DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN. KATA PENGANTAR. iii DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN ix RINGKASAN EKSEKUTIF.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN. KATA PENGANTAR. iii DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN ix RINGKASAN EKSEKUTIF."

Transkripsi

1

2

3

4

5 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN. ii KATA PENGANTAR. iii DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. iv vi viii DAFTAR LAMPIRAN ix RINGKASAN EKSEKUTIF. 1 BAB I PENDAHULUAN 2 A. UMUM B. VISI, MISI, DAN KEGIATAN USAHA.. 1. Visi.. 2. Misi.. 3. Kegiatan Usaha. C. NILAI DAN BUDAYA. 1. Nilai-nilai. 2. Budaya Organisasi. D. STRUKTUR ORGANISASI 1. Direktorat Keuangan dan Umum 2. Direktorat Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana.. 3. Direktorat Dana Kegiatan Pendidikan 4. Direktorat Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan Satuan Pemeriksa Intern. 6. Kelompok Jabatan Fungsional 7. Dewan Pengawas. 8. Dewan Penyantun BAB II RENCANA BISNIS DAN ANGARAN TAHUN A. GAMBARAN KONDISI LPDP.. 1. Kondisi Internal. a. Organisasi b. Sumber Daya Manusia iv Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Melayani untuk Indonesia Jaya

6 c. Sumber Daya Keuangan.. d. Sarana dan Prasarana.. e. Riset dan Data Pendukung yang Belum Tersedia 2. Kondisi Eksternal.. a. Kondisi Pendidikan di Indonesia.. b. Kondisi Ekonomi Makro. B. ASUMSI RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN TAHUN Asumsi Ekonomi Makro.. 2. Asumsi Mikro. a. Pengembangan Pelayanan Baru. b. Asumsi Volume Pelayanan... c. Asumsi Tarif. d. Dana Kelolaan yang Bersumber dari APBN.. e. Kebijakan Akuntansi Sesuai dengan Standar Akuntansi yang Berlaku. C. PENCAPAIAN KINERJA DAN TARGET KINERJA.. 1. Tujuan, Sasaran Strategis, Proses Bisnis dan Peta Strategi a. Tujuan.. b. Sasaran Strategis... c. Peta Strategi 2. Indikator Kinerja Utama 3. Target Capaian Kinerja Tahun a. Pendapatan Per Unit Kerja... b. Belanja Per Unit Kerja c. Pengelolaan Dana Khusus d. Ikhtisar Target Pendapatan TA e. Ikhtisar Belanja/Pembiayaan TA 2012 f. Pendapatan dan Belanja Agregat g. Biaya Layanan Per Unit Kerja.. h. Prakiraan Maju Pendapatan dan Belanja.. D. AMBANG BATAS BAB III PENUTUP v Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Melayani untuk Indonesia Jaya

7 DAFTAR TABEL Tabel II.1 Tabel II.2 Tabel II.3 Tabel II.4 Tabel II.5 Anggaran LPDP tahun 2012 untuk Setiap Output Peringkat Daya Saing Indonesia Perkembangan Score dan Ranking 12 Pilar Indikator GCI Indonesia Tahun dan Perkembangan Ranking Indikator Pendidikan Indonesai menurut GCI Tahun dan Perbandingan Mahasiswa S3 Beberapa Negara Tabel II.6 Data Publikasi Indonesia per Tahun Tabel II.7 Suku Bunga Rata-rata Perbankan Nasional Tabel II.8 Rincian Alokasi Dana Layanan Beasiswa Tahun 2013 Tabel II.9 Proyeksi Dana Pokok DPPN sampai dengan Tahun 2012 Tabel II.10 Tabel II.11 Tabel II.12 Tujuan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Kebutuhan Barang Inventaris Strategi Pembentukan Budaya Organisasi Tabel II.13 SDM LPDP 2012 Tabel II.14 Tabel II.15 Indikator Kinerja Utama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Tahun 2012 Revenue dan Cost Center LPDP Tabel II.16 Rincian Pendapatan Per Unit Kerja Tahun 2012 Tabel II.17 Alokasi Belanja Untuk Setiap Unit Dan Output Tabel II.18 Perkembangan Pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional Tahun 2011 Tabel II.19 Kebutuhan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional TA 2012 Tabel II.20 Ikhtisar Target PNBP Menurut Program Dan Kegiatan TA 2012 Table II.21 Pendapatan dan Belanja LPDP TA 2012 Tabel II.22 Ihktisar Pendapatan dan Belanja Agregat LPDP TA 2012 Tabel II.23 Resume Prakiraan Maju Pendapatan dan Belanja vi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Melayani untuk Indonesia Jaya

8 Tabel II.24 Sasaran Inflasi Indonesia Tahun Tabel III.1 Tabel III.2 Tabel III.3 Prakiraan Maju PNBP Prakiraan Maju Belanja Operasional Prakiraan Maju Penyaluran vii Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Melayani untuk Indonesia Jaya

9 DAFTAR GAMBAR Gambar I.1 Gambar II.1 Gambar II.2 Struktur Organisasi LPDP Kerusakan Fasilitas Pendidikan di Berbagai Propinsi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Indonesia Gambar II.3 Perkembangan Inflasi per Triwulan I 2012 Gambar II.4 Nilai Tukar Rupiah vs USD Gambar II.5 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah per Triwulan I 2012 Gambar II.6 Gambar II.7 Program Beasiswa LPDP Prosedur Penyaluran Beasiswa S2 dan S3 Gambar II.8 Pergerakan Rata-rata Suku Bunga Seposito Berjangka Gambar II.9 Peta Strategi LPDP Tahun 2012 viii Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Melayani untuk Indonesia Jaya

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I-RBA/LPDP/2012 Asumsi Biaya Satuan Beasiswa Lampiran II-RBA/LPDP/2012 Asumsi Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan Lampiran III-RBA/LPDP/2012 Rincian Belanja Per Unit Kerja Lampiran IV-RBA/LPDP/2012 Ikhtisar Belanja/Pembiayaan Per Program dan Kegiatan Lampiran V-RBA/LPDP/2012 Pendapatan dan Belanja Agregrat Lampiran VI-RBA/LPDP/2012 Biaya Layanan Per Unit Kerja Lampiran VII-RBA/LPDP/2012 Prakiraan Maju Pendapatan dan Belanja ix Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Melayani untuk Indonesia Jaya

11 RINGKASAN EKSEKUTIF Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Berkenaan dengan hal tersebut, kondisi pembangunan di bidang pendidikan telah terlihat adanya perbaikan yang signifikan. Namun, bukan berarti permasalahan pendidikan telah selesai sepenuhnya. Kualitas dan akses pendidikan masih menjadi persoalan. Faktor geografis Indonesia yang berada di wilayah rawan bencana alam juga menjadi tantangan tersendiri. Memperhatikan hal tersebut, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas dan akses pendidikan bagi warga negara. Pemerintah juga berusaha menjamin keberlangsungan program pendidikan dari generasi ke generasi (intergenerational equity). Salah satu langkah untuk mewujudkan hal tersebut, telah dialokasikan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) sebesar Rp3,617 triliun pada APBN tahun 2010 dan 2011 dan sebesar Rp7 triliun pada APBN dan APBN-P tahun DPPN tersebut dialokasikan untuk pembentukan Endowment Fund yang bertujuan untuk menjamin keberlangsungan program pendidikan bagi generasi berikutnya sebagai bentuk pertanggungjawaban antar generasi dan dilakukan oleh Badan Layanan Umum (BLU), dan Dana Cadangan Pendidikan untuk mengantisipasi keperluan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam. Menindaklanjuti hal tersebut, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.01/2011 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pengelola Dana Pendidikan dibentuk Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 18/KMK.05/2012 tentang Penetapan LPDP pada Kementerian Keuangan sebagai Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan BLU, LPDP ditetapkan sebagai BLU penuh. Pada tahun 2012, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) LPDP adalah sebesar Rp Dana yang disalurkan direncanakan sebesar Rp atau 56% dari total PNBP. Dari jumlah penyaluran tersebut sebesar Rp atau 62% dialokasikan untuk beasiswa, dan sebesar Rp atau 10% dialokasikan untuk kegiatan penelitian mahasiswa. Alokasi untuk rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam sebesar Rp atau 28%. 1

12 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan terkait dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa telah mengalami perkembangan yang berarti. Hal ini antara lain terlihat dari tingkat buta huruf yang semakin kecil, angka partisipasi sekolah yang semakin meningkat, dan infrastruktur pendidikan yang semakin baik. Namun bukan berarti tujuan UUD tersebut telah tercapai sepenuhnya. Beberapa studi dan indikator menunjukkan bahwa kondisi pendidikan masih harus ditingkatkan. Global Competitiveness Report Study yang diterbitkan oleh World Economic Forum menunjukkan peringkat pendidikan dasar dan pendidikan tinggi Indonesia masih berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Hal tersebut membawa dampak pada rendahnya peringkat daya saing Indonesia dibandingkan dengan negara-negara tersebut. Pemerataan akses pendidikan bagi semua warga negara, terkait dengan kondisi geografis, gender, kemampuan ekonomi dan budaya juga masih menjadi persoalan. Permasalahan geografis Indonesia yang berada di wilayah rawan bencana alam juga menjadi permasalahan sendiri. Dilatarbelakangi oleh kondisi tersebut, pada tahun 2010, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melakukan langkah strategis dengan mengusulkan dan menetapkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2010 dialokasikan dana sebesar Rp1 triliun sebagai Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN). Tahun berikutnya, dalam APBN Tahun 2011 sebesar Rp2,617 trilun dan tahun 2012 dialokasikan sebesar Rp 1 triliun melalui APBN serta Rp6 triliun melalui APBN-P. Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) adalah alokasi anggaran dalam APBN yang diperuntukkan bagi pembentukan Endowment Fund untuk menjamin keberlangsungan program pendidikan bagi generasi berikutnya sebagai bentuk pertanggungjawaban antar generasi, dan Dana Cadangan Pendidikan untuk mengantisipasi keperluan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana 2

13 alam. Amanat undang-undang menyatakan bahwa pengelolaan DPPN dilakukan oleh Badan Layanan Umum (BLU) di bidang pendidikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.01/2011 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, pemerintah membentuk Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 18/KMK.05/2012 tentang Penetapan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan pada Kementerian Keuangan sebagai Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, LPDP ditetapkan sebagai BLU penuh. Dengan penetapan tersebut, LPDP diberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan sesuai dengan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Sesuai dengan PMK tersebut di atas, LPDP mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional baik Dana Abadi Pendidikan (Endowment Fund) maupun Dana Cadangan Pendidikan. Pengelolaan tersebut meliputi pengembangan dana dan penyaluran dana baik untuk kegiatan pendidikan, berupa beasiswa dan penelitian, maupun untuk rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana. B. VISI, MISI, DAN KEGIATAN USAHA 1. Visi Menjadi lembaga pengelola dana yang terbaik di tingkat regional untuk menciptakan pemimpin masa depan serta mendorong inovasi bagi Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. 2. Misi a) Mempersiapkan pemimpin dan profesional masa depan Indonesia melalui pembiayaan pendidikan; b) Mendorong riset strategis dan/atau inovatif yang implementatif dan menciptakan nilai tambah melalui pendanaan riset; c) Menjamin keberlangsungan pendanaan pendidikan bagi generasi berikutnya melalui pengelolaan Dana Abadi Pendidikan yang optimal; d) Sebagai last resort, mendukung rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam melalui pengelolaan Dana Cadangan Pendidikan. 3

14 3. Kegiatan Usaha a. Pengembangan dana (investasi) yaitu pengelolaan DPPN dalam bentuk penempatan pada berbagai instrumen yang menghasilkan nilai tambah mendapatkan nilai tambah yang diharapkan (expected return). b. Penyaluran dana yaitu penggunaan hasil pengembangan DPPN (investasi) untuk kegiatan pendidikan berupa: 1. Beasiswa; Beasiswa diperuntukkan kepada warga negara Indonesia yang berkeinginan melanjutkan pendidikannya ke jenjang magister dan doktoral (S2/S3) di dalam maupun di luar negeri (termasuk penyelesaian tesis dan desertasi) serta berprestasi akademis di jenjang pendidikan sebelumnya. Disamping itu, beasiswa diperuntukan bagi yang memiliki jiwa kepempimpinan dan komitmen untuk berkontribusi kepada bangsa dan Negara. 2. Bantuan dana penelitian dan penghargaan hasil karya penelitian; Bantuan dana penelitian diperuntukan kepada kelompok periset yang berminat dan memiliki kompetensi untuk melakukan riset inovatif-produktif dengan fokus pangan, energi, tata kelola, pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan (eco-green), dan bidang lainnya (mandatory). Sementara itu, penghargaan hasil karya penelitian diperuntukan kepada periset yang memiliki hasil karya penelitian yang telah diaplikasikan serta terbukti memberi nilai tambah. 3. Pembentukan Dana Cadangan Pendidikan untuk rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana. c. Dana Cadangan Pendidikan dibentuk sebagai last resort dalam rangka mendukung rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam melalui pengelolaan Dana Cadangan Pendidikan. C. NILAI DAN BUDAYA 1. Nilai-nilai Sebagai satuan kerja yang berada di lingkungan Kementerian Keuangan, maka LPDP berpegang pada nilai-nilai Kementerian Keuangan yang diharapkan dapat dijadikan pedoman dan motivasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Nilai-nilai Kementerian Keuangan tersebut adalah sebagai berikut: 4

15 a. Integritas Berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral. b. Profesionalisme Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen tinggi. c. Sinergi Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku. d. Pelayanan Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan aman. e. Kesempurnaan Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik. 2. Budaya Organisasi LPDP berada di lingkungan birokrasi sehingga rentan menjadi organisasi yang memiliki budaya birokrasi yang kuat. Organisasi dengan budaya birokrasi yang kuat dicirikan oleh struktur, hierarki, berbagai macam aturan yang kaku, tidak berani mengambil risiko, tidak efektifnya kerjasama antar anggota serta kurangnya kompetensi dan motivasi (Want dalam The Jakarta Consulting Group, 2008). Budaya birokrasi tidak sesuai dengan karakteristik LPDP sebagai BLU. Oleh karena itu, diperlukan pembentukan budaya organisasi yang sesuai dengan karakteristik LPDP antara lain budaya fleksibilitas, kerjasama, berorientasi pada hasil, dan kehati-hatian (prudent). 5

16 D. STRUKTUR ORGANISASI Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.01/2011 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan menyelenggarakan fungsi: 1. Penyusunan rencana strategis bisnis, Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan serta rencana kerja dan anggaran satuan kerja; 2. Pengelolaan dan pengembangan dana Endowment Fund dan Dana Cadangan Pendidikan; 3. Penyaluran Dana Pengembangan Pendidikan Nasional serta monitoring dan evaluasi atas penyaluran; 4. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran, akuntansi dan penyelesaian transaksi (setelmen), serta pelaporan; 5. Pengendalian intern dan penerapan manajemen risiko dengan prinsip kehatihatian terhadap pelaksanaan tugas Lembaga Pengelola Dana Pendidikan; dan 6. Pengelolaan sumber daya manusia, urusan umum dan kerumahtanggaan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan terdiri atas: 1. Direktorat Keuangan dan Umum; 2. Direktorat Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana; 3. Direktorat Dana Kegiatan Pendidikan; 4. Direktorat Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan; 5. Satuan Pemeriksaan Intern; dan 6. Kelompok Jabatan Fungsional. Untuk menciptakan tata kelola yang baik dalam pengelolaan DPPN, di luar struktur tersebut, LPDP dilengkapi dengan Dewan Penyantun dan Dewan Pengawas. Dewan Penyantun terdiri dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama. Adapun struktur organisasi LPDP dapat digambarkan sebagai berikut: 6

17 Gambar I.1 Struktur Organisasi LPDP Menteri Keuangan Dewan Penyantun Dewan Pengawas Direktur Utama Satuan Pemeriksaan Internal Direktorat Keuangan dan Umum Direktorat Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana Direktorat Dana Kegiatan Pendidikan Direktorat Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan Divisi Anggaran dan Akuntansi Divisi Perencanaan Usaha dan Manajemen Data Divisi Penyaluran Dana Kegiatan Pendidikan Divisi Penyaluran Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum Divisi Pengembangan Dana Kelolaan Divisi Evaluasi Penyaluran Dana Kegiatan Pendidikan Divisi Evaluasi Penyaluran Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan Kelompok Jabatan Fungsional 1. Direktorat Keuangan dan Umum Direktorat Keuangan dan Umum mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan renstra, Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan, rencana kerja dan anggaran satuan kerja, pengelolaan anggaran, akuntansi dan pelaporan, penyelesaian transaksi (setelmen), pengelolaan sumber daya manusia, serta urusan umum Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Direktorat Keuangan dan Umum menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan, rencana kerja dan anggaran satuan kerja; b. Pengelolaan anggaran dan keuangan; c. Penyusunan sistem dan manual akuntansi, laporan keuangan dan kinerja, serta akuntansi atas setiap transaksi; d. Pelaksanaan setelmen; e. Perencanaan, pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia; dan f. Pelaksanaan urusan kerumahtanggaan. Direktorat Keuangan dan Umum terdiri dari dua divisi, yaitu: 7

18 a. Divisi Anggaran dan Akuntansi mempunyai tugas melakukan koordinasi penyiapan bahan penyusunan rencana strategis, Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan, rencana kerja dan anggaran satuan kerja, pengelolaan anggaran operasional dan pelaksanaan setelmen, penyusunan sistem dan manual akuntansi, serta penyusunan laporan keuangan dan kinerja organisasi. b. Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum mempunyai tugas melakukan perencanaan kebutuhan pengadaan, penempatan dan pengembangan sumber daya manusia, serta pelaksanaan urusan umum dan kerumahtanggaan. 2. Direktorat Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana Direktorat Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis perencanaan usaha berupa rencana strategis bisnis, penyusunan rencana bisnis tahunan, pengembangan dana kelolaan dan pendapatan, pengelolaan kerjasama pendanaan, penyusunan rencana penyaluran dana, riset serta manajemen data. Direktorat Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis perencanaan usaha berupa rencana strategis bisnis dan rencana bisnis tahunan; b. Penyiapan pengembangan dana kelolaan dan hasil pendapatan; c. Pengelolaan kerja sama pendanaan; d. Penyiapan penyusunan rencana penyaluran dana; dan e. Riset dan manajemen data. Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Dana terdiri atas: a. Divisi Perencanaan Usaha dan Manajemen Data mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis perencanaan usaha berupa rencana strategis bisnis dan rencana bisnis tahunan, koordinasi penyusunan rencana penyaluran dana, riset, pengelolaan data dan informasi, serta pelaporan usaha. b. Divisi Pengembangan Dana Kelolaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis pengembangan dana kelolaan dan hasil pendapatan, dan pengelolaan kerja sama pendanaan. 8

19 3. Direktorat Dana Kegiatan Pendidikan Direktorat Dana Kegiatan Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana penyaluran dana kegiatan pendidikan, verifikasi dan penilaian atas proposal kegiatan pendidikan, penyaluran dana untuk kegiatan pendidikan, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan penyaluran dana kegiatan pendidikan. Direktorat Dana Kegiatan Pendidikan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan bahan dan koordinasi untuk penyusunan rencana penyaluran dana kegiatan pendidikan; b. Pelaksanaan verifikasi dan penilaian atas proposal kegiatan pendidikan dan penyaluran dana untuk kegiatan pendidikan; dan c. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas penyaluran dana kegiatan pendidikan. Direktorat Dana Kegiatan Pendidikan terdiri atas: a. Divisi Penyaluran Dana Kegiatan Pendidikan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana penyaluran dana kegiatan pendidikan, verifikasi dan penilaian atas proposal kegiatan pendidikan dan menyalurkan dana untuk kegiatan pendidikan. b. Divisi Evaluasi Penyaluran Dana Kegiatan Pendidikan mempunyai tugas melakukan monitoring dan evaluasi atas penyaluran dana beasiswa. 4. Direktorat Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan Direktorat Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana penyaluran dana rehabilitasi fasilitas pendidikan akibat bencana alam, verifikasi dan penilaian atas proposal, penyaluran dana, monitoring dan evaluasi atas pelaksananaan penyaluran rehabilitasi fasilitas pendidikan akibat bencana alam. Direktorat Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan bahan dan koordinasi untuk penyusunan rencana penyaluran dana untuk rehabilitasi fasilitas pendidikan akibat bencana alam; b. Pelaksanaan verifikasi dan penilaian atas proposal, serta penyaluran dana untuk rehabilitasi fasilitas pendidikan akibat bencana alam; dan c. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas penyaluran dana rehabilitasi fasilitas pendidikan. 9

20 Direktorat Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan terdiri atas: a. Divisi Penyaluran Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan dan koordinasi penyusunan rencana penyaluran dana rehabilitasi fasilitas pendidikan, verifikasi dan penilaian atas proposal rehabilitasi fasilitas pendidikan, menyalurkan dana untuk rehabilitasi fasilitas pendidikan. b. Divisi Evaluasi Penyaluran Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan monitoring dan evaluasi atas penyaluran dana rehabilitasi fasilitas pendidikan akibat bencana alam. 5. Satuan Pemeriksaan Internal Satuan Pemeriksaan Intern mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan intern atas pelaksanaan tugas Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Fungsi Satuan Pemeriksaan Intern adalah: a. Penyusunan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan audit charter dan audit program; b. pelaksanaan audit berbasis risiko khususnya pada aktivitas usaha Lembaga Pengelola Dana Pendidikan; dan c. Melakukan reviu terhadap laporan keuangan untuk meyakinkan bahwa isi, penyajian, dan pengungkapannya sesuai dengan standar akuntansi pemerintah dan standar akuntansi keuangan yang berlaku. 6. Kelompok Jabatan Fungsional Pejabat Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. 7. Dewan Pengawas Dalam PP. No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, pasal 34 diatur bahwa untuk melaksanakan pengawasan BLU dapat membentuk Dewan Pengawas. Dalam Tata Kelola LPDP diatur, Dewan Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap: a. Pengelolaan endowment fund dan dana cadangan pendidikan yang dilakukan oleh Direksi; b. Pelaksanaan Rencana Strategi Bisnis (Renstra) yang dilakukan oleh Direksi; c. Pelaksanaan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) oleh Direksi; dan d. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan. 10

21 8. Dewan Penyantun Dalam PMK nomor 252/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPDP pasal 32 disebutkan bahwa Dewan Penyantun mengatur ketentuan pelaksanaan lebih lanjut PMK tersebut. Dewan Penyantun memiliki fungsi: a. Mengarahkan strategi kebijakan umum pengelolaan DPPN oleh LPDP; b. Menetapkan perencanaan jangka panjang serta tujuan LPDP; c. Menetapkan kebijakan umum pengembangan dan penyaluran DPPN; dan d. Menetapkan proporsi alokasi DPPN untuk endowment fund dan dana cadangan pendidikan. 11

22 BAB II RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN TAHUN 2012 A. GAMBARAN KONDISI LPDP 1. Kondisi Internal a. Organisasi LPDP berdiri berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.01/2011 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Dalam peraturan tersebut dinyatakan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional baik dana abadi pendidikan (Endowment Fund) maupun Dana Cadangan Pendidikan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 18/KMK.05/2012 tentang Penetapan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan pada Kementerian Keuangan sebagai Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, LPDP ditetapkan sebagai BLU penuh. Dengan penetapan tersebut, LPDP diberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan sesuai dengan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Memperhatikan peraturan tersebut, diperlukan beberapa kelengkapan organisasi, yaitu Dewan Penyantun dan Dewan Pengawas. Dewan Penyantun terdiri dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama. Sedangkan Dewan Pengawas terdiri dari Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, dan unsur independen. Disamping itu, untuk menciptakan tata kelola yang baik, harus disusun pula Kebijakan Umum mengenai Pengelolaan DPPN, yang meliputi kebijakan pengelolaan dana, kebiajakan penyaluran dan kebijakan pendukung. Kebijakan tersebut diperlukan mengingat LPDP merupakan satuan kerja yang harus patuh pada peraturan perundang-undangan dan dana yang 12

23 dikelola LPDP merupakan dana dari APBN yang harus dipertanggungjawabkan, sementara risiko yang kemungkinan terjadi tidak bisa dihilangkan seluruhnya. Selain itu, untuk memastikan proses penyelesaian tugas dan fungsi penempatan dan penyaluran dana beserta tugas dan fungsi pendukung di back office telah melalui tata urutan dan dilakukan oleh unit yang memiliki tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, diperlukan Standard Operation Procedure (SOP). Untuk tugas dan fungsi yang penyelesaiannya memerlukan metode kerja/formula/rumus yang terstandar dan baku dapat pula disusun manual/petunjuk teknis penyelesaian pekerjaan. b. Sumber Daya Manusia Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.01/2011 diatur bahwa pegawai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan berasal dari Pegawai Negeri Sipil pembinaannya dilakukan oleh Menteri Keuangan melalui Sekretaris Jenderal sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Agar pelaksanaan tugas setiap direktorat dilaksanakan oleh SDM yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, Direktur Keuangan dan Umum (Direktur KU) dan Direktur Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana (Direktur PUPD) berasal dari Kementerian Keuangan. Sedangkan Direktur Dana Kegiatan Pendidikan (Direktur DKP) dan Direktur Dana Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan (Direktur DRFP) berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun 2012, telah bertugas secara penuh pada LPDP 6 orang, yaitu Direktur Utama, Direktur Keuangan dan Umum, Direktur Perencanaan Usaha dan Pengembangan Dana. Status kepegawaian ketiga direksi tersebut masih merangkap pada unit kerja yang lama. Direksi tersebut dibantu tiga orang staf yang status kepegawaiannya berada masih berada pada Biro SDM. Di samping itu, pada waktu diperlukan, telah bertugas pula dua orang dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah diusulkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun 2012 telah ada sebanyak 23 orang yang berasal dari PNS, ditambah dengan beberapa orang dari pasar tenaga kerja untuk mengisi posisi tenaga profesional, seperti manajemen risiko, auditor dan penasehat 13

24 investasi. Di samping itu juga diperlukan tenaga klerikal seperti caraka, tenaga kebersihan, sekretaris, sopir, dan tenaga keamanan. c. Sumber Daya Keuangan Pada tahun 2010, Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) yang dialokasikan dalam APBN adalah sebesar Rp Pada tahun 2011, DPPN yang dialokasikan dalam APBN adalah sebesar Rp Pada tahun 2012, melalui APBN Tambahan/Perubahan TA 2012, dialokasikan kembali sebesar Rp Dana Pengembangan Pendidikan Nasional tersebut adalah anggaran pendidikan yang dialokasikan untuk pembentukan Endowment Fund dan Dana Cadangan Pendidikan yang bertujuan untuk : 1) Endowment Fund untuk menjamin keberlangsungan program pendidikan bagi generasi berikutnya sebagai bentuk pertanggungjawaban antargenerasi. 2) Dana cadangan pendidikan untuk mengantisipasi keperluan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam. Dalam rangka melaksanakan amanah UU tersebut di atas, pada tahun 2012 ini penggunaan pendapatan direncanakan adalah sebagai berikut: 1) Belanja atas Pengelolaan Endowment Fund yaitu penyaluran dana untuk kegiatan pendidikan dan rehabilitasi fasilitas pendidikan sebesar Rp ; dan 2) Belanja Operasional LPDP yaitu untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebesar Rp , dengan perincian sebagai berikut : Tabel II.1 Anggaran LPDP tahun 2012 untuk Setiap Output No. Output Jumlah (Rp) 1. Layanan dukungan manajemen Dokumen analisis dan evaluasi Laporan hasil verifikasi Layanan perkantoran Kendaraan Bermotor *) Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Gedung/Bangunan TOTAL *) Revisi output Kendaraan Bermotor untuk mengakomodir pendapatan hibah kendaraan bermotor roda empat senilai Rp

25 d. Sarana dan Prasarana Pada tahun 2012 ini, sarana dan prasarana fisik yang dimiliki oleh LPDP belum memadai bagi pelaksanaan tugasnya baik dalam bentuk gedung kantor dan peralatan. Untuk sementara waktu, sarana prasarana yang digunakan LPDP adalah sebagai berikut: Gedung kantor pada saat ini menempati Gedung A.A. Maramis II Lantai 2 di komplek perkantoran Kementerian Keuangan Jl. Lapangan Banteng Timur Nomor 1, Jakarta Pusat. Sarana dan prasarana lainnya untuk sementara menggunakan barang inventaris Biro Umum Sekretariat Jenderal. Di samping sarana dan prasarana fisik, LPDP juga memerlukan perangkat teknologi informasi untuk menunjang operasionalnya terutama dalam rangka pengembangan dana (investasi), penyaluran beasiswa dan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam. e. Riset dan data pendukung Sebagai satuan kerja yang harus mengembangkan dana, LPDP harus mengembangkan database yang dapat digunakan untuk proses perencanaan portofolio penempatan dana, valuasi instrumen penempatan dana dan pengambilan keputusan penempatan dana sekaligus pelaksanaan manajemen risiko finansial. Saat ini riset dan data pendukung masih belum ada dan direncanakan baru mulai dilaksanakan pada bulan Agustus Di samping itu, mutlak pula dibangun data base untuk penyaluran dana pendidikan, yang bisa digunakan untuk perencanaan, terutama penentuan sasaran penyaluran, baik dilihat dari sisi kewilayahan maupun jenjang pendidikan. Data base juga diperlukan sebagai bahan monitoring dan pengembangan manajemen risiko operasional penyaluran dana pendidikan. 2. Kondisi Eksternal a. Kondisi Pendidikan di Indonesia Kondisi pendidikan terus mengalami perbaikan. Hal tersebut terlihat dari beberapa indikator, diantaranya adalah tingkat buta huruf, pendidikan yang telah dilalui penduduk dengan usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi kasar, dan disparitas antar kabupaten/kota. Namun, beberapa indikator yang diterbitkan lembaga international, misalnya World Economic Forum, kualitas SDM di Indonesia masih relatif tertinggal 15

26 yang berdampak pada rendahnya daya saing perekonomian Indonesia. Global Competitiveness Report 2011 yang diterbitkan oleh World Economic Forum menunjukkan tingkat daya saing Indonesia berada pada peringkat yang relatif rendah, yakni pada peringkat 46. Dibandingkan dengan negaranegara tetangga seperti China, Malaysia, Thailand dan Singapura, Indonesia masih di bawah negara-negara tersebut. China berada pada peringkat 26, Malaysia berada pada peringkat 21, Thailand berada pada peringkat 39 dan Singapura berada pada peringkat 2. Peringkat Indonesia hanya lebih baik dibandingkan dengan Vietnam yang berada pada peringkat 65 dan Philipina 75. Tabel peringkatan daya saing beberapa negara 4 tahun terakhir adalah sebagai berikut : Tabel II.2 Peringkat Daya Saing Indonesia No Negara GCI 2009 GCI 2010 GCI 2011 Peringkat Nilai Peringkat Nilai Peringkat Nilai 1 Singapora Malaysia China Thailand Indonesia Vietnam Philipines Sumber : The Global Competitiveness Report , World Economic Forum Global Competitiveness Report 2011 juga menunjukkan, beberapa pilar yang mempengaruhi daya saing Indonesia yang tidak optimal tersebut, yaitu kelembagaan (institutions), infrastruktur, kondisi ekonomi makro, termasuk pilar kondisi kesehatan dan pendidikan dasar dan pilar pendidikan tinggi dan pelatihan. Beberapa pilar yang mempengaruhi peringkat daya saing Indonesia selengkapnya adalah sebagai berikut : 16

27 Tabel II.3 Perkembangan Score dan Ranking 12 Pilar Indikator GCI Indonesia Sumber : The Global Competitiveness Report , World Economic Forum Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, pada pilar kesehatan dan pendidikan dasar, kualitas pendidikan di Indonesia relatif tertinggal. Indonesia berada pada peringkat 64 dari 142 negara. Dibandingkan dengan negara tetangga, peringkat Indonesia lebih rendah daripada Singapura (3), Malaysia (33), dan Filipina (42). Kondisi yang sama juga terjadi pada indikator pendidikan tinggi dan pelatihan. Pada Indikator ini, Indonesia berada pada peringkat 69 dari 142 negara. Dibandingkan dengan negara tetangga, peringkat Indonesia lebih rendah daripada Malaysia (38), Thailand (62) dan Singapura (4). Rendahnya peringkat pilar kesehatan dan pendidikan dasar Indonesia dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya kualitas pendidikan dasar yang rendah dan primary education enrollment rate. Sedangkan untuk pilar pendidikan tinggi dan training dipengaruhi oleh beberapa faktor faktor diantaranya secondary education enrollment rate, secondary education enrollment rate, quality of the education system dan sebagainya. 17

28 Tabel II.4 Perkembangan Ranking Indikator Pendidikan Indonesia menurut GCI Sumber : The Global Competitiveness Report , World Economic Forum Ketertinggalan pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain juga terlihat indikator lain, seperti perbandingan jumlah mahasiswa strata 3 di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain. Pada tahun 2011, jumlah mahasiswa S3 di Indonesia berjumlah orang atau sebesar 98 orang per satu juta penduduk. Angka ini jauh di bawah negara-negara maju, misalnya Amerika, yang mahasiswa S3-nya berjumlah orang atau orang untuk setiap satu juta penduduk. Bahkan dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia, Indonesia juga masih jauh tertinggal. Jumlah mahasiswa S3 di Malaysia mencapai orang atau 509 orang per satu juta penduduk. Dengan asumsi pertambahan mahasiswa S3 di Indonesia 18

29 sebesar 15% per tahun, Indonesia baru bisa menyamai Malaysia pada kondisi saat ini pada tahun Data perbandingan mahasiswa S3 Indonesia dengan beberapa negara adalah sebagai berikut : Tabel II.5 Perbandingan Mahasiswa S3 Beberapa Negara Negara Jumlah S3 Populasi S3 per 1 Juta Tahun 2011 Penduduk Indonesia Malaysia India Jerman Perancis Jepang USA Sumber : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012 Dilihat dari indikator jumlah publikasi ilmiah, Indonesia sebenarnya telah mengalami perkembangan, yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel II.6 Data Publikasi Indonesia per tahun Sumber : SCImago Journal & Country Rank, 2012 Namun, bila dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia masih tertinggal. Indonesia berada posisi 64 dari 236 negara yang terdata. Peringkat ini lebih rendah dibandingkan negara ASEAN yang lain. Singapura unggul pada ranking 32, disusul Thailand 42, dan Malaysia

30 Sementara itu, dalam hal prasarana fasilitas pendidikan, sebagai konsekuensi letak geografis Indonesia yang berada pada daerah bencana, kerusakan fasilitas pendidikan di Indonesia menunjukkan angka yang cukup memprihatinkan. Sebaran kerusakan fasilitas pendidikan tersebut dapat disajikan dalam diagram lingkar sebagai berikut : Gambar II.1 Kerusakan Fasilitas Pendidikan di Berbagai Propinsi Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana Kondisi pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak lepas dari kondisi sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan politik antara lain : 1) Geografis, Demografis, Sosial, Budaya dan Lingkungan Kondisi sosial, budaya, dan lingkungan yang mempengaruhi pengelolaan dana pengembangan pendidikan antara lain : a) Indonesia sebagai negara kepulauan dan termasuk dalam negara rawan bencana, yang banyak menimbulkan kerusakan pada fasilitas pendidikan; b) Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi; c) Kesenjangan aksesibilitas terhadap pendidikan antara penduduk perkotaan dan pedesaan, antara penduduk kaya dan miskin, antara wilayah maju dan wilayah tertinggal; dan d) Perbedaan persepsi kebutuhan pendidikan dari aspek budaya (etnis dan gender). 20

31 2) Ekonomi Kondisi ekonomi yang mempengaruhi pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional antara lain : a) Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran; b) Kesenjangan pertumbuhan ekonomi antarwilayah; c) Meningkatnya daya saing dan isu globalisasi ekonomi yang mengancam perekonomian nasional; d) Komitmen pemenuhan pendanaan minimal 20% (dua puluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 3) Politik, Pertahanan dan Keamanan Kondisi politik, pertahanan dan keamanan yang dapat mempengaruhi pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional antara lain : a) Kemungkinan adanya ketidakstabilan politik, pertahanan dan keamanan; b) Ancaman disintegrasi bangsa; dan c) Ketidakselarasan peraturan perundangan yang berdampak pada penyelenggaraan pendidikan. b. Kondisi Ekonomi Makro Selama tahun 2011, kondisi perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan cukup signifikan. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar II.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Indonesia Sumber: Bank Indonesia 21

32 Tabel tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi naik dari 6,1% tahun 2010 menjadi 6,5 persen menjadi sebesar 6,50% tahun pada Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang kuat, yang didorong oleh peningkatan pendapatan riel karena inflasi yang rendah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh pendapatan dari hasil ekspor yang tumbuh tinggi sepanjang tahun Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut tentu menggembirakan, karena terjadi ketika perekonomian global kurang kondusif yang ditandai rendahnya pertumbuhan ekonomi negara-negara Eropa dan Amerika. Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya lebih rendah bila dibandingkan dengan China dan India. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2012 ini juga mengalami keadaan yang relatif stabil seperti tahun 2011 yakni sebesar 6,5% (yoy). Kestabilan ini bersumber dari kestabilan konsumsi rumah tangga dan akselerasi investasi. Konsumsi rumah tangga masih didorong oleh optimisme konsumen sehingga konsumsi tumbuh dengan stabil. Sedangkan akselerasi investasi didukung oleh agresifitas investor di tengah iklim usaha yang semakin baik dan kondusif, semakin kuatnya pendanaan, dan terjadinya percepatan pembangunan proyek infrastruktur terutama dalam bidang kelistrikan. Inflasi pada tahun 2011 juga relatif terkendali, yaitu sebesar 3,79%. Tingkat inflasi ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebesar 6,96% yang terus mengalami kestabilan sampai dengan kuartal I tahun 2012 yang besarnya 0,88% (qtq) dan 3,79% (yoy). Tekanan inflasi ini masih tetap terkendali meskipun sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Beberapa factor yang mempengaruhi tingkat inflasi antara lain adalah ekspektasi yang meningkat sejalan dengan rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sepanjang triwulan I 2012, beberapa factor eksternal yang mendorong inflasi antara lain kenaikan harga komoditas internasional non pangan terutama komoditas emas dan energy yang meningkat cukup signifikan serta depresiasi nilai tukar rupiah terhadap US Dollar. 22

33 Gambar II.3 Perkembangan Inflasi per Triwulan I 2012 Sumber : Laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Triwulan I 2012 Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, meskipun melemah pada tahun 2011, namun masih pada kisaran Rp Pergerakan Kurs Dollar dari tahun 1993 adalah sebagai berikut : Gambar II.4 Nilai Tukar Rupiah vs USD Sumber : Laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Triwulan I

34 Penguatan kurs pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 merupakan upaya bertahan Indonesia setelah dikhawatirkan akan digoncang oleh krisis enkonomi internasional. Pada triwulan I 2012 Rupiah mengalami tekanan hingga mencapai level Rp9.066 per dolar AS dari yang sebelumnya Rp8.972 per dolar AS pada triwulan IV tahun Pelemahan rupiah tersebut terutama disebabkan karena persepsi risiko domestik terhadap kenaikan ekspektasi inflasi yang semakin meningkat karena adanya kepanikan global terhadap krisis benua Eropa. Gambar II.5 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah per Triwulan I 2012 Sumber : Laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Triwulan I 2012 Kondisi ekonomi makro yang baik selama beberapa tahun terakhir, khususnya tahun 2011, juga ditandai dengan kinerja perbankan Indonesia masih mampu mempertahankan kinerja. Aset perbankan dan laba yang meningkat, Capital Edequacy Ratio (CAR) yang memadai di atas ketentuan permodalan minimum dan Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) yang membaik. Dengan kondisi tersebut, sampai awal tahun 2012, BI rate dipertahankan pada tingkat 5.75%. Pada tahun 2011, tingkat suku perbankan sedikit mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Deposito satu bulan misalnya, pada tahun 2010 rata-rata sebesar 6,64%, naik menjadi rata-rata sebesar 6,74% pada tahun Tingkat suku bunga rata-rata perbankan nasional dari tahun 2008 sampai 2011 adalah sebagai berikut : 24

35 Tabel II.7 Suku Bunga Rata-rata Perbankan Nasional Giro 2.90% 2.39% 2.23% 2.24% 2.08% Deposito - 1 bulan 10.71% 6.77% 6.64% 6.74% 6.05% - 3 bulan 11.17% 7.45% 6.94% 7.08% 6.56% - 6 bulan 10.32% 7.89% 7.07% 7.12% 6.94% -12 bulan 10.34% 9.54% 7.65% 7.14% 6.82% Sumber : Bank Indonesia, 2012 Di samping itu, kondisi pasar modal juga bertahan pada kondisi yang cukup baik. IHSG mengalami kenaikan sebesar 3,2% pada akhir tahun 2011 yang ditutup di level dari tahun 2010 yaitu Kinerja pasar modal yang baik tersebut juga ditopang oleh kenaikan sovereign credit rating Indonesia dari Moodys. Rating Indonesia yang semula Baa1 yang tergolong speculative grade menjadi Baa3 yang tergolong "investment grade". Pencapaian ini merupakan pertama kali sejak tahun Dengan kondisi tersebut, tantangan bagi LPDP adalah bagaimana memanfaatkan kinerja ekonomi makro dan kinerja sektor finansial yang cukup bagus untuk memperoleh pendapatan sesuai yang diharapkan dan menyalurkan hasil pengembangan dana sesuai visi dan misinya. B. ASUMSI RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN TAHUN Asumsi Ekonomi Makro Pada APBN Tahun 2012, ekonomi makro diasumsikan pertumbuhan ekonomi 6,7%, nilai tukar rupiah Rp per dollar dan inflasi 5,3%. Angka asumsi tersebut lebih optimis dibandingkan dengan tahun Ekonomi tahun 2011 tumbuh 6,5%, nilai tukar stabil sekitar Rp per dollar dan inflasi cukup terkendali pada 3,79%. Karena inflasi yang stabil tersebut, BI rate juga stabil pada kisaran 6%-6,75%. Sedangkan berdasarkan APBNP tahun 2012, asumsi ekonomi makro Indonesia sedikit mengalami perubahan dimana tingkat pertumbuhan ekonominya hanya 6,5% atau lebih rendah 0,2% dari asumsi yang ditetapkan dalam APBN tahun 25

36 2012. Sedangkan tingkat inflasi dalam asumsi APBNP tahun 2012 adalah 6,8% atau lebih tinggi dari inflasi yang tercantum dalam APBN tahun Angka inflasi ini disebabkan karena meningkatnya harga beberapa komoditas internasional dan dipengaruhi juga oleh rencana kebijakan administered price di bidang energi dan pangan yang akan segera dijalankan pemerintah. 2. Asumsi Mikro a) Pengembangan Pelayanan Baru Layanan Beasiswa Memperhatikan beberapa studi dan indikator pendidikan di Indonesia. Permasalahan pendidikan khususnya pendidikan tinggi, dapat disimpulkan dalam lima permasalahan : Rendahnya kualitas dan kuantitas manusia terdidik Komposisi lulusan perguruan tinggi yang tidak ideal. Akses terhadap perguruan tinggi yang masih terbatas. Rendahnya jumlah publikasi di perguruan tinggi. Banyaknya mahasiswa program magister dan doktor yang terkendala biaya penelitian tesis dan disertasi. Atas permasalahan tersebut, LPDP melaksanakan salah satu produk pelayanan, yaitu program Beasiswa untuk program magister dan doktor, serta beasiswa tesis dan disertasi. Program Beasiswa LPDP akan difokuskan untuk program magister dan doktor baik di dalam maupun luar negeri, dan juga untuk program beasiswa tesis dan disertasi. Tujuan, jenis layanan dan target penerima beasiswa yang akan dibiayai dari LPDP adalah sebagai berikut: 26

37 Gambar II.6 Program Beasiswa LPDP Mekanisme pengajuan beasiswa dilakukan oleh calon mahasiswa langsung ke website LPDP. Sedangkan untuk proses seleksi administrasi dan interview akan dilakukan oleh pihak yang ditunjuk oleh tim LPDP melalui seleksi calon reviewer oleh tim independen. Kriteria Perguruan Tinggi yang dapat menjadi mitra LPDP dalam menyelenggarakan beasiswa magister dan doktor adalah sebagai berikut: 1) Perguruan tinggi yang terakreditasi A oleh BAN-PT untuk dalam negeri, dan perguruan tinggi yang memiliki reputasi tinggi dan/atau program studi yang terakreditasi oleh profesi masing-masing (Luar Negeri). 2) Program studi yang diselenggarakan adalah teknik, sains dan pertanian, akuntansi/keuangan, hukum dan agama. Sedangkan kriteria penerima beasiswa LPDP adalah sebagai berikut: 27

38 Pemberian beasiswa tersebut dapat mendukung kebijakan pemerintah untuk pengembangan wilayah pada 6 (enam) koridor pembangunan ekonomi sesuai program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dengan kebijakan ini diharapkan pemberian beasiswa ini dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian secara merata di seluruh wilayah Republik Indonesia. Untuk mempercepat penyaluran, dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Penyusunan pedoman kebijakan dan pedoman pelaksanaan; 2) Sosialisasi ke beberapa perguruan tinggi, kementerian/lembaga, pemerintah daerah dan masyarakat secara luas. Adapun proses penyaluran beasiswa adalah sebagai berikut: 1) Penerimaan aplikasi lamaran dari calon mahasiswa; 2) Penilaian/verifikasi administrasi dan dokumen, bagi yang lolos dipanggil untuk di tes tertulis dan interview; 3) Penetapan sebagai calon penerima beasiswa LPDP; 4) Seleksi perguruan tinggi; 5) Bagi yang lulus seleksi perguruan tinggi, ditetapan sebagai penerima beasiswa LPDP; 6) Pengumuman penerima beasiswa; 7) Penetapan SK penerima beasiswa; 8) Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan perguruan tinggi dan mahasiswa penerima beasiswa LPDP, 9) Proses pembayaran kepada perguruan tinggi dan penerima beasiswa; 10) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 28

39 Gambar II.7 Prosedur Penyaluran Beasiswa S2 dan S3 Layanan Bantuan Dana Riset dan Penghargaan Hasil Karya Riset Bantuan Dana Riset ditujukan untuk: 1) Mendorong dan menghasilkan riset-riset unggul yang dapat diimplementasikan untuk memberi nilai tambah dan/atau inovasiinovasi di bidang pangan, energi, tata kelola, pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan (eco-green), dan bidang lainnya (mandatory). 2) Menjalin jejaring kalangan periset, akademisi dan penggiat riset di bidang pangan, energi, tata kelola, pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan (eco-green), dan bidang lainnya (mandatory). 3) Menjalin kerja sama dan memberi dukungan kepada industri strategis di bidang pangan, energi, tata kelola, pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan (eco-green), dan bidang lainnya (mandatory) untuk menuju kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. 4) Mewujudkan tanggung jawab organisasi melalui riset dan implementasinya di bidang pangan, energi, tata kelola, pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan (eco-green), dan bidang lainnya (mandatory). Bantuan dana riset untuk setiap judul riset yang termasuk di bidang pangan, energi, tata kelola, pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan (eco-green), dan bidang lainnya (mandatory) per tahun setinggi-tingginya Rp

40 Sementara itu, Penghargaan Hasil Karya Riset ditujukan untuk hal yang sama sebagaimana Bantuan Dana Riset. Hanya saja Penghargaan Hasil Karya Riset diberikan atas hasil-hasil riset yang telah diimplementasikan dan sudah dirasakan kemanfaatannya oleh industri,usaha Kecil dan Menengah (UKM), pemerintah daerah atau masyarakat untuk peningkatan efisiensi produksi, kesejahteraan masyarakat atau perbaikan tata kelola instansi pemerintah dan swasta. Penghargaan atas hasil karya riset adalah sebesar Rp ,00 (dua ratus juta rupiah) untuk setiap karya riset. Layanan Dana Cadangan Pendidikan Untuk Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan Yang Rusak Akibat Benacana Alam Layanan ini merupakan bantuan dana untuk merehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam. Mempertimbangkan bahwa terdapat layanan serupa di beberapa instansi pemerintah, maka Dana Cadangan Pendidikan difungsikan sebagai last resort. Untuk mempersiapkan pelaksanaan layanan Dana Cadangan Pendidikan, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Penyusunan kebijakan umum, petunjuk teknis dan peta bencana; 2) Sosialisasi ke beberapa daerah rawan bencana b) Asumsi Volume Pelayanan 1) Layanan Pengembangan Dana (Investasi) Total realisasi PNBP tahun 2012 sebesar Rp ) Layanan Penyaluran Pada tahun 2012, dialokasikan dana untuk layanan beasiswa sebagai berikut: 30

41 Tabel II.8 Rincian Alokasi Dana Layanan Beasiswa Tahun 2012 Uraian % 2013 Layanan Penyaluran Bea siswa 62% Kegiatan penelitian 10% Dana Cadangan untuk Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan 28% c) Asumsi Tarif Tarif LPDP terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu tarif yang dikenakan atas penyaluran dana dan tarif pengembangan dana. Pada tahun 2012, dalam melaksanakan penyaluran LPDP mengenakan tarif sebesar 0%. Sedangkan untuk pengembangan dana, tarif yang digunakan dalam perhitungan pendapatan pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) pada tahun 2012 ini adalah BI rate +1%. Sehubungan dengan tarif pengembangan dana tersebut, LPDP telah membuat suatu kebijakan investasi yang dituangkan dalam Investment Guidelines tahun Di dalam Investment Guidelines tersebut, LPDP meletakkan pola dasar prinsip investasi, menentukan proporsi portofolio investasi, sekaligus menetapkan asumsi tingkat pengembalian yang diharapkan (tarif pengembangan dana) untuk tahun Penentuan tingkat pengembalian yang diharapkan tersebut terkait erat dengan prinsip investasi yang dijalankan LPDP yakni prinsip kehati-hatian (prudent). Dasar pertimbangan yang dipakai oleh LPDP dalam menjalankan prinsip ini adalah sebagai berikut: 1) Belum ada regulasi yang mengatur bahwa kerugian BLU yang diakibatkan karena proses bisnis adalah tidak termasuk kerugian negara, melainkan hanya merupakan kerugian operasional semata. Dengan ketiadaan regulasi inilah LPDP mengelola investasinya secara hati-hati guna menghindari kerugian negara yang mungkin terjadi. 2) Dana yang dikelola LPDP adalah Endowment Fund dan Dana Cadangan Pendidikan yang merupakan dana abadi. LPDP bertanggung jawab untuk mengelola dana ini sehingga nilainya bertambah sesuai dengan 31

42 Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb alokasi dalam APBN dan tidak berkurang karena sebab apapun. Oleh karena itu, LPDP menjalankan prinsip kehati-hatian demi menjaga kestabilan nominal dana abadi ini. Berdasarkan atas asas tersebut, LPDP kemudian menetapkan dasar proporsi investasi dan asumsi tingkat pengembalian yang diharapkan yakni BI rate + 1%. Penentuan angka asumsi tersebut berdasarkan pertimbangan yang didasarkan pada tingkat imbal hasil masing-masing instrument investasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Return deposito sebesar 6% merupakan asumsi suku bunga deposito rata-rata Perbankan Indonesia berdasarkan data resmi Bank Indonesia per bulan April Pada akhir bulan Februari, rata-rata suku bunga deposito untuk jangka waktu 1 bulan dan 3 bulan berada pada kisaran 6 6.5%. Suku bunga ini diperkirakan akan terus menurun karena Bank Indonesia berniat untuk mempertahankan suku bunga BI pada angka 5.75%. Sehingga, diperkirakan pada bulan-bulan selanjutnya suku bunga deposito akan bergerak mendekati angka 6%. Justifikasi atas asumsi tersebut dapat dilihat pada grafik berikut : Gambar II.8 Pergerakan Rata-Rata Suku Bunga Deposito Berjangka % 7.00% 6.50% 6.00% 5.50% 5.00% Suku Bunga Rata-Rata 1 bulan Suku Bunga Rata-Rata 3 bulan Sumber: Statistik Perbankan Indonesia pada Bank Indonesia per April 2012, diolah. 2) Return obligasi/sukuk sebesar 8% diasumsikan berdasarkan rata-rata kupon obligasi pemerintah dengan seri FR0060 (6.25%), FR0061 (7%), dan FR0058 (8.25%) yang dilelang per tanggal 5 Juni ) Reksadana sebesar 8,13% diasumsikan berdasarkan rata-rata return reksadana pendapatan tetap dari beberapa perusahaan investasi seperti Mandiri Sekuritas, BNP Paribas, dan Schroder per tanggal 5 Juni Maka berdasarkan beberapa pertimbangan diatas, dapat diambil rata-rata tingkat imbal hasil untuk keseluruhan instrumen investasi yakni 7.36%. 32

43 Berdasarkan pertimbangan itu pula, dengan BI rate 5.75%, maka ditetapkanlah asumsi minimal imbal hasil yang diharapkan untuk tahun 2012 sebesar BI rate+1% atau sebesar 6.75% dimana angka tersebut dapat dipenuhi karena masih berada dalam batas wajar yakni di bawah 7.36%. Asumsi expected return ini adalah masih bersifat perkiraan dengan dasar data-data resmi yang bisa LPDP himpun dan olah. Dengan begitu, dalam Investment Guidelines telah dicantumkan klausul yang menyatakan Direksi LPDP dapat merevisi asumsi dalam Investment Guidelines sewaktu-waktu apabila terjadi keadaan makro yang tidak diharapkan seperti krisis atau fluktuasi aktivitas perbankan nasional. d) Dana Kelolaan yang Bersumber dari APBN DPPN yang akan dikelola oleh LPDP sampai dengan akhir tahun 2012 diproyeksikan sebesar Rp Dari jumlah tersebut sebesar Rp dan Rp telah dicairkan pada tahun 2010 dan tahun Sedangkan selebihnya diproyeksikan diterima pada tahun Perincian selengkapnya adalah sebagai berikut: Tabel II.9 Proyeksi Dana Pokok DPPN sampai dengan Tahun 2012 e) Kebijakan Akuntansi Sesuai dengan Standar Akuntansi yang Berlaku Kebijakan akuntansi yang direncanakan untuk dilaksanakan oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mengacu kepada dua peraturan umum penyusunan kebijakan akuntansi untuk Badan Layanan Umum (BLU), yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan 33

44 Keuangan Badan Layanan Umum dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 76 tahun 2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum. Secara umum kebijakan akuntansi LPDP meliputi: 1. Peranan dan Tujuan Pelaporan Peranan laporan keuangan sebagai berikut: a. Merupakan media atau alat untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada para pemakai yang akan menggunakan informasi tersebut untuk membuat keputusan secara tepat sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. b. Untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. c. Merupakan media untuk menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan yang berlaku. d. Merupakan laporan pertanggungjawaban pegawai dan manajemen atas kegiatan keuangan dan sumber daya ekonomis yang dipercayakan serta menunjukkan posisi keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. Tujuan khusus laporan keuangan LPDP adalah menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai utama dan pemakai lainnya untuk: a. Mengetahui prestasi keuangan LPDP selama suatu periode dengan Sisa Hasil Usaha dan manfaat penerima dana LPDP sebagai ukuran; b. Mengetahui sumber daya ekonomis yang dimiliki LPDP, kewajiban dan kekayaan bersih; c. Mengetahui transaksi atau kejadian serta keadaan yang mengubah sumber daya ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih suatu LPDP, dalam suatu periode; dan d. Mengetahui informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas LPDP. Untuk memenuhi peranan dan tujuan tersebut, maka pelaporan keuangan harus mampu menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, ekuitas/modal, pendapatan dan beban serta arus kas entitas pelaporan. 34

45 2. Asumsi Dasar Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan meliputi: a. Asumsi Kemandirian Entitias b. Asumsi Kesinambungan Entitas (Going Concern) c. Asumsi Keterukuran Dalam Satuan Uang (Monetary Measurement) 3. Periode Pelaporan Periode pelaporan ini sering disebut dengan periode akuntansi. Satu periode akuntansi terhitung sejak tanggal 1 Januari dan berakhir 31 Desember. Pelaporan keuangan harus diterbitkan tepat waktu segera setelah periode akuntansi berakhir. 4. Karakteristik Kualitatif dan Kendala Pelaporan Beberapa karakteristik yang harus dipenuhi agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki adalah: a) Relevan (Relevance) Agar suatu informasi relevan, maka informasi tersebut harus: Memiliki manfaat umpan balik (feedback value) Memiliki manfaat prediksi (predictive value) Tepat Waktu (Timelines) Lengkap (Completeness) b) Dapat Diandalkan (Reliability) Informasi dapat diandalkan jika memenuhi ciri-ciri: Penyajian Jujur (Representational Faithfulness) Dapat Diverifikasi (Verifiability) Netralitas (Neutrality) c) Dapat Dibandingkan (Comparability) d) Dapat Dipahami (Understandability) Terdapat beberapa kondisi yang menimbulkan kendala dalam memperoleh informasi akuntansi dan pelaporan keuangan yang akurat, yaitu: a. Materialitas b. Pertimbangan Biaya dan Manfaat c. Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif 35

46 5. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a) Basis Akuntansi Basis akuntansi untuk badan usaha LPDP adalah dasar akrual (accrual basis). Penerapan basis akrual berkaitan dengan kepentingan organisasi terhadap penentuan hasil usaha periodik. b) Prinsip Nilai Historis (Historical Cost) Prinsip ini menetapkan bahwa dasar pencatatan pertama kali terhadap Aktiva dan Kewajiban adalah menggunakan nilai perolehan pertama kali (historical value). c) Prinsip Realisasi (Realization) Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas atau setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal. Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumlah kas atau setara kas yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal. d) Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form) Prinsip ini menetapkan bahwa jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonominya, bukan hanya memenuhi aspek formalitasnya. e) Prinsip Periodisitas (Accounting Period) Prinsip ini menetapkan bahwa kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimiliki dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan. f) Prinsip Konsistensi (Consistency) Prinsip ini menetapkan bahwa perlakuan akuntansi yang sama hendaknya diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding 36

47 metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam laporan keuangan. g) Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure) Prinsip ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan. h) Prinsip Penyajian Wajar (Fair Presentation) Prinsip ini menekankan bahwa laporan keuangan hendaknya menyajikan secara wajar meliputi: neraca, perhitungan laba-rugi, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. i) Prinsip Kehati-hatian (Conservatism) Prinsip ini perlu diperhatikan pada saat timbul ketidakpastian dan keragu-raguan yang berkaitan dengan peristiwa dan keadaan tertentu.. 6. Kebijakan Pencatatan dan Pengukuran a. Kebijakan Pengakuan Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa agar dapat diakui/dicatat adalah: (a) Terdapat kemungkinan manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir ke luar dari atau masuk ke dalam entitas pelaporan yang bersangkutan. (b) Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau dapat diestimasi dengan andal. Prinsip pengakuan untuk unsur-unsur utama laporan keuangan entitas pelaporan adalah: 1) Prinsip Pengakuan Aktiva Aktiva diakui jika potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh atau dilepas dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal, yaitu pada saat diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah. 2) Prinsip Pengakuan Kewajiban Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada 37

48 sekarang, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Kewajiban dikelompokkan menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. 3) Prinsip Pengakuan Pendapatan Pendapatan diakui dalam laporan Perhitungan Hasil Usaha, sesuai dengan basis yang digunakan yaitu basis akrual, pendapatan akan dicatat/diakui pada saat realisasi. Pengakuan pendapatan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban. 4) Prinsip Pengakuan Beban Beban diakui dalam laporan Perhitungan Hasil Usaha, sesuai dengan basis yang digunakan yaitu basis akrual maka beban akan dicatat/diakui pada saat terjadinya transaksi atau kejadian. Pengakuan beban bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva. b) Kebijakan Pengukuran Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan (historical value). Aktiva diukur sebesar pengeluaran kas atau setara kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut. Kewajiban diukur sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar kewajiban, atau nilai sekarang dari jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut. Pengukuran pos-pos laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan mata uang rupiah. Sedangkan transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang Rupiah. 38

49 C. PENCAPAIAN KINERJA DAN TARGET KINERJA 1. Tujuan, Sasaran Strategis, Proses Bisnis dan Peta Strategis a. Tujuan Tujuan pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional dirumuskan dengan memperhatikan rumusan visi dan misi. Dengan demikian, tujuan LPDP adalah sebagai berikut: Tabel II.10 Tujuan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Kode T1 T2 T3 T4 Tujuan Tersedianya beasiswa bagi pelajar dan/atau mahasiswa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita mencerdaskan Tersedianya bantuan dana bangsa riset maupun penghargaan hasil karya riset dalam mendorong inovasi bangsa Terjaminnya keberlangsungan pendanaan pendidikan bagi generasi berikutnya sebagai bentuk pertanggungjawaban antargenerasi (intergenerational equity). Tersedianya dana cadangan pendidikan untuk rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana alam b. Sasaran Strategis Dalam rangka mengukur ketercapaian tiap tujuan pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional maka tujuan tersebut diterjemahkan dalam sasaran strategis yang merupakan pernyataan tentang apa yang ingin dicapai LPDP (SS bersifat output/outcome) atau apa yang ingin dilakukan LPDP (SS bersifat proses) dalam jangka waktu satu tahun ke depan. Sasaran strategis tersebut dielaborasi dalam beberapa perspektif sesuai dengan tujuan. Dalam financial perspective yang merupakan ultimate goal, sasaran strategi LPDP ada empat yaitu: a. Sasaran strategis peningkatan pertumbuhan pendapatan hasil pengelolaan DPPN (Kode: SS.1) untuk mencapai tujuan strategis T1; 39

50 b. Sasaran strategis peningkatan pertumbuhan penyaluran dana beasiswa dari hasil pengelolaan DPPN (Kode : SS.2) untuk mencapai tujuan strategis T2; c. Sasaran strategis peningkatan pertumbuhan penyaluran bantuan dana riset dari hasil pengelolaan DPPN (Kode : SS.3) untuk mencapai tujuan strategis T3; d. Sasaran strategis peningkatan pertumbuhan pendapatan hasil pengelolaan Dana Cadangan Pendidikan (Kode : SS.4) untuk mencapai tujuan strategis T4; c. Peta Strategi Dalam mewujudkan visi-misi, tujuan dan sasaran strategis di atas, maka pengelolaan LPDP diarahkan melalui peta strategi yang merupakan hiring dashboard (panel instrument) yang menggambarkan keseluruhan perjalanan strategi LPDP. Peta strategi tersebut diharapkan memudahkan LPDP dalam mengkomunikasikan keseluruhan strategi kepada seluruh anggota organisasi. Dengan visi-misi LPDP dapat didefinisikan dengan jelas serta memiliki proses manajemen yang lengkap (input/sumber daya, proses internal, dan output/outcome). Peta strategi LPDP selengkapnya adalah sebagai berikut: Gambar II.9 Peta Strategi LPDP Tahun

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan R.I. Kebijakan Umum Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Indonesia Endowment Fund for Education (IEFE) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Gedung A.A. Maramis II Lantai 2, Jalan

Lebih terperinci

Kebijakan Pendanaan Riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)

Kebijakan Pendanaan Riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan R.I. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Kebijakan Pendanaan Riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Bandung, 1 Maret 2013 Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Gedung A.A.

Lebih terperinci

Pokok Bahasan. Kebijakan Pendanaan Riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) 18/02/2013. Latar Belakang. Organisasi.

Pokok Bahasan. Kebijakan Pendanaan Riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) 18/02/2013. Latar Belakang. Organisasi. Kementerian Keuangan R.I. Kementerian dan Kebudayaan R.I. Kebijakan Pendanaan Lembaga Pengelola Dana (LPDP) Jogjakarta, 11 Februari 2013 Lembaga Pengelola Dana Gedung A.A. Maramis II Lantai 2, Jalan Lapangan

Lebih terperinci

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) POTENSI MASA DEPAN INDONESIA SAAT INI 16 besakor perenomian di dunia 53% dari populasi di perkotaan menyumbang 74% PDB 55 juta tenaga kerja terdidik (skilled workers)

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2015 Direktur Utama, Eko Prasetyo. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan RBA TA 2015 iv

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2015 Direktur Utama, Eko Prasetyo. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan RBA TA 2015 iv KATA PENGANTAR Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) adalah satuan kerja pada Kementerian Keuangan R.I. yang ditetapkan sebagai satuan kerja yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN.. i KATA PENGANTAR.. iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN. x RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB I PENDAHULUAN. 3 A. UMUM. 3 B. VISI DAN MISI BLU

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia- Nya, dapat menyelesaikan Executive Summary Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Lembar Pengesahan..... i Kata Pengantar... iv Daftar Isi... v Daftar Tabel dan Gambar... viii Daftar Lampiran... xii Ringkasan Eksekutif... 1 BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1. UMUM... 3 1.2. VISI,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Buku Profil DJPK COVER DEPAN. Selayang Pandang DJPK

Buku Profil DJPK COVER DEPAN. Selayang Pandang DJPK Buku Profil DJPK 1 COVER DEPAN Selayang Pandang DJPK Buku Profil DJPK 3 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Selayang Pandang DJPK 4 Buku Profil DJPK NILAI-NILAI KEMENTERIAN KEUANGAN Integritas Berpikir,

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 44) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... RINGKASAN EKSEKUTIF... BAB I Pendahuluan Visi, Misi, Tugas dan Fungsi, Serta Layanan LPDP...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... RINGKASAN EKSEKUTIF... BAB I Pendahuluan Visi, Misi, Tugas dan Fungsi, Serta Layanan LPDP... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...... RINGKASAN EKSEKUTIF... v vi BAB I Pendahuluan...1 1.1. Visi, Misi, Tugas dan Fungsi, Serta Layanan LPDP... 1 1.1.1. Visi... 1 1.1.2. Misi... 1 1.1.3. Tugas dan Fungsi...

Lebih terperinci

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BAUBAU SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... RINGKASAN EKSEKUTIF... BAB I Pendahuluan Visi, Misi, Tugas dan Fungsi, Serta Layanan LPDP...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... RINGKASAN EKSEKUTIF... BAB I Pendahuluan Visi, Misi, Tugas dan Fungsi, Serta Layanan LPDP... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...... RINGKASAN EKSEKUTIF... v vi BAB I Pendahuluan...1 1.1. Visi, Misi, Tugas dan Fungsi, Serta Layanan LPDP... 1 1.1.1. Visi... 1 1.1.2. Misi... 1 1.1.3. Tugas dan Fungsi...

Lebih terperinci

Pendanaan Riset Pembangunan Indonesia

Pendanaan Riset Pembangunan Indonesia Pendanaan Riset Pembangunan Indonesia (Dukungan Finansial Terhadap Riset Terapan yang Mendukung Penguatan Industri Strategis Nasional) Moh. Sofwan Effendi Direktur Pendanaan Riset Mohammad.sof wan@kemdikbud.go.id

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK.01/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang hebat, yang berdampak pada semua aktivitas bisnis di sektor riil. Selama dua tiga tahun terakhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan I 29 Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-29 dan selama tahun 29 diperkirakan masih akan berlanjut sebagaimana kondisi perekonomian dunia yang belum menunjukkan

Lebih terperinci

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1792, 2016 KEMENKEU. PPK-BLU Satker. Penetapan. Pencabutan Penerapan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180/PMK.05/2016 TENTANG PENETAPAN DAN PENCABUTAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Le

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Le No.1876, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. BLU. Pengelolaan Keuangan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

SOSIALISASI PROGRAM LAYANAN LEMBAGA PENGELOLA DANA PENDIDIKAN. Riset Pembangunan Indonesia

SOSIALISASI PROGRAM LAYANAN LEMBAGA PENGELOLA DANA PENDIDIKAN. Riset Pembangunan Indonesia SOSIALISASI PROGRAM LAYANAN LEMBAGA PENGELOLA DANA PENDIDIKAN Riset Pembangunan Indonesia SEKILAS TENTANG LPDP VISI Menjadi lembaga pengelola dana yang terbaik di tingkat regional untuk menyiapkan pemimpin

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

F O R U M B A K O H U M A S, 30 J U L I KONTRIBUSI KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM MEMPERSIAPKAN PEMIMPIN MASA DEPAN INDONESIA MELALUI LPDP

F O R U M B A K O H U M A S, 30 J U L I KONTRIBUSI KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM MEMPERSIAPKAN PEMIMPIN MASA DEPAN INDONESIA MELALUI LPDP F O R U M B A K O H U M A S, 30 J U L I 2 0 1 5 KONTRIBUSI KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM MEMPERSIAPKAN PEMIMPIN MASA DEPAN INDONESIA MELALUI LPDP 1 LATAR BELAKANG PROFIL LPDP PROGRAM LPDP HIGHLIGHT REPORT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN KUTAI TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SOSIALISASI PROGRAM LAYANAN LEMBAGA PENGELOLA DANA PENDIDIKAN

SOSIALISASI PROGRAM LAYANAN LEMBAGA PENGELOLA DANA PENDIDIKAN SOSIALISASI PROGRAM LAYANAN LEMBAGA PENGELOLA DANA PENDIDIKAN Riset Pembangunan Indonesia MOHAMMAD SOFWAN EFFENDI Direktur Pendanaan Riset dan Rehabilitasi Fasilitas Pendidikan sofwan.effendi@depkeu.go.id

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban. Fasilitas Dana. Geothermal. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PMK.011/2012

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENGELOLA DANA PENDIDIKAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENGELOLA DANA PENDIDIKAN PEDOMAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA MAGISTER DAN DOKTOR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bonus demografi bagi bangsa Indonesia berupa proporsi usia produktif terbaik sejak kemerdekaan terjadi dari 2010

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENGELOLA DANA PENDIDIKAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENGELOLA DANA PENDIDIKAN PEDOMAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA TESIS DAN DISERTASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bonus demografi bagi bangsa Indonesia berupa proporsi usia produktif terbaik sejak kemerdekaan terjadi dari 2010

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan III 2010 Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan sebesar 6,1%. Inflasi berada pada kisaran 6,1-6,5% Perkembangan ekonomi global dan domestik yang semakin membaik, kinerja

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal.

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini diuraikan perihal mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang

Lebih terperinci

Beasiswa Afirmasi. 1. Overview

Beasiswa Afirmasi. 1. Overview Beasiswa Afirmasi 1. Overview Indonesia memiliki wilayah luas dengan karakteristik geografis dan sosiokultural yang heterogen. Oleh sebab itu, diperlukan kontribusi dari sumber daya berkualitas untuk menjadi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.886, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Pengelola Dana. Kelapa Sawit. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.01/2015 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5907 KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun 2016. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 146). PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan I 2010 Inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diperkirakan berada pada kisaran 5,1-5,5%. Mayoritas responden (58,8%) optimis bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan II 29 Responden Survei Persepsi Pasar (SPP) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-29 (yoy) dan selama tahun 29 berada pada kisaran 4,1-4,5%. Perkiraan pertumbuhan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN ANGGARAN UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN Oleh: Wakil Rektor IV

RENCANA PROGRAM DAN ANGGARAN UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN Oleh: Wakil Rektor IV RENCANA PROGRAM DAN ANGGARAN UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN 2016 Oleh: Wakil Rektor IV 1 1) Penyampaian Alokasi Pagu Anggaran Unand Tahun 2016 2 4 5 Isu Mendasar Anggaran Unand 2016 - Berkurangnya Alokasi

Lebih terperinci

OVERVIEW IMPLEMENTASI DAN EVALUASI RBA BLU. Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Perbendaharaan

OVERVIEW IMPLEMENTASI DAN EVALUASI RBA BLU. Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Perbendaharaan OVERVIEW IMPLEMENTASI DAN EVALUASI RBA BLU Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Perbendaharaan AGENDA PEMBAHASAN 1. Pendahuluan 2. Mekanisme Penyusunan dan Pengajuan RBA BLU 3. Hal-Hal yang Perlu

Lebih terperinci

SURVEI PROYEKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI

SURVEI PROYEKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI SURVEI PROYEKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI Triwulan II 2017 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2017 Diperkirakan Membaik Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME) Bank Indonesia periode triwulan II-2017 mengindikasikan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-015.12-0/2015 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

MENTER! KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 143/PMK.01/2016 TENT ANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

MENTER! KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 143/PMK.01/2016 TENT ANG ORGANISASI DAN TATA KERJA MENTER! KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143/PMK.01/2016 TENT ANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGELOLA DANA PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014

ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014 ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014 1. Perkembangan Anggaran Pendidikan Anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui Kementerian Negara/Lembaga, alokasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS SABANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Per 17 Desember 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR BKPM menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2011 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam isu membayangi, indeks Pasar Modal Indonesia sukses melewati semua ujian. Sepanjang 2012, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan kondisi

Lebih terperinci

PRUlink Newsletter Kuartal III 2010

PRUlink Newsletter Kuartal III 2010 PRUlink Newsletter Kuartal III 2010 Publikasi dari PT Prudential Life Assurance Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan hasil pemikiran internal perusahaan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH BIDANG PENGELOLAAN TAMAN PINTAR DINAS PARIWISATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat telah menyebabkan kasus

BAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat telah menyebabkan kasus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Resesi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat telah menyebabkan kasus subprime mortgage di sektor perumahan, disusul kemudian dengan naiknya harga minyak

Lebih terperinci

Pasal 68 UU no. 1 Tahun 2004

Pasal 68 UU no. 1 Tahun 2004 BADAN LAYANAN UMUM Dasar Hukum 1. UU no. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 2. PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 3. PP No. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS SABANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

lembaga pengelola dana pendidikan BUKU PEDOMAN RISET PEMBANGUNAN INDONESIA

lembaga pengelola dana pendidikan BUKU PEDOMAN RISET PEMBANGUNAN INDONESIA lembaga pengelola dana pendidikan BUKU PEDOMAN RISET PEMBANGUNAN INDONESIA OVERVIEW PENDANAAN RISET PEMBANGUNAN INDONESIA OVERVIEW PENDANAAN RISET PEMBANGUNAN INDONESIA Latar Belakang : Penguasaan dan

Lebih terperinci

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : A. KEMENTRIAN : () KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Indonesia selaku bank sentral berdasarkan pasal 4 Ayat 1 Undangundang RI No. 23 Tahun 1999 merupakan lembaga negara yang independen. Hal ini berarti

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK TAHUN KODE JUKNIS : 28-PS NAMA PROGRAM : BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK TAHUN KODE JUKNIS : 28-PS NAMA PROGRAM : BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3. 1. Arah Kebijakan Ekonomi 3.1.1. Kondisi Ekonomi Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015 Peningkatan dan perbaikan kondisi ekonomi

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG DANA ABADI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ACEH

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG DANA ABADI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ACEH QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG DANA ABADI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PADA DINAS KESEHATAN YANG MENERAPKAN

Lebih terperinci