RESPON PERTUMBUHAN KOLESOM TERHADAP PEMUPUKAN P. Oleh: Steve Mualim A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESPON PERTUMBUHAN KOLESOM TERHADAP PEMUPUKAN P. Oleh: Steve Mualim A"

Transkripsi

1 RESPON PERTUMBUHAN KOLESOM TERHADAP PEMUPUKAN P Oleh: Steve Mualim A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RESPON PERTUMBUHAN KOLESOM TERHADAP PEMUPUKAN P Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor STEVE MUALIM A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

3 RINGKASAN STEVE MUALIM. Respon Pertumbuhan Kolesom terhadap Pemupukan P. (Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan kolesom terhadap pemupukan P. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih Leuwikopo, Darmaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini disusun menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktor tunggal sebanyak 3 ulangan. Terdapat 5 taraf perlakuan pemupukan SP-18, yaitu masing-masing 0, 200, 400, 600, dan 800 kg SP-18/ha sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri 10 tanaman kolesom dengan satu tanaman tiap polybag, sehingga populasi kolesom seluruhnya adalah 150 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan SP-18 berpengaruh nyata terhadap peubah bobot pucuk layak jual pada 2 MST, bobot kering batang dan cabang pada 6 MST, laju tumbuh relatif (6-8 MST), serta laju asimilasi bersih (2-4 MST dan 6-8 MST). Pengaruh lingkungan cukup besar dalam mempengaruhi pertumbuhan kolesom karena adanya curah hujan yang tinggi pada 2-4 MST. Hal ini juga menjadi penyebab timbulnya patogen penyakit yang mengganggu pertumbuhan kolesom. Pemupukan sampai dengan dosis 800 kg SP-18/ha pada 8 MST berpengaruh linier positif dan memberikan hasil tertinggi pada bobot pucuk layak jual dengan persamaan y₈ = 0.021x rata-rata sebesar g/tanaman, bobot basah daun dengan persamaan y₈ = 0.034x rata-rata sebesar g/tanaman, bobot kering batang cabang dengan persamaan y₈ = 0.008x rata-rata sebesar g/tanaman, bobot kering akar dengan persamaan y₈ = 0.000x rata-rata sebesar 1.12 g/tanaman, serta bobot basah umbi dengan persamaan y₈ = 0.001x rata-rata sebesar g/tanaman.

4 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Oktober 1988 di Palembang. Penulis merupakan putra bungsu dari ayah Eddy Mualim dan ibu Alice Lulu. Penulis memulai jenjang pendidikannya pada tahun 1994 di SD Xaverius 5 Palembang dan lulus pada tahun Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Xaverius 1 Palembang dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis meneruskan jenjang pendidikannya di SMU Xaverius 1 Palembang dan lulus tahun Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMU Xaverius 1 Palembang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama melalui jalur SPMB dan pada tahun 2007 diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.

5 Judul : RESPON PERTUMBUHAN KOLESOM TERHADAP PEMUPUKAN P Nama : Steve Mualim NRP : A Mayor : Agronomi dan Hortikultura Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr.Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr. NIP Tanggal Lulus :

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Hyang Adi Buddha yang telah memberikan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, sebagai tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikannya pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian mengenai kolesom Talinum triangulare (Jacq.) Willd didasarkan pada masih belum lengkapnya aspek kajian pemupukan P yang telah dilakukan oleh penelitian sebelumnya. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyusun suatu paket budidaya di lapang, sehingga pemupukan P dapat memberikan hasil yang optimum. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, antara lain : 1. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M. S. selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Ir. Supijatno, M.Si. dan Ani Kurniawati, S.P., M.Si. selaku dosen penguji atas saran dan masukannya untuk penulisan skripsi ini. 3. Ir. Megayani S. Rahayu, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik, atas saran dan bimbingannya dalam kegiatan akademik 4. Orang tua dan keluarga tercinta khususnya kakak saya Leo mualim atas dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. De Vilera, Sudianto, Zeny, Raja, Benny, Yoseph serta teman-teman AGH 43 atas kebersamaan dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan kemajuan ilmu pengetahuan. Bogor, Juni 2010 Penulis

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Botani dan Taksonomi... 3 Pemupukan P... 4 BAHAN DAN METODE... 6 Tempat dan Waktu... 6 Bahan dan Alat... 6 Metode Penelitian... 6 Pelaksanaan Penelitian... 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Rekapitulasi Sidik Ragam dan Regresi Komponen Produksi Komponen Pertumbuhan Pembahasan Umum KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 33

8 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam dan Regresi Komponen Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kolesom... 14

9 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tanaman Induk Kolesom Pucuk Layak Jual Kolesom yang Dipanen 15 cm dari Ujung Daun yang Ditegakkan Gejala Serangan Patogen Pseudomonas spp. pada Kolesom Bobot Pucuk Layak Jual Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Bobot Basah Daun Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Pertambahan Bobot Kering Daun Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Pertambahan Bobot Basah Batang Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Kurva Bobot Kering Batang dan Cabang Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Kurva Bobot Basah Akar Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Kurva Bobot Kering Akar Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Kurva Bobot Basah Umbi Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Kurva Bobot Kering Umbi Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar Kolesom pada Umur 2, 4, 6, Dan 8 MST Luas Daun Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Laju Tumbuh Relatif Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Laju Asimilasi Bersih Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST... 27

10 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Denah Penelitian Penilaian Sifat Tanah sebelum Tanam Data Curah Hujan dan Lama Penyinaran selama Masa Penelitian Pengukuran Luas Daun dengan Metode Gravimetri Analisis Sidik Ragam Bobot Basah Daun Analisis Sidik Ragam Bobot Basah Batang dan Cabang Analisis Sidik Ragam Bobot Basah Akar Analisis Sidik Ragam Bobot Basah Umbi Analisis Sidik Ragam Bobot Pucuk Layak Jual Analisis Sidik Ragam Bobot Kering Daun Analisis Sidik Ragam Bobot Kering Batang dan Cabang Analisis Sidik Ragam Bobot Kering Akar Analisis Sidik Ragam Bobot Kering Umbi Analisis Sidik Ragam Luas Daun Analisis Sidik Ragam Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar Analisis Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif Analisis Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih... 43

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki ribuan tumbuhan obat yang tersebar di berbagai daerah nusantara yang bermanfaat untuk bahan baku obat modern dan obat tradisional (Muhammad dan Emmyzar, 1992). Seiring berjalannya waktu potensi dan pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat tropika semakin menunjukkan prospek yang cerah. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri jamu di Indonesia. Menurut Susanti (2006) perkembangan industri jamu tidak terlepas dari trend penduduk dunia yang lebih menggunakan sesuatu yang alami. Salah satu tumbuhan liar yang berkhasiat obat diantaranya berasal dari genus Talinum, seperti Talinum triangulare (Jacq.) Willd. dan Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn. Kedua jenis tanaman yang tergolong dalam suku Portulacaceae ini mempunyai habitus yang mirip tetapi dapat dibedakan melalui bunganya yaitu bentuk bunga seperti tongkat memanjang untuk T. paniculatum dan bentuk segitiga saling menyilang untuk T. triangulare (Hidayat et al., 1994). Keduanya oleh masyarakat umum disebut sebagai som jawa untuk T. paniculatum dan kolesom untuk T. triangulare. Menurut Nugroho et al. (2002) secara empiris kolesom digunakan untuk diare, anti radang, afrodisiaka, dan menambah vitalitas. Dari uji fitokimia diketahui bahwa kolesom mempunyai kandungan kimia saponin, triterpen, steroid, polifenol, dan minyak atsiri. Syukur dan Hernani (2002) juga menyatakan bahwa kolesom berkhasiat sebagai obat pencernaan, peradangan, radang paruparu, demam, keringat dingin, gugup, dan banyak dimakan sebagai sayuran. Dari beberapa penelitian sebelumnya diketahui bahwa pemupukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi biomassa dan kandungan bahan bioaktif kolesom. Ramadhan (2004) menyatakan bahwa perlakuan 150 kg/ha SP-36 menunjukkan hasil yang sangat nyata tertinggi terhadap bobot basah dan bobot kering total per tanaman pada sambiloto. Susanti et al. (2008) dan Mualim et al. (2009) menambahkan bahwa pemberian pupuk dasar berupa pupuk kandang 15 ton/ha pada media tanah dan arang sekam dengan

12 2 perbandingan 3 : 2 (v/v) serta pemupukan PK(-N) menghasilkan biomassa dan produksi antosianin yang tinggi Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Mualim et al. (2009) hanya menggunakan satu dosis pemupukan P, karenanya perlu dikaji dosis pemupukan P yang optimum pada kolesom. Ukpong dan Moses (2001) juga menyatakan bahwa peubah yang terkandung di dalam tanah dan paling berpengaruh terhadap produksi tanaman kolesom adalah ketersediaan fosfor dan kandungan bahan organik di dalam tanah. Oleh sebab itu, maka dosis pemupukan P yang optimum bagi pertumbuhan kolesom perlu diteliti lebih lanjut. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon pertumbuhan kolesom terhadap pemupukan P. Hipotesis Hipotesis penelitian ini yaitu ada dosis pupuk P yang terbaik terhadap pertumbuhan kolesom.

13 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Taksonomi Tanaman kolesom secara umun diklasifikasi dengan taksonomi : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Hamamelidae Ordo : Caryophyllales Famili : Portulacaceae Genus : Talinum Spesies : Talinum triangulare (Jacq.) Willd. Kolesom adalah gulma sekaligus tanaman berkhasiat obat di seluruh daerah tropis yang lembab pada beberapa negara di Afrika Barat dan Tengah (Tindall, 1986). Tanaman ini diyakini berasal dari Amerika Selatan, tetapi beberapa ahli menyatakan kolesom mungkin berasal dari afrika, karena beberapa spesies termasuk Talinum terkait erat dengan Talinum portulacifolium (Forssk.) Schweinf. yang terdapat di Afrika. Kolesom dimakan sebagai sayuran di seluruh daerah tropis termasuk banyak negara di Afrika Barat dan Tengah, dan dibudidayakan di Nigeria dan Kamerun ( Fontem dan Schippers, 2004). Kolesom merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh tegak, batangnya berbentuk bulat, pangkalnya berwarna ungu kemerahan dengan tinggi tanaman sekitar cm. Sistem perakarannya berupa akar tunggang yang menggelembung berbentuk seperti tombak, batangnya lunak dan berair, bercabang banyak, bagian pangkalnya berwarna kuning kecoklatan, dan pada waktu muda berwarna hijau (Rifai, 1994). Bunganya merupakan bunga majemuk, berkumpul dalam malai, dan keluar dari ujung tangkai. Warna bunga ungu kemerahan, buahnya berwarna merah coklat, dan bijinya gepeng berwarna hitam bulat (Syukur dan Hernani, 2002).

14 4 Tumbuhan ini dapat tumbuh secara alami di pinggir jalan, hutan, kebun, dan di daerah lain sampai ketinggian di atas m dpl. Pada kondisi alami di alam, tumbuhan akan hidup selama 4-6 bulan (Rifai, 1994). Pada kondisi kekeringan, tanaman ini mengadopsi metabolisme asam crassulacean (CAM) inducible, yang mengakibatkan penggunaan yang efektif terhadap kandungan air sehingga menghasilkan produk biomassa kering yang tinggi pada suhu udara tropis yang panas (Fontem dan Schippers, 2004). Susanti et al. (2008) menyatakan bahwa secara tradisional penduduk Kalimantan Selatan menggunakan daun kolesom sebagai campuran bedak dingin. Rifai (1994) menambahkan, daun dan pucuk tanaman kolesom biasanya dikonsumsi dengan cara dikukus ataupun direbus. Masyarakat Sunda di daerah Jawa Barat juga menjadikan tanaman ini sebagai lalapan untuk makanan. Kandungan dari 100 g yang dapat dimakan adalah 90.8 g air, energi 105 kj (25 kkal), protein 2.4 g, lemak 0.4 g, karbohidrat 4.4 g, serat 1.0 g, Ca 121 mg, P 67 mg, Fe 5.0 mg, thiamin 0.08 mg, riboflavin 0.18 mg, niasin 0.3 mg, asam askorbat 31 mg. Pemupukan P Istilah pemupukan dalam bahasa Inggris adalah fertilizer yang berasal dari kata fertil yang berarti subur. Menurut pengertian luas, pemupukan ialah pemberian bahan tertentu ke dalam tanah dengan maksud memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah. Leiwakabessy dalam Finck (1982) menyatakan bahwa, pupuk adalah bahan untuk diberikan kepada tanaman baik langsung maupun tidak langsung, guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitasnya, sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman. Fosfor (P) merupakan unsur-unsur esensial yang paling dibutuhkan tanaman setelah nitrogen, karena apabila tanaman kekurangan unsur ini dapat menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap unsur hara lain (Soepardi, 1983). Reaksi dan retensi fosfat juga merupakan hal yang penting dalam kemampuan tanaman menyerap fosfor serta menentukan tingkat efisiensi penggunaan pupuk (Toor dan Bahl, 1999). Krishna (2002) juga menyatakan bahwa intensitas curah hujan, kelembaban tanah, dan efisiensi penggunaan air oleh tanaman yang

15 5 berinteraksi dengan pemupukan P akan menentukan hasil produksi dan biomassa pada suatu tanaman. Namun, Takahashi dan Anwar (2007) menyatakan bahwa, tingkat efisiensi penyerapan unsur P yang rendah oleh tanaman gandum merupakan masalah utama dalam aplikasi pemupakan P di lapangan. Soepardi (1983) menyatakan fosfor berfungsi sebagai aktivator, kofakor, mempengaruhi proses enzimatik dan merangsang penyerapan molibdenium oleh tanaman. Leiwakabessy & Sutandi (1998) menambahkan bahwa unsur ini berperan dalam pemecahan karbohidrat untuk energi, penyimpanan dan peredarannya ke seluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP. Menurut Krishna (2002) fosfor juga berperan dalam merangsang pertumbuhan akar tanaman, sehingga meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap air dan nutrisi dari dalam tanah Hasil penelitian De Datta et al. (1990) menunjukkan bahwa aplikasi pemupukan P pada padi di masa awal pertumbuhan akan meningkatkan produktivitas tanaman padi, karena pada fase awal pertumbuhan padi membutuhkan lebih banyak unsur P. Ukpong dan Moses (2001) menambahkan bahwa variasi bobot pucuk tanaman dan luas area daun pada kolesom (T. triangulare) dipengaruhi oleh bahan organik pada tanah, kandungan potassium dan nitrogen pada tanah, serta ketersediaan fosfor bagi tanaman. Liang dan Scott (2004) menyatakan bahwa fosfor juga berinteraksi dengan beberapa unsur hara lain dan mempengaruhi pertumbuhan beberapa spesies tanaman, selain itu pemupukan P dapat meningkatkan konsentrasi P pada daun. Susanti et al. (2008) menyatakan bahwa pupuk kandang ayam dengan dosis 15 ton/ha pada media tanah dan arang sekam dengan perbandingan 3 : 2 (v/v), merupakan dosis terbaik bagi kolesom yang menghasilkan produksi biomassa tertinggi, namun akan menurunkan kandungan total bahan bioaktif kualitatif kecuali alkaloid pada daun dan umbi kolesom. Mualim et al. (2009) menambahkan bahwa pemupukan P dan K pada kolesom dengan dosis masingmasing 100 kg/ha, dengan media tanah, arang sekam, dan pupuk kandang sapi menyebabkan produksi antosianin tertinggi yaitu mol/tanaman.

16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Dramaga, Bogor. Lokasi kebun berada pada ketinggian tempat ± 190 m di atas permukaan laut. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Februari sampai dengan April Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah setek kolesom, media tanah, arang sekam, polybag (ukuran 40 cm x 50 cm) dengan kapasitas 10 kg tanah kering, pupuk urea, KCl, SP-18, nematisida, dan bakterisida. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat budidaya umum, alat ukur seperti meteran, timbangan analitik, dan oven. Gambar 1. Tanaman Induk Kolesom Metode Penelitian Penelitian disusun menggunakan rancangan acak kelompok faktor tunggal. Perlakuan yang diberikan yaitu pemupukan P dengan 5 taraf (0, 200, 400, 600, dan 800 kg SP-18/ha). Taraf perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 10 tanaman sehingga seluruhnya terdapat 150 tanaman (Lampiran 1). Pengamatan dekstruktif dilakukan

17 7 terhadap 4 tanaman selama penelitian dan 2 tanaman di akhir penelitian dari masing-masing satuan percobaan. Model linier yang digunakan sebagai berikut : Y ij Y ij μ α i β j ε ij = μ+ α i + β j + ε ij = nilai pengamatan pada perlakuan pemupukan ke i dan kelompok ke-j = rataan umum = pengaruh perlakuan pemupukan ke-i = pengaruh kelompok ke-j = pengaruh galat percobaan dari perlakuan pemupukan ke-i, dan kelompok ke-j i = perlakuan pemupukan ke-1, 2, 3, 4, dan 5 j = kelompok ke-1, 2, dan 3 Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan analisis ragam (uji F) pada taraf α = 5 %. Jika uji F nyata, maka dilakukan uji lanjut kontras polinomial untuk melihat kecenderungan respon pertumbuhan terhadap pemupukan P. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : 1. Penanaman Asal bibit yang digunakan adalah setek. Bahan setek berasal dari pohon induk kolesom yang telah berbunga, dengan komposisi media tanam yang digunakan tanah : arang sekam = 3 : 2 (v/v) (Susanti et al., 2008). Setek batang diambil sepanjang ± 14 cm dari bagian tengah batang tua yang telah dibuang daun-daunnya. Sebelum ditanam bahan setek kolesom direndam bakterisida dengan bahan aktif streptomycin sulfat 20 % selama 5 menit dengan konsentrasi 2 g/l air, dan pada saat tanam diberikan Furadan sebanyak 20 butir/tanaman. 2. Pemupukan N, P, dan K Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk N dan K dalam bentuk urea dan KCl, dengan dosis masing-masing 100 kg/ha. Jika dikonversi menjadi dosis/polybag, maka urea dan KCl yang diberikan masing-masing sebesar 0.5 g/polybag (Mualim et al., 2009).

18 8 Pupuk P dalam bentuk SP-18 diberikan sesuai dosis perlakuan yaitu pupuk SP-18 0, 200, 400, 600, dan 800 kg/ha. Jika dikonversi menjadi dosis/polybag, maka SP-18 yang diberikan sebesar 0, 1, 2, 3, dan 4 g/polybag. Larutan pupuk urea, KCl, dan SP-18 masing-masing diberikan pada saat tanam. 3. Pemeliharaan Penyiraman dilakukan secara teratur selama penelitian apabila curah hujan di lapangan relatif sedikit. Jika curah hujan tinggi, maka penyiraman dilakukan dengan interval beberapa hari. Penyiangan gulma dilakukan secara manual. Pengendalian hama dan penyakit dengan pemberian pestisida jika tanaman menunjukkan gejala terserang hama dan patogen penyakit. 4. Pengamatan dan panen Pengamatan dekstruktif dilakukan mulai dari 2, 4, 6, dan 8 MST. Jumlah kolesom yang dipanen tiap pengamatan adalah 15 tanaman, untuk menjaga keutuhan tanaman panen dilakukan dengan membongkar tanaman dengan hatihati. Pucuk kolesom dipanen dengan kriteria 15 cm dari ujung daun yang ditegakkan (Mualim et al., 2009 dan Susanti et al., 2008). Gambar 2. Pucuk Layak Jual Kolesom yang Dipanen 15 cm dari Ujung Daun yang Ditegakkan

19 9 Pengamatan Pengamatan pertumbuhan dilakukan terhadap semua tanaman dalam lahan pada masing-masing satuan unit percobaan. Peubah yang diamati terdiri atas komponen pertumbuhan dan komponen produksi. Komponen pertumbuhan terdiri atas : 1. Luas daun (cm 2 ) dengan menggunakan metode gravimetri Pengamatan untuk menentukan luas daun menggunakan metode gravimetri (Lampiran 4). Luas daun dihitung pada saat 2, 4, 6, dan 8 MST dengan cara desktruktif. 2. Rata-rata laju tumbuh relatif ( Relative Growth Rate- LTR). Perhitungan rata-rata laju tumbuh relative menggunakan rumus : LTR menunjukkan peningkatan bobot kering dalam suatu interval waktu, dalam hubungannya dengan bobot asal. W 1 dan W 2 = masing-masing bobot kering tanaman pada waktu t 1 dan t 2 yang diamati secara periodik (Masarovicova, 1997). Pada penelitian ini, LTR dihitung pada saat 2, 4, 6, dan 8 MST dengan cara desktruktif. 3. Rata-rata laju asimilasi bersih ( Net Assimilation Rate- LAB). Menunjukkan hasil bersih dari hasil asimilasi per satuan luas daun dan waktu. Perhitungan LAB dilakukan dengan menggunakan rumus : W 1 dan W 2 = masing-masing bobot kering tanaman pada waktu t 1 dan t 2, dan A 1 dan A 2 = masing-masing luas daun total pada waktu t 1 dan t 2 yang diamati secara periodik (Masarovicova, 1997). LAB dihitung pada saat 2, 4, 6, dan 8 MST dengan cara desktruktif. 4. Rasio bobot kering tajuk/akar Nilai rasio bobot kering tajuk/akar didapatkan dari pembagian antara bobot kering tajuk dengan bobot kering akar. Rasio tajuk/akar dihitung pada saat 2, 4, 6, dan 8 MST dengan cara desktruktif.

20 10 Komponen produksi terdiri atas : 1. Bobot basah daun Pengukuran bobot basah daun dilakukan pada saat panen dengan menimbang hasil pangkasan berupa daun yang dihasilkan setiap individu tanaman. 2. Bobot basah batang dan cabang Pengukuran bobot basah batang dan cabang dilakukan pada saat panen dengan cara menimbang hasil pangkasan berupa batang dan cabang yang dihasilkan setiap individu tanaman. 3. Bobot basah akar Pengukuran bobot basah akar dilakukan pada saat panen dengan cara menimbang bobot basah akar yang dihasilkan setiap individu tanaman. 4. Bobot basah umbi Pengukuran bobot basah umbi dilakukan pada saat panen dengan cara menimbang bobot basah umbi yang dihasilkan setiap individu tanaman. 5. Bobot kering daun Pengukuran bobot kering daun dilakukan setelah panen dengan cara menimbang bobot kering hasil pangkasan berupa daun yang telah dioven pada suhu C selama 2 hari. 6. Bobot kering batang dan cabang Pengukuran bobot kering batang dan cabang dilakukan setelah panen dengan cara menimbang bobot kering hasil pangkasan berupa batang dan cabang yang telah dioven pada suhu C selama 2 hari. 7. Bobot kering akar Pengukuran bobot kering akar dilakukan setelah panen dengan cara menimbang bobot kering berupa akar yang telah dioven pada suhu C selama 2 hari. 8. Bobot kering umbi Pengukuran bobot kering umbi dilakukan setelah panen dengan cara menimbang bobot kering berupa umbi yang telah dioven pada suhu C selama 2 hari.

21 11 9. Bobot pucuk layak jual sebagai sayuran Pengukuran bobot pucuk layak jual dipanen sesuai dengan kriteria layak jual yaitu dipanen ± 15 cm dari ujung daun yang ditegakkan, dilakukan dengan cara menimbang bobot basah hasil pangkasan berupa tajuk beserta tangkainya.

22 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan di Balai Penelitian Tanah (Lampiran 2), lahan penelitian tergolong masam dengan ph H₂O sebesar 5.1 dengan rasio C/N rendah yaitu 10 dan konsentrasi P₂O₅ dalam tanah tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 61.4 ppm. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April Penanaman setek kolesom dilakukan pada awal bulan Februari dengan jumlah curah hujan yang tinggi dan termasuk bulan basah berdasarkan klasifikasi Oldeman yaitu mm/bulan dan rata-rata lama penyinaran matahari yaitu 5.3 jam/hari (Lampiran 3). Setek kolesom ditanam langsung ke dalam polybag tanpa dilakukan pembibitan awal karena pada saat penanaman frekuensi hujan cukup tinggi, sehingga ketersediaan air untuk setek kolesom dapat tercukupi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan beberapa patogen mulai timbul saat kolesom berumur 2 MST. Penyakit yang dominan menyerang pertanaman yaitu busuk batang dengan ciri-ciri bagian batang membusuk dan lembek, serta berwarna kecoklatan. Pengamatan adanya penyakit ini mendukung penelitian Mualim et al. (2009) yang menyatakan bahwa bakteri Pseudomonas spp. menyerang kolesom selama penelitian berlangsung. Gambar 3. Gejala Serangan Patogen Pseudomonas spp. pada Kolesom

23 13 Kolesom yang berumur 4 MST menunjukkan gejala terserang belalang dan ulat pengerek batang sebesar ± 5 %. Serangan belalang menimbulkan kerusakan dengan adanya bekas gigitan pada pinggir daun kolesom, sedangkan serangan ulat pengerek batang menimbulkan bekas kerekan pada bagian batang kolesom. Pemberian nematisida dan baktersida dilakukan sebelum penanaman setek. Nematisida berupa Furadan ditaburkan di sekeliling polybag sedangkan bakterisida diaplikasi dengan cara mencelupkan bahan setek ke dalam bakterisida yang telah dilarutkan sebelumnya. Adapun usaha pencegahan yang dilakukan yaitu dengan cara membuang tanaman yang terkena terserang patogen penyakit tersebut agar tidak menyebar ke tanaman lain. Gulma yang tumbuh selama pertumbuhan kolesom pada polybag didominasi oleh rumput teki dan alang-alang, penyiangan gulma dilakukan secara manual setiap satu minggu sekali. Panen pada penelitian ini dilakukan sebanyak empat kali yaitu 2, 4, 6, dan 8 MST. Panen pertama (2 MST) dilakukan pada akhir bulan Februari 2010 dimana merupakan jumlah curah hujan tertinggi selama penelitian yaitu sebesar mm/bulan. Panen kedua dan seterusnya (4, 6, dan 8 MST) berlangsung mulai pertengahan bulan Maret 2010 sampai dengan awal bulan April dimana jumlah curah hujan terus menurun sampai 42.7 mm/bulan diakhir percobaan. Kolesom mulai berbunga pada umur 3 MST dan membentuk umbi pada 4 MST. Kolesom yang lebih awal berbunga adalah kolesom yang mendapatkan perlakuan dosis 800 kg SP-18/ha. Rekapitulasi Sidik Ragam dan Regresi Rekapitulasi hasil sidik ragam peubah pertumbuhan dan produksi dapat dilihat pada Tabel 1. Dosis pemupukan SP-18 berpengaruh nyata terhadap komponen bobot daun layak jual pada 2 MST, bobot kering batang dan cabang pada 6 MST, laju tumbuh relatif (LTR) pada 6-8 MST, serta laju asimilasi bersih (LAB) pada 2-4 MST dan 6-8 MST. Komponen peubah pengamatan yang lain yaitu bobot basah daun, bobot basah batang dan cabang, bobot basah akar, bobot basah umbi, bobot kering daun, bobot kering akar, bobot kering umbi, dan luas daun tidak berbeda nyata pada semua perlakuan dosis pemupukan SP-18.

24 14 Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam dan Regresi Komponen Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kolesom Peubah pengamatan Umur Uji F Uji regresi linier sederhana (MST) Pemupukan KK (%) Uji kontras Persamaan garis R² polinomial Bobot basah (g/tanaman) Daun 2 tn y₂= 0.002x tn 4 tn y₄= -0.01x tn 6 tn y₆= x tn 8 tn y₈= 0.034x tn Batang dan cabang 2 tn y₂=0.001x tn 4 tn y₄=-0.000x tn 6 tn y₆= 0.016x tn 8 tn y₈ = 0.103x tn Akar 2 tn y₂ = 0.000x tn 4 tn y₄ = 0.000x tn 6 tn y₆= 0.000x tn 8 tn y₈ = 5E- 05x tn Umbi 2 4 tn y₄ = x tn 6 tn y₆ = x tn 8 tn y₈ = 0.001x tn Pucuk layak jual 2 ** y₂ = x C** 4 tn y₄ = 0.007x tn 6 tn y₆ = 0.165x tn 8 tn y₈ = 0.021x tn Bobot kering (g/tanaman) Daun 2 tn y₂ = -4E-05x tn 4 tn y₄ = x tn 6 tn y₆ = 0.001x tn 8 tn y₈ = 0.004x tn Batang dan cabang 2 tn y₂ = 0.000x tn 4 tn y₄ = x tn 6 * y₆ = x K* 8 tn y₈ = 0.008x tn Akar 2 tn y₂ = 9E-05x tn 4 tn y₄ = -7E-05x tn 6 tn y₆ = -3E-05x tn 8 tn y₈ = 0.000x tn Umbi 2 4 tn y₄ = -6E-05x tn 6 tn 14.10¹) y₆ = x tn 8 tn y₈ = x tn

25 15 Tabel 1. Lanjutan Peubah pengamatan Umur Uji F Uji regresi linier sederhana Uji kontras (MST) Pemupukan KK (%) Persamaan garis R² polinomial Luas daun 2 * y₂ = x tn 4 tn y₄ = x tn 6 tn y₆ = 0.165x tn 8 tn y₈ = 1.668x tn Rasio bobot kering 2 tn y₂ = 0.008x tn tajuk/akar 4 tn y₄ = x tn 6 tn y₆ = 0.001x tn 8 tn y₈ = 0.008x tn Laju tumbuh relatif 2-4 tn y = x tn (g/hari) 4-6 tn y = 0.001x tn 6-8 * y = 0.001x L* Laju asimilasi bersih 2-4 * y = x L* (g/cm²/hari) 4-6 tn y = 0.001x tn 6-8 * y = 0.001x L* Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf 5 %, ** = berbeda nyata pada taraf 1 %, ¹) = hasil transformasi x, tn = tidak nyata, K = kuadratik, C = kubik, L = linier Komponen Produksi Bobot Pucuk Layak Jual Menurut Susanti et al. (2008) dan Mualim et al. (2009) kriteria pucuk segar kolesom yang layak dipasarkan yaitu pucuk yang dipanen ± 15 cm dari ujung daun yang ditegakkan. Pemanenan dilakukan dengan cara menimbang bobot basah hasil pangkasan berupa tajuk beserta tangkainya. Pengamatan bobot pucuk layak jual mulai dilakukan pada saat panen minggu kedua karena tanaman telah memiliki bobot yang cukup maksimal. Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa pemupukan P berpengaruh linier positif terhadap bobot pucuk layak jual kolesom. Bobot pucuk layak jual kolesom mulai meningkat dari umur 4, 6, dan 8 MST, kecuali pada umur 2 MST. Pemberian dosis kg SP-18/ha dapat meningkatkan produksi bobot pucuk layak jual kolesom pada 4-8 MST dibandingkan tanpa pemberian pupuk SP-18 (kontrol). Uchida et al. (2007) menambahkan bahwa peningkatan dosis pemupukan P cenderung meningkatkan bobot daun konsumsi pada tanaman selada.

26 16 Gambar 4. Bobot Pucuk Layak Jual Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Bobot pucuk layak jual tanaman kolesom yang berumur 2 MST memiliki respon kubik. Hal ini dapat dilihat pada kurva dengan dosis 200 kg SP-18/ha memiliki bobot daun layak jual yang tinggi dan mengalami penurunan bobot saat dosis SP-18 mulai ditingkatkan sampai dengan taraf 600 kg SP-18/ha (Gambar 4). Bobot Basah dan Bobot Kering Daun Bobot basah daun merupakan salah satu komponen dari produksi daun segar kolesom. Bobot daun yang semakin besar biasanya akan meningkatkan produksi biomassa. Biomassa merupakan semua bahan kasar yang diperoleh dari semua proses yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman. Regresi menunjukkan bahwa pemupukan SP-18 berpengaruh linier positif terhadap bobot basah daun pada umur 2, 6, dan 8 MST, sedangkan pada umur 4 MST dengan persamaan regresi y = x , pemupukan SP-18 berpengaruh linier negatif terhadap bobot basah daun (Gambar 5). Hal ini berarti bobot basah daun kolesom terus meningkat pada dosis kg SP-18/ ha ketika tanaman kolesom berumur 2, 6, dan 8 MST, sedangkan peningkatan dosis pupuk SP-18 pada umur 4 MST menyebabkan bobot basah daun kolesom cenderung menurun.

27 17 Gambar 5. Bobot Basah Daun Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Faktor lain yang menyebabkan bobot basah daun kolesom pada 4 MST menurun adalah jumlah curah hujan yang rendah sehingga daun kolesom rontok. Hal ini diperkuat pernyataan Herrera dan Taisma (1998) yang menyatakan bahwa dalam kondisi ketersediaan air yang terbatas kolesom mengalami perubahan metobolisme dari C3 menjadi CAM dan menggugurkan daun karena mekanisme adaptasi kekeringan. Uji lanjut kontras poliomial dan uji F menunjukkan bobot basah dan bobot kering daun kolesom tidak berbeda nyata dengan aplikasi pupuk SP-18 pada berbagai dosis. Komponen bahan kering daun adalah polisakarida, lignin, dan komponen sitoplasma seperti protein, lipid, asam amino, asam organik serta unsur tertentu seperti K (Salisbury dan Ross, 1995). Produksi biomassa suatu tanaman dipengaruhi oleh bobot kering daun yang dihasilkan oleh tanaman tersebut. Bobot kering daun yang tinggi dapat diperoleh apabila bobot basah daun yang dihasilkan tanaman juga tinggi.

28 18 Bobot kering daun (g/tanaman Umur (minggu setelah tanam) Dosis SP-18 0 kg/ha Dosis SP kg/ha Dosis SP kg/ha Dosis SP kg/ha Dosis SP kg/ha Gambar 6. Pertambahan Bobot Kering Daun Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Peningkatan bobot kering daun kolesom dapat dilihat pada Gambar 6. Secara keseluruhan tanaman kolesom yang diberi dosis pupuk SP-18 yang semakin meningkat menghasilkan bobot kering daun yang cenderung meningkat pada umur 4, 6, dan 8 MST. Bobot kering daun kolesom tertinggi pada umur 2, 4, 6, dan 8 MST berturut-turut pada dosis pemupukan 400, 200, 400, dan 600 kg SP- 18/ ha. Bobot Basah Batang dan Cabang Bobot basah batang dan cabang kolesom pada berbagai dosis pemupukan SP-18 menunjukkan peningkatan mulai dari umur 2-8 MST, sedangkan dosis SP kg/ha (kontrol) menghasilkan bobot basah batang yang paling rendah dibandingkan perlakuan dosis pemupukan yang lain. Bobot basah batang tertinggi dihasilkan oleh dosis pemupukan 600 kg SP-18/ha saat kolesom berumur 8 MST sedangkan bobot basah batang yang paling rendah dihasilkan oleh kontrol pada umur 2 MST.

29 Bobot basah batang dan caban (g/tanaman) Umur (minggu setelah tanam) Dosis SP-18 0 kg/ha Dosis SP kg/ha Dosis SP kg/ha Dosis SP kg/ha Dosis SP-18 Gambar 7. Pertambahan Bobot Basah Batang Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Pertambahan bobot basah batang dan cabang pada umur 6 dan 8 MST meningkat dengan cepat bila dibandingkan dengan pertambahan bobot basah pada 2 dan 4 MST (Gambar 7). Meskipun hasil uji F tidak nyata untuk peubah bobot basah batang dan cabang kolesom pada 2, 4, 6, dan 8 MST tetapi pada 6 dan 8 MST peningkatan bobot basah batang dan cabang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan ketersediaan P di tanah mulai meningkat sehingga kebutuhan kolesom untuk unsur P dapat terpenuhi. Palada et al. (2008) menambahkan bahwa bobot basah batang cabang pada bayam dan kangkung meningkat secara linier dengan bertambahnya dosis pemupukan P.. Bobot Kering Batang dan Cabang Pemupukan SP-18 dapat mempengaruhi pertumbuhan batang dan cabang kolesom. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8 yang menunjukkan bahwa bobot kering batang dan cabang cenderung meningkat pada taraf 200, 400, 600, dan 800 kg SP-18/ha. Bobot kering batang dan cabang tertinggi saat tanaman kolesom berumur 2, 4, 6, dan 8 MST masing-masing diperoleh pada dosis 200, 200, 400, dan 600 kg SP-18/ha.

30 20 Gambar 8. Kurva Bobot Kering Batang dan Cabang Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Penyerapan unsur P pada tanaman sangat dipengaruhi oleh kecepatan tanaman dalam menyerap unsur P yang tersedia dalam tanah setelah pupuk diaplikasikan. Hal ini terlihat dari Gambar 8 yang menunjukkan bahwa dosis SP- 18 yang semakin tinggi dapat tersedia bagi tanaman apabila umur tanaman kolesom semakin meningkat sampai umur 8 MST. Pengaruh SP-18 nyata pada 6 MST dengan pola respon kuadratik yang mempunyai nilai R² = Bobot Basah dan Bobot Kering Akar Kurva regresi bobot basah akar menunjukkan bahwa pemupukan SP-18 berpengaruh linier positif terhadap pertambahan bobot basah akar kolesom pada 2-8 MST (Gambar 9). Bobot basah akar kolesom akan semakin meningkat dengan bertambahnya dosis pemupukan dan umur tanaman. Bobot basah akar kolesom tertinggi dihasilkan oleh kolesom berumur 6 MST dengan dosis pemupukan 800 kg SP-18/ha. Secara keseluruhan peubah bobot basah akar menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap dosis pemupukan SP-18 yang diaplikasikan.

31 21 Gambar 9.Kurva Bobot Basah Akar Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Regresi bobot kering akar juga menunjukkan bahwa kecenderungan pemupukan SP-18 berpengaruh linier positif terhadap pertambahan bobot kering akar kolesom, kecuali pada kolesom yang berumur 4 dan 6 MST dengan respon linier negatif. Peubah bobot kering akar juga menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatnya dosis pemupukan SP-18 dan bertambahnya umur tanaman maka bobot kering akar yang dihasilkan juga semakin meningkat (Gambar 10) Gambar 10. Kurva Bobot Kering Akar Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST

32 22 Bobot Basah dan Bobot Kering Umbi Gambar 11 memperlihatkan bahwa produksi bobot basah umbi tertinggi diperoleh dari perlakuan pemupukan 800 kg SP-18/ha pada 8 MST sedangkan untuk bobot basah umbi terendah ditunjukkan oleh perlakuan berbagai dosis pemupukan SP-18 pada 4 MST. Produksi bobot kering umbi kolesom pada 4-8 MST cenderung mengalami penurunan dengan bertambahnya dosis pemupukan sampai pada taraf 800 kg SP-18/ha (Gambar 12). Secara keseluruhan terlihat bahwa bobot basah dan bobot kering umbi kolesom mengalami penurunan dengan bertambahnya dosis pemupukan. Bahan tanam kolesom berupa setek menghasilkan produksi biomassa tertinggi (Susanti et al. 2008). Penggunaan setek ini akan menghasilkan pertubuhan vegetatif yang lebih dominan sehingga pembentukkan umbi pada kolesom menjadi terhambat. Hal ini diperkuat pernyataan Mualim et al. (2009) yang menyatakan bahwa kolesom yang telah memasuki masa puncak pertumbuhan vegetatif akan mengalami kompetisi penggunaan hara oleh tajuk dan umbi sehingga pembentukan umbi terhambat.. Gambar 11.Kurva Bobot Basah Umbi Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST

33 23 Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa tanaman kolesom pada saat memasuki fase generatif daun yang dihasilkan semakin berkurang. Pada keadaan ini hasil fotosintesis akan menurun dan tidak mendukung pembentukan umbi sehingga produksi akar dan umbi yang dihasilkan kurang maksimal. Gambar 12.Kurva Bobot Kering Umbi Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Komponen Pertumbuhan Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar Rasio bobot kering tajuk/akar kolesom secara umum mengalami penurunan pada 2-4 MST dan mengalami peningkatan mulai dari 6-8 MST (Gambar 13). Rasio bobot kering tajuk/akar yang meningkat menunjukkan bahwa pada 6-8 MST perlakuan pemupukan lebih menunjang pertumbuhan tajuk tanaman kolesom. Hal ini mungkin dikarenakan pada 6-8 MST alokasi asimilat lebih ditujukan untuk pembentukan bagian tajuk kolesom yaitu batang, cabang, dan daun. Pada saat 8 MST dosis pemupukan 800 kg SP-18/ha memberikan nilai rasio bobot kering tajuk/akar tertinggi jika dibandingkan dengan rasio bobot kering tajuk/akar tanaman kolesom yang lain pada umur yang berbeda. Hasil penelitian Mualim et al. (2009) menunjukkan bahwa unsur P berperan dalam pertumbuhan tajuk kolesom. Hal ini merupakan alasan dengan meningkatnya dosis pemupukan sampai pada taraf 800 kg SP-18/ha pada 6-8

34 24 MST rasio bobot kering tajuk/akar kolesom cenderung meningkat. Dengan bertambahnya umur tanaman kolesom sampai 8 MST ketersediaan unsur P dalam tanah juga meningkat sehingga kolesom dapat lebih banyak menyerap P yang diberikan. Gambar 13. Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar Kolesom pada Umur 2, 4, 6, Dan 8 MST Luas Daun Pengaruh dari pupuk SP-18 tidak nyata terhadap luas daun tanaman kolesom. Gambar 14 menunjukkan bahwa luas daun tanaman kolesom meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Kolesom yang berumur 4, 6, dan 8 MST memiliki nilai luas daun yang tinggi karena pertumbuhan vegetatif tanaman kolesom berkembang pesat, sehingga pertumbuhan tajuk kolesom meningkat dengan cepat dibandingkan tanaman kolesom pada saat umur 2 MST. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ukpong dan Moses (2001) yang menyatakan bahwa luas daun tanaman kolesom di Nigeria dipengaruhi oleh ketersediaan P dan bahan organik dalam tanah. Secara keseluruhan terlihat juga bahwa dengan meningkatnya dosis pupuk SP-18 dan umur tanaman maka luas daun kolesom akan meningkat juga. Gambar 14 juga menunjukkan bahwa pertumbuhan luas daun kolesom cenderung meningkat sampai puncaknya pada 8 MST.

35 25 Gambar 14. Luas Daun Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Laju Tumbuh Relatif Laju tumbuh relatif menunjukkan peningkatan bobot kering dalam suatu rentang waktu dalam hubungannya dengan bobot asal suatu tanaman. Nilai laju tumbuh relatif berbeda nyata pada 6-8 MST dengan pola respon linier dengan perlakuan berbagai dosis SP-18, meskipun demikian pemupukan dengan dosis 400 kg SP-18/ha menghasilkan nilai LTR yang paling tinggi pada minggu 2-8 MST (Gambar 15). Nilai LTR terendah diperoleh dengan dosis 200 kg SP-18/ ha pada 2-8 MST. Menurut Mualim et al. (2009) secara umum nilai LTR yang tinggi diperoleh dari perlakuan pemupukan NK tanpa P, hal ini menunjukkan bahwa kolesom dalam menghasilkan bahan kering kurang memerlukan unsur P. Perlakuan dosis pupuk SP-18 juga menghasilkan nilai LTR yang berbeda-beda. Hal ini memperkuat pernyataan Susanti et al. (2008) yang menyatakan perbedaan nilai LTR disebabkan oleh perbedaan kandungan hara yang diberikan pada kolesom.

36 Gambar 15. Laju Tumbuh Relatif Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Laju Asimilasi Bersih Laju asimilasi bersih tidak berbeda nyata pada minggu 4-6 MST dan nyata pada 2-4 dan 6-8 MST dengan pola respon linier. Nilai LAB tertinggi ditunjukkan oleh dosis 400 kg SP-18/ha dengan respon kuadratik sedangkan LAB terendah diperoleh dengan dosis 200 kg SP-18/ha. Pada dosis 0 dan 200 kg SP-18/ha nilai LAB menurun tetapi pada dosis kg SP-18/ha nilai LAB meningkat (Gambar 16). Hal ini diduga karena ukuran daun pada perlakuan kg SP- 18/ha lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya sehingga penangkapan energi matahari oleh daun lebih banyak dan laju fotosintesis akan meningkat. LAB berkaitan dengan hasil bersih dari fotosintesis per satuan luas daun dan waktu. Nilai LAB cenderung menurun pada akhir masa penelitian yaitu 6-8 MST. Hal ini disebabkan umur kolesom yang semakin tua dan daun tua yang mengalami klorosis sehingga efisiensi fotosintesis daun menurun.

37 Gambar 16. Laju Asimilasi Bersih Kolesom pada Umur 2, 4, 6, dan 8 MST Pembahasan Umum Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran yang tidak dapat balik, sedangkan perkembangan mencakup diferensiasi, yaitu suatu perubahan dalam tingkat lebih tinggi yang menyangkut spesialisasi dan organisasi secara anatomi dan fisiologi (Respatie, 2007). Pupuk SP-18 diperlukan dalam pertumbuhan kolesom dalam jumlah yang terbatas karena unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman tidak hanya unsur P, tetapi juga unsur hara lain seperti N dan K yang merupakan unsur hara makro yang menunjang pertumbuhan. Analisis tanah awal (Lampiran 2) menunjukkan bahwa kandungan P tersedia dalam tanah tergolong sangat tinggi dengan ph tanah masam, hal ini berpengaruh terhadap penyerapan P oleh tanaman. Soepardi (1983) menyatakan bahwa dalam kondisi ph tanah yang masam sejumlah besi, aluminium, dan mangan akan larut dan mengakibatkan unsur fosfor menjadi tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman..

38 28 Secara keseluruhan pertumbuhan dan produksi kolesom berlangsung lebih baik dengan adanya perlakuan pemupukan sampai dengan taraf 800 kg SP-18/ha. Hal ini terlihat dari kecenderungan kurva produksi tanaman kolesom yang mengalami peningkatan dengan meningkatnya dosis pemupukan SP-18 dan pertambahan umur tanaman Produksi pucuk layak jual dipengaruhi oleh pembentukan cabang yang baik. Hal ini berkaitan dengan fungsi cabang sebagai tempat menghasilkan daun untuk organ fotosintesis pada kolesom. Susanti (2006) menyatakan bahwa jumlah cabang yang meningkat akan meningkatkan jumlah daun sehingga laju asimilasi meningkat. Pembungaan pada kolesom terjadi pada 3 MST dan pembentukan umbi pada 4 MST. Hal ini berpengaruh terhadap peubah bobot pucuk layak jual dan bobot kering batang dan cabang kolesom. Proses pembungaan dan pembentukan umbi mengakibatkan alokasi fotosintat kolesom pada masa vegetatif menjadi terhambat. Sugiarto (2006) menyatakan bahwa pembentukan akar dan umbi kolesom yang kurang maksimal bisa disebabkan oleh pengaruh dominasi apikal dan umur tanaman yang telah berada pada fase generatif sehingga daun yang terbentuk juga semakin sedikit.

39 KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan dengan meningkatnya dosis pemupukan sampai dengan taraf 800 kg SP-18/ha maka produksi kolesom cenderung meningkat. Dosis 800 kg SP-18/ha pada 8 MST berpengaruh linier positif dan memberikan hasil tertinggi pada bobot pucuk layak jual dengan persamaan y₈ = 0.021x rata-rata sebesar g/tanaman, bobot basah daun dengan persamaan y₈ = 0.034x rata-rata sebesar g/tanaman, bobot kering batang cabang dengan persamaan y₈ = 0.008x rata-rata sebesar g/tanaman, bobot kering akar dengan persamaan y₈ = 0.000x rata-rata sebesar 1.12 g/tanaman, serta bobot basah umbi dengan persamaan y₈ = 0.001x rata-rata sebesar g/tanaman. Saran Untuk meningkatkan efisiensi penyerapan unsur P pada kolesom, maka sebaiknya sebaiknya perlu dilakukan pengapuran untuk meningkatkan ph tanah yang masam agar ketersediaan P dalam tanah meningkat.

40 DAFTAR PUSTAKA De Datta, S. K., Biswas, T. K., and Charoenchmratcheep Phosphorus requirements and management for low land rice in phosphorus requirements for sustainable agriculture in Asia and Oceania. International Rice Research Institute. 38 : Fontem, D. A. & R. R. Schippers Talinum triangulare (Jacq.) Willd. In: Grubben, G.J.H. & Denton, O.A. (Eds). PROTA 2: Vegetables/Légumes.. PROTA, Wageningen, Netherlands. Herrera, A. and M. Angelica A relationship between fecundity, survival, and the operation of crussulacean acid metabolism in talinum triangulare. Proquest Agricultural Journals 11:1908. Hidayat, R. S., Sudarmono, dan Roemantyo Upaya Perbanyakan Talinum Triangulare dengan Setek Batang. Prosiding Simposium Peneltitian Bahan Obat Alami VIII. Perhimpunan Peneliti Obat Alami. Bogor. Vol 2 : Krishna, K. R Soil Fertility and Crop Production. Science Publishers, Inc. New Hampshire. 465p. Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi Pupuk dan Pemupukan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. hal Liang, H. and S. X. Chang Response of trembling and hybrid aspens to phosphorus and sulfur fertilization in a gray luvisol. Canadian Jounal of Forest Research. 34 : Masarovicova, E Measurement of plant photosynthetic activity. In M. Pessarakli (Eds). Hand Book of Photosynthesis. New York : Marcel Dekker, Inc. Mualim, L., S. A. Aziz, dan M. Melati Kajian pemupukan NPK dan jarak tanam pada produksi antosianin daun kolesom. Bul. Agron.37: Muhammad, L. dan Emmyzar Budidaya Tanaman Obat Introduksi di Indonesia. Prosiding Hasil Peneltian Plasma Nutfah dan Budidaya Tanaman Obat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Bogor. Vol 3 : Nugroho, Y. S., B. Nuratmi, dan M. W. Winarno Kolesom (Talinum triangulare Willd.) tumbuhan berkhasiat afrodisiaka yang aman. Buletin Tanaman Rempah dan Obat. 13: 2-5.

41 31 Palada, M. C., A. D. Susila, and J. G. Kartika Phosphor rate for vegetable grown in the ultisol Nanggung, Bogor, Indonesia. SANREM CRSP 22: Ramadhan, Z Pengaruh Pupuk P dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.). Skripsi. Program Studi Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 29 hal. Respatie, D. W Pengaruh Tinggi Pangkasan dan Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kandungan Bahan Bioaktif Daun Jambu Biji. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 hal. Rifai, M. A Talinum triangulare (Jacq.) Willd. In: Siemonsma, J.S. & Kasem Piluek (Eds). Plant Resources of South-East Asia No 8. Vegetables. Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, Netherlands. p Salisbury, F. B, and C. W. Ross Fisiologi Tumbuhan Jilid Satu. Terjemahan dari : Plant Physiology 4 th edition. Penerjemah : D.R. Lukman. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. Soepardi, G Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. hal Sugiarto, N. T Pengaruh Umur dan Frekuensi Panen pada Produksi Pucuk Kolesom (Talinum Triangulare Willd.). Skripsi. Program Studi Agronomi, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 35 hal. Susanti, H Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) pada Berbagai Asal Bibit, Dosis Pupuk Kandang Ayam, dan Komposisi Media Tanam. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 76 hal. Susanti, H., S. A. Aziz, dan M. Melati Produksi biomassa dan bahan bioaktif kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dari berbagai asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam. Bul. Agron.36: Syukur, C., Hernani Budidaya Tanaman Obat Komersil. Penebar Swadaya. Jakarta. Takahashi, S. and M. R. Anwar Wheat grain yield, phosphorus uptake and soil phosphorus fraction after 23 years of annual fertilizer application to an andosol. Field Crop Research. 101 : Tindall, H. D Vegetables in The Tropics. Macmillan Education Ltd. Hong Kong. 427p.

42 32 Uchida, R., J. Deenik., R. Hamasaki, and R. Shimabuku Phosphorus fertilizer management for romaine lettuce grown in fertile volcanic ash soils of Hawaii.Soil and Crop Management 19: Toor, G. S. and G. S. Bahl Kinetics of phosphate desorption from different soils as influenced by application of poultry manure andfertilizer phosphorus andits uptake by soybean. Biosource Technology. 69 : Ukpong, I. E. and J. O. Moses Nutrient requirements for the growth of waterleaf (Talinum triangulare) production in Uyo metropolis, Nigeria. The Environmentalist. 21 :

43 LAMPIRAN

44 34 Lampiran 1. Denah Penelitian Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 P P1 P2 P5 P2 P4 P4 P3 P2 P3 U P5 P5 P1 P3 P1 P4 Keterangan : P1 = Pemupukan P sebesar 0 kg SP-18/ha P2 = Pemupukan P sebesar 200 kg SP-18/ha P3 = Pemupukan P sebesar 400 kg SP-18/ha P4 = Pemupukan P sebesar 600 kg SP-18/ha P5 = Pemupukan P sebesar 800 kg SP-18/ha

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kolesom merupakan salah satu tanaman obat dari divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyftales, family Portulacaceae, genus Talinum dan spesies triangulare.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI PUPUK N-K MELALUI DAUN TERHADAP PRODUKSI PUCUK DAUN KOLESOM (Talinum triangulare Wild)

PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI PUPUK N-K MELALUI DAUN TERHADAP PRODUKSI PUCUK DAUN KOLESOM (Talinum triangulare Wild) i PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI PUPUK N-K MELALUI DAUN TERHADAP PRODUKSI PUCUK DAUN KOLESOM (Talinum triangulare Wild) Disusun Oleh: MAULANA MARMAN A24061763 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Taksonomi Kolesom

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Taksonomi Kolesom 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Taksonomi Kolesom Tanaman obat Kolesom termasuk ke dalam klasifikasi divisi Magnoliophyta (tumbuhan berbunga), kelas Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil), anak kelas Caryophyllidae,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor. Lokasi ini memiliki ketinggian tempat 240 m di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN Protein and Anthocyanin Productions of Waterleaf Shoot

Lebih terperinci

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN Protein and Anthocyanin Production of Waterleaf Shoot

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.) J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 172 Vol. 1, No. 2: 172 178, Mei 2013 PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.) Mutiara

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 14 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Dramaga, Bogor pada ketinggian 250 m dpl dengan tipe tanah Latosol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta di Jumantono, Karanganyar. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dari Berbagai Asal Bibit dan Dosis Pupuk Kandang Ayam

Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dari Berbagai Asal Bibit dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dari Berbagai Asal Bibit dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Biomass and Bioactive Compound Productions of Talinum triangulare

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN APLIKASI PUPUK DAUN NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN APLIKASI PUPUK DAUN NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN APLIKASI PUPUK DAUN NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN Protein and Anthocyanin Productions of Waterleaf Shoot

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian Tanah yang digunakan sebagai media tanam kelapa sawit tergolong ke dalam jenis tanah Latosol. Analisis tanah di pembibitan menunjukkan bahwa tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN 1979 5777 55 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) VARIETAS LOKAL MADURA PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK FOSFOR Nurul Hidayat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L. PROPOSAL PENELITIAN PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) Oleh Diah Azhari 0910480211 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap jenis makhluk hidup termasuk tanaman. Proses ini berlangsung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak varietasnya (Rukmana, 2005). Kedudukan tanaman kacang hijau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; divisi : Spermatophyta ; subdivisi : Angiospermae ; kelas : Monocotyledoneae ; ordo : Graminales ;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A34304039 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Desember 2009. Bahan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili

Lebih terperinci

SITTA AZMI FARCHANY A

SITTA AZMI FARCHANY A PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK SEBAGAI PENGGANTI PENGUNAAN PUPUK ANORGANIK PADAA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOLESOM SITTA AZMI FARCHANY A24070088 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA. Lampiran 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST Ulangan Perlakuan

LAMPIRAN DATA. Lampiran 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST Ulangan Perlakuan LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST Ulangan Total Rataan I II III U 1 F 0 4,000 4,000 3,000 11,000 3,667 U 1 F 1 4,000 4,000 4,000 12,000 4,000 U 1 F

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dikebun Percobaan Cikatas,Kampus IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian tempat 250 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27 J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 50 Jurnal Agrotek Tropika 1(1):50-54, 2013 Vol. 1, No. 1: 50 54, Januari 2013 PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh : PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI Oleh : BP3K KECAMATAN SELOPURO 2016 I. Latar Belakang PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Sejarah Tanaman Caisim Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Konon di daerah Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007 di kebun percobaan Cikabayan. Analisis klorofil dilakukan di laboratorium Research Group on Crop Improvement

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci