HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan di Balai Penelitian Tanah (Lampiran 2), lahan penelitian tergolong masam dengan ph H₂O sebesar 5.1 dengan rasio C/N rendah yaitu 10 dan konsentrasi P₂O₅ dalam tanah tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 61.4 ppm. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April Penanaman setek kolesom dilakukan pada awal bulan Februari dengan jumlah curah hujan yang tinggi dan termasuk bulan basah berdasarkan klasifikasi Oldeman yaitu mm/bulan dan rata-rata lama penyinaran matahari yaitu 5.3 jam/hari (Lampiran 3). Setek kolesom ditanam langsung ke dalam polybag tanpa dilakukan pembibitan awal karena pada saat penanaman frekuensi hujan cukup tinggi, sehingga ketersediaan air untuk setek kolesom dapat tercukupi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan beberapa patogen mulai timbul saat kolesom berumur 2 MST. Penyakit yang dominan menyerang pertanaman yaitu busuk batang dengan ciri-ciri bagian batang membusuk dan lembek, serta berwarna kecoklatan. Pengamatan adanya penyakit ini mendukung penelitian Mualim et al. (2009) yang menyatakan bahwa bakteri Pseudomonas spp. menyerang kolesom selama penelitian berlangsung. Gambar 3. Gejala Serangan Patogen Pseudomonas spp. pada Kolesom

2 13 Kolesom yang berumur 4 MST menunjukkan gejala terserang belalang dan ulat pengerek batang sebesar ± 5 %. Serangan belalang menimbulkan kerusakan dengan adanya bekas gigitan pada pinggir daun kolesom, sedangkan serangan ulat pengerek batang menimbulkan bekas kerekan pada bagian batang kolesom. Pemberian nematisida dan baktersida dilakukan sebelum penanaman setek. Nematisida berupa Furadan ditaburkan di sekeliling polybag sedangkan bakterisida diaplikasi dengan cara mencelupkan bahan setek ke dalam bakterisida yang telah dilarutkan sebelumnya. Adapun usaha pencegahan yang dilakukan yaitu dengan cara membuang tanaman yang terkena terserang patogen penyakit tersebut agar tidak menyebar ke tanaman lain. Gulma yang tumbuh selama pertumbuhan kolesom pada polybag didominasi oleh rumput teki dan alang-alang, penyiangan gulma dilakukan secara manual setiap satu minggu sekali. Panen pada penelitian ini dilakukan sebanyak empat kali yaitu 2, 4, 6, dan 8 MST. Panen pertama (2 MST) dilakukan pada akhir bulan Februari 2010 dimana merupakan jumlah curah hujan tertinggi selama penelitian yaitu sebesar mm/bulan. Panen kedua dan seterusnya (4, 6, dan 8 MST) berlangsung mulai pertengahan bulan Maret 2010 sampai dengan awal bulan April dimana jumlah curah hujan terus menurun sampai 42.7 mm/bulan diakhir percobaan. Kolesom mulai berbunga pada umur 3 MST dan membentuk umbi pada 4 MST. Kolesom yang lebih awal berbunga adalah kolesom yang mendapatkan perlakuan dosis 800 kg SP-18/ha. Rekapitulasi Sidik Ragam dan Regresi Rekapitulasi hasil sidik ragam peubah pertumbuhan dan produksi dapat dilihat pada Tabel 1. Dosis pemupukan SP-18 berpengaruh nyata terhadap komponen bobot daun layak jual pada 2 MST, bobot kering batang dan cabang pada 6 MST, laju tumbuh relatif (LTR) pada 6-8 MST, serta laju asimilasi bersih (LAB) pada 2-4 MST dan 6-8 MST. Komponen peubah pengamatan yang lain yaitu bobot basah daun, bobot basah batang dan cabang, bobot basah akar, bobot basah umbi, bobot kering daun, bobot kering akar, bobot kering umbi, dan luas daun tidak berbeda nyata pada semua perlakuan dosis pemupukan SP-18.

3 14 Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam dan Regresi Komponen Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kolesom Peubah pengamatan Umur Uji F Uji regresi linier sederhana (MST) Pemupukan KK (%) Uji kontras Persamaan garis R² polinomial Bobot basah (g/tanaman) Daun 2 tn y₂= 0.002x tn 4 tn y₄= -0.01x tn 6 tn y₆= x tn 8 tn y₈= 0.034x tn Batang dan cabang 2 tn y₂=0.001x tn 4 tn y₄=-0.000x tn 6 tn y₆= 0.016x tn 8 tn y₈ = 0.103x tn Akar 2 tn y₂ = 0.000x tn 4 tn y₄ = 0.000x tn 6 tn y₆= 0.000x tn 8 tn y₈ = 5E- 05x tn Umbi 2 4 tn y₄ = x tn 6 tn y₆ = x tn 8 tn y₈ = 0.001x tn Pucuk layak jual 2 ** y₂ = x C** 4 tn y₄ = 0.007x tn 6 tn y₆ = 0.165x tn 8 tn y₈ = 0.021x tn Bobot kering (g/tanaman) Daun 2 tn y₂ = -4E-05x tn 4 tn y₄ = x tn 6 tn y₆ = 0.001x tn 8 tn y₈ = 0.004x tn Batang dan cabang 2 tn y₂ = 0.000x tn 4 tn y₄ = x tn 6 * y₆ = x K* 8 tn y₈ = 0.008x tn Akar 2 tn y₂ = 9E-05x tn 4 tn y₄ = -7E-05x tn 6 tn y₆ = -3E-05x tn 8 tn y₈ = 0.000x tn Umbi 2 4 tn y₄ = -6E-05x tn 6 tn 14.10¹) y₆ = x tn 8 tn y₈ = x tn

4 15 Tabel 1. Lanjutan Peubah pengamatan Umur Uji F Uji regresi linier sederhana Uji kontras (MST) Pemupukan KK (%) Persamaan garis R² polinomial Luas daun 2 * y₂ = x tn 4 tn y₄ = x tn 6 tn y₆ = 0.165x tn 8 tn y₈ = 1.668x tn Rasio bobot kering 2 tn y₂ = 0.008x tn tajuk/akar 4 tn y₄ = x tn 6 tn y₆ = 0.001x tn 8 tn y₈ = 0.008x tn Laju tumbuh relatif 2-4 tn y = x tn (g/hari) 4-6 tn y = 0.001x tn 6-8 * y = 0.001x L* Laju asimilasi bersih 2-4 * y = x L* (g/cm²/hari) 4-6 tn y = 0.001x tn 6-8 * y = 0.001x L* Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf 5 %, ** = berbeda nyata pada taraf 1 %, ¹) = hasil transformasi x, tn = tidak nyata, K = kuadratik, C = kubik, L = linier Komponen Produksi Bobot Pucuk Layak Jual Menurut Susanti et al. (2008) dan Mualim et al. (2009) kriteria pucuk segar kolesom yang layak dipasarkan yaitu pucuk yang dipanen ± 15 cm dari ujung daun yang ditegakkan. Pemanenan dilakukan dengan cara menimbang bobot basah hasil pangkasan berupa tajuk beserta tangkainya. Pengamatan bobot pucuk layak jual mulai dilakukan pada saat panen minggu kedua karena tanaman telah memiliki bobot yang cukup maksimal. Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa pemupukan P berpengaruh linier positif terhadap bobot pucuk layak jual kolesom. Bobot pucuk layak jual kolesom mulai meningkat dari umur 4, 6, dan 8 MST, kecuali pada umur 2 MST. Pemberian dosis kg SP-18/ha dapat meningkatkan produksi bobot pucuk layak jual kolesom pada 4-8 MST dibandingkan tanpa pemberian pupuk SP-18 (kontrol). Uchida et al. (2007) menambahkan bahwa peningkatan dosis pemupukan P cenderung meningkatkan bobot daun konsumsi pada tanaman selada.

5 16 Gambar 4. Bobot Pucuk Layak Jual Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Bobot pucuk layak jual tanaman kolesom yang berumur 2 MST memiliki respon kubik. Hal ini dapat dilihat pada kurva dengan dosis 200 kg SP-18/ha memiliki bobot daun layak jual yang tinggi dan mengalami penurunan bobot saat dosis SP-18 mulai ditingkatkan sampai dengan taraf 600 kg SP-18/ha (Gambar 4). Bobot Basah dan Bobot Kering Daun Bobot basah daun merupakan salah satu komponen dari produksi daun segar kolesom. Bobot daun yang semakin besar biasanya akan meningkatkan produksi biomassa. Biomassa merupakan semua bahan kasar yang diperoleh dari semua proses yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman. Regresi menunjukkan bahwa pemupukan SP-18 berpengaruh linier positif terhadap bobot basah daun pada umur 2, 6, dan 8 MST, sedangkan pada umur 4 MST dengan persamaan regresi y = x , pemupukan SP-18 berpengaruh linier negatif terhadap bobot basah daun (Gambar 5). Hal ini berarti bobot basah daun kolesom terus meningkat pada dosis kg SP-18/ ha ketika tanaman kolesom berumur 2, 6, dan 8 MST, sedangkan peningkatan dosis pupuk SP-18 pada umur 4 MST menyebabkan bobot basah daun kolesom cenderung menurun.

6 17 Gambar 5. Bobot Basah Daun Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Faktor lain yang menyebabkan bobot basah daun kolesom pada 4 MST menurun adalah jumlah curah hujan yang rendah sehingga daun kolesom rontok. Hal ini diperkuat pernyataan Herrera dan Taisma (1998) yang menyatakan bahwa dalam kondisi ketersediaan air yang terbatas kolesom mengalami perubahan metobolisme dari C3 menjadi CAM dan menggugurkan daun karena mekanisme adaptasi kekeringan. Uji lanjut kontras poliomial dan uji F menunjukkan bobot basah dan bobot kering daun kolesom tidak berbeda nyata dengan aplikasi pupuk SP-18 pada berbagai dosis. Komponen bahan kering daun adalah polisakarida, lignin, dan komponen sitoplasma seperti protein, lipid, asam amino, asam organik serta unsur tertentu seperti K (Salisbury dan Ross, 1995). Produksi biomassa suatu tanaman dipengaruhi oleh bobot kering daun yang dihasilkan oleh tanaman tersebut. Bobot kering daun yang tinggi dapat diperoleh apabila bobot basah daun yang dihasilkan tanaman juga tinggi.

7 18 Bobot kering daun (g/tanaman Umur (minggu setelah tanam) Dosis SP-18 0 kg/ha Dosis SP kg/ha Dosis SP kg/ha Dosis SP kg/ha Dosis SP kg/ha Gambar 6. Pertambahan Bobot Kering Daun Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Peningkatan bobot kering daun kolesom dapat dilihat pada Gambar 6. Secara keseluruhan tanaman kolesom yang diberi dosis pupuk SP-18 yang semakin meningkat menghasilkan bobot kering daun yang cenderung meningkat pada umur 4, 6, dan 8 MST. Bobot kering daun kolesom tertinggi pada umur 2, 4, 6, dan 8 MST berturut-turut pada dosis pemupukan 400, 200, 400, dan 600 kg SP- 18/ ha. Bobot Basah Batang dan Cabang Bobot basah batang dan cabang kolesom pada berbagai dosis pemupukan SP-18 menunjukkan peningkatan mulai dari umur 2-8 MST, sedangkan dosis SP kg/ha (kontrol) menghasilkan bobot basah batang yang paling rendah dibandingkan perlakuan dosis pemupukan yang lain. Bobot basah batang tertinggi dihasilkan oleh dosis pemupukan 600 kg SP-18/ha saat kolesom berumur 8 MST sedangkan bobot basah batang yang paling rendah dihasilkan oleh kontrol pada umur 2 MST.

8 Bobot basah batang dan caban (g/tanaman) Umur (minggu setelah tanam) Dosis SP-18 0 kg/ha Dosis SP kg/ha Dosis SP kg/ha Dosis SP kg/ha Dosis SP-18 Gambar 7. Pertambahan Bobot Basah Batang Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Pertambahan bobot basah batang dan cabang pada umur 6 dan 8 MST meningkat dengan cepat bila dibandingkan dengan pertambahan bobot basah pada 2 dan 4 MST (Gambar 7). Meskipun hasil uji F tidak nyata untuk peubah bobot basah batang dan cabang kolesom pada 2, 4, 6, dan 8 MST tetapi pada 6 dan 8 MST peningkatan bobot basah batang dan cabang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan ketersediaan P di tanah mulai meningkat sehingga kebutuhan kolesom untuk unsur P dapat terpenuhi. Palada et al. (2008) menambahkan bahwa bobot basah batang cabang pada bayam dan kangkung meningkat secara linier dengan bertambahnya dosis pemupukan P.. Bobot Kering Batang dan Cabang Pemupukan SP-18 dapat mempengaruhi pertumbuhan batang dan cabang kolesom. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8 yang menunjukkan bahwa bobot kering batang dan cabang cenderung meningkat pada taraf 200, 400, 600, dan 800 kg SP-18/ha. Bobot kering batang dan cabang tertinggi saat tanaman kolesom berumur 2, 4, 6, dan 8 MST masing-masing diperoleh pada dosis 200, 200, 400, dan 600 kg SP-18/ha.

9 20 Gambar 8. Kurva Bobot Kering Batang dan Cabang Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Penyerapan unsur P pada tanaman sangat dipengaruhi oleh kecepatan tanaman dalam menyerap unsur P yang tersedia dalam tanah setelah pupuk diaplikasikan. Hal ini terlihat dari Gambar 8 yang menunjukkan bahwa dosis SP- 18 yang semakin tinggi dapat tersedia bagi tanaman apabila umur tanaman kolesom semakin meningkat sampai umur 8 MST. Pengaruh SP-18 nyata pada 6 MST dengan pola respon kuadratik yang mempunyai nilai R² = Bobot Basah dan Bobot Kering Akar Kurva regresi bobot basah akar menunjukkan bahwa pemupukan SP-18 berpengaruh linier positif terhadap pertambahan bobot basah akar kolesom pada 2-8 MST (Gambar 9). Bobot basah akar kolesom akan semakin meningkat dengan bertambahnya dosis pemupukan dan umur tanaman. Bobot basah akar kolesom tertinggi dihasilkan oleh kolesom berumur 6 MST dengan dosis pemupukan 800 kg SP-18/ha. Secara keseluruhan peubah bobot basah akar menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap dosis pemupukan SP-18 yang diaplikasikan.

10 21 Gambar 9.Kurva Bobot Basah Akar Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Regresi bobot kering akar juga menunjukkan bahwa kecenderungan pemupukan SP-18 berpengaruh linier positif terhadap pertambahan bobot kering akar kolesom, kecuali pada kolesom yang berumur 4 dan 6 MST dengan respon linier negatif. Peubah bobot kering akar juga menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya dosis pemupukan SP-18 dan bertambahnya umur tanaman maka bobot kering akar yang dihasilkan juga semakin meningkat (Gambar 10) Gambar 10. Kurva Bobot Kering Akar Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST

11 22 Bobot Basah dan Bobot Kering Umbi Gambar 11 memperlihatkan bahwa produksi bobot basah umbi tertinggi diperoleh dari perlakuan pemupukan 800 kg SP-18/ha pada 8 MST sedangkan untuk bobot basah umbi terendah ditunjukkan oleh perlakuan berbagai dosis pemupukan SP-18 pada 4 MST. Produksi bobot kering umbi kolesom pada 4-8 MST cenderung mengalami penurunan dengan bertambahnya dosis pemupukan sampai pada taraf 800 kg SP-18/ha (Gambar 12). Secara keseluruhan terlihat bahwa bobot basah dan bobot kering umbi kolesom mengalami penurunan dengan bertambahnya dosis pemupukan. Bahan tanam kolesom berupa setek menghasilkan produksi biomassa tertinggi (Susanti et al. 2008). Penggunaan setek ini akan menghasilkan pertubuhan vegetatif yang lebih dominan sehingga pembentukkan umbi pada kolesom menjadi terhambat. Hal ini diperkuat pernyataan Mualim et al. (2009) yang menyatakan bahwa kolesom yang telah memasuki masa puncak pertumbuhan vegetatif akan mengalami kompetisi penggunaan hara oleh tajuk dan umbi sehingga pembentukan umbi terhambat.. Gambar 11.Kurva Bobot Basah Umbi Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST

12 23 Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa tanaman kolesom pada saat memasuki fase generatif daun yang dihasilkan semakin berkurang. Pada keadaan ini hasil fotosintesis akan menurun dan tidak mendukung pembentukan umbi sehingga produksi akar dan umbi yang dihasilkan kurang maksimal. Gambar 12.Kurva Bobot Kering Umbi Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Komponen Pertumbuhan Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar Rasio bobot kering tajuk/akar kolesom secara umum mengalami penurunan pada 2-4 MST dan mengalami peningkatan mulai dari 6-8 MST (Gambar 13). Rasio bobot kering tajuk/akar yang meningkat menunjukkan bahwa pada 6-8 MST perlakuan pemupukan lebih menunjang pertumbuhan tajuk tanaman kolesom. Hal ini mungkin dikarenakan pada 6-8 MST alokasi asimilat lebih ditujukan untuk pembentukan bagian tajuk kolesom yaitu batang, cabang, dan daun. Pada saat 8 MST dosis pemupukan 800 kg SP-18/ha memberikan nilai rasio bobot kering tajuk/akar tertinggi jika dibandingkan dengan rasio bobot kering tajuk/akar tanaman kolesom yang lain pada umur yang berbeda. Hasil penelitian Mualim et al. (2009) menunjukkan bahwa unsur P berperan dalam pertumbuhan tajuk kolesom. Hal ini merupakan alasan dengan meningkatnya dosis pemupukan sampai pada taraf 800 kg SP-18/ha pada 6-8

13 24 MST rasio bobot kering tajuk/akar kolesom cenderung meningkat. Dengan bertambahnya umur tanaman kolesom sampai 8 MST ketersediaan unsur P dalam tanah juga meningkat sehingga kolesom dapat lebih banyak menyerap P yang diberikan. Gambar 13. Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar Kolesom pada Umur 2, 4, 6, Dan 8 MST Luas Daun Pengaruh dari pupuk SP-18 tidak nyata terhadap luas daun tanaman kolesom. Gambar 14 menunjukkan bahwa luas daun tanaman kolesom meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Kolesom yang berumur 4, 6, dan 8 MST memiliki nilai luas daun yang tinggi karena pertumbuhan vegetatif tanaman kolesom berkembang pesat, sehingga pertumbuhan tajuk kolesom meningkat dengan cepat dibandingkan tanaman kolesom pada saat umur 2 MST. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ukpong dan Moses (2001) yang menyatakan bahwa luas daun tanaman kolesom di Nigeria dipengaruhi oleh ketersediaan P dan bahan organik dalam tanah. Secara keseluruhan terlihat juga bahwa dengan meningkatnya dosis pupuk SP-18 dan umur tanaman maka luas daun kolesom akan meningkat juga. Gambar 14 juga menunjukkan bahwa pertumbuhan luas daun kolesom cenderung meningkat sampai puncaknya pada 8 MST.

14 25 Gambar 14. Luas Daun Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Laju Tumbuh Relatif Laju tumbuh relatif menunjukkan peningkatan bobot kering dalam suatu rentang waktu dalam hubungannya dengan bobot asal suatu tanaman. Nilai laju tumbuh relatif berbeda nyata pada 6-8 MST dengan pola respon linier dengan perlakuan berbagai dosis SP-18, meskipun demikian pemupukan dengan dosis 400 kg SP-18/ha menghasilkan nilai LTR yang paling tinggi pada minggu 2-8 MST (Gambar 15). Nilai LTR terendah diperoleh dengan dosis 200 kg SP-18/ ha pada 2-8 MST. Menurut Mualim et al. (2009) secara umum nilai LTR yang tinggi diperoleh dari perlakuan pemupukan NK tanpa P, hal ini menunjukkan bahwa kolesom dalam menghasilkan bahan kering kurang memerlukan unsur P. Perlakuan dosis pupuk SP-18 juga menghasilkan nilai LTR yang berbeda-beda. Hal ini memperkuat pernyataan Susanti et al. (2008) yang menyatakan perbedaan nilai LTR disebabkan oleh perbedaan kandungan hara yang diberikan pada kolesom.

15 Gambar 15. Laju Tumbuh Relatif Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Laju Asimilasi Bersih Laju asimilasi bersih tidak berbeda nyata pada minggu 4-6 MST dan nyata pada 2-4 dan 6-8 MST dengan pola respon linier. Nilai LAB tertinggi ditunjukkan oleh dosis 400 kg SP-18/ha dengan respon kuadratik sedangkan LAB terendah diperoleh dengan dosis 200 kg SP-18/ha. Pada dosis 0 dan 200 kg SP-18/ha nilai LAB menurun tetapi pada dosis kg SP-18/ha nilai LAB meningkat (Gambar 16). Hal ini diduga karena ukuran daun pada perlakuan kg SP- 18/ha lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya sehingga penangkapan energi matahari oleh daun lebih banyak dan laju fotosintesis akan meningkat. LAB berkaitan dengan hasil bersih dari fotosintesis per satuan luas daun dan waktu. Nilai LAB cenderung menurun pada akhir masa penelitian yaitu 6-8 MST. Hal ini disebabkan umur kolesom yang semakin tua dan daun tua yang mengalami klorosis sehingga efisiensi fotosintesis daun menurun.

16 Gambar 16. Laju Asimilasi Bersih Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Pembahasan Umum Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran yang tidak dapat balik, sedangkan perkembangan mencakup diferensiasi, yaitu suatu perubahan dalam tingkat lebih tinggi yang menyangkut spesialisasi dan organisasi secara anatomi dan fisiologi (Respatie, 2007). Pupuk SP-18 diperlukan dalam pertumbuhan kolesom dalam jumlah yang terbatas karena unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman tidak hanya unsur P, tetapi juga unsur hara lain seperti N dan K yang merupakan unsur hara makro yang menunjang pertumbuhan. Analisis tanah awal (Lampiran 2) menunjukkan bahwa kandungan P tersedia dalam tanah tergolong sangat tinggi dengan ph tanah masam, hal ini berpengaruh terhadap penyerapan P oleh tanaman. Soepardi (1983) menyatakan bahwa dalam kondisi ph tanah yang masam sejumlah besi, aluminium, dan mangan akan larut dan mengakibatkan unsur fosfor menjadi tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman..

17 28 Secara keseluruhan pertumbuhan dan produksi kolesom berlangsung lebih baik dengan adanya perlakuan pemupukan sampai dengan taraf 800 kg SP-18/ha. Hal ini terlihat dari kecenderungan kurva produksi tanaman kolesom yang mengalami peningkatan dengan meningkatnya dosis pemupukan SP-18 dan pertambahan umur tanaman Produksi pucuk layak jual dipengaruhi oleh pembentukan cabang yang baik. Hal ini berkaitan dengan fungsi cabang sebagai tempat menghasilkan daun untuk organ fotosintesis pada kolesom. Susanti (2006) menyatakan bahwa jumlah cabang yang meningkat akan meningkatkan jumlah daun sehingga laju asimilasi meningkat. Pembungaan pada kolesom terjadi pada 3 MST dan pembentukan umbi pada 4 MST. Hal ini berpengaruh terhadap peubah bobot pucuk layak jual dan bobot kering batang dan cabang kolesom. Proses pembungaan dan pembentukan umbi mengakibatkan alokasi fotosintat kolesom pada masa vegetatif menjadi terhambat. Sugiarto (2006) menyatakan bahwa pembentukan akar dan umbi kolesom yang kurang maksimal bisa disebabkan oleh pengaruh dominasi apikal dan umur tanaman yang telah berada pada fase generatif sehingga daun yang terbentuk juga semakin sedikit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN KOLESOM TERHADAP PEMUPUKAN P. Oleh: Steve Mualim A

RESPON PERTUMBUHAN KOLESOM TERHADAP PEMUPUKAN P. Oleh: Steve Mualim A RESPON PERTUMBUHAN KOLESOM TERHADAP PEMUPUKAN P Oleh: Steve Mualim A24060366 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RESPON PERTUMBUHAN KOLESOM TERHADAP PEMUPUKAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian Tanah yang digunakan sebagai media tanam kelapa sawit tergolong ke dalam jenis tanah Latosol. Analisis tanah di pembibitan menunjukkan bahwa tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA. Lampiran 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST Ulangan Perlakuan

LAMPIRAN DATA. Lampiran 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST Ulangan Perlakuan LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST Ulangan Total Rataan I II III U 1 F 0 4,000 4,000 3,000 11,000 3,667 U 1 F 1 4,000 4,000 4,000 12,000 4,000 U 1 F

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap jenis makhluk hidup termasuk tanaman. Proses ini berlangsung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Kompos Kulit Biji Kopi Pengomposan kulit biji kopi dilakukan selama 30 hari, proses pembuatan kompos ini berlangsung secara aerob karena pada saat pembuatan memerlukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis sidaik ragam yang ditunjukkan pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa jarak tanam dan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae) 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Sidik Ragam Hasil analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis Parameter yang diamati pada hasil pertumbuhan tanaman kubis terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, diameter

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta di Jumantono, Karanganyar. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah. 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah. 1. Tinggi Tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei hingga Juni 2012. 3.2

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Green House, Lab.Tanah dan Lab.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Green House, Lab.Tanah dan Lab. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Green House, Lab.Tanah dan Lab.Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tajuk Indikator pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya volume dan juga berat suatu biomassa yang dihasilkan selama proses pertunbuhan tanaman.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2009, yang merupakan bulan basah. Berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Dramaga,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.Tinggi Tanaman Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida pada umur 28 dan 45 HST (lampiran 1), bahwa F-hitung lebih besar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Bunga Terompet Kelurahan Sempakata Padang Bulan, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang dikumpulkan melalui dua percobaan yang telah dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN 1979 5777 55 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) VARIETAS LOKAL MADURA PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK FOSFOR Nurul Hidayat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan tinggi tanaman kacang hijau pada umur 2 MST sampai dengan umur 5 MST dan hasil sidik ragamnya, dapat dilihat pada lampiran 6a sampai

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.) J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 172 Vol. 1, No. 2: 172 178, Mei 2013 PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.) Mutiara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Curah hujan selama penelitian dari bulan Oktober 2009 sampai Januari 2010 tergolong tinggi sampai sangat tinggi yaitu berkisar antara 242.1-415.8 mm/bulan dengan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian A. Tinggi Tanaman Hasil Analisis sidik ragam pada tinggi tanaman terung menunjukan bahwa perlakuan pupuk NPK Pelagi berpengaruh nyata terhadap pertambahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengapuran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dolomit yang memiliki 60 mesh. Hasil analisa tanah latosol sebelum diberi dolomit dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN Protein and Anthocyanin Productions of Waterleaf Shoot

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas adalah pengamatan yang digunakan untuk mendukung hasil pengamatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tinggi Tanaman Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pupuk urea dan KCl berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang berperan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat diperoleh dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci