BAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan yang berkualitas akan mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007). Perawat merupakan salah satu pemberi pelayanan kesehatan. Perawat dituntut untuk dapat bekerja secara professional dan kompeten, mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien. Peran institusi pendidikan keperawatan dituntut mampu menghasilkan perawat yang kompeten dan profesional. Pendidikan keperawatan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap akademik dan tahap pendidikan klinik. Pada pendidikan Diploma DIII Keperawatan, tahap akademik ditempuh pada dua tahun pertama. Institusi pendidikan berkewajiban penuh memberikan pendidikan yang berkualitas selamatahap akademik. Tahap pendidikan klinik ditempuh pada tahun ketiga, pada tahap ini rumah sakit beserta atributnya memiliki banyak peran dalam memberikan pengalaman belajar klinik mahasiswa. Pendidikan klinik merupakan inti dalam pendidikan keperawatan (Chan, 2002). Pendidikan klinik berperan banyak dalam perkembangan ilmu, pembentukan profesionalisme dan sebagai bekal mahasiswa saat berada di dunia kerja (Skaalvik et al, 2011). Dalam pendidikan klinik mahasiswa belajar mengaplikasikan teori ke dunia kerja nyata. 1

2 Pendidikan klinik di tempat kerja akan dialami oleh mahasiswa setelah menyelesaikan pendidikan akademiknya, meskipun sebelumnya mahasiswa sudah mendapatkan pembelajaran klinik di laoratorium keterampilan klinik maupun early clinical exposure selama proses pendidikan di tahap akademik. Pendidikan Diploma III Keperawatan adalah pendidikan tinggi keperawatan yang bertujuan menghasilkan tenaga perawat vokasional. Kurikulum pendidikan tinggi yang digunakan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, sehingga diharapkan lulusan DIII Keperawatan memiliki kompetensi sebagai perawat vokasional yang kompeten dibidangnya. Pendidikan klinik keperawatan membantu mahasiswa mengkombinasikan keterampilan kognitif, psikomotor dan afektif. Ketiga keterampilan tersebut akan membantu mahasiswa mengembangkan kompetensi dalam penerapan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai dalam situasi klinik (Chan, 2002). Pendidikan klinik yang efektif mampu membangun rasa percaya diri dan membantu pencapaian kompetensi pada mahasiswa (Lofmark et al, 2012). Pendidikan klinik dibagi menjadi dua hal utama (Saarikoski & Kilpi, 2002). Pertama, lingkungan pembelajaran klinik yang ada di bangsal, pembelajaran klinik terdiri dari lingkungan di ruang perawatan, rawat jalan maupun di tatanan komunitas (Ramani & Leinster, 2008). Kedua, lingkungan pembelajaran klinik yang berupa bimbingan klinik. Pendidikan klinik merupakan bagian yang penting dalam proses pendidikan mahasiswa keperawatan, karena memberikan pengalaman yang 2

3 banyak kepada mahasiswa baik berupa kognitif, psikomotorik maupun afektif. Keberhasilan pendidikan klinik juga tergantung pada ketersediaan lahan praktik di rumah sakit sebagai lingkungan pembelajaran klinik. Adapun lahan praktik harus memenuhi persyaratan, diantaranya 1) Melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan yang baik (good nursing care), 2) Lingkungan yang kondusif, 3) Ada role model yang cukup, 4) Tersedia kelengkapan sarana dan prasarana serta staf yang memadai, 5) Tersedia standar pelayanan/sop keperawatan yang lengkap (Reilly & Oermann, 2002). Bimbingan klinik baik dari dosen maupun perawat pendidik sangat dibutuhkan mahasiswa. Bimbingan klinik ditujukan untuk mengintregasikan antara teori yang didapat di tahap akademik dengan praktik praktik pada tahap klinik. Bimbingan klinik dapat membantu mahasiswa dalam membangun identitas profesionalisme, meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan dan perkembangan personal (Severison & Sand, 2010). Oleh karena itu, pembimbing klinik harus mengetahui tujuan pendidikan klinik dan pencapaian kompetensi praktik klinik serta mampu menjelaskannya pada mahasiswa (Hasan, 2012). Bekal teori yang sudah didapatkan selama tahap akademik diharapkan memfasilitasi mahasiswa selama tahap pendidikan klinik. Proses bimbingan klinik selama tahap pendidikan klinik melibatkan dosen maupun staf perawat. Seorang perawat pembimbing/ clinical intructor (CI) bertugas pada pembimbingan yang sifatnya keterampilan prosedural, mendampinginya 3

4 mahasiswa seperti bimbingan penyusunan ASKEP (Asuhan Keperawatan), BST (bed site teaching), dan ronde keperawatan. Peran dosen pembimbing adalah memberikan bimbingan yang sifatnya teroris maupun prosedural. Pada proses pembimbingan mahasiswa D III Keperawatan proses pembimbingan dilimpahkan kepada CI dan dosen pembimbing. Dosen selain sebagai pembimbing pada tahap pendidikan klinik juga memiliki peran yang banyak di kampus dan masyarakat guna menjalankan tridrama perguruan tinggi, begitu juga dengan pelaksanaan peran CI. Perawat CI bertugas mendemostrasikan tentang peran perawat profesional kepada mahasiswa (Baltimore, 2004), selain itu juga harus mampu memberikan feedback yang membangun, memberikan lingkungan pembelajaran yang aman, dan melibatkan mahasiswa agar terlibat aktif dalam perawatan pasien (Cleary et al, 2006). Pada pelaksanaan tugasnya pembimbing klinik baik CI maupun dosen dalam melaksanakan tugasnya menghadapi banyak kendala.perawat selain dibebani dengan tugas sebagai pemberi pelayanan keperawatan kepada pasien dan membimbing mahasiswa juga masih dibebani dengan tugas-tugas yang sifatnya administrasi. Perawat juga dituntut untuk mampu mengembangkan kariernya.kondisi tersebut yang akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas bimbingan klinik. Kuantitas maupun kualitas bimbingan klinik merupakan bagian dari lingkungan pendidikan klinik yang akan mempengaruhi pengalaman praktik klinik yang didapatkan mahasiswa. 4

5 Pada praktik keperawatan jiwa, mahasiswa sendiri merupakan alat yang membantu proses perawatan pasien, menumbuhkan hubungan teraupetik, melibatkan pasien dalam terapi dan fokus pada individualitas pasien (Charleston & Hapell, 2005). Pada bagian keperawatan jiwa hubungan antara perawat dengan pasien sangat terbatas, kurang staf perawat dan dukungan pelayanan (Henderson et al, 2007). Diharapkan dengan adanya bimbingan klinik akan membantu mahasiswa mencapai kompetensi yang diharapkan. Pada praktik keperawatan jiwa, banyak mahasiswa yang pada awalnya merasa takut saat akan ditempatkan di lahan praktik keperawatan jiwa. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Happel (2008), perasaan dan harapan negatif dari ketidakpastian menjadi hal yang umum dihadapi mahasiswa sebelum penempatan praktik klinik keperawatan jiwa. Melrose & Shapiro (1999) menyebutkan bahwa mahasiswa merasa takut pada pasien, cemas bahwa upaya mereka untuk membantu pasien dirasa tidak adekuat, suasana klinik yang berbeda dari suasana saat kuliah, keterlibatan dalam terapi lingkungan dan pelaksanaan pelayanan dengan pengawasan perawat. Adapun hasil penelitian lainnya yaitu dari Henderson et al (2007) menyatakan bahwa pada umumnya mahasiswa merasa puas ketika melaksanakan praktik klinik di bagian keperawatan jiwa. Adanya perbedaan yang mendasar ini, peneliti tertarik memilih bagian keperawatan jiwa sebagai obyek dalam penelitian ini. 5

6 Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Ghrasia merupakan rumah sakit milik pemerintah Provinsi Yogyakarta. Pada awalnya rumah sakit tersebut hanya melayani pasien dengan gangguan kejiwaan. Seiring berkembangnya tuntutan mayarakat, kini rumah sakit tersebut juga melayani pasien umum. Selain menggunakan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito, seluruh program studi DIII Keperawatan di Yogyakarta menggunakan RSJ Ghrasia untuk praktik keperawatan jiwa. Bahkan, ada institusi yang hanya mempraktikkan mahasiswa di RSJ Ghrasia untuk praktik keperawatan jiwa. Terdapat sekitar 33 institusi pendidikan kesehatan yang menggunakan RSJ Ghrasia sebagai lahan praktik klinik baik dari dalam maupun luar provinsi Yogyakarta. RSJ Ghrasia merupakan lingkungan belajar klinik bagian keperawatan jiwa yang utama untuk beberapa institusi DIII keperawatan. Lingkungan belajar klinik yang baik maka diharapkan akan menunjang pengalaman klinik yang baik pula, begitu pula sebaiknya. Rumah sakit yang memenuhi persyaratan dan komitmen yang tinggi dalam mendukung proses pendidikan klinik mahasiswa akan memberikan kontribusi yang lebih tinggi bagi luaran pengetahuan, pengalaman maupun kompetensi mahasiswa (Emilia, 2003). Oleh karena itu peneliti memilih RSj Ghrasia sebagai tempat penelitian, guna mengetahui bagaimana pengalaman klinik mahasiswa saat praktik klinik keperawatan jiwa. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, menunjukkan bahwa pendidikan klinik beserta atributnya berpengaruh penting terhadap pencapaian pengalaman klinik mahasiswa. Adapun atribut pendidikan klinik 6

7 tersebut antara lain: persiapan praktik klinik baik dari mahasiswa, institusi maupun rumah sakit, lingkungan belajar klinik, peran perawat pembimbing (CI) dan peran dosen. Pada RSJ Grhasia yang merupakan lingkungan belajar klinik bagi mahasiswa keperawatan belum pernah dilakukan penelitian tentang persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik praktik keperawatan jiwa II. Oleh karena itu, diperlukan studi untuk mengkaji bagaimana persepsi mahasiswa tentang pengalaman klinik praktik keperawatan jiwa II di Yogyakarta, dilihat dari persiapan praktik klinik, lingkungan belajar klinik, peran CI, peran dosen dan refleksi mahasiswa. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah persepsi mahasiswa DIII Keperawatan di Yogyakarta terhadap pengalaman klinik praktik keperawatan jiwa II? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa DIII Keperawatan di Yogyakarta terhadap pengalaman klinik selama tahap praktik keperawatan jiwa II. I.4. Keaslian Penelitian Penelitian tentang persepsi mahasiswa terhadap pengalaman belajar klinik selama tahap pendidikan klinik sudah ada, beberapa penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu: 7

8 1. Henderson et al (2007), dengan judul : So what is so good about clinical experience? A mental health nursing perspective a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa keperawatan terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa, sedangkan tujuan penellitian penulis untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 Keperawatan yang telah menyelesaikan praktik keperawatan jiwa, sedangkan subyek penelitian penulis adalah mahasiswa DIII Keperawatan. 3) Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian penulis menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. 4) Instrumen penelitian menggunakan The quality of clinical placement questionnaire (QCP), sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Topik penelitian tentang pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa 2) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental 2. Happell (2008) dengan judul : Clinical experience in mental health nursing: determining satisfaction and the influential factors 8

9 a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Tujuan penelitian untuk mengukur tingkat kepuasan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa keperawatan terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa, sedangkan tujuan penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 Keperawatan yang telah menyelesaikan praktik keperawatan jiwa, sedangkan subyek penelitian penulis adalah mahasiswa D III Keperawatan. 3) Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian penulis menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. 4) Instrumen penelitian menggunakan The Psychiatric/Mental Health Clinical Placement Survey for Last Day of Placement, sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Topik penelitian tentang pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa 2) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental 3. Warne et al (2010) dengan judul : An exploration of the clinical learning experience of nursing students in nine European countries a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 9

10 1) Tujuan penelitian untuk memberikan pandangan komposit dan komparatif apa yang meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa keperawatan saat praktik klinik, sedangkan tujuan penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 Keperawatan, sedangkan subyek penelitian penulis adalah mahasiswa D III Keperawatan. 3) Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian penulis menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. 4) Instrumen penelitian menggunakan Clinical learning environment, supervision and nurse teacher (CLES+T) evaluation scale, sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri. b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Topik penelitian tentang pengalaman klinik mahasiswa keperawatan. 2) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental. 4. Papastavrou et al (2010) dengan judul : Student nurses experience of learning in the clinical environment a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Tujuan penelitian untuk menggali pengalaman mahasiswa tentang lingkungan belajar dan bimbingan di penempatan klinik, untuk mengidentifikasi faktor-faktor dari lingkungan klinik dan 10

11 bimbingan klinik yang berkontribusi terhadap pembelajaran dan untuk membuat data base tentang pembelajaran dan bimbingan klinik, sedangkan tujuan penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 Keperawatan, sedangkan subyek penelitian penulis adalah mahasiswa D III Keperawatan. 3) Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian penulis menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. 4) Instrumen penelitian menggunakan Clinical Learning environment and supervision scale (CLES), sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri. b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Topik penelitian tentang pengalaman klinik mahasiswa keperawatan. 2) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental. 5. Skaalvik et al (2011) dengan judul Clinical learning environment and supervision: experiences of Norwegian nursing students - a questionnaire survey a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Tujuan penelitian untuk mengetahui pengalaman mahasiswa keperawatan dan tingkat kepuasan mereka terhadap lingkungan belajar klinik, secara khusus penelitian ini membandingkan hasil 11

12 antara mahasiswa yang berada di rumah perawatan dan bangsal rumah sakit, sedangkan tujuan penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 Keperawatan, sedangkan subyek penelitian penulis adalah mahasiswa D III Keperawatan. 3) Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian penulis menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. 4) Instrumen penelitian menggunakan Clinical learning environment, supervision and nurse teacher (CLES+T) evaluation scale, sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri. b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Topik penelitian tentang pengalaman klinik mahasiswa keperawatan. 2) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental. 6. Hasan (2012) dengan judul : Hubungan Persepsi Mahasiswa Terhadap Lingkungan Pembelajaran Klinik Dengan Pencapaian Kompetensi Praktik Klinik Keperawatan Di Akademi Keperawatan Luwuk a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap lingkungan belajar klinik dengan pencapaian kompetensi praktik klinik keperawatan, sedangkan tujuan 12

13 penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian penulis menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. 3) Instrumen penelitian menggunakan Clinical Learning environment and supervision scale (CLES), sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri. b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental. 2) Subyek penelitian adalah mahasiswa D III Keperawatan 7. Melender et al (2013) dengan judul : Quality of clinical education- Comparison of experiences of undergraduate student nurses in Finland and Sweden a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Tujuan penelitian adalah membandingkan pengalaman klinik dari tiga kelompok mahasiswa sarjana perawat pada pendidikan klinik pada tahun 2009 dan 2010 untuk mengetahui kualitas pendidikan klinik, sedangkan tujuan penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Metode penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian penulis menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. 13

14 3) Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 keperawatan, sedangkan subyek penelitian penulis adalah D III Keperawatan 4) Instrumen penelitian menggunakan SECE (Students Experiences of Clinical Education), sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri. b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Topik penelitian tentang pengalaman klinik mahasiswa keperawatan. 2) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental. 8. Sundlers et al (2013) dengan judul : Student nurses' experiences of the clinical learning environment in relation to the organization of supervision: A questionnaire survey a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Tujuan penelitian untuk menginvestigasi pengalaman mahasiswa keperawatan pada lingkungan belajar klinik dihubungkan dengan bagaimana bimbingan diselenggarakan, sedangkan tujuan penelitian penulis untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pengalaman klinik di bagian keperawatan jiwa. 2) Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 keperawatan, sedangkan subyek penelitian penulis adalah D III Keperawatan. 3) Instrumen penelitian menggunakan Clinical learning environment, supervision and nurse teacher (CLES+T) evaluation scale, 14

15 sedangkan penelitian penulis menggunakan instrumen yang disusun penulis sendiri. b. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah : 1) Topik penelitian tentang pengalaman klinik mahasiswa keperawatan. 2) Desain penelitian adalah penelitian non eksperimental. 3) Metode penelitian menggunakan metode campuran, kuantitatif dan kualitatif. Pada penelitian yang akan dilakukan, peneliti ingin memberikan gambaran persepsi mahasiswa DIII keperawatan di Yogyakarta terhadap pengalaman klinik selama tahap praktik keperawatan jiwa II. Pengumpulan data kuantitatif tentang persepsi terhadap pengalaman klinik menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, sedangkan pengumpulan data kualitatif dengan focus group discussion (FGD) pada mahasiswa. I.5. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan pengetahuan mengenai persepsi mahasiswa DIII Keperawatan di Yogyakarta terhadap pengalaman klinik selama tahap praktik keperawatan jiwa II. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi: 15

16 a. Pembimbing klinik baik dosen maupun CI, sebagai masukan untuk melakukan refleksi diri terhadap kemampuannya dalam memberikan bimbingan klinik. b. Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan klinik. c. Bagi institusi rumah sakit, hasil penelitian dapat dijadikan dasar untuk pengembangan kualitas pendidikan klinik. 16

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang efektif harus didasarkan pada pemahaman tentang bagaimana mahasiswa belajar. Perkembangan teori belajar dari perspektif konstruktivisme menyebutkan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DALAM MERAWAT PASIEN JIWA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DALAM MERAWAT PASIEN JIWA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DALAM MERAWAT PASIEN JIWA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA Herry Prasetyo 1, Petrus Nugroho D.S 2 1,2 Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Purwokerto Poltekkes Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan Tinggi (PT) saat ini membawa konsekuensi untuk memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Caring adalah memberikan perhatian atau penghargaan kepada seorang manusia. Caring juga dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan bahwa terdapat negara dengan beban Human Immunodeficiency Virus (HIV) tertinggi dan kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, menuntut supaya tenaga kesehatan mampu memberikan kontribusi yang bermakna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evaluasi program sarjana merupakan komponen utama dalam menilai kemampuan peserta didik pada pendidikan tinggi ilmu keperawatan. Pengujian klinik lapangan merupakan

Lebih terperinci

John Toding Padang, Novita Medyati

John Toding Padang, Novita Medyati HUBUNGAN KINERJA PERAWAT PROFESIONAL DENGAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH MAHASISWA PROFESI NERS DI RSUD JAYAPURA PROPINSI PAPUA (Relationship Between Professional Nurse Performance with Clinical

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia (SDM) kesehatan merupakan satu dari enam sub sistem yang ada dalam Sistem Kesehatan Nasional. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan

Lebih terperinci

Patria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT

Patria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT HUBUNGAN BIMBINGAN KLINIK OLEH PEMBIMBING KLINIK AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR KLINIK MAHASISWA SEMESTER V DIII KEPERAWATAN STIKES WIRA HUSADA TAHUN AJARAN 2010/2011 Relationship Between Clinical Guidance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pencapaian keoptimalan derajat kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan yang jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Selama berabad-abad lamanya sejarah manusia telah beradaptasi dengan berbagai metode pengobatan dan perkembangannya. Salah satu hal yang konsisten dalam perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses yang sangat penting dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena

Lebih terperinci

Ratna Puji Priyanti *, Pepin Nahariani. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pemkab Jombang, Jl. Dr. Sutomo No

Ratna Puji Priyanti *, Pepin Nahariani. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pemkab Jombang, Jl. Dr. Sutomo No SKALA EVALUASI LINGKUNGAN BELAJAR KLINIK, SUPERVISI DAN DOSEN PERAWAT (CLINICAL LEARNING ENVIRONMENT, SUPERVISION AND NURSE TEACHER CLES+T) VERSI BAHASA INDONESIA: VALIDITAS DAN RELIABILITAS Ratna Puji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional dalam tujuan mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah perguruan tinggi swasta mengalami peningkatan di Indonesia. Orientasi perguruan tinggi swasta yang lebih mementingkan politik ekonomi merupakan fenomena umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terfragmentasi dan kebutuhan kesehatan masyarakat tidak terpenuhi. Tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terfragmentasi dan kebutuhan kesehatan masyarakat tidak terpenuhi. Tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem kesehatan di seluruh dunia saat ini sedang mengalami kondisi krisis, yaitu kekurangan tenaga kesehatan, distribusi serta perpaduan tenaga kesehatan yang belum

Lebih terperinci

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta Disampaikan pada : Tantangan Pengembangan Mutu Pelayanan Kesehatan: Antara Keselamatan Pasien, Biaya dan Efisiensi Surabaya, 29 Agustus 2007 Institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini yang paling dibutuhkan dalam dunia kesehatan adalah kerja sama tim antar sesama profesi kesehatan. Keselamatan dan kualitas pelayanan kesehatan bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sejak dua dekade yang lalu (Wynia et al., 1999). Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sejak dua dekade yang lalu (Wynia et al., 1999). Banyak hal yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Profesionalisme dalam dunia kedokteran terus mendapat perhatian dan terus berkembang sejak dua dekade yang lalu (Wynia et al., 1999). Banyak hal yang mendasari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan hal yang mendasar dalam keperawatan, bahkan efektivitas pelayanan pasien dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi yang dibangun perawat selama

Lebih terperinci

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif.

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif. COACHING PROSES Pengertian : 1). Pemberdayaan kualitas potensial mahasiswa 2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Efikasi diri 1.1 Pengertian efikasi diri Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan yang ingin dicapai (Bandura

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kompetensi a. Pengertian Kompetensi berasal dari bahasa inggris competence yang mempunyai arti kemampuan atau kecakapan. Kompetensi dalam sebuah cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) menyatakan setiap menit seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) menyatakan setiap menit seorang wanita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan setiap menit seorang wanita meninggal selama persalinan atau melahirkan. Nour (2008) dalam jurnal Review in Obstetric and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya terbatas pada pelayanannya saja (Kuncoro,2000).

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya terbatas pada pelayanannya saja (Kuncoro,2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan ekonomi serta tantangan era perdagangan menyebabkan semakin ketatnya kompetisi dalam dunia bisnis, begitu juga dengan bisnis dalam pelayanan

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN SIKAP MAHASISWA D-III KEPERAWATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DALAM MENGIKUTI PROSES BELAJAR BAHASA JEPANG

2013 GAMBARAN SIKAP MAHASISWA D-III KEPERAWATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DALAM MENGIKUTI PROSES BELAJAR BAHASA JEPANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses belajar merupakan proses dimana terjadinya perubahan perilaku pada seseorang dalam hal pengetahuan, sikap atau keterampilan, proses belajar tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1851 seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bagian akhir disertasi ini mengemukakan dua hal, yakni kesimpulan hasil

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bagian akhir disertasi ini mengemukakan dua hal, yakni kesimpulan hasil BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian akhir disertasi ini mengemukakan dua hal, yakni kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian. A. Kesimpulan Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010)

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang penting pada mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010) yang mengungkapkan bahwa kemampuan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses yang selalu dilakukan dalam kehidupan setiap manusia, tidak terkecuali perawat. Dalam perkembangan dunia kesehatan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi harus membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge, memiliki daya saing tinggi (Nursalam & Ferry, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi harus membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge, memiliki daya saing tinggi (Nursalam & Ferry, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan keperawatan saat ini dituntut untuk dapat menghasilkan lulusan tenaga keperawatan yang kompeten dan berstandar nasional maupun internasional (Nurhadi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN BIMBINGAN CLINICAL INSTRUCTUR DENGAN KEPUASAN MAHASISWA PRAKTIK DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

HUBUNGAN BIMBINGAN CLINICAL INSTRUCTUR DENGAN KEPUASAN MAHASISWA PRAKTIK DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG HUBUNGAN BIMBINGAN CLINICAL INSTRUCTUR DENGAN KEPUASAN MAHASISWA PRAKTIK DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG * *) Dosen DIII Keperawatan STIKES Widya Husada Semarang Niken.sukesi@yahoo.co.id Abstrak Latarbelakang:

Lebih terperinci

PENELITIAN. Hubungan Lingkungan Belajar Klinik dengan Tingkat Kecemasan Mahasiswa pada Program Pendidikan Ners

PENELITIAN. Hubungan Lingkungan Belajar Klinik dengan Tingkat Kecemasan Mahasiswa pada Program Pendidikan Ners PENELITIAN Hubungan Lingkungan Belajar Klinik dengan Tingkat Kecemasan Mahasiswa pada Program Pendidikan Ners Nelwati a,triyana Harlia Putri a, Atih Rahayuningsih a a Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN BIMBINGAN KLINIK MAHASISWA KEPERAWATAN

TINGKAT KEPUASAN BIMBINGAN KLINIK MAHASISWA KEPERAWATAN JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 219 224 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing TINGKAT KEPUASAN BIMBINGAN KLINIK MAHASISWA KEPERAWATAN Linda Khilyatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam membentuk dan mengembangkan pribadi bangsa yang berkualitas. Kualitas sangat ditentukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di Amerika, Home Care yang terorganisasikan dimulai sejak tahun 1880-an dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi.

Lebih terperinci

Keperawatan sebagai Terapi pada Keperawatan Medikal Bedah

Keperawatan sebagai Terapi pada Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan sebagai Terapi pada Keperawatan Medikal Bedah Ratna Sitorus Disampaikan pada Seminar HIPMEBI, di RS Persahabatan Jakarta, 11 Februari 2017 Pembahasan 1. Pengertian terapi keperawatan 2. Masalah

Lebih terperinci

Panduan membaca dan menganalisis Hasil Try Out ( TO ) Ners Juli 2013

Panduan membaca dan menganalisis Hasil Try Out ( TO ) Ners Juli 2013 Panduan membaca dan menganalisis Hasil Try Out ( TO ) Ners Juli 2013 Selamat dan terima kasih banyak atas dukungan institusi dalam mensukseskan pelaksanaan try out ners 27-28 Juli 2013. Dukungan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan perbaikan dan peningkatan secara bertahap dari tahun ke tahun. Saat ini petugas kesehatan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran dengan teman sebaya (Peer-Assisted Learning; selanjutnya disingkat PAL) sudah cukup populer dan sejak lama digunakan dalam pendidikan kedokteran. Jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat diploma. Pemikiran dasar jenjang pendidikan ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. tingkat diploma. Pemikiran dasar jenjang pendidikan ini adalah untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Studi Kebidanan merupakan salah satu unit pelaksana teknis dibidang pendidikan kesehatan, diharapkan mampu mencetak lulusan yang kompeten dan dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah penelitian, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah penelitian, identifikasi dan pembatasan masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, definisi istilah, manfaat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN WAHANA PENDIDIKAN KLINIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DAN PELAYANAN KEPERAWATAN

PENGEMBANGAN WAHANA PENDIDIKAN KLINIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DAN PELAYANAN KEPERAWATAN PENGEMBANGAN WAHANA PENDIDIKAN KLINIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DAN PELAYANAN KEPERAWATAN TIM NURSING EDUCATION HPEQ DIKTI KEMDIKNAS 2012-2014 riyanti25@yahoo.com (LISA)) magdadasuka@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang bergantung pada kualitas SDM dan memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang lebih berorientasi pada Kurikulum Berbasis Kompetesi (KBK) tentu memberikan implikasi pada berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran, khususnya pembelajaran di klinik (Mohammed, 2015),

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran, khususnya pembelajaran di klinik (Mohammed, 2015), 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran di klinik (Mohammed, 2015), akan tetapi kenyataan yang terjadi banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. professional perawat yaitu advokasi (Potter, 2005). Penelitian di. Ireland oleh O Connor and Kelly (2005) menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. professional perawat yaitu advokasi (Potter, 2005). Penelitian di. Ireland oleh O Connor and Kelly (2005) menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses perkembangan dalam keperawatan memerlukan sebuah pengetahuan dan keterampilan untuk berbagai peran professional dan tanggung jawab perawat. Salah satu peran

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem pelayanan kesehatan saat ini, patient-centered care menjadi konsep pelayanan dari hampir seluruh pemberi layanan kesehatan. Pelayanan dengan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akademik pada kasus-kasus nyata di klinik. Peserta didik juga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. akademik pada kasus-kasus nyata di klinik. Peserta didik juga diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran klinik merupakan pembelajaran berbasis pengalaman, peserta didik diharapkan mampu mengaplikasikan teori yang diperoleh dari akademik pada kasus-kasus nyata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1 Interprofessional Education (IPE) a. Pengertian IPE Interprofessional education (IPE) adalah metode pembelajaran yang interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja dapat dipandang sebagai proses maupun hasil pekerjaan. Kinerja merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja dan hasil pekerjaan

Lebih terperinci

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas Nama : Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : 19671215 200003 1 002 Departemen Mata Kuliah Topik : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas : Keperawatan Komunitas : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas LAPORAN WHO (2002)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan tinggi keperawatan mempunyai tujuan menghasilkan perawat yang professional. Dimana perguruan tinggi tersebut sangat berperan dalam membina sikap, pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu tidak hanya dari dosen. Metode Pembelajaran SCL

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu tidak hanya dari dosen. Metode Pembelajaran SCL 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran TCL (Teaching Centerd learning) yang berpusat kepada dosen sudah tidak lagi sesuai dengan capaian pembelajaran mengingat perkembangan tekhnologi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interprofessional Education (IPE) 1. Definisi IPE Menurut the Center for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 1997), IPE adalah dua atau lebih profesi belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Interprofesional Education (IPE) a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE) The Interprofesional Education for Collaborative Patient-Centered

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia berdampak pada peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi meningkatnya masalah kesehatan anak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Apoteker Indonesia 1. Standar Kompetensi Sarjana Farmasi Standar Kompetensi Sarjana Farmasi merupakan standar nasional yang harus dicapai lulusan pendidikan S1 Farmasi

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN IKATAN BIDAN INDONESIA dan ASSOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN KEBIDANAN INDONESIA 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan sebagaimana halnya dengan pendidikan kedokteran, kesehatan masyarakat, farmasi, kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah kesehatan di masyarakat sesuai tugas-tugas di bidang

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah kesehatan di masyarakat sesuai tugas-tugas di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program studi kebidanan merupakan suatu unit pelaksana teknis di bidang kesehatan yang mencetak lulusan tenaga bidan yang kompetensi dapat membantu memecahkan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat serta persaingan global menuntut lulusan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat serta persaingan global menuntut lulusan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akuntansi yang sangat pesat serta persaingan global menuntut lulusan pendidikan akuntansi mempunyai kualitas atau

Lebih terperinci

SILABUS PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA PROGRAM A 2011

SILABUS PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA PROGRAM A 2011 SILABUS PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA PROGRAM A 2011 JUDUL MATA KULIAH BEBAN STUDI : PRE KLINIK KEPERAWATAN JIWA : 2 SKS PERIODE : Semester Genap T.A. 2012/2013 WAKTU : 5 Mei 30 Mei 2014 KOORDINATOR TIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadikan perawat sebagai satu-satunya profesi dengan intensitas

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadikan perawat sebagai satu-satunya profesi dengan intensitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keperawatan didasarkan pada sebuah upaya promotif, preventif, rehabilitatif serta kuratif bahkan kolaboratif dalam setiap asuhan keperawatan. Semua upaya tersebut menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, di Amerika Serikat penyebab kematian nomer tiga pada

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, di Amerika Serikat penyebab kematian nomer tiga pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan sistem pelayanan kesehatan mempengaruhi praktik dalam pelayanan kesehatan, di Amerika Serikat penyebab kematian nomer tiga pada pasien adalah dampak dari kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan serta sesuai kebutuhan masyarakat (Febriyani, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan serta sesuai kebutuhan masyarakat (Febriyani, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu keperawatan, sangat penting untuk membentuk perawat-perawat yang profesional. Dengan demikian diperlukan suatu sistem pendidikan yang bermutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mentorship merupakan suatu hubungan antara dua orang yang memberikan kesempatan untuk berdiskusi yang menghasilkan refleksi, melakukan kegiatan/tugas dan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), dan tindakan (psychomotor) (Yosep, 2013). Gangguan jiwa yaitu suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi yang memberikan pelayanan rawat inap, pelayanan medis dan pelayanan keperawatan berlangsung terus menerus untuk diagnosis dan memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN MAHASISWA DIPLOMA III KEPERAWATAN TERHADAP METODE BIMBINGAN KLINIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSD dr. SOEBANDI JEMBER TAHUN 2010

ANALISIS KEPUASAN MAHASISWA DIPLOMA III KEPERAWATAN TERHADAP METODE BIMBINGAN KLINIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSD dr. SOEBANDI JEMBER TAHUN 2010 ANALISIS KEPUASAN MAHASISWA DIPLOMA III KEPERAWATAN TERHADAP METODE BIMBINGAN KLINIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSD dr. SOEBANDI JEMBER TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh: Endang Pratiwi NIM 082110101111 BAGIAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada saat ini, tuntutan masyarakat akan kompetensi dokter semakin berkembang. Masyarakat menuntut institusi pendidikan kedokteran untuk mempersiapkan lulusannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia supaya mampu bersaing di era globalisasi, baik di dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia supaya mampu bersaing di era globalisasi, baik di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan tuntutan kepada semua pihak untuk selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia supaya mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan Tinggi S1 Keperawatan adalah suatu pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan perawat yang di sebut profesional (Nursalam, 2007). Pendidikan keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Kurikulum Menurut Kepmendiknas No. 232/U/2000 kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. al., 2005; Hockenberry, 2005). Perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. al., 2005; Hockenberry, 2005). Perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rawat inap anak merupakan pengalaman yang menimbulkan stres dan berdampak negatif bagi pasien anak dan keluarganya (Commodari, 2010; Garro et al., 2005; Hockenberry,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kedokteran merupakan suatu rangkaian pendidikan yang ditempuh untuk menjadi seorang dokter maupun dokter gigi. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan dihadapkan pada tuntutan untuk meningkatkan profesionalisme dan kualitas pelayanan. Berbagai macam tantangan dan ancaman terhadap profesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah adalah bagian dari kegiatan manajemen pendidikan yang sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

METODE BIMBINGAN KLINIK

METODE BIMBINGAN KLINIK METODE BIMBINGAN KLINIK I. PENDAHULUAN. Pengalaman belajar bimbingan klinik pada pendidikan tinggi keperawatan maupun kebidanan adalah merupakan proses transformasi dari mahasiswa menjadi seorang perawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ruangan khusus untuk anak dengan penyakit kritis atau pediatric

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ruangan khusus untuk anak dengan penyakit kritis atau pediatric 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ruangan khusus untuk anak dengan penyakit kritis atau pediatric intensive care unit (PICU) merupakan ruangan khusus yang ditujukan untuk anak yang menjalani

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati pada lokakarya

BABI PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati pada lokakarya BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati pada lokakarya nasional pada tahun 1983 dan didefinisikan sebagai sualu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DIII KEPERAWATAN DENGAN PENCAPAIAN KOMPETENSI DALAM PEMBELAJARAN PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH V DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut World Health Organization (WHO, 2005). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Depkes,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. empat lahan praktik yaitu RS Muhammadiyah, RS Muhammadiyah Unit II

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. empat lahan praktik yaitu RS Muhammadiyah, RS Muhammadiyah Unit II BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian untuk menjawab tujuan dari penelitian tentang efektivitas pembelajaran klinik model bedside teaching

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN A. Rasional Standar proses proses pembelajaran merupakan acuan penyelenggaraan serta bentuk akuntabilitas perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan mutu pelaksanaan layanan kesehatan. Di banyak penelitian diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan mutu pelaksanaan layanan kesehatan. Di banyak penelitian diperoleh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keselamatan pasien merupakan komponen penting dalam peningkatkan kualitas dan mutu pelaksanaan layanan kesehatan. Di banyak penelitian diperoleh hasil bahwa kesalahan

Lebih terperinci

Draft Naskah Akademik Pengembangan Staf Dosen Pendidik Klinis Menggunakan Metode e-learning. Perkembangan jumlah institusi pendidikan kedokteran,

Draft Naskah Akademik Pengembangan Staf Dosen Pendidik Klinis Menggunakan Metode e-learning. Perkembangan jumlah institusi pendidikan kedokteran, Draft Naskah Akademik Pengembangan Staf Dosen Pendidik Klinis Menggunakan Metode e-learning I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Perkembangan jumlah institusi pendidikan kedokteran, Tuntutan kualitas, pentingnya

Lebih terperinci

Indrawati Bahar (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT

Indrawati Bahar (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT HUBUNGAN FAKTOR PERSEPSI MAHASISWA DALAM PENGELOLAAN RUANG RAWAT INAP TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA DALAM PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DI RSUP M. JAMIL PADANG Indrawati Bahar (Politeknik Kesehatan Kemenkes

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hidayat (2007), menyatakan pembimbing klinik keperawatan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hidayat (2007), menyatakan pembimbing klinik keperawatan adalah 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peran Pembimbing Klinik Keperawatan 2.1.1 Pengertian Pembimbing Klinik Keperawatan Hidayat (2007), menyatakan pembimbing klinik keperawatan adalah pembimbing atau guru perawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mereka untuk melakukan tugas dan fungsinya dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mereka untuk melakukan tugas dan fungsinya dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN Latar belakang penelitian Tujuan melakukan terapi pada seorang pasien adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Menurut Donald (2003) kualitas hidup adalah sesuatu yang dideskripsikan

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF. SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF. HB. SAANIN PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan Jiwa E Z

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan yang memadai akan dapat membuat manusia mempunyai kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran (Reghuram & Caroline, 2014). Menurut Canadian

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran (Reghuram & Caroline, 2014). Menurut Canadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas lulusan pendidikan keperawatan dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran klinis yang didapatkan oleh mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran (Reghuram &

Lebih terperinci