri maupun dari pengalaman orang lain, merupakan proses belajar (Samsudin 1977). Pendidikan peternak pada penelitian ini dibagi kedalam empat kategori jenjang pendidikan formal yaitu SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi, peternak yang menempuh pendidikan SD sebanyak 10 orang (34,48%), SLTP sebanyak 11 orang atau sekitar 37,93% dan 2 orang dari keseluruhan peternak menempuh pendidikan hingga Perguruan Tinggi. Rata-rata peternak memiliki tingkat pendidikan yang rendah. 26

2 Tabel 3. Karakteristik Internal Peternak Jumlah Persentase Karakteristik Peternak (orang) (%) Umur Muda (25-45 tahun) 22 75,86 Tua (46-65 tahun) 7 24,14 Pendidikan SD/Sederajat 10 34,48 SLTP/Sederajat 11 37,93 SLTA/Sederajat 6 20,69 Perguruan Tinggi 2 6,90 Jumlah Tanggungan Keluarga Kecil (1-4 jiwa) 19 65,51 Besar (5-8 jiwa) 10 34,49 Rata-rata Penghasilan/bulan Kecil (Rp Rp ) 18 62,07 Sedang (Rp Rp ) 8 27,59 Besar (Rp ) 3 10,34 Luas Lahan (Ha) Sempit (1-10 Ha) 27 93,10 Luas (11-20 Ha) 2 6,90 Jumlah Ternak Sapi Potong (ST) Sedikit (1-13,75 ST) 27 93,10 Banyak (14-27,5 ST) 2 6,90 Jumlah Ternak Lain (ekor) Ayam Sedikit (1-6 ekor) 23 79,31 Banyak (7-12 ekor) 6 20,69 Kerbau Sedikit (1-138 ekor) 28 96,55 Banyak ( ekor) 1 3,45 Bebek Sedikit (1-5 ekor) 28 96,55 Banyak (6-10 ekor) 1 3,45 Kuda Sedikit (1-8 ekor) 27 93,10 Banyak (9-16 ekor) 2 6,90 Kambing Sedikit (1-5 ekor) 28 96,55 Banyak (6-10 ekor) 1 34,55 27

3 Rendahnya tingkat pendidikan peternak merupakan permasalahan besar bagi para penyuluh dalam menanamkan suatu inovasi baru, karena dengan pendidikan yang rendah akan mempengaruhi kecepatan dalam menerima materi yang disuluhkan (Mosher, 1977 dalam Winaryanto, 1990). Keadaan tersebut juga erat kaitannya dengan keberhasilan penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong. Walaupun keadaan pendidikan peternak masih rendah, tetapi bagi usaha pengembangan ternak sapi potong sudah merupakan syarat yang dapat dipenuhi, karena orang yang berpendidikan rendah pada umumnya tidak terlalu memilih-milih suatu pekerjaan dan mau melakukan pekerjaan kasar. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga peternak termasuk di dalamnya istri, anak kandung atau saudara lainnya yang yang biaya hidupnya masih menjadi tanggungjawab peternak. Sebanyak 65,52% peternak memiliki jumlah tanggungan keluarga yang relatif sedikit yaitu berkisar antara 0-4 jiwa dan 34,48% responden peternak mempunyai jumlah tanggungan keluarga antara antara 5-8 jiwa. Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata peternak mempunyai jumlah tanggungan keluarga yang sedikit. Jumlah anggota keluarga yang sedikit berpengaruh terhadap pengeluaran keluarga peternak, karena dengan jumlah tanggungan keluarga yang sedikit maka pengeluaran peternak juga sedikit sehingga peternak dapat mengalokasikan pendapatan yang diterima tiap bulannya untuk keperluan usahaternak sapi potong. Anggota keluarga yang sedikit juga juga menyebabkan peternak mempunyai waktu luang yang lebih sedikit untuk mengerjakan usaha sampingan selain usahaternak sapi potong sebagai usaha pokoknya. Rata-rata Penghasilan per Bulan Rata-rata penghasilan yang dihitung adalah rata-rata penghasilan peternak setiap bulannya yang tidak hanya dari usaha pokok yaitu usahaternak sapi potong. Penghasilan ini juga dihitung dari pendapatan dari sektor pertanian seperti padi, sayuran dan tanaman tahunan dan juga pendapatan dari sektor non pertanian seperti kerajinan dan industri rumah tangga. Tingkat pendapatan peternak dari hasil penjualan ternak, sektor pertanian maupun sektor non pertanian bervariasi pada masing-masing peternak. Sebagian besar peternak mempunyai penghasilan antara 28

4 Rp Rp /bulan yaitu sebanyak 18 orang (62,07%) dan 3 orang (10,34) dari total peternak memiliki rata-rata penghasilan per bulan antara Rp /bulan. Luas Lahan Luas lahan yang dimiliki peternak sangat berpengaruh terhadap pengembangan usahaternak sapi potong yang mereka lakukan. Dengan pengelolaan yang optimal mereka dapat meningkatkan pengembangan peternakanya. Sebanyak 27 orang peternak mempunyai luas lahan yang relatif sempit yaitu antara 0-10 Ha (93,10%) dan sebanyak 6,90% memiliki luas lahan antara Ha. Rata-rata peternak memiliki luas lahan yang relatif sempit karena sebagian besar peternak kecil di Sumbawa biasanya menggembalakan ternaknya di LAR (Padang Pengembalaan Umum). LAR merupakan padang penggembalaan umum yang dimanfaatkan secara bersama-sama dan merupakan wahana milik bersama masyarakat sekitar. Selain efisien penggembalaan sistem LAR ini juga akan memberikan ruang gerak kepada peternak untuk mengerjakan usahatani yang lain. Jumlah Ternak Sapi Potong Jumlah ternak sapi potong yang dimiliki peternak dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan Satuan ternak (ST). Ternak sapi jantan dewasa dihitung dengan jumlah 1 ST, induk bunting 1 ST, sapi dara 0,5 ST dan pedet 0,25 ST. Berdasarkan hasil pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar peternak memiliki jumlah ternak sapi dengan kategori sedikit. Sebanyak 27 orang atau 93,10% dari keseluruhan peternak (29) orang peternak memiliki ternak sebanyak 0-13,75 ST dan sebanyak 6,90% peternak memiliki ternak sebanyak 14,5-27,5 ST. Jumlah Ternak Lain Ternak lain selain sapi potong yang dimiliki peternak di Kabupaten Sumbawa diantaranya adalah ayam, kerbau, bebek, kuda dan kambing. Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa masing-masing sebanyak 23 orang peternak memiliki ternak ayam antara 0-6 ekor, 28 orang peternak memiliki ternak kerbau antara ekor, 28 orang peternak memilki ternak bebek antara 0-5 ekor, 27 orang peternak memiliki ternak kuda antara 0-8 ekor dan 28 orang peternak memiliki ternak kambing antara 0-5 ekor. Dari data juga terlihat bahwa rata-rata dari keseluruhan peternak (29 orang) memiliki ternak dengan kategori sedikit. Berdasarkan penelitian Kasup (1998) 29

5 bahwa jumlah kepemilikan ternak yang semakin banyak akan menyebabkan seorang peternak menyediakan waktunya lebih banyak untuk mengelola usahanya, sehingga lebih banyak pula kesempatan baginya untuk memperhatikan perkembangan ataupun kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam usaha peternakannya. Efektivitas Penyuluhan Efektivitas penyuluhan berkaitan dengan penerapan materi penyuluhan yang diberikan oleh penyuluh dan partisipasi peternak dalam kegiatan penyuluhan, karena efektivitas penyuluhan akan menunjukkan tingkat pencapaian dari program penyuluhan yang dilaksanakan. Masalah tingkat pendidikan yang relatif rendah dan tingkatan sosial ekonomi masyarakat desa yang masih belum memadai diduga merupakan permasalahan pokok yang menyebabkabkan sulitnya menentukan suatu media komunikasi yang akan mampu menjawab felt need dan interest para petani akan tetapi dengan hadirnya berbagai macam komunikasi massa ke pedesaan seperti radio, TV dan surat kabar maka masalah komunikasi ke desa khususnya dalam rangka menaburkan inovasi dan meningkatkan intensitas informasi ke desa-desa dapat teratasi (Sasraatmadja, 1993). Tingkat pencapaian tujuan penyuluhan pada penelitian ini diukur melalui 5 aspek yang tersaji pada tabel 4 di bawah meliputi frekuensi bertemu dengan penyuluh, frekuensi mendengarkan radio, frekuensi menonton TV, frekuensi mendapat brosur/tulisan tentang peternakan dan frekuensi mengikuti pelatihan. Tabel 4. Rataan Skor Efektivitas Penyuluhan Terhadap Pengembangan Peternakan Sapi Potong Efektivitas Penyuluhan Rataan Skor* Frekuensi Bertemu dengan Penyuluh 2,03 Frekuensi Mendengarkan Radio 1,21 Frekuensi Menonton TV 1,10 Ferkuensi Mendapat Brosur/Tulisan Tentang Peternakan 1,41 Frekuensi Mengikuti Pelatihan 1,72 Total Rataan Skor 1,49 Keterangan: *1,00-1,67 = sangat jarang, 1,68-2,35 = jarang, 2,36-3,00 = sering Frekuensi Bertemu dengan Penyuluh Frekuensi bertemu dengan penyuluhan dalam penelitian ini adalah intensitas waktu yang digunakan peternak untuk bertemu atau bertatap muka secara langsung 30

6 dengan penyuluh untuk membicarakan masalah peternakan sapi potong mereka, rataan skor yang didapat adalah 2,03 yang termasuk dalam kategori jarang. Menurut Kartasapoetra (1991), sehubungan dengan perananya, maka seorang penyuluh harus berjiwa sebagai pendidik yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap dan keterampilan pada petani yang disuluhnya. Banyaknya intensitas waktu yang digunakan peternak untuk bertemu dengan penyuluh diharapkan dapat memberikan perubahan perilaku dan menambah pengetahuan peternak dalam mengembangkan usaha peternakannya. Banyaknya intensitas waktu yang digunakan peternak untuk bertemu dengan penyuluh peternak dapat mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan peternakan sapi potongnya sehingga peternak mampu mengatasi masalah yang dihadapi dan bisa mengembangkan usaha peternakannya dengan lebih baik. Frekuensi Menonton Tv Televisi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mempermudah penyuluh dalam penyampaian meteri penyuluhan. Berbeda dengan radio yang hanya dapat ditangkap melalui indera pendengaran saja. Televisi (TV) selain bisa ditangkap oleh indera pendengaran televisi juga melibatkan indera penglihatan. Kelebihan televisi adalah pesan atau objek yang disampaikan dapat ditampilkan dalam bentuk audio dan visual. Proses komunikasi yang melibatkan indera penglihatan dan pendengaran lebih memudahkan peternak dalam mencerna informasi atau yang disampaikan oleh penyuluh. Frekuensi menonton TV dalam penelitian ini adalah intensitas waktu (jam) yang digunakan oleh peternak untuk menyaksikan siaran-siaran tentang peternakan melalui televisi. Faktor frekuensi menonoton TV dalam penelitian ini mendapat skor 1,10 dengan kategori sangat jarang. Sama halnya dengan frekuensi mendengarkan radio, jarangnya intensitas waktu yang digunakan peternak untuk menonton TV di Kabupaten Sumbawa ini juga dikarenakan oleh tidak semua peternak memiliki TV. Frekuensi Mendengarkan Radio Untuk mempermudah pencapaian tujuan program penyuluhan diperlukan radio sebagai media komunikasi dalam kegiatan penyuluhan di lingkungan peternak. Penggunaan radio sebagai media penyuluhan diharapkan juga dapat mempermudah peternak dalam menerima materi-materi penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh. Komunikasi melalui radio dapat membantu peternak yang kurang dalam 31

7 baca tulis karena radio lebih mengandalkan indera pendengaran saja. Frekuensi mendengarkan radio dalam penelitian ini adalah intensitas waktu (jam) yang digunakan peternak untuk mendengarkan siaran-siaran tentang peternakan melalui radio, faktor ini mendapat skor 1,21 dengan kategori sangat jarang. Jarangnya frekuensi peternak mendengarkan radio di Kabupaten Sumbawa disebabkan karena tidak semua peternak mempunyai radio. Frekuensi Mendapat Brosur/tulisan Tentang Peternakan Selain dari aspek frekuensi bertemu dengan penyuluh, frekuensi mendengarkan radio dan frekuensi menonton TV, efektivitas penyuluhan dalm penelitian ini juga dilihat dari aspek frekuensi peternak mendapatkan atau menerima brosur/tulisan tentang peternakan setiap bulannya. Brosur/tulisan yang berisikan informasi-informasi peternakan juga merupakan media komunikasi yang dapat mempermudah penyuluh dalam penyampaian informasi kepada peternak. Frekuensi mendapat brosur/tulisan tentang peternakan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah intensitas waktu peternak (bulan) untuk menerima tulisan-tulisan yang berisikan informasi-informasi tentang peternakan. Melalui brosur yang didapat peternak tiap bulan ini, peternak dapat mengetahui berita-berita yang sedang berkembang mengenai peternakan khususnya peternakan sapi potong. Faktor mendapat brosur/tulisan tentang peternakan di Kabupaten Sumbawa ini mendapat skor sebesar 1,41 dengan kategori sangat jarang. Frekuensi Mengikuti Pelatihan Intensitas peternak di Kabupaten Sumbawa mengikuti pelatihan peternakan masih kuarang karena frekuensi peternak mengikuti pelatihan dalam penelitian ini mendapat skor sebesar 1,72 yang terkategorikan jarang. Hal ini juga menjadi permasalahan yang harus diatasi oleh penyuluh. Tujuan dari pelatihan adalah meningkatkan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan baik itu teori maupun praktek dan selain itu agar dapat memecahkan segala masalah yang ada atau yang timbul di lapangan (Kartasapoetra, 1991). Melalui pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh peternak, peternak mampu menambah keterampilan dan pengetahuan dalam mengembangkan usahaternak sapi potong. Pelaksanaan pelatihan penyuluh dapat menyampaikan informasi melalui demonstrasi cara sehingga peternak akan lebih paham dengan materi yang disampaikan. Menurut Kartasapoetra (1991) teori atu 32

8 materi yang diberikan dalam pelatihan disamakan dengan keadaan yang terjadi di lapangan dan masalah-masalah utama di daerah. Hubungan Karakteristik Peternak dengan Efektivitas Penyuluhan Terhadap Pengembangan Peternakan Sapi Potong Tujuan peneltian adalah menganalisis hubungan antara karakteristik peternak dengan tingkat efektivitas penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong di Kabupaten Sumbawa. Karakteristik yang diamati adalah karakteristik individual yang meliputi usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, rata-rata penghasilan per bulan, jumlah ternak sapi dan jumlah ternak lain. Hubungan antara karakteristik peternak dengan efektivitas penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong diukur dengan uji korelasi rank spearman (r s ) dan tingkat keeratan hubungan (KK) dari uji chi square (X 2 ). Hasil dari pengujian tersaji pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisis Hubungan Antara Karakteristik Peternak dan Efektivitas Penyuluhan Karakteristik Uji Korelasi Frekuensi Bertemu dengan Penyuluh Efektivitas Penyuluhan Frekuensi Mendegarkan Radio Frekuensi Menonton TV Frekuensi Mendapat Brosur/Tulisan Tentang Peternakan Frekuensi Mengikuti Pelatihan Umur r s -0,078-0,067 0,167-0,120-0,329* Pendidikan KK 0,336 0,295 0,251 0,241 0,484 Jumlah Tanggungan KK Keluarga 0,210 0,129 0,008 0,230 0,138 Rata-rata Penghasilan r s -0,267 0,162-0,055-0,046-0,005 Per Bulan Luas Lahan KK 0,191 0,421 0,092 0,144 0,238 Jumlah Ternak Sapi r s -0,280 0,415* -0,135 0,100-0,135 Jumlah Ternak Lain r s -0,253-0,075-0,064-0,135-0,163 Keterangan : * : berhubungan nyata pada p (0,05) 33

9 Umur Berdasarkan hasil pengujian menggunakan rank Spearman (r s ), umur peternak mempunyai hubungan nyata (p<0,05) negatif dengan efektivitas penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong frekuensi mengikuti pelatihan, dengan keeratan hubungan lemah. Tidak terdapat hubungan nyata (p<0,05) dan negatif terlihat pada hubungan antara umur dengan frekuensi bertemu dengan penyuluh, frekuensi mendengarkan radio dan frekuensi mendapat brosur/tulisan tentang peternakan dan keeratan hubungan pun sangat lemah dengan keeratan hubungan sangat lemah. Umur peternak dengan frekuensi menonton tv memiliki hubungan tidak nyata dan positif pada (p<0,005) dengan keeratan hubungan sangat lemah. Berdasarkan data-data di atas dapat dilihat bahwa semakin bertambah umur peternak maka akan semakin kurang baik efektivitas penyuluhan peternak terhadap pengembangan peternakan sapi potong pada aspek frekuensi mengikuti pelatihan. Peternak yang berumur dengan kategori muda dan sedang memiliki intensitas mengikuti pelatihan yang lebih sering daripada peternak yang berumur dengan kategori tua. Bertambahnya umur mempengaruhi motivasi peternak akan pentingnya mengikuti pelatihan untuk meningkatkan efektivitas penyuluhan. Sejalan dengan penelitian (Haryadi, 1997), bahwa kemampuan fisik seseorang sangat ditentukan oleh tingkatan umur, dimana pada batas umur tertentu dengan semakin bertambahnya umur maka kemampuan fisik juga melemah. Haryadi (1997) juga menyatakan bahwa dengan kondisi daya dukung wilayah untuk pengembangan peternakan sapi potong relatif cukup mendukung sehingga peternak akan lebih mempunyai kesempatan untuk belajar memanfaatkan potensi yang ada karena kapasitas belajar seseorang akan meningkat sesuai dengan perkembangan umur sejak seseorang tersebut mengenal lingkungan. Pendidikan Pendidikan peternak memiliki hubungan tidak nyata (p<0,05) dan memiliki keeratan hubungan yang lemah terhadap efektivitas penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong pada aspek frekuensi bertemu dengan penyuluh, frekuensi mendegarkan radio, frekuensi menonton tv dan frekuensi mendapat brosur/tulisan tentang peternakan. Hubungan tidak nyata dengan keeratan hubungan cukup kuat terjadi antara hubungan pendidikan dengan efektivitas aspek 34

10 frekuensi mengikuti pelatihan. Tingkat pendidikan yang rendah menghambat intensitas komunikasi peternak untuk berkomunikasi secara utuh dan objektif mengenai efektifitas penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong. Menurut penelitian Setyorini (2000), bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat pemahamanya terhadap sesuatu yang dipelajari.tingkat pendidikan yang rendah menghambat intensitas peternak dalam menggali informasi peternakan melalui penyuluh maupun media penyuluhan. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga peternak memiliki mempunyai hubungan tidak nyata (p<0,05) positif pada semua aspek efektivitas penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong dengan keeratan hubungan sangat lemah pada frekuensi mendengarkan radio (0,129), frekuensi menonton tv (0,008) dan frekuensi mengikuti pelatihan (0,138). Jumlah tanggungan keluarga berhubungan positif dengan keeratan hubungan lemah pada aspek frekuensi bertemu dengan penyuluh (0,210) dan frekuensi mendapat brosur/tulisan tentang peternakan (0,230). Dengan banyaknya jumlah anggota keluarga peternak memiliki lebih banyak waktu untuk menggali informasi peternakan melalui media (radio,tv). Besarnya keluarga peternak akan memudahkan peternak dalam pembagian tugas pada usahaternak mereka sehingga akan tercapai efektivitas penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong. Rata-rata Penghasilan/Bulan Rata-rata penghasilan per bulan peternak tidak berhubungan nyata (p<0,05) negatif dengan efektivitas penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong pada aspek frekuensi bertemu dengan penyuluh (-0,267) dengan keeratan hubungan lemah dan memiliki hubungan tidak nyata (p<0,05) dengan keeratan hubungan sangat lemah pada aspek frekuensi menonton tv, frekuensi mendapat brosur/tulisan tentan peternakan dan frekuensi mengikuti pelatihan serta mempunyai hubungan tidak nyata (p<0,05) positif pada aspek frekuensi mendengarkan radio (0,162) dengan keeratan hubungan sangat lemah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar rata-rata penghasilan per bulan peternak maka semakin baik pula efektivitas penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong yang terlihat dari tingginya intensitas waktu yang digunakan peternak untuk mendengarkan radio. 35

11 Luas Lahan Luas lahan yang dimiliki peternak mempunyai hubungan tidak nyata (p<0,05) positif pada semua aspek efektivitas penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong di Kabupaten Sumbawa dengan keeratan hubungan sangat lemah pada hubungan luas lahan dengan frekuensi bertemu dengan penyuluh (0,191), frekuensi menonton TV dan frekuensi mendapat brosur/tulisan tentang peternakan. Luas lahan dengan frekuensi mengikuti pelatihan juga mempunyai hubungan tidak nyata (p<0,05) positif dengan tingkat keeratan hubungan lemah dan memiliki tingkat keeratan hubungan cukup kuat pada aspek frekuensi mendengarkan radio. Hal ini dikarenakan semakin luasnya lahan yang dimiliki peternak menyebabkan peternak menyediakan waktu yang lebih banyak untuk mengelola usahaternaknya dan melakukan aktivitas lain dalam upaya meningkatkan pengetahuan beternak sapi potong melalui mendengarkan radio, berdiskusi dengan penyuluh dan menonton tv. Jumlah Ternak Sapi Jumlah ternak sapi yang dimiliki peternak mempunyai hubungan nyata (p<0,05) positif dengan efektivitas penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong pada aspek frekuensi mendengarkan radio dengan tingkat keeratan hubungan cukup kuat. Hubungan tidak nyata (p<0,05) negatif terjadi antara hubungan jumlah ternak sapi dengan efektivitas penyuluhan pada aspek frekuensi bertemu dengan penyuluh dengan tingkat keeratan hubungan lemah, frekuensi menonton Tv dan frekuensi mengikuti pelatihan dengan keeratan hubungan sangat lemah serta mempunyai hubungan tidak nyata (p<0,05) positif pada aspek frekuensi mendapat brosur/tulisan tentang peternakan dengan keeratan hubungan sangat lemah. Jumlah Ternak Lain Jumlah ternak lain yang dimiliki peternak pada penelitian ini memiliki hubungan tidak nyata (p<0,05) negatif pada semua aspek efektivitas penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong dengan tingkat keeratan hubungan sangat lemah pada hubungan jumlah ternak lain dengan frekuensi mendengarkan radio (-0,075), frekuensi menonton Tv (-0,064), frekuensi mendapat brosur/tulisan tentang prternakan (-0,135), frekuensi mengikuti pelatihan (-0,163) dan mempunyai keeratan hubungan lemah pada aspek frekuensi bertemu dengan penyuluh (-0,253). 36

12 Secara keseluruhan, hanya terdapat dua hubungan nyata antara karakteristik peternak dengan efektivitas penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong sehingga H 1 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara karakteristik peternak terhadap efektivitas penyuluhan terhadap pengembangan peternakan sapi potong di Kabupaten Sumbawa ditolak. 37

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Petani Peternak Sapi Petani peternak merupakan orang yang melakukan kegiatan mengembangbiakkan

Lebih terperinci

Pembimbing Utama : Ir. Richard WE Lumintang MSEA Pembimbing Anggota : Ir. Sudjana Natasamita

Pembimbing Utama : Ir. Richard WE Lumintang MSEA Pembimbing Anggota : Ir. Sudjana Natasamita HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETERNAK TERHADAP EFEKTIVITAS PENYULUHAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI POTONG (Kasus di Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat) SKRIPSI Rahma Delni PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

Frekuensi Bertemu dengan Penyuluh

Frekuensi Bertemu dengan Penyuluh TINJAUAN PUSTAKA Penyuluhan Pertanian Makna Penyuluhan Pertanian Menurut Wiriaatmadja (1990) penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan,

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP TINGKAT ADOPSI INOVASI PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO DALAM PAKAN TERNAK SAPI POTONG ( Studi Kasus Pada Kelompok Tani Karya Abadi Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman ) SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Gandus terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Gandus merupakan salah satu kawasan agropolitan di mana

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Semua Peubah Bebas (Xi) Terhadap Peubah Tidak Bebas (Y)

V. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Semua Peubah Bebas (Xi) Terhadap Peubah Tidak Bebas (Y) V. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Semua Peubah Bebas (Xi) Terhadap Peubah Tidak Bebas (Y) Berdasarkan hasil penelitian terbukti, ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas (Umur petani, Tingkat pendidikan

Lebih terperinci

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK KETERKAITAN PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI DENGAN PERAN KELOMPOK TANI DALAM PEROLEHAN KREDIT USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok) Diarsi Eka Yani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Kebijakan Optimalisasi dan Pemeliharaan JITUT 5.1.1 Umur (X 1 ) Berdasarkan hasil penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Individu 6.1.1. Umur BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dan berada pada rentang usia 40 sampai 67 tahun. Sebaran responden hampir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 124,00 ha.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 124,00 ha. 39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik Wilayah Penelitian Desa Buminagara merupakan sebuah desa di Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Pandeglang merupakan sentra populasi kerbau di Provinsi Banten dengan jumlah populasi kerbau sebesar 29.106 ekor pada tahun 2012 (Arfiani, 2016). Beternak

Lebih terperinci

Pembimbing Utama : Ir. Richard WE Lumintang MSEA Pembimbing Anggota : Ir. Sudjana Natasamita

Pembimbing Utama : Ir. Richard WE Lumintang MSEA Pembimbing Anggota : Ir. Sudjana Natasamita HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETERNAK TERHADAP EFEKTIVITAS PENYULUHAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI POTONG (Kasus di Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat) SKRIPSI Rahma Delni PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV.1. Keadaan Geografis Watang Pulu adalah salah satu dari 11 kecamatan di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, Indonesia. Kecamatan Wattang Pulu terletak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Tabel 1 Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi (Dahlan 2001) No. Parameter Nilai Interpretasi 1. Kekuatan Korelasi (r) 2. Nilai p 3. Arah korelasi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI USAHATANI OLEH PETANI SAYURAN DI DESA WAIHERU KOTA AMBON

PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI USAHATANI OLEH PETANI SAYURAN DI DESA WAIHERU KOTA AMBON PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI USAHATANI OLEH PETANI SAYURAN DI DESA WAIHERU KOTA AMBON Risyat Alberth Far-Far Staf Pengajar Prodi Agribisnis FAPERTA UNPATI-AMBON, e-mail: - ABSTRAK Perilaku pemanfaatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Mina Padi 1. Umur Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir petani dalam melaksanakan usaha taninya, hal tersebut juga berkaitan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi) Volume 11, Nomor 2, Hal. 01-07 ISSN 0852-8349 Juli - Desember 2009 MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan undang-undang dasar 1945 telah menggariskan landasan filosofis mengenai hal-hal yang terkait dengan segala aktifitas berbangsa dan bernegara. Bahwa bumi,

Lebih terperinci

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK PERSEPSI PETANI TENTANG DETERMINAN SELEKSI SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENERIMAAN INFORMASI USAHATANI PADI (KASUS PETANI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN) Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah

Lebih terperinci

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT Peranan dan kinerja agribisnis dalam pembangunan ekonomi Faktor produksi utama sektor pertanian di NTB adalah lahan pertanian. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 47 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 6.1 Keterdedahan Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT H. ZULQIFLI Dinas Peternakan, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat PENDAHULUAN Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Desa Mekarjaya merupakan salah satu dari 13 (tiga belas desa) yang berada di Kecamatan Bungbulang. Kecamatan Bungbulang merupakan salah satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000-

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000- IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Wilayah Kerja KPBS Pangalengan Wilayah kerja KPBS dikelilingi oleh tiga buah gunung, yaitu Gunung Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung

Lebih terperinci

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay.    ABSTRAK PEMANFAATAN GULMA SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT PUPUK ORGANIK BOKHASI DALAM RANGKA MENGATASI PENYEMPITAN PADANG PEMGGEMBALAAN DAN MENCIPTAKAN PERTANIAN TERPADU BERBASIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tantangan utama pembangunan peternakan sapi potong dewasa ini adalah permintaan kebutuhan daging terus meningkat sebagai akibat dari tuntutan masyarakat terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

A. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang. Pangan Rumput

A. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang. Pangan Rumput LAMPIRAN 93 Lampiran 1 Analisis daya dukung lahan sumber pakan ternak A. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang Jumlah Luas Rawa Pangan Rumput

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis sebagai pusat akses lintas daerah karena posisinya berada di titik tengah wilayah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR. KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR Diarsi Eka Yani 1 Pepi Rospina Pertiwi 2 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK DALAM BETERNAK SAPI PERAH (Kasus Pada Kelompok Peternak Sapi Perah TPK Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. perilaku petani peternak adalah sebuah komponen yang sangat penting. Peranan

LANDASAN TEORI. perilaku petani peternak adalah sebuah komponen yang sangat penting. Peranan LANDASAN TEORI Peran penyuluhan dalam meningkatkan produksi peternakan dan perubahan perilaku petani peternak adalah sebuah komponen yang sangat penting. Peranan penyuluhan pertanian adalah sebagai fasilitator,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN. Pengetahuan ibu..., Niluh A., FK UI., Universitas Indonesia

4. HASIL PENELITIAN. Pengetahuan ibu..., Niluh A., FK UI., Universitas Indonesia 32 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Data Umum 4.1.1 Geografi Rukun warga (RW) 03 kelurahan Paseban merupakan salah satu rukun warga di wilayah Kelurahan Paseban, Kecamatan Senen, Kotamadya Jakarta Pusat dengan

Lebih terperinci

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MH. Togatorop dan Wayan Sudana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor ABSTRAK Suatu pengkajian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel 38 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2009 pada dua basis pemeliharaan yang berbeda yakni: basis lahan sawah dan lahan persawahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR A. Letak Geografis Kecamatan Banjar adalah salah satu bagian dari wilayah Kota Banjar selain Kecamatan Purwaharja, Kecamatan Pataruman, dan Kecamatan Langensari yang berdiri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETERNAK DAN JUMLAH TERNAK YANG DIPELIHARA DENGAN PENDAPATAN PADA PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT DI KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN SKRIPSI Oleh : VIVI MISRIANI 07 164

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK Penerapan program sistem integrasi tanaman-ternak yang dilakukan secara partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

Seuntai Kata. Bengkulu, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Ir. Dody Herlando, M.Econ.

Seuntai Kata. Bengkulu, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Ir. Dody Herlando, M.Econ. La p o r a nha s i l Se n s u spe r t a n i a n2 0 1 3Pr o v i n s i Be n g k u l u Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Citapen 4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Desa Citapen merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ciawi.Secara geografis

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN BERBAGAI POLA BAGI HASIL USAHATERNAK SAPI PERAH RAKYAT (SENSUS DI DESA HAURNGOMBONG KECAMATAN PAMULIHAN KABUPATEN SUMEDANG

ANALISIS KELAYAKAN BERBAGAI POLA BAGI HASIL USAHATERNAK SAPI PERAH RAKYAT (SENSUS DI DESA HAURNGOMBONG KECAMATAN PAMULIHAN KABUPATEN SUMEDANG ANALISIS KELAYAKAN BERBAGAI POLA BAGI HASIL USAHATERNAK SAPI PERAH RAKYAT (SENSUS DI DESA HAURNGOMBONG KECAMATAN PAMULIHAN KABUPATEN SUMEDANG) SKRIPSI ARYA NUGRAHA 200110080142 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan, mendeskripsikan dan memaparkan fakta-fakta

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri

Lebih terperinci

V. KARAKTERISTIK PETANI. Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

V. KARAKTERISTIK PETANI. Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia V. KARAKTERISTIK PETANI 1. Usia Petani Usia merupakan identitas respondenyang dapat menggambarkan pengalaman dalam diri responden sehingga terdapat keragaman perilaku berdasarkan usia responden. Penelitian

Lebih terperinci

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Disusun Oleh : Eliya Saidah H0402035 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kluting Jaya Kecamatan Weda Selatan, yang merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam remote area lingkaran

Lebih terperinci

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 52 BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Kontribusi Perempuan dalam Ekonomi Keluarga Pekerjaan dengan POS dianggap sebagai pekerjaan rumah tangga atau

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh)

Lebih terperinci

pelaksanaan dalam penyaluran KKP di pedesaan. Penelitian ini melibatkan

pelaksanaan dalam penyaluran KKP di pedesaan. Penelitian ini melibatkan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini ingin mengetahui faktor yang mempengaruhi pola pelaksanaan dalam penyaluran KKP di pedesaan. Penelitian ini melibatkan karakteristik petani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian atau sering disebut usahatani pada awalnya merupakan usaha yang bersifat mandiri ( subsistance farm), yaitu usaha yang hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR. Edi Basuno Ikin Sadikin Dewa Ketut Sadra Swastika

LAPORAN AKHIR. Edi Basuno Ikin Sadikin Dewa Ketut Sadra Swastika LAPORAN AKHIR SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELALUI INOVASI DI KABUPATEN ENDE, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Edi Basuno Ikin Sadikin Dewa Ketut Sadra Swastika

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN UNIT DESA BINAAN Zaenaty Sannang

PENGEMBANGAN UNIT DESA BINAAN Zaenaty Sannang PENGEMBANGAN UNIT DESA BINAAN Zaenaty Sannang Ringkasan Pengembangan unit desa binaan di Desa Sumari diawali pada tahun 2001 dengan kegiatan demonstrasi cara dan hasil pemupukan pada sawah dengan varietas

Lebih terperinci

Dengan Fakultas Peternakan Universitas Mataram

Dengan Fakultas Peternakan Universitas Mataram LAPORAN AKHIR ANALISIS KOEFISIEN TEKNIS TERNAK SAPI GUNA PENYUSUNAN PARAMETER TEKNIS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DI NUSA TENGGARA BARAT Kerja Sama Antara Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nusa Tenggara

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 42/Permentan/OT.140/3/2013 TANGGAL : 21 Maret 2013 PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat 5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Cisurupan terletak kurang lebih 18 Km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK DENGAN KEBERDAYAAN PETERNAK KAMBING PERAH PERANAKAN ETTAWA RELATIONSHIP BETWEEN GROUP DYNAMICS WITH EMPOWERMENT DAIRY GOAT FARMERS ( Suatu Kasus pada Kelompok Mandiri

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam 9 II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Usahaternak Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 49 BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Profil relawan PNPM-MP Kelurahan Situ Gede dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan PENGANTAR Latar Belakang Pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan penduduk Indonesia. Permintaan akan beras meningkat pesat seiring dengan

Lebih terperinci