TINJAUAN PUSTAKA Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Secara ekologis HHBK tidak memiliki perbedaan fungsi dengan hasil hutan kayu, karena sebagian besar HHBK merupakan bagian dari pohon. Istilah Hasil Hutan Non Kayu semula disebut Hasil Hutan Ikutan merupakan hasil hutan yang berasal dari bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang diperlukan oleh masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan baku untuk suatu industri. Definisi HHBK seperti dirumuskan oleh pemerintah melalui Departemen Kehutanan (Permenhut: 35/MENHUT-II/2007) adalah hasil hutan baik nabati dan hewani beserta produk turunan dan budidayanya kecuali kayu. Pada umumnya HHBK merupakan hasil sampingan dari sebuah pohon, misalnya getah, daun, kulit, buah dan lain-lain atau berupa tumbuhan-tumbuhan yang memiliki sifat khusus seperti rotan, bambu dan lain-lain. Adapun HHBK yang dimanfaatkan dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat, menurut Sumadiwangsa (2000) dalam Sudarmalik et al. (2006) dapat dibedakan menjadi beberapa bagian sebagai berikut : 1. Getah-getahan : Getah jelutung, getah merah, getah balam, getah karet alam dan lain-lain, 2. Tanin : Pinang, Gambir, Rhizophora, Bruguiera, dan lain-lain, 3. Resin : Gaharu, Kemedangan, Jernang, Damar mata kucing, Damar batu, Damar rasak, Kemenyan dan lain-lain, 4. Minyak atsiri : Minyak gaharu, Minyak kayu putih, Minyak Keruing, Minyak lawang, Minyak kayu manis, 5. Madu : Apis dorsata, Apis melliafera, 6. Rotan dan Bambu : Segala jenis rotan, Bambu dan Nibung, 7. Penghasil Karbohidrat : Sagu, Aren, Nipah, Sukun dan lain-lain, 8. Hasil Hewan : Sutra alam, Lilin lebah, Aneka hewan yang tidak dilindungi, 9. Tumbuhan Obat dan Tanaman Hias: Aneka tumbuhan obat dari hutan, anggrek hutan, palmae, pakis dan lain-lain. Pemungutan HHBK umumnya merupakan kegiatan tradisional dari masyarakat yang berada di sekitar hutan, bahkan di beberapa tempat, kegiatan

2 8 pemungutan HHBK merupakan kegiatan utama sebagai sumber kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebagai contoh, pengumpulan rotan, pengumpulan berbagai getah kayu seperti getah kayu Agathis (kopal), atau getah kayu lainnya. Pemasaran Pasar adalah pembeli atau konsumen potensial yang mempunyai keinginan, kemampuan, dan kewenangan untuk melakukan transaksi. Pasar oleh Roshetko dan Yuliyanti (2001) didefinisikan sebagai keseluruhan permintaan dari suatu produk di suatu tempat dan waktu yang ditentukan, dalam kondisi yang spesifik. Jelaslah bahwa pasar suatu produk tidak selalu sama dengan pasar produk lain; pasar pada suatu tempat tidak selalu sama dengan di tempat lain; pasar pada waktu tertentu tidak selalu sama dengan pasar pada kurun waktu yang lain. Selain itu, pasar adalah dinamis. Kondisi dan interaksinya selalu berubah. Pasar sekarang, sekalipun untuk produk yang sama, mungkin saja sangat berbeda dengan pasar tahun sebelumnya. Oleh sebab itu, penting untuk memelihara hubungan pasar dan memperbaharui informasi pasar secara berkesinambungan. Pemasaran atau sering juga disebut tataniaga adalah suatu proses pertukaran yang meliputi kegiatan untuk memindahkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen (Azzaino 1980 dalam Qurniati 2002). Pemasaran menciptakan time utility, place utility, dan possession utility (Wasis 1992). Terdapat empat pendekatan dalam menganalisis pemasaran yang digunakan secara bersama-sama atau secara sendiri-sendiri (Limbong dan Sitorus 1987), yaitu sebagai berikut: 1). Pendekatan fungsi, yaitu pendekatan yang mempelajari fungsi pemasaran apa yang dilakukan oleh pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. 2). Pendekatan lembaga, yaitu pendekatan yang mempelajari bermacam-macam lembaga yang terlibat dalam proses penyaluran komoditas dari produsen ke konsumen. Pelaku-pelaku itu adalah pedagang perantara yang terdiri dari pedagang pengumpul dan pengecer, pedagang spekulan, pengolah dan organisasi-organisasi yang memberikan fasilitas pemasaran.

3 9 3). Pendekatan barang, yaitu pendekatan yang menekankan perhatian terhadap kegiatan atau tindakan yang diperlakukan terhadap barang dan jasa selama proses penyampaiannya mulai dari titik produsen sampai ke titik konsumen. Pendekatan barang hanya menekankan pada barang atau jasa yang hendak diamati. 4). Pendekatan sistem, yaitu pendekatan yang mempelajari suatu kumpulan komponen-komponen yang bekerja bersama-sama dalam suatu cara organisasi. Komponen-komponen tersebut terdiri dari struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemasaran menurut Sudiyono (2001) pada prinsipnya digolongkan ke dalam tiga tipe fungsi pemasaran, yaitu sebagai berikut. 1). Fungsi pertukaran, adalah kegiatan memperlancar perpindahan hak milik dari barang atau jasa yang dipasarkan. Fungsi ini terdiri dari dua fungsi yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan. 2). Fungsi fisik, adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk, dan waktu. Fungsi fisik meliputi fungsi penyimpanan, fungsi pengolahan, dan fungsi pengangkutan. 3). Fungsi penyediaan fasilitas, adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen ke konsumen. Fungsi ini terdiri dari fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar. Efisiensi Pemasaran Sistem pemasaran yang efisien menurut Mubyarto (1998) adalah (1) mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen ke konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya, dan (2) mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang harus dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam produksi dan pemasaran komoditi tersebut. Menurut Purcell (1979), ada dua tipe efisiensi dalam kaitannya dengan pemasaran, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi harga. Efisiensi teknis merujuk

4 10 pada hubungan input-output yang terlibat dalam tugas pemanfaatan produksi di seluruh sistem pemasaran. Di sini biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses untuk membawa suatu komoditi ke tangan konsumen meliputi biaya angkutan, biaya penyimpanan, dan biaya pengubahan bentuk. Sedangkan efisiensi harga merupakan konsep yang merujuk pada kemampuan sistem untuk mempengaruhi perubahan dan mendorong alokasi ulang sumberdaya-sumberdaya agar dapat mempertahankan kesesuaian dengan apa yang dibutuhkan konsumen. Mekanisme harga berfungsi sebagai sistem komunikasi untuk meneruskan informasi mengenai keinginan masyarakat konsumen kepada produsen. Efisiensi pemasaran juga ditentukan oleh keadaan struktur pasar pada setiap mata rantai saluran pemasaran. Untuk mengetahui struktur pasar tersebut harus dilakukan pengamatan mengenai organisasi pasar. Secara umum organisasi pasar digolongkan ke dalam tiga komponen, yaitu struktur pasar (market structure), perilaku pasar (market conduct), dan keragaan pasar marjin pemasaran (market performance). Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran seperti konsentrasi, deskripsi product dan product differentation, syarat-syarat entry, dan sebagainya (Limbong 1991 dalam Khairida 2002). Struktur pasar dicirikan oleh konsentrasi pasar, diferensiasi produk, dan kebebasan keluar-masuk pasar. Pasar berdasarkan strukturnya digolongkan atas pasar bersaing sempurna dan pasar bersaing tidak sempurna. Pasar bersaing sempurna dicirikan oleh banyak jumlah penjual dan pembeli; setiap penjual dan pembeli hanya menguasai sebagian kecil dari produk yang ada di pasar, oleh karena itu satu orang penjual atau satu orang pembeli tidak dapat mempengaruhi harga; produk yang dipasarkan homogen; pembeli dan penjual bebas keluar masuk pasar. Pasar bersaing tidak sempurna menurut Dahl dan Hammond (1997) dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pembeli (konsumen) dan dari sisi penjual (produsen). Dari sisi pembeli diantaranya termasuk pasar persaingan monopolistik, monopsoni, dan oligopsoni. Sedangkan dilihat dari sisi penjual terdiri dari pasar monopoli dan oligopoli. Karakteristik struktur pasar juga dapat dilihat dari pengetahuan yang diperlukan untuk

5 11 memasuki pasar, modal yang dibutuhkan, dan market share yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat. Perilaku pasar merupakan pola tingkah laku dari lembaga-lembaga pemasaran dalam struktur pasar tertentu yang meliputi kegiatan penjualan, pembelian, penentuan harga dan kerjasama antar lembaga pemasaran (Saefudin 1981 dalam Khairida 2002). Perilaku pasar tersebut dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga pemasaran tersebut. Struktur pasar dan perilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui peubah harga, biaya dan marjin pemasaran, serta jumlah komoditas yang diperdagangkan (Dahl dan Hammond 1977). Keragaan marjin pemasaran merupakan perbedaan harga di berbagai tingkatan sistem pemasaran. Marjin pemasaran didefenisikan sebagai perbedaan harga di tingkat petani dan pengecer (Dahl dan Hammond 1977). Saluran Pemasaran American Marketing Association (AMA) mendefenisikan saluran pemasaran sebagai suatu jaringan terorganisir dari badan-badan dan lembaga-lembaga yang dalam bentuk kombinasi melaksanakan semua kegiatan untuk menghubungkan semua produsen dengan semua pengguna untuk menyelesaikan tugas-tugas pemasaran (Limbong dan Sitorus 1987). Panjang pendeknya saluran pemasaran suatu barang niaga ditandai dengan berapa banyaknya pedagang perantara yang dilaluinya sejak dari produsen hingga konsumen akhir. Panjang pendeknya saluran tataniaga yang dilalui oleh suatu produk bergantung pada jarak antara produsen ke konsumen, cepat-tidaknya produk rusak, skala produksi, keuangan pengusaha, dan lain-lain. Dalam pemasaran suatu komoditi terlibat beberapa badan atau lembaga mulai dari produsen, lembagalembaga perantara, dan konsumen. Sebagian besar produsen bekerjasama dengan perantara pemasaran untuk membawa produk mereka ke pasar. Perantara pemasaran tersebut membentuk suatu saluran pemasaran (disebut juga saluran distribusi atau saluran perdagangan). Badan atau lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran untuk memperlancar distribusi suatu komoditi dikenal sebagai

6 12 perantara (midlement intermediary). Badan atau lembaga ini dapat berbentuk perseorangan, perserikatan, ataupun perseroan. Marjin Pemasaran Dahl dan Hammond (1977) mendefenisikan marjin pemasaran sebagai perbedaan harga tingkat petani dengan harga tingkat pengecer. Sedangkan nilai marjin pemasaran adalah perkalian antara marjin pemasaran dengan jumlah produk yang dipasarkan atau mengandung pengertian marketing cost dan marketing charges. Tingginya marjin dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berpengaruh dalam proses kegiatan pemasaran antara lain ketersediaan fasilitas fisik pemasaran, yaitu pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, resiko kerusakan, dan lain-lain. Konsep marjin pemasaran berkaitan erat dengan bagian harga yang diterima oleh petani, yang dinyatakan dalam persentase. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui porsi harga yang berlaku di tingkat konsumen yang dinikmati petani. Sistem harga dan mekanisme pembentukan harga ditentukan lebih banyak oleh faktor waktu, tempat, dan pasar yang akan mempengaruhi keadaan penawaran dan permintaan. Pembentukan harga suatu komoditi pada setiap tingkat pasar tergantung pada struktur pasar tersebut (Dahl dan Hammond 1997). Salah satu indikasi untuk menentukan apakah suatu sistem pemasaran efisien atau tidak adalah dengan membandingkan nilai nisbah marjin keuntungan pemasaran antara lembaga pemasaran yang satu dengan lembaga pemasaran yang lain. Apabila nilai nisbah marjin keuntungan antar lembaga pemasaran adalah sama, maka sistem pemasaran tersebut dapat dikatakan efisien. Demikian pula sebaliknya, jika selisih nilai nisbah marjin keuntungan antar lembaga-lembaga pemasaran adalah tidak sama dengan nol, maka sistem pemasaran tersebut dikatakan belum efisien (Triaksono 1995 dalam Qurniati Q 2002). Indikator marjin pemasaran sering digunakan dalam analisis efisiensi pemasaran karena melalui analisis marjin pemasaran dapat diketahui tingkat efisiensi operasional serta efisiensi harga (ekonomi) pemasaran (Saefuddin 1981 dalam Khairida 2002). Selanjutnya dijelaskan oleh Hamim (1989) dalam Khairida (2002) bahwa keuntungan penggunaan analisis marjin pemasaran adalah dapat

7 13 diketahui (1) perbandingan bagian keuntungan dari masing-masing lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran, (2) perbandingan bagian keuntungan dan biaya pemasaran, apakah cukup logis atau tidak dari berbagai lembaga yang terlibat, dan (3) bagaimana struktur pasar komoditas tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Konsep Pendapatan Pelaku-Pelaku Pemasaran Pendapatan secara umum dapat didefenisikan sebagai keuntungan dari pengurangan antara penerimaan total penjualan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Soekartawi (2002) menjelaskan bahwa biaya-biaya yang tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap seperti sewa tanah, pembelian alat-alat, dan lain-lain serta biaya tidak tetap seperti biaya untuk pembayaran tenaga kerja. Tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan dan tindakan. Biaya Transaksi dalam Pemasaran Adanya informasi yang asimetrik menyebabkan faktor utama yang mempengaruhi opsi individu atau kelompok dalam menentukan apakah suatu transaksi akan dilakukan dalam sistem pasar atau dalam sistem organisasi nonpasar ataupun jenis kelembagaan lainnya adalah besarnya biaya transaksi (Anwar 1997). Biaya transaksi diartikan dalam dua dimensi, yaitu frictionlessness dan explication (Williamson 1985 dalam Haris et al. 2000). Frictionlessness diartikan sebagai biaya yang berhubungan dengan friksi secara fisik dari suatu produk yang ditransaksikan. Sedangkan explication menyangkut biaya yang berhubungan dengan informasi, negosiasi, pemantauan, koordinasi, dan enforcement dari kontrak. Biaya transaksi dikelompokkan oleh Hobbs (1997) dalam Kurniawan (2003) ke dalam tiga jenis, yaitu biaya informasi, biaya negosiasi, dan biaya pemantauan (enforcement cost). Biaya informasi bersifat ex-ante pada suatu pertukaran termasuk di dalamnya biaya untuk menentukan mitra dalam pertukaran, yang sering menimbulkan persoalan buruknya pilihan (adverse selection), biaya mengumpulkan informasi harga, kualitas dan jumlah suatu produk. Biaya

8 14 negosiasi adalah biaya untuk melakukan transaksi secara fisik termasuk biaya komisi, biaya negosiasi syarat-syarat kontrak pertukaran dan biaya membuat kontrak formal. Biaya pemantauan timbul secara ex-post dari suatu pertukaran meliputi biaya pemantauan pelaksanaan syarat-syarat kontrak seperti standar kualitas produk dan cara pembayaran, akibat adanya persoalan bencana moral. Keterbatasan individu untuk memperoleh informasi yang lengkap serta keterbatasan kemampuan untuk mengolah informasi yang ada dalam keadaan ketidakpastian, cenderung membuat individu itu mengarah pada perilaku yang bersifat oportunistik. Hal ini menyebabkan timbulnya konsep biaya transaksi yang didasarkan pada asumsi bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam menentukan pilihannya. Dalam suatu proses perdagangan, adanya biaya transaksi akan memperkecil keuntungan yang diperoleh oleh pelaku-pelaku perdagangan. Biaya-biaya transaksi proporsional menciptakan suatu kesenjangan antara harga pembelian dan harga penjualan. Semakin tingginya biaya transaksi maka semakin kecil volume agregat perdagangan dan dengan adanya biaya transaksi yang tinggi menyebabkan tidak terjadinya pertukaran di seluruh pasar (Hirshleifer 1985 dalam Sukmadinata 1995). Hal ini dapat diartikan bahwa tingginya biaya transaksi akan menyebabkan tidak efisiennya suatu sistem pemasaran, karena akan memperkecil bagian yang akan diterima oleh suatu lembaga pemasaran. Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan alternatif untuk mengidentifikasikan berbagai faktor secara sistematis dalam memformulasikan kebijakan strategis. Hal ini karena kebijakan yang baik disusun berdasarkan atas telaahan tentang kondisi dan kenyataan yang ada di lapangan, untuk dikaji berbagai faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Selain itu, perlu dicermati berbagai faktor yang mungkin akan muncul di kemudian hari, sehingga diharapkan ada antisipasi terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi (Rangkuti 2006). Menurut Rangkuti (2006), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu kegiatan, didasarkan pada logika untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang; sekaligus dapat

9 15 meminimalkan kelemahan dan ancaman. Selanjutnya dikatakan bahwa proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Rangkuti (2006) menjelaskan bahwa SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses). Tinjauan Studi Terdahulu HHBK dari aspek ekonomi dapat berperan sebagai salah satu sumber penghasilan baik bagi masyarakat maupun pemerintah. Beberapa penelitian tentang HHBK di wilayah Maluku telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya adalah aspek ekonomi pengolahan minyak kayu putih (Maarthen 1998), nilai ekonomi total hutan kayu putih (Parera 2005), dan hubungan perilaku komunikasi dengan perilaku usahatani petani minyak kayu putih (Puttileihalat 2007). Maarthen (1998) mengambil lokasi penelitian pada Kecamatan Buru Utara Timur, Kabupaten Maluku Tengah (sekarang adalah Kabupaten Buru). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa usahatani penyulingan minyak kayu putih di lokasi penelitian yang masih bersifat tradisional ternyata sangat menguntungkan bagi petani penyuling dilihat dari pendapatan yang diperoleh dalam setahun sebesar Rp Hasil analisis kepekaaan terhadap perubahan peningkatan dan penurunan harga sebesar 10 persen dari harga semula menunjukkan keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif. Hasil penelitian Parera (2005) menunjukkan bahwa nilai ekonomi total hutan kayu putih di Desa Piru Kabupaten Seram Bagian Barat adalah Rp /ha/tahun dimana nilai ekonomi yang terbesar diperoleh dari nilai guna langsung (nilai daun kayu putih, nilai kayu bakar, dan nilai air), yaitu Rp /ha/tahun (98,45 %). Kontribusi hutan kayu putih terhadap pendapatan rumah tangga 55,75 % atau Rp /tahun, dan terhadap pendapatan daerah adalah 95,99 % atau Rp /tahun.

10 16 Puttileihalat (2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku komunikasi (sentralitas lokal, sentralitas global, kebersamaan, keterdedahan media massa) dengan perilaku usahatani petani minyak kayu putih (pengetahuan, sikap, dan tindakan) di Desa Piru, Kabupaten SBB. Hal ini berarti bahwa perilaku komunikasi dapat menentukan perilaku petani dalam melakukan kegiatan usahatani penyulingan minyak kayu putih dengan cara komunikasi interpersonal melalui hubungan-hubungan interpersonal petani (kontak dengan sesama petani, kontak dengan penyuluh, kontak dengan kepala desa, dan kontak dengan sumber-sumber informasi lainnya) dan keterdedahan petani pada media massa. Hal ini dapat memberikan efek pada pengetahuan, sikap dan tindakan petani, yang mengarah pada proses perubahan tingkah laku dalam pelaksanaan kegiatan usahatani penyulingan minyak kayu putih. Dengan demikian, komunikasi interpersonal melalui hubungan-hubungan interpersonal petani dan keterdedahan petani pada media massa dapat menjadi kunci keberhasilan petani dalam pengembangan usahatani minyak kayu putih di Desa Piru. Beberapa penelitian lain tentang HHBK, selain yang disebutkan di atas, yang pernah dilakukan di Provinsi Maluku lebih banyak difokuskan kepada aspek pengolahan dan budidaya minyak kayu putih, antara lain dilakukan oleh Siaila (2004) dan Soukotta (2001). Siaila (2004) memfokuskan penelitiannya pada pengaruh masak fisiologis kayu terhadap rendemen minyak kayu putih, sedangkan Soukotta (2001) memfokuskan penelitiannya pada pengaruh alelopati ekstrak akar kayu putih terhadap pertumbuhan anakan Lamtoro gung (Leucaena leucephala, Lam de witt).

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon. Penekanan hutan sebagai suatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, dimana responden petani dipilih dari desa-desa penghasil HHBK minyak kayu putih,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pemasaran Mubyarto (1977), mengemukakan bahwa di Indonesia istilah tataniaga disamakan dengan pemasaran atau distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang membawa atau menyampaikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tropika yang terdiri dari sub ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah, sub

TINJAUAN PUSTAKA. tropika yang terdiri dari sub ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah, sub TINJAUAN PUSTAKA Taman Nasional Batang Gadis Kawasan Taman Nasional Batang Gadis yang berasal dari kawasan hutan lindung dan hutan produksi dengan luas ±108.000 Ha yang ditetapkan sejak zaman penjajahan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN Tataniaga Pertanian atau Pemasaran Produk-Produk Pertanian (Marketing of Agricultural), pengertiannya berbeda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Pasar dan Pemasaran Pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk bertukar barang-barang mereka. Pasar merupakan suatu yang sangat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis digunakan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Secara umum sistem pemasaran komoditas pertanian termasuk hortikultura masih menjadi bagian yang lemah dari aliran komoditas. Masih lemahnya pemasaran komoditas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) istilah tataniaga dan pemasaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem dikarenakan hubungan antara masyarakat tumbuh tumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor TINJAUAN PUSTAKA Saluran dan Lembaga Tataniaga Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor konsumsi barang-barang dan jasa dikonsumsi oleh para konsumen. Jarak antara kedua

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran,

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tanaman Melinjo Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dengan tanda-tanda : bijinya tidak terbungkus daging tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 69 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Secara ekologis HHBK tidak memiliki perbedaan fungsi dengan hasil hutan kayu, karena sebagian besar HHBK merupakan bagian dari pohon. Istilah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan pemasaran. Para ahli telah mendefinisikan pemasaran atau

Lebih terperinci

III. KERANGKA KONSEPTUAL

III. KERANGKA KONSEPTUAL III. KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Structure-Conduct Performance Model Pendekatan Structure, Conduct, and Performance (SCP) adalah pendekatan organisasi pasar atau pelaku pasar yang mencakup atau mengkombinasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Salak Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak merupakan tanaman

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran merupakan konsep dalam mencari kebenaran deduktif atau secara umum ke khusus. Pada kerangka pemikiran teoritis penelitian ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. non bahan bakar, sumber energi non-mineral, misalnya panas bumi, angin, sumber

TINJAUAN PUSTAKA. non bahan bakar, sumber energi non-mineral, misalnya panas bumi, angin, sumber TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam Secara umum klasifikasi sumber daya alam terbagi ke dalam bentuk, yaitu: lahan pertanian, hutan dengan aneka ragam hasilnya, lahan alami untuk keindahan (rekreasi), perikanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI

ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc. Judul Kegiatan : Budidaya

Lebih terperinci

Gambar 2. Ikan Koi Sumber : Dokumentasi penelitian

Gambar 2. Ikan Koi Sumber : Dokumentasi penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Koi Ikan koi merupakan keturunan dari ikan karper hitam atau ikan mas yang melalui proses perkawinan silang yang menghasilkan keturunan dengan bentuk tubuh indah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah menetapkan beberapa

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah menetapkan beberapa 12 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Manggis sebagai komoditas unggulan nasional Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah menetapkan beberapa komoditas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani 6 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Kelayakan Usahatani II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soeharjo dkk (1973) dalam Assary (2001) Suatu usahatani dikatakan layak atau berhasil apabila usahatani tersebut dapat menutupi

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pasar Definisi yang tertua dan paling sederhana bahwa pasar adalah sebagai suatu lokasi secara fisik dimana terjadi jual beli atau suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam dari sektor kehutanan merupakan salah satu penyumbang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam dari sektor kehutanan merupakan salah satu penyumbang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam yang dimiliki negara Indonesia sangatlah beragam, sumber daya alam dari sektor kehutanan merupakan salah satu penyumbang bagi perekonomian Indonesia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Kehadiran agroforestri sekarang ini semakin dibutuhkan karena mempunyai manfaat yang bersifat ekonomis, sosial dan ekologis. Agroforestri merupakan suatu cabang ilmu

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 49 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan, sejak bulan Mei hingga Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di tujuh (7) pasar (Lampiran 2a dan 2b),

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Kepiting adalah binatang crustacea. Hewan yang dikelompokkan ke dalam Filum Athropoda, Sub Filum Crustacea, Kelas Malacostraca, Ordo Decapoda, Suborder Pleocyemata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kerangka Teoritis 2.1.1. Pemasaran Pemasaran menarik perhatian yang sangat besar baik oleh perusahaan, lembaga maupun suatu negara. Terjadi pergeseran kebutuhan sifat dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Usahatani Komoditas Gambir Penelitian usahatani gambir yang dilakukan oleh Yuhono (2004), Ermiati (2004) dan Tinambunan (2007), masing-masing memiliki metode, lokasi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan A. Sapi Bali BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan banteng (Bibos) yang telah mengalami

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Tataniaga Tataniaga adalah suatu kegiatan dalam mengalirkan produk dari produsen (petani) sampai ke konsumen akhir. Tataniaga erat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tataniaga Pertanian Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. Pemasaran adalah kegiatan mengalirkan barang dari produsen ke konsumen akhir

Lebih terperinci

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian BIAYA, KEUNTUNGAN DAN EFISIENSI PEMASARAN 1) Rincian Kemungkinan Biaya Pemasaran 1. Biaya Persiapan & Biaya Pengepakan Meliputi biaya pembersihan, sortasi dan grading

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah bawang merah ( Allium ascalonicum ). Banyaknya manfaat yang dapat diambil dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pupuk Bersubsidi Pupuk bersubsidi ialah pupuk yang pengadaanya dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebtuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gapoktan Bunga Wortel Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penetuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Tataniaga Pertanian Menurut Limbong dan Sitorus (1985), tataniaga pertanian adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan

Lebih terperinci

MENGGALAKAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU SEBAGAI PRODUK UNGGULAN

MENGGALAKAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU SEBAGAI PRODUK UNGGULAN MENGGALAKAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU SEBAGAI PRODUK UNGGULAN Hidayat Moko I. PENDAHULUAN Keragaman jenis tanaman hutan Indonesia sudah banyak diketahui manfaatnya, baik manfaat langsung (tangible) maupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Agroforestrimerupakan komoditas tanaman yang kompleks, yang

TINJAUAN PUSTAKA. Agroforestrimerupakan komoditas tanaman yang kompleks, yang 5 TINJAUAN PUSTAKA Agroforestri Agroforestrimerupakan komoditas tanaman yang kompleks, yang didominasi oleh pepohonan dan menyediakan hampir semua hasil dan fasilitas hutan alam.agroforestridapat dilaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bunga krisan dengan nama latin Chrysanthemum sp berasal dari dataran Cina. Bunga potong ini cukup populer dan menduduki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkomsumsi jamur (sebagai bahan pangan maupun bahan baku obat-obatan).

BAB I PENDAHULUAN. mengkomsumsi jamur (sebagai bahan pangan maupun bahan baku obat-obatan). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur adalah salah satu komoditas yang mempunyai masa depan cerah untuk dikembangkan, seiring semakin banyaknya orang yang mengetahui dan menyadari nilai gizi jamur

Lebih terperinci

Pemasaran Hasil Pertanian/Peternakan

Pemasaran Hasil Pertanian/Peternakan Pemasaran Hasil Pertanian/Peternakan 1 Definisi Pemasaran didefinisikan sebagai suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Ada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang (good product) maupun jasa (services product) dan konservasi. Produk

BAB I PENDAHULUAN. barang (good product) maupun jasa (services product) dan konservasi. Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan bukan kayu merupakan produk selain kayu yang dihasilkan dari bagian pohon atau benda biologi lain yang diperoleh dari hutan, berupa barang (good product)

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Menurut Anoraga (2000: 338), strategi adalah alat ukur sebuah organisasi

BAB II KERANGKA TEORI. Menurut Anoraga (2000: 338), strategi adalah alat ukur sebuah organisasi BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Strategi 2.1.1 Pengertian Strategi Menurut Anoraga (2000: 338), strategi adalah alat ukur sebuah organisasi dalam memilih tempat bisnis dan cara bagaimana berbisnis untuk bersaing.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Duku merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Indonesia. Sekarang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Duku merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Indonesia. Sekarang 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Produk Duku Duku merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Indonesia. Sekarang populasi duku sudah tersebar secara luas di seluruh pelosok nusantara.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat cocok ditanam didaerah tropis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman karet berasal dari bahasa latin, yaitu Havea brasiliensis, dari negara

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman karet berasal dari bahasa latin, yaitu Havea brasiliensis, dari negara 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Biologi Tanaman Karet Tanaman karet berasal dari bahasa latin, yaitu Havea brasiliensis, dari negara Brazil. Tanaman ini merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak merupakan tanaman asli Indonesia. Salak termasuk famili Palmae,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BAHAN HASIL PERTANIAN (KULIAH KE 1)

KLASIFIKASI BAHAN HASIL PERTANIAN (KULIAH KE 1) KLASIFIKASI BAHAN HASIL PERTANIAN (KULIAH KE 1) Oleh : Susinggih Wijana Jurusan Teknologi Industri Pertanian FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 DEFINISI BAHAN HASIL PERTANIAN Merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keragaaan Pemasaran Kopra Ada berbagai macam pengertian pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya, Drucker (1954) dalam Alma (2009 : 3), mengemukakan pemasaran yaitu

Lebih terperinci

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII RESEARCH BY Ricky Herdiyansyah SP, MSc Ricky Herdiyansyah SP., MSc rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII PEMASARAN : Aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun, komoditas ini juga memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) Nuni Anggraini, Ali Ibrahim Hasyim, Suriaty Situmorang Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juni 2013 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. PPN Pekalongan berada dipantai utara

Lebih terperinci

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut:

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut: Pemasaran komoditas pertanian dari proses konsentrasi yaitu pengumpulan produk-produk pertanian dari petani ke tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang besar serta diakhiri proses distribusi yaitu penjualan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah TINJAUAN PUSTAKA Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan,

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan non kayu merupakan hasil hutan dimana produk yang diambil bukan kayu atau hasilnya bukan berasal dari penebangan pohon. Produk hasil hutan non kayu diantaranya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Terdapat berbagai

Lebih terperinci