BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keragaaan Pemasaran Kopra Ada berbagai macam pengertian pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya, Drucker (1954) dalam Alma (2009 : 3), mengemukakan pemasaran yaitu bukanlah sekedar perluasan penjualan, pemasaran meliputi keseluruhan bisnis, dan harus dilihat dari sudut pelanggan. Hanya pemasaran dan inovasilah yang menghasilkan uang, kegiatan yang lainnya adalah merupakan pos biaya saja. Dikatakan pemahaman Drucker ini merupakan peletakan sendi dasar pemasaran sebagai bisnis kunci dalam perusahaan. Menurut Kotler (1972) dalam Alma (2009 : 3), pemasaran adalah sekumpulan aktivitas manusia yang ditunjukkan untuk memfasilitasi dan melaksanakan pertukaran. Menurut Hanafiah (1983) dalam Listianigsih (2008 : 58), keragaan pemasaran yaitu dapat dilihat dari harga dan penyebarannya, di tingkat produsen dan di tingkat konsumen, harga adalah nilai pasara atau nilai tukar barang tersebut yang dinyatakan dalam jumlah uang. Faktor-faktor harga pembentuk harga digolongkan dalam kekuatan permintaan dan penawaran, dimana besarnya berubah-ubah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal yang dibahas dalam mengkaji keragaan pemasaran kopra yaitu terdiri dari struktur dan lembaga pemasaran kopra serta rantai pemasaran kopra. Pola pemasaran pada kopra terlibat beberapa pelaku mulai dari produsen (petani kelapa) yaitu orang yang menghasilkan barang dan jasa untuk dijual atau dipasarkan, pedagang perantara yaitu Orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas dan untuk tanggungan orang lain dengan mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya komisioner. Pedagang perantara terdiri dari beberapa yaitu mulai dari tingkat desa (pengumpul), tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi (antar pulau), prosesor yaitu merupakan pusat kegiatan penjualan (pabrik minyak kelapa) dan eksportir yaitu

2 seseorang yang melakukan penjualan barang atau jasa ke luar negeri dengan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan yang telah ditentukan. Dari beberapa pendapat para ahli tentang pemasaran dapat diambil kesimpulan bahwa pemasaran adalah suatu sistem yang menghubungkan mulai dari titik produksi primer sampai konsumen akhir, yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan. Dalam pemasaran terdapat beberapa fungsi pemasaran, Menurut Sudiyono (2004 : 82) Fungsi pemasaran terbagi atas tiga antara lain adalah : 1. Fungsi Pertukaran Dalam pemasaran produk-produk pertanian meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan hal pemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Dalam melaksanakan fungsi penjualan, maka produsen atau lembaga pemasaran yang berada pada rantai pemasaran sebelumnya harus memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu serta harga yang diinginkan konsumen ataupun lembaga pemasaran yang ada pada rantai pemasaran. Sedangkan fungsi pembeli ini diperlukan untuk memiliki komoditikomoditi pertanian yang akan dikonsumsi ataupun digunakan dalam proses produksi. Dalam melakukan pemindahan hak milik ini, lembaga yang melakukan penjualan maupun pembelian, tidak berhadap secara langsung. Lembaga pemasaran yang melakukan proses penjualan biasanya melibatkan makelar penjualan (selling broker), sedangkan lembaga pemasaran yang melakukan proses pembelian melibatkan makelar pembelian (buying broker). 2. Fungsi Fisik Meliputi kegiatan-kegiatan yang secara langsung diberlakukan terhadap komoditi pertanian, sehingga komoditi-komoditi pertanian tersebut mengalami tambahan guna tempat dan guna waktu. Berdasarkan definisi fungsi fisik di atas, maka fungsi fisik ini meliputi pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan ini meliputi perencanaan, pemilihan dan pergerakan alat-alat transportasi dalam pemasaran produk-produk pertanian. Fungsi pengangkutan ini pada prinsipnya adalah

3 memindahkan produk-produk pertanian dari daerah surplus, dimana kegunaan produk pertanian rendah, ke daerah minus atau dari daerah produsen ke daerah konsumen. Untuk meningkatkan efisiensi transportasi, maka harus diperhatikan aspek-aspek : macam alat angkut, resiko kerusakan selama pengangkutan, kapasitas muatan dan keadaan daerah antara produsen dan konsumen. Fungsi fisik lainnya adalah penyimpanan. Fungsi penyimpanan ini diperlukan karena produksi komoditi pertanian bersifat musiman, sedangkan pola konsumsi bersifat relatif tepat dari waktu ke waktu. Penyimpanan ini bertujuan untuk mengurangi fluktuasi harga yang berlebihan dan menghindari serangan hama dan penyakit selama proses pemasaran berlangsung. 3. Fungsi Penyediaan Fasilitas Pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha-usaha perbaikan sistem pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga. Fungsi penyediaan fasilitas ini meliputi standarisasi, penggunaan resiko, informasi harga dan penyediaan dana. Dalam pemasaran juga ada sistem pemasaran yang mengatur jaringanjaringan pemasaran. Sistem Pemasaran terbagi atas dua kata yaitu sistem dan pemasaran, sistem menurut Radiosunu (1982 : 7), adalah kumpulan komponen yang saling berinteraksi atau saling bergantungan yang dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga membentuk suatu kebulatan dan diorganisir untuk mencapai tujuan tertentu sedangkan pemasaran yaitu suatu usaha dengan menggunakan pasar untuk melakukan pertukaran yang bertujuan untuk memenuhi aktivitas keinginan manusia. Radiosunu (1982: 8), mengemukakan sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang secara langsung atau tidak langsung terlibat di dalam kegiatan pemasaran barang dan jasa yang saling mempengaruhi dengan tujuan mengalokasikan sumber daya langka secara efisien guna memenuhi kebutuhan manusia sebanyak-banyaknya. Kertajaya dalam Alma (2009 : 3), mengemukakan Pemasaran adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan

4 values dari satu inisiator kepada stakeholder. Unsur-unsur dalam sebuah sistem pemasaran serupa dengan unsur-unsur yang ada pada sistem radio stereo. Bekerja secara terpisah, tetapi pada waktu dipertemukan secara tepat. Jadi dapat diartikan sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya. Dalam pemasaran kelompok item yang saling berhubungan dan saling berkaitan. Dengan banyaknya pelaku yang terlibat dalam bisnis kelapa, sistim pemasaran kopra sangat kompleks dan terkadang karateristik disetiap daerah berbeda. Dalam menelaah pola pemasaran kopra akan diuraikan kasus di beberapa daerah produsen utama kelapa dan kopra. Telaahan ini mencakup lembaga pemasaran, saluran pemasaran dan margin pemasaran. B. Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran sangat berperan dalam pemasaran. Ada beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang lembaga pemasaran. Pelaku ekonomi disebut sebagai lembaga pemasaran. Menurut Sudiyono (2004 : 79), lembaga pemasaran adalah suatu badan usaha atau individu yang menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lain. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Menurut Sudiyono (2004 : 79), lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran ini lebih lanjut dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Tengkulak adalah lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, tengkulak ini melakukan tranksaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak pembelian.

5 2. Pedagang besar adalah pedagang yang selain melakukan proses kosentrasi (pengumpulan) komoditi dari pedagang-pedagang pengumpul, juga melakukan proses distribusi (penyebaran) keagen penjualan ataupun pengecer. 3. Agen penjualan, produk pertanian yang belum ataupun sudah mengalami proses pengolahan ditingkat pedagang besar harus didistribusikan kepada agen penjualan maupun pengecer. 4. Pengecer, merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen. Pengecer ini sebenarnya merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi yang bersifat komersil, artinya kelanjutan proses produksi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran tergantung dari aktivitas pengecer dalam menjual produknya kepada konsumen. 5. Konsumen (Pabrik) adalah suatu bangunan industri besar dimana ada orang-orang yang mengawasi atau mengolah suatu produk menjadi produk lain yang mempunyai nilai tambah. Pabrik mengumpulkan tenaga kerja, sumber daya alam, modal, dan mesin industri. Struktur pasar adalah sifat-sifat atau karateristik pasar, yang ditentukan oleh empat faktor penentu, yaitu : jumlah atau ukuran pasar, kondisi atau keadaan produk, kondisi keluar atau masuk pasar, tingkat pengetahuan informasi pasar yang dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran, misalnya biaya, harga dan kondisi pasar antar partisipan (Dahl dan Hammond, 1977) dalam Listianingsih (2008 : 23). Yang termasuk di dalam lembaga pemasaran seperti pedagang pengecer, pedagang pengumpul dan pedagang besar. Menurut Hanafiah (1983) dalam Listianingsih (2008 : 22), pedagang perantara yaitu yang mengumpulkan barang yang berasal dari produsen dan menyalurkan kepada konsumen. Struktur pemasaran pada komoditas perkebunan rakyat, termasuk kopra. Yang dimana menggunakan peraturan pasar oligopsoni, yaitu pasar yang terdapat banyak penjual daripada pembeli. Pembeli mempunyai posisi lebih kuat untuk menentukan harga sedangkan penjual hanya menerima tingkat harga yang ditentukan oleh pembeli. Hal ini dipengaruhi oleh pembeli yang lebih menguasai informasi pasar

6 mengenai harga kopra dan jumlah kopra yang dijual relatif sedikit dengan sarana transportasi yang kurang memadai. Azzaino (1981) dalam Listianingsih (2008 : 57), mengemukakan tingkah laku pasar adalah tingkah laku perusahaan dalam suatu pasar tertentu, yaitu bentuk keputusan apa yang sebaiknya diambil manager dalam struktur pasar yang berbeda, keragaan pasar adalah hasil situasi dari struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan sehari-hari yang ditunjukkan dengan harga, biaya dan volume produksi yang akhirnya memberikan penilaian baik atau tidaknya suatu sistem pemasaran. Hubungan permodalan juga terjadi antara produsen kopra dengan pedagang pengumpul desa. Pedagang pengumpul desa menyalurkan modal yang diterimanya kepada para produsen. Modal tanpa bunga ini diterima produsen berupa uang dan berstatus sebagai uang panjar/muka. Uang panjar yang diterima produsen tidak sekedar untuk biaya panen dan pembuatan kopra tetapi termasuk juga untuk memenuhi biaya kehidupan sehari-hari dan bahkan kebutuhan yang mendesak (Kingdangen, dkk.,1993) dalam Amang (1996 ; 162). Upaya melindungi nasib produsen kopra telah lama dilakukan oleh pemerintah melalui pembentukan kelembagaan mulai dari pembentukan Yayasan Kopra pada tahun 1950, kemudian diganti oleh induk Koperasi Kopra pada tahun 1957 yang akhirnya juga dibubarkan dan sebagai gantinya dibentuk Badan Pengurus Kopra (Bapengko) pada tahun Bapengko sebagai badan pelaksana kebijaksanaan pemerintah dalam pemasaran kopra melakukan pengaturan dan sekaligus menetapkan wilayah pembelian kopra oleh pelaksana niaga (KUD dan pedagang perantara) yang telah ditunjuknya (Awang, 1991 : 164). Dalam membahas tentang lembaga pemasaran perlu dikemukakan pengertian tentang saluran pemasaran. C. Saluran Pemasaran kopra Saluran pemasaran adalah jaringan pemasaran atau penghubung dalam menyalurkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen akhir. Pedagang perantara

7 mengumpulkan barang yang berasal dari produsen dan menyalurkannya pada konsumen. Lembaga pemberi jasa (facilitating agencies) memberikan jasa atau fasilitas untuk memperlancar fungsi pemasaran yang dilakukan oleh produsen atau pedagang perantara. Lembaga ini terdiri dari bank, usaha pengangkutan, biro iklan, dan sebagainya Hanafiah (1983) dalam Listianigsih (2008 : 26). Menurut Winardi (1981) dalam Listianingsih (2008 : 22), Rantai pemasaran atau saluran pemasaran ini berbeda di setiap daerah, perbedaan ini biasanya terletak pada panjang pendeknya rantai pemasaran yaitu pedagang-pedagang perantara yang terlibat. Rachmat dkk (1991) dalam Amang (1996 : 167) mengemukakan bahwa, rantai pemasaran kopra di Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 1. Petani Kelapa Butiran Pedagang Kecil : Pembuat Kopra Pedagang Pengumpul Sumber : Rachmat, dkk., 1991 Pedagang Kopra Antar Pulau Pedagang Pengumpul Besar Pabrik Pengolahan Minyak Kelapa Gambar 1. Saluran Pemasaran Kopra di Jawa Timur Dari Gambar 1 tersebut terlihat bahwa produsen kopra bukanlah petani kelapa tetapi pedagang kecil yang membeli kelapa butiran afkir tingkat desa. Pedagang ini mengolah kelapa afkiran menjadi kopra yang selanjutnya dijual kepada pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul besar. Disamping dari pedagang kecil dan pedagang pengumpul, pedagang pengumpul besar juga memperoleh kopra dari pedagang kopra antar pulau. Kemudian pedagang pengumpul besar menjual kopra

8 kepada pabrik minyak kelapa lokal, pabrik juga dapat memperoleh kopra langsung dari pedagang antar pulau. Sedangkan di daerah Sulawesi Utara rantai pemasaran kopra dapat dilihat pada Gambar 2. Petani Kecil Pedagang pengumpul desa Pedagang Besar Pedagang Komisioner Agen Pembelian Kopra Petani Besar Pabrik Pengolah Minyak kelapa Pedagang Antar Pulau Ekspor Antar Pulau Sumber : Rachmat, dkk., 1991 Konsumsi Lokal Pabrik Pengolah Minyak kelapa Gambar 2. Saluran Pemasaran Kopra di Sulawesi Utara Dari Gambar 2 di atas dapat dilihat perbandingan antara sistem pemasaran yang ada di Jawa Timur dan di Sulawesi Utara. Pelaku pemasaran pada lini terbawah adalah pedagang pengumpul desa dan pedagang komisioner. Pada lini berikutnya, pelaku pemasaran adalah agen pembelian kopra dan pedagang besar. Kopra dari pedagang pengumpul desa dan agen pembelian kopra oleh pedagang besar langsung dijual kepada pabrik minyak kelapa di daerahnya. Berbeda dengan agen pembeli

9 kopra, selain kopranya dijual kepada pabrik minyak kelapa setempat, juga kepada pedagang antar pulau yang selanjutnya dijual kepada pabrik minyak kelapa di Surabaya. Pabrik minyak kelapa berskala besar di Sulawesi Utara disamping menjual kelapa untuk konsumsi local juga untuk ekspor dan diperdagangkan antar pulau. Dari rantai pemasaran kopra di Sulawesi Utara dapat diketahui pula bahwa produsen kopra tidak bisa langsung menjual kopranya ke pabrik minyak kelapa, tetapi melalui pedagang perantara. D. Analisis Margin Pemasaran Menurut Hanafiah (1983) dalam Listianingsih (2008 : 58), margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli akhir. Biaya pemasaran akan semakin tinggi jika banyak pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran terhadap suatu produk sebelum sampai ke konsumen akhir. Semakin tinggi kualitas dari suatu produk yang diinginkan konsumen maka akan semakin meningkat biaya pemasarannya. Menurut Waite dan Trelogan (1951) dalam Sudiyono (2004 : 95), margin pemasaran adalah biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran. Dalam teori harga diasumsikan bahwa penjual dan pembeli bertemu langsung sehingga harga hanya ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan secara agrerat. Dengan demikian, tidak perbedaan antara harga ditingkat petani dengan harga ditingkat pengecer atau konsumen akhir. Margin pemasaran dapat pula didefinisikan sebagai perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dan yang diterima produsen, atau harga sejumlah jasa pemasaran yang merupakan akibat permintaan dan penawaran jasa pemasaran (Sudiyono, 2004 : 94). Menurut Sudiyono (2004 : 95), margin pemasaran terdiri atas dua bagian. Bagian pertama merupakan perbedaan antara harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen, dalam hal ini nelayan Muara Angke. Bagian

10 kedua dari margin pemasaran merupakan biaya jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran jasa pemasaran tersebut. Selain itu, informasi margin dan biaya pemasaran secara parsial dan tidak langsung dapat memberi petujuk apakah struktur pasar tersebut berada dalam kondisi bersaing sempurna atau bersaing tidak sempurna. Dapat diambil kesimpulan margin pemasaran yaitu selisih biaya antara penjual pertama dan pembeli terakhir. Biaya pemasaran mencakup biaya pengolahan kelapa menjadi kopra, pengumpulan, pengangkutan, penyusutan, dan bunga bank. Setiap daerah mempunyai besar marjin yang bervariasi. Distribusi margin pemasaran pada uraian dijelaskan bahwa margin pemasaran merupakan selisih antara yang dibayarkan oleh konsumen dan harga yang diterima petani (Pr Pf). Berdasarkan pemasaran dijelaskan bahwa margin pemasaran sendiri tediri dari biaya-biaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam aktifitas pemasaran suatu komoditi pertanian (Sudiyono, 2004 : 103). E. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berhubungan dengan studi ini antara lain dilakukan oleh Nasution (2011), dengan Judul penelitian Analisis Strategi Pemasaran Dalam Meningkatkan Daya Saing Melalui Analisis SWOT PT. AXA Financial Cabang Medan Sudirman. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis SWOT yaitu kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), ancaman (Threats) pada PT. AXA Financial Cabang Medan Sudirman. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian analisis deskriptif, Matriks SWOT, Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation IFE Matrix), dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Eksternal Factor Evaluation EFE Matrix). Metode analisis yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif dan uji triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini PT. AXA Financial Cabang Medan Sudirman belum memanfaatkan peluang-peluang yang ada secara maksimal. Strategi

11 yang diterapkan oleh PT.AXA Financial Cabang Medan Sudirman tidak hanya menggunakan strategi promosi dan personal prospect saja, tetapi juga melalui strategi lain seperti lebih inovatif dalam menciptakan produk agar dapat memuaskan nasabah dan juga menambah kerja sama dengan pihak perbankan dengan beberapa bank terkemuka lain kedepan agar dapat memperoleh rasa kepercayaan (Trust) yang lebih pada nasabah. Kelemahan-kelemahan dengan nilai tertinggi adalah Agent yang tidak fokus dan kurang maksimal dalam bekerja sehingga kurang menguasai Product Knowledge. Penelitian lain dilakukan oleh Tamrin (2012), dengan judul Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Minyak Goreng Bimoli di Kota Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian minyak goreng Bimoli di Kota Gorontalo dan mengetahui bauran pemasaran yang paling berpengaruhterhadap keputusan pembelian minyak goring Bimoli di Kota Gorontalo. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa 1). Bauran pemsaran yang terdiri dari produk, harga, tempat, dan promosi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian minyak goring Bimoli di Kota Gorontalo. 2). Variabel produk, harga dan promosi secara sendiri-sendiri berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian minyak goring Bimoli di Kota Gorontalo, sedangkan tempat berpengaruh tidak nyata terhadap keputusan pembelian minyak goreng Bimoli di Kota Gorontalo. Studi lain dilakukan oleh Yanda (2010), dengan judul Analisa Tataniaga Kopra dan Permasalahannya di Kenagarian Tandikat Kecamatan Patamuan Kabupaten Padang Pariaman. Penelitian ini dilaksanakan di Kenagarian Tandikat Kecamatan patamuan Kabupaten Padang Pariaman dari bulan Mei sampai Juni Tujuan penelitian ini adalah, pertama: mengetahui saluran tataniaga kopra, kedua: menganalisa margin tataniaga dan bagian yang diterima oleh masing- masing lembaga tataniaga yang terlibat serta efisiensi saluran tataniaga, ketiga: mengetahui permasalahan dari aspek fungsi tataniaga. Manfaat penelitian ini adalah, pertama; memberikan informasi kepada pemerintah mengenai usaha pengolahan kopra dan

12 pengelolaannya, sehingga membantu dalam merumuskan kebijakan dan perencanaan pembangunan yang lebih baik, kedua: memberikan masukan dan informasi bagi petani kopra sehingga dapat membantu dalam memasarkan hasil usahataninya, ketiga: menjadi acuan bagi penetian selanjutnya, Metode penelitian yang digunakan adalah survey dan pengambilan sampel dilakukan secara sensus dengan jumlah petani sampel sebanyak 50 orang dari Kenagarian Tandikat Kecamatan Patamuan. Dari hasil penelitian ini didapatkan tiga saluran pemasaran yaitu saluran A dimulai dari petani pengolah kopra, pedagang pengumpul jorong, pedagang pengumpul nagari, pabrik. Saluran kedua adalah saluran B dimulai dari petani sekaligus sebagai pedagang pengumpul jorong, pedagang pengumpul nagari, pabrik. Saluran ketiga adalah saluran C dimulai dari petani pengolah kopra, pedagang pengumpul keliling, pabrik. Regowo (2008), meneliti tentang Analisis Integrasi Pasar Kopra Dunia dengan Pasar Kopra dan Minyak Goreng Kelapa Domestik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui integrasi pasar antara pasar kopra dunia dengan kopra dan minyak goreng kelapa domestik. Metode yang digunakan yaitu, untuk melihat gambaran umum pola data dari harga kopra dunia, kopra domestik, dan minyak goreng kelapa domestik, digunakan perangkat lunak Minitab 14, sedangkan untuk menganalisis integrasi pasar kopra dunia dengan pasar kopra domestik dan minyak goreng kelapa domestik, digunakan analisis Vector Autoregression (VAR), dan pengolahan data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Microfit 4.1. Hasil penelitian menunjukkan harga kopra dunia, kopra domestik, dan minyak goreng kelapa domestik mengalami fluktuasi dengan kecenderungan mengalami peningkatan. Hasil penelitian juga menunjukkan terjadi integrasi pasar kopra dunia dengan pasar kopra domestik dan pasar minyak goreng kelapa domestik, di mana harga di pasar dunia mempengaruhi harga di pasar domestik. Dalam hal ini pasar kopra dunia bertindak sebagai pemimpin harga, sedangkan kedua pasar domestik sebagai pengikut harga. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari ciri globalisasi ekonomi dunia, di mana ekonomi internasional tidak lagi merupakan bagian kecil dari ekonomi nasional suatu negara, tetapi justru ekonomi nasional suatu negara yang merupakan bagian kecil dari

13 ekonomi internasional, sehingga pembentukkan harga kopra dan hasil olahannya yaitu minyak goreng kelapa di Indonesia, disamping dipengaruhi oleh unsur biaya yang disebabkan oleh panjangnya mata rantai perdagangan dan unsur biaya lain yang ada di dalam kegiatan perdagangan domestik juga dipengaruhi oleh perkembangan harga yang terjadi di pasar dunia. Pada pasar domestik, terjadi integrasi pasar antara pasar kopra dan pasar minyak goreng kelapa, di mana harga minyak goreng kelapa yang mempengaruhi harga kopra. Hal ini disebabkan adanya struktur pasar yang cenderung bersifat oligopsoni di mana pemegang hak oligopsoni ini adalah pabrik minyak goreng kelapa. Selain itu, sebagian besar industri kopra juga diusahakan oleh rakyat di mana sering kali memiliki bargaining position yang rendah yang ikut pula mempengaruhi penerimaan harga kopra. Dengan adanya integrasi pada pasar domestik tersebut, mengindikasikan adanya informasi pasar yang baik akan menjadi sangat penting karena dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar pelaku industri kopra. Sampainya informasi pasar tentang tingkat mutu kopra kepada produsen akan menyebabkan nilai tambah dari hasil pemasaran juga dinikmati oleh produsen. Drakel (2010), dengan judul Kajian Marjin Pemasaran Kopra di Kecamatan Oba di Kota Tidore Kepulauan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui besarnya margin yang diperoleh setiap lembaga pemasaran dan efesiensi pemasaran pada setiap saluran pemasaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya marjin pemasaran di dalam proses pemasaran kelapa biji, kopra dan minyak kelapa di Kecamatan Oba. Penelitian ini untuk melihat populasi petani kelapa dan pedagang yang terlibat dalam rantai pemasaran kopra di Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan. Penarikan sampel dilakukan secara Purposive sampling yaitu sebagai subyek dari populasi guna dijadikan responden sebanyak 20 orang petani kelapa di empat (4) desa, Kecamatan Oba yaitu Desa Gita, Desa Toseho, Desa Payahe dan Desa Kusu Sinopa yaitu 4 orang pengumpul kelapa dan 6 orang pedagang kopra. Semua sampel di atas terlibat dalam rantai pemasaran dan dianggap mewakili populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) dalam proses pemasaran kopra di

14 Kecamatan Oba, marjin terbesar diperoleh yaitu pedagang pengecer dan pedagang pengumpul ke Kabupaten. (2) Saluran pemasaran yang efisien dalam proses pemasaran kopra di Kecamatan Oba adalah pemasaran II, yang masing-masing memperoleh presentase yang lebih rendah dibanding presentase pada saluran pemasaran I, (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya marjin pemasaran kopra adalah biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran, sebab nilai t-hitung kedua variabel tersebut lebih besar dibanding t-tabel. F. Kerangka Pikir Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka dapat di susun kerangka pemikiran sebagai berikut : Pemasaran Kopra Keragaan : - Produksi - Harga Kelembagaan Pemasaran Distribusi Kopra Produsen Pedagang Konsumen Margin dan distribusi margin Pemasaran Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian Analisis Sistem Pemasaran Kopra di Kabupaten Gorontalo Dapat dilihat dari Gambar 3 di atas, bahwa sistem pemasaran kopra terdiri dari beberapa komponen yaitu mulai dari keragaan yang dapat dilihat dari produksi

15 yang dihasilkan oleh produsen dan harga, dengan kelembagaan pemasaran yang berhubungan dengan distribusi kopra, distribusi kopra terbagi atas tiga yaitu produsen yaitu individu atau kelompok yang menghasilkan suatu produk hasil olahan, pedagang yaitu individu atau kelompok yang menjual produk tersebut kepada konsumen, dan kosumen yaitu individu atau kelompok yang membeli produk untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, ketiga komponen tersebut sangat berkaitan erat dengan margin pemasaran yaitu perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Dari komponen-komponen di atas apabila salah satunya tidak berjalan dengan optimal maka akan sangat mempengaruhi sistem pemasaran kopra.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN MARJIN PEMASARAN KOPRA DI KECAMATAN OBA DI KOTA TIDORE KEPULAUAN

KAJIAN MARJIN PEMASARAN KOPRA DI KECAMATAN OBA DI KOTA TIDORE KEPULAUAN KAJIAN MARJIN PEMASARAN KOPRA DI KECAMATAN OBA DI KOTA TIDORE KEPULAUAN Arman Drakel Dosen Fakultas Pertanian UMMU-Ternate, e-mail : - ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui besarnya margin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat

Lebih terperinci

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut:

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut: Pemasaran komoditas pertanian dari proses konsentrasi yaitu pengumpulan produk-produk pertanian dari petani ke tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang besar serta diakhiri proses distribusi yaitu penjualan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tataniaga Pertanian Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar. Pemasaran adalah kegiatan mengalirkan barang dari produsen ke konsumen akhir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah TINJAUAN PUSTAKA Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tanaman Melinjo Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dengan tanda-tanda : bijinya tidak terbungkus daging tetapi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Pasar dan Pemasaran Pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk bertukar barang-barang mereka. Pasar merupakan suatu yang sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor TINJAUAN PUSTAKA Saluran dan Lembaga Tataniaga Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor konsumsi barang-barang dan jasa dikonsumsi oleh para konsumen. Jarak antara kedua

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis Secara umum sistem pemasaran komoditas pertanian termasuk hortikultura masih menjadi bagian yang lemah dari aliran komoditas. Masih lemahnya pemasaran komoditas

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis digunakan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari peranan sektor perkebunan kopi terhadap penyediaan lapangan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pedagang di Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) istilah tataniaga dan pemasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat cocok ditanam didaerah tropis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bunga krisan dengan nama latin Chrysanthemum sp berasal dari dataran Cina. Bunga potong ini cukup populer dan menduduki

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI ANALISIS PEMASARAN KEDELAI Bambang Siswadi Universitas Islam Malang bsdidiek171@unisma.ac.id ABSTRAK. Tujuan Penelitian untuk mengetahui saluran pemasaran dan menghitung margin serta menganalisis efisiensi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN Tataniaga Pertanian atau Pemasaran Produk-Produk Pertanian (Marketing of Agricultural), pengertiannya berbeda

Lebih terperinci

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Tingkat Pendapatan Petani Kopra Di Kecamatan Tobelo Selatan Kabupaten Halmehara Utara Stefen Popoko * Abstrak Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekonomi Beras Beras merupakan komoditi strategis di Indonesia. Hal ini terlihat dari cakupan beras dalam kehidupan masyarakat antara lain: (1) merupakan makanan pokok sebagian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BEBERAPA PENDEKATAN KONSEPTUAL DALAM TELAAH TATANIAGA PERTANIAN. Lecture Notes by: TATIEK KOERNIAWATI

BEBERAPA PENDEKATAN KONSEPTUAL DALAM TELAAH TATANIAGA PERTANIAN. Lecture Notes by: TATIEK KOERNIAWATI BEBERAPA PENDEKATAN KONSEPTUAL DALAM TELAAH TATANIAGA PERTANIAN Lecture Notes by: TATIEK KOERNIAWATI PENDEKATAN KOMODITAS Fokus kajian didasarkan pada spesifikasi salah satu komoditas pertanian Commodity

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cabai Rawit BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Ripangi (2012:25), tanaman cabai rawit ( capsicum sp), sendiri diperkirakan ada sekitar 20 spesies yang sebagian besarnya tumbuh di tempat asalnya, Amerika

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran,

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46

Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46 Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan.

Lebih terperinci

ANALISIS INTEGRASI PASAR KOPRA DUNIA DENGAN PASAR KOPRA DAN MINYAK GORENG KELAPA DOMESTIK OLEH NOFA HARRY REGOWO H

ANALISIS INTEGRASI PASAR KOPRA DUNIA DENGAN PASAR KOPRA DAN MINYAK GORENG KELAPA DOMESTIK OLEH NOFA HARRY REGOWO H ANALISIS INTEGRASI PASAR KOPRA DUNIA DENGAN PASAR KOPRA DAN MINYAK GORENG KELAPA DOMESTIK OLEH NOFA HARRY REGOWO H14103041 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perkebunan didalam perekonomian di Indonesia memiliki perananan yang cukup strategis, antara lain sebagai penyerapan tenaga kerja, pengadaan bahan baku untuk

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pemasaran Mubyarto (1977), mengemukakan bahwa di Indonesia istilah tataniaga disamakan dengan pemasaran atau distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang membawa atau menyampaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Saluran Distribusi Pada perekonomian sekarang ini, sebagian besar produsen tidak langsung menjual barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis tanpa harus dibatasi oleh wilayah. Hal ini memicu terjadinya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis tanpa harus dibatasi oleh wilayah. Hal ini memicu terjadinya persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, seorang pebisnis dapat melakukan transaksi bisnis tanpa harus dibatasi oleh wilayah. Hal ini memicu terjadinya persaingan yang

Lebih terperinci

B. Fungsi - Fungsi Pemasaran

B. Fungsi - Fungsi Pemasaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya kelautan dan perikanan menyebabkan munculnya suatu aktivitas atau usaha di bidang perikanan sesuai dengan kondisi lokasi dan fisiknya. Banyak penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Marketing, Channel Marketing, Margin, Copra

ABSTRACT. Keywords: Marketing, Channel Marketing, Margin, Copra ABSTRACT Mega Artha Ilahude "614409029", 2013. Copra Marketing Systems Analysis in Gorontalo regency (A Study in District Limboto). Department of Agribusiness Faculty of Agricultural Sciences, State University

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit {Elaeis guinensis Jack.) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pangan merupakan salah satu masalah nasional yang sangat penting dari keseluruhan proses pembangunan dan ketahanan nasional suatu bangsa. Pangan menyangkut kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan pemasaran. Para ahli telah mendefinisikan pemasaran atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sayuran terpenting dalam spesies ini. Tanaman ini dikenal sebagai petsai (bahasa Mandarin, yang berarti sayuran putih), dan di AS dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama sepuluh tahun terakhir, peranan sektor ini terhadap PDB menujukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Benidzar M. Andrie 105009041 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi BenizarMA@yahoo.co.id Tedi Hartoyo, Ir., MSc.,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak merupakan tanaman asli Indonesia. Salak termasuk famili Palmae,

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN ANALITIS

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN ANALITIS BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN ANALITIS 2.1. Kerangka Teoritis Pada bagian ini dibahas mengenai teori kelembagaan pasar, pemasaran dan peningkatan kesejahteraan petani yang berguna dalam pembahasan hasil penelitian.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pemasaran Dalam penelitian ini yang diidentifikasi dalam sistem pemasaran yaitu lembaga pemasaran, saluran pemasaran, serta fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, dimana responden petani dipilih dari desa-desa penghasil HHBK minyak kayu putih,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Kepiting adalah binatang crustacea. Hewan yang dikelompokkan ke dalam Filum Athropoda, Sub Filum Crustacea, Kelas Malacostraca, Ordo Decapoda, Suborder Pleocyemata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah bawang merah ( Allium ascalonicum ). Banyaknya manfaat yang dapat diambil dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran merupakan konsep dalam mencari kebenaran deduktif atau secara umum ke khusus. Pada kerangka pemikiran teoritis penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam memasarkan suatu produk diperlukan peran lembaga pemasaran yang akan membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Untuk mengetahui saluran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan A. Sapi Bali BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan banteng (Bibos) yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon. Penekanan hutan sebagai suatu

Lebih terperinci

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian BIAYA, KEUNTUNGAN DAN EFISIENSI PEMASARAN 1) Rincian Kemungkinan Biaya Pemasaran 1. Biaya Persiapan & Biaya Pengepakan Meliputi biaya pembersihan, sortasi dan grading

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan strategi pemasaran untuk mengenalkan produk besi baja pada

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan strategi pemasaran untuk mengenalkan produk besi baja pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri besi baja saat ini sangat pesat, sehingga membutuhkan strategi pemasaran untuk mengenalkan produk besi baja pada konsumen, yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Saluran Pemasaran, dan Fungsi Pemasaran Saluran pemasaran jagung menurut Soekartawi (2002) merupakan aliran barang dari produsen kepada konsumen. Saluran pemasaran jagung

Lebih terperinci

AGRIBISNIS KELAPA RAKYAT DI INDONESIA: KENDALA DAN PROSPEK

AGRIBISNIS KELAPA RAKYAT DI INDONESIA: KENDALA DAN PROSPEK AGRIBISNIS KELAPA RAKYAT DI INDONESIA: KENDALA DAN PROSPEK Oleh Aladin Nasution dan Muchjidin Rachmat') Abstrak Pengembangan komoditas kelapa menghadapi kendala besar terutama persaingan dengan sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ganti Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat, mengingat bahwa mayoritas masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin berkembangnya jumlah permintaan produk pangan, semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi perusahaan untuk memproduksi pangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai dengan November 2013 di Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon yang berada di sebelah timur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. masa dan merupaka salah satu bidang paling dinamis dan manajemen, Pemasaran

BAB II LANDASAN TEORI. masa dan merupaka salah satu bidang paling dinamis dan manajemen, Pemasaran 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan Subyek bagi semua orang maupun dunia usaha segala masa dan merupaka salah satu bidang paling dinamis dan manajemen, Pemasaran juga

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: TATANIAGA RUMPUT LAUT DI KELURAHAN TAKKALALA, KECAMATAN WARA SELATAN KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMMAD ARHAN RAJAB Email : arhanuncp@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 31 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga Agustus 2013 di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

Gambar 2. Ikan Koi Sumber : Dokumentasi penelitian

Gambar 2. Ikan Koi Sumber : Dokumentasi penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Koi Ikan koi merupakan keturunan dari ikan karper hitam atau ikan mas yang melalui proses perkawinan silang yang menghasilkan keturunan dengan bentuk tubuh indah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian bank menurut Hasibuan (2005:2) adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian bank menurut Hasibuan (2005:2) adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Hasibuan (2005:2) adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Marketing Marketing atau pemasaran diartikan sebagai proses eksplorasi terhadap kebutuhan pelanggan melalui beragam pendekatan

Lebih terperinci