Konsep dan Metoda Bimbingan Klinik Keperawatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Konsep dan Metoda Bimbingan Klinik Keperawatan"

Transkripsi

1 0 Konsep dan Metoda Bimbingan Klinik Keperawatan Oleh: Dr. Ah. Yusuf, S.Kp., M.Kes. Departemen Keperawatan Jiwa & Komunitas, Fakultas Keperawatan Unair Disampaikan pada: Pelatihan Clinical Educator dan Preceptorship / Bimbingan Klinik Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Widya Cipta Husada Kepanjen, Malang, tanggal Agustus 2015

2 1 Konsep dan Metoda Pembelajaran Klinik Keperawatan Dr. Ah. Yusuf, S.Kp., M.Kes. Pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan (PBL) merupakan salah satu metoda pembelajaran yang diterapkan dalam Pendidikan Tinggi Keperawatan, terutama dalam pelaksanaan pendidikan program profesi, dilaksanakan secara terintegrasi dengan pengalaman belajar lain untuk mencapai tujuan pendidikan. Berbagai metoda pembelajaran ini dilaksanakan dengan saling ketergantungan dan saling menopang antara pencapaian tujuan pembelajaran, sumber daya pendidikan yang diperlukan, rancangan instruksional dan rangkaian pembelajaran yang diperlukan. Berikut adlah skematik integrasi metoda pembelajaran dalam keperawatan Integrasi Metoda Belajar Belajar aktif, mandiri, dan belajar di masyarakat Educational resources Rancangan Instruksional Rangkaian Pengalaman Belajar Rancangan Pengukuran Pencapaian PBC PBD PBK Saling tergantung dan saling menopang Tujuan Pendidikan Evaluasi hasil belajar Interaksi dg lingkungan belajar utk waktu lama? 3 Dalam PBK dan PBL terjadi suatu proses transformasi perilaku dari mahasiswa menjadi seorang perawat profesional. Dengan kata lain, peserta didik dengan perilaku awal sebagai mahasiswa keperawatan, setelah memperoleh PBK dan PBL ia akan memiliki perilaku sebagai perawat profesional. Pendidikan Program Profesi merupakan suatu proses sosialisasi peserta didik dalam mendapatkan pengalaman nyata untuk mencapai kemampuan ketrampilan professional: intelektual, sikap, dan teknis dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien. Berdasarkan kurikulum pendidikan tinggi keperawatan (baik pada tingkat Diploma III maupun Ners) maka program profesi mepunyai tujuan mempersiapkan mahasiswa melalaui penyesuaian professional dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan lapangan secara komprehensip, sehingga memiliki kemampuan professional sebagai berikut: 1) Menerapkan konsep, teori dan prinsip ilmu perilaku, ilmu social, ilmu biomedik dan ilmu keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, komunitas dan masyarakat. 2) Melaksanakan asuhan keperawatan dari masalah yang sederhana sampai masalah yang kompleks secara tuntas melalui pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,

3 2 perencanaan tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi kewenangan, tanggung jawab dan kemampuannya serta berlandaskan etika profesi keperewatan. 3) Mendokumentasikan seluruh proses keperawatan secara sistematis dan memanfaatkannya dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan 4) Mengelola pelayanan keperawatan tingkat dasar secara bertanggung jawab dengan menunjukkan sikap kepemimpinan Pendidikan DIII dan S1 Keperawatan adalah suatu pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan perawat yang disebut professional. Prosess pendidikan ini dilaksanakan melalui dua tahapan yaitu tahapan akademik dan tahapan profesi. Proses pendidikan tahap profesi di Indonesia dikenal dengan pengajaran klinik dan lapangan, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada pesertaa didik untuk menerapkan ilmu yang dipelahjari dikelas (pada tahap akademik) ke keadaan nyata. PBK dan PBL merupakan proses transformasi dari mahasiswaa menjadi seorang perawat profesional. Dengan kata lain, peserta didik dengan perilaku awal sebagai mahasiswa keperawatan, setelah memperoleh PBK dan PBL ia akan memiliki perilaku sebagai perawat profesional. Dalam fase ini mahasiswa pendapat kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat profesional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan/ asuhan keperawatan. Pada makalah ini akan dibahas tentang (1) Pengelolaan Program Profesi (2) Konsep dasar PBK daan PBL, (3) Karakteristik tempat praktik, (4) Metode PBK dan PBL, dan (5) Model Bimbingan Praktik pada Pendidikan Keperawatan. 1. Konsep Pengalaman Belajar Klinik / Lapangan PBK adalah suatu proses transformasi mahasiswa untuk menjadi seorang perawat, yang memberi kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat profesional dalam melaksanakan praktik keperawatan ditatanan nyata pelayanan kesehatan, baik di klinik maupun di komunitas untuk : Melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar Menerapkan pendekatan proses keperawatan Menampilkan sikap/ tingkah laku profesional Langkah Pengelolaan Program Profesi A. Menetapkan tujuan Instruksional yang jelas dan menentukan kompetensi yang akan dicapai B. Penetapan Rumah sakit / Puskesmas utama dan rumah sakit lain sebagai jaringan praktik C. Membentuk komunitas professional keperawatan dam menciptakan iklim yang kondusif untuk pelaksanaan asuhan keperawatan professional dan adanya model peran D. Menetapkan sistem Evaluasi Langkah perencanaan pengelolaan program profesi dilaksanakan melalui persiapan, pelaksanaan, dan pengendalian. Persiapan dimulai dengan penyusunan satuan acara perkuliahan yang harus dicapai dalam program profesi, penyusunan program dan jadwal praktik klinik, dan penguirusan prosedur administratif. Pelaksanaan pembelajaran klinik diberikan dengan pemberian orientasi saat mau masuk klinik, pelaksanaan praktik, dan pemberian bimbingan klinik. Pengendalian meliputi kegiatan pemantauan, penilaian dan pelaporan.

4 3 PERENCANAAN PBK PERSIAPAN Penyusunan SAP Program & Jadwal Prosedur Adminstratif PENGENDALIAN Pemantauan Penilaian Pelaporan PELAKSANAAN Pemberian Orientasi Pelaksanaan Praktik Pemberian Bimbingan 10 Gambaran penyiapan pelaksanaan program profesi adalah melalui penyiapan materi selama program akademik, disiapkan dalam pembelajaran laboratorium, diberikan persiapan saat menjelang praktik klinik, seperti ga,mbaran pada siklus pembelajartan klinik berikut: Clinical Learning Cycle Preparatory Theory Follow up Evaluation Laboratory Debriefing Briefing Clinical Practice White R., Ewan C. : Clinical Teaching in Nursing

5 4 Metoda Bimbingan Dalam Pembelajaran Klinik Keperawatan I. Pendahuluan Pengalaman Belajar Klinik pada pendidikan tinggi Keperawatan adalah merupakan proses transformasi dari mahasiswa menjadi seorang perawat. Peserta didik dengan perilaku awal sebagai mahasiswa keperawatan, setelah memperoleh PBK dan PBL ia akan memiliki perilaku sebagai perawat professional (pemula). Dalam fase ini mahasiswa pendapat kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat profesional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan / asuhan keperawatan. Metoda bimbingan klinik merupakan cara mengorganisir dan menyajikan petunjuk atau arahan yang mencerminkan (aplikasi) teori belajar mengajar dalam mengarahkan individu mencapai tujuan belajar yang spesifik. Tujuan pendidikan dan pelayanan keperawatan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan, dimana pendidikan bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk menjadi tenaga profesional yang mandiri. Untuk itu diperlukan pengorganisasian antara pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang memadai. Pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan harus dapat digunakan pada siatuasi nyata di lahan praktek.adanya berbagai variasi kondisi klinik, tujuan praktek, sasaran, kompetensi, peserta didik dan pembimbing klinik dan sarana lain yang mempengaruhi menuntut adanya penyesuaian metoda bimbingan klinik agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara lebih spesifik. II. Berbagai Metoda Bimbingan Klinik Reilly and Oermann, 1985, mengidentifikasi beberapa metoda bimbingan klinik antara lain; metoda pengalaman, penyelesaian masalah, konferensi, observasi, menggunakan media, self directed, preceptorship, dan sistem yang difokuskan pada praktek. A. Metoda Pengalaman. Metoda pengalaman adalah metoda bimbingan di klinik yang dilakukan dengan memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik melalui praktek klinik yang dilakukan, seperti interaksi dengan klien atau tenaga kesehatan lain. Peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan sehingga melibatkan semua aspek pembelajaran; kognitif, afektif dan psikomotor. Metoda pengalaman dapat diberikan melalui penugasan klinik, penugasan klinik tertulis dan simulasi / permainan. Aplikasi; Pada metoda ini, biasanya peserta didik ditugaskan pada ruangan tertentu sesuai tujuan praktek. Di ruangan tersebut peserta didik melakukan kegiatan sesuai tujuan khusus yang telah ditetapkan, misalnya merawat klien secara paripurna, yang dilanjutkan dengan penulisan pelaporan yang dikaitkan dengan proses keperawatan. Metoda simulasi lebih sering digunakan di laboratorium. Peran Pembimbing adalah memberikan bimbingan saat peserta didik melakukan kegiatan dan memberikan umpan balik terhadap tugas tertulis yang diberikan kepada peserta didik. Petunjuk Penggunaan Penugasan Klinik. 1. Digunakan untuk pengembangan peserta didik secara bertahap 2. Berdasarkan tujuan khusus praktek linik

6 5 3. Alasan pemilihan pengalaman tertentu harus jelas 4. Jika pengalaman dipilih sendiri oleh perserta didik, pembimbing harus memberi arahan bahwa pengalaman ini akan mencapai tujuan tertntu. 5. Perhatikan waktu yang diperlukan untuk supervisi 6. Penugasan klinik akan berhasil jika pembimbing dan peserta didik sepakat akan tujuan, jenis pengalaman, tanggung jawab peserta didik dan lamanya waktu praktek 7. Persiapan meliputi; tugas baca, praktek laboratorium, kunjungan klinik 8. Konferensi perlu dilakukan untuk menyimpulkan hasil penugasan klinik dan proses belajar selanjutnya. Petunjuk Penggunaan Penugasan Tertulis. 1. Tujuan harus jelas 2. Membantu peserta didik menerapkan teori di lahan praktek 3. Menggambarkan latar belakang dan kemampuan peserta didik 4. Petunjuk, cara menyelesaikan tugas harus jelas dan dimengerti oleh peserta didik 5. Isi tulisan harus sesuai dengan tujuan penugasan 6. Harapan pembimbing tentang kelengkapan dan kedalaman analisa harus dikomunikasikan dengan jelas pada peserta didik 7. Umpan balik, penting diberikan setelah tugas selaiesai 8. Pembimbing harus mendunkung pendekatan baru dan kreatif yang dilakukan peserta didik. Petunjuk Penggunaan Simulasi dan Permainan.1. Simulasi atau permainan harus meningkatkan pencapaian tujuan2. Perhatikan; jumlah peserta, waktu yang diperlukan, alat, biaya, keterbatasan. 3. Pembimbing harus paham jalannya simulasi / permainan 4. Peserta didik mempunyai latar belakang teori dan ketrampilan untuk ikut serta dalam permainan dan belajar dari permainan tersebut 5. Peserta didik harus mengerti tujuan keikut sertaan mereka dalam permainan 6. Petunjuk harus lengkap dan jelas (tertulis) 7. Pembimbing bertanggung jawab untuk menyela (interupsi) simulasi apabila waktu telah lewat, muncul masalah, peserta tidak kompeten 8. Perlu dilakukan konferensi / diskusi setelah simulasi atau permainan. B. Metoda Penyelasaian Masalah. Metoda ini berusaha membantu peserta didik dalam menganalisa situasi klinik dengan mengidentifikasi data-data yang diperlukan, masalah yang mungkin timbul, menetapkan rencana tindakan dengan menggunakan pengetahuan pada masalah yang ada dan klarifikasi nilai serta keyakinan sendiri. Cara ini dapat dilakukan dengan penyelesaian masalah, pengambilan keputusan dan proses kejadian. Aplikasi Saat permulaan praktek klinik, metoda ini dilakukan melalui diskusi kelompok tentang data-data klinik yang mungkin ditemukan pada klien sesuai kasus ruangan tertentu, manajemen data dan lingkungan klinik (sarana prasarana) yang ada. Peserta didik menganalisa, memberi pendapat tentang alternatif penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan yang tepat. Peran pembimbing adalah mendorong peran serta peserta didik dan pada akhirnya menambahkan yang kurang. Selanjutnya pembimbing dapat membantu, mendukung atau menguatkan alternatif dan keputusan peserta didik saat merawat klien. Diskusi kelompok dapat dilakukan di kelas atau di ruang pertemuan di lahan praktek.

7 6 Petunjuk penggunaan metoda penyelesaian masalah 1. Situasi klinik harus sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman peserta didik 2. Uraian situasi klinis harus lengkap untuk memastikan pemahaman masalah dan pertanyaan yang muncul 3. Situasi diuraikan untuk penyelesaian masalah atau pengambilan keputusan sesuai waktu dan kerumitannya untuk mencapai tujuan 4. Informasi yang tidak ada hubungannya dengan kejadian dibuang, uraian harus berfokus pada faktor yang mempengaruhi kejadian. C. Konferensi. Konferensi adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik. Konferensi dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah. Kelompok berupaya menganalisa masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelasaian yang kreatif. Umpan balik dari peserta lain dan pembimbing sangat diperlukan. Ada empat macam konferensi yang dapat dilakukan, yaitu; konferensi awal, konferensi akhir, peer riview (penilaian teman), isu dan multi disiplin. Konferensi awal dan akhir, berkaitan langsung dengan praktek klinik. Konferensi awal membantu menyiapkan peserta didik dalam mengenal masalah klien, rencana dan hasil evaluasi. Pembimbing dapat menilai minat dan kesiapan peserta didik terhadap praktek. Bagi peserta didik, konferensi awal dapat merupakan tempat menyampaikan rencana praktek kliniknya, jika perserta didik tidak siap --> pembimbing dapat membatalkan praktek klinik jika beresiko untuk klien dan atau peserta didik. Konferensi awal terdiri dari 2 fase; a. Teacher-centered Berguna untuk mengantisipasi masalah keperawatan yang dikaitkan dengan fokus pembelajaran hari tersebut. Fase ini diarahkan oleh pembimbing. b. Student-centered Berguna untuk memberi kesempatan peserta didik menguraikan "kasus" untuk mendapatkan tambahan informasi yang berguna untuk memperbaiki rencana keperawatan. Pembimbing perlu memberi reincorcement pada peserta didik yang berpartisipasi, serta mengarahkan alur pikir yang realistis, logis dan sistematis. Konferensi akhir berguna untuk mendiskusikan penyelesaian masalah, membandingkan masalah yang dijumpai, berbagi pengalaman (termasuk isu) yang dapat mempengaruhi praktek keperawatan. Konferensi akhir merupakan student centered, dimana peserta didik mengungkapkan berbagai asuhan keperawatan secara teknis dan profesional serta pengalaman afektif. Peer riview digunakan untuk menilai ulang dan mengkritik tiap pekerjaan. Metada ini memungkinkan peserta didik mendapatkan pengalaman dan ketrampilan mengevaluasi dan memberi umpan balik tentang proses keperawatan atau pekerjaan orang lain dalam kelompok. Konferensi multi disiplin (tim kesehatan atau lintas sektor) menekankan proses kolaborasi dalam pengambilan keputusan. Masing-masing disiplin memberi masukan sesuai dengan wewenangnya. Aplikasi Konferensi awal dan akhir sebaiknya dilakukan setiap hari, agar peserta didik siap dengan masalah yang akan dihadapi dan masalah yang baru dihadapi dapat segera diselesaikan setelah praktek. Metoda ini dapat dikombinasikan dengan metoda penyelesaian

8 7 masalah. Peer review dikaitkan dengan upaya memberi umpan balik terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan. Pembimbing berperan sebagai pengarah dalam konferensi, sebab konferensi dilakukan bila anggota kelompok sudah saling mengenal dan sudah terbina keterbukaan dalam komunikasi. Isu dan multi disiplin dapat dilakukan untuk perawat dalam membahas penyelesaian masalah suatu kasus, peserta didik dapat sebagai observer kecuali peserta didik yang senior. Petunjuk penggunaan metoda konferensi 1. Sebelum mulai, tujuan konferensi harus dijelaskan 2. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok 3. Pembimbing harus menjaga fokus diskusi dan memberi umpan balik 4. Pembimbing harus menekankan butir yang penting secara periodik 5. Besar kelompok dibatasi orang untuk memberi kesempatan bertukar ide 6. Ruang diskusi diatur sehingga dapat bertatap muka saat diskusi D. Observasi Obeservasi di lahan praktek atau demonstrasi dapat memberi gambaran perilaku yang diharapkan pada peserta didik. Metoda observasi termasuk; observasi lapangan, kunjungan, ronde keperawatan dan demonstrasi. Observasi lapangan (lahan praktek) berguna bagi peserta didik untuk mempersiapkan gambaran praktek klinik, memberi kesempatan melihat praktek orang lain, dan mengukur kemampuan mengerjakan suatu ketrampilan. Kunjungan memberi peluang peserta didik untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang tidak ditemukan di lahan praktek. Diskusi antara pembimbing, peserta didik dan petugas merupakan hal yang diperlukan. Ronde keperawatan, meliputi observasi dan disertai wawancara singkat dengan klien, umumnya diikuti dengan diskusi kelompok. Melalui ronde (kunjungan pada klien) peserta didik dapat mengamati kondisi klien, menilai asuhan yang diberikan, dan mendapatkan data tentang klien. Selain itu peserta didik dapat mengamati interaksi antara pembimbing, staf perawat dan klien. Setelah ronde dilakukan diskusi kelompok tentang hasil pengamatan, meninjau ulang masalah klien dan alternatif pemecahan masalahnya. (sebaiknya diskusi tidak di depan klien). Demonstrasi adalah metode menyajikan suatu prosedur, cara menggunakan alat atau cara berinteraksi dengan klien. Demonstrasi dapat dilakukan di laboratorium atau di lahan praktek. Demonstrasi dapat dilakukan langsung atau melalui media seperti video atau film. Peserta didik dapat melihat dan mendengar prosedur, langkah-langkah dan penjelasan yang mendasar. Aplikasi Pada tahap awal observasi dapat digunakan untuk mengobser- vasi lahan praktek, setelah itu observasi dapat berupa kunjungan pada saat atau akhir praktek agar pembimbing dapat menambah wawasan peserta didik sesuai masalah yang pernah ditemui. Ronde perawatan dapat diikuti oleh peserta didik yang pada awalnya sebagai orientasi, kemudian peserta didik dapat berperan aktif misalnya sebagai penanggung jawab klien, penanggung jawab tim atau latihan sebagai kepala ruangan / penanggung jawab dinas. Demonstrasi umumnya dilakukan di laboratorium sebelum praktek. Di lapangan dapat juga dilakukan apabila pembimbing atau perawat lain sedang melakukan suatu ketrampilan pada klien yang nyata. Untuk demonstrasi ulang peserta didik dapat melakukan di laboratorium.

9 8 E. Media Metoda ini dapat menyampaikan pesan kepada peserta didik melalui berbagai panca indera seperti; melihat slide dan film, mendengar pita suara kaset, meraba benda tiruan, media cetak (buku penuntun, leaflet dan lain-lain). Aplikasi Media dapat dilakukan secara optimal di laboratorium, jika ada dapat pula ditambahkan di lapangan. Media yang perlu dipelajari di lapangan adalah Protap (prosedur tetap) suatu tindakan, standar dan lain-lain. Petunjuk penggunaan media1. Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan praktek 2. Media harus selaras dengan tingkat pengetahuan, psikomotor dan pengalaman klinik peserta didik 3. Kuantitas dan kesesuaian media harus dipertimbangkan 4. Peserta didik memerlukan bantuan untuk menggunakan dan beradaptasi tentang apa yang dipelajari dari media untuk di aplikasikan di lahan praktek 5. Jelaskan tujuan pemberian media dan kaitannya dengan praktek 6. Diskusi kelompok setelah mempelajari media F. Self Directed (metoda pengarahan individu) Metoda ini didasari konsep belajar, dimana peserta didik perlu perperan aktif, masingmasing individu bersifat unik. Metoda pengarahan individu terdiri dari kontrak belajar, belajar mandiri, modul mandiri dan instruksi melalui komputer. Kontrak belajar, adalah perjanjian tertulis antara pembimbing dan peserta didik tentang tanggung jawab mahasiswa mencapai tujuan belajar. Kontrak terdiri dari; 1. Tujuan dan sasaran yang akan dicapai di lahan praktek 2. Macam kegiatan belajar yang akan dijalankan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan 3. Harapan pembimbing dan peserta didik 4. Metoda evaluasi, material dan hal-hal lain yang diperlukan 5. Alokasi kredit dan penilaian 6. Batas waktu penyelsaian kontrak Belajar mandiri, Peserta didik bebas mengatur proses belajarnya tanpa perlu negosiasi tentang kontrak belajar. Tujuan belajar mandiri adalah memenuhi kebutuhan individual yang ditetapkan peserta didik bekerjasama dengan pembimbing. Metoda ini diperlukan untuk menyiapkan peserta didik, memperdalam kemampuan dan mengeksplorasi masalah klinik tertentu. Modul berisi satu perangkat instruksi untuk belajar mandiri. Peserta didik melakukan kegiatan sendiri dan menilai kemajuannya sendiri. Cara ini digunakan untuk mempersiapkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan saat praktek klinik. Instruksi melalui komputer, mendorong mahasiswa menjawab pertanyaan yang diajukan sesuai dengan situasi klinik. Cara ini diperlukan untuk membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, menganalisa data, menentukan masalah klinik, memilih strategi tindakan dan evaluasi. Aplikasi Kontrak belajar dapat digunakan untuk peserta didik yang matur atau peserta didik senior. Belajar mandiri dan instruksi melalui komputer dapat digunakan untuk persiapan sebelum ke klinik.

10 9 G. Preceptorship (Pembimbing) Preceptor adalah seseorang yang membimbing, memberi pengarahan untuk mencapai kinerja tertentu. Perceptor diharapkan dapat menampilkan praktek keperawatan yang berpengalaman dan berperan sebagai nara sumber bagi peserta didik. Perceptor berperan sebagai nara sumber, role model dan mentor bagi peserta didik dan perawat baru di ruangan. Apabila institusi pendidikan akan menggunakan metoda ini untuk praktek klinik, maka institusi harus membuat; 1. Rencana pengalaman praktek bersama pembimbing 2. Orientasi peserta didik dengan program bimbingan dan peran pembimbing 3. Bantu pembimbing dalam mengatasi masalah bimbingan 4. Pantau pengalaman dan pencapaian tujuan dari peserta didik 5. Berperan serta pada evaluasi Staf pengajar (penanggung jawab program pengajaran) tetap bertangung jawab secara keseluruhan terhadap proses belajar peserta didik. Aplikasi Pada metoda bimbingan, yang perlu ditekankan adalah komunikasi antara peserta didik, perceptor dan staf pengajar yang efektif agar pengalaman praktek dapat berhasil sesuai target yang diharapkan. Petunjuk penggunaan metoda preceptor 1. Tujuan pengalaman harus jelas 2. Peran dan tanggung jawab peserta didik, preceptor, staf pengajar harus spesifik berkaitan dengan pengalaman belajar, instruksi di lahan praktek dan evaluasi proses belajar 3. Jalur komunikasi harus dibina antara peserta didik, preceptor, staf pengajar dan staf lain di lahan praktek 4. Preceptor, peserta didik dan staf lain harus diorientasikan dan disiapkan untuk pengalaman belajar 5. Pemilihan preceptor adalah tanggung jawab staf lapangan, tetapi penetapan berdasarkan kreteria yang spesifik. 6. Agar program preceptor efektif, maka preceptor perlu membuat jadwal bimbingan agar dapat menjalankan tambahan tanggung jawab dengan baik. H. Sistem yang berfokus pada praktek Metoda ini bertujuan untuk mempermudah peralihan peran keikut sertaan peserta didik ke peran sebagai perawat. Ada tiga macam kegiatan, yaitu; ekxternship, workstudy dan internship. Externship, adalah memberi kesempatan peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan dari tatanan praktek sekaligus mendapat kredit dari institusi pendidikan dan mendapat uang saku dari pelayanan. Metoda ini disarankan untuk peserta didik senior tetapi diawasi oleh pembimbing secara periodik. Staf pengajar bertanggung jawab terhadap perencanaan dan evaluasi pengalaman belajarnya. Workstudy, memberi kesempatan peserta didik untuk lepas dari kegiatan pendidikan selama periode tertentu. Staf pengajar berperan sebagai konselor dalam memilih area praktek agar tetap merupakan bagian yang terkait dengan program pengajaran secara total. Internship, merupakan pengalaman praktek yang dilaksanakan setelah peserta didik menyelesaikan program pendidikan dan diatur oleh institusi pelayanan tempat berpraktek.

11 10 Metoda ini sering digunakan dalam program orientasi yang bertujuan memfasilitasi peran transisi dari peserta didik ke staf perawat. Aplikasi Metoda ini masih jarang dilakukan untuk peserta didik. Eksternship dan Workstudy dapat direncanakan untuk peserta didik yang senior, sedangkan Internship dilakukan untuk orientasi bagi staf baru. III. Menentukan Metoda Bimbingan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih metoda bimbingan klienik, antara lain; kemampuan pembimbing, karakteristik peserta didik, tujuan pembelajaran, dan sarana prasarana rumah sakit tempat praktik klinik keperawatan. PENGAJAR OBYEKTIF PESERTA DIDIK SARANA & FASILITAS KERANGKA KONSEP BELAJAR METODE MENGAJAR IV. Metoda Bimbingan Klinik Yang Disarankan 1. Konferensi Konferensi adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek praktek klinik yang tujuannya adalah menyelesaikan masalah. Diskusi dapat dikaitkan dengan tugas tertulis yang berhubungan dengan proses keperawatan (laporan pendhuluan). Konferensi yang dianjurkan antara lain: Konferensi awal (pre conference) Diskusi tentang persiapan peserta didik, pengenalan masalah klien, rencana tindakan keperawatan, cara dan strategi pelaksanaan tindakan. Konferensi, dilakukan di tengah kegiatan praktek klinik, antara supervise I dan II. Konferensi akhir (post conference) Diskusi tentang penyelesaian masalah klien, membandingkan masalah yang dijumpai, pengalaman praktek langsung. Pelaksanaan Konferensi Konferensi dipimpin oleh pembimbing klinik, jika mungkin ditemani oleh pembimbing klinik lain.

12 11 Upayakan pembimbing yang sama memimpin konferensi awal dan akhir Lama konferensi menit Pemimpin mengidentifikasi masalah atau kebutuhan yang ingin didiskusikan oleh peserta didik Pemimpin memotivasi peserta didik lain memberi pendapat untuk memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan masalah Pemimpin menyimpulkan dan menambah informasi sehingga peserta didik mendapat informasi yang lebih lengkap. 2. Simulasi / bermain peran / demonstrasi Simulasi klien, bermain peran dan demonstarasi adalah metoda bimbingan klinik untuk meningkatkan pengalaman psikomotor pada praktek keperawatan. Ketiga metoda ini digunakan dalam membina dan mempertahankan hubungan dengan klien. Pelaksanaan Simulasi / Bermain Peran / Demonstrasi Tetapkan kegiatan dan tujuan kegiatan Umumnya dikaitkan dengan proses keperawatan yang diberikan, misalnya pada kontak awal; kegiatan difokuskan pada perkenalan / kontrak / pengkajian. Pada fase kerja; kegiatan difokuskan pada berbagai tindakan keperawatan. Pada awalnya pembimbing dapat memberi contoh pada situasi nyata, kemudian diikuti oleh peserta didik. Selanjutnya pembimbing mengobservasi kegiatan yang dilakukan peserta didik. Pada saat peserta didik melakukan tindakan / kegiatan pada klien gangguan jiwa diharapkan pembimbing yang belum mempunyai hubungan saling percaya dengan klien tidak ikut campur. Jadi observasi dilakukan dari jarak jauh. Bila pembimbing telah membina hubungan dengan klien, maka ia dapat terlibat saat peserta didik melakukan tindakan. Pada rumah sakit umum pembimbing dapat mendampingi peserta didik. Setelah simulasi / bermain peran / demonstrasi dilakukan diskusi. 3. Penugasan Klinik Tertulis Penugasan klinik tertulis terutama berkaitan dengan pembuatan pencatatan dan pelaporan sebagai hasil dari praktek klinik keperawatan.

13 12 Contoh penerapan metoda pembelajaran klinik; PRA INTERAKSI (30 60 menit) INTRODUKSI FASE KERJA (4 5 jam) TERMINASI Laporan! Evaluasi! Umpan Balik Menyimpulkan dengan pasien apa yang telah dicapai Bimbingan dan observasi tentang kemampuan interpersonal Validasi/pengkajian, berdasarkan diagnosa, melakukan intervensi, ronde keperawatan, bedside teaching Bimbingan untuk menumbuhkan kemampuan intelekual, teknik, interpersonal. Ronde keperawatan Memperkenalkan diri ke klien, Kontrak dengan klien Mengobservasi mahasiswa Membaca informasi tentang pasien, kaitkan dengan laporan pendahuluan Evaluasi pemahaman mahasiswa Pre Conference: Memahami laporan pendahuluan Pre Conference : Evaluasi pemahaman mahasiswa Laporan Pendahuluan; Pengertian, patofis, renpra Memberikan informasi tentang klien; al; Dx medik, nama, umur, dll MAHASISWA PEMBIMBING

14 13 Contoh penerapan metoda pembelajaran klinik; Penjelasan FASE PRA INTERAKSI Peserta didik harus mampu mengkaji perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan kesiapan peserta didik untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan Peserta didik mampu menggunakan dirinya secara efektif, artinya dapat mengoptimalkan penggunaan kekuatannya dan meminimalkan pengaruh kelemahan yang ada pada dirinya Pada fase ini peserta didik diharapkan mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama dan menuliskan dalam laporan pendahuluan tentang kasus yang akan diambil. Peran PK adalah mengdentifikasi kesiapan peserta didik melalui konferensi pra praktek klinik. Jika teridentifikasi peserta didik belum siap, sebaiknya harus diatasi terlebih dulu sebelum melepaskan peserta didik pada tahap berikutnya FASE INTRODUKSI-PERKENALAN Tugas utama peserta didik pada fase ini adalah membina rasa saling percaya, penerimaan dan pengertian, dan komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien Elemen kontrak peserta didik dan klien adalah : Nama individu (peserta didik klien) Peran (peserta didik klien) Tanggung jawab (peserta didik klien Harapan (peserta didik klien) Tujuan hubungan Waktu dan tempat pertemuan Situasi terminasi Kerahasiaan Tugas lain peserta didik adalah mengeksplorasi pikiran, perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah serta merumuskan tujuan bersama klien Tugas PK adalah memberi dukungan dan arahan bahkan memberi contoh peran caracara memulai hubungan dengan klien yng disertai kontrak FASE KERJA Fase ini merupakan periode dimana terjadi interaksi yang aktif antara peserta didik dan klien dalam upaya membantu klien mengatasi masalah yang sedang dihadapinya Tahapan fase ini meliputi : Peserta didik klien mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan, dan perbuatan klien Peserta didik membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab klien, dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif Pada fase ini dibutuhkan PK yang ahli dan trampil, karena banyak terkait dengan tindakan dan prosedur keperawatan Pada fase ini merupakn periode yang tepat dalam melaksanakan metode bimbingan klinik, misalnya ronde Keperawatan, bed side teanhing, atau supervisi individu.

15 14 FASE TERMINASI Pada fase ini peserta didik dan klien akan merasakan kehilangan. Tugas peserta didik adalah menghadapi realitas perpisahan yang tidak dapat diingkari peserta didik dan klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan upaya pencapaian tujuan Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan dapat diartikan sebagai penolakan Tugas PK adalah menilai kemampuan interpersonal peserta didik. V. Peran Pembimbing Klinik. Keberadaan pembimbing klinik sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan kognitif dan afektif peserta didik. Agar pembimbing klinik dapat memfasilitasi pertumbuhan kognitif dan afektif peserta didik, maka pembimbing klinik harus mengetahui perannya dengan baik. Beberapa peran pembimbing klinik yang diharapkan adalah; sebagai model/contoh, pengamat, peserta dan nara sumber. Pembimbing Klinik sebagai Model / Contoh Pembimbing klinik merupakan model atau contoh bagi peserta didik untuk belajar berperilaku efektif terhadap diri sendiri atau ketika berinteraksi dengan orang lain. Walaupun model bukan satu-satunya cara, tetapi model merupakan cara yang sangat efektif dalam pembelajaran perilaku. Lefrancois (dikutip oleh King & Gerwik, 1981) menyatakan bahwa keuntungan terbesar dari proses pembelajaran dengan menggunakan model adalah dapat memberikan serangkaian tindakan perilaku yang lengkap kepada peserta didik. Peserta didik dapat mengobservasi perilaku yang diharapkan dan kemudian menirukannya dan akhirnya mereka mendapatkan pengalaman untuk ketrampilan perilaku tersebut. Pembimbing Klinik sebagai Pengamat Dalam proses kelompok, pembimbing perlu menjadi pengamat untuk mengumpulkan informasi tentang bagaimana peserta didik menggunakan kelompoknya. Hal ini membuat pembimbing dapat melakukan intervensi yang tepat untuk memfasilitasi perkembangan dan produktifitas kelompok, menolong peserta didik untuk mengevaluasi kondisinya saat ini dan kemungkinan yang akan datang. Pembimbing Klinik sebagai Peserta / Anggota Kemampuan pembimbing menjadi pengamat yang akurat merupakan dasar untuk menjadi anggota kelompok yang efektif. Sebagai anggota kelompok, pembimbing harus memberikan umpan balik yang konkrit mengenai perilaku anggota kelompok secara keseluruhan. Kadang-kadang pembimbing juga dapat membagikan ide-idenya dan bereaksi terhadap apa yang dialami selama proses bimbingan. Pembimbing Klinik sebagai Nara Sumber Pembimbing yang menggunakan proses kelompok sebagai metoda pengajaran, pada dasarnya dia menjadikan dirinya sebagai nara sumber pada tiga area, yaitu; subyek keahliannya (kognitif), kemampuan komunikasi efektif, dan proses kelompok. Keberhasilan proses pembelajaran selain ditentukan oleh bagaimana pembimbing melaksanakan perannya, juga dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan dan metoda bimbingan

16 15 yang dipilih oleh pembimbing. Berikut adalah contoh peran pembimbing, terkait metoda bimbingan klinik. Dari sekian banyak gaya kepemimpinan, pembimbing harus dapat memilih gaya kepemimpinan mana yang dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik. Ada beberapa upaya yang harus dipertimbangan pembimbing dalam memilih gaya kepemimpinan, yaitu; Bekerja harus menggunakan proses kelompok Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan memfasilitasi keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran Memperlakukan peserta didik sebagai nara sumber untuk kelompoknya. Daftar Bacaan Carpenito, at al, (1981), A Guide For Effective Clinical Instruction, Massachusetts; Nursing Resources. Korn, T. (1981), The Management Of Patient Care, Philadelphia; WB. Saunders Company. Budi Anna Keliat (1995), Metoda Pengajaran Klinik, Jakarta.. Bagian Keperawatan Jiwa Komunitas FIK UI (2000), Bimbingan Klinik yang Efektif, Jakarta.

METODE BIMBINGAN KLINIK

METODE BIMBINGAN KLINIK METODE BIMBINGAN KLINIK I. PENDAHULUAN. Pengalaman belajar bimbingan klinik pada pendidikan tinggi keperawatan maupun kebidanan adalah merupakan proses transformasi dari mahasiswa menjadi seorang perawat

Lebih terperinci

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif.

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif. COACHING PROSES Pengertian : 1). Pemberdayaan kualitas potensial mahasiswa 2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI CLINICAL INSTRUCTUR DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI CLINICAL INSTRUCTUR DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI CLINICAL INSTRUCTUR DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG Dyah Restuning P* Niken Sukesi** Endang Supriyanti*** Staff Keperawatan AKPER Widya Husada Semarang Abstrak Clinical Instruktur

Lebih terperinci

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta Disampaikan pada : Tantangan Pengembangan Mutu Pelayanan Kesehatan: Antara Keselamatan Pasien, Biaya dan Efisiensi Surabaya, 29 Agustus 2007 Institusi

Lebih terperinci

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar. metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik baik untuk mencapai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar. metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik baik untuk mencapai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar Metode merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Menurut kamus Purwadarminta (1976), secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Kurikulum Menurut Kepmendiknas No. 232/U/2000 kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian

Lebih terperinci

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN MUHAMMAD JAMAL MISHBAH 6143027 STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS TAHUN AKADEMIK 2016/2017 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan yang berkualitas akan mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007). Perawat merupakan salah satu

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL.

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. VISI AKPER DIRGAHAYU PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. MISI AKPER DIRGAHAYU 1. MENYELENGGARAKAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI YANG BERKUALITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Globalisasi telah memberi dampak positif bagi setiap profesi kesehatan untuk selalu berupaya meningkatkan kinerja profesionalnya dalam kontribusi aterhadap perkembangan

Lebih terperinci

METODE-METODE PEMBELAJARAN KLINIK OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST,M M.KEB

METODE-METODE PEMBELAJARAN KLINIK OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST,M M.KEB METODE-METODE PEMBELAJARAN KLINIK OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST,M M.KEB METODE-METODE PRE/POST CONFERENCE BEDSIDE TEACHING COACHING PRESEPTORING DAN MENTORING SUPERVISI PRAKTEK KLINIK BIMBINGAN KLINIK PRE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Program Profesi 1. Definisi Pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan

Lebih terperinci

Kode: NAMA MATA KULIAH. BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR:

Kode: NAMA MATA KULIAH. BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR: Kode: 00802 08015. 01 NAMA MATA KULIAH BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR: BUKU BLOK SISTEM KARDIOVASKULAR A. DESKRIPSI MODUL B. KOMPETENSI BLOK SISTEM KARDIOVASKULER C. TUJUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori

BAB 1 PENDAHULUAN. antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat gelar S.Kep. dan tahap

Lebih terperinci

Manajemen Asuhan Keperawatan. RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.-

Manajemen Asuhan Keperawatan. RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.- Manajemen Asuhan Keperawatan RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.- Manajemen pada proses keperawatan Pengkajian Diagnosis Perencanaan Implementasi evaluasi langkah awal dalam proses keperawatan PENGKAJIAN proses

Lebih terperinci

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI Standar 3 Kompetensi Lulusan 0 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftar Isi... ii Prakata... iii Pendahuluan... iv A. Ruang Lingkup... 1 B. Acuan... 3 C. Istilah dan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN M.A KEPERAWATAN JIWA PRODI D III KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2014/ 2015

BUKU PANDUAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN M.A KEPERAWATAN JIWA PRODI D III KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2014/ 2015 BUKU PANDUAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN M.A KEPERAWATAN JIWA PRODI D III KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2014/ 2015 A. PENDAHULUAN Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, perawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan dasar tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interprofessional Education (IPE) 1. Definisi IPE Menurut WHO (2010), IPE merupakan suatu proses yang dilakukan dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan

Lebih terperinci

LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb

LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb Penggunaan laboratorium utk sarana pembelajaran di perguruan tinggi diperkenalkan pd pertengahan abad 19 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa praktikum di laboratorium lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kompetensi a. Pengertian Kompetensi berasal dari bahasa inggris competence yang mempunyai arti kemampuan atau kecakapan. Kompetensi dalam sebuah cakupan

Lebih terperinci

SILABUS PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA PROGRAM A 2011

SILABUS PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA PROGRAM A 2011 SILABUS PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA PROGRAM A 2011 JUDUL MATA KULIAH BEBAN STUDI : PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA : 2 SKS PERIODE : Semester Genap T.A. 2012/2013 WAKTU : 5 Mei 30 Mei 2014 KOORDINATOR TIM

Lebih terperinci

SEJ S A EJ R A AH A PROS PR E OS S E KEPER

SEJ S A EJ R A AH A PROS PR E OS S E KEPER SEJARAH PROSES KEPERAWATAN RAHMAD GURUSINGA Proses keperawatan mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Perawat yang dididik sebelum tahun tersebut pada umumnya belum mengenal proses keperawatan

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO STANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP SM 04 07 SEMARANG 2O16 Standar Proses Pembelajaran Sistem Penjaminan Mutu Internal Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi harus membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge, memiliki daya saing tinggi (Nursalam & Ferry, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi harus membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge, memiliki daya saing tinggi (Nursalam & Ferry, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan keperawatan saat ini dituntut untuk dapat menghasilkan lulusan tenaga keperawatan yang kompeten dan berstandar nasional maupun internasional (Nurhadi,

Lebih terperinci

METODE PENUGASAN TIM DALAM ASUHAN KEPERAWATAN. Oleh : Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep.

METODE PENUGASAN TIM DALAM ASUHAN KEPERAWATAN. Oleh : Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep. METODE PENUGASAN TIM DALAM ASUHAN KEPERAWATAN Oleh : Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep. Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Efikasi diri 1.1 Pengertian efikasi diri Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan yang ingin dicapai (Bandura

Lebih terperinci

PANDUAN KEGIATAN PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN MAHASISWA SEMESTER GANJIL DIPLOMA IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U BUDIYAH BANDA ACEH

PANDUAN KEGIATAN PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN MAHASISWA SEMESTER GANJIL DIPLOMA IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U BUDIYAH BANDA ACEH PANDUAN KEGIATAN PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN MAHASISWA SEMESTER GANJIL DIPLOMA IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U BUDIYAH BANDA ACEH DISUSUN OLEH : TIM STIKES U BUDIYAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN A. Rasional Standar proses proses pembelajaran merupakan acuan penyelenggaraan serta bentuk akuntabilitas perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB... METODE PENUGASAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN

BAB... METODE PENUGASAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN BAB... METODE PENUGASAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa mampu: 1) Menyebutkan macam metode penugasan asuhan keperawatan 2) Menjelaskan metode fungsional

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supervisi 2.1.1 Pengertian Supervisi Menurut Kron (1987) Supervisi adalah merencanakan, mangarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, memerintah,

Lebih terperinci

yang dihadapi saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. i. Memberikan tugas kepada peserta didik dalam bentuk laporan kegiatan sekaligus

yang dihadapi saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. i. Memberikan tugas kepada peserta didik dalam bentuk laporan kegiatan sekaligus yang dihadapi saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. i. Memberikan tugas kepada peserta didik dalam bentuk laporan kegiatan sekaligus mensahkan laporan tersebut. j. Mengadakan ujian praktek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB II TINJAUAN TEORISTIS BAB II TINJAUAN TEORISTIS 2.1 Perilaku Caring 2.1.1 Pengertian Caring Perawat Menurut Carruth, dalam Nurachmah (2001) asuhan keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA Emanuel Agung Wirawan*, Dwi Novitasari**, Fiki Wijayanti*** 1. Mahasiswa PSIK STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat diploma. Pemikiran dasar jenjang pendidikan ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. tingkat diploma. Pemikiran dasar jenjang pendidikan ini adalah untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Studi Kebidanan merupakan salah satu unit pelaksana teknis dibidang pendidikan kesehatan, diharapkan mampu mencetak lulusan yang kompeten dan dapat membantu

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK PENYULUHAN KELUARGA OLEH MAHASISWA PROGRAM STUDI PKK FPTK UPI

2015 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK PENYULUHAN KELUARGA OLEH MAHASISWA PROGRAM STUDI PKK FPTK UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa sebagai insan akademis yang memiliki potensi, talenta dari berbagai macam bidang ilmu keahlian dan pengetahuan dalam kehidupan bermasyarakat berada

Lebih terperinci

b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, c. Penekanan pada eksplorasi

b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, c. Penekanan pada eksplorasi AKTIVITAS BELAJAR Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengertian Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan

Lebih terperinci

Patria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT

Patria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT HUBUNGAN BIMBINGAN KLINIK OLEH PEMBIMBING KLINIK AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR KLINIK MAHASISWA SEMESTER V DIII KEPERAWATAN STIKES WIRA HUSADA TAHUN AJARAN 2010/2011 Relationship Between Clinical Guidance

Lebih terperinci

PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep

PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep A. Pengertian Discharge Planning (Perencanaan Pasien Pulang) merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang

Lebih terperinci

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia PPL BLOK WAKTU Oleh: 1. Pendahuluan a) Latar Belakang Program Pengalaman Lapangan Kependidikan bagi mahasiswa LPTK merupakan salah satu mata kuliah wajib dari kelompok MKPBM dengan bobot 4 SKS. Dalam pelaksanaannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS. dan mencapai tujuan yang telah ditentukan (Herujito, 2001). mengandung arti control yang diterjemahkan ke dalam bahasa

BAB II TINJAUAN TEORETIS. dan mencapai tujuan yang telah ditentukan (Herujito, 2001). mengandung arti control yang diterjemahkan ke dalam bahasa 11 BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Manajemen 2.1.1 Definisi Manajemen Manajemen melibatkan orang-orang sebagai upaya untuk bekerja dan mengelola suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dan mencapai tujuan

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II TINJAUAN PUSTAKA Bab II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Interprofessional Education (IPE) a. Definisi IPE Menurut the Center for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 1997), IPE adalah dua atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil 422 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil penelitian, maka pada bab lima ini dikemukakan tentang simpulan hasil penelitian pengembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Konsep Belajar IPS a. Hakikat Belajar Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilakukan di STIKES Surya Global, pada mahasiswa semester 6 pada tanggal 18-19 Mei 2016. Jumlah sample dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Interprofesional Education (IPE) a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE) The Interprofesional Education for Collaborative Patient-Centered

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bagian akhir disertasi ini mengemukakan dua hal, yakni kesimpulan hasil

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bagian akhir disertasi ini mengemukakan dua hal, yakni kesimpulan hasil BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian akhir disertasi ini mengemukakan dua hal, yakni kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian. A. Kesimpulan Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu, yang mampu bersaing baik

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu, yang mampu bersaing baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roadmap mobilitas tenaga kerja profesional antar Negara di ASEAN telah di bentangkan khususnya bidang profesi keperawatan. Hal ini menjadi salah satu dorongan bagi penyelenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang lebih berorientasi pada Kurikulum Berbasis Kompetesi (KBK) tentu memberikan implikasi pada berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah kesehatan di masyarakat sesuai tugas-tugas di bidang

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah kesehatan di masyarakat sesuai tugas-tugas di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program studi kebidanan merupakan suatu unit pelaksana teknis di bidang kesehatan yang mencetak lulusan tenaga bidan yang kompetensi dapat membantu memecahkan masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Interprofessional education a. Definisi interprofessional education Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 2002) menyebutkan, IPE

Lebih terperinci

Komunikasi dengan tenaga kesehatan lain. Lilik s

Komunikasi dengan tenaga kesehatan lain. Lilik s Komunikasi dengan tenaga kesehatan lain Lilik s Perbedaan peran antar profesi Peluang melakukan kolaborasi berbagi, mengisi dan memberi masukan dalam tim menciptakan iklim kerja yang saling memuaskan dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM JL. BUDI KEMULIAAN NO. 1 SERAYA - BATAM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai satu sarana kesehatan yang

Lebih terperinci

METODE PENUGASAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN By setiadi

METODE PENUGASAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN By setiadi METODE PENUGASAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN By setiadi Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa mampu: 1) Menyebutkan macam metode penugasan asuhan keperawatan 2) Menjelaskan metode fungsional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012 i Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012 LPPKS INDONESIA 2013 ii Pelaksanaan In-Service Learning 1 Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

PELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO

PELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO PELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO 1 Nurul Mawaddah, 2 Dwi Helynarti S., 3 Aih Media Y., 4 Arief Fardiansyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

UA P E P MB M E B LA L J A A J R A A R N A KH K USUS

UA P E P MB M E B LA L J A A J R A A R N A KH K USUS HAKEKAT PENGARAHAN (DIRECTING) DAN LEADERSHIP (KEPEMIMPINAN) OLEH: NETI JUNIARTI TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setelah mengikuti kuliah, mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Batasan dan prinsip Directing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama

Lebih terperinci

STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPERAWATAN INDONESIA

STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPERAWATAN INDONESIA STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPERAWATAN INDONESIA PENYUSUN Bidang DIKLAT Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA Sekretariat: Jl. Jaya Mandala Raya

Lebih terperinci

Lampiran 4 Tabel Uji Validitas Isi No Pernyataan I Expert II III IV CVI Kesimpu lan Pengetahuan (Kenowladge) 1 Menjelaskan konsep teori dan aplikasinya pada pelaksanaan asuhan perawatan pasien 4 4 4 3

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional). Sistem MPKP ini

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional). Sistem MPKP ini BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan terhadap pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati pada lokakarya

BABI PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati pada lokakarya BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati pada lokakarya nasional pada tahun 1983 dan didefinisikan sebagai sualu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Siklus Belajar Dengan Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 9 Ampana

Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Siklus Belajar Dengan Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 9 Ampana Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Siklus Belajar Dengan Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 9 Ampana Karmila Langanawa, Amran Rede, Ratman Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

Lebih terperinci

A. Mata Kuliah Nursing Theorist

A. Mata Kuliah Nursing Theorist A. Mata Kuliah Nursing Theorist B. Capaian Pembelajaran Praktikum Setelah menyelesaikan pembelajaran ini mahasiswa mampu: 1. Menganalisis komunikasi terapeutik dan helping relationship dalamkonteks hubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Preceptorship 1. Pengertian Preceptorship Menurut NMC (Nurse Midwifery Council di UK, 2009) Preceptorship adalah suatu periode (preceptorship) untuk membimbing dan memotivasi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini memaparkan kesimpulan berdasarkan pada tujuan khusus penelitian,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini memaparkan kesimpulan berdasarkan pada tujuan khusus penelitian, BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Bagian ini memaparkan kesimpulan berdasarkan pada tujuan khusus penelitian, kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebahagian besar dimensi soft skills perawat RSUD

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF A. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER MANAJEMEN KEPERAWATAN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER MANAJEMEN KEPERAWATAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER MANAJEMEN KEPERAWATAN KOORDINATOR : Ns. Wijonarko, SE,S.Kep. PENGAJAR : Ns. Wijonarko,S.Kep. YAYASAN PENDIDIKAN BUNDA DELIMA AKPER BUNDA DELIMA BANDAR LAMPUNG Tahun akademik

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. pada pasien (Gillies, 1989). Rumah Sakit Jiwa Derah Provsu telah menerapkan

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. pada pasien (Gillies, 1989). Rumah Sakit Jiwa Derah Provsu telah menerapkan BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan terhadap pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI A. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini peningkatan produktifitas dan kualitas

Lebih terperinci

PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH

PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH 1. Pendahuluan Induksi merupakan tahap penting dalam Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPB) bagi seorang guru. Program Induksi Guru

Lebih terperinci

SUPERVISORY DEVELOPMENT PROGRAM EFFECTIVE TEAM LEADERSHIP PPM MANAJEMEN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI 12/22/2016 1

SUPERVISORY DEVELOPMENT PROGRAM EFFECTIVE TEAM LEADERSHIP PPM MANAJEMEN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI 12/22/2016 1 SUPERVISORY DEVELOPMENT PROGRAM EFFECTIVE TEAM LEADERSHIP BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI 12/22/2016 1 SASARAN PELATIHAN Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan dapat : 1.Mengembangkan gaya

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG

INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG A. Pengertian Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orangorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orangorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orangorang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kredensial merujuk pada proses verifikasi pendidikan, lisensi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kredensial merujuk pada proses verifikasi pendidikan, lisensi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredensial merujuk pada proses verifikasi pendidikan, lisensi, dan sertifikasi praktek sebagai advanced practice registered nurse (APRN) (Kleinpell et al, 2008 : 279).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini terjadi fenomena dimana banyak berdiri akademi keperawatan, termasuk banyak perguruan tinggi yang mulai membuka program studi keperawatan, mulai dari tingkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Matematika SD Matematika merupakan salah satu matapelajaran wajib di SD yang diberikan dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai berikut:

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA STIKES SWASTA DI MEDAN TENTANG IMPLEMENTASI PRESEPTORSHIP PASCA PENDIDIKAN PROFESI NERS

PERSEPSI MAHASISWA STIKES SWASTA DI MEDAN TENTANG IMPLEMENTASI PRESEPTORSHIP PASCA PENDIDIKAN PROFESI NERS PERSEPSI MAHASISWA STIKES SWASTA DI MEDAN TENTANG IMPLEMENTASI PRESEPTORSHIP PASCA PENDIDIKAN PROFESI NERS Rika Endah Nurhidayah*, Yesi Aryani**, Cholina Trisa Siregar*** rika_en76@yahoo.com, yesiariani@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut bisa dimulai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Dalam rangka membina hubungan baik dengan lembaga Institusi Pendidikan yang terkait dalam proses pembelajaran para mahasiswanya untuk praktik di Rumah Sakit Islam Surabaya,

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered BAB IV PERANCANGAN Pada bab ini dilakukan perancangan model komunitas belajar dengan prinsip psikologis learner-centered sesuai dengan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, berikut penjelasannya. IV.1

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Dosen 1.1 Definisi Dosen Menurut Undang-undang Nomor 14 (2005 dalam Dikti, 2010) mengenai Guru dan Dosen dijelaskan bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research,

Lebih terperinci