BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar. metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik baik untuk mencapai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar. metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik baik untuk mencapai"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar Metode merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Menurut kamus Purwadarminta (1976), secara umum metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik baik untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari bahasa Inggris yaitu Method artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memperoleh sesuatu (Widiatmoko, 2002). Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu usaha yang menjadi perhatian pembimbing klinik adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa faktor yang mendasari pentingnya metode dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut (Djamarah, 2006) Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempatkan peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar

2 mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman (1998: 90) adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsangan dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang. Dalam mengajar, pembimbing klinik jarang sekali menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya. Penggunaan metode yang bervarisi akan dapat dijadikan sebagai motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar (Djamarah, 2006) Metode sebagai strategi pengajaran Daya serap mahasiswa terhadap bahan yang diberikan juga bermacammacam, ada yang cepat, sedang dan lambat. Terhadap perbedaan daya serap mahasiswa memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik penyajian yang biasa disebut metode pembelajaran (Djamarah, 2006). Atribut tertentu pada setiap metode dapat dijadikan beberapa strategi yang lebih sesuai dari strategi lain untuk mendorong beberapa jenis pembelajaran tertentu. Dalam kegiatan belajar mengajar pembimbing klinik harus memiliki strategi agar mahasiswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. (Reilly dan Obermann, 2002) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Pembimbing klinik tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar menurut kehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan.

3 Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan memanfaatkan metode yang akurat, pembimbing klinik akan mampu mencapai tujuan pembelajaran. Ketika tujuan dirumuskan agar mahasiswa memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan. Pembimbing klinik sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran (Djamarah, 2006). 2.2 Pemilihan dan Penentuan Metode Metode pengajaran yang digunakan pembimbing klinik dalam setiap pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi dengan perumusan tujuan intruksional khusus. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan metode justru akan mempersulit dan menjadi hambatan bagi pembimbing klinik dalam mencapai tujuan pengajaran. Metode pembelajaran mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Karena itu, pembimbing klinik sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode sebelum kegiatan belajar dilaksanakan di kelas (Djamarah, 2006). Metode tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Winarno Surakhmad (1990: 97) mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh banyak faktor. Pembimbing klinik harus mengenal, memahami dan mempedomani faktor-faktor tersebut ketika akan melaksanakan

4 pemilihan dan penentuan metode, jika tidak maka faktor faktor tersebut akan menjadi hambatan dalam pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Mahasiswa Mahasiswa merupakan masukan utama dalam proses pengajaran yang bersistem. Setiap mahasiswa memiliki daya tangkap yang berbeda-beda. Pemilihan serta penggunaan metode pengajaran harus mempertimbangkan mahasiswa yaitu minat dan perhatian, motivasi, sikap,disiplin, cara belajar, kebiasaan belajar, kesulitan belajar, hubungan sosial dengan teman sekelas, menjalankan kewajiban seperti mengumpulkan tugas, keaktifan mengikuti pelajaran, karakteristik dan kepribadian, kebutuhan belajar, identitas siswa dan keluarganya yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah (Sudjana, 2005). Metode pembelajaran dapat dijadikan cara memotivasi mahasiswa agar mereka berada dalam kerangka psikologis yang benar untuk belajar materi yang menjemukan, pendekatan reward and punishment yang sederhana dalam penilaian (Zaini, 2002). 2. Tujuan Tujuan dalam pendidikan berbagai-bagai jenis dan fungsinya. Tujuan pembelajaran dikenal dua yaitu TIU (Tujuan Instruksional Umum) dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus). Tujuan pembelajaran secara keseluruhan harus dikuasai oleh dosen/pembimbing klinik. Tujuan ini mempengaruhi pembimbing klinik untuk menyeleksi metode yang harus digunakan di kelas.

5 Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam ruang lingkup tujuan yaitu rumusan tujuan, metode pelaksanaan, tingkat kesulitan pencapaian tujuan, kesesuaian dengan kemampuan mahasiswa, jumlah dan waktu untuk mencapai tujuan, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, media yang dipakai. Kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya (Sudjana, 2005). 3. Situasi Situasi kegiatan belajar mengajar yang diciptakan pembimbing klinik tidak selamanya sama dari hari ke hari. Pembimbing klinik perlu memperhatikan situasi pembelajaran untuk memilih dan menentukan metode pembelajaran seperti keadaan jumlah mahasiswa sesuai dengan tempat untuk belajar, waktu pelaksanaan pengajaran, kondisi mahasiswa yang memiliki kesibukan tugas selain dari dosen, kondisi kelas yang membosankan, jumlah mahasiswa yang mengikuti pelajaran, kerja sama dengan institusi lain, dll. Situasi yang tidak sesuai akan menjadi hambatan untuk memilih metode yang sesuai (Djamarah, 2006). 4. Fasilitas Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar mahasiswa di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas akan mempengaruhi metode pembelajaran (Djamarah, 2006). Fasilitas pengajaran mencakup sarana pengajaran (contoh: alat peraga, alat tulis, dll) dan prasarana pengajaran

6 (contoh: gedung perkuliahan, ruangan, transportasi, dll). Jika fasilitas yang tersedia di sebuah institusi lengkap, siap pakai, mengikuti perkembangan teknologi (Up date) maka kondisi ini mendorong pembimbing klinik untuk menentukan berbagai metode yang memanfaatkan fasilitas yang ada dalam rangka mengoptimalkan proses serta hasil balajar mahasiswa. Jika fasilitas yang ada tidak memadai, maka dosen/pembimbing klinik harus bersifat kreatif menentukan metode yang sesuai (Soetopo, 2005). 5. Dosen/pembimbing klinik Setiap dosen/pembimbing klinik memiliki kepribadian yang berbeda. Seorang dosen/pembimbing klinik misalnya suka berbicara, tetapi seorang lagi tidak. Latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, keterampilan mengajar, jadwal membimbing baik di institusi dan di lapangan/klinik, kemauan mengembangkan profesinya melalui pelatihan, seminar atau melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, kemauan memberikan bimbingan kepada mahasiswa, penampilan diri adalah permasalahan dosen/pembimbing klinik yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar (Sudjana, 2005). Dosen/pembimbing klinik merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran. Dosen/pembimbing klinik harus mampu menentukan metode pembelajaran dalam situasi apapun. Kecakapan metodologis seorang dosen/pembimbing klinik tergantung penguasaan pengetahuan. Kecakapan metodologis merupakan salah satu kompetensi dosen/pembimbing klinik (Soetopo, 2005).

7 6. Materi Materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis sesuai tujuan pembelajaran agar mudah dipahami oleh mahasiswa. Materi pengajaran merupakan objek yang didalami dalam proses pengajaran (Soetopo, 2005). Materi yang sulit, tidak menarik, keterbatasan sumbersumber materi, manfaatnya bagi mahasiswa, cara penggunaannya dapat menjadi hambatan dalam menentukan metode pembelajaran. Materi pembelajaran akan terus berkembang dan memberikan topik topik terbaru yang mengikuti perkembangan zaman agar sesuai dengan kondisi yang ada. Materi yang akan diajarkan harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai dan metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut (Sudjana, 2005). 7. Penilaian Interaksi pengajaran merupakan tahap-tahap pencapaian tujuan pengajaran. Keberhasilan belajar mahasiswa diukur serta dinilai dengan alat penilaian tertentu yang dirancang selaras dengan tujuan pengajaran. Jenis penilaian yang digunakan, isi dan rumusan pertanyaan, sistem penilaian, bentuk penilaian, tindak lanjut penilaian, tingkat kesulitan soal, frekuensi, perencanaan, validitas dan reliabilitas penilaian menjadi aspek penting yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran (Sudjana, 2005 ).

8 2.3 Pembelajaran Klinik Keperawatan Pendidikan Profesi Menurut Faye (1960) menjelaskan bahwa keperawatan adalah layanan yang diberikan kepada individu, keluarga, dan mayarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup sikap, kemampuan intelektual dan keterampilan teknis klinis perawat yang ditujukan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan, baik dalam keadaan sehat maupun sakit (Asmadi, 2008). Dari pengertian tersebut diatas ada empat elemen utama (mayor elements) yang menjadi perhatian yaitu (Suliman, 2011) : 1. Keperawatan adalah ilmu dan kiat (applied science) 2. Keperawatan adalah profesi yang berorientasi pada pelayanan (helping health illness problem) 3. Keperawatan mempunyai empat tingkat klien : individu, keluarga, kelompok dan komunitas 4. Pelayanan Keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan. Menurut Winsley (1964), profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayanan. Ciriciri profesi menurut Winsley, (1964 ) :

9 1. Didukung oleh badan ilmu (body of knowledge) yang sesuai dengan bidangnya, jelas wilayah kerja keilmuannya dan aplikasinya 2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus menerus dan bertahap 3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui perundang-undangan 4. Peraturan dan ketentuan yag mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi (Hidayat, 2009). Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan tindakannya didasar pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Salah satu fokus kriteria profesi keperawatan adalah seseorang menyelesaikan pendidikan dan mampu memperlihatkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam memenuhi standar praktik keperawatan dan dikembangkan secara terus menerus (Asmadi, 2008). Pendidikan tinggi keperawatan merupakan tingkatan pendidikan yang bertujuan menghasilkan profesi perawat yang profesional. Proses pendidikan dilaksanakan melalui dua tahap yaitu tahap akademik dan tahap Profesi Ners (Nursalam, 2009). Tahap Profesi Ners merupakan lanjutan program akademik. Proses pembelajaran klinik menuntut lulusannya memiliki karakteristik esensial profesi meliputi lima aspek berikut (Erniyati, 2010):

10 1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan Mahasiswa dan dosen pembimbing klinik harus memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. 2. Kemampuan menyelesaikan masalah secara alamiah. Pemecahan masalah secara keilmuan dapat ditumbuhkan secara langsung berhubungan dengan pasien dan dalam membantu memenuhi kebutuhan pasien melalui asuhan keperawatan. 3. Sikap dan tingkah laku profesional Sikap dan tingkah laku profesional dituntut dari perawat dalam melaksankan asuhan keperawatan dan profesinya. 4. Belajar aktif dan mandiri Belajar aktif dan mandiri dapat tercapai dengan membuat laporan pendahuluan, presentasi kasus, dll. 5. Pendidikan berada di masyarakat Pendidikan dikembangkan di masyarakat untuk lebih membina keterampilan mahasiswa. Kurikulum tahap Program Profesi (Ners) disusun berdasarkan Kurikulum Nasional dengan surat keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Nomor: 129/U/1999 tanggal 11 Juni tahun 1999 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Ners di Indonesia (KIPNI) (Nurhidayah, 2011).

11 Jumlah SKS yang harus ditempuh setiap institusi penyelenggara pendidikan keperawatan akhirnya juga bertambah sehingga totalnya 34 SKS yaitu 6 SKS Keperawatan Medikal bedah, 3 SKS Keperawatan Maternitas, 3 SKS Keperawatan Anak dan 3 SKS Keperawatan Jiwa yang ditempatkan di semester pertama. Sedangkan pada semester dua meliputi 3 SKS Manajemen Keperawatan, 3 SKS Keperawatan Gerontik, 3 SKS Keperawatan Gawat Darurat, 3 SKS Keperawatan Keluarga dan 3 SKS Keperawatan Komunitas dan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) sebanyak 4 SKS sehingga totalnya 34 SKS (Erniyati, 2010). Manajemen pembelajaran klinik adalah suatu cara mengelola proses belajar mengajar dengan menerapkan teori-teori manajemen untuk menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran klinik. Menurut Arikunto (1993) untuk mencapai manajemen pembelajaran yang berkualitas maka diperlukan unsur-unsur yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu dosen/pembimbing klinik, mahasiswa, kurikulum dan sarana (Mestiana, 2011). Metode mengajar adalah kesatuan langkah kerja yang dikembangkan oleh dosen/pembimbing klinik berdasarkan perkembangan profesional tertentu. Masingmasing jenisnya bercorak khas dan semuanya berguna untuk mencapai tujuan administrasi pendidikan. Pendekatan pembelajaran klinik berorientasi pada kompetensi atau kemampuan yang sangat kompleks, karena difokuskan pada belajar secara langsung menangani pasien untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pasien. Tujuan pembelajaran klinik berorientasi pada kompetensi yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap ke dalam situasi yang nyata,

12 sehingga mampu memberikan pelayanan asuhan sesuai dengan manajemen pelayanan asuhan kesehatan (Mestiana, 2011) Tempat Praktik Program Pendidikan Profesi Ners adakalanya disebut juga sebagai proses pembelajaran klinik karena lahan praktiknya di Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Bersalin, Panti Wherda dan Keluarga serta masyarakat atau komunitas. Pendidikan profesi hanya akan didapat di lingkungan klinik atau lahan praktik karena lingkungan klinik merupakan lingkungan multiguna yang dinamik sebagai tempat pencapaian berbagai kompetensi praktik klinik di dalam kurikulum profesional (Nurhidayah, 2011). Komponen yang harus ada pada tatanan tempat praktik adalah (Nursalam, 2009): a. Kesempatan kontak dengan klien b. Tujuan praktik c. Bimbingan yang kompeten d. Praktik keterampilan e. Dorongan untuk berpikir kritis f. Kesempatan mentransfer pengetahuan g. Kesempatan dalam mengintegrasikan pengetahuan Metode Pembelajaran Klinik Metode pembelajaran merupakan suatu metode untuk mendidik mahasiswa di klinik yang memungkinkan dosen/pembimbing klinik untuk memilih dan

13 menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik individual mahasiswa berdasarkan kerangka konsep pembelajaran (Nursalam, 2009). Menurut Schweek ang Gebbie praktik klinik merupakan the heart of the total curriculum plan. Pendapat ini menunjukkan bahwa unsur penting dalam pendidikan keperawatan adalah bagaimana proses pembelajaran di klinik. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh mahasiswa dan dosen (Nurhidayah, 2011). Dosen/pembimbing klinik bertanggung jawab menentukan metode pembelajaran di klinik untuk mendukung tujuan tersebut. Beberapa metode klinik yang biasa digunakan adalah metode experiental, pemecahan masalah, konferensi, observasi, multimedia, self directed, preceptorship, demonstrasi, bed side teaching, nursing clinic (Nurhidayah, 2011). 1. Metode Experiential Metode ini merupakan metode yang memberikan penugasan untuk membuat catatan dan laporan secara tertulis, dilahan praktek (Hidayat, 2002). Metode pengajaran ini memberikan pengalaman langsung dari kejadian. Metode ini didasarkan pada konsep pembelajaran fenomenologik. Metode ini menyediakan interaksi di antara mahasiswa dengan lingkungan yang menjadi tempat pembelajaaran (Reilly dan Obermann, 2002). Metode ini meliputi penugasan klinik, penugasan tertulis, simulasi dan permainan. Contoh penugasan tertulis: menulis rencana keperawatan, studi kasus, perencanaan pendidikan kesehatan, proses pencatatan, membuat laporan kunjungan, pembuatan makalah dan catatan kerja peserta didik tentang hasil observasi di lapangan serta pengalaman prakteknya. Contoh simulasi dan permainan yaitu

14 menggunakan model boneka dalam melakukan keterampilan misalnya pemeriksaan payudara, kateterisasi urine, pemberian injeksi (Hidayat, 2002). Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode experiential adalah sebagai berikut (Nursalam, 2009). a. Perawat terampil dalam tugas b. Menungkinkan pencapaian proses keperawatan c. Model praktik profesional yang dapat diterapkan Beberapa kelemahan metode experiential adalah sebagai berikut. a. Mahasiswa hanya melihat tugas asuhan keperawatan sebegai keterampilan semata saja b. Mahasiswa yang belum terampil memerlukan waktu yang banyak untuk pembelajaran c. Apabila pekerjaan selesai, mahasiswa akan meninggalkan klien dan melakukan tugas yang lain. 2. Metode Pemecahan Masalah Metode pemecahan masalah membantu mahasiswa dalam menganalisa situasi klinis yang bertujuan untuk menjelaskan masalah yang akan diselesaikan, memutuskan tindakan yang akan diambil, menerapkan pengetahuan untuk memecahkan suatu masalah klinis, memperjelas keyakinan dan nilai seseorang. Metode pemecahan masalah mempunyai kelebihan dan kelemahan.

15 Beberapa kelebihan metode pemecahan masalah adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002). a. Mahasiswa belajar untuk berpikir kritis untuk memecahkan masalah b. Mahasiswa dituntut harus menguasai materi pembelajaran agar mendapatkan solusi yang tepat untuk masalah klien c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat Beberapa kelemahan metode pemecahan masalah adalah sebagai berikut. a. Dosen/pembimbing klinik harus memberikan perhatian yang maksimal kepada mahasiswa b. Mahasiswa yang tidak menguasai materi akan mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan. 3. Metode Konferensi Metode konferensi merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa aspek praktis klinis. Mahasiswa dapat berbicara saat proses pemecahan masalah dan menerima umpan balik langsung dari rekannya dan dosennya. Metode konferensi terdiri dari praklkinik (preconference) dan pascaklinik (postconference) (Nursalam, 2009). Metode konferensi mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode konferensi adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002). a. Memberi kesempatan kepada mahasiswa dan dosen untuk langsung berinteaksi satu sama lain

16 b. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menunjukkan kemampuan merumuskan idenya, meningkatkan keyakinan diri mahasiswa c. Penilaian kepada mahasiswa yang lain memberikan kesempatan dan pengalaman mengevaluasi praktik orang lain Beberapa kelemahan metode konferensi adalah: a. Dosen/pembimbing klinik yang sibuk akan sulit untuk mengatur waktu melakukan metode ini b. Waktu sangat singkat membuat kepuasan mahasiswa belum tentu tercapai c. Mahasiswa mengalami kecemasan dan koping yang tidak efektif jika tingkat kemampuannya tidak sama dengan teman yang lain. 4. Metode Observasi Metode observasi merupakan bentuk pembelajaran yang memberikan penugasan berupa observasi yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman nyata dengan mengembangkan prilaku baru untuk pembelajaran masa mendatang. Metode ini meliputi: a. Observasi lapangan: dilakukan untuk memperoleh pengalaman masa mendatang dan persfektif tentang asuhan keperawatan, melihat perilaku orang lain serta observasi situasi klinik. b. Field trip (karya wisata): dilakukan diluar tekanan praktek dengan mengkaji pengalaman yang tidak terdapat dilahan utama

17 c. Ronde keperawatan: merupakan metode observasi secara langsung dengan mengkaji asuhan keperawatan dan informasi dari klien dan berdiskusi dengan klien, hasil diskusi observasi terhadap klien dilakukan diluar lingkungan klien (Hidayat, 2002). Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode observasi adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002). a. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang apa yang masalah yang sebenarnya di klinik b. Memberikan perhatian kepada mahasiswa untuk lebih fokus kepada objek observasinya c. Mengobservasi klien secara langsung dengan interaksi yang optimal akan memberikan hasil observasi yang memuaskan mahasiswa Beberapa kelemahan metode observasi adalah sebagai berikut. a. Klien dan keluarga merasa kurang nyaman jika privasinya terganggu b. Komunikasi yang tidak efektif akan mempengaruhi informasi yang didapatkan. 5. Metode Multimedia Media memberikan pembelajaran yang multisensorik. Pada umumnya, semakin banyak indera yang digunakan maka pesan yang disampaikan lebih dikonseptualkan. Metode pembelajaran visual memberikan peningkatan pemahaman secara visual mahasiswa dalam pemecahan masalah, metode secara auditori mengoptimalkan pendengaran mahasiswa untuk memusatkan

18 perhatian, metode psikomotor meningkatkan keterampilan peragaan yang dilakukan oleh mahasiswa. Metode multimedia mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode multimedia adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002). a. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pemecahan masalah, mengambil keputusan dan berpikir kritis b. Mendorong mahasiswa untuk mengevaluasi tindakan sendiri c. Membantu mahasiswa untuk menerapkan konsep keperawatan yang nyata di klinik Beberapa kelemahan metode multimedia adalah sebagai berikut. a. Fasilitas yang tidak lengkap akan menghambat pengajaran b. Dosen/pembimbing klinik yang kurang menggunakan variasi media akan membuat mahasiswa kurang memahami pengajaran yang diberikan c. Keterbatasan media akan menghambat mahasiswa untuk memaksimalkan pelaksanaan konsep keperawatan. 6. Metode Self Directed Metode pengajaran ini memberi keunikan dan kemampuan mahasiswa untuk membuat pilihan dan keputusan sendiri mengenai pembelajaran. Metode ini berusaha memperlihatkan perbedaan dan kebutuhan individual mahasiswa. Ada beberapa metode pengajaran self directed yaitu kontrak pembelajaran, belajar sendiri dan modul kecepatan diatur sendiri (Susilo, 2011). Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Mahasiswa diberikan kebebasan untuk

19 dapat menambah pengetahuannya dengan mencari pembelajaran dari sumber sumber yang dapat menunjang pembelajarannya misalnya majalah, internet, film, video, jurnal penelitian, dll. Metode ini dapat membantu mahasiswa untuk menghadapi kegaiatan praktik klinis, mencapai keterampilan yang maksimal. Beberapa kelebihan metode self directed adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002). a. Memperlihatkan tanggung jawab mereka terhadap hasil yang didapatkan b. Memberikan kebebasan untuk mengatur belajarnya sendiri tanpa prosedur negosiasi kontrak pembelajaran c. Memperbaharui keterampilan dan pengetahuan klinis Beberapa kelemahan metode self directed adalah sebagai berikut. a. Mahasiswa sering mengabaikan tugas belajarnya, belajar tambahan b. Mahasiswa sering tidak mendapatkan tujuan belajar yang diharapkan karena tidak bisa mengatur waktu belajar dengan baik. 7. Metode Preceptorship Metode ini didasarkan pada konsep modeling. Mahasiswa memperoleh atau memodifikasi perilaku dengan cara mengobservasi sendiri suatu model yang memiliki perilaku yang dibutuhkan mahasiswa dan mereka juga memperoleh kesempatan untuk mempraktikkan prilaku tersebut. Dosen/pembimbing klinik membimbing mahasiswa untuk mempermudah transisi peran mahasiswa yang akan lulus dan mempermudah jalan masuk ke lingkungan kerja. (Indraswati, 2011).

20 Kriteria preceptorship berpengalaman dalam bidangnya, profesional, berjiwa pemimpin, memahami konsep dan asuhan keperawatan, mampu mengadakan perubahan, mampu menjadi role model, berminat dalam bidang keperawatan (Nursalam, 2009). Dosen/pembimbing klinik berperan memberikan bimbingan mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk perawatan klien dan mempelajari peran dan tanggung jawab perawat di lahan praktik, memperbaiki kemampuan mahasiswa jika melakukan kesalahan untuk mendukung perencanaan dan tindakan keperawatan, melakukan orientasi dan sosialisasi terkait tentang prosedur-prosedur dan kebijakan di lahan klinik, melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa selama di lahan klinik, memberikan pendelegasian untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan selama tidak mendampingi mahasiswa selama pengajaran klinik (Nurhidayah, 2011). Metode preceptorship mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode preceptorship adalah sebagai berikut (Indraswati, 2011). a. Mahasiswa dapat menunjukkan prilaku yang menjadi teladan b. Dosen/pembimbing klinik memberikan pengaruh yang positif kepada mahasiswa sehingga prilaku yang negatif dapat dibatasi Beberapa kelemahan metode preceptorship adalah sebagai berikut. a. Dosen/pembimbing klinik yang tidak menunjukkan perilaku teladan akan menimbulkan konflik dalam diri mahasiswa b. Mahasiswa sering melakukan metode ini secara subjektif bukan objektif.

21 8. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan cara memperagakan sesuatu prosedur dan mempergunakan alat disertai suatu penjelasan, metode ini sering digunakan pada pendidikan keperawatan dalam materi prosedur keperawatan. Dalam prakteknya, metode ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara tidak langsung yang dilakukan oleh tenaga perawat yang disaksikan oleh peserta didik dalam tugas sehari-hari. Dan secara langsung adalah apa yang dipersiapkan secara teliti dan disajikan oleh peserta dengan keahliannya dibantu pembimbing tentang bagaimana melakukan suatu prosedur kesehatan (Hidayat, 2002). Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode demonstrasi adalah sebagai berikut (Susilo, 2011). a. Dapat mengetahui kecakapan atau keterampilan apa yang harus dimiliki mahasiswa b. Jumlah kelompok atau kelas dalam demonstrasi tidak terlalu besar, sehingga setiap mahasiswa mendapatkan gambaran yang cukup dari apa yang didemonstrasikan c. Mahasiswa harus diberi kesempatan untuk menangani paralatan atau bahan yang akan digunakan demonstrasi dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang efektif

22 Beberapa kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut. a. Dosen/pembimbing klinik yang tidak konsisten tentang apa yang akan diucapkan terhadap apa yang didemonstrasikan akan membingungkan mahasiswa b. Alat penunjang demonstrasi yang kurang memadai akan mengurangi keefektifan pembelajaran. 9. Bed Side Teaching Metode bed side teaching merupakan metode bimbingan diskusi yang dilakukan disamping tempat tidur klien dengan mempelajari klien terhadap asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien. Prinsipnya jumlah peserta dibatasi (5-6 orang), diskusi awal dan pasca dilakukan didepan klien. Metode ini merupakan lanjutkan metode demonstrasi. Sebelum melakukan metode ini diperlu persiapan fisik, psikologi dari mahasiswa dan dosen (Nurhidayah, 2011). Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode bed side teaching adalah sebagai berikut (Nursalam, 2009). a. Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan keterampilan teknik prosedural dan interpersonal b. Menumbuhkan sikap profesional c. Mempelajari perkembangan biologis/fisik dan melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung

23 Beberapa kelemahan bed side teaching adalah sebagai berikut. a. Dosen/pembimbing klinik dan mahasiswa yang kurang persiapan fisik, psikologis akan menimbulkan rasa tidak percaya dalam diri klien b. Mahasiswa yang tidak memiliki menguasai bahan akan mengurangi efektifitas pembelajaran. 10. Metode Nursing Clinic Metode nursing clinic adalah metode penyajian pasien dengan menggunakan kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai fokus diskusi kelompok dengan tujuan dapat memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan prinsip-prinsip dan prosedur perawatan dari pasien, metode ini sering digunakan di lahan praktek khususnya dirumah sakit. Dosen/pembimbing klinik memberikan penjelasan mengenai prosedur untuk membahas kondisi seorang pasien. Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode nursing clinic adalah sebagai berikut (Hidayat, 2002). a. Mahasiswa dapat lebih meningkatkan keterampilan secara mandiri b. Mahasiswa dapat belajar menggali perasaan klien c. Mahasiswa dapat belajar menerapkan etika keperawatan dengan prinsip menjaga kerahasiaan informasi klien

24 Beberapa kelemahan metode nursing clinic adalah sebagai berikut. a. Mahasiswa yang kurang terampil akan sulit melaksankan konsep keperawatan yang baik b. Perilaku mahasiswa yang tidak profesional akan membuat klien tidak nyaman.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, intinya di dalam pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, intinya di dalam pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang komplek dengan tujuan akhir terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, intinya di dalam pendidikan keperawatan membutuhkan

Lebih terperinci

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif.

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif. COACHING PROSES Pengertian : 1). Pemberdayaan kualitas potensial mahasiswa 2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan sejak dahulu telah berkembang. Perkembangan informasi itu dipengaruhi oleh kebutuhan kognitif manusia yang erat kaitannya

Lebih terperinci

METODE BIMBINGAN KLINIK

METODE BIMBINGAN KLINIK METODE BIMBINGAN KLINIK I. PENDAHULUAN. Pengalaman belajar bimbingan klinik pada pendidikan tinggi keperawatan maupun kebidanan adalah merupakan proses transformasi dari mahasiswa menjadi seorang perawat

Lebih terperinci

GAMBARAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KLINIK PADA MAHASISWA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG PROPOSAL SKRIPSI

GAMBARAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KLINIK PADA MAHASISWA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG PROPOSAL SKRIPSI 1 GAMBARAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KLINIK PADA MAHASISWA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG PROPOSAL SKRIPSI Untuk memenuhi Persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan Oleh SITI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Program Profesi 1. Definisi Pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Kurikulum Menurut Kepmendiknas No. 232/U/2000 kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah teknik atau pendekatan yang digunakan oleh pengajar agar peserta didik dapat memahami isi materi yang akan dipelajari. Pembelajaran

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI CLINICAL INSTRUCTUR DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI CLINICAL INSTRUCTUR DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI CLINICAL INSTRUCTUR DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG Dyah Restuning P* Niken Sukesi** Endang Supriyanti*** Staff Keperawatan AKPER Widya Husada Semarang Abstrak Clinical Instruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi harus membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge, memiliki daya saing tinggi (Nursalam & Ferry, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi harus membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge, memiliki daya saing tinggi (Nursalam & Ferry, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan keperawatan saat ini dituntut untuk dapat menghasilkan lulusan tenaga keperawatan yang kompeten dan berstandar nasional maupun internasional (Nurhadi,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KLINIK PADA MAHASISWA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG SKRIPSI

GAMBARAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KLINIK PADA MAHASISWA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG SKRIPSI GAMBARAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KLINIK PADA MAHASISWA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG SKRIPSI Untuk memenuhi Persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan Oleh SITI MUNADLIROH

Lebih terperinci

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PRAKTIK DILABORATORIUM KETERAMPILAN KEPERAWATAN

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PRAKTIK DILABORATORIUM KETERAMPILAN KEPERAWATAN HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PRAKTIK DILABORATORIUM KETERAMPILAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori

BAB 1 PENDAHULUAN. antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat gelar S.Kep. dan tahap

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati pada lokakarya

BABI PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati pada lokakarya BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati pada lokakarya nasional pada tahun 1983 dan didefinisikan sebagai sualu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan) dan Profesional (Ners) dengan sikap, tingkah laku, dan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan) dan Profesional (Ners) dengan sikap, tingkah laku, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pendidikan Ners menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana Keperawatan) dan Profesional (Ners) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional, serta akuntabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL.

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. VISI AKPER DIRGAHAYU PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. MISI AKPER DIRGAHAYU 1. MENYELENGGARAKAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI YANG BERKUALITAS

Lebih terperinci

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta Disampaikan pada : Tantangan Pengembangan Mutu Pelayanan Kesehatan: Antara Keselamatan Pasien, Biaya dan Efisiensi Surabaya, 29 Agustus 2007 Institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini terjadi fenomena dimana banyak berdiri akademi keperawatan, termasuk banyak perguruan tinggi yang mulai membuka program studi keperawatan, mulai dari tingkat

Lebih terperinci

Lampiran 1. (Inri P. Br Sitepu) ( ) Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. (Inri P. Br Sitepu) ( ) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Metode Pembelajaran Klinik dan Hambatannya pada Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Tahun 2012 Oleh : Inri P. Br Sitepu Saya adalah

Lebih terperinci

Patria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT

Patria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT HUBUNGAN BIMBINGAN KLINIK OLEH PEMBIMBING KLINIK AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR KLINIK MAHASISWA SEMESTER V DIII KEPERAWATAN STIKES WIRA HUSADA TAHUN AJARAN 2010/2011 Relationship Between Clinical Guidance

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV akan membahas dari hasil penelitian tentang peran kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan minat belajar siswa di SMAN

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN M.A KEPERAWATAN JIWA PRODI D III KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2014/ 2015

BUKU PANDUAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN M.A KEPERAWATAN JIWA PRODI D III KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2014/ 2015 BUKU PANDUAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN M.A KEPERAWATAN JIWA PRODI D III KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2014/ 2015 A. PENDAHULUAN Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, perawat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. MINAT a. Pengertian minat Menurut Purwanto (2001) minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Minat merupakan kekuatan dari dalam dan tampak

Lebih terperinci

REFLEKSI PENYELENGGARAAN KURIKULUM DIII KEPERAWATAN

REFLEKSI PENYELENGGARAAN KURIKULUM DIII KEPERAWATAN REFLEKSI PENYELENGGARAAN KURIKULUM DIII KEPERAWATAN Disampaikan Pada Kegiatan Rapat Kerja Regional AIPVIKI Jawa Timur Surabaya, 28 Pebruari 2018 Di STIKES Hang Tuah Surabaya PROFIL LULUSAN DIPLOMA III

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (Setiawati, 2008). Motivasi menurut Mc.Donald (Nursalam, 2008) adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (Setiawati, 2008). Motivasi menurut Mc.Donald (Nursalam, 2008) adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Motivasi 2.1.1 Definisi motivasi Motivasi berasal dari kata motif yang memiliki makna daya penggerak yang akan menjadi aktif jika disertai dengan kebutuhan yang akan terpenuhi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bagian akhir disertasi ini mengemukakan dua hal, yakni kesimpulan hasil

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bagian akhir disertasi ini mengemukakan dua hal, yakni kesimpulan hasil BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian akhir disertasi ini mengemukakan dua hal, yakni kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian. A. Kesimpulan Kesimpulan

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pemerintah adalah dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pemerintah adalah dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, merata, terpadu dan bermutu. Upaya kesehatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan, sehingga jelas pelayanan keperawatan di Rumah sakit (RS) merupakan pelayanan yang terintegrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Efikasi diri 1.1 Pengertian efikasi diri Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan yang ingin dicapai (Bandura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk meningkatkan sumber daya manusia seutuhnya yang mampu membangun dirinya dan bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas kesehatan khususnya memberikan asuhan pelayanan kepada pasien yang meliputi kebutuhan biologis, psikologis, sosiokultural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna (user) pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Caring adalah memberikan perhatian atau penghargaan kepada seorang manusia. Caring juga dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK PENYULUHAN KELUARGA OLEH MAHASISWA PROGRAM STUDI PKK FPTK UPI

2015 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK PENYULUHAN KELUARGA OLEH MAHASISWA PROGRAM STUDI PKK FPTK UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa sebagai insan akademis yang memiliki potensi, talenta dari berbagai macam bidang ilmu keahlian dan pengetahuan dalam kehidupan bermasyarakat berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi majunya sumber daya manusia, agar terbentuk generasi generasi masa depan yang lebih baik. Proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang lebih berorientasi pada Kurikulum Berbasis Kompetesi (KBK) tentu memberikan implikasi pada berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Kalianda, ditemukan ada sejumlah variabel yang berpengaruh secara langsung

I. PENDAHULUAN. di Kalianda, ditemukan ada sejumlah variabel yang berpengaruh secara langsung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan peneliti di beberapa sekolah SMA di, ditemukan ada sejumlah variabel yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

PROGRAM ORIENTASI BAGI MAHASISWA PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN/KEBIDANAN DI RSUD dr.fauziah BIREUEN

PROGRAM ORIENTASI BAGI MAHASISWA PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN/KEBIDANAN DI RSUD dr.fauziah BIREUEN PROGRAM ORIENTASI BAGI MAHASISWA PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN/KEBIDANAN DI RSUD dr.fauziah BIREUEN I. PENDAHULUAN Assalamualaikum Wr. Wb. Saat ini pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) telah memasuki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keperawatan. Perubahan ini tidak serta-merta diterima oleh masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. keperawatan. Perubahan ini tidak serta-merta diterima oleh masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang demikian pesat. Perkembangan ini memberi dampak berupa perubahan sifat pelayanan keperawatan dari

Lebih terperinci

F-0653 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

F-0653 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER F-0653 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Issue/Revisi : R1 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2015 Untuk Tahun Akademik : 2016/2017 Masa Berlaku : 4 (empat) tahun Jumlah Halaman : 14 halaman Mata Kuliah : Rancangan

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 1 Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Minat 1. Pengertian Minat yaitu suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciriciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginankeinginan atau kebutuhan-kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup tidak lepas dari pendidikan. Untuk menghadapi tantangan IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara global. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru profesional merupakan guru yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan dan mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.

Lebih terperinci

KURIKULUM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI UNIVERSITAS SURABAYA

KURIKULUM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI UNIVERSITAS SURABAYA KURIKULUM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI UNIVERSITAS SURABAYA MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI A. IDENTITAS PROGRAM STUDI Program Magister Psikologi Profesi Universitas Surabaya didirikan tahun 2004. Pendirian Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan yang berkualitas akan mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007). Perawat merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berinteraksi secara langsung dengan pasien, mempunyai tugas dan fungsi yang sangat penting bagi kesembuhan serta keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru adalah aktor utama yang berkaitan

Lebih terperinci

Manajemen Asuhan Keperawatan. RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.-

Manajemen Asuhan Keperawatan. RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.- Manajemen Asuhan Keperawatan RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.- Manajemen pada proses keperawatan Pengkajian Diagnosis Perencanaan Implementasi evaluasi langkah awal dalam proses keperawatan PENGKAJIAN proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Minat a. Pengertian Minat Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (Poerwadarminta, 2006). Minat merupakan sifat yang relatif

Lebih terperinci

SEJ S A EJ R A AH A PROS PR E OS S E KEPER

SEJ S A EJ R A AH A PROS PR E OS S E KEPER SEJARAH PROSES KEPERAWATAN RAHMAD GURUSINGA Proses keperawatan mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Perawat yang dididik sebelum tahun tersebut pada umumnya belum mengenal proses keperawatan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II

BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II DISUSUN OLEH : Diak. Lamria Simanjuntak, S.Kep, Ns, M.Kes Carolina Simanjuntak, S.Kep, Ns i

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan kejuruan yang bertujuan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja yang terampil dan mengutamakan kemampuan

Lebih terperinci

Tujuan Legeslasi: 1.Memperthankan kualitas pelayanan 2.Memberi kewenangan 3. Menjamin perlindungan hukum 4. Meningkatkan profesionalime

Tujuan Legeslasi: 1.Memperthankan kualitas pelayanan 2.Memberi kewenangan 3. Menjamin perlindungan hukum 4. Meningkatkan profesionalime PEMBAHASAN Tujuan: Suatu persyaratan untuk melaksanakan praktek bidan perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai degan ketentuan 2 yang sudah ditetapkan dalam per undang-undagan serta memberikan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II

BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II BUKU PANDUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS II DISUSUN OLEH : Diak. Lamria Simanjuntak, S.Kep, Ns, M.Kes Carolina Simanjuntak, S.Kep, Ns i KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media juga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. media juga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Program pendidikan Ners menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Program pendidikan Ners menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Pendidikan Profesi Ners Program pendidikan Ners menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana Keperawatan) dan profesional (Ners = First Profesional Degree ) dengan sikap, tingkah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan Tinggi S1 Keperawatan adalah suatu pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan perawat yang di sebut profesional (Nursalam, 2007). Pendidikan keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan dan tetap

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan dan tetap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta era globalisasi, menuntut para pebelajar dapat mengikuti semua perkembangan saat ini dan masa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Metode Pembelajaran Klinik Menurut Nursalam (2012) metode pembelajaran klinik program profesi ners ada beberapa macam, yaitu: eksperensial, proses insident,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kedokteran merupakan ilmu yang mempelajari penyakit dan cara-cara penyembuhannya. Ilmu ini meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada Bab IV, maka hasil penelitian ini dapat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada Bab IV, maka hasil penelitian ini dapat BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Hasil Penelitian Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada Bab IV, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan seperti berikut: 1. Perencanaan Program pada Pengembangan

Lebih terperinci

Lampiran I. Instrumen Penelitian. Universita Sumatera Utara

Lampiran I. Instrumen Penelitian. Universita Sumatera Utara Lampiran I Instrumen Penelitian Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian IMPLEMENTASI STANDAR PENDIDIKAN KEPERAWATAN TERHADAP PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN DI AKADEMI KEPERAWATAN SURYA NUSANTARA

Lebih terperinci

NERS SPESIALIS, LEVEL BERAPA? PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (NERS SPESIALIS) LEVEL 8 KKNI SIKAP

NERS SPESIALIS, LEVEL BERAPA? PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (NERS SPESIALIS) LEVEL 8 KKNI SIKAP NERS SPESIALIS, LEVEL BERAPA? PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (NERS SPESIALIS) LEVEL 8 KKNI SIKAP a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang berusaha melaksanakan pembangunan nasional di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang berusaha melaksanakan pembangunan nasional di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini sedang berusaha melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang, usaha ini tentu sangat dipengaruhi oleh manusia yang berkualitas, karenanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan produktif. Ketrampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan produktif. Ketrampilan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dasar pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran ketrampilan berbahasa yaitu ketrampilan-ketrampilan yang ditekankan pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Sistematis oleh karena proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru Sekolah Dasar (SD) yang merupakan ujung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menghadapkan kita pada tuntutan akan pentingnya suatu kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi pendidikan yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, menuntut supaya tenaga kesehatan mampu memberikan kontribusi yang bermakna

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan keterampilan, berbentuk pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Perguruan Tinggi pada umumnya berusia antara 18-24 tahun. Mahasiswa merupakan masa memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan zaman sudah semakin modern terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan zaman sudah semakin modern terutama pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan zaman sudah semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini yang menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan Tinggi (PT) saat ini membawa konsekuensi untuk memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

Konsep dan Metoda Bimbingan Klinik Keperawatan

Konsep dan Metoda Bimbingan Klinik Keperawatan 0 Konsep dan Metoda Bimbingan Klinik Keperawatan Oleh: Dr. Ah. Yusuf, S.Kp., M.Kes. Departemen Keperawatan Jiwa & Komunitas, Fakultas Keperawatan Unair Disampaikan pada: Pelatihan Clinical Educator dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal Millenium ketiga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal Millenium ketiga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal Millenium ketiga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) berkembang demikian pesat, khususnya di bidang industri. Di satu sisi era ini membawa iklim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mengalami kemajuan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mengalami kemajuan yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia sedang mengalami kemajuan yang sangat pesat. Terbukti dengan adanya pembangunan pada sektor pendidikan seperti munculnya sekolah-sekolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN (RPP)

RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN (RPP) RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN (RPP) Judul Mata Ajar : Sistem Reproduksi 2 Kode MK : KEP 301 Beban Studi : 3 SKS (T:2 SKS, P: 1 SKS) PJMK : Anita Rahmawati, S.Kep.,Ns Periode : Semester 6 Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Motivasi merupakan suatu upaya untuk menumbuhkan dorongan yang paling berpengaruh terhadap bentuk perilaku seseorang. Motivasi itu dapat tumbuh di dalam diri

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER KEPERAWATAN GERONTIK

RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER KEPERAWATAN GERONTIK RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER KEPERAWATAN GERONTIK Disusun oleh : Ns. Sigit Priyanto, M.Kep Ns. Priyo, M.Kep Ns. Enik Suharyanti, M.Kep PM-UMM-02-03/L1 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa itu sendiri terbagi menjadi empat komponen, yaitu: menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

Metode Metode Instruksional Dina Amelia/

Metode Metode Instruksional Dina Amelia/ Metode Metode Instruksional Dina Amelia/ 702011094 1. Peer Tutoring Tutor sebaya adalah seorang/ beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan merupakan suatu proses pembinaan, pengayoman, pengajaran dan pembentukan karakter manusia baik secara fisik dan mental untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persepsi Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman, pengamatan, rangsangan, dan penginderaan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu diadakan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan bergantung dari kualitas seorang guru.

Lebih terperinci