PERSEPSI MAHASISWA STIKES SWASTA DI MEDAN TENTANG IMPLEMENTASI PRESEPTORSHIP PASCA PENDIDIKAN PROFESI NERS
|
|
- Ida Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERSEPSI MAHASISWA STIKES SWASTA DI MEDAN TENTANG IMPLEMENTASI PRESEPTORSHIP PASCA PENDIDIKAN PROFESI NERS Rika Endah Nurhidayah*, Yesi Aryani**, Cholina Trisa Siregar*** ABSTRAK Kegiatan bimbingan selama pembelajaran profesi disebut perseptorship (preceptorship), sehingga pendidik di lahan praktik disebut perseptor (preceptor). Pelaksanaan perseptorship masih bervariasi, belum ada model yang ideal untuk sebuah rumah sakit pendidikan. Setiap rumah sakit pendidikan memiliki kebijakan berbeda. Implementasi perseptorship yang baik diharapkan dapat menghasilkan Ners yang kompeten. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran Persepsi Mahasiswa Stikes Swasta Di Medan tentang Implementasi Preseptorship Pasca Pendidikan Profesi Ners. Desain penelitiannya adalah deskriptif. Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan angket kepada mahasiswa dari dua institusi swasta mahasiswa yang sudah melaksanakan profesi. Kedua institusi tidak menggunakan RS tipe A untuk pendidikan profesi. Jumlah sampel sebanyak 75 orang (36 laki-laki dan 39 perempuan) yang diambil dengan teknik accidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih mahasiswa lebih mengenal istilah instruktur klinis (96%) daripada perseptor (69%). Banyak mahasiswa masih berorientasi atau setuju bahwa perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi selama proses perseptorship lebih merupakan tanggung jawab institusi pelayanan. Disarankan istilah perseptorship dan perseptor dengan segala atributnya perlu disosialisasikan kepada mahasiswa, agar mahasiswa juga memiliki pemahaman yang cukup dengan terminologi yang berbeda dan mendapatkan gambaran yang utuh tentang perseptorship. KATA KUNCI : Persepsi, Implementasi, Perseptorship PENDAHULUAN Pembelajaran tahap pendidikan profesi Ners sepenuhnya dilaksanakan di lahan praktik. Kegiatan bimbingan selama pembelajaran profesi disebut perseptorship (preceptorship), sehingga pendidik di lahan praktik disebut perseptor (preceptor). Pelaksanaan perseptorship masih bervariasi, belum ada model yang ideal untuk sebuah rumah sakit pendidikan. Setiap rumah sakit pendidikan memiliki kebijakan berbeda. Perseptorship adalah jantung dalam proses pendidikan profesi Ners. Implementasi perseptorship yang baik, hubungan perseptor dan perseptee yang ideal akan dapat menghasilkan Ners yang kompeten sehingga mampu bersaing di tataran global. Seorang Ners menurut Nurhidayah (2011), harus melewati dua tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat gelar sarjana keperawatan (S.Kep) dan tahap pendidikan profesi yang lulusannya mendapat gelar Ners (Ns). Kemudian mengikuti uji kompetensi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Surat
2 Tanda Registrasi (STR). Sedangkan menurut Phelps, (2009) tujuan utama pendidikan keperawatan adalah untuk menjadikan mahasiswa perawat yang kompeten. Nurachmah (2011) meninjau tahapan pendidikan Ners dengan sudut pandang yang berbeda. Tahap akademik merupakan tahapan untuk mencapai kompetensi sebagai profesional sedangkan tahap profesi bertujuan untuk mencapai kemandirian. Nurachmah juga mengatakan bahwa pola belajar selama pendidikan profesi adalah internship (magang) dan pola bimbingannya disebut preceptorship, sehingga pendidik di lahan klinik disebut preceptor (perseptor). Fokus selama tahap profesi adalah pendelegasian kewenangan secara bertahap. Maitland (2012) menyatakan bahwa preceptorship adalah periode dukungan bagi para profesional baru yang berkualitas yang memungkinkan mereka untuk melakukan transisi dari mahasiswa untuk menjadi praktisi terdaftar. Hilli dan Malender (2015) menganggap preceptorship telah menjadi bagian penting, yang dimulai dengan orientasi yang menyeluruh. Penekanan preceptorship adalah pada berpikir kritis, refleksi dan berfokus pada etika. METODE Desain penelitiannya adalah deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang implementasi perseptorship menurut persepsi mahasiswa Stikes swasta di Medan setelah mengikuti pendidikan profesi ners. Instrumen penelitian terdiri dari empat bagian. Bagian pertama merupakan data demografi, bagian kedua merupakan 5 pertanyaan pendahuluan terkait dengan terminologi yang berhubungan dengan perseptoship, bagian ketiga berisi 20 pertanyaan tentang gambaran umum perseptorship dan bagian terakhir berisi 20 pertanyaan tentang pelaksanaan atau proses perseptorshipnya. Populasinya adalah mahasiswa yang berasal dari dua stikes swasta. Kedua institusi tidak memilih rumah sakit tipe A sebagai salah satu lahan praktiknya. Status akreditasi keduanya masih C. Jumlah sample ditentukan dengan rumus, didapatkan 75 orang. Sampel dipilih secara accidental. Instrumen dikembangkan sendiri oleh peneliti kemudian dilakukan uji reliabilitas pada 30 orang mahasiswa Stikes swasta yang telah mengikuti pendidikan profesi. Data reliabilitas diuji dengan teknik belah dua (half split). Nilai reliabilitas untuk gambaran umum perseptorship adalah α = 8,32 dan nilai reliabilitas untuk pelaksanaan perseptorshipnya adalah α = 9,27.
3 Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan angket kepada mahasiswa dari dua institusi swasta yang sudah melaksanakan profesi. Data dianalisa secara univariat. Hasilnya dipaparkan secara narasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data demografi didapatkan 36 orang (48%) berjenis kelamin lakilaki, dan 39 orang (52%) berjenis kelamin perempuan. Usia paling muda adalah 21 tahun dan usia paling tua adalah 49 tahun. Berdasarkan analisa dari lima pertanyaan pengantar, didapatkan hanya 3 orang (4%) yang masih asing dengan istilah perseptoship. Berarti 72 orang (96% sudah pernah mendengar istilah perseptorship. Namun masih terdapat 23 orang (31%) mahasiswa yang masih asing dengan istilah perseptor dan 22 orang (29%) masih asing dengan istilah persepti. 3 orang (4%) masih asing dengan istilah instriktur klinis. Padahal istilah ini sering digunakan namun dengan istilah singkatan CI yang merupakan singkatan dari (Clinical Instructure). 6 orang (8%) mahasiswa masih asing dengan pendidikan profesi, hal ini mungkin berkaitan dengan penggunaan istilah praktik klinik lebih sering digunakan. Adapun sumber informasi untuk semua terminologi berasal dari dosen, koran, seminar, kuliah, majalah dan internet. Hasil penelitian tentang gambaran umum perseptorship dipaparkan pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran umum perseptorship. NO PERNYATAAN ST RG TS TT 1 Pembimbing klinik berasal dari institusi pelayanan saja Mahasiswa cukup bimbingan dengan dosen di kampus Jadwal dinas disusun oleh institusi pendidikan Apabila mahasiswa izin cukup memberi tahu pembimbing klinik Perencanaan bimbingan klinik dilaksanakan institusi pelayanan Pelaksanaan bimbingan klinik tanggung jawab institusi pelayanan Pelaksanaan bimbingan klinik tanggung jawab institusi pendidikan Evaluasi mahasiswa tanggung bukan jawab institusi pelayanan Evaluasi mahasiswa tanggung jawab institusi pendidikan Bimbingan klinik adalah suatu metode pembelajaran di klinik Bimbingan klinik bersifat formal, dalam waktu yang sudah ditentukan Tanpa bimbingan klinik pendidikan profesi tetap berjalan Bimbingan klinik dilaksanakan hanya di rumah sakit
4 14 Pembimbing klinik harus memiliki pengamalan klinik minimal 2 tahun Pembimbing klinik menjadi model dalam pembelajaran klinik Keterampilan klinik mahasiswa tanggung jawab institusi pelayanan Dosen tidak perlu datang ke tempat praktik, cukup diskusi di kampus Waktu bimbingan di rumah sakit merupakan waktu sisa dosen di kampus Selama praktik perlu kerjasama antara dosen dan pembimbing klinik Pembimbing klinik datang apabila dibutuhkan Berdasarkan hasil penelitian yang tergambar pada tabel 1, maka beberapa hal yang masih membutuhkan klarifikasi adalah beberapa hal berikut ini. Masalah Jadwal dinas yang disusun oleh institusi pendidikan, sebagian besar mahasiswa memilih tidak setuju, padahal sebaiknya jadwal dinas memang dibuat oleh institusi pendidikan yang kemudian dikoordinasikan dengan institusi pelayanan. Proporsi untuk perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran klinik porsinya lebih banyak setuju dilakukan oleh institusi pendidikan. Padahal yang ideal keduanya bekerjasama. Kerjasama yang baik antara institusi pendidikan keperawatan dengan institusi pelayanan perlu dijalin. Sehingga diharapkan akan menghasilkan hubungan yang baik juga antara perseptor dan mahasiswa (perseptee) selama program pendidikan profesi. Hal ini sejalan dengan penelitian Carlson (2013) yang menyatakan bahwa hubungan antara perseptor dan perseptee disebut precepting. Precepting merupakan hal yang kompleks dan harus benar-benar dipersiapkan oleh institusi pendidikan dan pelayanan. Sebaiknya program persiapan perceptor harus berfokus pada refleksi, berpikir kritis dan kemampuan komunikasi. Sedangkan Elcigil & Sari (2008) berpendapat bahwa hubungan interpersonal yang baik antara instruktur klinik dengan mahasiswa dapat memotivasi mahasiswa dalam proses pembelajaran klinik. Hubungan saling percaya antara perseptor dan mahasiswa selama berinteraksi dan berbagi pengalaman klinik sangat diperlukan dan sangat penting. Kondisi ini akan mempengaruhi persepsi dan pemahaman tentang makna serta kerjasama yang akan terjalin selama preceptorship. Kriteria pembimbing klinik harus memiliki pengamalan klinik minimal 2 tahun dan pembimbing klinik harus menjadi role model, sebagain besar responden setuju. Mengingat perseptor merupakan pendidik di pelayanan, tentu dibutuhkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang mumpuni agar dapat menjadi role model.
5 Bengtsson, M dan Carlson (2015) menambahkan bahwa para perceptor juga diharapkan memiliki keterampilan untuk dapat membentuk lingkungan belajar yang efektif dan memfasilitasi pengalaman belajar klinik yang konstruktif bagi mahasiswa dan karyawan baru. Hal lain yang masih dianggap belum sesuai atau membutuhkan perhatian adalah tentang bimbingan dosen ke lahan praktik merupakan sisa waktu di institusi pendidikan. Padahal pembelajaran klinik merupakan hal vital dalam pendidikan profesi. Sedangkan Tang, Chou dan Chiang (2005) menyatakan bahwa perseptor merupakan orang yang bertanggung jawab untuk memastikan mahasiswa mempelajari dan menerapkan teori, mendapatkan pengalaman, mempraktekkan teknik dan mengembangkan diri menjadi perawat yang terampil. Hasil penelitian tentang gambaran umum perseptorship dipaparkan pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase implementasi perseptorship. NO PERNYATAAN SL SR JR TP 21 Pembimbing siap membimbing mahasiswa selama praktik Pembimbing membawa kelengkapan atribut (buku panduan) Pembimbing hadir tepat waktu Pembimbing tidak membuat suasana menegangkan pada saat 24 bimbingan Pembimbing menyampaikan tujuan belajar sebelum pada pertemuan awal Pembimbing menyediakan waktu khusus untuk berdiskusi tentang kasus Pembimbing menganjurkan sumber belajar yang bervariasi (buku referensi, internet, jurnal) Kasus ujian sesuai dengan tujuan/kompetensi mata kuliah Pembimbing menjelaskan materi/kasus secara sistematis Pembimbing mampu memberi contoh relevan dari konsep yang 30 diajarkan Kegiatan profesi merupakan hal yang menyenangkan Pembimbing menggunakan hasil penelitian (evidence base) 32 untuk meningkatkan kualitas bimbingan Pembimbing terlihat percaya diri saat bimbingan Pembimbing mau menerima kritik, saran, dan pendapat Pembimbing toleransi terhadap keberagaman kemampuan 35 mahasiswa Pembimbing membimbing sesuai jadwal yang disepakati selama praktik Mahasiswa dapat berkonsultasi dengan pembimbing klinik
6 38 Pembimbing melaksanakan bed side teaching (langsung pada pasien langsung) Pembimbing melaksanakan pre atau post conference Pembimbing memberikan nilai yang proporsional antara laporan 40 kasus dan keterampilan klinis Berdasarkan hasil penelitian perlu mendapat perhatian adalah masih ada pembimbing yang hadir tidak tepat waktu serta membimbing tidak sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Selain itu masih ada perseptor yang jarang bahkan tidak pernah melaksanakan bedside teaching. Kesibukan perseptor institusi pendidikan dengan beban mengajarnya di kampus serta kesibukan perseptor klinik karena ada tugas lain selain menjadi instruktur klinik, membuat hubungan perseptor dan persepti menjadi kurang optimal. Hal ini didukung oleh penelitian Indiarini, Rahayu, dan Pindani (2015) yang menyatakan bahwa preceptor diharapkan untuk lebih menyediakan waktu dalam orientasi rutinitas ruangan sehingga perawat baru dapat mengerti dengan jelas rutinitas ruangan kerjanya. Mahasiswa sebagai perawat baru atau membutuhkan bimbingan intensif selama pembelajaran klinik atau perseptorship. Preceptorship telah dianjurkan dalam keperawatan untuk beberapa tahun terakhir walaupun menurut Maitland (2012) masa transisi ini dikenal sebagai masa stres. Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan profesi merupakan hal yang menyenangkan (sesuai dengan pilihan mayoritas responden untuk soal no. 31). Bimbingan yang intensif sangat dibutuhkan mengingat peran perseptor di lahan praktik sangat besar. Muir et.al (2013) menyatakan bahwa sebagian besar perseptor melihat program preceptorship dan peran mereka dalam program ini sangat positif. Meskipun perseptor kesulitan dalam membuat janji untuk bertemu dengan preseptee masih menjadi masalah, namun pengalaman preceptorship dianggap memiliki dampak positif pada beberapa aspek pembentukan dan pengembangan perseptor. Disimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan masih terdapat mahasiswa yang merasa asing dengan istilah perseptorship dan perseptor. Mahasiswa lebih mengenal istilah instruktur klinik daripada perseptor dan istilah praktik klinik daripada perseptorship. Disarankan istilah perseptorship dan perseptor dengan segala atributnya perlu disosialisasikan kepada mahasiswa, agar mahasiswa juga memiliki pemahaman yang cukup dengan terminologi yang berbeda.
7 DAFTAR PUSTAKA Bengtsson, M dan Carlson, E. (2015). Knowledge and skills needed to improve as preceptor: development of a continuous professional development course, a qualitative study part I, BioMedCentral (BMC) Nursing Journal. 14:51, p: 1-7. Carlson. E. (2013). Precepting and Symbolic Interactionism, a Theoretical look at Preceptorship During Clinical practice. Journal of Advance Nursing. Feb; 69(2); Elcigil, A., & Sari, H.Y. (2008). Student opinions about expectations of effective nursing clinical mentors. Journal of nursing education, 119. Hilli, Y dan Melender, H.L. (2015). Developing preceptorship through action research: part 2. Scandinavian Journal Of Caring Sciences: 2015 Sep;29(3): Indriarini, MY., Rahayu, BM., dan Pindani B. (2015). Pengalaman Dukungan Preceptor Pada Perawat Baru Selama Proses Magang Di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Skripsi. Nurhidayah, R.E. (2011). Pendidikan Keperawatan. Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Medan: USU Press. Nurachmah, Elly. (2011). Kurikulum Pendidikan Profesi Ners di Indonesia. Hand Out. Tidak dipublikasikan. Maitland, A. (2012). A Study to Investigate Newly-Qualified Nurses Experiences of Preceptorship in An Acute Hospital In The South-East Of England. Dissertation of Master of Science in Learning and Teaching Faculty. Phelps, L. L. (2009). Effective Characteristics of clinical Instructors. A Research Paper Submitted to the Graduate School. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta. Tang, F., Chou, S., & Chiang, H. (2005). Students' perceptions of effective and ineffective clinical instructors. Journal of Nursing Education, 44(4),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Softskill merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola proses pekerjaan, menjalin hubungan antar manusia dan membangun interaksi dengan orang lain seperti berkomunikasi,
Lebih terperinci2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif.
COACHING PROSES Pengertian : 1). Pemberdayaan kualitas potensial mahasiswa 2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI CLINICAL INSTRUCTUR DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG
UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI CLINICAL INSTRUCTUR DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG Dyah Restuning P* Niken Sukesi** Endang Supriyanti*** Staff Keperawatan AKPER Widya Husada Semarang Abstrak Clinical Instruktur
Lebih terperinciPatria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT
HUBUNGAN BIMBINGAN KLINIK OLEH PEMBIMBING KLINIK AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR KLINIK MAHASISWA SEMESTER V DIII KEPERAWATAN STIKES WIRA HUSADA TAHUN AJARAN 2010/2011 Relationship Between Clinical Guidance
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran (Reghuram & Caroline, 2014). Menurut Canadian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas lulusan pendidikan keperawatan dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran klinis yang didapatkan oleh mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran (Reghuram &
Lebih terperinciLampiran 4 Tabel Uji Validitas Isi No Pernyataan I Expert II III IV CVI Kesimpu lan Pengetahuan (Kenowladge) 1 Menjelaskan konsep teori dan aplikasinya pada pelaksanaan asuhan perawatan pasien 4 4 4 3
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DALAM MERAWAT PASIEN JIWA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DALAM MERAWAT PASIEN JIWA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA Herry Prasetyo 1, Petrus Nugroho D.S 2 1,2 Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Purwokerto Poltekkes Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evaluasi program sarjana merupakan komponen utama dalam menilai kemampuan peserta didik pada pendidikan tinggi ilmu keperawatan. Pengujian klinik lapangan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007).
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan yang berkualitas akan mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007). Perawat merupakan salah satu
Lebih terperinciLembar Penjelasan Tentang Penelitian
72 Lampiran 1 Lembar Penjelasan Tentang Penelitian Judul : Pengetahuan Mahasiswa program studi S1 Keperawatan (reguler) tentang Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2014 tentang keperawatan. Peneliti : Rafika
Lebih terperinciASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN NERS INDONESIA PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA HPEQ-DIKTI BATAM, JULI 2010
INDONESIA PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA HPEQ-DIKTI BATAM, 16-17 JULI 2010 Pendahuluan Tenaga keperawatan sebelum 1962: Jenis pendidikan bervariasi Lama pendidikan bervariasi Hospital based education
Lebih terperinciLampiran I. Instrumen Penelitian. Universita Sumatera Utara
Lampiran I Instrumen Penelitian Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian IMPLEMENTASI STANDAR PENDIDIKAN KEPERAWATAN TERHADAP PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN DI AKADEMI KEPERAWATAN SURYA NUSANTARA
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN KepadaYth. Sdr/Sdri. Di Tempat Denganhormat, Saya, yang bertandatangan di bawah ini adalah Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Lebih terperinci209 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
RELATIONSHIP CENTERED CARE DENGAN METODE PRECEPTORSHIP UNTUK MENURUNKAN STRES DAN MENINGKATKAN PERILAKU CARING MAHASISWA PROFESI NERS Made Indra Ayu Astarini (Program Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan,
Lebih terperinciJohn Toding Padang, Novita Medyati
HUBUNGAN KINERJA PERAWAT PROFESIONAL DENGAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH MAHASISWA PROFESI NERS DI RSUD JAYAPURA PROPINSI PAPUA (Relationship Between Professional Nurse Performance with Clinical
Lebih terperinciPEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN
BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan
Lebih terperinciGAMBARAN PRAKTIK KOLABORATIF ANTARA PERAWAT DAN DOKTER DI RUANG RAWAT INAP RSUD SIDIKALANG
GAMBARAN PRAKTIK KOLABORATIF ANTARA PERAWAT DAN DOKTER DI RUANG RAWAT INAP RSUD SIDIKALANG SKRIPSI Oleh Noni Valentina Tamba 101101052 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 Judul Penelitian
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RS PERMATA MEDIKA SEMARANG
UPAYA PENINGKATAN CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RS PERMATA MEDIKA SEMARANG Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Husada Semarang Niken.sukesi@yahoo.co.id Abstrak Latarbelakang:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interprofessional Education (IPE) 1. Definisi IPE Menurut WHO (2010), IPE merupakan suatu proses yang dilakukan dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan
Lebih terperinciSOFT SKILLS MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2012
SOFT SKILLS MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH LUKAS SRI WIDODO 111121093 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan keterampilan, berbentuk pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era global seperti saat ini, seorang tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu dapat diperoleh dari kolaborasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi harus membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge, memiliki daya saing tinggi (Nursalam & Ferry, 2008).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan keperawatan saat ini dituntut untuk dapat menghasilkan lulusan tenaga keperawatan yang kompeten dan berstandar nasional maupun internasional (Nurhadi,
Lebih terperinciHUBUNGAN BIMBINGAN CLINICAL INSTRUCTUR DENGAN KEPUASAN MAHASISWA PRAKTIK DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG
HUBUNGAN BIMBINGAN CLINICAL INSTRUCTUR DENGAN KEPUASAN MAHASISWA PRAKTIK DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG * *) Dosen DIII Keperawatan STIKES Widya Husada Semarang Niken.sukesi@yahoo.co.id Abstrak Latarbelakang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan tinggi keperawatan mempunyai tujuan menghasilkan perawat yang professional. Dimana perguruan tinggi tersebut sangat berperan dalam membina sikap, pandangan
Lebih terperinciPENINGKATAN PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN OLEH MAHASISWA MELALUI PERAN PEMBIMBING KLINIK
Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 18 No.2, Juli 2015, hal 115-122 pissn 1410-4490, eissn 2354-9203 PENINGKATAN PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN OLEH MAHASISWA MELALUI PERAN PEMBIMBING KLINIK Lilis Suryani¹,
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KECERDASAN MAJEMUK DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP PROFESIONAL MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN FKIK UMY
ANALISIS PENGARUH KECERDASAN MAJEMUK DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP PROFESIONAL MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN FKIK UMY DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TESIS Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan asuhan keperawatan serta menjadi suatu ciri atau persyaratan profesi
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan tertulis yang mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan keperawatan. Kode etik keperawatan sebagai landasan bagi
Lebih terperinciPROGRAM ORIENTASI BAGI MAHASISWA PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN/KEBIDANAN DI RSUD dr.fauziah BIREUEN
PROGRAM ORIENTASI BAGI MAHASISWA PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN/KEBIDANAN DI RSUD dr.fauziah BIREUEN I. PENDAHULUAN Assalamualaikum Wr. Wb. Saat ini pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) telah memasuki
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian. Universita Sumatera Utara
LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :... Telah menerima penjelasan yang diberikan oleh Aisyah, mahasiswa Program Studi Magister
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin termasuk di dalamnya ialah tim keperawatan. Keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI
HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah perguruan tinggi swasta mengalami peningkatan di Indonesia. Orientasi perguruan tinggi swasta yang lebih mementingkan politik ekonomi merupakan fenomena umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan sebagaimana halnya dengan pendidikan kedokteran, kesehatan masyarakat, farmasi, kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk dapat menjalankan praktik keperawatan, seorang perawat wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Sedangkan untuk mendapatkan STR, seorang perawat harus memiliki
Lebih terperinciAnalisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara pada Interprofessional Education (IPE)
Analisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan pada Interprofessional Education (IPE) SKRIPSI Oleh: Winda Yani Sinambela 111101040 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciHubungan Efikasi Diri dengan Kesiapan Interprofessional Education (IPE) Mahasiswa Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Dokter USU
Hubungan Efikasi Diri dengan Kesiapan Interprofessional Education (IPE) Mahasiswa Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Dokter USU SKRIPSI Oleh Zevelyn Grace Sirait 111101126 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM
PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM JL. BUDI KEMULIAAN NO. 1 SERAYA - BATAM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai satu sarana kesehatan yang
Lebih terperinciRENCANA OPERASIONAL PRODI NERS STIKES MATARAM
RENCANA OPERASIONAL PRODI NERS STIKES MATARAM 2012 2013 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM Jalan Swakarsa III No 10 14 Grisak Kekalik Mataram 1 Kata Pengantar Puji Syukur kepada Allah SWT,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran, khususnya pembelajaran di klinik (Mohammed, 2015),
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran di klinik (Mohammed, 2015), akan tetapi kenyataan yang terjadi banyak
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MODUL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP JAMUR
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MODUL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP JAMUR 1 Musriadi 2 Rubiah 1&2 Dosen Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Serambi Mekkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Caring adalah memberikan perhatian atau penghargaan kepada seorang manusia. Caring juga dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada
Lebih terperinciPERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR : 1 /KKI/PER/ I /2010 TENTANG REGISTRASI DOKTER PROGRAM INTERNSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR : 1 /KKI/PER/ I /2010 TENTANG REGISTRASI DOKTER PROGRAM INTERNSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, Menimbang : a. bahwa terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan upaya secara sistematis yang dilakukan pengajar untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI MENGENAI PEMBIMBING KLINIK TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI KLINIK MAHASISWA KEPERAWATAN
Jurnal Jurusan Keperawatan, Volume Nomor Tahun 2017, Halaman1-8 Online di: http//ejournal-s1.undip.ac.id/ HUBUNGAN PERSEPSI MENGENAI PEMBIMBING KLINIK TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI KLINIK MAHASISWA KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan Tinggi (PT) saat ini membawa konsekuensi untuk memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lebih terperinciSTUDI DESKRIPTIF PERAN PRECEPTOR DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PRECEPTORSHIP DI RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG
STUDI DESKRIPTIF PERAN PRECEPTOR DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PRECEPTORSHIP DI RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG Manuscript Oleh: Nurrizqi Ainul Fikri G2A009082 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti
70 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti PAL. 2. Mahasiswa yang mengikuti PAL mempunyai persepsi yang baik tentang PAL. 3.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keperawatan sebagai profesi dikembangkan sesuai dengan kemajuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai profesi dikembangkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan memperhatikan tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Selama berabad-abad lamanya sejarah manusia telah beradaptasi dengan berbagai metode pengobatan dan perkembangannya. Salah satu hal yang konsisten dalam perjalanan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAN KEPALA RUANG TERHADAP MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RS. A JAKARTA
Peran Kepala Ruang Terhadap Motivasi Kerja 1 HUBUNGAN PERAN KEPALA RUANG TERHADAP MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RS. A JAKARTA Chanifah 1, Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati, SKp, MARS 2 1 Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciEmiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta
Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta Disampaikan pada : Tantangan Pengembangan Mutu Pelayanan Kesehatan: Antara Keselamatan Pasien, Biaya dan Efisiensi Surabaya, 29 Agustus 2007 Institusi
Lebih terperinciMODUL KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTER-PROFESI
MODUL KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTER-PROFESI Tim Penyusun: Dr. Warih Andan Puspita, Sp.KJ Drg. Indri Kurniasih, M.Med.Ed Indriastuti Cahyaningsih, S.Fam. Apt. Romdzati, S.Kep, Ns. MNS Dr. Oryzati Hilman,
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGAWASAN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PEMBIMBING KLINIK DALAM PENERAPAN NILAI-NILAI PROFESIONALISME MAHASISWA TAHUN 2013
HUBUNGAN PENGAWASAN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PEMBIMBING KLINIK DALAM PENERAPAN NILAI-NILAI PROFESIONALISME MAHASISWA TAHUN 2013 RELATIONSHIP BETWEEN SUPERVISION OF LOW MANAGER WITH PERFORMANCE CLINICAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres kerja adalah respon psikologis individu terhadap tuntutan di tempat kerja yang menuntut seseorang untuk beradaptasi dalam mengatasi tuntutan tersebut.
Lebih terperinciSTANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan
STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI Standar 3 Kompetensi Lulusan 0 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftar Isi... ii Prakata... iii Pendahuluan... iv A. Ruang Lingkup... 1 B. Acuan... 3 C. Istilah dan
Lebih terperinciPANDUAN KEGIATAN PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN MAHASISWA SEMESTER GANJIL DIPLOMA IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U BUDIYAH BANDA ACEH
PANDUAN KEGIATAN PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN MAHASISWA SEMESTER GANJIL DIPLOMA IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U BUDIYAH BANDA ACEH DISUSUN OLEH : TIM STIKES U BUDIYAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2017 terhadap 82
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2017 terhadap 82 mahasiswa sarjana keperawatandengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kompetensi mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, di Amerika Serikat penyebab kematian nomer tiga pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan sistem pelayanan kesehatan mempengaruhi praktik dalam pelayanan kesehatan, di Amerika Serikat penyebab kematian nomer tiga pada pasien adalah dampak dari kesalahan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN WAHANA PENDIDIKAN KLINIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DAN PELAYANAN KEPERAWATAN
PENGEMBANGAN WAHANA PENDIDIKAN KLINIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DAN PELAYANAN KEPERAWATAN TIM NURSING EDUCATION HPEQ DIKTI KEMDIKNAS 2012-2014 riyanti25@yahoo.com (LISA)) magdadasuka@yahoo.co.id
Lebih terperinciPERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA
PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA Sri Hartutik, Irma Mustikasari STIKES Aisyiyah Surakarta Ners_Tutty@yahoo.com
Lebih terperinciBAB III HASIL TEMUAN PENELITIAN PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI MENTOR, MOTIVASI MAHASISWA DAN MODEL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN PMW
60 BAB III HASIL TEMUAN PENELITIAN PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI MENTOR, MOTIVASI MAHASISWA DAN MODEL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN PMW Bab ini menguraikan hasil temuan penelitian mengenai
Lebih terperinciDISKUSI KURIKULUM WAHANA PRAKTEK
DISKUSI KURIKULUM WAHANA PRAKTEK TIGA ISSUE 1. Klasifikasi Waha Praktek KLASIFIKASI WAHANA PRAKTEK Kesulitan wahana praktek tipe B-- usulan tipe C Usulan Penyelesaian : membedakan wahana untuk pre klinik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kredensial merujuk pada proses verifikasi pendidikan, lisensi, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredensial merujuk pada proses verifikasi pendidikan, lisensi, dan sertifikasi praktek sebagai advanced practice registered nurse (APRN) (Kleinpell et al, 2008 : 279).
Lebih terperinciHUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF PADA MAHASISWA DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK SEMESTER V DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA
HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF PADA MAHASISWA DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK SEMESTER V DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Ummy Safinah M 201410104019 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini yang paling dibutuhkan dalam dunia kesehatan adalah kerja sama tim antar sesama profesi kesehatan. Keselamatan dan kualitas pelayanan kesehatan bergantung
Lebih terperinciPendekatan Interprofessional Collaborative Practice dalam Perawatan Pasien Katastropik
Pendekatan Interprofessional Collaborative Practice dalam Perawatan Pasien Katastropik Sugiarsih.,S.Kep.,Ns.,MPH Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada PERKONAS Poltekkes Kemenkes, Jakarta 22-24 Maret 2017
Lebih terperinciPENGARUH METODE BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA REGULER PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN TAHAP AKADEMIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI
PENGARUH METODE BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA REGULER PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN TAHAP AKADEMIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh Cici Fitri Lestari 101101002 FAKULTAS KEPERAWATAN
Lebih terperinciKepatuhan Perawat Dalam Melakukan Tindakan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RSUP Haji Adam Malik Medan SKRIPSI
1 Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Tindakan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RSUP Haji Adam Malik Medan SKRIPSI Oleh NAJMI USYAIRA 111101032 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciPerilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai
Perilaku Caring Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Skripsi Oleh Rika NIM : 111121026 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis
49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis penelitian
Lebih terperinciEFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG TESIS
EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG TESIS Oleh SEPTIAN SEBAYANG 137046017/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS
Lebih terperinciHusnul Chotimah SMKN 13 Malang
STUDI AWAL PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK PAKET KEAHLIAN KEPERAWATAN MELALUI MODUL BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE Husnul Chotimah SMKN 13 Malang
Lebih terperinciINDONESIA NATIONAL NURSES ASSOCIATIONS COMPETENCIES FRAMEWORK
AIPNI HPEQ-DIKTI Makasar 13-14 Maret 2010 8/20/2012 INDONESIA 1 INDONESIA NATIONAL NURSES ASSOCIATIONS COMPETENCIES FRAMEWORK PRAKTIK PROFESSIONAL, ETIS, LEGAL, PEKA BUDAYA KERANGKA KERJA KOMPETENSI PERAWAT
Lebih terperinciPELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO
PELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO 1 Nurul Mawaddah, 2 Dwi Helynarti S., 3 Aih Media Y., 4 Arief Fardiansyah
Lebih terperinciRENCANA OPERASIONAL PRODI NERS STIKES MATARAM
RENCANA OPERASIONAL PRODI NERS STIKES MATARAM 2013 2014 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM Jalan Swakarsa III No 10 14 Grisak Kekalik Mataram Kata Pengantar Puji Syukur kepada Allah SWT, atas
Lebih terperinciPetunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012
i Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012 LPPKS INDONESIA 2013 ii Pelaksanaan In-Service Learning 1 Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat
Lebih terperinciKonsep dan Metoda Bimbingan Klinik Keperawatan
0 Konsep dan Metoda Bimbingan Klinik Keperawatan Oleh: Dr. Ah. Yusuf, S.Kp., M.Kes. Departemen Keperawatan Jiwa & Komunitas, Fakultas Keperawatan Unair Disampaikan pada: Pelatihan Clinical Educator dan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik perawat pelaksana di ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana penyedia layanan kesehatan untuk masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
Lebih terperinciArsini Dosen Jurusan Tadris Fisika FITK IAIN Walisongo
Penerapan Problem Based Learning... PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF BERBANTUAN MODUL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA PERKULIAHAN
Lebih terperinciMETODE BIMBINGAN KLINIK
METODE BIMBINGAN KLINIK I. PENDAHULUAN. Pengalaman belajar bimbingan klinik pada pendidikan tinggi keperawatan maupun kebidanan adalah merupakan proses transformasi dari mahasiswa menjadi seorang perawat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Interprofesional Education (IPE) a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE) The Interprofesional Education for Collaborative Patient-Centered
Lebih terperinciHUBUNGAN KINERJA INSTRUKTUR KLINIK DENGANPENCAPAIAN KOMPETENSI KLINIK MAHASISWA KEPERAWATANDI RUMAH SAKIT DI MEDAN TESIS. Oleh
HUBUNGAN KINERJA INSTRUKTUR KLINIK DENGANPENCAPAIAN KOMPETENSI KLINIK MAHASISWA KEPERAWATANDI RUMAH SAKIT DI MEDAN TESIS Oleh SAPTA DEWANTI 127046022/ADMINISTRASI KEPERAWATAN PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU
Lebih terperinciVâÜ ÜvâÄâÅ i àtx 15/10/2015. Peran Kolegium dalam Pengembangan Program Spesialis Keperawatan Intensif. Oleh:
Peran Kolegium dalam Pengembangan Program Spesialis Keperawatan Intensif Oleh: Tiengartinah, MN Kolegium Keperawatan Kritis VâÜ ÜvâÄâÅ i àtx Nama : Tien Gartinah, M.N Tanggal Lahir : 25 Mei 1949 Pendidikan
Lebih terperinciPERILAKU PERAWAT DALAM ORGANISASI PPNI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
PERILAKU PERAWAT DALAM ORGANISASI PPNI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Masrina Munawarah*, Evi Karota Bukit** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa
Lebih terperinciPENGARUH APLIKASI MODERN DRESSING TERHADAP KEPUASAN PASIEN DALAM PERAWATAN LUKA DI KLINIK PERAWATAN LUKA MANDIRI TESIS. Oleh
PENGARUH APLIKASI MODERN DRESSING TERHADAP KEPUASAN PASIEN DALAM PERAWATAN LUKA DI KLINIK PERAWATAN LUKA MANDIRI TESIS Oleh INDRA HIZKIA P 117046004/ADMINISTRASI KEPERAWATAN PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat Subjek dalam penelitian ini berjumlah 107 responden, namun dalam proses berlangsungnya penelitian terdapat 2 responden yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan merupakan salah satu profesi di dalam dunia kesehatan. Keperawatan yang profesional menuntut seorang perawat harus memiliki kompetensi dan memenuhi
Lebih terperinciTINGKAT KEPUASAN BIMBINGAN KLINIK MAHASISWA KEPERAWATAN
JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 219 224 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing TINGKAT KEPUASAN BIMBINGAN KLINIK MAHASISWA KEPERAWATAN Linda Khilyatul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah pesat mengingat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi dunia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Ners merupakan pendidikan akademik-profesional dengan. proses pembelajaran yang menekankan pada tumbuh kembang kemampuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Ners merupakan pendidikan akademik-profesional dengan proses pembelajaran yang menekankan pada tumbuh kembang kemampuan mahasiswa untuk menjadi seorang
Lebih terperinciMETABOLISME DAN NUTRISI DI FAKULTAS KEDOKTERAN UMSU TAHUN
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER II DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA BLOK METABOLISME DAN NUTRISI DI FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akademik pada kasus-kasus nyata di klinik. Peserta didik juga diharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran klinik merupakan pembelajaran berbasis pengalaman, peserta didik diharapkan mampu mengaplikasikan teori yang diperoleh dari akademik pada kasus-kasus nyata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional dalam tujuan mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap warga
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar. metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik baik untuk mencapai
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar Metode merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Menurut kamus Purwadarminta (1976), secara
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN. Oleh VITOE FUSANTO
SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014 Oleh VITOE FUSANTO 10 02 156 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang terletak di Jl. Ringroad
Lebih terperinci