PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH"

Transkripsi

1 PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH 1. Pendahuluan Induksi merupakan tahap penting dalam Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPB) bagi seorang guru. Program Induksi Guru Pemula Berbasis Sekolah (PIGPBS) yang baik haruslah sistematis dan terencana berdasarkan konsep kerjasama dan kemitraan antara para guru dalam pendekatan pembelajaran keprofesionalan. 2. Penggunaan Panduan Kerja Panduan kerja ini dirancang untuk membantu kepala sekolah dalam menyiapkan dan melaksanakan Program Induksi Guru Pemula Berbasis Sekolah. Panduan kerja ini sangat efektif membantu pembelajaran keprofesionalan kepala sekolah dengan cara mempelajari dan mengikuti aktivitas dalam kelompok kecil kepala sekolah dan dapat pula melibatkan pengawas sekolah. Dalam kelompok, kepala sekolah bekerjasama dalam membaca dan mengulas serta melaporkan kembali isi dari masingmasing panduan kerja. Selain itu, kepala sekolah dapat mengidentifikasi masalah penting yang mungkin muncul dan cara menanganinya. Kegiatan membaca, melakukan refleksi, berbagi dan berdiskusi tentang berbagai gagasan dengan orang lain merupakan proses penting dalam pembelajaran profesional. Proses inilah yang mendasari model PIGPBS. Bila lingkungan sekolah tidak memungkinkan kepala sekolah untuk bekerja dalam kelompok kepala sekolah dan pengawas, maka ia dapat menggunakan Panduan kerja 1 dengan mitra kerja di sekolah seperti wakil kepala sekolah, guru, atau sekelompok guru yang dianggap mampu menjadi pembimbing yang kompeten bagi guru pemula. Panduan kerja ini digunakan sebagai program pembelajaran profesional secara mandiri. Dengan membaca panduan kerja ini, kepala sekolah akan mengetahui bahwa kesempatan berdiskusi, bekerjasama dan belajar dari orang lain merupakan model pengembangan keprofesionalan yang baik. 3. Hasil yang Diharapkan Setelah menggunakan panduan kerja ini kepala sekolah diharapkan akan mampu: memahami pendekatan PIGPBS bagi pembelajaran keprofesionalan; memahami proses PIGPBS dan hasil-hasil yang diharapkan; merefleksikan kegiatan induksi yang sedang berlangsung serta budaya profesional di sekolah; merefleksikan pandangan dan nilai-nilai keprofesionalan; mengembangkan pemahaman tentang tanggung jawabnya dalam implementasi PIGPBS. DIT.TENDIK, DITJEN PMPTK, DEPDIKNAS 1

2 4. Asumsi yang mendasari model PIGPBS Pembelajaran keprofesionalan guru dimulai sejak perkuliahan di lembaga pendidikan guru dan berlanjut di Pendidikan Profesi Guru (PPG), kemudian pada program induksi dan sepanjang karir sebagai guru. PIGPBS didasarkan pada pemahaman bahwa: Pembelajaran di tempat kerja merupakan unsur utama bagi perkembangan dan pembelajaran profesional guru pemula. Tahap ini juga berperan penting dalam Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPB). Pembelajaran profesional melibatkan guru dan kelompok guru yang mengembangkan praktik dan pemahaman baru tentang pekerjaan mereka Kerjasama dan dialog profesional di sekolah dapat mendukung pembelajaran profesional, mengembangkan praktik reflektif dan memperkuat pendekatan kesejawatan untuk perkembangan sekolah. Pembelajaran profesional guru merupakan landasan bagi perkembangan sekolah dan peningkatan hasil belajar siswa serta peningkatan status profesi. 5. Definisi Induksi Guru Pemula (ambil dr kebijakan dan juknis) a. Induksi guru pemula merupakan proses orientasi kegiatan mengajar dalam konteks satuan pendidikan tertentu, dan menjadi pembelajaran profesional di tempat kerja selama tahun pertama mengajar atau dapat diperpanjang pada tahun ke-2 dan merupakan tahap awal dalam Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPB) seorang guru. b. Sedikitnya satu tahun proses pembelajaran profesional yaitu fase transisi guru pemula dari pendidikan pre-service guru atau dari guru Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau guru bukan PNS menjadi Guru Tetap Yayasan (GTY) yang kompeten. c. Proses pembelajaran tentang profesi. d. Proses pengembangan ketrampilan pembelajaran di lingkungan kerja. e. Proses perkembangan belajar individu. f. Sebuah proses yang terkelola untuk menjadi guru. DIT.TENDIK, DITJEN PMPTK, DEPDIKNAS 2

3 Tugas 1 Tantangan dan Kesempatan Pembelajaran keprofesionalan (Refleksi Individu Kepala Sekolah) Adakah aktivitas pengembangan profesional atau kesempatan pembelajaran keprofesionalan yang diberikan kepada guru di sekolah Anda? Tuliskan kegiatan/kesempatan yang telah ada tersebut. Pilih dua aktivitas pembelajaran keprofesionalan yang telah ada di sekolah. Bagaimana aktivitas di atas dapat membantu Anda dalam menyiapkan dan melaksanakan PIGPBS? Aktivitas pembelajaran keprofesionalan apa yang ingin Anda gunakan/berikan kepada para guru di sekolah Anda? Misalnya, guru bekerja dalam kelompok mengobservasi pembelajaran guru lain dan mendiskusikannya kemudian. Tuliskan hambatan yang harus diatasi serta perubahan yang harus dilakukan.. DIT.TENDIK, DITJEN PMPTK, DEPDIKNAS 3

4 Pilih dua hambatan dalam pembelajaran keprofesionalan guru yang Anda bimbing. Apa yang dapat Anda lakukan sekarang sehingga berpengaruh positif bagi guru dan sekolah? Tujuan Program Induksi Guru Pemula Berbasis Sekolah (PIGPBS) a. Tujuan PIGPBS Tujuan Program Induksi Guru Pemula Berbasis Sekolah (PIGPBS) adalah untuk memberikan: 1) Pemahaman tentang hubungan antara pembelajaran keprofesionalan di kampus dengan Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPB) di sekolah 2) Informasi yang dibutuhkan oleh guru pemula 3) Masukan kepada sekolah berkenaan dengan persiapan dan implementasi PIGPBS 4) Panduan kerja bagi penilaian terhadap guru pemula untuk menilai kompetensi profesional dalam pembelajaran 5) Materi pendukung bagi kepala sekolah dan pembimbing. b. PIGPBS yang efektif adalah program yang: 1) Mengembangkan kompetensi profesional guru pemula dalam pembelajaran 2) Menuntut peran kepala sekolah dan pembimbing untuk menciptakan hubungan yang kuat, profesional, dan positif dengan guru pemula serta pegawai sekolah lain 3) Didasarkan pada semangat kemitraan di sekolah dan PPB 4) Mengintegrasikan refleksi dan evaluasi diri untuk guru pemula, pembimbing dan kepala sekolah 5) Bersifat fleksibel dan adaptif dalam menyesuaikan dengan kebutuhan yang muncul dari guru pemula 6) Menghubungkan guru pemula, pembimbing dan kepala sekolah dengan jaringan seprofesi di sekolah lain 7. Skema Proses PIGPBS Skema PIGPBS dan komponennya disajikan pada Diagram 1. DIT.TENDIK, DITJEN PMPTK, DEPDIKNAS 4

5 a. Badan StAndar Nasional Pendidikan (BSNP) PIGPBS mendukung implementasi Standar kualifikasi dan kompetensi Guru yang telah ditetapkan oleh BSNP. b. Kualifikasi pre-service S1 dan Pendidikan Profesi Guru (PPG) PIGPBS dibangun diatas program pengembangan guru dalam pendidikan pre-service guru dan PPG. c. Pelatihan Bagi Kepala Sekolah Panduan kerja 1 digunakan oleh kepala sekolah dan pembimbing, sebagai pelatihan awal untuk persiapan dan implementasi PIGPBS. d. Analisis Kebutuhan Kepala sekolah harus menganalisis kebutuhan guru pemula dan sekolah. Tiap sekolah harus memenuhi kebutuhan guru pemula yang berbeda dan mempertimbangkan aspek khas atau unik sekolah. e. Penugasan dan Pelatihan Pembimbing Kepala sekolah akan menunjuk seorang pembimbing bagi guru pemula sebelum guru pemula memulai tugasnya di sekolah. Ia akan menyiapkan pelatihan bagi guru pemula. f. Persiapan PIGPBS Kepala sekolah akan menyiapkan PIGPBS termasuk kebijakan dan dokumen yang digunakan dalam panduan kerja 2. Panduan kerja 2 dirancang dengan mempertimbangkan situasi setempat untuk memenuhi kebutuhan guru pemula di sekolah. g. PIGPBS: Implementasi Panduan kerja 1-12 Dalam implementasi PIGPBS, guru pemula berkonsultasi dengan pembimbing untuk menentukan jadwal, jenis kegiatan, dan fokus penilaian proses Panduan Kerja 1-12 PIGPBS akan digunakan dari bulan ke-1sampai dengan ke-12 termasuk pertemuan regular antara guru pemula dan pembimbing. h. Penilaian Tahap 1 Proses penilaian guru pemula meliputi observasi proses pembelajaran dan tugas lainnya di sekolah. Penilaian tahap 1 adalah tahapan penilain terhadap proses perkembangan pembelajaran. Penilaian tahap 1 akan dimulai dari bulan ke-2 sampai dengan ke-9 dalam tahun pertama guru pemula mengikuti program induksi. Tahap 1 difokuskan pada penilaian pembelajaran dan melibatkan umpan balik berkali-kali terhadap proses pembelajaran. DIT.TENDIK, DITJEN PMPTK, DEPDIKNAS 5

6 Penilaian pembimbing berdasarkan elemen kompetensi spesifik di tahap 1 dan bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan pembelajaran guru pemula dan area yang dapat dikembangkan. i. Penilaian Tahap 2 Dilaksanakan pada bulan ke-10 sampai dengan bulan ke-11, berupa observasi pembelajaran, ulasan dan masukan oleh pembimbing, kepala sekolah, dan pengawas sekolah, yang mengarah pada peningkatan kompetensi dalam pembelajaran (Lihat Panduan Kerja 1-9) dan Penilaian Kinerja Guru berdasarkan elemen kompetensi guru pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun Observasi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah minimal 3 kali dan pengawas minimal 1 kali. Kepala sekolah dan pengawas mengobservasi proses pembelajaran guru pemula, disertai dengan bukti-bukti dokumentasi seperti lembar observasi dan rencana pembelajaran guru pemula. j. Pelaporan Kepala sekolah harus membuat laporan mengenai kinerja guru pemula setelah dilaksanakan proses penilaian Tahap 2 (bulan ke-11sampai dengan ke-12). Proses ini meliputi persiapan laporan tertulis secara formal tentang guru pemula yang ditandatangai oleh yang bersangkutan dan kepala sekolah. Pengawas sekolah akan mengesahkan laporan tersebut setelah malakukan observasi dan wawancara terhadap guru pemula pada waktu yang telah ditentukan (bulan ke-10 sampai dengan ke-12). k. Menerbitkan Surat Keputusan Pengawas sekolah akan mengirimkan sebuah salinan laporan tentang guru pemula ke kantor dinas daerah berisi tentang rekomendasi yang menyatakan bahwa guru pemula telah secara memuaskan memenuhi kompetensi profesional dalam pembelajaran dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberhasilan mengikuti PIGPBS. Surat Keputusan ini bersama dengan sertifikat Prajabatan memperoleh nilai 3 angka kredit. DIT.TENDIK, DITJEN PMPTK, DEPDIKNAS 6

7 Diagram 1: Model Program Induksi Guru Pemula Berbasis Sekolah (PIGPBS) Standar Guru Nasional BSNP Kualifikasi S1 (pre-service) dan program pengalaman sekolah (PPG) Analisis Kebutuhan oleh Kepala dan Pengawas Sekolah (Lihat Panduan kerja 1 PIGPBS ) Implementasi program induksi guru pemula berbasis sekolah (PIGPBS) (Bulan 1-12): Pemilihan dan penggunaan Panduan kerja PIGPBS 1-12 pembimbingan pertemuan terjadwal dan diskusi profesional serta masukan tentang kinerja Kegiatan induksi pemda bagi guru pemula & pembimbing termasuk KKG & MGMP PenilaianPenilaian Tahap 1 (Bulan 2-9) Observasi pembelajaran, ulasan dan masukan oleh pembimbing (penilaianpenilaian untuk pembelajaran). (Lihat Panduan kerja PIGPBS no 6 dan 9) PenilaianPenilaian Tahap 2 (Bulan 10-12) Observasi pembelajaran (minimal 3kali ) ulasan dan masukan oleh kepala sekolah (dan juga dimungkinkan dengan pengawas) yang mengarah pada keputusan tentang kompetensi profesional dalam pembelajaran (penilaian Penilaian untuk pembelajaran).(lihat Panduan kerja 1 & 9) Pelaporan (Bulan 11-12) Pembuatan draft Laporan tentang Guru Pemula oleh kepala sekolah dengan berkonsultasi kepada pembimbing dan pengawas sekolah setelah pelaksanaan PIGPBS,PenilaianPenilaian Tahap 1 dan Penilaian Tahap2. Kepala sekolah dan pengawas menemui guru pemula dan memberikan salinan laporan tersebut. Laporan juga dikirim ke Dinas Pendidikan setempat (Lihat Panduan kerja 11) Laporan Memuaskan tentang kompetensi pembelajaran Guru Efektif Laporan Tidak Memuaskan tentang kompetensi blj Proses banding guru yang tidak berkomeptensi Perpanjangan masa induksi ke tahun kedua Laporan Tidak Memuaskan Kedua tentang kompetensi blj Penugasan ulang sebagai PNS Dikeluarkan dari PNS DIT.TENDIK, DITJEN PMPTK, DEPDIKNAS 7

8 8. Hasil yang diharapkan dari implementasi PIGPBS Setelah mengikuti PIGPBS, guru pemula diharapkan memiliki: a. kepercayaan diri yang meningkat dalam proses pembelajaran di dalam kelas maupun dalam pengelolaan pembelajaran siswa; b. kompetensi yang telah berkembang yang sesuai dengan kemampuan manajeman kelas maupun pedagogik ; c. kemampuan bekerja dengan pembimbing dalam mengembangkan praktik profesional yang efektif ; d. pemahaman tentang prosedur penilaian kompetensi profesional dalam belajar serta telah mampu melaksanakan tahap awal persiapan penilaian; e. pengalaman dalam melaksanakan refleksi terhadap praktek profesional melalui kerjasama dengan pembimbing. 9. Menggunakan panduan kerja PIGPBS Untuk menggunakan panduan kerja PIGPBS kepala sekolah perlu menelaah isi panduan kerja sebelum menyiapkan program induksi guru pemula. a. Mengulas panduan kerja (bacaan individu dan berbagi dalam kelompok). Pengulasan isi panduan kerja dapat dilakukan bersama-sama. Pekerjaan besar dibagi menjadi lebih kecil agar lebih mudah dilaksanakan agar dapat menghemat waktu dan dapat mengembangkan pemahaman kelompok terhadap materi tanpa harus membaca semua Panduan Kerja. Proses telaah semua panduan kerja mungkin memerlukan lebih dari satu sesi bila dilaksanakan oleh satu kelompok kecil. Berikan masing-masing anggota kelompok satu buah panduan kerja untu dikaji dan dibahas. Mintalah mereka membaca seluruh isi panduan kerja dan menjawab pertanyaannya atau membuat catatan di bawahnyaseperti berikut ini: Gagasan utama atau persoalan apa yang menjadi pembahasan dalam panduan kerja? Adakah bagian panduan kerja yang memerlukan masukan dari masing-masing sekolah? Adakah bagian-bagian panduan kerja yang perlu diubah sesuai dengan situasi masingmasing sekolah? Apakah diperlukan pelatihan untuk pelaksanaan Panduan Kerja? b. Mengulas panduan kerja (tugas kelompok kecil/seluruh kelompok) Laporkan kembali semua temuan/hasil pengulasan kepada seluruh kelompak sehingga setiap orang memahami garis besar isi panduan kerja yang telah dikaji, bukan satu panduan kerja yang dibaca saja. Jika terdapat lebih dari satu kelompok, diskusi dapat dilakukan antar kelompok. Diagram dinding dapat digunakan untuk mencatat respon yang beragam atas panduan kerja yang sama. Diskusi seluruh kelompok dilakukan untuk menemukan cara mengatasi tantangan atau isu lain yang teridentifikasi. Panduan kerja PIGPBS diperuntukan bagi pengawas sekolah, kepala sekolah, pembimbing dan guru pemula. Beberapa Panduan Kerja berisi panduan kerja terpisah DIT.TENDIK, DITJEN PMPTK, DEPDIKNAS 8

9 untuk pengawas sekolah dan kepala sekolah, pembimbing dan guru pemula. Beberapa panduan kerja berisi panduan kerja yang sama untuk kepala sekolah/pembimbing dan guru pemula. c. Panduan kerja pembelajaran keprofesionalan bagi guru pemula Panduan kerja 2-8 dan 12 berisi panduan tentang hal-hal penting dalam program induksi bagi kepala sekolah, pembimbing dan guru pemula. Panduan kerja 2 Orientasi Sekolah: Hari-hari dan Minggu Pertama, meliputi: Panduan kerja 3 Rencana Pembelajaran Panduan kerja 4 Penyusunan rencana pembelajaran keprofesionalan Panduan kerja 5 Tuntutan keprofesionalan dan tanggungjawab hukum Panduan kerja 6 Pengelolaan kelas dan siswa Panduan kerja 7 Penilaian kompetensi professional dalam pembelajaran Panduan kerja 8 Penilaian siswa dan pelaporan Panduan kerja 12 Informasi sumber-sumber pengembangan guru d.panduan kerja pembelajaran keprofesionalan bagi kepala sekolah dan pembimbing Di samping Panduan Kerja yang digunakan guru pemula, terdapat empat Panduan Kerja yang diperuntukkan bagi kepala sekolah dan pembimbing. Panduan Kerja ini akan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang peran mereka dalam mengelola pembelajaran keprofesionalan bagi guru pemula. Panduan Kerja untuk kepala sekolah dan pembimbing adalah : Panduan kerja 1 Panduan Implementasi PIGPBS bagi kepala sekolah Panduan kerja 9 Observasi pembelajaran untuk pembelajaran profesional dan penilaian Panduan kerja 10 Bekerja sebagai pembimbing dengan guru pemula Panduan kerja 11 Penyusunan laporan tentang guru pemula e. Apa yang sekolah Anda butuhkan? (Refleksi individu Kepala Sekolah) 1) Adakah panduan kerja tambahan lain yang mungkin diperlukan di sekolah Anda? 2) Siapa yang dapat menyusun panduan kerja tersebut? 3) Sumber-sumber apa yang Anda perlukan untuk mengembangkan panduan kerja tersebut? Misalnya menugaskan guru keluar sekolah untuk mencari informasi dan menyusun laporan/dokumen. 10. Melaksanakan Analisis Kebutuhan Kebutuhan guru pemula dengan latar belakang pengalaman yang berbeda-beda mengharuskan Kepala sekolah dan pembimbing memilih dan menentukan panduan kerja yang sesuai dengan kebutuhan tiap guru pemula. Analisis kebutuhan merupakan tahap yang dilakukan kepala sekolah sebelum memulai melaksanakan PIGPBS. PIGPBS hendaknya disiapkan untuk memenuhi kebutuhan guru pemula dalam konteks khusus. Tidak semua sekolah sama, dan tidak semua guru pemula memiliki kebutuhan yang sama. Dengan menganalisis kebutuhan spesifik ini sebelum dilaksanakannya program induksi guru pemula, kepala sekolah DIT.TENDIK, DITJEN PMPTK, DEPDIKNAS 9

10 sesungguhnya telah melakukan tahapan yang penting dalam memberikan program pembelajaran keprofesionalan yang sesuai dengan kebutuhan guru pemula, sehingga akan terjadi efisiensi penggunaan sumber serta mendukung guru pemula dengan cara yang bermakna. Pelaksanaan analisis kebutuhan hendaknya menjawab sejumlah pertanyaan tentang kebutuhan guru pemula serta kebutuhan sekolah. a. Menggunakan Checklist Analisis Kebutuhan (refleksi dan respon individu) Perhatikan pertanyaan tentang kebutuhan guru dan sekolah berikut. Gunakan Checklist Analisis Kebutuhan: 1) Hal-hal apa yang bersifat khusus pada sekolah dan masyarakat sekitar yang perlu diketahui guru pemula? 2) Apakah guru pemula memiliki pengalaman mengajar sebelumnya sehingga beberapa panduan kerja lebih penting dari panduan kerja lain? Adakah panduan kerja-panduan kerja yang tidak diperlukan dalam program? 3) Adakah kelompok profesional di sekolah atau di sekolah sekitar yang dapat mendukung program induksi guru pemula? Bagaimana mereka dapat dilibatkan dalam PIGPBS? 4) Apa saja pengalaman pembimbing? Apa diperlukan pelatihan bagi pembimbing sebelum program induksi dimulai? 5) Adakah staf guru yang memiliki pengalaman dalam observasi pembelajaran? Untuk observasi pembelajaran, pelatihan apa yang diperlukan sebelum program induksi dimulai? 6) Bila di sekolah tidak ada pembimbing yang memenuhi kualifikasi, dimana dapat diperoleh pembimbing untuk mendukung guru pemula? b. Diskusikan respon Checklist analisis kebutuhan (kelompok kecil) Sampaikan respon Anda terhadap pertanyaan di atas dan diskusikan kemungkinan solusi dalam kelompok. Contoh checklist analisis kebutuhan tersedia pada bagian 23. c. Penilaian terhadap kegiatan sekolah yang sedang berlangsung (refleksi individu kepala sekolah) Dengan memperhatikan kegiatan sekolah yang sedang berlangsung dalam hubungannya dengan guru pemula, jawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Apa pengalaman pertama guru pemula ketika mereka tiba di sekolah? 2. Siapa saja yang mereka temui dan siapa yang membantu hari-hari pertama penugasan mereka di sekolah? 3. Dimana mereka memperoleh informasi tentang tanggungjawab pembelajaran dan informasi lain tentang sekolah? 4. Apa yang menjadi harapan Anda terhadap guru pemula serta bagaimana mereka mengetahui harapan tersebut? 5. Kepada siapa mereka meminta informasi dan bantuan? DIT.TENDIK, DITJEN PMPTK, DEPDIKNAS 10

11 d. Tantangan orientasi bagi guru pemula (refleksi individu kepala sekolah) a. Perhatikan sekolah Anda dan lingkungannya: Tantangan utama apa yang akan dihadapi guru pemula di sekolah Anda? Tuliskan tantangan-tantangan utama tersebut. b. Bagaimana sekolah dapat mendukung guru pemula dalam hari-hari dan mingguminggu pertama mereka? e. Kepemimpinan sekolah, nilai, dan induksi guru pemula (refleksi individu kepala sekolah) Sebelum Anda mulai merencanakan implementasi PIGPBS, luangkan waktu untuk melakukan refleksi tentang nilai-nilai profesional. Refleksikan nilai-nilai yang mendasari pekerjaan Anda. Tuliskan respon Anda atas pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja dan kemudian lupakan sementara waktu. Pada waktu lain buka kembali catatan tersebut dan lihat apakah jawaban Anda masih berarti bagi Anda. Nilai-nilai utama akan tetap bermakna sepanjang waktu. 1) Apa yang paling Anda inginkan untuk dikenang orang? Cerita tentang kehidupan dan pekerjaan Anda yang bagaimana yang Anda inginkan? 1) Sasaran apa yang paling penting pada tahun ini? 2) Apa sasaran profesional dan personal yang Anda inginkan untuk tahun depan dan lima tahun mendatang? 3) Bila Anda punya uang yang sangat cukup, apa yang ingin Anda lakukan? 4) Bila Anda tahu hidup Anda hanya tinggal satu tahun, apa yang ingin Anda capai? 5) Pikirkan pekerjaan Anda sebagai seorang pemimpin di bidang pendidikan. Apakah tindakan-tindakan Anda sebagai pemimpin konsisten dengan nilai-nilai yang telah Anda tuliskan dan yakini selama ini? 6) Apa yang harus Anda lakukan secara berbeda? Refleksikan nilai-nilai Anda dan bagaimana nilai-nilai itu dapat menuntun Anda bekerja dengan guru pemula. Tuliskan respon Anda di ruang kosong berikut. a. Dalam hal apa saya harus berkomitmen sebagai guru/kepala sekolah? b. Bila induksi terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan profesional berkelanjutan, nilai-nilai utama apa yang saya inginkan untuk guru pemula kembangkan? f. Siapakah Guru Pemula itu? (lihat permen dan juknis) Bagi banyak calon guru kontrak dan paruh waktu, pengalaman mengajar merupakan pintu masuk ke dalam dunia profesional pendidikan. Banyak terjadi di daerah yang kekurangan tenaga guru mempekerjakan mahasiswa S1 sebagai guru paruh waktu di sekolah. Oleh karena itu yang dimaksud dengan guru pemula adalah: 1.Guru tetap dengan status CPNS oleh pemerintah daerah. 2.Guru kontrak atau guru paruh waktu pada tahun pertamanya mengajar. DIT.TENDIK, DITJEN PMPTK, DEPDIKNAS 11

12 3. Guru yang mendapatkan status tetap yang mungkin sebelumnya telah memiliki pengalaman sebagai guru kontrak atau guru paruh waktu. Apabila terdapat guru pemula yang mengajar di luar jam reguler, kegiatan induksi dan penilaian hendaknya bersifat fleksibel. Guru kontrak, guru tetap, maupun guru paruh waktu juga harus mendapat dukungan dari pembimbing. 11. Mengelola Peran dan Tanggung Jawab dalam PIGPBS DalamPIGPBS, guru pemula harus mendapatkan dukungan, bimbingan dan bantuan dari pembimbing. Sumber dukungan dan bantuan juga akan berubah atau bervasiasi, sesuai dengan perkembangan guru pemula selama mengikuti program induksi. a. Pengawas Sekolah Pengawas sekolah bertanggung jawab untuk: 1) memberikan pelatihan atau pembimbingan kepada kepala sekolah dan pembimbing dalam implementasi program induksi dan proses penilaian; 2)memantau implementasi program induksi dan penilaian guru di sekolah binaannya;mengamati dan atau mewawancarai guru pemula sebagai bagian dari proses penilaian; 3)mengamati dan menilai bersama dengan kepala sekola apakah guru pemula terpantau beresiko tidak memenuhi persyaratan atas kompetensi profesional pembelajaran; 4)mengesahkan laporan tentang guru pemula yang dibuat kepala sekolah. b.tugas Kepala Sekolah Berikut adalah ringkasan tentang tanggungjawab utama kepala sekolah sebagai penanggung jawab PIGPBS pada satuan pendidikan yang dipimpinnya. Sebagai penanggung jawab PIGPBS, kepala sekolah bertugas untuk: 1. menyiapkan program orientasi dan buku Pedoman Sekolah bagi guru pemula sebelum mereka tiba di sekolah (lihat Panduan kerja 2); 2. mempelajari latar belakang, bidang keahlian dan minat guru pemula; 3. menugaskan guru berpengalaman untuk menjadi pembimbing bagi guru pemula: 4.mendorong dilaksanakannya pertemuan rutin antara guru pemula dengan pembimbingnya; 5. menyediakan guru pemula dengan atau akses ke dokumen tertulis tentang kebijakan sekolah, prosedur, rutinitas dan materi kurikulum; 6.menyediakan sumber yang sesuai untuk mendukung kerja guru pemula serta pembelajaran keprofesionalannya; 7. memastikan bahwa guru pemula benar-benar mengetahui prosedur penilaian dan kriteria yang akan digunakan untuk menilai kompetensi intiguru dalam menjalankan tugasnya pada akhir tahun masa induksi; 8. memberi kesempatan guru pemula untuk melakukan observasi yang dilakukan guru yang lebih berpengalaman atau guruberprestasi; DIT.TENDIK, DITJEN PMPTK, DEPDIKNAS 12

13 9. mengunjungi kelas-kelas yang diajar oleh guru pemula secara informal pada bulan 5-9 dalam rangka membiasakan guru pemula dan siswa dengan kunjungan-kunjungan pihak yang berkepentingan. Hal ini akan membantu mengurangi kendala psikologis guru pemula dan siswa selama kegiatan observasi pada proses penilaian tahap 2 dilakukan; 10.menegosiasikan kegiatan observasi mengajar sekurang-kurangnya 6 kali oleh pembimbing, 3 (tiga kali) oleh kepala sekolah dan 1 (satu) kali oleh pengawas sekolah; 11.memberikan umpan balik yang konstruktif kepada guru pemula sebagai tindak lanjut hasil observasi pembelajarannya; 12.bersama dengan pengawas sekolah, kepala sekolah memantau sejauh mana guru pemula terpantau beresiko tidak memenuhi persyaratan kompetensi guru; 13.menyiapkan laporan tentang Guru Pemula dan membuat rekomendasi tentang kompetensi guru dalam pembelajaran berdasarkan standar kompetensi guru; 14.memberikan salinan laporan kepada guru pemula untuk diberikan komentar dan ditandatangani sebelum disahkan oleh Pengawas Sekolah; 15.memonitor dan mengevaluasi kinerja pembimbing; 16.mengevaluasi PIGPBS pada akhir tahun dengan meminta masukan dari guru pemula dan pembimbing; c. Memilih Pembimbing yang Tepat Sebagai penanggung jawab Pelaksanaan PIGPBS, kepala sekolah sekolah memiliki kemampuan mengetahui guru-guru terbaik di sekolah dan kelebihan mereka masing-masing. Berdasarkan pengetahuan tersebut kepala sekolah perlu memilih pembimbing untuk masing-masing guru pemula Kepala sekolah perlu menugaskan guru yang berpengalaman untuk bertugas sebagai pembimbing. d. Pembimbing Seorang pembimbing yang baik adalah: 1. guru yang berpengalaman; 2. guru yang menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya; 3. guru yang bekerja dengan prinsip kesejawatan dalam sekolah untuk meningkatkan profesionalitas guru; 4. guru yang bersedia bekerja sama dengan guru pemula sejak hari pertama guru tersebut mulai bertugas di sekolah; 5. memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan mampu menjelaskan bagaimana dia bekerja sebagai guru; 6. mampu menganalisis proses pembelajaran profesional yang dilakukan guru pemula serta dapat memberikan saran-saran perbaikan; DIT.TENDIK, DITJEN PMPTK, DEPDIKNAS 13

14 7. memiliki pengalaman mengajar pada jenjang kelas yang sama dan pada mata pelajaran yang sama; 8. guru yang mampu memberikan masukan kepada guru pemula yang mengarah pada penilaian kompetensi guru; Panduan kerja 10 tentang pembimbingan dapat digunakan oleh kepala sekolah dan pembimbing sebagai petunjuk pembimbingan secara mandiri. e. Pengembangan keterampilan pembimbingan (refleksi individu dan diskusi) Keterampilan pembimbingan mana yang dimiliki oleh guru yang berpengalaman di sekolah saya? Diskusikan dengan orang lain atau kolega di kelompok Anda pertanyaan berikut: Ketrampilan pembimbingan apa yang perlu dikembangkan ketika PIGPBS dilaksanakan di sekolah? Bagaimana saya sebagai kepala sekolah dan pemimpin pembelajaran keprofesionalan dapat mendukung pembimbing? DIT.TENDIK, DITJEN PMPTK, DEPDIKNAS 14

Modul PIGP bagi Kepala Sekolah/Madrasah

Modul PIGP bagi Kepala Sekolah/Madrasah TUT WURI HANDAYANI DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 ii Modul PIGP bagi Kepala Sekolah/Madrasah Modul PIGP bagi Kepala Sekolah/Madrasah

Lebih terperinci

MODUL PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP) BAGI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

MODUL PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP) BAGI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH TUT WURI HANDAYANI MODUL PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP) BAGI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 PENGANTAR

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL POLITEKNIK LP3I JAKARTA TAHUN 2016 ii iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv Bab I Penjelasan Umum... 2 A. Definisi dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ` PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa salah satu syarat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN

Lebih terperinci

Modul PIGP bagi Pembimbing

Modul PIGP bagi Pembimbing Modul PIGP bagi Pembimbing iii iv Modul PIGP bagi Pembimbing Modul PIGP bagi Pembimbing iii iv Modul PIGP bagi Pembimbing DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI iii v BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B.

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TANGGAL 27 OKTOBER 2010

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TANGGAL 27 OKTOBER 2010 SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TANGGAL 27 OKTOBER 2010 PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA Program Induksi dapat dilaksanakan dalam beberapa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

AUDIT MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI

AUDIT MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI AUDIT MUTU INTERNAL AUDIT MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI JL. RAYA TANJUNG BARAT NO. 11 PS. MINGGU JAKARTA SELATAN TELP. 021 781 7823, 781 5142 FAX. -21 781 5144

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI-LKL JURUSAN AKUNTANSI

PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI-LKL JURUSAN AKUNTANSI PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI-LKL JURUSAN AKUNTANSI A. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat mengakibatkan kebutuhan tenaga kerja yang memiliki kompetensi praktik tentang akuntansi bisnis

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/Permentan/SM.200/8/2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KODE UNIT : O

KODE UNIT : O KODE UNIT : O.842340.017.01 JUDUL UNIT : Menyusun PrioritasKerja DESKRIPSIUNIT : Unit ini menjelaskan hasil kinerja, keterampilan, pengetahuan,dan sikap yang diperlukan untuk merencanakan jadwal pekerjaan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang Evaluasi Kompetensi Pustakawan Pelayanan Referensi di Perpustakaan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BAGI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL (AMAI) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Baru FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebelumnya dapat ditarik simpulan sebagai berikut; 1. Model pembelajaran praktik mengajar yang selama ini digunakan di

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebelumnya dapat ditarik simpulan sebagai berikut; 1. Model pembelajaran praktik mengajar yang selama ini digunakan di 296 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan temuan dan bahasan hasil penelitian yang disajikan pada bab sebelumnya dapat ditarik simpulan sebagai berikut; 1. Model pembelajaran praktik mengajar

Lebih terperinci

Tujuan Review Kontrak. Dibagi menjadi 2, yaitu: Tujuan Review Draft Proposal Tujuan Review Draft Kontrak

Tujuan Review Kontrak. Dibagi menjadi 2, yaitu: Tujuan Review Draft Proposal Tujuan Review Draft Kontrak Tujuan Review Kontrak Dibagi menjadi 2, yaitu: Tujuan Review Draft Proposal Tujuan Review Draft Kontrak Tujuan Review Draft Proposal Tujuan review draft proposal adalah untuk memastikan agar aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI Bagian 1: Rincian Data Pemohon Sertifikasi Pada bagian ini, cantumkan data pribadi, data pendidikan formal serta data pekerjaan anda pada saat ini.

Lebih terperinci

Australia Awards Indonesia Skema Hibah Alumni

Australia Awards Indonesia Skema Hibah Alumni Australia Awards Indonesia Skema Hibah Alumni Tanya Jawab Umum Apa itu Skema Hibah Alumni? Skema Hibah Alumni bertujuan untuk mendukung alumni dari Australia untuk membagi pengetahuan dan pengalaman yang

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

Lebih terperinci

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH Pendahuluan Pengawas sekolah adalah tenaga kependidikan profesional yang berfungsi sebagai unsur pelaksana supervisi pendidikan yang mencakup supervisi

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 Topik #1 Manajemen Guru Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019 secara eksplisit menyebutkan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 230. Dokumentasi Audit

Standar Audit SA 230. Dokumentasi Audit SA 0 Dokumentasi Audit SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 DOKUMENTASI AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk Emiten),

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

UNIVERSITAS SEBELAS MARET PEDOMAN PELAKSANAAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) PENDIDIKAN PROFESI GURU SM3T FKIP UNS TAHUN 2017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan

Lebih terperinci

ISKANDAR HASAN Pengawas Sekolah Menengah Dinas Pendidikan Kota Gorontalo

ISKANDAR HASAN Pengawas Sekolah Menengah Dinas Pendidikan Kota Gorontalo Jaenuddin, Hubungan Kecerdasan Interpersonal dan. PENERAPAN TEKNIK PENAMPINGAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU KIMIA DALAM PENILAIAN HASIL BELAJAR SISWA ISKANDAR HASAN Pengawas

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar 90 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar Guru Ekonomi Belum Melakukan PTK Penyebab sebagian

Lebih terperinci

FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI Bagian 1: Rincian Data Pemohon Sertifikasi Pada bagian ini, cantumkan data pribadi, data pendidikan formal serta data pekerjaan anda pada saat ini.

Lebih terperinci

MODUL PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA BAGI PEMBIMBING

MODUL PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA BAGI PEMBIMBING TUT WURI HANDAYANI MODUL PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA BAGI PEMBIMBING DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 PENGANTAR Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia PPL BLOK WAKTU Oleh: 1. Pendahuluan a) Latar Belakang Program Pengalaman Lapangan Kependidikan bagi mahasiswa LPTK merupakan salah satu mata kuliah wajib dari kelompok MKPBM dengan bobot 4 SKS. Dalam pelaksanaannya,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH ONLINE (KTI ONLINE) TAHUN 2009 BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH ONLINE (KTI ONLINE) TAHUN 2009 BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH ONLINE (KTI ONLINE) TAHUN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara antara lain melalui peningkatan kualifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam

gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam Unit 8 gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam A. PENGANTAR Banyak upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

Langkah-langkah Menuju Sekolah Adiwiyata

Langkah-langkah Menuju Sekolah Adiwiyata Langkah-langkah Menuju Sekolah Adiwiyata Panduan ini diberikan kepada sekolah dan Pembina dalam mewujudkan sebuah sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Tahapan tersebut menjadi sebuah rangkaian

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF BAGI KEPALA SEKOLAH

KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF BAGI KEPALA SEKOLAH KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF BAGI KEPALA SEKOLAH OLEH A. MULIATI, AM Kepala sekolah dalam meningkatkan profesonalisme guru diakui sebagai salah satu faktor yang sangat penting dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN M. Syaom Barliana Universitas Pendidikan Indonesia L A T A R B E L A K A N G Peningkatan kualitas

Lebih terperinci

FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI Bagian 1: Rincian Data Pemohon Sertifikasi Pada bagian ini, cantumkan data pribadi, data pendidikan formal serta data pekerjaan anda pada saat ini.

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN MUTU. KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) Dr. SURYO PRATOLO & REKAN

SISTEM PENGENDALIAN MUTU. KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) Dr. SURYO PRATOLO & REKAN KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) Dr. SURYO PRATOLO & REKAN A. Pendahuluan Untuk menjamin Kantor Jasa Akuntansi (KJA) Dr. Suryo Pratolo & Rekan bekerja secara profesional dan menjaga etika profesi, maka perlu

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan i KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Uji Kompetensi merupakan suatu bentuk penilaian berbasis kompetensi telah dicanangkan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode

Lebih terperinci

STANdAR PENGENDALIAN MUTU 1 PENGENDALIAN MUTU BAGI KJA YANG MELAKSANAKAN PERIKATAN SELAIN PERIKATAN ASURANS

STANdAR PENGENDALIAN MUTU 1 PENGENDALIAN MUTU BAGI KJA YANG MELAKSANAKAN PERIKATAN SELAIN PERIKATAN ASURANS STANdAR PENGENDALIAN MUTU PENGENDALIAN MUTU BAGI KJA YANG MELAKSANAKAN PERIKATAN SELAIN PERIKATAN ASURANS Tanggapan tertulis atas exposure draft paling lambat diterima pada Agustus 0. Dewan Standar Profesi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

Melakukan Pendampingan yang Efektif

Melakukan Pendampingan yang Efektif Kegiatan 3: Simulasi Pendampingan Menggunakan Panduan (70 menit) (1) Fasilitator membagikan Handout Peserta 2.1: Lima Langkah Pendampingan yang Efektif, peserta mempelajarinya, kemudian fasilitator memberi

Lebih terperinci

UNIT 6 : ASESMEN DAN EVALUASI

UNIT 6 : ASESMEN DAN EVALUASI UNIT 6 : ASESMEN DAN EVALUASI UNIT 6 : ASESMEN DAN EVALUASI UNIT 6 : ASESMEN DAN EVALUASI Waktu : 3 jam A. PENDAHULUAN Asesmen adalah pengumpulan bukti yang diilakukan secara sengaja, sistematis, dan

Lebih terperinci

A. Apa itu Portofolio Sekolah?

A. Apa itu Portofolio Sekolah? Portofolio Sekolah Gambaran Umum i A. Apa itu Portofolio Sekolah? 1. Map A-4: Portofolio Sekolah adalah sebuah buku/map yang berisi serangkaian materi, termasuk di dalamnya foto-foto dan dokumen-dokumen.

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN DAN PENILAIAN PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA. NOVI IHWANNUDIN,S.Pd NIP

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN DAN PENILAIAN PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA. NOVI IHWANNUDIN,S.Pd NIP LAPORAN HASIL PELAKSANAAN DAN PENILAIAN PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA NOVI IHWANNUDIN,S.Pd NIP 19811127 201406 1 004 PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA UPTD DIKPORA KECAMATAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 21.1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 21.1 TAHUN 2013 TENTANG 1 BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 21.1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 2 No. 1 Hal. 173-180 ISSN (Print) : 2337-6198 Januari Juni 2014 ISSN (Online) : 2337-618X Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas Nurhasnah Manurung Dosen Kopertis Wilayah I Dpk. FKIP UISU Medan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum MTs Negeri Kendal MTs Negeri Kendal merupakan salah satu lembaga pendidikan formal setingkat pendidikan menengah yang berada di Kendal. Berdirinya MTs

Lebih terperinci

OLEH : NINING SRININGSIH, M.PD NIP

OLEH : NINING SRININGSIH, M.PD NIP HAND OUT MATA KULIAH KELOMPOK BERMAIN KODE MK/SKS : UD 408/2 SKS OLEH : NINING SRININGSIH, M.PD NIP. 132 316 930 1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar Kata Pengantar Pertama-tama, kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang atas izinnya revisi Pedoman Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), yaitu Pedoman KNAPPP

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MANAJEMEN KINERJA. Manajemen Kinerja Pertemuan ke-13

PEMBELAJARAN MANAJEMEN KINERJA. Manajemen Kinerja Pertemuan ke-13 PEMBELAJARAN MANAJEMEN KINERJA 1 Manajemen Kinerja Pertemuan ke-13 Sub Pokok Bahasan Pertemuan ke-13 2 Dasar pemikiran manajemen kinerja Kontribusi manajemen kinerja Pembelajaran manajemen kinerja formal

Lebih terperinci

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 12/BNSP.214/XII/2013 Tentang PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK Versi 0 Desember 2013 Lampiran :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ` PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa salah satu syarat

Lebih terperinci

DESKRIPSI JABATAN. Dewan Legislatif Oregon BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN. Tanggal Efektif September 2007

DESKRIPSI JABATAN. Dewan Legislatif Oregon BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN. Tanggal Efektif September 2007 Dewan Legislatif Oregon DESKRIPSI JABATAN BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN Tanggal Efektif September 2007 Tingkat Klasifikasi Nomor Klasifikasi CALA-4, (ini merupakan level keempat dari klasifikasi empat seri)

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dicanangkannya pekerjaan guru sebagai suatu profesi, guru diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dicanangkannya pekerjaan guru sebagai suatu profesi, guru diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dengan dicanangkannya pekerjaan guru sebagai suatu profesi, guru diharapkan memiliki dan menguasai keahlian yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI A. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini peningkatan produktifitas dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah pesat mengingat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi dunia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum menjadi komponen acuan oleh setiap satuan pendidikan. Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, selain itu juga

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Pelaksanaan Orientasi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal September

Lebih terperinci

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru. PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR UU No 14 Tahun 2005 Tentang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama BAB V PENUTUP Semua analisa dan pembahasan didasarkan pada dokumen dan data yang diperoleh dari penggalian informasi dari staf tersebut mendukung hubungan antara penerapan model penilaian kinerja staf

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PK GURU KELAS/MATA PELAJARAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PK GURU KELAS/MATA PELAJARAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PK GURU KELAS/MATA PELAJARAN 41 LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU KELAS/MATA PELAJARAN Lampiran 1B Nama Guru NIP/Nomor Seri Karpeg Pangkat /Golongan Ruang Terhitung Mulai

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU

PROBLEMATIKA KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU PROBLEMATIKA KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU Eliterius Sennen Dosen PGSD STKIP Santu Paulus Ruteng e-mail: eliterius63@yahoo.com ABSTRAK Dalam konteks pendidikan di Indonesia, masalah tentang mutu

Lebih terperinci

2. Pelaksanaan Unit Kompetensi ini berpedoman pada Kode Etik Humas/Public Relations Indonesia yang berlaku.

2. Pelaksanaan Unit Kompetensi ini berpedoman pada Kode Etik Humas/Public Relations Indonesia yang berlaku. KODE UNIT : KOM.PR03.001.01 JUDUL UNIT : Melaksanakan Master of Ceremony DESKRIPSI UNIT : Unit ini berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki untuk menjadi seorang Master

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN BAN-PT AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN BUKU VII PEDOMAN ASESMEN LAPANGAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI JAKARTA 2014 DAFTAR ISI halaman DAFTAR ISI 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2 BAB II 3 PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya yang harus selalu ditingkatkan mutu dan kualitasnya. Peningkatan mutu pendidikan sejalan

Lebih terperinci

NOMOR: 1 7/PER/BP-BRR/IV /2006 TENTANG

NOMOR: 1 7/PER/BP-BRR/IV /2006 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR: 1 7/PER/BP-BRR/IV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kehidupan masa mendatang cenderung semakin kompleks dan penuh tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap insan yang kompeten

Lebih terperinci

Annisa Restu Purwanti, 2015 MANAJEMEN PEMBINAAN PESERTA DIDIK FULL DAY SCHOOL

Annisa Restu Purwanti, 2015 MANAJEMEN PEMBINAAN PESERTA DIDIK FULL DAY SCHOOL BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan berikut : manajemen pembinaan peserta didik di SDIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BAGI GURU DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN TERINTEGRASI (Buku 1)

PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN TERINTEGRASI (Buku 1) 1 PEDOMAN SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN TERINTEGRASI (Buku 1) TIM SERTIFIKASI DOSEN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012 2 TUJUAN SERDOS 1. Menilai profesionalisme

Lebih terperinci

BAB VII MONITORING DAN EVALUASI

BAB VII MONITORING DAN EVALUASI 7.1. Pengertian BAB VII MONITORING DAN EVALUASI Dalam konteks penyelenggaraan Program BERMUTU, kegiatan Monitoring dan Evaluasi (M&E) diartikan sebagai kegiatan memantau dan melakukan evaluasi berbagai

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI Bagian 1: Rincian Data Pemohon Sertifikasi Pada bagian ini, cantumkan data pribadi, data pendidikan formal, serta data pekerjaan anda pada saat ini.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBIMBINGAN AKADEMIK

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBIMBINGAN AKADEMIK STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Disiapkan oleh, Diperiksa oleh, Disahkan oleh, Muchlis, S.Kom., M.Si Ketua Tim Standar Proses Pembelajaran Yeni Yuliana, S.Sos.I., M.Pd.I Ariansyah, S.Kom., M.Kom Ketua Penjaminan

Lebih terperinci

PROSES AUDIT. Titien S. Sukamto

PROSES AUDIT. Titien S. Sukamto PROSES AUDIT Titien S. Sukamto TAHAPAN AUDIT Proses audit terdiri dari tahapan berikut : 1. Planning (Perencanaan) 2. Fieldwork and documentation (Kunjungan langsung ke lapangan dan Dokumentasi) 3. Issue

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU; ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN REALITA. Oleh: Cepi Triatna, M.Pd. *)

SERTIFIKASI GURU; ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN REALITA. Oleh: Cepi Triatna, M.Pd. *) SERTIFIKASI GURU; ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN REALITA Oleh: Cepi Triatna, M.Pd. *) A. Pendahuluan Isu utama terkait dengan guru pra sertifikasi adalah kesejahteraan dan kualitas guru. Kesejahteraan terkait

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN. dan lingkungan mengalir melalui tahap-tahap yang saling berkaitan ke arah

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN. dan lingkungan mengalir melalui tahap-tahap yang saling berkaitan ke arah 76 BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN Manajemen strategik pada prinsipnya adalah suatu proses, di mana informasi masa lalu, masa sekarang dan juga masa mendatang dari suatu kegiatan dan lingkungan mengalir

Lebih terperinci

JURUSAN/PRODI TEKNIK SIPIL

JURUSAN/PRODI TEKNIK SIPIL Halaman : Halaman i dari 40 HALAMAN JUDUL BUKU Oleh : TIM PENYUSUN JURUSAN/PRODI TEKNIK SIPIL PROGRAM STUDI/JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN TAHUN 2015 i Halaman : Halaman ii dari 40

Lebih terperinci

STANDAR PERIKATAN AUDIT

STANDAR PERIKATAN AUDIT EXPOSURE DRAFT EXPOSURE DRAFT STANDAR PERIKATAN AUDIT ( SPA ) 300 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN Exposure draft ini diterbitkan oleh Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini di dalam dunia pendidikan, keberadaan guru merupakan salah satu faktor yang signifikan baik dalam peran maupun fungsinya. Guru merupakan bagian komponen

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR 53 LAMPIRAN

Lebih terperinci

Pedoman Pelaksanaan Penyaluran Tunjangan Profesi Pendidik Melalui Dana Dekonsentrasi

Pedoman Pelaksanaan Penyaluran Tunjangan Profesi Pendidik Melalui Dana Dekonsentrasi 00 PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI MELALUI DANA DEKONSENTRASI DIREKTORAT PROFESI PENDIDIK DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan observasi peran kepemimpinan kepala sekolah dalam memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten Batang Hari,

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

Modul PIGP bagi Pengawas Sekolah/Madrasah

Modul PIGP bagi Pengawas Sekolah/Madrasah TUT WURI HANDAYANI DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 ii Modul PIGP bagi Pengawas Sekolah/Madrasah Modul PIGP bagi Pengawas Sekolah/Madrasah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan

Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan Ikhtisar Layanan Keterangan Layanan ini ("Keterangan Layanan") ditujukan untuk Anda, yakni pelanggan ("Anda" atau "Pelanggan") dan pihak Dell yang

Lebih terperinci

STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPERAWATAN INDONESIA

STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPERAWATAN INDONESIA STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPERAWATAN INDONESIA PENYUSUN Bidang DIKLAT Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA Sekretariat: Jl. Jaya Mandala Raya

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2

A. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2 PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI TAHUN 2009 DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2009 KATA PENGANTAR Undang-Undang Republik

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL (MONEVIN) PROGRAM HIBAH KOMPETISI (PHK)

MANUAL PROSEDUR MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL (MONEVIN) PROGRAM HIBAH KOMPETISI (PHK) MANUAL PROSEDUR MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL (MONEVIN) PROGRAM HIBAH KOMPETISI (PHK) UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2006 Ruang Lingkup Lingkup monevin adalah proposal PHK dan implementasi PHK yang diajukan

Lebih terperinci