METODE BIMBINGAN KLINIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE BIMBINGAN KLINIK"

Transkripsi

1 METODE BIMBINGAN KLINIK I. PENDAHULUAN. Pengalaman belajar bimbingan klinik pada pendidikan tinggi keperawatan maupun kebidanan adalah merupakan proses transformasi dari mahasiswa menjadi seorang perawat atau seorangt bidan. peserta didik dengan perilaku awal sebagai mahasiswa keperawatan maupun kebidanan, setelah memperoleh PBK dan PBL ia akan memiliki perilaku sebagai perawat/ bidan profesional (pemula). Dalam fase ini mahasiswa mendapat kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat/ bidan profesional dalam masyarakat dan lingkungan pelayanan atau asuhan yang diberikan. Metode bimbingan klinik merupakan cara mengorganisir dan menyajikan petunjuk atau arahan yang mencerminkan (aplikasi) teori belajar mengajar dalam mengarahkan individu untuk mencapai tujuan belajar yang spesifik. Metode bimbingan klinik juga dapat di simpulkan merupakan suatu upaya untuk menumbuhkan kemampuan profesional baik intelektual, tehnikal maupun interpersonal peserta didik melalui upaya integritas berbagai konsep teori dan prinsip kepuasan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien secara komprehensif. Tujuan pendidikan dan pelayanan keperawatan maupun pelayanan kebidanan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan, dimana pendidikan bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk menjadi tenaga profesional yang mandiri. Untuk itu diperlukan pengorganisasian antara pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang memadai. Pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan harus dapat digunakan pada situasi nyata dilahan praktek. Adanya berbagai variasi kondisi klinuik, tujuan praktek, sasaran, kompentensi, peserta didik dan pembimbing klinik agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara lebih spesifik. sedangkan tujuan metode pembelajaran klinik adalah membantu peserta didik untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran klinik melalui proses peningkatan kemampuan intelektual, tehnikal dan interpersonal yang dilandasi etika keperawatan maupun etika kebidanan.. Kemampuan intelektual yang harus dicapai pada metode ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis data subjektif dan objektif. 2. Menetapkan diagnosa keperawatan / kebidanan. 3. Merencanakan rencana intervensi keperawatan/ kebidanan. 4. Mengevaluasi asuhan keperawatan/ kebidanan 5. Memodifikasi rencana keperawatan/ kebidanan Kemampuan tehnikal dan interpersonal yang harus dicapai pada metode ini adalah: 1. Melakukan berbagai ketrampilan 2. Kemampuan interpersonal meliputi: Melakukan wawancara

2 Melakukan komunikasi terapeutik. Upaya mencapai tujuan praktik antara lain: 1. Tentukan jenis-jenis kasus yang akan dirawat oleh peserta didik. 2. tentukan tujuan spesifik yang akan dicapai. 3. tetapkan satu kasus untuk peserta didik. 4. Setiap satu kasus untuk satu peserta didik. 5. Setiap peserta didik membuat laporan pendahuluan tentang kasus yang akan dikelolanya. 6. Lakukan pra-konferensi untuk menilai kesiapan peserta didik. 7. Tentukan ketrampilan tehnik yang harus dicapai baik melalui klien atau dari klien yang lain. 8. Jika tidak terpenuhi, bisa menunjuk satu pembimbing klinik dari ruangan. 9. Rasio pembimbing dan peserta didik adalah 1; Keberadaan pembimbing klinik dari pendidikan ditetapkan dalam rangka membantu mencapai tujuan belajar peserta didik. 11. Post konferen bisa dilakukan keruangan atau di suatu tempat yan g disepakati. 12. Ronde keperawatan dilakukan analisa sintesamelalui formulir proses keperawatan. 13. Uumpan balik perlu dilakukan atau diberikan secepatnya. 14. Pembimbing klinik dari pendidikan maupun pelayanan atau praktek perlu memilki persepsi dan sistematika yang sama tentang proses bimbingan. II. BERBAGAI METODE BIMBINGAN KLINIK Terdapat beberapa metode bimbingan klinik yang diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan maupun kebidadanan kepada peserta didik atau mahasiswa antara laina adalah: A. Metode Konferensi a. Pengertian Metode konferensi adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek praktek klinik yang tujuannya adalah menyelesaikan masalah. Diskusi dapat dikaitkan dengan tugas tertulis yang berhubungan dengan proses keperawatan (laporan pendahuluan). b. Profil Konferensi. Dirancang melalui diskusi kelompok Meningkatkan pembelajaran penyelesaian masalah dalam kelompok melalui analisa kritikal, pemilihan alternatif pemecahan masalah dan pendekatan kreatif Memberi kesempatan mengemukakan pendapat dalam menyelesaikan masalah Meneriam umpan balik dari kelompok atau pembimbing. Memberi kesempatan terjadinya peer review diskusi kepedulian, issue, dan penyelesaian masalah oleh disiplin lain.

3 Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai nara sumber. Meningkatkan kemampuan memformulasi idea. adanya kemampuan kontribusi peserta didik. Meningkatkan percaya diri dalam berinteraksi dengan kelompok. Kemampuan menggali perasaan, sikap, dan nilai-nilai yang mempengaruhi praktik. Mengembangkan ketrampilan berargumentasi. Mengembangkan ketrampilan kepemimpinan c. Jenis Konferensi. 1. Pre dan Post konferensi Konferensi awal dan akhir, berkaitan langsung dengan praktek klinik. konferensi awal membantu menyiapkan peserta didik dalam mengenal masalah klien, rencana dan hasil evaluasi. pembimbing dapat menilai minat dan kesiapan peserta didik dalam praktek. konferensi awal terdiri dari 2 fase: 1) Teacher-centered berguna untuk mengantipasi masalah keperawatan yang dikaitkan dengan fokus pembelajaran pada hari tersebut. fase ini diarahkan oleh pembimbing. 2) Student-centered Berguna untuk memberi kesempatan peserta didik menguraikan kasus untuk mendapatkan tambahan unformasi yang berguna untuk memperbaiki rencana keperawatan. pembimbing perlu memberi reincorcement pada peserta didik yang berpartisipasi, serta mengarahkan alur pikir yang realistis, logis dan sistematis. Konferensi akhir berguna untuk mendiskusikan penyelesaian masalah, dimana peserta didik mengungkapkan berbagai asuhan keperawatan secara tehnis dan profesional serta pengalaman efektif. 2. Peer review. Digunakan untuk menilai ulang dan mengkritik tiap pekerjaan, metode ini memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan pengalaman dan ketrampilan mengevaluasidan memberi umpan balik tentang proses keperawatan atau pekerjaan orang lain dalam kelompok. 3. Issue digunakan untuk membandingkan masalah yang dijumpai, berbagai pengalalaman (issue) yang dapat mempengaruhi praktek keperawatan. 4. Multidisiplin Konferensi multidisiplin (tim kesehatan atau lintas sektor) menekankan proses kolaborasi dalam mengambil keputusan, masing-masing disiplin memberi masukan sesuai wewenangnya. d. Aplikasi

4 Konferensi yang dianjurkan antara lain: Konferensi awal (pre conference), diskusi tentang persiapan peserta didik, pengenalan masalah klien, rencana tindakan, cara dan strategi pelaksanaan tindakan. Konferensi, dilakukan ditengah kegiatan praktek klinik, antara supervisi I dan II Konferensi akhir (post conferent), diskusi tentang penyelesaian masalah klien, membandingkan masalah yang dijumpai, pengalaman praktek langsung. Pelaksanaan konferensi: Konferensi dipimpin oleh pembimbing klinik, jika mungkin ditemani oleh pembimbing klinik lain. Upayakan pembimbing klinik yang sama memimpin konferensi awal dan akhir Lama konferensi menit Pembimbing mengidentifikasi masalah yang ingin didiskusikan oleh peserta didik. Pembimbing memotivasi peserta didik lain memberi pendapat untuk memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan masalah. Pembimbing menyimpulkan dan menambah informasi sehingga peserta didik mendapat informasi yang lebih lengkap. B. Observasi a. Pengertian Observasi dilahan praktek dapat memberi gambaran perilaku yang diharapkan pada peserta didik. Metode observasi meliputi : orientasi lapangan atau lahan praktek, kunjungan, ronde keperawatan dan demonstrasi. Observasi lapangan atau lahan praktek berguna bagi peserta didik untuk mempersiapkan gambaran praktek klinik, memberi kesempatan melihat praktek orang lain, dan mengukur kemampuan mengerjakan suatu ketrampilan. Kunjungan memberi kesempatan peserta didik untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang tidak ditemukan dilahan praktek, peserta didik dan petugas adalah hal yang diperlukan. Ronde keperawatan meliputi observasi dan disertai wawancara singkat dengan klien, umumnya diikuti dengan diskusi kelompok. Melalui ronde (kunjungan pada klien) peserta didik dapat mengamati kondisi klen, menilai asuhan yang diberikan dan mendapat data tentang klien. selain itu peserta didik dapat mengamati interaksi antara pembimbing, staf perawat dan klien. Setelah ronde dilakukan diskusi kelompok tentang hasil pengamatan meninjau ulang masalah klien dan alternatif pemecahan masalahnya. (sebaiknya diskusi tidak di depan klien). Demonstrasi adalah metode penyajian suatu proisedur, cara menggunakan alat atau cara berinteraksi dengan klien. Demonstrasi dapat dialkukan dilaboratorium atau

5 dfilahan praktek. Demonstrasi dapat dialkukan langsung atau melalui media seperti video atau film peserta didik dapat melihat dan mendengar prosedur, langkah-langkah dan penjelasannya yang mendasar. b. Aplikasi Pada tahap awal orientasi dapat digunakan untuk mengobservasi lahan praktek, setelah itu observasi dapat berupa kunjungan pada saat atau akhir praktek agar pembimbing dapat menambah wawasan peserta didik sesuai masalah yang pernah ditemui. Ronde keperawatan dapat diikuti peserta didik awalnya sebagai orientasi, kemudian peserta didik dapat berperan aktif misalnya menjadi penanggungjawab klien, penanggungjawab tim. Demontrasi umumnya dilakukan dilaboratorium sebelum praktek. Di lapangan dapat juga dilakukan apabila pembimbing atau perawat lain sedang melakukan suatu ketrampilan pada klien yang nyata. C. Ronde Keperawatan a. Pengertian Ronde Keperawatan adalah suatu metode pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik menstransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis kedalam praktek keperawatan secara langsung. b. Karakteristik ronde keperawatan 1) Klien dilibatkan langsung. 2) Klien merupakan fokus kegiatan peserta didik 3) Peserta didik dan pembimbing melakukan diskusi. 4) Pembimbing memfasilitasi kreatifitas peserta didik 5) Pembimbing klinik membantu mengembangkan kemampuan peserta didik meningkatkan kemampuan mengatasi masalah. c. Tujuan Ronde Keperawatan adalah sebagai berikut: 1) Menumbuhkan cara berfikir kritis 2) Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan berasal dari masalah klien. 3) Meningkatkan pola pikir sistematis 4) Meningkatkan validitas data kilen. 5) Menilai kemampuan menentukan diagnosa keperawatan. 6) Meningkatkan membuat justifikasi, menilai hasil kerja dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan. d. kelemahan Ronde Keperawatan klien dan keluarga meras kurang nyaman dan privasy nya terganggu. e. Peran/tugas peserta didik antara lain: 1. Menjelaskan data demografi

6 2. Menjelaskan masalah keperawatan utama 3. Menjelaskan intervensi yang dilakukan 4. Menjelaskan hasil yang didapatkan. 5. Menentukan tindakan selanjutnya. 6. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil f. Peran pembimbing antara lain: 1. Membantu peserta didik untuk belajar. 2. Mendukung dalam proses pembelajaran. 3. Memberi justifikasi. 4. Memberi reinforcement 5. Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan. 6. mengarahkan dan mengoreksi 7. Mengintegrasi teori dan konsep yang telah dipelajari D. Bed Side Teaching (BST) a. Pengertian Bed side teaching adalah suatu metode mengajar peserta didik yang dilakukan disamping tempat tidur klien yang meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan keperawatan amupun kebidanan yang dibutuhkan klien. b. Manfaat BST Manfaat BST adalah pembimbing klinik dapat mengajarkan dan mendidik peserta didik untuk menguasai ketrampilan prosedural, menumbuhkan sikap profesional, mempelajari perkembangan biologis/ fisik, dan melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung. c. Prinsip Pelaksanaan BST Prinsip pelaksanaan BST sebagai berikut: 1) Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik, peserta didik dan klien. 2) Jumlah peserta didik dibatasi, maksimal 5 orang/ mahasiswa. 3) Diskusi pada awal dan pasca demonstrasi didepan klien dilakukan seminimal; mungkin. 4) Lanjutkan dengan demonstrasi ulang. 5) Evaluasi pemahaman peserta didik dilakukan sesegera mungkin terhadap apa yang didapatkan saat itu. 6) Kegiatan yang didemontrasikan hendaklan sesuatu yang belum pernah diperoleh peserta didik sebelumnya, atau kesulitan yang dihadapai peserta. d. Persiapan BST Persiapan BST sebagai berikut: 1) Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ketrampilan tehnik prosedural dan interpersonal. 2) Koordinasi dengan staf diklinik agar tidak menggangu jalannya rutinitas perawatan klien. 3) Melengkapi peralatan atau fasilitas yang akan digunakan. E. Metode Presentasi Kasus

7 Presentasi kasus adalah suatu metode pembelajaran klinik dengan cara mempresentasikan atau memaparkan hasil kasus yang telah di ambil dan telah dilakukan asuhan keperawatan atau kebidanan. Metode presentasi kasus ini mengajarkan atau melatih kepada peserta didik untuk berani mempertanggungjawabkan apa yang telah di tuliskan dan yang telah dilakukan serta mengajarkan kepada peserta didik untuk berani berbicara atau komunikasi kepada orang banyak atau audiens. Prinsip yang digunakan: Peserta didik sudah dibentuk suatu kelompok yang terdiri dari 3 sampai 5 orang. Sudah mendapatkan kasus sesuai dengan masalah yang sudah ada Sudah di konsulkan kepada pembimbing klinik. Sudah dibuat dalam suatu makalah dan siap dipresentasikan. F. Metode Coaching Metode Coacing atau bimbingan adalah suatu proses pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk memecahkan permasalahnya sendiri dan didampingi oleh pembimbing klinik. Aplikasi metode coacing atau bimbingan ini diawali dari pembimbing klinik memberikan penjelasan mengenai ketrampilan atau kegiatannya terlebih dahulu, kemudian memberi peragaan menggunakan model anatomik atau atau alat mengajar yang lain seperti slide atau videotape. setelah melakukan peragaan langkah baku dan membahasnya, maka pembimbing klinik dapat mengamati dan berkomunikasi untuk membimbing para peserta didik dalam mempelajari ketrampilan atau kegiatan tersebut, memperhatikan kemajuan belajarnya serta mengatasi masalah-masalah yang dahadapi peserta didik. G. Metode Penugasan membuat catatan dan laporan tertulis Metode ini merupakan metode yang memberikan penugasan untuk mebuat catatan dan laporan secara tertulis, dilahan praktek. Metode ini meliputi penugasan klinik, penugasan tertulis, simulasi dan permainan. Petunjuk penggunaan penugasan klinik. 1) Tujuan harus jelas 2) Membantu peserta didik menerapkan teori dilahan praktek 3) Menggambarkan latar belakang dan kemampuan peserta didik 4) Petunjuk harus lengkap dan jelas 5) perlu adanya diskusi setelah pelaksanaan

8

9 III. Metode Bimbingan Klinik. Pra interaksi Introduksi Conferen Terminasi Post Conferen Mahasiswa Pembimbing Klinik Laporan Pendahuluan AL: Pengertian Patofis Renpra Memberikan informasi tentang klien al: DX Medik Nama, Umur Pre conferen: Memahami laporan pendahuluan Pre conferen Evaluasi pemahaman mahasiswa Membaca informasi tentang pasien kaitannya dengan LP Evaluasi pemahaman mahasiswa memperkenalk an diri kepada pasien Kontrak Mengobservas imahasiswa umpan balik Validitasi/pengkajian berdasarkan DX Melakukan Intervensi Ronde keperawatan BST Bimbingan untuk menumbuhkan kemampuan intelektual, tehnikal, interpersonal Ronde Menyimpulkan bersama pasien apa yang telah dicapai Bimbingan dan observasi tentang kemampuan interpersonal laporan evaluasi umpan balik

10 Fase Interaksi peserta didiki harus mampu mengkaji perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan kesiapan peserta didik untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung jawabkan. Peserta didik mampu menggunakan dirinya secara efektif, artinya dapat mengobtimalkan penggunaan kekuatannya dan meminimalkan pengaruh kelemahan yang ada pada dirinya. pada fase ini diharapkan peserta didik mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama dan menuliskan dalam laporan pendahuluan tentang kasus yang akan diambil. peran pembimbing adalah mengidentifikasi kesiapan peserta didik melalui konferensi pra praktik klinik. jika peserta didik belum siap maka sebaiknya harus diatasi dulu sebelum melepas peserta didik pada tahap berikutnya. Fase introduksi-perkenalan. Tugas utama peserta didik pada fase ini adalah membina dan saling percaya, penerimaan dan pengertian, dan komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien. Elemen kontrak peserta didik dan klien adalah: o nama individu (peserta didik-klien) o Peserta (peserta didik-klien) o Tanggungjawab (peserta didik-klien) o Harapan (peserta didik-klien) o Tujuan hubungan o Waktu dan tempat pertemuan o Situasi terminasi o Kerahasiaan Tugas lain peserta didik adalah mengekspresikan pikiran, perbuatan klien Fase kerja Fase ini merupakan periode dimana terjadi interaksi yang aktif antara peserta didik dan klien dalam upaya membantu klien mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. tahapan fase ini meliputi: Peserta didik-klien mengeksplorasi stresor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan, dan perbuatan klien. Peserta didik membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab klien dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Pada fase ini dibutuhkan PK yang ahli dan trampil, karena banyak terkait dengan tindakan dan prosedur.

11 Pada fase ini merupakan peride yang tepat dalam melaksanakan metode bimbingan klinik, misalnya ronde keperawatan. Fase terminasi. Pada fase ini peserta didik dan klien akan merasakan kehilangan. Tugas peserta didik adalah menghadapi realitas perpisahan yang tidak dapat diingkari peserta didik dan klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan upaya pencapaian tujuan Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan dapat diartikan sebagai penolakan. Tugas PK adalah menilai kemampuan interpersonal.

12 IV. Menentukan Metode Bimbingan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih metode bimbingan klinik, antara lain; kemampuan pembimbing, karakteristik peserta didik, tujuan pembelajaran, dan sarana prasarana rumah sakit. PENGAJAR/ CE

Konsep dan Metoda Bimbingan Klinik Keperawatan

Konsep dan Metoda Bimbingan Klinik Keperawatan 0 Konsep dan Metoda Bimbingan Klinik Keperawatan Oleh: Dr. Ah. Yusuf, S.Kp., M.Kes. Departemen Keperawatan Jiwa & Komunitas, Fakultas Keperawatan Unair Disampaikan pada: Pelatihan Clinical Educator dan

Lebih terperinci

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif.

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif. COACHING PROSES Pengertian : 1). Pemberdayaan kualitas potensial mahasiswa 2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses

Lebih terperinci

Manajemen Asuhan Keperawatan. RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.-

Manajemen Asuhan Keperawatan. RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.- Manajemen Asuhan Keperawatan RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.- Manajemen pada proses keperawatan Pengkajian Diagnosis Perencanaan Implementasi evaluasi langkah awal dalam proses keperawatan PENGKAJIAN proses

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 1 Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM

PEDOMAN PELAKSANAAN MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM PEDOMAN PELAKSANAAN MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM I. Pendahuluan Manajemen adalah proses bekerja melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Manajemen keperawatan merupakan suatu

Lebih terperinci

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN M.A KEPERAWATAN JIWA PRODI D III KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2014/ 2015

BUKU PANDUAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN M.A KEPERAWATAN JIWA PRODI D III KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2014/ 2015 BUKU PANDUAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN M.A KEPERAWATAN JIWA PRODI D III KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2014/ 2015 A. PENDAHULUAN Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, perawat

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI CLINICAL INSTRUCTUR DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI CLINICAL INSTRUCTUR DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI CLINICAL INSTRUCTUR DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG Dyah Restuning P* Niken Sukesi** Endang Supriyanti*** Staff Keperawatan AKPER Widya Husada Semarang Abstrak Clinical Instruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan dasar tersebut

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG

INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG A. Pengertian Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang

Lebih terperinci

SILABUS PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA PROGRAM A 2011

SILABUS PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA PROGRAM A 2011 SILABUS PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA PROGRAM A 2011 JUDUL MATA KULIAH BEBAN STUDI : PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA : 2 SKS PERIODE : Semester Genap T.A. 2012/2013 WAKTU : 5 Mei 30 Mei 2014 KOORDINATOR TIM

Lebih terperinci

tugas sehari-hari (Arwani, 2005).

tugas sehari-hari (Arwani, 2005). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Supervisi a. Pengertian Supervisi Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan

Lebih terperinci

yang dihadapi saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. i. Memberikan tugas kepada peserta didik dalam bentuk laporan kegiatan sekaligus

yang dihadapi saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. i. Memberikan tugas kepada peserta didik dalam bentuk laporan kegiatan sekaligus yang dihadapi saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. i. Memberikan tugas kepada peserta didik dalam bentuk laporan kegiatan sekaligus mensahkan laporan tersebut. j. Mengadakan ujian praktek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Keperawatan 1. Pengertian perawat Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang

Lebih terperinci

METODE-METODE PEMBELAJARAN KLINIK OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST,M M.KEB

METODE-METODE PEMBELAJARAN KLINIK OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST,M M.KEB METODE-METODE PEMBELAJARAN KLINIK OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST,M M.KEB METODE-METODE PRE/POST CONFERENCE BEDSIDE TEACHING COACHING PRESEPTORING DAN MENTORING SUPERVISI PRAKTEK KLINIK BIMBINGAN KLINIK PRE

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II

BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II DISUSUN OLEH : Diak. Lamria Simanjuntak, S.Kep, Ns, M.Kes Carolina Simanjuntak, S.Kep, Ns i

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini memaparkan kesimpulan berdasarkan pada tujuan khusus penelitian,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini memaparkan kesimpulan berdasarkan pada tujuan khusus penelitian, BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Bagian ini memaparkan kesimpulan berdasarkan pada tujuan khusus penelitian, kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebahagian besar dimensi soft skills perawat RSUD

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II

BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II DISUSUN OLEH : Diak. Lamria Simanjuntak, S.Kep, Ns, M.Kes Carolina Simanjuntak, S.Kep, Ns i KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supervisi 2.1.1 Pengertian Supervisi Menurut Kron (1987) Supervisi adalah merencanakan, mangarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, memerintah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB II TINJAUAN TEORISTIS BAB II TINJAUAN TEORISTIS 2.1 Perilaku Caring 2.1.1 Pengertian Caring Perawat Menurut Carruth, dalam Nurachmah (2001) asuhan keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131 NOMOR :.. SET : Jiwa 1 ( K.1 ) FORMAT PEAN : HALUSINASI ( MEMBANTU PASIEN MENGENAL HALUSINASI PENDENGARAN) NO ASPEK YANG DI BOBOT A. FASE ORIENTASI ( 25% ) 1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan :

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN 46 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA YANG ANAKNYA DIRAWAT DI RUANG ICU RSUD DR PIRNGADI MEDAN PENELITI : MUHAMMAD ADIUL

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU MONITORING DAN EVALUASI KINERJA

TUGAS INDIVIDU MONITORING DAN EVALUASI KINERJA TUGAS INDIVIDU MONITORING DAN EVALUASI KINERJA DISUSUN OLEH : RELIN OKTA VIDORA NIM : P05120314033 JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU KATA PENGANTAR Puji syukur saya

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperwatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi. Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu

Lebih terperinci

Kode: NAMA MATA KULIAH. BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR:

Kode: NAMA MATA KULIAH. BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR: Kode: 00802 08015. 01 NAMA MATA KULIAH BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR: BUKU BLOK SISTEM KARDIOVASKULAR A. DESKRIPSI MODUL B. KOMPETENSI BLOK SISTEM KARDIOVASKULER C. TUJUAN

Lebih terperinci

SUPERVISI KEPERAWATAN ENI WIDIASTUTI

SUPERVISI KEPERAWATAN ENI WIDIASTUTI SUPERVISI KEPERAWATAN ENI WIDIASTUTI Pendahuluan Mewujudkan praktik keperawatan profesional perlu didukung oleh fungsi-fungsi manajemen keperawatan yang baik Salah satu fungsi yang harus dilakukan adalah

Lebih terperinci

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN MUHAMMAD JAMAL MISHBAH 6143027 STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS TAHUN AKADEMIK 2016/2017 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai

Lebih terperinci

Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas dan Keluarga PSPD Unja

Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas dan Keluarga PSPD Unja Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas dan Keluarga PSPD Unja Seperti apa sebenarnya Klinik DK? Mari kita sepakati Sesuai dengan keadaan kita Yang jelas memungkinkan penerapan prinsip-prinsip kedokteran keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Supervisi 1. Pengertian Supervisi Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Terapeutik 1. Pengertian Komunikasi Terapeutik Menurut Purwanto (2009), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya

Lebih terperinci

INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SECARA LANGSUNG PADA PERAWAT ASOSIET

INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SECARA LANGSUNG PADA PERAWAT ASOSIET INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SECARA LANGSUNG PADA PERAWAT ASOSIET Beri tanda check list (v) pada kolom Ya bila pekerjaan dilakukan dan pada kolom Tidak bila pekerjaan tidak dilakukan.

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI A. Konsep Harga Diri Rendah Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Family Centered Care Dalam paradigma keperawatan anak, anak merupakan individu yang masih bergantung pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang tidak jelas, dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan. menekan sistem kekebalan tubuh (Wardhana, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang tidak jelas, dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan. menekan sistem kekebalan tubuh (Wardhana, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan adalah kebingungan, kekuatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas, dihubungkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita

Lebih terperinci

Materi Konsep Kebidanan

Materi Konsep Kebidanan Materi Konsep Kebidanan A. MANAJEMEN KEBIDANAN 1. KONSEP DAN PRINSIP MANAJEMEN SECARA UMUM Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done). Manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning)

Standard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning) Standard Operating Procedure FASILITATOR PBL (Problem Based Learning) PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 07 0 LEMBAR IDENTIFIKASI Nama Dokumen :

Lebih terperinci

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta Disampaikan pada : Tantangan Pengembangan Mutu Pelayanan Kesehatan: Antara Keselamatan Pasien, Biaya dan Efisiensi Surabaya, 29 Agustus 2007 Institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan

Lebih terperinci

LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb

LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb Penggunaan laboratorium utk sarana pembelajaran di perguruan tinggi diperkenalkan pd pertengahan abad 19 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa praktikum di laboratorium lebih

Lebih terperinci

. Riwayat Hildegard E.Peplau

. Riwayat Hildegard E.Peplau . Riwayat Hildegard E.Peplau Hildegard peplau( Hilda) di lahirkan di reading pennisylvia merupakan keluarga imigran dari jerman. Dia merupakan anak kedua dari 6 bersaudara. Ayahnya seorang pekerja keras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai

Lebih terperinci

SOP PRAKTIK KERJA PROFESI PSIKOLOGI MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI UGM

SOP PRAKTIK KERJA PROFESI PSIKOLOGI MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI UGM SOP PRAKTIK KERJA PROFESI PSIKOLOGI MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI UGM PRAKTIK KERJA PROFESI PSIKOLOGI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN Kuliah praktik kerja profesi adalah praktik penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa dan mencapai tujuan pendidikan nasional, perkembangan jaman saat ini menuntut adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA Pendahuluan Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar. metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik baik untuk mencapai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar. metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik baik untuk mencapai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar Metode merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Menurut kamus Purwadarminta (1976), secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan tatanan pemberi jasa layanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan tatanan pemberi jasa layanan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan tatanan pemberi jasa layanan kesehatan memiliki peran yang strategis dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia (Sumijatun,

Lebih terperinci

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG PERTANIAN SUB BIDANG PERTANIAN

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG PERTANIAN SUB BIDANG PERTANIAN KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG PERTANIAN SUB BIDANG PERTANIAN DESKRIPSI UMUM Sesuai dengan ideologi Negara dan budaya Bangsa Indonesia, maka implementasi sistem pendidikan nasional dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover

Lebih terperinci

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Program Profesi 1. Definisi Pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan

Lebih terperinci

BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA

BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA BUKU KEGIATAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MATA KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN SEMESTER VI Penanggung Jawab : Setiadi, M.Kep STIKES HANG TUAH SURABAYA PRODI SI KEPERAWATAN 2013 KONTRAK PERKULIAHAN (GBPP) Program

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI IMPLEMENTASI STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN YANG MENGAKTIFKAN SISWA SUNARYO SOENARTO

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI IMPLEMENTASI STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN YANG MENGAKTIFKAN SISWA SUNARYO SOENARTO PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI IMPLEMENTASI STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN YANG MENGAKTIFKAN SISWA SUNARYO SOENARTO Mengajar, membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE STUDI KASUS

BAB 3 METODE STUDI KASUS BAB 3 METODE STUDI KASUS 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Rancangan penelitian deskriptif bertujuan untuk menerangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pasien Dalam konteks teori consumer behaviour, kepuasan lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman pasien setelah mendapatkan pelayanan rumah sakit. Kepuasan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. 175 BAB VI KESIMPULAN Bab ini merupakan bab terakhir atau bab penutup. Pada bab ini memuat tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 131 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS aspek perilaku yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk

Lebih terperinci

gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam

gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam Unit 8 gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam A. PENGANTAR Banyak upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

STUDENT REPORT PRAKTEK BELAJAR KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TAHUN 2014 / 2015 PAS FOTO 4 X 6 NAMA... NPM...

STUDENT REPORT PRAKTEK BELAJAR KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TAHUN 2014 / 2015 PAS FOTO 4 X 6 NAMA... NPM... STUDENT REPORT PRAKTEK BELAJAR KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TAHUN 2014 / 20 PAS FOTO 4 X NAMA... NPM... STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN Jl. Jombor Indah Km. 1 Buntalan Klaten

Lebih terperinci

DIMENSI ETIK DALAM PERAN BIDAN. OLEH HJ. DJUMIATI, SKM, MKes

DIMENSI ETIK DALAM PERAN BIDAN. OLEH HJ. DJUMIATI, SKM, MKes DIMENSI ETIK DALAM PERAN BIDAN OLEH HJ. DJUMIATI, SKM, MKes DIMENSI ETIK DALAM PERAN BIDAN KONSEP DASAR DIMENSI ETIK DALAM PERAN BIDAN 1. DIMENSI ADALAH CARA MENILAI SESUATU DARI SUATU SISI. 2. ETIK ADALAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interprofessional Education (IPE) 1. Definisi IPE Menurut WHO (2010), IPE merupakan suatu proses yang dilakukan dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan

Lebih terperinci

SEJ S A EJ R A AH A PROS PR E OS S E KEPER

SEJ S A EJ R A AH A PROS PR E OS S E KEPER SEJARAH PROSES KEPERAWATAN RAHMAD GURUSINGA Proses keperawatan mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Perawat yang dididik sebelum tahun tersebut pada umumnya belum mengenal proses keperawatan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KLINIK PADA MAHASISWA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG PROPOSAL SKRIPSI

GAMBARAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KLINIK PADA MAHASISWA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG PROPOSAL SKRIPSI 1 GAMBARAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KLINIK PADA MAHASISWA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG PROPOSAL SKRIPSI Untuk memenuhi Persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan Oleh SITI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Interprofesional Education (IPE) a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE) The Interprofesional Education for Collaborative Patient-Centered

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain (Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain (Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam upaya pemenuhan tuntutan kesehatan. Salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam upaya pemenuhan tuntutan kesehatan. Salah satu indikator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan suatu layanan masyarakat yang penting dan dibutuhkan dalam upaya pemenuhan tuntutan kesehatan. Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang

Lebih terperinci

2. Pelaksanaan Unit Kompetensi ini berpedoman pada Kode Etik Humas/Public Relations Indonesia yang berlaku.

2. Pelaksanaan Unit Kompetensi ini berpedoman pada Kode Etik Humas/Public Relations Indonesia yang berlaku. KODE UNIT : KOM.PR03.001.01 JUDUL UNIT : Melaksanakan Master of Ceremony DESKRIPSI UNIT : Unit ini berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki untuk menjadi seorang Master

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1

LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1 LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1 A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien: Mengkritik diri sendiri Perasaan tidak mampu Pandangan hidup yang pesimis Penurunan produktivitas

Lebih terperinci

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL.

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. VISI AKPER DIRGAHAYU PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. MISI AKPER DIRGAHAYU 1. MENYELENGGARAKAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI YANG BERKUALITAS

Lebih terperinci

1. PERSOALAN PENILAIAN BELAJAR

1. PERSOALAN PENILAIAN BELAJAR Substansi 1. Identifikasi persoalan penilaian pembelajaran 2. Tujuan penilaian pembelajaran 3. Ranah tujuan penilaian pembelajaran 4. Strategi penilaian pembelajaran 5. Beberapa contoh aplikasi pd aspek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa. manusia ke era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa. manusia ke era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan hampir disemua aspek kehidupan manusia. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi

Lebih terperinci

Lampiran 4 Tabel Uji Validitas Isi No Pernyataan I Expert II III IV CVI Kesimpu lan Pengetahuan (Kenowladge) 1 Menjelaskan konsep teori dan aplikasinya pada pelaksanaan asuhan perawatan pasien 4 4 4 3

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN KepadaYth. Sdr/Sdri. Di Tempat Denganhormat, Saya, yang bertandatangan di bawah ini adalah Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan era globalisasi membuat setiap orang harus mampu untuk bersaing sesuai kompetensi yang dimiliki. Upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) tertuju pada

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes STANDAR ADALAH : Ukuran atau parameter yang digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat kualitas yang telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL 1 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : Senang menyendiri, tidak mau melakukan aktivitas, tampak murung, lebih banyak menunduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja dapat dipandang sebagai proses maupun hasil pekerjaan. Kinerja merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja dan hasil pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

Pekerjaan Sosial PB :

Pekerjaan Sosial PB : Pekerjaan Sosial PB : Suatu bidang praktik profesi pekerjaan sosial dimana Peksos menggunakan keahlian khusus untuk membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melaksanakan peran sosial mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses yang selalu dilakukan dalam kehidupan setiap manusia, tidak terkecuali perawat. Dalam perkembangan dunia kesehatan komunikasi

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Menurut Dinarti, dkk (2009) pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan pusat layanan kesehatan yang terdiri dari berbagai profesi yang membentuk suatu kesatuan dan saling berpengaruh satu sama lain. Rumah sakit dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan yang dialami pasien dan keluarga biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa

Lebih terperinci