HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Curah hujan selama penelitian dari bulan Oktober 2009 sampai Januari 2010 tergolong tinggi sampai sangat tinggi yaitu berkisar antara mm/bulan dengan jumlah hari hujan hari. Temperatur rata-rata selama penelitian tersebut berkisar antara C. Kondisi curah hujan tersebut sesuai untuk pertanaman padi sawah karena menurut klasifikasi Oldeman tanaman padi sawah membutuhkan curah hujan 200 mm/bulan (Handoko, 1995). Bibit ditanam saat berumur 9 hari setelah semai dengan 1 bibit per lubang tanam. Kondisi awal penanaman hingga panen tanaman padi sawah tergolong normal karena intensitas serangan hama dan penyakit rendah. Pada saat tanaman berumur 0-3, tanaman diserang oleh hama keong mas (Pomacea canaliculata). Serangan hama ini diatasi dengan pengendalian secara manual yaitu penyulaman. Hama-hama lain yang menyerang adalah belalang, walang sangit, dan burung. Hama-hama tersebut dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang besar. Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 122 hari setelah tanam (HST). Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah dilakukan sebelum dan setelah panen. Sebelum penelitian dilakuan analisis tanah awal dengan pengambilan contoh tanah secara komposit. Pada akhir penelitian sampel tanah diambil pada masingmasing petak perlakuan dan dilakukan komposit per ulangan sedangkan untuk perlakuan POC I yang diaplikasikan ke daun, sampel tanah diambil secara komposit. Analisis dilakukan terhadap ph tanah, kandungan C-Organik, C/N, N- Total, P, dan K. Hasil analisis kandungan hara tanah dapat dilihat pada Tabel 2.

2 15 Tabel 2. Hasil Analisis Hara Tanah Sebelum dan Setelah Penelitian Peubah Sebelum Setelah Penelitian Penelitian P1 P2-P6 P7 P8 P9 P10 P11 ph C-Organik (%) C/N N (%) P (%) K (%) Sumber : Laboratorium Tanah, SEAMEO BIOTROP ( ) Hasil analisis tanah sebelum percobaan menunjukkan bahwa ph tanah tergolong agak masam, kandungan C-organik sedang, C/N rasio sedang, N rendah, P sangat rendah, dan K tergolong rendah menurut kriteria dari Hardjowigeno (2003). Secara umum, hasil analisis tanah setelah penelitian ini terjadi penurunan pada peubah ph, C-organik, C/N, N, dan K, namun terjadi peningkatan pada kandungan P tanah. Peningkatan unsur P tanah diduga karena ada penambahan unsur P dari pupuk dasar dan sifat unsur P yang tidak mobil di dalam tanah sedangkan penurunan N dan K diduga karena diambil oleh tanaman. Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam Hasil analisis uji F menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk organik dengan pupuk anorganik dengan berbagai berpengaruh nyata terhadap jumah anakan pada saat tanaman berumur 10 dan jumlah anakan produktif tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap peubah lainnya. Secara rinci rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap beberapa peubah yang diamati disajikan pada Tabel 3 dan terlampir pada Lampiran 5-38.

3 Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Aplikasi Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah Peubah Pengaruh Perlakuan Koefisien Keragaman (%) Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman 3 tn tn tn tn tn tn tn tn 8.54 Jumlah Anakan 3 tn tn tn tn tn tn tn tn Bagan Warna Daun 3 tn tn tn tn tn tn tn tn Bobot Kering Tajuk tn Bobot Kering Akar tn Volume Akar tn Hasil dan Komponen Hasil Jumlah Anakan Produktif tn Jumlah Gabah per Malai tn Panjang Malai tn 4.97 Bobot 1000 Butir tn 6.36 Bobot Basah Contoh tn Bobot Kering Contoh tn

4 Peubah Pengaruh Perlakuan Koefisien Keragaman (%) Gabah Kering Panen tn Gabah Kering Giling tn Persentase Gabah Hampa tn Keterangan * : nyata pada taraf 5% tn : tidak nyata 17 Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman Perlakuan pupuk organik cair I dan II tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman padi sawah dari awal (3 minggu setelah tanam/) hingga akhir pengamatan (10 minggu setelah tanam/) jika dibandingkan perlakuan kontrol (100 % NPK). Secara rinci pengaruh aplikasi pupuk organik cair I dan II terhadap tinggi tanaman padi sawah disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Tinggi Tanaman Padi Sawah Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan % NPK (P1) % NPK + 50 % POC I (P2) % NPK + 75 % POC I (P3) % NPK % POC I (P4) % NPK % POC I (P5) % NPK + 1 POC I (P6) % NPK + 50 % POC II (P7) % NPK + 75 % POC II (P8) % POC II % NPK (P9) % NPK % POC II (P10) % NPK % POC II (P11)

5 18 Aplikasi pupuk organik cair I maupun II tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi sawah. Aplikasi kedua jenis pupuk organik tersebut ditambah NPK penuh ataupun 50 % dan 75 % NPK menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda dengan perlakuan kontrol (100 % NPK). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi hara tanaman pada berbagai perlakuan tersebut cenderung tidak berbeda. Tinggi tanaman padi saat tanaman berumur 10 berkisar antara cm. Jumlah Anakan Hasil analisis uji F, menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan padi sawah pada saat tanaman berumur 10, tetapi uji lanjut menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Seperti disajikan pada Tabel 5, dari umur 3 hingga 10 tidak terdapat perbedaan jumlah anakan antara perlakuan. Jumlah anakan pada saat tanaman berumur 10 rata-rata berkisar antara anakan/rumpun. Walaupun tidak terdapat perbedaan jumlah anakan dengan perlakuan aplikasi pupuk organik cair, tetapi juga tidak terdapat penurunan yang nyata pada perlakuan pengurangan pupuk NPK hingga 50 %. Dari Tabel 5 juga terlihat bahwa penambahan pupuk organik cair I % NPK menghasilkan jumlah anakan pada 10 sekitar 21 anakan/rumpun, apabila hanya NPK saja (100 % ) tanpa pupuk organik cair I jumlah anakan yang dihasilkan sekitar 19 anakan/rumpun sama dengan aplikasi 75 % NPK + pupuk organik cair I. Pengurangan NPK hingga 50 % dengan penambahan pupuk organik cair I menghasilkan jumlah anakan sekitar 17 anakan/rumpun. Dari hasil tersebut terlihat bahwa penambahan pupuk organik cair I dapat sedikit meningkatkan jumlah anakan atau dengan aplikasi pupuk organik cair I dan pengurangan pupuk NPK sebesar 25 % dapat menghasilkan jumlah anakan/rumpun yang sama dengan aplikasi 100 % NPK. Aplikasi pupuk organik cair II yang dikombinasikan dengan 50 % NPK cenderung nyata menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan kontrol (100 % NPK). Aplikasi pupuk organik cair II tidak konsisten dalam meningkatkan jumlah anakan padi sawah. Hal tersebut terlihat dari perlakuan p10

6 19 (100 % POC II + 75 % NPK) dan p11 (100 % POC II + 50 % NPK). Perlakuan p11 dengan pengurangan NPK sebanyak 50 % justru menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan p10 (pengurangan 25 % NPK). Secara rinci pengaruh pupuk organik cair I dan II terhadap jumlah anakan padi sawah disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Jumlah Anakan Padi Sawah Jumlah Anakan (anakan/rumpun) Perlakuan % NPK (P1) % NPK + 50 % POC I (P2) % NPK + 75 % POC I (P3) % NPK % POC I (P4) % NPK % POC I (P5) % NPK % POC I (P6) % NPK + 50 % POC II (P7) % NPK + 75 % POC II (P8) % NPK % POC II (P9) % NPK % POC II (P10) % NPK % POC II (P11) Bagan Warna Daun Bagan warna daun merupakan alat untuk mengukur kandungan N daun dengan melihat derajat warna hijau daun. Nilai ukuran tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan kebutuhan pupuk N dan ukuran kecukupan unsur N bagi tanaman. Untuk bagan warna daun padi indica ditentukan kekurangan unsur hara N apabila pembacaan BWD < 4. Rata-rata hasil pengamatan warna daun setiap perlakuan disajikan pada Tabel 6. Analisis Ragam uji F menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara perlakuan. Dari nilai hasil pembacaan skala BWD dari 3-10 rata-rata

7 20 berkisar 2-3. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar N daun padi berada pada status kurang. Kondisi tersebut diduga menjadi salah satu penyebab tidak berpengaruhnya pupuk organik cair yang diaplikasikan atau pupuk organik cair diduga masih kurang tinggi. Aplikasi POC I dan POC II yang dikombinasikan dengan NPK tidak mampu meningkatkan nilai bagan warna daun padi sawah. Tabel 6. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Bagan Warna Daun Padi Sawah BWD Perlakuan % NPK (P1) % NPK + 50 % POC I (P2) % NPK + 75 % POC I (P3) % NPK % POC I (P4) % NPK % POC I (P5) % NPK % POC I (P6) % NPK + 50 % POC II (P7) % NPK + 75 % POC II (P8) % NPK % POC II (P9) % NPK % POC II (P10) % NPK % POC II (P11) Bobot Kering Tajuk dan Akar serta Volume Akar Bobot kering tajuk dan akar serta volume akar tanaman merupakan peubah yang sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman karena mudah diukur dan merupakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman. Peubah biomassa yang diamati pada tanaman padi sawah meliputi bobot kering akar, bobot kering tajuk/rumpun, dan volume akar. Secara rinci pengaruh POC I dan II yang dikombinasikan dengan pupuk NPK terhadap biomassa tanaman disajikan pada Tabel 7.

8 Tabel 7. Rataan Nilai Bobot Kering Tajuk dan Akar serta Volume Akar Tanaman Padi Sawah pada Perlakuan Pupuk Organik Cair I dan II Perlakuan Bobot Kering Tajuk (g) Bobot Kering Akar (g) 21 Volume Akar (ml) Kering Kering 100 % NPK (P1) % NPK + 50 % POC I (P2) % NPK + 75 % POC I (P3) % NPK % POC I (P4) % NPK % POC I (P5) % NPK % POC I (P6) % NPK + 50 % POC II (P7) % NPK + 75 % POC II (P8) % NPK % POC II (P9) % NPK % POC II (P10) % NPK % POC II (P11) Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa aplikasi POC I dan II menghasilkan bobot kering tajuk dan akar maupun volume akar yang tidak berbeda dibandingkan dengan aplikasi NPK saja. Penambahan pupuk organik cair merk II cenderung menghasilkan bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan volume akar yang lebih besar dari perlakuan 100 % NPK hingga pengurangan 25 % NPK. Pengurangan 50 % NPK sangat menurunkan biomassa tanaman walaupun diaplikasikan pupuk organik cair dibandingkan dengan aplikasi 100 % NPK. Aplikasi pupuk organik cair merk I terlihat terjadi penurunan bobot kering tajuk dan volume akar yang cukup besar apabila pupuk NPK dikurangi 25-50% (Tabel 7). Dengan demikian walaupun tidak berbeda secara statistik, pupuk organik cair merk II lebih potensial untuk mengganti sebagian pupuk NPK anorganik. Hasil dan Komponen Hasil Peubah komponen hasil tanaman padi sawah yang diamati dalam percobaan ini adalah jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah/malai, bobot 1000 butir gabah, dan persentase gabah hampa. Berdasarkan uji F, aplikasi pupuk organik cair terlihat berpengaruh terhadap jumlah anakan produktif. Namun

9 22 demikian uji lanjut menunjukkan bahwa jumlah anakan produktif yang dihasilkan setiap perlakuan tidak berbeda. Aplikasi 100 % NPK penuh menghasilkan jumlah anakan produktif yang tidak berbeda dengan perlakuan 50 % - 75 % NPK ditambah POC I. Kondisi tersebut menjelaskan bahwa POC I mampu mengurangi penggunaan 25 % - 50 % NPK dalam meningkatkan jumlah anakan produktif. Jumlah anakan produktif yang dihasilkan pada aplikasi 100 % POC I + 75 % NPK menghasilkan jumlah anakan produktif sebanyak anakan produktif/rumpun, rata-rata lebih banyak dari pada perlakuan kontrol (15.86 anakan produktif/rumpun). Secara rinci pengaruh pupuk organik cair I dan II terhadap hasil dan komponen hasil padi sawah disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Komponen Hasil Tanaman Padi Sawah Jumlah Bobot Jumlah Gabah Perlakuan Panjang Anakan 1000 Gabah/ Hampa Malai Produktif Butir Malai (%) 100 % NPK (P1) % NPK + 50 % POC I (P2) 100 % NPK + 75 % POC I (P3) 100 % NPK % POC I (P4) 75 % NPK % POC I (P5) 50 % NPK % POC I (P6) 100 % NPK + 50 % POC II (P7) 100 % NPK + 75 % POC II (P8) 100 % NPK % POC II (P9) 75 % NPK % POC II (P10) 50 % NPK % POC II (P11) Hal yang sama juga terjadi pada peubah bobot 1000 butir. Pengurangan 25 % - 50 % NPK % POC I juga menghasilkan bobot 1000 butir yang tidak berbeda dengan perlakuan 100 % pupuk NPK. Namun pada aplikasi POC II tidak menghasilkan data yang konsisten hal tersebut terlihat dari perlakuan 75 % NPK % POC II (P10) dan 100 % POC II %

10 23 NPK (P9). Pengurangan NPK hingga 50 % menghasilkan bobot 1000 butir sebesar 31 gram, namun pengurangan 25 % NPK menghasilkan bobot 1000 butir sebesar gram, sedangkan perlakuan 100 % NPK hanya 28 gram. Aplikasi pupuk POC I + 75 % NPK (pengurangan 25 % NPK) menghasilkan panjang malai yang tidak berbeda dengan perlakuan 100 % NPK. Aplikasi POC dengan pengurangan NPK tidak menghasilkan jumlah gabah/malai yang nyata lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol. Tidak berbedanya hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan penambahan POC I mampu mengurangi penggunaan NPK hingga 25 %. Aplikasi POC II + 75 % NPK mampu menurunkan persentase gabah hampa lebih rendah 2 % dibandingkan perlakuan 100 % NPK. Hasil/Rumpun dan Dugaan Hasil/ha Seperti halnya pengaruh pupuk organik cair dengan pupuk NPK pada peubah komponen hasil tanaman padi sawah, pada hasil tanaman baik basah maupun kering serta hasil/ha tidak terlihat pengaruh yang nyata. Secara rinci pengaruh pupuk organik cair I dan II terhadap hasil gabah (basah dan kering) per tanaman di sajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair I dan II terhadap Hasil/Tanaman Padi Sawah Perlakuan Hasil/Tanaman (gram) Basah Kering 100 % NPK (P1) % NPK + 50 % POC I (P2) % NPK + 75 % POC I (P3) % NPK % POC I (P4) % NPK % POC I (P5) % NPK % POC I (P6) % NPK + 50 % POC II (P7) % NPK + 75 % POC II (P8) % NPK % POC II (P9) % NPK % POC II (P10) % NPK % POC II (P11)

11 24 Pada peubah hasil/tanaman maupun hasil/ha terlihat kecenderungan bahwa apabila pupuk organik cair diaplikasikan dengan 100 % NPK akan menghasilkan hasil gabah/tanaman dan hasil gabah/ha yang lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi 1000 % NPK saja. Apabila NPK diturunkan 25 % ditambah aplikasi pupuk organik cair hasilnya sama dengan 100 % s NPK, sedangkan apabila pupuk NPK diturunkan hingga 50 % hasilnya akan lebih rendah dibanding 100 % NPK saja. Hal inii konsisten pada pupuk organik cair walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Secara rinci pengaruh aplikasi pupuk organik cair terhadap dugaan hasil/haa disajikan pada Gambar NPK (P1) NPK + 50% POC I (P2) s NPK + 75% s POC I (P3) POC I + NPK (P4) 75% NPK + POC I (P5) 50% NPK + NPK + NPK + 50% 75% POC I POC II POC II (P6) (P7) (P8) POC II + NPK (P9) 75% NPK + POC III (P10) 50% NPK + POC II (P11) Dugaan Hasil/ha (kg/ha) GKP Dugaan Hasil/ha (kg/ha) GKG Gambar 1. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik terhadap Dugaan Hasil/ha Padi Sawah Cair dan Anorganik Dari Gambar 1 diperoleh bahwa aplikasii pupuk organik cair % pupuk NPK (p2, p3, dan p4) dan pengurangann 25 % s NPK (p5) dihasilkan gabah basah maupun gabah kering/ha yang lebih tinggi dibandingkan 100 % pupuk NPK saja walaupun tidak berbeda secara statistik sebagai kontrol, perlakuan 100 % s pupuk NPK menghasilkan sekitar 4 ton/ha, sedangkan aplikasi pupuk organik cair + 75 % % pupuk NPK menghasilkan sekitar ton/ha. Produktivitas tersebut tergolong masih rendah pada padi sawah walaupun demikian, selisih produktivitas antara perlakuan p5 (100 %

12 25 POC I + 75 % NPK) dan p6 (100 % POC I + 50 % NPK) dengan perlakuan kontrol (100 % NPK) sebesar ton/ha. Hal ini mengindikasikan bahwaa dengan aplikasi pupuk organik cair dapat meningkatkan gabah kering panen dan gabah kering giling. Peningkatan Hasil Dari Gambar 2 diperoleh bahwa aplikasi pupuk organik cair I terlihat meningkatkan hasil padi sawah. Aplikasi POC I % pupuk NPK maupun 75 % pupuk NPK meningkatkan hasil padi %. Apabila pupuk NPK diturunkan hingga 50 % hasil akan menurun sekitar 2.74 % walaupun diaplikasikan POC I. Pengaruh aplikasi POC II terhadap peningkatan hasil terlihat tidak konsisten. Peningkatan hasil terjadi apabila POC III diaplikasikan dengan 100 % s NPK penuh dan 50 % NPK, tetapi apabila diaplikasikan POC II dengan 75 % NPK terjadi penurunan hasil. Walaupun tidak konsisten aplikasi pupuk POC III diaplikasikan dengan 100 % NPK masih dapat meningkatkan hasil antara 8.22 hingga %. Secara rinci pengaruh pupuk organik cair terhadap peningkatan hasil padi sawah disajikan pada Gambar 2. Peningkatan Hasil (%) P P2 P3 P4 P5 P P P P P10 P Gambar 2. Peningkatan Hasil Aplikasi Pupuk Kombinasi Pupuk NPK Organik Cair dengan

13 26 Analisis Usahatani Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik cair I dengan 75 % hingga 100 % NPK dapat meningkatkan keuntungan usahatani dibandingkan perlakuan 100 % pupuk NPK saja. Peningkatan terbesar diperoleh apabila 100 % POC diaplikasikan 75 % NPK. Dengan mengaplikasikan pupuk organik cair I keuntungan akan meningkat sekitar %. Peningkatan keuntungan pada pupuk organik cair II terjadi apabila diaplikasikan dengan 100 % NPK yaitu sekitar %. Apabila dilihat dari R/C rasio, seluruh perlakuan POC I maupun POC II dengan kombinasi 50 % % NPK menguntungkan secara usahatani, tetapi perlakuan POC I yang diaplikasikan dengan 75 % % NPK terlihat lebih menguntungkan secara ekonomi dibandingkan aplikasi pupuk NPK saja. Hasil analisis usaha tani secara rinci disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis Usahatani Pupuk Organik Cair Perlakuan Biaya Penerimaan Keuntungan (Rp) (Rp) (Rp) R/C 100 % NPK (P1) % NPK + 50 % POC I (P2) % NPK + 75 % POC I (P3) % NPK % POC I (P4) % NPK % POC I (P5) % NPK + 1 POC I (P6) % NPK + 50 % POC II (P7) % NPK + 75 % POC II (P8) % NPK % POC II (P9) % NPK % POC II (P10) % NPK % POC II (P11) Pembahasan Hasil penelitian menyatakan bahwa perlakuan pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah, walaupun demikian terdapat kecenderungan peningkatan hasil gabah dan keuntungan usaha tani. Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu curah hujan yang sangat tinggi, kesuburan tanah yang sangat rendah, atau aplikasi yang masih

14 27 rendah. Curah hujan selama penelitian berkisar antara mm/bulan tergolong tinggi yang diduga menyebabkan efektivitas POC tersebut berkurang karena tercuci. Hasil analisis tanah menunjukkan tingkat kesuburan yang rendah terutama unsur N dan P, sehingga peningkatan pertumbuhan maupun hasil tidak signifikan walaupun unsur hara ditambah dari pupuk organik cair yang kandungan unsur haranya juga sangat rendah. Tidak terlihatnya pengaruh pupuk organik cair diduga juga masih terlalu rendahnya yang diaplikasikan. Tingkat kesuburan tanah yang sangat rendah serta kandungan hara pupuk yang rendah menyebabkan pengaruh POC tidak begitu terlihat. Dosis yang diaplikasikan tersebut merujuk pada anjuran perusahaan produsen. Menurut Dobermann dan Fairhust (2000) ketidaktersediaan unsur N dapat disebabkan karena kemampuan tanah dalam menyediakan unsur N rendah, tidak efisien dalam mengaplikasikan pupuk mineral N, efisiensi yang rendah bagi tanaman dalam menyerap pupuk N, kondisi penanaman yang dapat mengurangi suplai pupuk N, kehilangan N karena hujan, dan tanah kering selama penelitian. Ketidakcukupan N pada percobaan ini juga ditunjukkan oleh nilai bagan warna daun seluruh perlakuan kurang dari 4 (di bawah titk kritis). Pada tanaman padi unsur N sangat menentukan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Aplikasi pupuk organik cair (terutama POC I yang diaplikasikan dengan 75 % hingga 100 % NPK) cenderung meningkatkan jumlah anakan produktif, jumlah gabah/malai, dan bobot 1000 butir. Peningkatan komponen hasil tersebut terlihat juga cenderung meningkatkan hasil gabah/tanaman maupun hasil/ha. Peningkatan hasil dengan aplikasi pupuk organik cair I cenderung lebih konsisten dibanding POC II. Hal tersebut karena pupuk organik cair I mengandung unsur N, P 2 O 5, dan K 2 O (makro) yang lebih tinggi, sedangkan pupuk POC II mengandung unsur hara mikro yang lebih lengkap. Selama ini POC digunakan untuk mengoreksi kekurangan unsur hara sehingga diaplikasikan pada daun agar penyerapan lebih cepat. Penambahan POC dengan pengurangan pupuk NPK sebesar 25 % menghasilkan rataan pertumbuhan tanaman dan produktivitas yang tidak berbeda dengan aplikasi 100 % pupuk NPK saja. Hal tersebut diduga karena pupuk organik cair yang diaplikasikan mengandung unsur hara makro dan mikro. Unsur

15 28 hara N berfungsi dalam mempercepat pertumbuhan tanaman yang dalam hal ini menambah tinggi tanaman, jumlah anakan, menambah ukuran daun dan besar gabah serta memperbaiki kualitas tanaman dan gabah, menambah kadar protein beras, meningkatkan jumlah gabah dan persentase jumlah gabah isi menyediakan bahan makanan bagi mikrobia (jasad-jasad renik yang bekerja menghancurkan bahan-bahan organik di dalam tanah) (Dobermann dan Fairhust, 2000). Unsur P berperan dalam meningkatkan jumlah anakan padi sawah, perkembangan akar awal pembungaan dan pemasakan (terutama di mana suhu rendah). Kalium meningkatkan jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir. K meningkatkan toleransi tanaman padi terhadap kondisi iklim yang merugikan dan serangan hama dan penyakit (Dobermann and Fairhust, 2000). Seng sangat penting untuk beberapa proses biokimia dalam tanaman padi seperti sitokrom dan sintesis nukleotida, metabolisme auksin, produksi khlorofil, aktivasi enzim, dan pemeliharaan integritas membran. Besi berperan penting sebagai komponen enzim yang terlibat dalam transfer elektron, seperti sitokrom dan merupakan konstituen dalam cincin porfirin dan ferredoxin, keduanya sebagai komponen yang sangat penting pada reaksi terang dalam sistem fotosintesis. Mangan terlibat dalam reaksi reduksi dan oksidasi dalam sistem transpor elektron dan mengaktifkan enzim tertentu terutama dekarboksilase dan dehidrogenase yang terlibat dalam siklus krebs (TCA). Unsur Mn diperlukan untuk pembentukan dan stabilitas khloroplas, sintesis protein, dan reduksi NO - 3. Boron memiliki peran utama dalam biosintesis dinding sel, struktur dan integritas membran plasma. Unsur B sangat dibutuhkan untuk metabolisme karbohidrat, transport gula, lignifikasi, sintesis nukleotida, dan respirasi. Tembaga diperlukan untuk sintesis lignin dan mekanisme pertahanan selular dan merupakan konstituen asam askorbat, enzim oksidase, phenolase, dan plastosianin. Tembaga memainkan peran penting dalam proses fotosintesis, respirasi, pembentukan tepung sari dan pemupukan. Unsur Co sangat penting untuk pertumbuhan mikroorganisme simbiotik seperti rhizobia, bakteri hidup, dan ganggang hijau biru. Unsur Co membentuk kompleks dengan N penting untuk sintesis koenzim vitamin B 12. Mo merupakan komponen beberapa enzim, termasuk nitrat reduktase dan nitrogenase.

16 29 Nitrat reduktase mengkatalisa reduksi nitrat menjadi nitrit pada proses asimilasi dalam tumbuhan (Havlin, et all., 1999). Bobot biomassa baik bobot kering tajuk dan akar maupun volume akar pada percobaan ini juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara perlakuan. Pertumbuhan biomassa tanaman padi sangat ditentukan oleh kecukupan hara N dan P, sedangkan untuk pertumbuhan akar sangat ditentukan oleh kecukupan unsur P (Dobermann and Fairhust, 2000). Rendahnya kandungan unsur N dan P (hasil analisis tanah sebelum dan setelah percobaan, Tabel 4) serta aplikasi pupuk NPK dan penambahan pupuk organik seperti terlihat pada analisis tanah sebelum dan setelah percobaan (Tabel 4), belum mampu dalam menghasilkan biomassa secara signifikan. Aplikasi pupuk organik cair juga terlihat tidak berpengaruh terhadap komponen hasil seperti jumlah gabah/malai, bobot 1000 butir gabah isi, dan persentase gabah hampa. Hal tersebut diduga karena yang diaplikasikan rendah sedangkan kesuburan tanah juga rendah sehingga efektivitas pupuk juga rendah. Sumbangan N, P, dan K pupuk organik cair I yang diaplikasikan ke tanaman padi sawah untuk 1 nya sebanyak kg/ha N, kg/ha P, dan kg/ha K, sedangkan untuk pupuk organik cair II sebanyak kg/ha N dan 0.06 kg/ha P. Kandungan hara tersebut masih sedikit dan belum mampu untuk mengganti penggunaan pupuk NPK penuh. Pertumbuhan yang tidak optimal karena tidak tercukupinya hara tanaman menyebabkan perbedaan pengaruh POC tidak terlihat. Rendahnya efektivitas pupuk daun diduga juga disebabkan oleh tingginya curah hujan selama penelitian. Walaupun demikian dari penelitian ini diperoleh bahwa pengurangan pupuk NPK hingga 25 % tidak menurunkan pertumbuhan maupun hasil apabila diaplikasikan pupuk organik cair. Perlakuan POC I dengan 75 % pupuk NPK terlihat memberikan hasil dan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan aplikasi 100 % pupuk NPK saja. Walaupun tidak berbeda secara statistik, pola peningkatan dan penurunan hasil pada POC I cukup jelas dan cukup berarti secara agronomi maupun ekonomi.

17 30 Hal ini dapat menjadi bahan penelitian selanjutnya bahwa walaupun kandungan unsur hara yang diberikan tidak sebanding dengan pupuk NPK atau pupuk mikro anorganik padat, tetapi dapat mensubtitusi sekitar 25 % pupuk NPK.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2009, yang merupakan bulan basah. Berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Dramaga,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi umum Lahan penelitian berada diketinggian 250 m diatas permukaan laut (dpl ) dengan jenis tanah latosol darmaga. Curah hujan terendah selama penelitiaan yaitu 312

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENGURANGI DOSIS PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YUSEFFA AMILIA A

PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENGURANGI DOSIS PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YUSEFFA AMILIA A PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENGURANGI DOSIS PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YUSEA AMILIA A24069002 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA AKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST masingmasing perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk majemuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, bobot segar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fauna Tanah 4.1.1. Populasi Total Fauna Tanah Secara umum populasi total fauna tanah yaitu mesofauna dan makrofauna tanah pada petak dengan jarak pematang sempit (4 m)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/ Lampiran 1. Deskripsi benih sertani - Potensi hasil sampai dengan 16 ton/ha - Rata-rata bulir per-malainya 300-400 buah, bahkan ada yang mencapai 700 buah - Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMUPUKAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMUPUKAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMUPUKAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PEMUPUKAN Tujuan Berlatih : Setelah selesai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011 di lahan sawah yang berlokasi di Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Elevasi/GPS

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Lahan Sawah Tadah Hujan Sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang sangat tergantung pada curah hujan sebagai sumber air untuk berproduksi. Jenis sawah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Tanah Analisis tanah merupakan salah satu pengamatan selintas untuk mengetahui karakteristik tanah sebelum maupun setelah dilakukan penelitian. Analisis tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

: Kasar pada sebelah bawah daun

: Kasar pada sebelah bawah daun Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.) Kelompok 2: Wahyu Puspasari (121510501006) Tatik Winarsih (121510501009) Devi Anggun C (121510501010) Jeni Widya R (121510501018) Devy Cristiana (121510501020) Aulya Arta E (121510501021) KAJIAN POLA TANAM

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN Tanah sulfat masam merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Karakteristik Lahan Sawah Bukaan Baru Pada dasarnya lahan sawah membutuhkan pengolahan yang khusus dan sangat berbeda dengan lahan usaha tani pada lahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Pengaruh Pupuk Unsur N, P, dan K bagi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Pengaruh Pupuk Unsur N, P, dan K bagi Tanaman Padi 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Tumbuhan padi adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air (waterplant). Sebagai tanaman air bukan berati tanaman padi itu hanya bisa hidup di atas tanah yang selalu

Lebih terperinci

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HMT FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS HMT ADALAH : 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki banyak manfaat yaitu selain dapat dimanfaatkan sebagai sayur, lalapan, salad

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang berperan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat diperoleh dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR Oleh : Yudhi Mahmud Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jawa Barat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan perkembangan sel-sel baru sehingga terjadi penambahan ukuran dan diferensiasi jaringan. Tanaman dikatakan mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops

Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops Nasih widya yuwono Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops element s kg/ha (soils) mg/kg (crops) soil/crop ratio Fe 56.000 2,0 28.000 Mn 2.200 0,5 4.400 Zn 110 0,3 366 Cu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

PENGURANGAN DOSIS PUPUK NPK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.) MUSIM TANAM KEEMPAT DI KARAWANG, JAWA BARAT TRI HERDIYANTI A

PENGURANGAN DOSIS PUPUK NPK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.) MUSIM TANAM KEEMPAT DI KARAWANG, JAWA BARAT TRI HERDIYANTI A PENGURANGAN DOSIS PUPUK NPK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.) MUSIM TANAM KEEMPAT DI KARAWANG, JAWA BARAT TRI HERDIYANTI A24080046 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN 1979 5777 55 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) VARIETAS LOKAL MADURA PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK FOSFOR Nurul Hidayat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang TINJAUAN PUSTAKA Kompos Kulit Buah Kakao Ada empat fungsi media tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia bagi tanaman,

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV BASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV BASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV BASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Tanaman Padi Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman padi hingga masulcnya awal fase generatif meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, jumlah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kec. Natar Kab. Lampung Selatan dan Laboratorium

Lebih terperinci